Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
produksi menentukan berapa jumlah produk yang akan disediakan untuk memenuhi
permintaan. Dan sudut pandang keuangan, perencanaan produksi mengidentifikasikan
besarnya kebutuhan dana dan memberikan dasar dalam pembuatan anggaran.
B. Batasan Masalah
Adapun batasan masalah dan praktikum mi antara lain:
1. Permasalahan yang akan di bahas adalah mengenai perencanaan agregat.
2. Pengolahan data perhitungan yang berhubungan dengan Perencanaan Agregat.
3. Penyelesaian persoalan yang berhubungan dengan perencanaan agregat.
C. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dan praktikum ini adalah:
1. Mengetahui konsep mengenai agregat
2. Mampu menyusun rencana agregat
3. Mengetahui tujuan, dan sifat Perencanaan Agregat
4. Mengetahui input dan output Perencanaan Agregat.
5. Mengetahui ongkos-ongkos yang terlibat dalam Perencanaan Agregat.
6. Mengetahui strategi PerencanaanAgregat beserta keuntungan dan kerugiannya
masing-masing.
7. Mengetahui contoh perhitungan yang berhubungan dengan Perencanaan Agregat.
8. Mengetahui metode dalam menyusun rencana agregat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ada empat hal yang diperlukan dalam perencanaan agregat antara lain:
INPUTS OUTPUTS
Pada umumnya, ada empat jenis strategi yang dapat dipilih dalam membuat
perencanaan agregat. Pemilihan strategi tersebut tergantung dari kebijaksanaan
perusahaan, keterbatasan perusahaan dalam prakteknya, dan pertimbangan biaya.
Keempat jenis strategi tersebut adalah sebagai berikut:
ini biasanya diikuti oleh biaya tak tampak seperti: kemerosotan moral kerja dan turn
over tenaga kerja yang tinggi. Karena kapasitas fasilitas produksi adalah tetap, maka
penurunan produktivitas mungkin akan terjadi jika penambahan tenaga kerja tanpa
disertai dengan penambahan peralatan produksi (mesin-mesin).
Metode Trial-Error
Metode trial-error ini merupakan metode yang paling sederhana, tetapi tidak
menghasilkan keputusan yang optimal. Metode ini memerlukan ketelitian dalam
perhitungannya, karena sekali langkah awal salah, maka langkah berikutnya akan
salah.
Metode Transportasi
Perencanaan agregat dapat mengunakan metode transportasi yang merupakan
bagian dari perencanaan produksi programa linier dengan jumlah tenaga kerja ( work
0 , bila Pt = 0
C(Pt) =
At + bPt , bila Pt > 0 (1.1)
dimana :
At = biaya produksi tetap pada periode-t
b = biaya produksi variabel per-unit
Pt = jumlah produksi pada periode –t
P1 P2
20 0
19 1
18 2
- -
- -
- -
12 8
11 9
10 10
karena It-1 . Pt=0, maka kasus tersebut akan mengakibatkan dua jadwal utama yaitu : karena
kita hanya perlu mengevaluasi jadwal yang utama, maka akan ada pengurangan usaha yang
besar dalam perhitungan.
P1 P2
20 0
10 10
Struktur dari situasi perencanaan untuk banyak periode ditunjukkan pada gambar dibawah ini
:
Pada akhir periode ke-j kapanpun, dimana Ij = 0, maka akan ada sejumlah strategi produksi
yang mungkin sehingga memenuhi seluruh permintaan yang masih tersisa dalam horison
perencanaan, J+1 sampai T.
0 j k t
Bila Cjk = ongkos produksi pada periode –j+1 untuk memenuhi permintaan pada j+1,
j+2,....,k.
Cjk diatas termasuk biaya produksi dan biaya persediaan selama sub-periode-j ke periode-k
adalah sebagai berikut :
C(Pjk) = AI + bI (Fj+1 + Fj+2 +.....+ Fk)
= A I + bI P I
]
j<r<k
C (Ir) =
dimana :
hr = biaya simpan untuk periode-r
C(Pjk) = biaya produksi untuk interval j ke k
C (Ir) = biaya persediaan yang dibawa pada akhir periode-r
C(Ijk) = biaya persediaan yang dibawa selama interval j ke k
Oleh karena itu, total biaya produksi dan persediaan selama periode –j ke –k dapat ditulis
sebagai berikut :
TCjk = C(Pjk) + C(Ijk)
= Aj+1 + bPj+1 +
TCjk merupakan semua biaya-biaya yang terlibat dalam subperiode ke-k dalam keseluruhan
horizon perencanaan dari 0 ke T.
Untuk mendefinisikan persamaan, program dinamis rekursiv yang akan menghasilkan solusi
optimal, maka diperoleh persamaan ;
Zk = TCjk} , k = 1,2,......,T
Hal ini berarti bahwa setiap tahap rekursiv, kita mencari kombinasi biaya produksi
mminimum diantara dua titik regenerasi (j dan k) ditambah dengan solusi optimal ke-j.
Langkah rkursiv dihitung untuk ke T, dimana Zo* = 0.
0 j l k t
Bila TCjk adalah biaya minimum untuk satu periode, j+1, j+2,....., k untuk
memenuhi permintaan yang terjadi selama periode j+1 sampai k, dan bila kegiatan
produksi terjadi selama periode I, dimana terjadi backorder terakumulasi dari periode
j+1 sampai I, maka kegiatan produksi pada periode-I harus dapat dengan segera
memenuhi kondisi backorder sebelumnya dan juga harus dapat menyediakan
inventori untuk memenuhi permintaan dari periode I+1 sampai k, secara lebih
tepatnya, karena
dimana :
PI =
C(Sjk) = =
dimana :
St = backorder pada akhir periode-t
Pt = ongkos penalti per-unit terjadinya backorder (Pt biasanya disimbolkan juga dengan
t )
sehingga :
TCjk =
dan programa dinamik rekursivnya adalah :
Zk =
Pengembangan perencanaa agregat mengikuti prosedur yang terdiri dari empat fase.
Setelah prosedur ini diaplikasikan beberapa kali dan persoalan-persoalan pokok yang terlibat
pada fase 2 dan 3 telah dapat dipecahkan, maka pihak manajemen dapat memproses langsung
dari fase 1 ke fase 4.
CB = ongkos backorder
CH = ongkos hiring (penambahan tenaga kerja)
CF = ongkos firing (pemberhentian tenaga kerja)
CS = ongkos subkontrak
BAB IV
PENGOLAHAN DATA
BULAN PERMINTAAN
Januari 65
Februari 60
Maret 50
April 45
Mei 75
Juni 70
Diketahui : tenaga kerja regular sebanyak 5 orang, dimana setiap tenaga kerj arata-
rata menghasilkan 5 unit/bulan , persediaan awal sebesar 35 unit dan biaya tenaga
kerja rata-rata Rp 500.000,- per bulan. Strategi yang digunakan yaitu :
a. Berproduksi dengan jumlah tenaga kerja tetap, dan melakukan subkontrak untuk
memenuhi kekurangan permintaan dan biaya marginal sebesar Rp 30.000,- per
unit. Biaya penyimpangan persediaan ditetapkan Rp 10.000,- per unit.
b. Melakukan variasi jumlah tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan produksi. Biaya
penambahan tenaga kerja sebesar Rp 400.000,- per orang, sedangkan biaya
penurangan tenaga kerja sebesar Rp 600.000,- per orang.
c. Buat produksi konstan sebanyak 60 unit per bulan yang akan memenuhi
permintaan minimal kemudian gunakan subkontrak.
beragam. Jika hari kerja/bulan : Jan = 21, Feb = 18, Mar = 21, Apr = 20, Mei =
20, Jun= 21, dan biaya penjualan yang hilang karena persediaan yang kososng
adalah Rp 6.000,- setiap unit.
2. Ramalan permintaan agregat dalam satuan unit serta waktu produksi yang tersedia
pada PT. UNTUNG adalah :
Dik :
50 150 100
Bulan
1 - 130
- 100
50 -
Bulan
2 - - 200
150 50
150 25
Bulan
3 - 100 150
- 75
- -
Total 100 200 150 100 930 550
B.Bulan 1 = 50 x 1 = 50
B.Bulan 2 = (50x1,2) + (150x1,2) = 60 +
180 = 240
B.Bulan 3 = (150x1,4)=
210
B.Bulan 4 = (100x1,6) =
160
=
470
JAWAB:
2.a
= Rp.20.400.000
2.b
= Rp.29. 400.000
2.c
= Rp.15.900.000
2.d
Jadi Total Biaya Produksi = ∑ Biaya Penjualan Hilang+ ∑ Biaya Upah Tenaga Kerja
= Rp.16.290.000
BAB V
PEMBAHASAN
A 1
B 2
C 3
Model transportasi
Ada empat langkah dasar dalam model transportasi, yaitu (Krajewski dan Ritzman, 1993,
852) :
a. Menterjemahkan permasalahan menjadi bentuk tabel: pabrik pada baris dan
daerah tujuan pada kolom. Setiap sel dalam tabel merupakan suatu rute
pengiriman dari pabrik ke daerah tujuan.
b. Menentukan solusi fisibel awal (initial fesible solution).
c. Melakukan perbaikan pada solusi awal hingga kemungkinan perbaikan tidak
mungkin dilakukan lagi (solusi optimal telah tercapai).
d. Mengidentifikasi dan mengevaluasi solusi akhir.
Contoh soal :
Sebuah perusahaan pertanian Subur Makmur memproses dan melakukan pengalengan
sayur
mayur dan buah-buahan untuk dijual pada took makanan segar. Saat ini perusahaan
memiliki dua
pabrik yang berlokasi di kota A dan B. perusahaan juga memiliki dan mengoperasikan
empat toko yang berlokasi di kota M, D, L dan J. Diperkirakan bahwa sebuah pabrik
baru dengan kapasitas 8.000 kaleng dibutuhkan untuk memenuhi peningkatan
permintaan ini. Pihak manajemen telah menyetujui pembangunan pabrik baru, tetapi
lokasinya masih belum ditentukan.
2. Memilih kolom atau baris dengan selisih terbesar. Dalam kasus ini,
kita memilih kolom M.
3. Mengalokasikan unit semaksimal mungkin pada sel berbiaya
transportasi terkecil pada kolom atau baris terpilih. Dalam kasus ini, kita
mengalokasikan 70 unit pada sel BM.
4. Menghapus setiap kolom atau baris yang telah terpenuhi dengan
memberikan tanda X pada setiap sel.
5. Menghitung kembali selisih biaya transportasi setelah menghapus baris
atau kolom pada tahap sebelumnya.
AL – AD + BD – BL = 4 – 2 + 1 – 5 = - 2
Metode Modi menghitung indeks perbaikan untuk setiap sel kosong tanpa
menggunakan jalur tertutup. Indeks perbaikan dihi-tung dengan terlebih dahulu
menentukan nilai baris dan kolom. Notasi dalam metode MODI terdiri dari:
http://www.teknokrat.ac.id/perangkat_ajar/New
%20Folder/TRO/Bab6_Transportasi_Transparansi_Edit.pdf
Abstrak
Perencanaan produksi aggregat dan perencanaan kebutuhan mesin biasanya dilakukan secara
terpisah meskipun sebenarnya ada keterkaitan yang erat yang dapat dijumpai pada
lingkungan produksi umumnya. Model integrasi menggabungkan efek pengambilan
keputusan tingkat produksi dan tenaga kerja sekaligus pembelian peralatan produksi pada
biaya produksi. Penelitian oleh Behnezhad dan Khoshnevis8.2) menunjukkan bahwa
mathematical programming model berdasarkan integrasi tersebut memberikan penghematan
biaya dibandingkan dengan penerapan perencanaan produksi agregat dan perencanaan
kebutuhan mesin secara terpisah. Pada makalah ini ingin diketahui keuntungan yang dapat
dihasilkan oleh model integrasi pada proses produksi ubin keramik. Model integrasi disusun
berdasarkan data yang diperoleh dari sebuah pabrik keramik dan penyelesaian model
diperoleh dengan menggunakan software Quant-System. Dari hasil penelitian diperoleh
bahwa perencanaan secara integrasi memberikan penghematan sebesar Rp.179.453.030,-
terhadap perencanaan produksi agregat dan sebesar Rp.470.062.980,- terhadap perencanaan
kebutuhan mesin.
Daftar Notasi
Variabel Keputusan :
Pt Tingkat produksi pada periode t
I t Tingkat persediaan pada periode t
Lr t Jumlah waktu regular yang digunakan pada periode t
Lo t Jumlah overtime yang digunakan pada periode t
Lr t Jumlah undertime pada periode t
L t+ Kenaikan jumlah tenaga kerja dari periode t-1 ke t
Parameter :
N Jumlah periode perencanaan
Dt Permintaan pada periode t
Ct Biaya produksi selain biaya tenaga kerja
Crh t Biaya satu jam kerja pada waktu regular pada periode t
Coh t Biaya satu jam kerja overtime pada periode t
Cph t Biaya penambahan pekerja pada periode t
Cmh t Biaya pengurangan jam pekerja pada periode t
m Jumlah jam yang dibutuhkan untuk memproduksi satu unit produk
ht Jumlah regular time dalam tiap periode produksi (jam/periode)
ho Jumlah maksimum over time dalam tiap periode produksi (jam/periode)
Cpt Biaya pengadaan mesin pada awal periode t
Cdt Nilai sisa dari mesin pada awal periode t
Crt Biaya operasi dan perawatan sebuah mesin selama regular time pada periode t
Cot Biaya operasi dan perawatan sebuah mesin selama over time pada periode t
Ci Biaya penyimpanan per unit per periode
Cs Biaya shortage per unit per periode
Crw Biaya gaji regular time per tenaga kerja per periode
Cow Biaya gaji over time per tenaga kerja per periode
Ch Biaya perekrutan seorang tenaga kerja
Cf Biaya pemecatan seorang tenaga kerja
i Tingkat suku bunga tiap periode (minimal MARR)
K Jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk sebuah produk (periode/ unit)
R Output mesin berupa produk yang baik per periode regular time (unit/ periode)
1. Pendahuluan
Perencanaan kebutuhan mesin dan perencanaan produksi agregat memegang peranan yang
penting dalam perencanaan kapasitas dan operasional suatu proses produksi. Obyektif dari
perencanaan produksi agregat adalah menentukan tingkat produksi dan tingkat tenaga
kerja agar biaya operasional dapat diminimalkan. Di lain pihak, perencanaan kebutuhan
mesin menentukan jumlah optimal dari mesin agar dapat memenuhi permintaan yang
berfluktuasi dengan biaya minimum. Pada kenyataannya, terdapat hubungan yang erat
antara keduanya dalam kebanyakan operasi manufaktur. Hal ini dilihat dari adanya
ketergantungan antara mesin dan tenaga kerja.
Secara umum, tiap unit produk memerlukan sejumlah tertentu kerja manual sejalan dengan
sejumlah tertentu operasi permesinan. Dengan melakukan perencanaan mesin dan tenaga
kerja secara terpisah dapat terjadi ketidak-efisienan implementasi karena kurangnya
keseimbangan antara mesin dan operator.
Pada proses produksi ubin keramik di perusahaan ini, terlihat kondisi bahwa proses
produksi hampir seluruhnya dilakukan oleh mesin namun juga dikendalikan oleh operator.
Karena itu dilakukan penelitian untuk melihat unjuk kerja model integrasi pada proses
produksi ubin keramik ini.
2. Proses Produksi
Proses produksi ubin keramik lantai merupakan proses single firing (pembakaran satu
kali). Proses pembuatan ubin keramik melalui enam tahapan pokok, yaitu :
a) Proses Pembuatan Powder Keramik
Bahan baku body dimasukkan ke dalam mesin penghancur dengan menggunakan
mechanical shovel. Bahan baku yang sudah dihancurkan dimasukkan ke dalam mesin
continuous ball-mill dengan menggunakan beltconveyor. Bahan pendukung yang lain
juga dimasukkan ke dalam ball-mill dan digiling selama 8-10 jam agar diperoleh slurry
yang halus dan homogen. Kemudian slurry dimasukkan dalam sumur slurry dimana
terdapat pengaduk yang selalu berputar agar campuran bahan dasar dengan air yang
dinamakan slip tidak padat dan tidak kering. Slip kemudian dipompakan ke dalam
spray dryer dengan menggunakan pompa piston, untuk kemudian dikabutkan dengan
menggunakan nozel. Udara panas dengan suhu 600°C yang dihembuskan dari bagian
atas spray dryer akan menguapkan air dan mengakibatkan slip yang dikabutkan berubah
3. Data Awal
3.1 Data Permintaan Masa Lalu
Data permintaan aktual selama 3 tahun yaitu dari April 1998 sampai dengan Maret 2001
dapat dilihat pada Gambar 1
Diperoleh t hit = r Ö [(n-2)/(1-r2)] = 4,162 > 2.0323. Tolak H0, berarti ada faktor trend,
dapat dilihat pada Gambar 2.
3.3 Peramalan
Metode peramalan yang cocok untuk kondisi berfaktor trend adalah double exponential
smoothing, winter multiplicative dan multiplicative decomposition.
Dari ketiga metode tersebut, dipilih metode peramalan dengan MAD terkecil dan hasil
peramalan dapat dilihat pada Gambar 3.
Pada perencanaan ini ditentukan tingkat produksi dan tingkat tenaga kerja yang
meminimalkan biaya produksi untuk memenuhi permintaan pada tiap periode perencana.
Model ini mengasumsikan bahwa jam kerja overtime menyesuaikan dengan jam kerja
tenaga manual. Pengelompokan produk pada perencanaan agregat dilakukan berdasarkan
body ubin keramik, yaitu body polos kilap dan body bergelombang, dimana :
· body polos kilap : SYG, SYC, SYR, Malibu
· body bergelombang : ROB, ROGreen, ROT, Ob, O’c, Safari
Pengelompokan dilakukan karena kesamaan dalam proses produksi maupun bahan baku
yang digunakan.
Model ini juga menggunakan notasi (a)+ dan (a)- yang nantinya akan dilinierkan dengan
transformasi yang sama seperti pada perencanaan kebutuhan mesin.
demand relatif tinggi maka terjadi penambahan karyawan. Pada model integrasi juga
terjadi pemecatan 51 orang tenaga kerja pada periode 1 dan dengan peningkatan
penggunaan mesin pada over time maka periode selanjutnya tidak memerlukan
penambahan tenaga kerja.
Pada kenyataannya, menurut pengamatan yang dilakukan peneliti pada perusahaan ubin
keramik ini, memang terjadi kurangnya efektifitas kerja dari tenaga kerja yang ada saat ini
karena banyak tenaga kerja yang terlihat menganggur.
Mesin yang beroperasi secara penuh dan terus menerus adalah mesin kiln. Karena itu
dengan penambahan mesin kiln maka biaya produksi akan dapat lebih ditekan. Sedangkan
pada perencanaan kebutuhan mesin, jumlah mesin yang dioperasikan pada regular time
sama dengan pada model integrasi. Tetapi pada perencanaan kebutuhan mesin semua
mesin tersebut dioperasikan secara penuh pada over time, sedangkan pada model integrasi
hanya mesin ball-mill yang dioperasikan secara over time namun tidak sepenuhnya, pada
periode ke 6 dan 7. Selain itu tingkat tenaga kerja yang digunakan pada model
perencanaan kebutuhan mesin lebih tinggi daripada pada model integrasi.
Ketiga model perencanaan di atas menghasilkan keputusan bahwa pada tiap periode
produksi tidak ada inventory. Faktor yang mempengaruhi unjuk kerja model integrasi
terhadap kedua model lainnya adalah rasio kontribusi operator dan mesin terhadap proses
produksi. Rasio ini dapat ditentukan dengan T/Tw dimana T adalah machining time yang
diperlukan untuk memproduksi satu unit produk (jam/unit) dan Tw adalah muatan kerja
manual dari satu unit produk (jam/unit). Rasio ini dapat pula ditentukan dengan KR
dimana K adalah kebutuhan tenaga kerja per unit produk (periode-pekerja/unit) dan R
adalah output mesin berupa produk yang baik dari tiap mesin (unit/periode). Semakin
besar rasio ini berarti ketergantungan terhadap tenaga kerja akan semakin besar sehingga
model perencanaan agregat akan lebih cocok. Begitu pula bila rasio ini semakin kecil,
yang berarti peran mesin lebih dominan daripada peran tenaga manual, maka unjuk kerja
model perencanaan kebutuhan mesin akan semakin meningkat.
Analisa ini mendukung hasil penelitian diatas bahwa dengan KR>2 maka penghematan
model integrasi terhadap model perencanaan kebutuhan mesin lebih besar dibandingkan
terhadap model perencanaan agregat.
Perhitungan total biaya dengan model perencanaan agregat adalah Rp.89.540.209.100,-
sedangkan dengan model perencanaan kebutuhan mesin adalah Rp.89.830.819.050,- dan
dengan model integrasi adalah Rp.89.360.756.070,- yang menunjukkan total biaya
terkecil.
BAB V
PENUTUP
V.1. Kesimpulan
3. Ongkos-ongkos yang terlibat dalam perencanaan agregat yaitu Hiring cost (ongkos
penambahan tenaga kerja), Firing cost (ongkos pemberhentian tenaga kerja), Overtime
cost dan undertime cost (ongkos lembur dan ongkos menganggur), Inventory cost dan
backorder cost (ongkos persediaan dan ongkos kehabisan persediaan), dan Subcontract
cost (ongkos subkontrak).
7. Melemburkan pekerja.
9. Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan pada
perencanaan produksi agregat. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:
V.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
http://74.125.153.132/search?
q=cache:lxenP8LYGUkJ:digilib.petra.ac.id/jiunkpe/s1/tmi/2004/jiunkpe-ns-s1-2004-
25400071-4036-alas-
chapter2.pdf+aplikasi+perencanaan+agregat+pada+perusahaan&cd=21&hl=id&ct=cln
k&gl=id&client=firefox-a