You are on page 1of 106

http://www.dedewijaya.co.

cc, 31 Oktober 2008, HARI REFORMASI

43 KRITIK TERHADAP GEREJA DAN GEMBALA


1. Baptis Bayi/Anak adalah Tidak Alkitabiah
2. Pendeta/Penatua/Penilik Jemaat/Gembala Wanita dan Diaken/Majelis
Wanita adalah Tidak Alkitabiah
3. Sistem Kepausan adalah Tidak Alkitabiah
4. Transubtansiasi dan Konsubstansiasi adalah Tidak Alkitabiah
5. Membaptis secara Percik atau dengan Bendera adalah Tidak
Alkitabiah
6. Manusia diselamatkan hanya karena IMAN bukan karena Baptisan,
Iman+Perbuatan, Iman+Baptisan, Iman+ ++ lainnya. Baptisan Tidak
Menyelamatkan.
7. Arianisme dan Saksi Jehova yang menolak Keilahian Yesus dan Tritunggal
adalah Tidak Alkitabiah
8. GSPdI (Gereja Serikat Pantekosta di Indonesia) dengan mode Sabelian
(Allah 1 Pribadi dalam 3 wujud) adalah Tidak Alkitabiah
9. Sistem Gereja Universal/Katolik/Am adalah Tidak Alkitabiah. Sistem
Gereja Lokal adalah ALKITABIAH
10. Sistem Eskatologi Amilenialisme dan Postmilenialisme adalah Tidak
Alkitabiah
11. Menafsirkan 6 hari Penciptaan sebagai bukan 6 hari biasa adalah Tidak
Alkitabiah
12. Calvinisme dengan 5 point TULIP adalah Tidak Alkitabiah
13. Predestinasi John Calvin adalah Tidak Alkitabiah
14. Gerakan Ekumene adalah Tidak Alkitabiah, Kesatuan yg Alkitabiah adalah
Tidak Mengkompromikan KEBENARAN/DOKTRIN/PENGAJARAN
15. Verbal Plenary Inspiration (VPI) dan Verbal Plenary Preservation
(VPP) dalam doktrin Alkitab adalah ALKITABIAH
16. Bayi yg mati PASTI MASUK SURGA karena sudah ditebus oleh
Darah Yesus
17. Sekali Selamat Tetap Selamat=SSTS= Once Saved always Save adalah
Tidak Alkitabiah. Beriman sampai Mati/Akhir PASTI MASUK
SURGA. Jaminan Keselamatan Bersifat Kondisional/Bersyarat.
18. Kerajaan 1000 tahun, Surga dan Neraka adalah benar-benar Nyata.
19. Hanya ada dua Upacara/Ordinansi yang diperintahkan Tuhan yaitu
Baptisan Air dan Perjamuan Tuhan
20. Pewahyuan dan Nubuat dan semua karunia yg berhubungan dengan
Pewahyuan (Bahasa Roh/berbahasa Lidah, Bernubuat, dan
Pengetahuan, 1 Kor 13:8-10) sudah Tidak ada sejak Wahyu 22:21
selesai ditulis. Tidak ada Firman Allah lagi di luar Alkitab yang telah
Kanon (Tidak ada ekstra biblical)

1
http://www.dedewijaya.co.cc, 31 Oktober 2008, HARI REFORMASI

21. Wanita berkhotbah di Kebaktian Umum/Ibadah Raya/Pertemuan


Jemaat yang dihadiri Jemaat Dewasa (keluarga/yang sudah menikah)
adalah Tidak Alkitabiah
22. Perjanjian Baru mengajarkan bahwa orang percaya hari ini tidak
terikat pada hukum Sabat, karena itu Gereja Advent yg
mempertahankan hari Sabat, makanan dan minuman tertentu,
Hukum Sunat adalah Tidak Alkitabiah. Pengajaran Advent mengenai
hari Sabat tidak sesuai dengan pengajaran Alkitab dan merupakan
bagian dari kesalahan total mereka yg tidak dapat melihat perubahan
dari sistem penyembahan simbolik di PL menjadi sistem penyembahan
dalam Roh dan Kebenaran dalam PB atau Ibadah Hakikat.
23. Manusia adalah suatu Pribadi ciptaan Allah yang diberi kemampuan
berpikir, kesadaran diri, kehendak bebas, dan ketika jatuh dalam
dosa, hanya kehilangan Kemuliaan Allah dan hubungan/komunikasi
dengan pencipta. Manusia tetap mempunyai kehendak bebas.
24. Manusia yang belum diselamatkan mampu merespon terhadap berita
Injil, sehingga Aktivitas penginjilan adalah KEHARUSAN. Mati
secara rohani bukanlah mati seperti mayat yg tidak bisa merespon
berita Injil.
25. Gereja Lokal adalah Tiang Penopang dan Dasar Kebenaran (TPDK)
26. Tuhan telah menghentikan jabatan IMAM dan praktek keimamatan
(pemberkatan oleh “pendeta“ pada akhir kebaktian, pemberkatan
nikah, dll) untuk Jemaat perjanjian Baru.
27. Konsep Family Altar adalah Salah karena kita tidak lagi hidup dalam masa
Keimamatan Ayah (zaman antara Adam sampai Taurat diturunkan)
28. Istilah yg benar adalah Peneguhan Nikah, bukan pemberkatan nikah.
Istilah Pemberkatan nikah dipakai Gereja Roma Katolik karena mereka
menempatkan pernikahan sebagai salah satu sakramen (upacara kudus)
gereja. Gereja Alkitabiah hanya mengenal dua ordinansi (Upacara yg
diperintahkan) yaitu Baptisan dan Perjamuan Tuhan. Dalam Gereja
Alkitabiah tidak ada jabatan imam yg berwenang memberkati, itulah
sebabnya tidak dibenarkan memakai istilah Pemberkatan Nikah. Upacara
yg dilakukan gereja alkitabiah dalam hal pernikahan ialah mengukuhkan
atau meneguhkan pernikahan 2 anggota jemaatnya di hadapan Tuhan dan di
hadapan sidang jemaatNya serta berdoa memohonkan kasih karunia Tuhan
untuk kehidupan rumah tangga mereka. Berkat Tuhan bagi mereka
selanjutnya tentu bergantung pada sikap hati mereka kepada Tuhan, bukan
pada penumpangan tangan dari imam atau pendeta yang melakukan praktek
keimamatan.
29. Tidak ditemukan Penumpangan Tangan untuk PEMBERKATAN dalam
Perjanjian Baru. Penumpangan Tangan untuk Pengukuhan Jabatan
(Gembala, Penginjil, Guru Injil dan Diaken) sebegai bentuk
Perestuan/Approve atas nama Jemaat

2
http://www.dedewijaya.co.cc, 31 Oktober 2008, HARI REFORMASI

30. Tidak ada satu orang pun yang BERHAK membaptis seseorang ke
dalam Roh Kudus selain YESUS KRISTUS. Pendeta manapun yang
mencoba membaptiskan seseorang ke dalam Roh Kudus adalah SESAT dan
DURHAKA (merebut wewenang Yesus)
31. Ajaran Katolik tentang API PENYUCIAN adalah TIDAK ALKITABIAH
32. Nama Pribadi TUHAN adalah YHWH (baca: YAHWEH) bukan ALLAH
atau TUHAN
33. Pastor dan suster Katolik menikah adalah ALKITABIAH
34. Jabatan Nabi dan Rasul sudah tidak ada/dihentikan karena
Pewahyuan sudah berhenti.
35. 2 Kategori ajaran sesat: Keluar dari Alkitab dan Salah Menafsirkan
Alkitab
36. Pengajaran MISKIN adalah DOSA, SUNGGUH SESAT, yang Benar:
Miskin bisa disebabkan karena dosa (misal: Kemalasan) dan sebaliknya
Pengajaran KAYA adalah BERKAT, Sungguh Menyesatkan, karena ada
orang Kaya yang mendapatkan kekayaan dengan Cara-cara berdosa, misal:
Korupsi, ke dukun/roh2 gunung Kawi, menipu orang lain, dll
37. Tuhan Berdaulat 100% (sepenuhnya) dan Manusia bertanggung
Jawab 100% (sepenuhnya) adalah ALKITABIAH
38. Setiap orang yang dilahirkan dari keturunan Adam dan Hawa mewarisi
POSISI orang berdosa atau Nature (sifat hati) yang berdosa adalah
ALKITABIAH
39. Hanya ada SATU CARA untuk Menyelamatkan manusia dari
PENGHUKUMAN, yaitu dengan mengirim JURUSELAMAT untuk
dihukumkan sebagai pengganti manusia berdosa adalah ALKITABIAH,
tegasnya DOSA hanya dapat diselesaikan melalui PENGHUKUMAN
40. Pengajaran Cyprian (AD 200-258) yang tercatat sebagai orang yang
mempromosikan konsep keselamatan oleh Gereja. Ia menasehatkan agar
semua gereja menggabungkan diri ke dalam Gereja Universal (KATOLIK)
dengan Slogannya yang terkenal DILUAR GEREJA TIDAK ADA
KESELAMATAN (EXTRA NULLA SALUS EKKLESIAM). Sejak saat
itu dimulai suatu gerakan untuk menggiring semua gereja otonom
(independen) ke dalam Gereja Roma Katolik dengan indoktrinasi bahwa
TIDAK ADA KESELAMATAN DI LUAR GEREJA ROMA KATOLIK.
Tidak cukup dengan itu akhirnya disusunlah Pengakuan Iman Rasuli yang
salah satu pointnya Gereja yang Kudus dan Katolik (Am, Universal). Ini
Pengajaran yang SUNGGUH MENYESATKAN dan TIDAK
ALKITABIAH.
41. Satu Kesalahan Fatal Pengakuan Iman Rasuli adalah adanya pernyataan
bahwa GEREJA itu HARUS KATOLIK.

Tetapi hingga saat konsili di Nicea (tahun 325 AD) belum muncul
pengakuan iman tertentu yang berlaku secara universal, yang tepat

3
http://www.dedewijaya.co.cc, 31 Oktober 2008, HARI REFORMASI

dengan kata-kata yang sama, dan diperintahkan oleh otoritas


universal yang sama.

But until the time of the Council of Nicen there does not appear to
have been any one particular creed which prevailed universally, in
exactly the same words, and commended by the same universal
authority (Cyclopedia of Biblical, Theological, and Ecclesiastical
Literature, John McClintock & James Strong, Grand rapids: Baker
book House, 1981, Vol II, p 559)

Kutipan tersebut membuktikan bahwa Pengakuan Iman ”Rasuli” (PIR) yang


digembar-gemborkan oleh Gereja Roma Katolik dan dipungut Gereja Protestan,
serta di-beo-kan oleh Gereja-gereja Injili sesungguhnya bukanlah Pengakuan Iman
yang disampaikan oleh Para Rasul. Jelas sekali bahwa pada zaman Para Rasul
belum dikenal istilah THE HOLY CATHOLIC CHURCH atau Gereja Yang
Kudus dan Am (KATOLIK), yang terdapat dipengakuan iman tersebut. Bahkan
pernyataan gereja Yang Kudus dan Am itu sangat mustahil karena gereja tidak
mungkin Kudus jika ia bersifat KATOLIK. Gereja akan Kudus kalau bersifat
OTONOM dan LOKAL serta Menerapkan Disiplin Gereja dengan Ketat.

42. Iman yang Menyelamatkan ialah kita percaya bahwa YESUS KRISTUS
telah DISALIBKAN untuk MENANGGUNG semua DOSA kita. Atau
seseorang percaya dengan segenap hati bahwa Yesus telah
MENGGANTIKANnya disalibkan dan kini ia sedang menggantikanNya
hidup, Memahami kondisi diri sebagai orang berdosa yang tidak berdaya,
yang akan masuk ke Neraka, serta menyesali dosa-dosanya, dan mengucap
syukur atas kasih Yesus kristus yang rela dihukumkan menggantikannya.
43. Kesalahan Terbesar Bapak-Bapak Reformator adalah tidak mereformasi
Doktrin Gereja (Ekklesiologi).
44. Ajaran Pdt. Yesaya Pariadji tentang Minyak Urapan TIDAK
ALKITABIAH.

Baca semua penjelasan & argumentasi poin-poin di atas di blog-blog saya di


bawah.

SIKAP TIDAK BERANI MENYATAKAN KEBENARAN DAN


KETIDAKBENARAN adalah AKIBAT dari KETIDAKJELASAN.

SESEORANG TIDAK MUNGKIN BISA MENJADI ORANG


KRISTEN YANG BAIK TANPA MENJADI ANGGOTA JEMAAT
YANG BAIK itulah sebabnya setiap orang Kristen yang telah LAHIR

4
http://www.dedewijaya.co.cc, 31 Oktober 2008, HARI REFORMASI

BARU HARUS menjadi anggota dari sebuah jemaat yang


ALKITABIAH.

Membicarakan Persatuan sambil meremehkan perbedaan-perbedaan


DOKTRIN adalah mengorbankan KEBENARAN di atas mezbah
impian khayal.

AMSAL 23:23 Belilah kebenaran dan jangan menjualnya; demikian


juga dengan hikmat, didikan dan pengertian.

Tidak ada Gereja yg Sempurna, itu benar. Ada Gereja Yang Lebih
Benar, itu Benar.

Baca Banyak Artikel Alkitabiah lainnya di:

http://kristenfundamental.blogspot.com (100 artikel)


http://kristen-fundamental.blogspot.com (100 artikel)
http://dedewijaya.blogspot.com (Hit Counter 23rb, 240 artikel)
http://dedewijaya83.blogspot.com (Hit Counter 23rb, 240 artikel)
http://dedewijaya.multiply.com (Hit Counter 4rb, 200 artikel)
http://dedewijaya83.multiply.com (Hit Counter 3rb, 200 artikel)
http://www.dedewijaya.co.cc (Hit Counter 23rb, 240 artikel)
http://www.dedewijaya83.co.cc (Hit Counter 5rb, 180 artikel)
http://www.dede-wijaya.co.cc (Hit Counter 2rb, 120 artikel)
http://dedewijaya.wordpress.com (Hit Counter 5rb, 180 artikel)
http://www.kristenfundamental.co.cc (100 artikel)
http://www.sabdaspace.org/blog/dedewijaya (Hit Counter 8rb, 90
artikel) Diskusi/Debat
http://www.in-christ.net/blog/dedewijaya (Hit Counter 5rb, 85 artikel)
Diskusi/Debat
http://dedewijaya.blogs.friendster.com (add saya di FS:
dd123id@yahoo.com)
http://www.webkristiani.co.cc (berisi 3000 website Kristiani)
http://lexlicalife.blogspot.com (Ev. Johan, GBIA Graphe)
http://www.graphe-ministry.org (Website GBIA GRAPHE dan GITS,
SUHENTO LIAUW, D.R.E., Th.D, dr. STEPHEN EINSTAIN LIAUW,
D.R.E., dr. ANDREW LIAUW, M.Th)

5
http://www.dedewijaya.co.cc, 31 Oktober 2008, HARI REFORMASI

http://www.wayoflife.org (website Fundamental by DR. DAVID


CLOUD)

Forum Diskusi Alkitab dan Teologi: diskusi-alkitab@googlegroups.com

6
http://www.dedewijaya.co.cc, 31 Oktober 2008, HARI REFORMASI

PEMBAHASAN POINT-PER POINT


1. Baptis Bayi/Anak adalah Tidak Alkitabiah

Bagaimana Tentang BAPTISAN?


Mungkin Anda telah mendengar orang-orang yang membahas cara membaptis yang
tepat.“Jika seseorang dibaptis sampai ke lehernya, apakah ia telah benar-benar dibaptis?”
tanya salah seorang yang sedang berbincang-bincang itu.
“Tidak, tentu saja tidak,“ jawab yang lain.”Jika ia dibaptis sampai ke dahinya, apakah itu
baptisan?”
“Tidak,“ kata orang itu lagi dengan tegas.
“Nah,“ kata orang tersebut, “itu membuktikan bahwa air yang di atas kepala itulah yang
betul-betul penting!“

Baptisan air telah menjadi sumber kontroversi di kalangan Kristen sejak gereja
mulai berdiri. Dalam Kisah Para Rasul baptisan air dikaitkan secara erat dengan
PENGALAMAN PERTOBATAN. "Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-
masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan
dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus.“ (Kisah 2:38). Ayat-ayat
seperti ini telah menimbulkan berbagai perbedaan pendapat yang masih terus
diperdebatkan sekarang ini.

Tiga pertanyaan kerap kali diajukan:


(1) Haruskah baptisan air dibatasi untuk orang-orang dewasa yang secara pribadi
telah percaya kepada Kristus?
(2) Apakah baptisan itu suatu sarana kasih karunia yang membuat seseorang
dilahirkan kembali?
(3) Apakah yang menjadi pola baptisan-yaitu, haruskah kita diselamkan?

Munculnya Pembaptisan Anak Kecil


Dalam beberapa kasus teks Alkitab dengan gamblang menyatakan bahwa baptisan
diberikan kepada mereka yang menanggapi berita Injil. Misalnya, dalam kasus
kepala penjara di Filipi, kita membaca, “Lalu mereka memberitakan firman Tuhan
kepadanya dan kepada semua orang yang ada di rumahnya.“ (Kisah Para Rasul 16:32).
Ini menjelaskan mengapa seisi rumahnya dapat/boleh dibaptis—mereka semua telah
cukup usia untuk mendengarkan Firman. Pembaptisan yang dilakukan terhadap orang-
orang yang tidak dikategorikan seperti ini, bertumpu pada alasan-alasan teologi yang lain.

7
http://www.dedewijaya.co.cc, 31 Oktober 2008, HARI REFORMASI

Dalam PB, Baptisan segera menyusul setelah IMAN PRIBADI kepada Kristus
digunakan. Setahu kami, dalam gereja mula-mula, TAK SATUPUN orang percaya
yang tidak dibaptis. Semua orang Percaya DIBAPTIS sebagai suatu kesaksian
terhadap iman mereka.

Jika demikian, darimanakah munculnya pembaptisan yang bukan seperti hal yang
disebutkan ini? Kita mungkin berharap akan menemukan berbagai rujukan yang
berkenaan dengannya dalam tulisan-tulisan para bapak gereja, yakni, mereka yang
mengenal para rasul. Tidak demikian. Misalnya, Ireneus, yang mengenal Polikarpus,
seorang murid rasul Yohanes, menuliskan suatu risalah teologi yang terdiri atas 5 Jilid
termasuk tentang baptisan.
Dalam Surat Barnabas (sekitar tahun 120-130), suatu pasal yang singkat disediakan untuk
membicarakan Baptisan Air, tetapi Hanya Baptisan Orang-orang Percaya. ”Kami
turun ke dalam air penuh dengan dosa dan kecemaran, dan kami keluar dengan membawa
buah dalam hati kami, ketakutan dan pengharapan dalam Yesus di dalam Roh.”1
Yang lebih penting lagi adalah kenyataan bahwa dalam Didache, sebuah buku pedoman
awal tentang pelayanan Kristen (sekitar tahun 100-110), terdapat ajaran yang terinci
tentang perilaku moral orang yang dibaptis. Ajaran itu menjelaskan bahwa air yang
mengalir harus dipakai; jikalau tidak ada, maka pakailah air yang tergenang. Jika tidak
ada cukup air untuk membenamkan calon yang akan dibaptis, maka air dituangkan ke
atas kepalanya tiga kali dalam nama Bapa, Putra, dan Roh Kudus. Tetapi pembaptisan
yang lain daripada itu tidak disebutkan.
Dengan munculnya SAKRAMENTALISME, baik Baptisan maupun Perjamuan kudus
dinggap sebagai sarana kasih karunia yang diberikan kepada Gereja. Kalau begitu,
tampaknya logis untuk melaksanakannya. Petunjuk pertama yang tegas tentang
pembaptisan dating dari Tertullianus, pemimpin gereja Afrika Utara (sekitar tahun 200),
yang menandaskan bahwa anak-anak harus datang untuk dibaptis ketika mereka
sudah DEWASA supaya mereka mengerti apa yang sedang mereka lakukan.” Oleh
karena itu, sesuai dengan keadaan dari watak seseorang, dan juga usianya, maka
PENUNDAAN baptisan adalah LEBIH MENGUNTUNGKAN, khususnya dalam
hal anak-anak kecil.”2 Keberatannya menunjukkan bahwa pada tahun 200 pembaptisan
anak kecil telah dipraktekkan dalam beberapa gereja.
Petunjuk kedua tentang baptisan anak kecil dating dari tulisan-tulisan Origenes, yang
dilahirkan dalam suatu keluarga Kristen di Alexandria, Mesir. Ia menjadi tenar sebagai
guru, kendati pada akhirnya ia terpaksa pindah ke Palestina oleh karena perlawanan dari
uskup Alexandria. Dalam sebuah tafsiran Injil Lukas, ia menulis bahwa anak-anak kecil
dibaptis ”supaya pencemaran dari kelahiran kita dihapuskan.” Pada hakekatnya ia
mengulang pernyataan yang sama dalam sebuah tafsiran tentang Surat Roma.
Para sarjana berbeda pendapat mengenai pentingnya bagian-bagian ini. Meskipun
Origenes menulis dalam bahasa Yunani, bagian-bagian ini hanya terdapat dalam sebuah
terjemahan Latin yang dibuat oleh seorang bernama Rufinus, yang hidup pada periode
yang kemudian dan yang terkenal suka menambah-nambahkan pendapatnya sendiri ke
dalam terjemahannya. Ada yang menduga bahwa ia menambahkan rujukan-rujukan

8
http://www.dedewijaya.co.cc, 31 Oktober 2008, HARI REFORMASI

tentang pembaptisan anak kecil untuk menyelaraskan ajaran Origenes dengan


kepercayaan gereja Latin pada zamannya. Akan tetapi, jika pernyataan-pernyataan
Origenes itu asli, maka itu memberikan kesaksian yang penting tentang fakta
pembaptisan anak kecil dan alasannya dalam gereja pada tahun 240.
Rujukan ketiga terdapat dalam tulisan-tulisan Cyprianus, juga dari Afrika Utara. Kira-
kira pada tahun 251, ia bertanya kepada para utusan di suatu konsili gereja apakah pada
hemat mereka baptisan harus ditunda sampai pada hari ke-8. ia mencatat bahwa Konsili
itu, yang terdiri dari 66 uskup, mengatakan bahwa baptisan tidak boleh ditunda ”jangan
sampai oleh perbuatan itu kita membuka jiwa si anak terhadap risiko kebinasaan
kekal.” Di sini kita memperoleh petunjuk jelas yang menghubungkan baptisan bahkan
terhadap bayi dengan kelahiran baru secara rohani. Dalam sebuah dokumen yang
belakangan, Cyprianus juga menyebutkan bahwa anak-anak kecil sekalipun harus
diberikan Perjamuan kudus juga. Jika, memang benar, bahwa kasih karunia disalurkan
melalui sakramen, maka anak-anak juga harus menerima berkat ini.
Agustinus adalah saksi kita yang keempat dari Afrika Utara yang mendukung
pembaptisan anak kecil. Seperti telah kita pelajari, ia mempunyai dampak yang kuat atas
pemikiran gereja Kristen. Ia mengajar bahwa pembaptisan anak kecil berasal dari zaman
para rasul, meskipun ia tidak menyebutkan nama orang yang mengajarkannya lebih awal
dari Cyprianus. Sejalan dengan teologi wilayah itu, ia juga mengatakan bahwa kebiasaan
memberi perjamuan kudus kepada anak-anak pun dilakukan dengan otoritas para rasul.
Kedua sakramen ini diperlukan bagi keselamatan; oleh karena itu, kedua-duanya harus
diberikan juga termasuk kepada anak-anak. “Apabila sebagaimana disetujui oleh
banyak kesaksian ilahi, keselamatan dan hidup kekal tak dapat diharapkan oleh
siapapun, tanpa baptisan serta tubuh dan darah Tuhan kita, maka sia-sialah untuk
menjanjikannya kepada siapa pun bahkan kepada anak-anak tanpa kedua
sakramen tersebut.“3
Jadi gereja-gereja yang percaya SAKRAMENTALISME, melaksanakan kedua upacara
ini untuk anak-anak. Jewett mengomentari, “Tak pernah terpikirkan oleh seorang
pun dalam gereja zaman dahulu untuk mempertanyakan hak anak-anak menerima
Ekaristi setelah hak untuk mengikutsertakan mereka di dalam gereja telah
ditetapkan.“ Jewett mengatakan, teori bahwa anak kecil harus dibaptis tapi tidak
diberikan komuni,“bertumpu pada perkembangan dogmatik abad pertengahan
dalam gereja Barat yang sama sekali tidak ada sangkut paut dengan pandangan
Injili mengenai sakramen-sakreman itu.“4
Dengan berkembangnya pembaptisan anak kecil, timbullah gagasan untuk meminta para
orang tua untuk bertindak sebagai orang tua baptis bagi anak yang dibaptis. Tertullianus,
yang berbicara menentang pembaptisan anak kecil, mengacu kepada orang tua baptis
atau orang tua dari si Anak yang dibaptis sebagai MUDAH SEKALI membuat Janji-
Janji yang GEGABAH ketika mereka mengatakan bahwa anak itu akan menjadi
orang Kristen dalam kehidupannya kelak. ”Siapakah yang mengetahui apakah hal
ini akan terjadi?” ia bertanya.
Jadi, praktek pembaptisan anak kecil muncul di Afrika Utara kira-kira pada paruhan akhir
dari abad kedua, sebagian besar disebabkan oleh kepercayaan bahwa pengampunan dosa

9
http://www.dedewijaya.co.cc, 31 Oktober 2008, HARI REFORMASI

datang melalui sakramen-sakramen. Sejalan dengan Sakramentalisme, maka perjamuan


kudus juga diberikan kepada anak-anak.

Arti Pembaptisan Anak Kecil Dalam Abad Pertengahan


Setiap orang yang mengenal sejarah kekristenan mengetahui bahwa gereja mula-mula
mengalami perlawanan yang sengit dari Kerajaan Romawi. Gelombang demi gelombang
penganiayaan menimpa orang percaya. Bukan karena orang-orang Romawi tidka
bertoleransi terhadap agama lain—orang dapat menyembah dewa mana saja yang ia
sukai. Ekslusivisme (paham yang cenderung memisahkan diri dari masyarakat)
kekristenan itulah yang menjengkelkan kaisar-kaisar Romawi. Orang Kristen dianggap
begitu picik pikirannya sehingga mereka tidak mau berkata, ”Kaisar adalah Tuhan!”
Kaisar Diokletianus memerintah selama 20 tahun. Sebelum ia wafat, ia melawan orang-
orang Kristen, mengusir mereka dari kerajaan Romawi. Pada tahun 305, ia turun takhta
dan mewariskannya kepada Galerius, yang bahkan lebih bernafsu melawan orang
Kristen. Menjelang kematiannya pada tahun 311, Galerius menyadari bahwa orang-
orang kafir pun merasa muak dengan penganiayaan yang berdarah itu. Karena
mengetahui bahwa masyarakat pada umumnya memusuhinya, ia mengeluarkan dekrit
toleransi, yang sebagian besar memberikan kelegaan kepada orang-orang Kristen. Setelah
ia wafat, pecahlah perebutan kekuasaan dan Konstantinus maju melintasi pegunungan
Alpen untuk menggulingkan penguasa Romawi Maxentius (yang berharap untuk
menggantikan Galerius) dan merebut kota Roma. Ketika Konstantinus berhadapan
dengan lawannya di jembatan Mivian sedikit di luar kota Roma, ia meminta pertolongan
kepada Allah orang Kristen. Dalam suatu mimpi ia melihat sebuah salib di langit dengan
perkataan, ”Dalam tanda ini taklukkanlah.” Ketika ia meraih keberhasilan militer pada 28
Oktober 312, ia menganggap kemenangannya sebagai bukti dari kebenaran agama
Kristen. Apakah pertobatannya sungguh-sungguh atau tidak, ia memberikan
kemerdekaan kepada orang-orang Kristen dan akhirnya Kekristenan menjadi agama
resmi kerajaan itu.
Apakah hubungan semua ini dengan baptisan? Dengan berkuasanya Konstantinus,
Kekristenan tidak lagi merupakan suatu sekte di dalam kerajaan itu, tetapi menjadi searti
dengan kerajaan itu. Sekarang orang akan menjadi Kristen hanya karena ia lahir dalam
kerajaan itu, tidak perlu memiliki iman pribadi pada Kristus. Pembaptisan anak kecil
menjadi mata rantai yang mempersatukan gereja dan negara.
Meskipun pembaptisan anak kecil dimulai dengan alasan-alasan teologis, yakni,
kepercayaan bahwa upacara itu menghapus pencemaran dosa, sekarang pembaptisan
menjadi suatu aset politik. Setiap anak yang dibaptis menjadi orang Kristen dan anggota
kerajaan Romawi sekaligus. Karena anak-anak kecil dapat menjadi warga negara
kerajaan tanpa keputusan apapun pada pihak mereka, demikian pulalah mereka dapat
menjadi orang Kristen. Pembaptisan anak kecil menjadi praktik yang hampir universal
dalam beberapa dekade.
Agustinus menerima keyakinan bahwa gereja dan negara harus bersatu, dengan
menandaskan (1) hak gereja untuk menggunakan negara dalam pelaksanaan Kekristenan.

10
http://www.dedewijaya.co.cc, 31 Oktober 2008, HARI REFORMASI

Jadi, “penganut ajaran sesat“ dapat dibunuh dan para pengingkar dibantai; dan (2)
pembaptisan anak kecil diharuskan.
Pembaptisan anak kecil memainkan peranan penting dalam penggabungan gereja dan
negara. Itulah sebabnya golongan Anabaptis (mereka yang telah dibaptis sebagai
anak kecil, tetapi dibaptis ulang sebagai orang dewasa, ketika mereka pribadi
menjadi percaya kepada Kristus) dianiaya dengan begitu kejam. Perselisihannya
bukan sekedar teologis, tetapi politis. Pada masanya Raja Karel Agung (dinobatkan pada
tahun 800), orang-orang yang dibaptis setelah secara pribadi percaya kepada
Kristus dibunuh. Yang dikhawatirkan adalah jika gereja hanya dianggap sebagai suatu
kelompok dalam masyarakat dan bukan sejajar dengan masyarakat, maka seluruh
kesatuan gereja dan negara akan terpecah-pecah. Pembaptisan anak kecil adalah
”perekat” yang menyatukan gereja dan negara.
Karl Barth, teolog terkenal dari Swiss, mengakui bahwa motivasi sesungguhnya
dibalik Baptisan Anak adalah KONSTANTIN-isme, yakni kesatuan gereja dan
Negara. Ketika berbicara mengenai para Reformator yang berpegang pada Baptisan
Anak Kecil, ia mengatakan, “Orang-orang pada waktu itu tidak mau melepaskan, karena
cinta atau uang, keberadaan gereja Injili dalam bentuk Corpus Christianum
Konstantinian. Ketika gereja menghentikan pembaptisan anak kecil, gereja Rakyat
dalam arti gereja Negara atau gereja Massa berakhir.“ Ia melanjutkan dengan
mengatakan bahwa bahkan Luther mengakui tak akan banyak orang yang dibaptis jika
seseorang, bukannya dibawa kepada baptisan, tetapi harus datang kepadanya. Barth
menjelaskan bahwa Alkitab mengajarkan gereja Kristen merupakan suatu minoritas; bila
semua orang diikutsertakan didalamnya, maka akibatnya adalah kesakitan bukan
kesehatan. Ia mengakhiri dengan berkata bahwa, ”sudah saatnya untuk
mengumumkan bahwa suatu pencarian yang urgen untuk bentuk yang lebih baik
dari praktik baptisan kita sudah lama dinanti-nantikan.”5

Para Reformator: Zwingli


Pada mulanya Ulrich Zwingli, pengkhotbah dan reformator dari Zurich,
mempunyai KERAGUAN YANG SERIUS tentang Pembaptisan Anak Kecil. Ia
Mengaku, ”Tak ada yang lebih menyedihkan saya daripada bahwa saat ini saya
harus membaptiskan anak-anak kecil karena SAYA TAHU HAL ITU
SEHARUSNYA TIDAK DILAKUKAN.”6 Ia menyadari bahwa pembaharuan yang
menyeluruh dalam gereja akan berarti menghentikan kebiasaan itu. Ia mengatakan
lagi, ”Saya tidak menyinggung hal baptisan, saya tidak menyebutnya benar atau salah;
jika kita harus membaptis seperti YANG TELAH DITETAPKAN oleh KRISTUS,
maka kita TIDAK AKAN MEMBAPTIS seorang pun sebelum Ia MENCAPAI
USIA yang memperlihatkan kebijaksanaan; karena DIMANAPUN TIDAK
TERTULIS bahwa Pembaptisan Anak Kecil harus dilakukan.”7

Akan tetapi, Zwingli mengubah pikirannya. Untuk mengerti penyebabnya, kita harus
menyegarkan ingatan kita tentang gerakan Anabaptis yang menyebar k eseluruh Eropa
selama masa Reformasi

11
http://www.dedewijaya.co.cc, 31 Oktober 2008, HARI REFORMASI

Kata Anabaptis dipakai untuk orang-orang yang telah dibaptis sebagai anak kecil,
tetapi dibaptis ulang ketika mereka pribadi menjadi percaya kepada Kristus. Para
Anabaptis yang pertama adalah kaum Donatis dari abad ke-4 yang menolak untuk
percaya bahwa baptisan yang mencakup setiap orang karena alasan kelahiran
adalah sah. Mereka percaya bahwa gereja harus berbeda dari masyarakat dan
tidak sejajar dengannya. Akan tetapi, seperti yang telah kita pelajari, ketika negara
menjadi satu dengan gereja, maka gereja menggunakan kekuasaan negara untuk
melaksanakan agama. Banyak orang Donatis dibunuh karena mereka berpegang pada
pembaptisan orang percaya.

Kendati Donatisme (dinamakan menurut nama pemimpin mereka Donatus), ditindas,


visinya tentang gereja yang terdiri atas orang-orang percaya yang dibaptis tak pernah
padam. Ketika kepercayaan itu muncul beberapa abad kemudian, tindakan diambil
terhadap ”para penganut bidat” yang hendak menggulingkan kebiasaan pembaptisan
anak kecil. Ada banyak catatan tentang orang-orang yang memprotes gereja resmi yang
menyambut semua orang. Para penentang ini ingin kembali kepada Pola Perjanjian
Baru dimana gereja terdiri atas orang-orang percaya yang dibaptis. Mereka
percaya bahwa gereja harus menjaga kekudusannya dengan pengabdian penuh
kepada Kristus dan melalui pelaksanaan disiplin gereja. Perilaku mereka begitu
baik sehingga Zwingli berkata tentang mereka, ”Pada hubungan pertama, kelakuan
mereka kelihatan tak ada celanya, saleh, sederhana, menarik. Bahkan orang-orang yang
cenderung mengkritik akan mengatakan bahwa kehidupan mereka baik sekali.”8

Orang-orang Kristen ini tidak dapat menerima gagasan bahwa seorang anak kecil
dapat ”dibaptis,” yaitu, dijadikan Kristen dengan cara mengambil bagian dalam
suatu upacara agama. Mereka menyebut pembaptisan anak kecil tidak lebih
daripada hanya ”dicelupkan ke dalam pemandian Romawi.” Bagi mereka
kehidupan yang kudus adalah bukti kelahiran baru. Seorang dari aliran yang lain
mengatakan bahwa di dalam mereka ”tak ada dusta, tipu muslihat, sumpah serapah,
pertikaian, bahasa yang kasar, tak ada makan dan minum yang melewati batas, tak
ada sikap menonjolkan diri, tetapi sebaliknya yang ada ialah kerendahan hati,
kesabaran, ketulusan, kelemahlembutan, kejujuran, kesederhanaan,
keterusterangan dalam kadar yang sedemikian rupa sehingga orang akan mengira
bahwa mereka memiliki Roh Kudus Allah.”9

Akan tetapi, gereja resmi, yang terbenam di dalam konstantinisme, menggunakan


kekuasaan negara untuk membunuh ”para penganut ajaran sesat.” dan para Reformator
sendiri menjadi fanatik dalam oposisi mereka terhadap orang-orang Anabaptis ketika para
penentang ini bersikeras untuk memutuskan hubungan sama sekali dengan gereja resmi
kerajaan itu. Dalam persoalan Pembaptisan Anak Kecil, Luther dan Zwingli berpihak
pada Gereja Roma. Zwingli, misalnya, mengerti apabila ia sampai berpihak pada para
Anabaptis, ia akan membangkitkan ketidaksenangan Negara. Ia berkata, ”Akan tetapi,

12
http://www.dedewijaya.co.cc, 31 Oktober 2008, HARI REFORMASI

jika saya sampai menghentikan praktik itu (Baptisan Bayi/Anak Kecil), maka saya
khawatir saya akan kehilangan gaji tetap saya”10 dari berkhotbah. Tetapi terlebih
penting, ia memandang para Anabaptis sebagai pengacau tatanan sosial.
Jadi, ia berbalik menentang mereka dengan mengatakan bahwa, kendati pada mulanya
perlu untuk menyalahkan pembaptisan anak kecil, waktu sekarang telah berubah; ia
mengaku bahwa ia telah tersesat. Ia juga mempelajari kembali Alkitab dan
menyimpulkan bahwa pembaptisan anak kecil dapat dibenarkan atas dasar-dasar teologis
(nanti kita akan mempertimbangkan sangahan-sanggahan ini dalam pasal ini).
Dewan kota Zurich mengatakan padanya bahwa dengan berkhotbah menentang
Pembaptisan Anak Kecil, ”gereja yang kudus, para leluhur, Konsili-konsili, paus, para
kardinal, dan para uskup, dan lain sebagainya, akan menjadi cemoohan orang, mereka
akan diremehkan dan ditiadakan.”11 Apa lagi, konsili selanjutnya mengatakan apabila
pembaptisan dibatasi kepada orang-orang percaya, akan terjadi ”ketidaktaatan terhadap
dewan hakim, perpecahan, ajaran sesat, dan iman Kristen menjadi lebih lemah dan kecil.”
Jadi, pada tanggal 17 Januari 1525, dewan kota Zurich memberi tahu rakyat bahwa
semua orang-tua harus menyerahkan anaknya untuk dibaptis atau mereka akan dibuang.
4 tahun kemudian, dekrit Speier memutuskan, ”Setiap Anabaptis atau orang yang
dibaptis ulang, pria maupun wanita, harus dibunuh dengan api atau dengan
pedang, atau dengan cara lainnya.”12 Anak-anak dibaptis bertentangan dengan
kehendak orang-tuanya. Mereka yang tetap berpegang pada keyakinannya dan menolak
untuk tunduk kepada dewan, ditenggelamkan atau dihukum mati. Zwingli secara
sarkastis membuat pernyataan tentang Felix Manz penganut Anabaptis, ”Jika ia ingin
diselamkan dalam air, biarlah ia diselamkan.” Demikianlah, Manz dengan paksa
ditenggelamkan dalam air yang dalam dan dingin di Sungai Limmat hanya beberapa ratus
meter dari gereja Zwingli. Banyak yang mati dengan mengatakan bahwa Zwingli telah
mengkhianati mereka. Ia telah menjual jiwanya kepada kekristenan yang palsu yang
menolak untuk membedakan antara gereja yang benar dan masyarakat.
Memang mudah mengkritik Zwingli karena bagi kita perpisahan antara gereja dan negara
dianggap sudah semesetinya. Tetapi Zwingli hidup pada suatu masa di mana negara
bertujuan untuk memastikan bahwa kehendak Allah dilaksanakan dalam kehidupan
orang-orang yang tinggal dalam perbatasannya. Patut disayangkan bahwa penganiayaan
menyebabkan beberapa orang Anabaptis menjadi fanatik. Orang-orang radikal seperti itu
memberikan nama yang buruk kepada gerakan Anabaptis, yang hanya menyebabkan
lebih banyak penganiayaan. Namun pembunuhan massal para Anabaptis benar-benar
adalah salah satu halaman yang TERGELAP dalam sejarah gereja.

Para Reformator: Luther


Dan bagaimanakah pandangan Luther tentang pembaptisan anak kecil? Perkataan
Luther agak tidak masuk akal ketika ia mengetengahkan,”Tidak ada cukup bukti dari
Alkitab hingga seseorang dapat membenarkan bahwa pembaptisan anak kecil
diperkenalkan pada masa orang Kristen mula-mula sesudah masa para rasul....tetapi jelas
sekali bahwa tak seorang pun dengan hati nurani yang baik dapat menolak atau

13
http://www.dedewijaya.co.cc, 31 Oktober 2008, HARI REFORMASI

meninggalkan pembaptisan anak kecil yang telah dipraktikkan untuk waktu yang begitu
lama.”13
Luther juga menyetujui pemusnahan para Anabaptis. Ia tidak mau mengakui bahwa
gereja yang benar seharusnya merupakan suatu kelompok yang terpisah dari masyarakat
pada umumnya. Sahabatnya Melanchton mengatakan tentang para Anabaptis,”Biarlah
sekarang setiap orang yang saleh mempertimbangkan betapa besarnya kekacauan yang
akan timbul jika di antara kita berkembang dua golongan, orang yang dibaptis dan orang
yang tidak dibaptis!”14 Ia khawatir bahwa gereja pada akhirnya akan benar-benar berbeda
dari dunia. Para Anabaptis percaya bahwa pembaptisan anak kecil adalah batu
penjuru sistem kepausan; jika itu tidak dihapuskan maka tak akan ada jemaat
Kristen.
Jadi, Luther tidak menghentikan Praktik pembaptisan anak kecil. Ketika para
”nabi” dari Zwickau mendesak supaya diadakan pembaharuan-pembaharuan yang lebih
radikal, termasuk pembaptisan orang-orang percaya, Luther tak mau berkompromi
dengan semua orang Anabaptis, serta menegaskan bahwa mereka dihasut oleh Iblis. Ia
bereaksi dengan keras terhadap orang-orang radikal seperti Muentzer yang percaya
bahwa ia dan para pengikutnya dapat mendirikan Yerusalem Baru di bumi. Karena
terjepit di tengah-tengah topik tentang pembaptisn anak kecil, Luther hendak mendukung
kedua pandangan itu. Ia ingin berpegang pada dua doktrin yang bertentangan, yakni
pembenaran oleh iman dan kepercayaan bahwa anak-anak kecil dilahirbarukan
oleh Baptisan. Dalam tafsirannya tentang Surat Galatia, ia bahkan menyarankan bahwa
anak kecil dapat mendengar dan percaya Injil; bahkan, lebih mudah bagi seorang anak
untuk percaya daripada seorang dewasa karena anak itu lebih terbuka. Dalam suatu
khotbah ia mengemukakan jika seseorang menganggap bahwa anak-anak kecil
yang telah dibaptis itu tidak percaya, ia harus menghentikan perbuatan itu ”supaya
kita tidak lagi menghina dan menghujat kemuliaaan Allah yang mahatinggi dnegan
tindakan gila-gilaan dan ketololan yang tidak beralasan.”
Kita harus mengerti Dilema yang dihadapi Luther. Ia menentang pandangan bahwa
sakramen bermanfaat untuk menghapuskan dosa tanpa menghiraukan apakah orang yang
menerima sakaramen itu memiliki iman. Luther menekankan bahwa imanlah yang
menyelamatkan jiwa. Jadi, satu-satunya cara supaya pembaptisan anak kecil
mempunyai validitas adalah bahwa anak itu harus percaya.
Tetapi di lain tempat ia menentang gagasan bahwa iman harus ada supaya sakramen
baptisan ada manfaatnya. Ia menulis, dalam apa yang Verdium sebutkan sebagai salah
satu hari ketika ia bingung.
Bagaimanakah baptisan dapat lebih dicerca dan dihina daripada jika kita mengatakan
bahwa baptisan yang diberikan kepada orang yang tidak percaya bukanlah baptisan
yang baik dan sejati!... Apakah baptisan dianggap tidak efektif karena saya tidak
percaya?...Adakah doktrin yang lebih menghujat dan menentang yang dapat diciptakan
dan dikhotbahkan oleh Iblis sendiri? Namun, para Anabaptis...begitu dipenuhi
pengajaran ini. Saya mengemukakan yang berikut: Ada seorang Yahudi yang menerima
baptisan, seperti yang sering terjadi, tetapi ia tidak percaya, apakah Anda akan
mengatakan bahwa ini bukan baptisan seperti yang sesungguhnya, karena ia tidak

14
http://www.dedewijaya.co.cc, 31 Oktober 2008, HARI REFORMASI

percaya? Itu berarti tidak hanya berpikir seperti orang bodoh, tetapi terlebih lagi
menghujat dan menghina Allah.15
Dewasa ini ada gereja-gereja yang mengajarkan bahwa anak-anak kecil harus
dibaptiskan agar dapat dilahirkan kembali. Liturgi baptisan berbunyi, ”Kami
dilahirkan sebagai anak dari umat manusia yang sudah jatuh; dalam air baptisan kami
dilahirkan kembali sebagai anak Allah dan pewaris hidup kekal.” Beberapa orang
membaptis anak-anak yang tidak ada harapan untuk hidup, sambil percaya bahwa
tindakan ini memberi jaminan keselamatan kekal.
Akan tetapi, meskipun anak kecil itu menjadi anak Tuhan melalui baptisan, kelompok
PAEDOBAPTIS (yang pro/melakukan praktik Baptisan Anak Kecil) mempunyai
masalah. Beberapa anak ini ketika dewasa tidak memeluk iman Kristen, tetapi menjadi
berandal. Untuk menghadapi dilema ini, upacara“masuk sidi“ ditetapkan supaya
seorang anak dapat meneguhkan keputusan yang telah dibuat oleh orang tuanya. Paul K.
Jewett menjelaskan bahwa perlunya praktik ini hanya dapat berarti salah satu dari
dua hal: mujizat lahir baru yang dikerjakan lewat baptisan anak kecil itu
DIBATALKAN ketika anak itu Dewasa/Akil Balik, atau Upacara “masuk sidi“ itu
adalah Pengakuan secara diam-diam bahwa anak itu sebenarnya TIDAK PERNAH
DILAHIRBARUKAN.

Para Reformator: Calvin


Dan Bagaimana dengan John Calvin? Seperti Zwingli, ia menemukan hubungan
analogis antara tanda sunat dari Perjanjian Lama dan Tanda Baptisan dari Perjanjian
Baru. Upacara penyunatan membuktikan bahwa berkat Allah diberikan kepada anak-anak
seperti juga kepada orang-tuanya. Karena perjanjian itu tidak berubah, mengapa anak-
anak harus dilarang mendapat berkat ini? Calvin mengakui bahwa Alkitab tidak
pernah mencatat pembaptisan seorang anak kecil, tetapi ini, kata Calvin, sebenarnya
tidak berbeda dari fakta bahwa Alkitab tidak mencatat bahwa ada wanita yang menerima
Perjamuan Tuhan. Ia mencela pendapat bahwa gereja mula-mula tidak membaptis anak-
anak kecil. Ia tidak dapat berpikir tentang ”satu pun penulis, betapapun kunonya, yang
tidak menganggap asal-usul upacara pembaptisan anak kecil di dalam Zaman para rasul
sebagai suatu kepastian.”
Seperti Luther, Calvin bergumul dengan masalah bagaimana baptisan dapat berguna bagi
seorang anak kecil yang tak dapat percaya. Ia mengatakan bahwa mungkin Allah
sebelumnya telah melahirbarukan anak-anak kecil yang akan diselamatkan. Para kritikus
mengatakan, jika hal ini benar, maka anak-anak tak akan dilahirkan “di dalam Adam“
melainkan “di dalam Kristus.“ Kesimpulan ini tidak diterima secara luas.
Calvin mempunyai pendapat yang lebih masuk akal. Baptisan tidak mengakibatkan
kelahiran kembali anak-anak kecil tetapi hanya berarti bahwa “benih-benih pertobatan
terdapat di dalam anak-anak melalui pekerjaan yang rahasia dari Roh Kudus.“ Mereka
dibaptis dalam iman dan pertobatan yang akan datang. Ini tidak berarti bahwa anak-anak
yang tidak dibaptis harus diserahkan untuk kematian kekal jika mereka mati pada masa
anak-anak. Baptisan tidak mengakibatkan kelahiran baru, tapi hanya berarti bahwa
“benih-benih pertobatan“ itu ada.

15
http://www.dedewijaya.co.cc, 31 Oktober 2008, HARI REFORMASI

Calvin juga memiliki argumen bagi mereka yang mengatakan jika anak-anak kecil
dibaptis mereka juga harus diberikan Perjamuan Kudus. Ia mengatakan bahwa air, tanda
kelahiran baru, adalah pantas untuk anak-anak kecil, tetapi substansi yang padat tidak.
Juga, penyelidikan diri khususnya dituntut untuk Perjamuan Kudus tetapi tidak untuk
baptisan.

MENELITI LEBIH SEKSAMA


Pada permulaan pasal ini, telah disebut sebuah buku yang ditulis oleh Geoffrey
Bromiley, Children of Promise, sebagai pembelaan tentang pembaptisan anak kecil.
Buku itu berkisar pada dasar pemikiran yang diajukan oleh Calvin, bahwa pembaptisan
anak kecil adalah tanda dari Perjanjian Baru sama seperti sunat adalah tanda dari
Perjanjian Lama. Paulus menulis:
Dalam Dia kamu telah disunat, bukan dengan sunat yang dilakukan oleh manusia, tetapi
dengan sunat Kristus, yang terdiri dari penanggalan akan tubuh yang berdosa, karena
dengan Dia kamu dikuburkan dalam baptisan, dan di dalam Dia kamu turut
dibangkitkan juga oleh kepercayaanmu kepada kerja kuasa Allah, yang telah
membangkitkan Dia dari orang mati. (Kolose 2:11-12)
Bromiley menulis bahwa baptisan bukan tanda bagi mereka yang hadir pada upacara itu,
tetapi menjadi tanda bagi nama dan perbuatan Allah yang mengangkat kita dalam iman.
Tanda itu menyatakan ”bukan apa yang saya lakukan, tetapi apa yang telah Allah
lakukan.” Ini menjelaskan mengapa baptisan dapat diberikan kepada orang yang belum
percaya. Ini bukan tanda dari iman mereka tetapi tanda tentang apa yang telah Allah
lakukan (atau akan lakukan bagi orang yang dibaptis).

Bromiley memandang baptisan sebagai tanda bahwa Allah telah memilih anak kecil itu,
sebuah pandangan yang disebut ”Pemilihan Berdasarkan Dugaan” oleh orang-orang
dari gereja Calvinis di Swiss yang menganutnya. Akan tetapi, masalahnya adalah
beberapa orang yang diduga telah terpilih, tidak percaya ketika mereka sudah cukup
umur. Banyak yang mati sebagai orang-orang murtad. Para kritikus dengan cepat
menunjukkan bahwa ”Pemilihan Berdasarkan Dugaan” itu benar-benar merupakan
dugaan belaka! Tidakkah terlalu gegabah untuk memberikan tanda pemilihan
sebelum kita mengetahui apakah anak itu dipilih? Mengapa tidak menanti sampai
anak itu sudah cukup usia untuk membuktikan pemilihannya melalui iman dan
perbuatan-perbuatan baik?

Bromiley menjawab keberatan ini dalam dua cara: (1) Meskipun segenap bangsa Israel
diplih oleh Allah, tidak tiap-tiap orang Israel diselamatkan. Dengan kata lain, semua pria
disunat, tetapi tidak semuanya diselamatkan. Demikian juga, semua anak dapat dibaptis
meskipun tidak semuanya akan diselamatkan. (2) Bahkan mereka yang mempraktikkan
pembaptisan orang percaya menghadapi risiko membaptiskan orang yang kemudian
menjadi murtad. Karena itu tanda air tak pernah secara langsung dapat disamakan dengan
pemilihan untuk hidup kekal.

16
http://www.dedewijaya.co.cc, 31 Oktober 2008, HARI REFORMASI

Keuntungan-keuntungan apakah yang diterima oleh anak-anak melalui baptisan jika


keselamatan mereka tidak dijamin olehnya? Bromiley mengakui bahwa anak-anak itu
tidak diselamatkan oleh baptisan dan juga baptisan bukan jaminan bahwa mereka akan
diselamatkan. Mereka berada di bawah janji ilahi dan ikut serta dalam pemilihan secara
kelompok. Mereka bertumbuh dibawah ”suasana panggilan ilahi.” Baptisan adalah tanda
lahiriah, dari kasih karunia yang akan diterima seorang anak jika ia percaya ketika ia
cukup umur.

Tetapi masih ada lagi. Kendati Bromiley mengatakan bahwa pembaptisan anak kecil
tidak mengakibatkan pembaharuan (di sini ia sepakat dengan Calvin menentang Luther),
menjelang akhir bukunya ia mengatakan ada hubungan antara pembaptisan anak kecil
dan keselamatan anak kecil. Karena semua anak dilahirkan dibawah hukuman dosa
Adam, Allah harus membuat persediaan yang khusus bagi mereka jika mereka akan
diselamatkan. Apa yang ingin dianjurkan oleh Bromiley ialah bahwa baptisan adalah
sarana yang olehnya anak-anak orang percaya ”memasuki pendamaian yang dikerjakan
Anak Allah menurut penilaian Bapa.” Ia juga sependapat dengan Luther bahwa karena
iman meskipun ”biasanya ia tidak menyadarinya.”

Bagaimana mengenai anak-anak yang tidak dibaptis? Bromiley tidak berteori,


tetapi berharap bahwa mereka juga akan diselamatkan. Tetapi di sini, pembaca
buku Bromiley mencapai jalan buntu. Apabila semua yang meninggal dunia sebagai
bayi diselamatkan, maka baptisan sama sekali bukan sarana keselamatan. Di pihak
lain, jika anak-anak kecil yang sudah dibaptis saja yang selamat pada saat
kematian, maka, bertentangan dengan pernyataan yang dibuat Bromiley dalam
pasal-pasal pertama dari bukunya, baptisan adalah sarana kelahiran kembali.
Masalahnya belum dipecahkan: apakah melalui baptisan anak-anak kecil dilahirkan
kembali atau tidak?

Bagaimanakah pendapat kita mengenai penjelasan ini? Pertama-tama, orang yang


mengajarkan pembaptisan orang percaya dengan cepat menunjukkan bahwa
perbandingan Bromiley antara sunat dan baptisan kurang baik karena Perjanjian
yang Baru berbeda sekali dengan perjanjian yang lama. Memang benar bahwa sunat
secara rutin dijalankan dalam Perjanjian Lama, baik yang beriman atau tidak. Sunat
merupakan tanda dari berkat-berkat perjanjian yang hanya dapat diterima sepenuhnya
oleh seorang anak apabila ia memiliki iman pribadi setelah ia cukup umur.

Dibawah perjanjian yang baru, baptisan memainkan peranan yang berbeda. Hanya benih
Abraham yang rohani yang menerima tanda baptisan. Artinya, tanda itu dibatasi bagi
mereka yang memiliki iman yang menyelamatkan. Seorang anak kecil belum menjadi
anggota dari kelompok rohani yang sisa ini. Baptisan adalah tanda, bukan dari iman yang
akan datang, tetapi dari iman yang sudah ada. Para reformator sendiri mengetahui hal ini;
itulah sebabnya mereka berpendapat bahwa anak-anak kecil dapat percaya, atau

17
http://www.dedewijaya.co.cc, 31 Oktober 2008, HARI REFORMASI

berpegang pada pandangan yang sama-sama tidak masuk akal bahwa orang tua atau wali
dapat percaya ganti mereka.

Sunat adalah tanda dari berkat duniawi yang bersifat sementara yang diberikan Allah
kepada keturunan Abraham. Tanda ini juga menunjuk kepada keuntungan-keuntungan
rohani yang pokok bagi mereka yang mau percaya. Sebagai perbandingan, di dalam
gereja, daftar silsilah seorang tidak menjamin berkat yang khusus. Itulah sebabnya
baptisan dibatasi bagi mereka yang percaya dan oleh karena itu menjadi pewaris hidup
kekal.

Kedua, ketika Bromiley mengatakan bahwa penyelamatan dan pembaptisan anak


kecil saling berkaitan, agaknya ia secara diam-diam sependapat dengan Luther
bahwa anak-anak dilahirkan kembali melalui baptisan. Inilah sebabnya ia
menegaskan bahwa anak-anak dapat percaya. Ini bertentangan dengan pernyataan-
pernyataannya yang sebelumnya bahwa baptisan tidak menyebabkan seorang anak
kecil dilahirkan kembali. Pada satu pihak, ia mengemukakan bahwa baptisan hanyalah
suatu tanda dari keselamatan yang akan datang. Pada pihak lain, ia ingin menegaskan
bahwa baptisan mengajarkan kelahiran kembali karena anak-anak kecil memiliki iman.

Karl Barth mengatakan, ”Fakta itu tak dapat dielakkan; dalam setiap usaha untuk
memikirkan dalam-dalam hubungan antara baptisan dan iman untuk doktrin
tertentu mengenai pembaptisan anak kecil, maka kita akan memasuki jalan buntu
yang paling menyedihkan, karena dalam pertanyaan ini, satu ketidakjelasan dan
kebingungan menimbulkan ketidakjelasan yang lain; satu mengikuti yang lain dan
itu terjadi karena memang perlu.”16 (Bagaikan TAMBAL SULAM-dede)

Pertentangan di Inggris
Pengkhotbah terkenal Charles Haddon Spurgeon memulai suatu badai kontroversi
ketika pada 5 Juni 1864, ia menyampaikan khotbah yang menentang pembaptisan
anak kecil dari Markus 16:15-16. karena ia dengan begitu terus terang mengkritik
Gereja Inggris, ia menyangka bahwa ini akan menghancurkan pelayanan khotbah
tertulisnya. Justru sebaliknya yang terjadi. Ia menjual lebih dari seperempat juta kopi
dari khotbahnya.
Spurgeon mengutip dari Katekismus Gereja Inggris, untuk membuktikan ajaran gereja
itu bahwa melalui pembaptisan anak kecil maka anak itu menjadi anggota Kristus,
anak Tuhan, dan pewaris kerajaan Sorga. Ia mengutip dari liturgi upacara itu
sendiri untuk membuktikan lebih lanjut bahwa gereja benar-benar mengajarkan
anak-anak dilahirkan kembali melalui baptisan.
Spurgeon menjelaskan bahwa TAK ADA UPACARA LAHIRIAH YANG DAPAT
MENYELAMATKAN SESEORANG. Ini dengan mudah dapat dibuktikan oleh fakta-
fakta; beribu-ribu orang yang dibaptis sebagai anak kecil sedang menjalani hidup yang
asusila dan fasik, yang membuktikan bahwa mereka tak pernah menjadi anak Tuhan.

18
http://www.dedewijaya.co.cc, 31 Oktober 2008, HARI REFORMASI

Alkitab juga TIDAK MENGAJARKAN BAHWA SESEORANG DAPAT


BERIMAN GANTI ORANG LAIN; orang-tua tak dapat percaya ganti anak-anaknya.
Lebih runyam lagi, bahkan orang tua itu sendiri belum dilahirkan kembali. Jadi Spurgeon
menulis, ”orang-orang berdosa yang belum lahir baru berjanji untuk seorang bayi
yang malang bahwa ia akan memelihara semua perintah kudus Allah, yang mereka
sendiri langgar secara ceroboh setiap hari! Berapa lamakah Allah yang panjang
sabar akan membiarkan hal ini terus?”17
Supaya jangan ada orang yang mengatakan bahwa penyalahgunaan praktik itu tidak
merupakan alasan untuk menentangnya, Spurgeon akan berkata bahwa praktik itu
sendiri adalah suatu penyalahgunaan. Itu menempatkan keselamatan pada dasar
yang salah, ”karena dari semua dusta yang telah mnyeret berjuta-juta orang ke
Neraka, saya memandang ini sebagai yang PALING KEJAM—bahwa dalam gereja
ada orang-orang yang bersumpah bahwa baptisan menyelamatkan jiwa.”18 Ia
mendorong mereka yang mungkin menyandarkan keselamatan mereka pada upacara ini
supaya ”melemparkan iman yang beracun ini ke dalam api seperti yang diperbuat
Paulus dengan ular yang memagut tangannya.”
Para kritikus menanggapi dengan mengingatkan Spurgeon bahwa anak-anak kecil dibawa
kepada Kristus supaya Ia memberkati mereka. Maka Spurgeon menyampaikan suatu
khotbah yang lain untuk membuktikan adanya perbedaan besar antara membawa
anak-anak kepada Kristus dan membawa mereka ke tempat baptisan. ”Usahakanlah
untuk membaca Firman itu (tentang pemberkatan anak-anak) sebagaimana itu ditulis, dan
Anda takkan menemukan air di dalam ayat-ayat itu, tetapi hanya Yesus. Apakah air dan
Kristus itu hal yang sama? Tidak, di sini terdapat perbedaan yang luas, seluas jarak
antara Roma dan Yerusalem.... antara DOKTRIN PALSU dan INJIL Tuhan Kita
Yesus Kristus.”19
Sejauh yang diketahuinya, Spurgeon percaya bahwa semua anak kecil yang
mati akan masuk Sorga. Tetapi hal ini terjadi, bukan karena mereka dilahirkan
tanpa salah atau karena baptisan telah menghapus dosa mereka, tetapi karena
Allah dengan penuh rakhmat telah menanggungkan dosa mereka kepada Kristus.
Bagaimanapun juga, keselamatan semua anak berada dalam tangan Allah, bukan
dalam tangan manusia yang menjalankan upacara gereja

Apakah Baptisan Menyelamatkan orang?

Apakah Alkitab mengharuskan orang dibaptis untuk menerima keselamatan? Ada


yang mengatakan bahwa orang dewasa yang telah percaya belum diselamatkan sampai
mereka juga dibaptis. Ada suatu aliran yang mengajarkan bahwa Allah bekerja melalui
upacara ini untuk menyalurkan keselamatan dan kasih karunia-Nya. Tiga ayat Alkitab
yang utama digunakan untuk mengajarkan doktrin ini. Yang pertama adalah
perkataan Kristus kepada Nikodemus, ”Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika
seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam kerajaan
Allah” (Yoh 3:5).

19
http://www.dedewijaya.co.cc, 31 Oktober 2008, HARI REFORMASI

Apakah maksud Kristus? Satu kaidah penafsiran yang pokok ialah supaya kita
menempatkan diri kita di tempat orang yang kepadanya perkataan ini ditujukan, dalam
hal ini Nikodemus. Apakah ia akan menafsirkan kata air sebagai rujukan kepada
baptisan? Dengan latar belakang Yahudinya, rasanya tak mungkin ia melakukan hal itu.
Sebagai seorang ahli Perjanjian Lama, ia akan berpikir tentang Yehezkiel 36:25, ”Aku
akan mencurahkan kepadamu air jernih, yang akan mentahirkan kamu; dari
segala kenajisanmu dan dari semua berhala-berhalamu Aku akan mentahirkan
kamu.” Di ayat ini air mengacu kepada Roh Kudus sebagai sarana penyucian, seperti
yang ditunjukkan oleh ayat berikutnya, ”Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh
yang baru di dalam batinmu.”

Para ahli bahasa Yunani mengemukakan bahwa Kristus mungkin sedang menggunakan
permainan kata. Kata Yunani pneuma (diterjemahkan ”roh”) sebenarnya adalah kata
untuk ”angin”, bergantung konteksnya. Jadi, mungkin yang dikatakan Kristus adalah,
”Jika seorang tidak dilahirkan dari air dan angin, ia tidak dapat masuk ke dalam
kerajaan Allah.” Beberapa ayat kemudian, dengan menggunakan kata yang sama
Kristus berkata, ”angin bertiup ke mana ia mau.” Kedua kekuatan alam yaitu air dan
angin adalah lambang Roh Kudus.

Bagaimanapun juga, sering kali air menggambarkan pekerjaan Roh Kudus (seperti dalam
ayat di atas). Sangat tidak masuk akal bahwa Kristus akan menambahkan persyaratan
baptisan sebagai jalan masuk ke dalam kerajaan Sorga ketika berbicara dengan
Nikodemus, tetapi tidak menyebutkannya dalam bagian lain. Jika baptisan diperlukan
untuk keselamatan, seharusnya ini dinyatakan dengan jelas di bagian lain. Tetapi berkali-
kali, hanya iman yang disebutkan sebagai satu-satunya syarat. Bahkan, dalam pasal yang
sama, percaya disebutkan sebagai satu-satunya dasar keselamatan.

Bagian Alkitab berikutnya adalah Kisah Para Rasul 2:38, ketika Petrus berbicara pada
hari Pentakosta, ”Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu
dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan
menerima karunia Roh Kudus.”

Penyebutan pertobatan dan baptisan sekaligus tidaklah berarti bahwa kedua-duanya


dibutuhkan untuk mendapat pengampunan dosa. Saya dapat mengatakan,”Ambillah
kuncimu dan jasmu dan hidupkan mesin mobil.” itu tidaklah berarti bahwa mengambil
jas seorang diperlukan untuk menghidupkan mesin mobil meskipun disebut bersama-
sama dengan mengambil kunci. Pertobatan, bukan baptisan, yang perlu untuk
pengampunan dosa.

Tata bahasa Yunani menguatkan penafsiran ini. Frase ”dan hendaklah kamu masing-
masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan

20
http://www.dedewijaya.co.cc, 31 Oktober 2008, HARI REFORMASI

dosamu” sebenarnya ditulis dalam tanda kurung. Perintah untuk bertobat adalah jamak,
”bertobatlah kamu,” dan demikian juga kalimat ”untuk pengampunan dosamu (jamak).”
Ini berarti bahwa perintah untuk bertobat menurut tata bahasa sesuai dengan
pengampunan dosa. Perintah untuk dibaptiskan adalah tunggal, ”hendaklah kamu
masing-masing memberi dirimu dibaptis,” yang memisahkannya dari kalimat lainnya.
”Bertobatlah...untuk pengampunan dosamu” adalah pokok utamanya. Perhatikan bahwa
dalam Kisah Para Rasul 10:43, Petrus menyebutkan iman sebagai satu-satunya
persyaratan untuk menerima pengampunan dosa.

Bagian ketiga terdapat dalam I Petrus 3:21 dimana Petrus menuliskan, ”Juga kamu
sekarang diselamatkan oleh kiasannya, yaitu baptisan.” Tetapi frase ini harus ditafsirkan
dengan mengingat konteksnya. Dikatakan bahwa, baptisan menyelamatkan kita, seperti
air menyelamatkan Nuh. Bagaimanakah caranya air menyelamatkan Nuh? Air sama
sekali tidak menyelamatkannya; air adalah alat hukuman. Sebenarnya behteralah yang
menyelamatkan dia dengan membawanya mengarungi air. Nuh membangun dan
memasuki bahtera itu dengan iman.

Selanjutnya Petrus menjelaskan bahwa air juga tidak menyelamatkan kita. Baptisan
menyelamatkan, ia mengatakan, tetapi bukan tindakan pembasuhan jasmaniah yang
mengerjakannya, ”bukan untuk membersihkan kenajisan jasmani, melainkan untuk
memohonkan hati nurani yang baik kepada Allah -- oleh kebangkitan Yesus Kristus.” Air
tidak menyelamatkan Nuh, dan air baptisan juga tidak menyelamatkan kita. Apakah yang
menyelamatkan? Permohonan hati nurani yang baik kepada Allah. Kata permohonan
dapat diterjemahkan ”jawaban.” Orang-orang pada waktu itu dituntut untuk membuat
pernyataan iman sebelum baptisan. Iman yang mereka ungkapkan itulah yang
menyelamatkan.

Tetapi tunggu dulu. Kita tahu bahwa Allah menganugerahkan keselamatan kepada orang-
orang yang percaya. Bagaimanakah pernyataan iman yang diberikan pada saat baptisan
dapat menyelamatkan orang? Bukankah kesaksian seperti itu adalah akibat dari iman
yang menyelamatkan dan bukannya tindakan dari iman yang menyelamatkan? Meneliti
ayat ini dengan lebih seksama akan mengemukakan bahwa yang dipikirkan Petrus adalah
kesediaan untuk mengakui Kristus di dalam baptisan itulah yang menyelamatkan
seorang dari hati nurani yang bersalah. Perhatikan nasihatnya yang terdahulu, ”dengan
hati nurani yang murni” (ayat 16). Konteksnya adalah bersedia untuk menderita karena
Kristus, tanpa menghiraukan harganya. Baptisan meneguhkan di depan umum bahwa kita
telah bersatu dengan Kristus; itu menyelamatkan seseorang dari pencobaan untuk
berdiam diri tentang imannya. Petrus mengatakan bahwa itu adalah, ”memohonkan hati
nurani yang baik kepada Allah.”

Kita merangkum persamaannya, air tidak menyelamatkan Nuh, tetapi ia dibawa dengan
selamat melaluinya karena imannya kepada Allah. Demikian pula, air tidak
menyelamatkan orang yang dibaptis; tetapi ia juga dibawa dengan selamat melaluinya—

21
http://www.dedewijaya.co.cc, 31 Oktober 2008, HARI REFORMASI

itulah kiasan tentang kematian dan penghukuman. Ia diselamkan ke dalamnya dan


kemudian dikeluarkan lagi untuk melambangkan kematian terhadap kehidupannya yang
lama dan kebangkitan kepada hidup yang baru. Meskipun penganiayaan dapat datang, ia
mempunyai hati nurani yang baik di hadapan Allah.

Jika seseorang berpikir bahwa baptisan dibutuhkan untuk keselamatan dari dosa,
biarlah ia merenungkan perkataan Paulus kepada jemaat di Korintus. Dalam ayat
itu Paulus menyebutkan semua orang yang seingatnya telah dibaptiskannya—hanya
Krispus dan gayus dan keluarga Stefanus, kemudian ia menambahkan, ”Sebab Kristus
mengutus aku bukan untuk membaptis, tetapi untuk memberitakan Injil” (I Kor
1:17). Jika baptisan dibutuhkan untuk keselamatan, Paulus tentu sudah
memastikan bahwa semua orang yang percaya dibaptis. Akan tetapi ia
membedakan Injil daripada tindakan baptisan.

Jika baptisan diperlukan untuk keselamatan, penyamun disalib tak dapat


diselamatkan, karen aia tidak dibaptis setelah ia percaya kepada Kristus. Namun ia
memiliki jaminan dari Tuhan sendiri, ”Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini
juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus” (Lukas 23:43).

Peraturan-peraturan dalam Perjanjian Baru seumpama cincin kawin. Orang dapat saja
menikah tanpa memiliki cincin kawin; demikian juga, orang bisa memakai cincin kawin
tanpa menikah. Meskipun baptisan mendapatkan prioritas tinggi di dalam Perjanjian
Baru, upacara itu tidak pernah dianggap sebagai sarana keselamatan.

Cara Baptisan?

Apakah yang harus menjadi cara baptisan? Tak perlu diragukan bahwa
Perjanjian Baru agaknya mengajarkan bahwa orang-orang percaya benar-benar
dibenamkan, yakni dimasukkan ke dalam air dan dikeluarkan lagi. Apakah itu
Yohanes Pembaptis yang membaptis di Sungai Yordan, ataupun Filipus yang membaptis
sida-sida Ethiopia, teks Alkitab memberitahu kita bahwa mereka turun ke dalam air
dan kemudian kelaur dari air. Cara inilah yang paling baik melukiskan penjelasan
Paulus tentang baptisan Roh sebagai kematian, penguburan, dan kebangkitan
(Roma 6:1-4).

(Sida-sida Ethiopia dalam Kisah Para Rasul 8:35-39,


8:35 Maka mulailah Filipus berbicara dan bertolak dari nas itu ia memberitakan
Injil Yesus kepadanya.

22
http://www.dedewijaya.co.cc, 31 Oktober 2008, HARI REFORMASI

8:36 Mereka melanjutkan perjalanan mereka, dan tiba di suatu tempat yang ada
air. Lalu kata sida-sida itu: "Lihat, di situ ada air; apakah halangannya, jika aku
dibaptis?"
8:37 Sahut Filipus: "Jika tuan percaya dengan segenap hati, boleh."
Jawabnya: "Aku percaya, bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah."
8:38 Lalu orang Etiopia itu menyuruh menghentikan kereta itu, dan keduanya turun
ke dalam air, baik Filipus maupun sida-sida itu, dan Filipus membaptis dia.
8:39 Dan setelah mereka keluar dari air, Roh Tuhan tiba-tiba melarikan Filipus dan
sida-sida itu tidak melihatnya lagi. Ia meneruskan perjalanannya dengan sukacita.

Perhatikan yang diBold/dicetak tebal, ada prinsip: BERITAKAN INJIL, PERCAYA,


TEMPAT YG ADA AIR untuk BAPTIS, Cara Baptis: TURUN KE DALAM AIR,
KELUAR DARI AIR, Dampak: SUKACITA-- Penekanan Dede)

Di katakombe-katakombe di Roma terdapat gambar-gambar yang memperlihatkan air


yang dituangkan ke atas kepala seseorang dalam tindakan baptisan. Seperti yang
disebutkan, Diadache, suatu buku pedoman tentang pemerintahan gereja yang diterbitkan
pada abad kedua, mengajarkan bahwa jika seseorang tak dapat dibaptis dalam air yang
mengalir (seperti sungai), air harus disiramkan ke atas kepalanya. Jelaslah, dibutuhkan
air dalam jumlah yang banyak untuk membenamkan seorang dewasa, jadi cara ini
tidak selalu dapat dikerjakan dengan mudah. Menuangkan air ke atas kepala kadangkala
(mungkin sering kali) diperlukan. Beberapa bagian gereja telah menjalankan pemercikan
air ke atas kepala, kemungkinan untuk mengelakkan beberapa hal yang kurang
menyenangkan karena menjadi basah dari kepala sampai ke kaki.

Akan tetapi, acara apapun yang disepakati tidaklah sepenting dengan pertanyaan-
pertanyaan sebelumnya tentang baptisan anak kecil dan apakah baptisan sebenarnya
dapat menjadi sarana penyaluran kasih karunia. Dalam perkara seperti ini kejelasan
berita Injil secara langsung dipengaruhi.

Sayangnya, hampir tidak ada harapan bahwa kekristenan akan sependapat mengenai
peraturan yang penting ini. Kembali pertanyaan dasarnya adalah apakah keselamatan
diperoleh dengan IMAN saja atau apakah sakramen-sakramen adalah bagian dari
pengalaman pertobatan.

Sumber: “Bagaimana Tentang Baptisan?” dari buku Teologi Kontemporer (ALL


ONE BODY-WHY DON’T WE AGREE?), Erwin W. Lutzer, Gandum Mas, cetakan
ketiga, 2005. Halaman 99-122.

23
http://www.dedewijaya.co.cc, 31 Oktober 2008, HARI REFORMASI

Catatan Kaki:
1. Paul K. Jewett, Infant Baptist and the Covenant of Grace (Grand Rapids,
Eerdmans, 1978), 40
2. ibid, 20
3. ibid, 17-18
4. ibid, 42
5. ibid, 111
6. Leonard verdium, The Reformers and Their Stepchildren (Grand Rapids,
Eerdmans, 1964), 198
7. ibid, 199
8. Roland H, Bainton, The Reformation of the Sixteenth century (Boston: Beacon
Press, 1952), 97.
9. Ibid.
10.Verdium, 199
11.ibid, 201
12.ibid
13.ibid, 204
14.ibid, 209
15.ibid, 201
16.ibid, 185
17.Charles H. Spurgeon, “Baptismal Regeneration,” in Sermons (New York: Funk
and Wagnalls, n.d.), 8:23.
18.ibid
19.Spurgeon, “Children Brought to Christ, Not to the Font,” in Sermons, 8:41

Apa kata Harold Lindsell tentang Erwin W. Lutzer dalam prakata bukunya?
Erwin W. Lutzer, pendeta gereja Moody Memorial Church di Chicago, disebut sebagai
seorang pembela tradisi Reformasi yang kuat.

Lutzer menjelaskan bahwa kaum Injili (evangelikalisme) adalah rumah tangga yang
terpecah-pecah dan banyak orang dalam kelompok ini sama sekali tidak konsekuen
karena mereka mempunyai pandangan-pandangan yang TIDAK BENAR jika dipandang
secara LOGIS dan ALKITABIAH.

24
http://www.dedewijaya.co.cc, 31 Oktober 2008, HARI REFORMASI

Lutzer menyangkal bahwa baptisan air amat diperlukan untuk KESELAMATAN. Ketika
beliau membicarakan Perjamuan Tuhan dan soal yang sulit tentang kehadiran Kristus di
dalam unsur-unsur perjamuan itu, beliau mencakup doktrin satu aliran tentang
TRANSUBSTANSIASI, pandangan Luther tentang KONSUBSTANSIASI, pandangan
CALVIN tentang Kehadiran Rohani, dan pandangan Zwingli tentang Kehadiran
Simbolis. Implikasi yang terkandung dalam posisi-posisi ini amatlah penting, pembaca
dapat yakin bahwa banyak YANG TIDAK BERSEDIA untuk mengubah pandangan
mereka, TAK PEDULI penjelasan-penjelasan apa pun yang dikemukakan. Dalam
kesemuanya ini, dibalik karya Lutzer ini terdapat maksud yang tak diutarakan namun
sangat nyata bahwa fungsi terpenting dari pikiran orang-orang yang menyebut dirinya
kristen adalah untuk berpikir secara Kristen. Dan ini merupakan hal yang jarang sekali
terdapat di antara kaum Injili. Dengan gamblang beliau mengatakan bahwa KITA
HARUS ALKITABIAH, dan UNTUK MENJADI ALKITABIAH, KITA HARUS
BERPIKIR SECARA KRISTEN.

Lutzer adalah seorang pendeta yang sabar dan meyakinkan dan tak pernah mengata-
ngatai atau menyalahkan mereka yang mempunyai segi pendapat yang berbeda. Memang
Lutzer bersikeras bahwa BEBERAPA AJARAN TIDAK ALKITABIAH, namun ia
menyatakan perhatian yang penuh kasih terhadap mereka yang menganut ajaran yang ia
anggap TIDAK ALKITABIAH. Sebaiknya Anda berusaha untuk membeli buku ini!

---------------------------------------------
Erwin W. Lutzer menyarankan Baca juga buku Paul K Jewett, Infant Baptism and
the Covenant of Grace, Grand Rapids: Eerdmans, 1977. Karya ini memuat sejarah
yang rinci tentang doktrin baptisan anak kecil dan menyimpulkan bahwa
BAPTISAN ANAK KECIL, BERTENTANGAN dengan ajaran Perjanjian Baru.
Buku ini sangat ilmiah. Buku ini menarik karena ditulis oleh seorang teolog
perjanjian (Covenant Teolog), yang dididik untuk menerima Baptisan Anak Kecil.
Ini merupakan bacaan yang perlu dibaca oleh barangsiapa yang menaruh minat
pada doktrin yang kontroversial ini.

Baptisan Anak tidak dibenarkan karena syarat orang dibaptis adalah percaya
dengan segenap hati, dan tidak boleh diwakilkan. Tertullian, Bapak Gereja Abad II
adalah orang pertama yang menentang Praktek Baptisan Bayi. Namun ia tidak
sanggup membendung arus yang begitu deras seorang diri. Praktek ini semakin
berkembang. Penyebab lain baptisan bayi ialah penyimpangan doktrin tentang
GEREJA LOKAL. Gereja waktu itu mentolerir ide penyatuan gereja dan negara.
Konsep negera Kristen melahirkan konsep masyarakat suci. Setiap warga negara
adalah warga gereja dan sebaliknya. Penyatuan gereja dan negara mensyaratkan
setiap bayi yang lahir segera dibaptis untuk memasuki masyakarat suci (Sacral
Society) agar mendapat kepastian keselamatan. Karena ada kebutuhan membaptis
bayi maka cara yg lebih aman adalah cara memercik atau meneteskan air ke atas

25
http://www.dedewijaya.co.cc, 31 Oktober 2008, HARI REFORMASI

kepala sang bayi. Ini disebut Rantisan (Rantiso) dan bukan baptisan
(Baptiso=BAPTISM)

KESIMPULAN:

1 Alkitab dengan gamblang menyatakan bahwa BAPTISAN diberikan kepada


mereka yang menanggapi/PERCAYA berita INJIL dan TIDAK BOLEH
DIWAKILKAN.
2. Dalam PB, Baptisan segera menyusul setelah IMAN PRIBADI kepada Kristus
digunakan. Dalam gereja mula-mula, TAK SATUPUN orang percaya yang tidak
dibaptis. Semua orang Percaya DIBAPTIS sebagai suatu kesaksian terhadap iman
mereka.
3. Karl Barth menyimpulkan dengan benar bahwa Pembaptisan Anak Kecil/bayi
bagaikan Tambal Sulam yang tidak ada habis-habisnya.
4. Upacara“masuk sidi“ ditetapkan supaya seorang anak dapat meneguhkan keputusan
yang telah dibuat oleh orang tuanya. Paul K. Jewett menjelaskan bahwa perlunya praktik
ini hanya dapat berarti salah satu dari dua hal: mujizat lahir baru yang dikerjakan
lewat baptisan anak kecil itu DIBATALKAN ketika anak itu Dewasa/Akil Balik,
atau Upacara “masuk sidi“ itu adalah Pengakuan secara diam-diam bahwa anak itu
sebenarnya TIDAK PERNAH DILAHIRBARUKAN.
5. Perbandingan Tanda SUNAT dan Tanda BAPTISAN, TIDAK TEPAT
6. Mengubah Tradisi yang tidak sesuai atau bertentangan dengan Kebenaran dan
Ajaran Alkitab adalah PERLU dan HARUS dilakukan.
7. Baptisan bukan syarat memperoleh Keselamatan, HANYA IMAN SAJA.
8. Baptisan Bayi/Anak Kecil TIDAK ALKITABIAH dan Sungguh Menyesatkan.
9. Kesalahan Doktrin Gereja Universal waktu itu menjadi penyebab bersatunya
gereja dan negara sehingga memunculkan Baptisan Anak Kecil.
10. Kaum Anabaptis, Charles Haddon Spurgeon, Karl Barth, John Piper, Paul K
Jewett, Erwin W. Lutzer MENYATAKAN BAPTISAN ANAK/BAYI
BERTENTANGAN DENGAN AJARAN ALKITAB.
11. Para Reformator (Luther, Zwingli, Calvin) semasa kecil menjalankan praktik
BAPTISAN ANAK KECIL/BAYI, hal ini membuat Dilema dalam diri mereka, dan
mereka belum pernah dibaptis semasa dewasa. Mereka tidak tegas Menentang
Baptisan Bayi/Anak Kecil, bagaikan buah simalakama bagi diri mereka sehingga
dalam teori2 mereka menjadi TIDAK KONSISTEN hubungan Baptisan Anak kecil
dan pembenaranm hanya karena IMAN.

26
http://www.dedewijaya.co.cc, 31 Oktober 2008, HARI REFORMASI

12. Mereka yang praktekkan Baptisan Anak Kecil/Bayi tidak punya JAWABAN
yang TEPAT dan Meyakinkan mengenai apakah setiap/semua BAYI YANG MATI
PASTI MASUK SORGA.
13. Dalam cara Baptisan dan hal yang dilambangkan dari Baptisan, Lutzer
mengakui TANPA RAGU bahwa cara SELAM (BAPTISO) paling sesuai dengan
AJARAN ALKITAB, namun beliau tidak terlalu permasalahkan cara baptisan
(dalam bukunya-terlihat singkat sekali pembahasannya).
14. KITA HARUS ALKITABIAH, dan UNTUK MENJADI ALKITABIAH, KITA
HARUS BERPIKIR SECARA KRISTEN.

ARTI, JENIS, SUBJEK, SAAT,


CARA, PENTINGNYA, FORMULA BAPTISAN

8 JENIS BAPTISAN
Secara Teologis, baptisan bisa didefinisikan sebagai suatu tindakan untuk bersatu
atau berkenalan dengan seseorang, kelompok tertentu, pesan tertentu, atau kejadian
tertentu.
Baptisan dalam agama misteri Yunani menghubungkan para calon penganut dengan
agama tersebut.
Baptisan dalam agama Yahudi menghubungkan pemeluk agama baru itu dengan
Yudaisme.
Baptisan Yohanes Pembaptis menghubungkan para pengikut Kristus dengan BeritaNya
tentang kebenaran (secara kebetulan, Yohanes Pembaptis nampaknya merupakan orang
pertama yang pernah membaptiskan orang lain—biasanya baptisan dilakukan sendiri).
Karena Yakobus dan Yohanes dibaptis dengan Baptisan Kristus, maka berarti
Baptisan Kristus dihubungkan dengan penderitaanNya (Markus 10:38-39).
Dibaptis dengan Roh Kudus menghubungkan seseorang dengan tubuh Kristus (1 Kor
12:13) dan dengan kehidupan baru di dalam Kristus (Rm 6:1-10).
Dibaptis di dalam Musa berarti mengakui kepemimpinanannya dalam membawa orang
Israel keluar dari Mesir (1 Kor 10:2).
Dibaptis bagi orang mati berarti berada di pihak kelompok Kristen dan mengambil
tempat sebagai orang Percaya yang telah meninggal (1 Kor 15:29).
Baptisan Kristen berarti pengenalan terhadap berita Injil, pribadi Juruselamat, dan
kelompok orang-orang percaya.
Beberapa baptisan yang disebutkan tadi tidak menggunakan air.
Bayangkan betapa menyedihkannya kita jika tidak mempunyai pengertian yang
tepat tentang arti dan macam-macam baptisan.

27
http://www.dedewijaya.co.cc, 31 Oktober 2008, HARI REFORMASI

Subjek Baptisan
Apakah hanya orang percaya saja yang dibaptis atau haruskah bayi (dari orang tua
yang percaya) juga dibaptis?
Pendapat yang menyetujui Baptisan anak/bayi antara lain sebagai berikut:
1. pendapat Sunat. Kolose 2:11,12 dengan jelas menghubungkan sunat dengan
baptisan. Karena menurut Perjanjian Lama setiap bayi disunat, maka
menurut Perjanjian Baru mereka harus dibaptiskan. Pendapat ini
berdasarkan Teologi Perjanjian (Covenant Theology) yang mengandung arti
bahwa sunat sebagai langkah awal untuk menerima janji keselamatan dalam
Perjanjian Lama dan baptisan dalam Perjanjian Baru. Upacara ini
menunjukkan keanggotaan dalam perjanjian itu, tidak perlu iman pribadi
(bacalah James Buswell, A Systematic Theology of The Christian Religion
[Grand Rapids: Zondervan, 1962], 2:262)
2. pendapat Historis. Sejak semula gereja mempraktikkan baptisan anak;
karena itu baptisan tersebut diperbolehkan. Bapa-Bapa gereja sangat
mendukung baptisan anak, seringkali menghubungkannya dengan sunat,
namun fakta bahwa gereja mula-mula melakukan atau mempercayai sesuatu
tidak dengan sendirinya membenarkan hal itu (membuat hal itu
ALKITABIAH-sesuai ajaran Alkitab—penekanan Dede). Beberapa orang
dalam gereja mula-mula mengajarkan Kelahiran Kembali melalui Baptisan,
dan hal itu merupakan pengajaran BIDAT.
3. pendapat seisi rumah. Seisi rumah dibaptiskan dalam zaman Perjanjian
Baru. Mungkin sekali bahwa beberapa bayi setidak-tidaknya termasuk
dalam seisi rumah tersebut (Kis 11:14, 16:15,31, 18:18, 1 Kor 1:16).
Beberapa orang juga mengatakan bahwa menurut 1 Kor 7:14 bukan saja
mengizinkan, namun bahkan mengharapkan baptisan bayi dalam suatu
rumah tangga di mana salah satu orang tuanya telah menjadi percaya.

Pihak yang menentang Baptisan bayi/anak kecil dan karena itu mendukung
Baptisan untuk orang yang percaya menyatakan:
1. Bahwa Alkitab selalu mengajarkan percaya dahulu, dan kemudian
baru dibaptiskan (Mat 3:2-6; 28:19; Kis 2:37,38; 16:14,15,34).
2. Bahwa Baptisan merupakan upacara yang harus dijalani orang yang hendak
masuk ke dalam suatu kelompok orang percaya, gereja; karena itu, baptisan
hanya boleh dilakukan bagi orang percaya. Sebaliknya, sunat memasukkan
oarng (termasuk bayi) ke dalam suatu teokrasi yang di dalamnya juga
terdapat orang yang tidak percaya.
3. Bahwa usia anak tidak pernah disebutkan dibagian manapun yang
menyebutkan tentang baptisan seisi rumah. Tapi dikatakan bahwa semua

28
http://www.dedewijaya.co.cc, 31 Oktober 2008, HARI REFORMASI

yang dibaptis di dalam rumah itu menjadi percaya. Jadi hal ini tidak
mungkin memasukkan bayi dalam baptisan tersebut.
4. Jika 1 Kor 7:14 mengizinkan atau mengharuskan baptisan anak-anak dalam
satu rumah tangga/keluarga dimana salah satu orang tuanya telah percaya,
maka hal itu juga akan mengizinkan atau mengharuskan baptisan bagi
orang dewasa yang belum percaya.

ORANG-ORANG YANG DIBAPTIS


”Baptisan diperuntukkan bagi orang-orang yang secara pribadi dan sukarela
bersedia menanggapi panggilan keselamatan. Dalam Perjanjian Baru, calon
baptisan adalah orang yang akan diajar (Matius 28:20), yang telah menerima
Firman Allah (Kisah 2:41), dan yang telah menerima Roh Kudus (Kisah 10:47).
Beberapa orang dibaptis bersama-sama dengan seisi rumahnya (Kisah 10:48;
16:15,33;18:8; I Kor 1:16), sehingga ada yang menafsirkan bahwa berarti bayi-bayi juga
dibaptis. Telah dianjurkan bahwa baptisan bayi semacam ini sama dengan upacara sunat
dalam Perjanjian Lama. Untuk menanggapi pendapat semacam ini, kami mengatakan
bahwa ”seisi rumah” seperti dipakai di atas belum tentu berarti bahwa BAYI; dan
selanjutnya, dalam kasus-kasus tersebut maka mereka yang dibaptis itu adalah orang-
orang yang sudah mendengar pemberitaan Firman Allah (Kisah 10:44) dan
percaya (kisah 16:31,34). Tidak pernah Alkitab mengajarkan bahwa bayi harus
dibaptis. Penyerahan anak kepada Tuhan oleh orang tuanya merupakan cara yang lebih
dapat dipertanggungjwabkan daripada baptisan bayi.” (Henry Clarence Thiessen,
Teologi Sistematika, Gandum Mas)

Baptisan Ulang
Hanya ada satu contoh yang jelas tentang orang yang dibaptis 2 kali (Kis 19:1-5).
Ke-12 orang ini, yang telah dibaptis oleh Yohanes Pembaptis, dibaptis kembali oleh
Paulus setelah mereka mepercayai berita tentang Kristus. Hal ini memberikan
suatu contoh tentang perlunya konseling bagi mereka yang telah dibaptis entah
sebagai bayi, remaja, atau orang dewasa yang belum percaya kepada Kristus. Hal
ini juga merupakan pendapat yang menentang baptisan bayi, karena mengapa
membaptis bayi, jika kemudian, setelah ia secara pribadi menerima Kristus, ia
harus dibaptiskan kembali?

(Tambahan dari Dede:


Jika seorang Dibaptis Percik, kemudian diBaptis Selam alias dibaptis ulang, apakah
SALAH? Jelas Tidak salah, karena ketika diBaptis Selam, masih tetap dibaptis
dalam Nama yang SAMA entah itu hanya dalam nama Yesus, atau dalam nama
Bapa, Anak/Putra,dan Roh Kudus.
Keyakinan bahwa Baptis Percik tidak SAH dan Tidak ALKITABIAH/tidak sesuai
dengan Ajaran Alkitablah yang membuat seseorang mau dibaptis ulang atau

29
http://www.dedewijaya.co.cc, 31 Oktober 2008, HARI REFORMASI

dibaptis SELAM, atau karena meyakini cara Baptisnya TIDAK BENAR menurut
Alkitab, makanya ia ingin dibaptis ulang dengan CARA YANG BENAR)

SAAT BAPTISAN
Contoh-contoh dalam Perjanjian Baru menunjukkan bahwa orang percaya
dibaptiskan segera setelah mereka percaya. Tidak ada petunjuk tentang masa
percobaan/katekisasi, walaupun hal semacam itu mungkin dibenarkan untuk
membuktikan kemurnian iman.

CARA BAPTISAN
1. dengan cara dipercik.
Argumen dan Bukti yang diajukan
(1) beberapa upacara untuk pengudusan dalam Perjanjian Lama
termasuk pemercikan (Kel 24:6,7; Im 14:7; Bil 19:4,8), dan semua ini
digolongkan sebagai ”baptisan” dalam Ibrani 9;10
(2) pemercikan dengan jelas menggambarkan penyucian yang
dilakukan oleh Roh Allah seperti tercatat dalam Yeh 36:25
(3) baptisan mempunyai arti tambahan (sekunder) sebagai ”membawa
ke dalam pengaruh”, dan pemercikan dengan mudah dapat
menggambarkan hal itu.
(4) Cara selam tidak mungkin dapat dilakukan dalam keadaan-
keadaan tertentu (Kis 2:41, terlalu banyak orang; 8:38, terlalu
sedikit air di padang gurun; 16:33, terlalu sedikit air di dalam
rumah)
(5) Mayoritas terbesar dari gereja yang kelihatan mempraktikkan
baptisan dengan cara bukan selam

2. dengan cara dituangkan atau dicurahkan


Argumen dan Bukti yang diajukan
(1) penuangan dengan baik sekali menggambarkan pelayanan Roh yang datang
dan msuk ke dalam kehidupan orang percaya (Yl 2:28,29; Kis 2:17,18).
(2) Ungkapan ”ke dalam air” dan ”keluar dari air” dengan cara yang sama
baiknya bisa diterjemahkan dengan ”menuju ke air” dan ”menjauhi” air. Dengan
kata lain, orang yang akan dibaptis itu menuju ke air, mungkin bahkan masuk ke
dalam air, tetapi tidak di bawah permukaan air seluruhnya.
(3) Lukisan-lukisan di katakombe menunjukkan orang yang sedang dibaptis
sedang berdiri kira-kira setinggi pinggang di dalam air, sedangkan orang yang

30
http://www.dedewijaya.co.cc, 31 Oktober 2008, HARI REFORMASI

sedang membaptiskan menuangkan air ke atas kepala orang tadi dari sebuah
bejana yang dipegangnya.

3. dengan cara SELAM


Argumen dan Bukti yang diajukan
(1) Penyelaman memang merupakan arti utama dari kata BAPTIZO. Bahasa
Yunani memiliki kosakata yang berarti pemercikan (rantiso) dan
penuangan yang tidak pernah digunakan untuk menjelaskan tentang
baptisan
(2) Penyelaman menggambarkan dengan tepat sekali arti tentang baptisan,
yaitu mati terhadap kehidupan yang lama dan bangkit dalam kehidupan
baru (Rm 6:1-4)
(3) Penyelaman sangat mungkin telah dilakukan dalam setiap keadaan.
Cukup tersedia banyak kolam di Yerusalem sehingga memungkinkan 3000
orang yang bertobat dibaptis (SELAM) pada Hari Pentakosta. Jalan ke
Gaza itu sepi dan gersang, namun bukan berarti tak ada air. Rumah-rumah
seringkali memiliki kolam-kolam di luar rumah dimana, misalnya, keluarga
kepala penjara Filipi sangat mungkin telah dibaptis selam
(4) Baptisan proselit dilakukan dengan cara menyelamkan diri sendiri ke
dalam sebuah tangki air. Cara baptisan seperti inilah yang mungkin biasa
dilakukan dalam gereja Kristen
(5) Penuangan air, bukan pemercikan, merupakan pengecualian pertama
terhadap penyelaman dan diizinkan dalam kasus untuk penderita sakit. Hal
ini disebut ”baptisan klinis”. Cyprian (pada 248-258 SM) merupakan orang
pertama yang menyetujui cara pemercikan. Bahkan mereka yang tidak
menganut Baptis Selam menyatakan bahwa penyelaman merupakan
Praktik yang umum (universal) dalam gereja pada zaman para rasul
(Bacalah Calvin, Institutes, 4:15:19).

Sebuah pengamatan: Mereka yang ingin membenarkan cara pemercikan


nampaknya memiliki jalan pemikiran sebagai berikut: Jika Anda dapat
menunjukkan bahwa cara lain dari penyelaman (seperti penuangan/pencurahan)
dipraktikkan pada awalnya, maka secara sah Anda dapat mempraktikkan
pemercikan, walaupun hal itu terbukti tidak dilakukan dalam gereja pada zaman
para rasul. Dengan kata lain, jika Penuangan dapat menjadi suatu alternatif lain
dari cara penyelaman yang universal, maka pemercikan juga dapat. Akan tetapi,
seandainya ada, bukti yang ada hanya menunjukkan bahwa penuangan (jika hal itu
pernah dilakukan) dapat dianggap sama dengan penyelaman, tetapi pemercikan
TIDAK DAPAT dianggap SAH sebagai BAPTISAN.

31
http://www.dedewijaya.co.cc, 31 Oktober 2008, HARI REFORMASI

PENYELAMAN sebanyak 3 Kali: dengan cara ini orang yang dibaptiskan


diselamkan sebanyak 3 kali (biasanya ke depan) untuk melambangkan hubungan
dengan Tuhan Trinitas/Tritunggal.
Didache menyatakan bahwa apabila baptisan dengan cara SELAM TIDAK
MUNGKIN DILAKUKAN, maka air harus dituangkan sebanyak 3 kali di atas
kepala (pasal 7). Perhatikan cara ini mula-mula tidak berarti untuk menyelamkan
sebanyak 3 kali, namun hanya menuangkan sebanyak 3 kali. Para pendukung cara
ini menunjukkan bahwa beberapa leksikon mengatakan, BAPTIZO berarti
menyelamkan ke dalam air berulang-kali (tapi beberapa leksikon tidak
menyebutkan demikian). Bukti terhadap pandangan ini tidak kuat.

PENTINGNYA BAPTISAN
1. Kristus dibaptis (Mat 3:16). Walaupun arti baptisanNya berbeda sama sekali
dari arti baptisan orang Kristen, namun hal itu mengandung arti bahwa kita
mengikuti Tuhan apabila kita dibaptis. Harus disadari, kita tidak akan
pernah mampu meniru pribadi yang tidak berdosa; namun kita harus
mengikuti langkah-langkahNya, dan baptisan merupakan salah satu
langkahNya (1 Petrus 2:21).
2. Tuhan menyetujui murid-muridNya untuk membaptiskan (Yoh 4:1-2).
3. Kristus memerintahkan supaya orang percaya dibaptiskan pada zaman ini
(Mat 28:19). Perintah ini jelas bukan hanya untuk para rasul yang
mendengarnya, namun untuk para pengikutnya di sepanjang zaman, karena
Ia berjanji akan menyertai mereka senantiasa sampai pada kesudahan
zaman.
4. Gereja mula-mula sangat mementingkan Baptisan (Kisah 2:38,41;
8:12,13,36,38; 9:18; 10:47,48; 16:15,33; 18:8; 19:5). Gereja mula-mula sama
sekali tidak menerima orang percaya yang tetap tidak dibaptiskan.
5. Perjanjian Baru menggunakan ordonansi (upacara yang diperintahkan
Tuhan untuk dilaksanakan Gereja) itu untuk menggambarkan atau
melambangkan kebenaran teologis yang PENTING (Rm 6:1-10; Gal 3:27; 1
Ptr 3:21).
6. Penulis surat Ibrani mengatakan Baptisan merupakan suatu Kebenaran
yang Mendasar (Ibr 6:1-2). Baptisan bukan lagi merupakan pilihan atau
kurang penting bila dibandingkan dengan pengajaran tentang pertobatan,
kebangkitan, dan penghakiman.

Sumber: Teologi Dasar 2, Charles Caldwell Ryrie, PBMR ANDI, hal 223-228

BAPTISAN MENYELAMATKAN?

32
http://www.dedewijaya.co.cc, 31 Oktober 2008, HARI REFORMASI

Apakah Baptisan menyelamatkan? Tidak cukupkah hanya karena Iman saja (Sola Fide)?
Apakah Keselamatan perlu ditambah dengan syarat baptisan, ordonansi/peraturan yang
diperintahkan Tuhan atau istilah yg terlanjur salah kaprah “Sakramen”.

Bila sepintas membaca bagian Alkitab, seakan-akan ada ayat-ayat yang mengajarkan
bahwa Baptisan dapat menyelamatkan. 4 Ayat utama semacam itu ialah, “Siapa yang
percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum.”
(Mrk 16:16); "Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing dibaptis dalam nama
Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia, yaitu
Roh Kudus.” (Kis 2:38); “Bangunlah, berilah dirimu dibaptis dan dosa-dosamu disucikan
dengan berseru kepada nama Tuhan!” (Kis 22:16); dan “Juga kamu sekarang
diselamatkan oleh kiasannya, yaitu baptisan” (I Ptr 3:21). Ayat-ayat di atas dari
Terjemahan Baru-2 dari PB LAI.
Tetapi dalam semua hal ini, iman harus ada terlebih dulu. Urutannya menurut Alkitab
ialah pertobatan, kepercayaan, baptisan. Pernyataan Yohanes Pembaptis, “Aku
membaptis kamu dengan air sebagai tanda pertobatan” (Mat 3:11) memiliki susunan
kalimat Yunani yang sama dengan perkataan Petrus, “…memberi dirimu dibaptis…
untuk pengampunan dosamu” (Kis 2:38). Pastilah, Yohanes menganggap bahwa
pertobatan terjadi lebih dahulu; dan demikian juga, pengampunan terjadi lebih
dahulu sebelum baptisan. Alkitab sangat jelas bahwa penyucian dari dosa bukanlah
hasil baptisan (Kis 15:9; I Yoh 1:9), tetapi bahwa tindakan baptisan itu berkaitan erat
sekali dengan tindakan iman sehingga sering kali keduanya diungkapkan sebagai satu
tindakan. Saucy mengatakan,

Berkat-berkat Injil diterima oleh iman. Sekalipun demikian, ketika iman yang menyelamatkan
tersebut dilanjutkan secara objektif melalui baptisan, maka Tuhan memakai tindakan tersebut
untuk memperkuat kenyataan keselamatan yang telah diterima oleh iman sebelumnya. Iman
seseorang dikuatkan pada saat itu diungkapkan secara terang-terangan, dan tindakan-tindakan
penyelamatan itu dimeteraikan dan disahkan secara lebih mendalam lagi di dalam hati orang
percaya itu. (Saucy, The Church in God’s Program, p 198)

Baptisan bukan saja melambangkan penyatuan orang yang bertobat dengan Kristus,
baptisan juga merupakan sarana lahiriah untuk menyatakan bahwa orang yang
bertobat itu sudah diterima menjadi anggota jemaat lokal. Pada waktu ia menjadi
anggota tubuh Kristus, ia juga harus menghubungkan diri dengan jemaat lokal. Bila
seseorang menanggapi panggilan keselamatan, maka sama seperti yang dilakukan oleh
orang-orang percaya di Perjanjian Baru, ia harus dibaptis dan secara resmi menjadi
anggota masyarakat Kristen (Kis 2:41).

Sumber: Teologi Sistematika, Henry Clarence Thiessen, Gandum Mas, p 499-500, cet II,
1993

33
http://www.dedewijaya.co.cc, 31 Oktober 2008, HARI REFORMASI

Kis 16:31 berkata “Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat,
engkau dan seisi rumahmu." Dan Paulus bukan berkata: “Percayalah dan Baptislah…
maka engkau akan selamat” seandainya Baptisan menyelamatkan, Paulus pasti akan
mengatakan dengan tegas dan jelas.

FORMULA BAPTISAN

Yang dimaksud dengan 'formula baptisan' adalah kata-kata yang diucapkan oleh pendeta
pada waktu membaptis.

Dalam Kitab Suci formula baptisan ini hanya ada di satu tempat yaitu Mat 28:19 - 'dalam
nama Bapa, Anak dan Roh Kudus'. Karena itu pada waktu pendeta membaptis, ia berkata:
'Aku membaptis engkau dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus. Amin'.

Ada banyak orang yang berdasarkan ayat-ayat seperti Kis 2:38 Kis 8:16 Kis 10:48 Kis
19:5 ('dibaptis dalam nama Yesus Kristus / dalam nama Tuhan Yesus') lalu mengubah
formula baptisan, sehingga pada waktu membaptis mereka mengucapkan kata-kata: 'Aku
membaptis engkau dalam nama Bapa, Anak, dan Roh Kudus, yaitu Tuhan Yesus Kristus.
Amin'.

Ini salah karena:

a) Kis 2:38 Kis 8:16 Kis 10:48 Kis 19:5 itu bukanlah formula baptisan.

Betul-betul tak masuk akal, kalau Yesus sudah memberikan formula baptisan dalam Mat
28:19, lalu rasul-rasul berani mengubahnya.

Kata-kata 'dibaptis dalam nama Tuhan Yesus / Yesus Kristus' hanya berarti:

· dibaptis berdasarkan kepercayaan kepada Tuhan Yesus.

· dibaptis atas otoritas Tuhan Yesus.

b) 'Bapa, Anak dan Roh Kudus' tidak sama dengan 'Tuhan Yesus Kristus'!

34
http://www.dedewijaya.co.cc, 31 Oktober 2008, HARI REFORMASI

Tanggapan saya:

Dibaptis paling gampang ikut perkataan langsung Tuhan Yesus yang ditulis dengan jelas
oleh Matius/Lewi dalam Matius 28:19 dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus.
Pengakuan Iman GBI, dan Pantekosta, biasanya membaptis dalam nama Bapa, Anak dan
Roh Kudus yaitu dalam nama Tuhan Yesus Kristus.

Terhadap hal ini saya juga tidak keberatan. Kedua-duanya sah, dibaptis dalam "nama
Yesus (banyak macamnya bisa dibaptis dalam nama TUHAN YESUS atau YESUS
KRISTUS, atau TUHAN YESUS KRISTUS, TUHAN YESUS, KRISTUS YESUS, sama
saja)", atau
dibaptis dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus, atau juga sesuai dg Pengakuam
Iman GBI dan Pantekosta:
membaptis dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus yaitu dalam nama Tuhan
Yesus Kristus.

Jadi orang-orang Kristen tidak perlu bingung,ikuti saja yang paling sederhana yaitu ikuti
FORMULA BAPTISAN dalam Matius 28:19, dalam nama BAPA,
ANAK dan ROH KUDUS. Ini jelas sesuai dengan perkataan Yesus, karena
kutipan langsung kata-kata Yesus. Sedangkan dalam Kisah Rasul, itu tidak ada yang
kutipan langsung perkataan Rasul.

Demikian, jadi jangan bingung mana yang sah, dalam nama siapa. Kasihan jika orang
Kristen dari zaman Para Rasul sampai hari ini dibingungkan dengan Formula Baptisan.
Ada yang menggunakan ketiga macam cara penyebutan nama dibaptis dalam nama Yesus
yaitu Aliran Jesus Only. Aliran Jesus only pasti bingung, mau pake nama YESUS saja,
TUHAN YESUS saja, atau TUHAN YESUS KRISTUS saja, atau KRISTUS YESUS
saja, dll, Sebaliknya orang Kristen tidak perlu ragu dan bingung, pakai saja ayat Matius
28:19.

35
http://www.dedewijaya.co.cc, 31 Oktober 2008, HARI REFORMASI

2. Membaptis secara Percik atau dengan Bendera adalah Tidak


Alkitabiah

CARA BAPTIS PERCIK ATAU SELAM?


Apakah yang harus menjadi cara baptisan? Tak perlu diragukan bahwa Per-
janjian Baru mengajarkan bahwa orang-orang percaya benar-benar
dibenamkan, yakni dimasukkan ke dalam air dan dikeluarkan lagi. Apakah
itu Yohanes Pembaptis yang membaptis di Sungai Yordan, ataupun Filipus yang
membaptis sida-sida Ethiopia, teks Alkitab memberitahu kita bahwa mereka tu-
run ke dalam air dan kemudian keluar dari air. Cara inilah yang paling baik
melukiskan penjelasan Paulus tentang baptisan Roh sebagai kematian, pen-
guburan, dan kebangkitan (Roma 6:1-4).

(Sida-sida Ethiopia dalam Kisah Para Rasul 8:35-39,

8:35 Maka mulailah Filipus berbicara dan bertolak dari nas itu ia memberitakan

Injil Yesus kepadanya.

8:36 Mereka melanjutkan perjalanan mereka, dan tiba di suatu tempat yang ada
air. Lalu kata sida-sida itu: "Lihat, di situ ada air; apakah halangannya, jika
aku dibaptis?"

8:37 Sahut Filipus: "Jika tuan percaya dengan segenap hati, boleh."

Jawabnya: "Aku percaya, bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah."

8:38 Lalu orang Etiopia itu menyuruh menghentikan kereta itu, dan keduanya tu-
run ke dalam air, baik Filipus maupun sida-sida itu, dan Filipus membaptis dia.

8:39 Dan setelah mereka keluar dari air, Roh Tuhan tiba-tiba melarikan Filipus
dan sida-sida itu tidak melihatnya lagi. Ia meneruskan perjalanannya dengan
sukacita.

Perhatikan yang diBold/dicetak tebal, ada prinsip: BERITAKAN INJIL, PER-


CAYA, TEMPAT YG ADA AIR untuk BAPTIS, Cara Baptis: TURUN KE
DALAM AIR, KELUAR DARI AIR, Dampak: SUKACITA-- Penekanan
Dede)

Di katakombe-katakombe di Roma terdapat gambar-gambar yang memperlihatkan


air yang dituangkan ke atas kepala seseorang dalam tindakan baptisan. Seperti
yang disebutkan, Didache, suatu buku pedoman tentang pemerintahan gereja yang

36
http://www.dedewijaya.co.cc, 31 Oktober 2008, HARI REFORMASI

diterbitkan pada abad kedua, mengajarkan bahwa jika seseorang tak dapat dibaptis
dalam air yang mengalir (seperti sungai), air harus disiramkan ke atas kepalanya.
Jelaslah, dibutuhkan air dalam jumlah yang banyak untuk membenamkan
seorang dewasa, jadi cara SELAM.

Hari ini umumnya gereja hanya mempraktekkan dua cara pembaptisan yaitu Percik dan
Selam? Mana yang Alkitabiah (sesuai dengan ajaran Alkitab)?

Ada banyak alasan yang bisa kita pelajari dari Alkitab tentang BAPTIS
SELAM:

1. Adalah sangat jelas dari Alkitab bahwa Baptis dilakukan dengan cara Selam dan
bukan Percik bahkan saat Yohanes Pembaptis. Tuhan Yesus sendiri dibaptis
dengan cara Selam. Itulah sebabnya Alkitab berkata: Sesudah dibaptis, Yesus
segera keluar dari air dan pada waktu itu juga langit terbuka dan Ia melihat Roh
Allah seperti burung merpati turun ke atas-Nya, (Matius 3:16, Markus 1:10).
Gereja HH Pope Shenouda III menamakan hari dimana Yesus dibaptis dengan
sebutan “Hari Penyelaman” untuk mengingatkan arti ini dalam pikiran jemaat-
nya.
2. Arti yang sama dari pernyataan “Came Up Immediately from the water =
segera keluar dari air” digunakan dalam Peristiwa Filipus membaptis Sida-
Sida dari Ethiopia. Alkitab berkata, “Lalu orang Etiopia itu menyuruh menghen-
tikan kereta itu, dan keduanya turun ke dalam air, baik Filipus maupun sida-sida
itu, dan Filipus membaptis dia.Dan setelah mereka keluar dari air, Roh Tuhan
tiba-tiba melarikan Filipus dan sida-sida itu tidak melihatnya lagi. Ia meneruskan
perjalanannya dengan sukacita. (Kis 8:38-39). Ini membuktikan bahwa Sida-Sida
dibaptis dengan cara Selam. Jika hanya Percik, maka cukuplah bagi Filipus
memercikkan air ke atas kepala sida-sida Ethiopia itu ketika berada di kere-
tanya tanpa perlu mereka berdua (pembaptis dan yang dibaptis) harus
bersusah-susah menuju dan turun ke dalam air.
3. Kata Baptisma berarti celup. Pencelupan tidak bisa dilakukan tanpa penye-
laman
4. Pembaptisan adalah tindakan dari dikuburkan bersama Kristus dan
merasakan kematian bersamaNya, seperti Rasul katakan: “Dengan demikian
kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kema-
tian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh
kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru.” (Roma
6:4) dan kita “dikuburkan dengan Dia dalam baptisan” (Kolose 2:12). Tindakan
penguburan tidak dapat dicapai kecuali dengan penyelaman. Keluar dari Bak/Ko-
lam menyatakan bangkit bersama Kristus setelah mati dan dikuburkan bersama
Dia, yang mana Percik tidak mungkin menyimbolkan tindakan mati dan bangkit.

5. Pembaptisan simbol Kelahiran Baru. Ini menyatakan dalam Baptisan ketika


tubuh yang dibaptis keluar dari kolam, yang mana Percik tidak menyatakan
tindakan Lahir Baru secara keseluruhan.

37
http://www.dedewijaya.co.cc, 31 Oktober 2008, HARI REFORMASI

6. Pembaptisan simbol pengudusan dari dosa-dosa seperti dikatakan Rasul Paulus


dalam Kis 22:16, dan seperti Paulus katakan dalam surat kepada Titus, “Dia
menyelamatkan kita melalui permandian kelahiran kembali dan pembaruan
oleh Roh Kudus” (Titus 3:5). Tindakan permandian/Pencucian butuh dima-
sukkan dalam air yang dengan tepat disimbolkan dengan Penyelaman bukan den-
gan Pemercikan
7. Siapapun yang melihat bangunan dari gereja mula-mula akan mengingatkan
adanya kolam-kolam penyelaman sebagai bukti pembaptisan dengan cara
SELAM dan bukan PERCIK karena tindakan Pemercikan tidak butuh sebuah Ko-
lam yang dalam.
8. Penyelaman memang merupakan arti utama dari kata BAPTIZO. Bahasa
Yunani memiliki kosakata yang berarti pemercikan (rantiso) dan penuangan
yang tidak pernah digunakan untuk menjelaskan tentang baptisan
9. Penyelaman sangat mungkin telah dilakukan dalam setiap keadaan. Cukup
tersedia banyak kolam di Yerusalem sehingga memungkinkan 3000 orang
yang bertobat dibaptis (SELAM) pada Hari Pentakosta. Jalan ke Gaza itu
sepi dan gersang, namun bukan berarti tak ada air. Rumah-rumah ser-
ingkali memiliki kolam-kolam di luar rumah dimana, misalnya, keluarga
kepala penjara Filipi sangat mungkin telah dibaptis selam
10. Baptisan proselit dilakukan dengan cara menyelamkan diri sendiri ke dalam
sebuah tangki air. Cara baptisan seperti inilah yang mungkin biasa di-
lakukan dalam gereja Kristen

Penuangan air, bukan pemercikan, merupakan pengecualian pertama terhadap


penyelaman dan diizinkan dalam kasus untuk penderita sakit. Hal ini disebut ”bap-
tisan klinis”. Cyprian (pada 248-258 SM) merupakan orang pertama yang menyetu-
jui cara pemercikan. Bahkan mereka yang tidak menganut Baptis Selam meny-
atakan bahwa penyelaman merupakan Praktik yang umum (universal) dalam gere-
ja pada zaman para rasul (Bacalah Calvin, Institutes, 4:15:19).

Sebuah pengamatan:

Mereka yang ingin membenarkan cara pemercikan nampaknya memiliki jalan


pemikiran sebagai berikut: Jika Anda dapat menunjukkan bahwa cara lain dari
penyelaman (seperti penuangan/pencurahan) dipraktikkan pada awalnya, maka se-
cara sah Anda dapat mempraktikkan pemercikan, walaupun hal itu terbukti tidak
dilakukan dalam gereja pada zaman para rasul. Dengan kata lain, jika Penuangan
dapat menjadi suatu alternatif lain dari cara penyelaman yang universal, maka pe-
mercikan juga dapat. Akan tetapi, seandainya ada, bukti yang ada hanya menun-
jukkan bahwa penuangan (jika hal itu pernah dilakukan) dapat dianggap sama
dengan penyelaman, tetapi pemercikan TIDAK DAPAT dianggap SAH sebagai
BAPTISAN.

3. Sistem Kepausan adalah Tidak Alkitabiah

38
http://www.dedewijaya.co.cc, 31 Oktober 2008, HARI REFORMASI

APAKAH PETRUS PAUS YG PERTAMA?

Perkataan Yesus kepada Petrus, “Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini
Aku akan mendirikan jemaat-Ku” telah menyebabkan badai perdebatan yang belum
mereda selama berabad-abad. Gereja Katolik Roma menyatakan bahwa kata-kata ini
membuktikan Petrus telah dijadikan lebih unggul daripada rasul-rasul lainnya dan
penghormatan ini telah dialihkan kepada paus-paus Gereja Katolik Roma. Dan
kesimpulannya, ketika berbicara tentang takhta Petrus, yaitu ex cathedra, maka ia tidak
mungkin bersalah.
Kewenangan Paus tidak lagi diterima secara serius oleh umat Katolik seperti dulu. Ketika
ia berbicara mengenai keburukan Keluarga Berencana atau dosa perceraian, perkataannya
sering kali tidak dihiraukan oleh banyak orang Katolik, khususnya di Amerika Serikat.
Dewasa ini banyak orang yang menganggap dirinya orang-orang Katolik yang baik tidak
sependapat dengan paus mengenai peran wanita di dalam gereja dan bahkan mengenai
aborsi. Namun ajaran resmi Katolik Roma yang menyangkut kewenangan gereja dalam
persoalan-persoalan seperti itu masih tetap berlaku.

Bagaimanakah gagasan kepausan ini muncul dan mengapa?


Suatu Permulaan
Tahun 452 SM, ketika Attila, orang Hun, memimpin pasukan berkudanya menuju Sungai
Donau dengan maksud menguasai bagian barat dari Kerajaan Romawi. Serangan yang
mendadak melintasi pegunungan Alpen membawanya ke Italia bagian utara. Ia bergerak
terus menuju Roma sampai ia berjumpa dengan suatu delegasi Romawi, yang
memohonnya untuk meninggalkan daerah itu. Ia baru saja hendak mengabaikan mereka
ketika ia mendengar bahwa Leo, uskup Roma, ada diantara rombongan itu, sebagai
Kerajaan Romawi. Mereka saling berhadapan, seorang raja asing dan seorang pemimpin
gereja yang memerintah. Menurut beberapa sejarawan, Attila sudah memutuskan bahwa
ia tak dapat meneruskan usaha penaklukannya karena memburuknya keadaan pasukannya
disebabkan perjalanan kaki yang jauh. Bagaimanapun juga, ia menyetujui permintaan
Leo untuk menyelamatkan ibu kota. Hal ini menjadikan Leo lebih ulung, bukan saja
sebagai seorang pemimpin agama, tetapi juga sebagai seorang politikus.
Apakah sangkut-pautnya dengan perkembangan kepausan? Leo, yang dikenal dalam
sejarah sebagai Leo Agung, memanfaatkan kepercayaan yang makin kuat bahwa
perkataan Kristus kepada Petrus, “Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini
Aku akan mendirikan jemaat-Ku,“ dapat dipakai untuk para uskup Roma. Ini
memberinya keunggulan dan wewenang yang ia butuhkan untuk memerintah.

Akan tetapi, mengapakah kehormatan ini harus diberikan kepada uskup Roma?
Betapapun, gereja dimulai di Yerusalem, dan jemaat-jemaat penting lainnya terdapat di
tempat-tempat seperti Antiokhia di Siria dan Efesus. Namun, ingatlah bahwa Roma
adalah ibukota Kerajaan Romawi. Kota ini mempunyai kekuatan dan pengaruh politik,
sebuah kota tempat orang-orang percaya mula-mula mendirikan sebuah gereja Kristen

39
http://www.dedewijaya.co.cc, 31 Oktober 2008, HARI REFORMASI

yang kuat. Beberapa perkiraan menetapkan jumlah orang-orang percaya di Roma sekitar
30 ribu orang. Di barat, baik gereja maupun kotanya tidak mempunyai saingan. Lagi
pula, para penulis Kristen yang mula-mula mengatakan bahwa Petrus dan Paulus telah
mendirikan gereja di Roma. Lalu timbullah pemikiran bahwa uskup Roma menjadi calon
pengganti rasul-rasul tersebut.
Lalu kita harus memahami sesuatu tentang struktur gereja. Uskup-uskup bermunculan
diberbagai bagian yang berbeda dari negeri itu, tetapi kadangkala mereka berkumpul
bersama untuk bersidang dan mendiskusikan masalah-masalah gereja. Seperti yang dapat
diduga, uskup dari gereja-gereja yang lebih penting mempunyai pengaruh yang lebih
besar dalam pertemuan-pertemuan tersebut. Jadi beberapa uskup mulai menjalankan
kekuasaan atas daerah-daerah geografis tertentu. Gerejka-gereja yaang lebih kecil
mempunyai imam yang memberi laporan kepada uskup. Dengan demikian, Roma
bertambah besar kewenangan dan kekuasaannya.
Akhirnya, semua ini mencapai puncaknya. Setelah Konstantinus menjadi kaisar pada
tahun 312, ia memutuskan untuk memindahkan ibukota Kerajaan Romawi ke Roma
Baru, yaitu Konstantinopel, sebuah kota yang ia namakan menurut namanya sendiri. Jadi,
kekuatan politik beralih dari barat ke timur (Yunani ada di Timur dan melambangkan
suatu garis pemisah di antara barat dan timur). Ketika Konstantinus mengatur Konsili
yang terkenal pada tahun 325, maka itu diselenggarakan di Nicea, hanya beberapa mil
dari Konstantinopel.
Persaingan di antara kedua kota itu berkembang. Suatu hari Kaisar dari Konstantinopel
mengadakan sidang umum, seperti yang telah dilakukan oleh Konstantinus. Akan tetapi,
ia mengundang uskup-uskup dari bagian timur kerajaan sedangkan uskup Roma
diabaikan. Konsili ini menyelesaikan beberapa persoalan teologis, tetapi juga menyatakan
bahwa wewenang uskup Konstantinopel berada pada peringkat kedua setelah uskup
Roma karena Konstantinopel adalah “Roma Baru“.
Sementara itu, di “Roma Lama“, pernyataan ini ditafsirkan sebagai suatu tantangan
terhadap wewenang uskup Roma. Maka pada suatu sinode pada tahun berikutnya di
Roma, uskup-uskup barat menandaskan, “Gereja Roma yang kudus harus lebih
diutamakan daripada gereja-gereja lainnya, bukan berdasarkan keputusan sinode, tetapi
karena kepadanya telah diberi keunggulan oleh perkataan Tuhan dan Penebus kita di
dalam kitab Injil ketika Ia berkata, “Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku
akan mendirikan jemaat-Ku.”
Demikianlah, suasana teologis ketika Leo menjadi uskup. Secara politik, kekuasaan
Roma mulai berkurang dan karena itu alasan lama mengenai keunggulan gereja Roma
oleh sebab kekuasaan dan pengaruh Roma kurang berpengaruh. Tetapi ini tak menjadi
soal. Sekarang Roma dapat menuntut keunggulannya berdasarkan keunggulan Petrus.
Dan karena kemerosotan politis kota itu, maka uskup sanggup menjalankan kekuasaan
yang lebih besar.
Leo benar-benar menyadari kedudukan tinggi yang telah ia warisi. Jadi, pada hari
pelantikannya ia menegaskan bahwa jabatannya yang baru meninggikan “kemuliaan
Rasul Petrus yang kudus... dalam takhtanya, kuasanya dilangsungkan dan
kewenangannya bersinar.“ Kristus berjanji untuk mendirikan gereja-Nya di atas Petrus,
dan inilah penggenapan perkataan-Nya. Leo adalah seorang pengkhotbah dan organisator

40
http://www.dedewijaya.co.cc, 31 Oktober 2008, HARI REFORMASI

yang baik. Ia mengambil banyak prinsip pemerintahan Romawi dan menerapkannya


kepada gereja. Organisasi gereja dibakukan di seluruh kerajaan.
Meskipun Leo telah berhasil mencegah serangan Attila orang Hun, ia tidak sanggup
mencegah kaum Vandal yang menyerang Roma pada tahun 455. Di pintu gerbang kota
Roma, Leo bertemu dengan Gaiseric, raja orang Vandal, yang telah membawa
pasukannya sampai ke sebelah utara sungai Tiber. Leo memohon belas kasihan, tetapi
kaum Vandal menjarah Roma selama 14 hari. Mereka menjarah istana-istana, menahan
tawanan politik dan bahkan anggota-anggota dari kaum aristokrat sebagai sandera politik.
Dengan kapal-kapal yang sarat dengan harta benda dan manusia, kaum Vandal berlayar
menuju Kartago.
Uskup Leo menghibur penduduk dan menaikkan ucapan syukur kepada Allah. Oleh
karena ia menjadi penengah kepada raja Vandal, suatu pembunuhan masal telah dihindari
dan sebagian gereja-gereja terlindungi. Ia mengajak rakyat Roma untuk mengakui bahwa
Allah telah melembutkan hati kaum barbar itu. Bruce Shelley dalam penelitiannya
tentang sejarah gereja mengatakan bahwa Leo tidak menyebut dirinya dan ia tidak perlu
melakukannya, meskipun ia telah menyelamatkan Roma untuk kedua kalinya. “Ia telah
memakai gelar kafir yang kuno Pontifex Maximus, imam besar keagamaan di seluruh
kerajaan, dan semua orang mengerti bahwa Leo-lah, bukan Kaisar, yang telah memikul
tanggung jawab atas kota yang kekal itu. Petrus telah mulai berkuasa.“1
Setelah melompat beberapa abad ke depan, kita kembali melihat persaingan yang terjadi
antara uskup Roma dan uskup Konstantinopel. Kedua bagian gereja ini berpisah
semakin jauh. Berabad-abad telah berlalu sampai suatu hari pada tahun 1054, ketika suatu
kebaktian akan dimulai di gereja Himat Kudus di Konstantinopel, dua orang wakil dari
gereja Roma muncul dan meletakkan suatu bula paus (suatu pengumuman resmi dari
paus) di atas Altar. Uskup Roma, secara resmi mengucilkan uskup Konstantinopel. Akan
tetapi, uskup Konstantinopel tidak gentar. Bula itu akhirnya dibuang di jalan ketika
seorang diaken gereja itu mendesak utusan dari Roma untuk membawanya kembali. Jadi
blok timur dari Kekristenan memisahkan dirinya dari Roma. Peristiwa ini menjelaskan
adanya Gereja Ortodoks Timur, yang menguatkan banyak ajaran agama (meskipun
dengan berbagai perbedaan yang penting), tetapi menolak untuk menerima kekuasaan
Paus.

Para Paus dan Kekuasaan Politik


Seperti yang telah kita simak, Leo Agung adalah uskup Roma pertama yang menjalankan
kekuasaan politik dan kekuasaan rohani. Tetapi ia bukan yang terkahir. Untuk memahami
kepausan kita harus menyadari bahwa agama menjadi kekuatan yang begitu besar selama
Abad-Abad Pertengahan sehingga para paus sanggup menguasai baik dunia politik
maupun dunia rohani. Dan dalam usaha untuk menyatukan keduanya para paus
mengambil kepemimpinan.
Dengan bangkitnya Paus Gregorius Agung (tahun 540-606) kepausan memimpin di
dalam pembakuan ibadah dan liturgi. Gregorius melepaskan kekayaan besar dan
melayani umat dengan rendah hati. Ia menyebut dirinya ”hamba dari para hamba Allah.”

41
http://www.dedewijaya.co.cc, 31 Oktober 2008, HARI REFORMASI

Di bawah kepemimpinannya, kekuasaan dan wilayah gereja makin meluas. Ketika suku
Lombard menyerang Roma, Gregoriuslah yang mengerahkan bala tentara untuk
mempertahankan Roma. Sekali lagi, kekuasaan rohani dan politik bersatu di dalam satu
orang.
Gregorius paling dikenal karena nyanyiannya yang membakukan ibadah dalam gereja-
gereja. Ia juga mendorong kecenderungan yang sedang berkembang untuk menganggap
Misa sebagai pengorbanan tubuh dan darah Kristus. Pada zamannya, ia dicintai karena
khotbah-khotbahnya yang relevan dan tafsirannya tentang kitab Ayub. Buku pedomannya
tentang teologi pastoral yang berjudul The Book of Pastoral Rule mempunyai dampak
yang besar di seluruh kerajaan.
Ia percaya pada api penyucian sebagai suatu tempat dimana jiwa-jiwa disucikan sebelum
mereka masuk sorga. Teologinya tidak hanya diperoleh dari pengajaran Perjanjian baru
dan para bapa gereja, tetapi juga dari takhyul yang sedang berlaku berkaitan dengan
peninggalan dan doa kepada orang-orang suci. Ia percaya bahwa Misa bermanfaat baik
bagi orang mati maupun bagi orang hidup. Ia mengajarkan bahwa keselamatan diperoleh
baik dengan iman maupun dengan perbuatan baik.
Pada umumnya, Gregorius dinggap sebagai paus yang pertama dari abad pertengahan.
Karyanya menetukan arah gereja secara teologis, litugis, dan politis untuk tahun-tahun
mendatang.
Bertahun-tahun kemudian, pada tahun 799, Paus Leo III sedang memimpin suatu prosesi
melaui jalan-jalan di Roma ketika ia ditarik dari kudanya dan dibawa ke suatu biara
Yunani. Para pendukung Paus yang sebelumnya menuduh dia telah melakukan sumpah
palsu dan perzinaan. Akan tetapi, pendukungnya sendiri menyelamatkannya dan
membawanya kembali ke Basilika Santo Petrus. Leo III menyadari bahwa apabila ia
hendak memerintah, ia harus mengisi suatu kekosongan politik dengan memahkotai
seorang kaisar yang dapat memberikannya perlindungan. Maka ia memohon bantuan
kepada raja dari Frank, Karel Agung.
Pada hari Natal tahun 800, Karel datang ke Basilika Santo Petrus untuk beribadah. Pada
kesempatan itu paus mendekati Karel dengan sebuah mahkota di tangannya dan menaruh
di kepalanya. Akhirnya, Kerajaan Roma yang sedang hancur akan dipersatukan kembali.
Fakta bahwa kaisar telah dimahkotai oleh paus menunjukkan betapa kuatnya kekuasaan
paus.
Karel Agung mempunyai kekuatan militer untuk menghancurkan musuh-musuhnya. Ia
melihat kekristenan menjadi pengaruh keagamaan yang dominan di dalam kerajaan. Ia
percaya bahwa jiwa manusia cocok dengan gereja dan tubuh manusia cocok dengan
negara. Demikianlah, gereja memerintah atas jiwa manusia dan negara atas tubuh
mereka. Paus dan kaisar harus saling mendukung dalam menjalankan tugas-tugas yang
diberikan Allah kepada mereka sementara mereka memperluas kekuasaannya bagi
kebaikan umat manusia.
Karel Agung yang memegang pimpinan. Ia memperluas kekristenan di seluruh Kerajaan
Romawi dan memulihkan hukum dan tata tertib. Ia memimpin kira-kira 50 kampanye
untuk mengakhiri anarki di dalam kerajaannya dan memperluas perbatasannya. Ia juga
memajukan kebudayaan dan pendidikan.

42
http://www.dedewijaya.co.cc, 31 Oktober 2008, HARI REFORMASI

Perselisihan Antara Paus dan Kaisar


Adakalanya paus gagal dalam usahanya untuk mengendalikan pemimpin-
pemimpin politik. Pada abad XI timbul perdebatan mengenai apakah para penguasa
politik mempunyai kuasa untuk mengangkat pejabat-pejabat gereja. Di Jerman para
bangsawan dan raja feodal telah mencengkeram cukup banyak kekuasaan sehingga
mengendalikan gereja.
Ketika Paus Gregorius VII mulai berkuasa pada tahun 1073, ia bersikeras bahwa
kekuasaan rohani lebih tinggi daripada para pemimpin politik. Ia mengancam akan
mengucilkan setiap orang yang mendapatkan wewenangnya untuk melayani di dalam
gereja dari para penguasa sipil. Hal ini mengakibatkan timbulnya pertikaian yang tajam
antara dia dan kaisar, Henry IV. Paus menuduh Raja Henry melakukan simoni
(menjualbelikan jabatan gereja). Jadi, Henry diperintahkan untuk menghadap paus.
Sebaliknya Henry mengadakan suatu sinode untuk menyatakan bahwa paus tidak layak
untuk memangku jabatannya. Sebagai pembalasan, Paus Gregorius mengucilkan Henry
dan membebaskan seluruh rakyatnya dari kesetiaannya kepada kaisar.
Henry memutuskan bahwa sebaiknya ia mengubah sikapnya agar tidak kehilangan
kekuasaannya; jadi ia datang menghadap Paus pada bulan Januari 1077 di Canossa,
sebuah istana di pegunungan Italia. Kaisar mengenakan pakaian pertobatan, namun
dipaksa untuk berdiri selama 3 hari di dalam salju dengan bertelanjang kaki, sambil
memohon pengampunan. Akhirnya, kami mengutip perkataan Gregorius, ”Kami
melepaskan belenggu anatema (kutuk) dan pada akhirnya menerimanya ke dalam
pangkuan Gereja Bunda Kudus.” Sekali lagi keunggulan paus diteguhkan. Kemudian
Henry memperteguh kekuatannya dan kembali, kali ini ia menawan Gregorius.
Sementara abad demi abad berlalu, kekuasaan paus sebagian besar semakin bertambah,
diperkuat karena kepemimpinan politik yang lemah di Eropa. Kemuliaan kaisar pada
masa silam digantikan oleh kepemimpinan agama para paus. Mereka tidak hanya diakui
sebagai kepala para raja dan pangeran. Orang percaya bahwa gereja memiliki 2 buah
pedang, Firman Tuhan dan pedang baja. Kekuasaan politik yang bersifat sementara akan
digunakan untuk memenuhi kehendak gereja yang Am. Dengan demikian negara akan
membantu dalam penyelamatan manusia. Pemikiran bahwa kesatuan politik dapat seiring
dengan anekaragam agama sama sekali belum timbul dalam pikiran para penguasa abad
pertengahan.

Perang Salib
Pada tahun 1095, Paus Urbanus II memproklamasikan perang salib yang
pertama untuk memerdekakan Tanah Suci yang diduduki oleh orang asing. Ia mendorong
orang-orang Kristen untuk mengangkat salib dan memperoleh baik berkat-berkat rohani
maupun wilayah bagi diri mereka sendiri. Ia berjanji bahwa barangsiapa yang pergi akan
diberikan pengampunan untuk semua dosa mereka pada masa lalu. Jika seorang tak dapat
pergi, ia dapat memberikan sumbangan keuangan dan mengutus seorang pengganti. Ia
juga akan diampuni dosa-dosanya pada masa lalu.

43
http://www.dedewijaya.co.cc, 31 Oktober 2008, HARI REFORMASI

Lebih dari 5000 orang mengadakan perjalanan itu dan merebut Kota Suci
Yerusalem. Seorang saksi, yang merangkum semua itu dari perspektif teologis, menulis,
”Sungguh ini merupakan hukuman yang adil dan baik sekali dari Allah bahwa tempat ini
harus dipenuhi dengan darah orang-orang yang tiak percaya, karena kota ini telah
demikian lama menderita oleh karena perbuatan mereka yang menghujat Allah.” Tak
pelak lagi, pauslah dan bukan kaisar, yang menyatukan kerajaan untuk melawan ancaman
kekuatan dari orang-orang yang menjajahnya.
Paus Innocentius III (1198-1216) adalah seorang administrator yang cakap. Ia
mengatakan bahwa vikaris Kristus lebih rendah daripada Allah, namun melebihi manusia.
Ia memberi tahu para pangeran Eropa bahwa kepausan itu seperti matahari, sedangkan
para raja seperti bulan, yang memperoleh kekuatannya dari matahari. Dibawah
kepemimpinannya kekuasaan paus mencapai puncaknya. Paus sanggup menjaga agar
para pangeran tetap patuh kepadanya dengan ancaman pengucilan. Dalam hal demikian
orang yang dikucilkan secara langsung dilepaskan dari semua jabatan dan bahkan tidak
akan dimakamkan secara Kristen. Apabila raja dari suatu negara tidak menaati Paus,
seluruh wilayahnya akan ditempatkan di bawah interdict (larangan). Semua kebaktian
umum di wilayah itu dihentikan kecuali baptisan dan perminyakan orang yang mau
meninggal. Jadi, kekuasaan politik harus taat, kalau tidak akan dipecat dari kekuasaan.

Kekacauan di dalam Kepausan


Bagaimanapun juga, kekuasaan paus menghadapi perlawanan keras pada abad ke-14.
Paus Bonifacius menentang Edward I dari Inggris dan Philip dari Prancis karena mereka
mulai mengenakan pajak kepada para pejabat gereja di wilayahnya. Bonifacius
mengeluarkan unamsanctam, pernyataan tegas yang paling ekstrem dari kekuasaan paus.
Ia menyatakan bahwa setiap manusia harus tunduk kepada paus dari Roma. Philip
menanggapi dengan mencoba menghadapkan paus ke pengadilan di Prancis dan
menyuruh orang-orangnya menangkap paus ketika ia sedang berlibur di sebuah tempat
kediaman musim panas. Paus dipenjarakan selama beberapa hari dan beberapa minggu
kemudian mati karena merasa terhina.

Tak pelak lagi, Philip mendapat kemenangan. Dan ketika pengganti Bonifacius mati
setelah pemerintahan yang singkat, maka pada tahun 1305 para kardinal memilih seorang
Prancis, Klemen V, sebagai paus. Tetapi ia tidak pernah datang ke Roma, karena lebih
suka memerintah dari Avignon di Prancis Selatan. Dengan demikian mulailah suatu
periode 72 tahun dimana 6 paus, semuanya berkebangsaan Prancis, secara berturut-turut
memerintah dari Prancis dan bukannya dari Kota yang dianggap Kekal. Para sejarawan
menjuluki masa ini ”Tawanan di Babel” dari gereja.

Perpindahan ini menimbulkan kemarahan besar, terutama di Jerman dan Italia. Negara-
negara ini menolak untuk memberi sokongan kepada kepausan dan karena itu paus-paus
Prancis itu mengumpulkan uang dengan meminta bayaran dan pajak untuk memperoleh
hak-hak istimewa gerejani. Bilamana seorang uskup diangkat, upahnya pada tahun
pertama harus diberikan kepada paus. Surat-surat penghapusan siksa dijual. Surat-surat

44
http://www.dedewijaya.co.cc, 31 Oktober 2008, HARI REFORMASI

ini menganugerahkan keuntungan-keuntungan rohani yang mencakup dari pengampunan


dosa sampai perlindungan dalam perang.
Akhirnya, ketika kepausan pindah kembali ke Roma pada tahun 1377, para kardinal,
yang kebanyakannya orang Prancis, mengalah kepada tekanan dan memilih seorang paus
berkebangsaan Italia, Urbannus VI. Akan tetapi, kurang dari 6 bulan kemudian, mereka
menyesali keputusan mereka karena Urbanus VI meremehkan mereka. Mereka membalas
dengan mengatakan bahwa mereka terpaksa memilih dia karena tekanan Roma. Dengan
demikian mereka menyatakan bahwa tindakan mereka sendiri tidak sah. Mereka memilih
seorang paus baru, Klemens VII. Ia memutuskan bahwa ia akan pindah ke Avignon.
Dalam pada itu, paus yang telah diturunkan dari takhtanya, menanggapi dengan
mengangkat suatu dewan kardinal yang baru dan melanjutkan pemerintahannya dari
Roma. Inilah awal dari apa yang dalam sejarah dikenal sebagai ”Skisma besar”, yang
bertahan selama 39 tahun. 2 Paus memerintah secara serempak, masing-masing
menyatakan berhak untuk mengucilkan yang lain. Umat harus memilih siapa yang akan
mereka anut. Italia utara, sebagian besar Jerman, Skandinavia, dan Inggris mengikuti
paus di Roma; Prancis, Spanyol, Skotlandia dan Italia Selatan setia kepada paus di
Avignon.
Pada tahun 1409, sekelompok kardinal dari kedua golongan yang bersaingan ini
berkumpul untuk menyelesaikan pertentangan itu. Mereka memberhentikan kedua paus
yang ada dan mengangkat seorang paus yang baru, Aleksander V. Akan tetapi, kedua
paus yang lain itu tidak mau menerima keputusan konsili tersebut. Pada waktu itu gereja
mempunyai 3 Paus, yang masing-masing menyatakan menjadi pengganti Petrus yang sah,
serta menyebut saingannya itu Antikristus. Masing-masing menjual surat penghapusan
siksa untuk mendapatkan cukup uang untuk memerangi saingannya.
Pada tahun 1414, kaisar mengadakan suatu persidangan di kota Kontans. Para utusan
hadir berdasarkan perwakilan geografis dan mereka mempunyai kekuasaan cukup untuk
menyuruh salah seorang dari ketiga paus itu mengundurkan diri dan memberhentikan
keuda paus yang lain. Mereka memilih seorang paus baru, Martin V, dan akhirnya kedua
paus itu menerima realitas keadaan itu dan melepaskan kekuasaan mereka sebagai paus.
Perpecahan telah berakhir, tetapi suatu masalah baru timbul, Paus Martin V tidak
mengakui semua tindakan konsili yang telah memilih dia kecuali satu—yaitu keputusan
mereka untuk memilih dia sebagai paus. Alasannya: dengan memilih seorang paus baru
dan memberhentikan yang lain, sebenarnya Konsili di Kontans itu menegaskan bahwa
sebuah konsili mempunyai kekuasaan atas Paus. Hal ini tidak dapat dibiarkan oleh Paus
yang baru itu.
Jadi, sekali lagi paus dianggap yang tertinggi. Seperti yang dikatakan oleh Shelley, sekali
lagi paus tidak dapat memutuskan apakah ia pengganti Petrus atau pengganti Kaisar.

Paus Tidak Mungkin Bersalah


Sementara pengaruh kepausan bertambah besar, demikian pula pengabdian yang
diharapkan kepada ajaran-ajarannya. Sebagaimana Petrus adalah yang pertama di antara
para rasul, demikianlah uskup Roma menjadi yang pertama di antara para uskup. Pada
tahun 1647, Paus Innocentius X menolak gagasan bahwa Petrus dan Paulus bersama-

45
http://www.dedewijaya.co.cc, 31 Oktober 2008, HARI REFORMASI

sama menjadi kepala gereja sebagai suatu ajaran sesat. Kenyataan bahwa Paulus
“berterang-terangan menentang“ Petrus (Gal 2:11) tidak meniadakan posisi Petrus yang
tertinggi; bahkan, Roma menganggap bahwa Paulus menegur Petrus justru karena
kekuasaan Petrus yang tinggi di dalam gereja mengahruskan ia ditegur.

Pernyataan bahwa Paus tidak mungkin bersalah diulang pada Konsili Vatikan yang
pertama tahun 1870. ditandaskan bahwa “jikalau seorang menyangkal bahwa...Petrus
yang kudus mempunyai pengganti-pengganti yang abadi dalam Keunggulannya
atas gereja yang Am, biarlah ia terkutuk.“2 Selanjutnya konsili ini menegaskan bahwa
paus mempunyai yuridiksi penuh dan tertinggi atas seluruh gereja, bukan saja dalam
iman dan moral, tetapi juga dalam disiplin gereja dan dalam pemerintahan gereja.

Khususnya, ini berarti bahwa paus lebih berkuasa daripada semua uskup bersama-sama.
Kami mengutip perkataan Ludwig Ott, seorang teolog Roma Katolik, yang mengatakan
bahwa paus memiliki “kekuasaan tertinggi di dalam Gereja, artinya, tak ada yuridiksi
yang memiliki kekuasaan yang lebih besar atau sama besar. Kekuasaan paus melebihi
kekuasaan tiap uskup tersendiri dan juga semua uskup lain bersama-sama. Oleh karena
itu, para uskup secara kolektif (terlepas dari paus), tidak sederajat atau tidak lebih tinggi
daipada paus.“ Kami mengutip Ott kembali, “Jadi, paus dapat memutuskan secara
mandiri setiap persoalan yang berada di bawah ruang lingkup yuridiksi gereja tanpa
persetujuan uskup-uskup yang lain atau bagian-bagian lain dari gereja.“3

Doktrin ini mendapat perlawanan keras dari dalam gereja sendiri. Seorang teolog
terkemuka, Dollinger, yang telah mengajar teologi selama 47 tahun, dikucilkan pada
tahun 1871 karena perlawanannya terhadap dogma ini. Secara tepat ia mengomentari
bahwa kepercayaan seperti itu meniadakan kebutuhanakan konsili dan uskup, karena
mereka tak dapat menolak keputusan paus. Ia menulis mengenai para uskup,“Jika mereka
ingin mengukuhkan keputusan paus...ini bagaikan membawa lentera-lentera untuk
membantu matahari pada tengah hari.“ Demikianlah, dengan memberikan yuridiksi
penuh dan karunia tak mungkin bersalah kepada paus, konsili telah menutup
kemungkinan untuk menilai pengajaran-pengajarannya menurut Alkitab. Bila Paus
berbicara ex cathedra, ia dapat mengganti Alkitab. Semua protes dibungkamkan.

Meskipun tidak ada bukti sejarah langsung bahwa Petrus pernah berada di Roma, gereja
percaya bahwa ia mati di sana dan bahwa Basilika Santo Petrus yang asli telah dibangun
di atas makamnya.

Bagaimana tentang keunggulan Petrus, pemindahan wewenangnya kepada uskup Roma,


dan ajaran bahwa paus tak mungkin bersalah? Apakah ini merupakan ajaran Perjanjian
Baru? Ataukah ada alasan-alasan lain yang absah untuk mempercayai doktrin-doktrin ini?

46
http://www.dedewijaya.co.cc, 31 Oktober 2008, HARI REFORMASI

Kepausan dan Perjanjian Baru


Ketika Kristus berkata kepada Petrus,“Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini
Aku akan mendirikan jemaat-Ku,“ jelaslah Ia bermaksud mengemukakan suatu
permainan kata—kata Petrus berarti batu. Tetapi kita harus memperhatikan bahwa ada
dua kata Yunani yang berbeda yang digunakan di sini.“Engkau adalah Petrus [Petros] dan
di atas batu karang [petra] ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku.“ Karena petra adalah
sebongkah batu, kemungkinan Kristus sedang memikirkan dirinya sendiri. Di bagian lain
dari Perjanjian Baru, Ia disebut sebagai dasar gereja.
Akan tetapi, bagi kepentingan diskusi ini marilah kita mengatakan bahwa memang
Petruslah yang Ia maksudkan. Para teolog Katolik Roma akan menguatkan bahwa gereja
didirikan di atas dasar Kristus dan Petrus. Tetapi meskipun hal ini diterima selaku benar,
3 pertanyaan muncul. Pertama, adakah bukti dalam Alkitab bahwa wewenang Petrus
dapat dipindahkan? Kedua, adakah sesuatu yang mengemukakan bahwa wewenang ini
telah dipindahkan kepada uskup-uskup Roma? Dan ketiga, adakah sesuatu dalam
Perjanjian Baru yang menunjukkan bahwa Petrus tak mungkin bersalah dalam
pernyataan-pernyataannya dan bahwa karunia itu juga telah dilimpahkan pada uskup-
uskup Roma?
Ludwig Ott, teolog Katolik sekali lagi berada dalam posisi yang tidak menguntungkan
karena harus mengakui bahwa keunggulan Petrus tidak terungkap dengan jelas di dalam
perkataan Kristus, tetapi bahwa kesimpulan itu dapat diambil dari sifat dan tujuan
kepausan. Sedangkan untuk kepercayaan bahwa wewenang Petrus dapat dipindahkan
atau bahwa itu telah dilimpahkan kepada para uskup Roma, ia tak mengutip ayat Alkitab
sama sekali.

Dan bagaimana tentang ketidakmungkinan berbuat salah? Ott mengakui bahwa para
bapak gereja tidak mengatakan bahwa paus tidak mungkin bersalah namun hal itu tersirat
dalam beberapa pernyataan mereka. Sedangkan sebagai bukti dari Kitab Suci, ia mengacu
kepada fakta bahwa Kristus telah memberikan wewenang kepada Petrus untuk mengikat
dan melepaskan (Mat 16:18-20). Bagaimanapun juga, kita harus memperhatikan bahwa
hal ini tidak hanya diberikan kepada Petrus, melainkan kepada semua rasul dalam mat
18:18 dan Yoh 20:23. Petrus diberikan Kunci Kerajaan Sorga karena ia dipilih untuk
memberitakan Injil kepada orang Yahudi dan orang bukan Yahudi (Kis 2, 10, 15).
Namun, ayat itu tidak menyebutkan bahwa hak istimewa ini dapat
dipindahkan/diteruskan kepada orang lain.

Bahwa Petrus dapat berbuat salah cukup jelas dalam Surat Galatia, di mana Paulus
berkata bahwa ia menegur Petrus di depan umum karena mencemarkan kemurnian
Injil. Di bawah tekanan beberapa orang Yahudi, Petrus kembali kepada kebiasaan makan
dari Perjanjian Lama. Paulus mengnggap hal ini tidak sesuai dengan Injil yang menolak
perbedaan-perbedaan seperti itu dan menawarkan keselamatan baik bagi orang bukan
Yahudi maupun orang Yahudi. Paulus menulis, “Aku berterang-terang menentangnya,
sebab ia salah“ (Galatia 2:11).

47
http://www.dedewijaya.co.cc, 31 Oktober 2008, HARI REFORMASI

Di dalam Perjanjian Baru posisi kepemimpinan yang tertinggi adalah penatua atau
penilik jemaat (uskup/bishop). Kata-kata ini dipertukartempatkan di banyak bagian
Alkitab. Tetapi tak disebut sama sekali bahwa seorang uskup menjalankan wewenang
atas gereja-gereja lain, apalagi bahwa seseorang menuntut kekuasaan atas seluruh
kekristenan. Para penatua (uskup) dari tiap gereja lokal hanya bertanggung jawab atas
jemaatnya sendiri. Bahaya dari melimpahkan otoritas yang berlebihan kepada satu orang
adalah jika ia melakukan kesalahan, gereja-gereja lain turut berbuat salah bersamanya.

Kendati suatu konsili dapat diadakan, tetapi konsili itu tidak mengikat gereja-gereja lain.
Misalnya, konsili gereja yang pertama bersidang di Yerusalem dan dipimpin oleh
Yakobus (bukan Petrus, meskipun ia hadir); namun kesimpulan-kesimpulannya
dipersembahkan kepada gereja-gereja lain sebagai sesuatu yang “berkenan“ bukan
sebagai sesuatu yang harus diikuti tanpa mempedulikan apakah gereja-gereja yang lain
sependapat atau tidak. Yang jelas ialah bahwa kesimpulan setiap konsili haruslah diuji
dengan Kitab Suci sebelum suatu keputusan diambil untuk mengikutinya (Kis 15:22-29).

Dapatkah kesatuan terpelihara tanpa adanya seseorang sebagai kepala? Umat Kristen
mengatakan bahwa Kristus adalah Satu-satunya Kepala gereja dan kesatuan harus
didasarkan pada doktrin-doktrin Kitab Suci saja.

Tulisan-tulisan Perjanjian Baru yang berbicara dengan paling jelas tentang


kepemimpinan Kristus dan wewenang yang sejajar dari semua orang percaya di hadapan
Allah telah ditulis oleh Petrus. Ia memperkenalkan Kristus sebagai batu penjuru (I
Pet 2:6). Dengan kejelasan yang sama ia mengajarkan bahwa setiap orang percaya
adalah imam di hadapan Allah (I Pet 2:4-7). Sedangkan untuk jabatan penatua atau
uskup, ia menasihatkan supaya mereka “Gembalakanlah kawanan domba Allah... jangan
dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena
mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri. Janganlah kamu berbuat seolah-
olah kamu mau memerintah atas mereka yang dipercayakan kepadamu, tetapi hendaklah
kamu menjadi teladan bagi kawanan domba itu“ (I Pet 5:2-3). Ia tidak mengharapkan
bahwa seorang penatua atau uskup akan memperluas wewenangnya atas satu gereja,
apalagi atas semua gereja. Hanya Kristus yang mempunyai wewenang seperti itu.
Tuntutan paus harus dinilai dengan mengingat pernyataan Petrus sendiri.

Catatan kaki:
1. Bruce Shelley, Church History in Plain Language (Waco, Texas: Word Books,
1982), 158
2. Ludwig Ott, Fundamentals of Catholic Dogma (St. Louis: B. Herder Books Co.,
1954), 282
3. Ibid., 285.

48
http://www.dedewijaya.co.cc, 31 Oktober 2008, HARI REFORMASI

Sumber Pustaka: Erwin W. Lutzer, Teologi Kontemporer, Malang: Gandum Mas,


cetakan ke-3, 2005, page 49-63. (www.gandummas.com)

4. Transubtansiasi dan Konsubstansiasi adalah Tidak


Alkitabiah

KRISTEN KANIBAL MEMAKAN DARAH DAN DAGING YESUS


Perdebatan Transubstansiasi, Konsubstansiasi, dan Peringatan
(Simbolis)

Adalah sesuatu yang lebih menyedihkan, lebih patut ditangisi daripada kenyataan bahwa
hal itu (Perjamuan Tuhan) harus dipergunakan sebagai pokok perselisihan dan
perpecahan?“ Philip Melanchton mengajukan pertanyaan ini pada Agustus 1544. ia
mempunyai cukup alasan untuk bersedih. Beberapa tahun sebelumnya, Martin Luther
dan Ulrich Zwingli memperdebatkan Perjamuan Tuhan di Puri Marburg di Jerman.
Diapit oleh beberapa kawan, Luther dan Zwingli duduk di ujung-ujung yang berlawanan
dari sebuah meja yang panjang dikelilingi oleh para pengamat.

Luther menghadiri dengan berat hati dibawah tekanan yang semakin kuat untuk
mempersatukan gerakan reformasi di Jerman dan Swiss. Kebijaksanaan menuntut suatu
front bersama melawan oposisi yang semakin bertambah dari gereja. Jika Luther dan
Zwingli dapat sepakat mengenai Perjamuan Tuhan, maka persatuan teologis dan politis di
antara kedua Negara dapat tercapai.
Ternyata tidak demikian.

Luther berpegang teguh pada keyakinannya dan bahkan berpendapat bahwa orang-orang
Swiss bukan saudara-saudara di dalam Kristus. Menurut sejarawan gereja, Philip Schaff,
seusai perdebatan, Zwingli mendekati Luther dengan air mata berlinang-linang dan
mengulurkan persaudaraan, tetapi Luther menolaknya. Konsili yang pertama berakhir
tanpa membawa hasil.

Bila kembali pada permulaannya, kita dapat melihat bagaimana pelaksanaan Perjamuan
Tuhan berkembang dalam sejarah pemikiran Kristen. Barulah kita akan mengerti dengan
lebih jelas mengapa Luther dan Zwingli berbeda pendapat dengan gereja dan satu sama
lain.

Perjamuan Tuhan di Perjanjian Baru

49
http://www.dedewijaya.co.cc, 31 Oktober 2008, HARI REFORMASI

Bacalah kisah Perjamuan Tuhan (bukan Perjamuan Kudus, istilah YANG BENAR:
PERJAMUAN TUHAN, karena Perjamuan tidak menguduskan) dalam PB dan Anda
akan segera kagum dengan kesederhanaan peristiwa yang khusus ini:

26:26 Dan ketika mereka sedang makan, Yesus mengambil roti, mengucap berkat,
memecah-mecahkannya lalu memberikannya kepada murid-murid-Nya dan
berkata: "Ambillah, makanlah, inilah tubuh-Ku."
26:27 Sesudah itu Ia mengambil cawan, mengucap syukur lalu memberikannya
kepada mereka dan berkata: "Minumlah, kamu semua, dari cawan ini.
26:28 Sebab inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak
orang untuk pengampunan dosa. (Matius 26:26-28)

Upacara ini kelihatannya tidak rumit dan tujuannya pun jelas. Tetapi Kristus
memang berkata,“Inilah tubuh-Ku“ dan“Inilah darah-Ku.“ Jadi, sudah pasti
timbul pertanyaan tentang arti dari perkataan ini.

Gereja mula-mula, yang mengikuti pola Kristus, mempunyai kebaktian yang


sederhana. Yustinus Martir (sekitar tahun 100-165 M) di dalam Apologia, sebuah
buku yang ditulis untuk membela kekeristenan, menuliskan bahwa uskup atau
pemimpin gereja memulai kebaktian perjamuan Tuhan dengan doa pujian dan
ucapan syukur yang diucapkan atas unsur-unsur perjamuan itu. Jemaat
menjawab“Amin“, dan dilanjutkan dengan ciuman kasih persaudaraan, yang
menunjukkan hati yang rukun kembali.

Sudah sepantasnya para bapa rasuli mulai menganggap tindakan Tuhan ini sangat
penting. Dan karena Kristus melangsungkan upacara ini sesudah Ia dan murid-murid
memakan jamuan Paskah, adalah wajar bagi gereja mula-mula untuk memperingati
kematian Kristus sesudah makan bersama. Doa ucapan syukur (euchristia) akhirnya
dikaitkan dengan Perjamuan itu sendiri. Kemudian itu diubah dari sebuah doa ucapan
syukur yang sederhana menjadi doa penahbisan roti dan anggur.

Tetapi bagaimanakah pengertian orang mengenai unsur-unsur ini? Kutipan dari para bapa
gereja akan menunjukkan bahwa Kristus dianggap hadir di dalam unsur-unsur itu.
Ignatius dari Antiokhia (sekitar 115 M) mengatakan,“Ekaristi adalah daging
Juruselamat kita, Yesus Kristus, yang menderita karena dosa kita yang oleh
kebaikan Bapa dibangkitkan dari antara orang mati.“ Dengan mendasarkan
kesimpulannya pada Yohanes 6:54-58, Ignatius berbicara tentang Perjamuan
Tuhan sebagai obat keabadian. Dengan memakan dan meminumnya kita menjadi
pewaris hidup kekal.

50
http://www.dedewijaya.co.cc, 31 Oktober 2008, HARI REFORMASI

Yustinus Martir mengatakan bahwa unsur-unsur tersebut tidak dianggap sebagai


roti dan anggur biasa,“tetapi sebagaimana Penebus kita, Yesus Kristus, dijelmakan
oleh Firman Allah... demikian juga (unsur-unsur itu) adalah daging dan darah dari
Yesus yang sama yang telah menjelma itu.“

Pada abad ketiga muncullah pemikiran bahwa Perjamuan Tuhan adalah sumber makanan
rohani bagi mereka yang mengambil bagian dari Perjamuan itu. Tertulianus
mengatakan,“Tubuh kita disegarkan dengan tubuh dan darah Kristus supaya jiwa juga
dapat diberi makan oleh Allah.“

Bagaimanakah kita akan merangkum pengajaran tentang Perjamuan Tuhan selama abad
kedua dan ketiga? Jaroslav Pelikan, dalam bukunya The Christian Tradition, terbitan
University of Chicago Press, menuliskan bahwa Tak Seorang pun dari para bapa
ortodox yang tercatat mengatakan bahwa kehadiran tubuh dan darah Kristus di
dalam Ekaristi Hanyalah Simbolis (meskipun Klemens dan Origenes hampir
melakukannya), juga tak seorang pun menetapkan bahwa substansi unsur-unsur
itu telah diubah (meskipun Igantius dan Yustinus hampir mengatakan begitu).
Kemudian ia menambahkan,“Dalam batas-batas dari kedua pandangan yang
ekstrem inilah terdapat doktrin tentang kehadiran yang sesungguhnya.“

Doktrin tentang kehadiran yang sesungguhnya berarti bahwa tubuh dan darah
Kristus entah bagaimana telah menyatu dengan unsur-unsur itu. Ketika Kristus
diperingati dalam Perjamuan Tuhan, Ia hadir di antara umat-Nya yang mengambil
bagian dalam penebusan. Sebagian menganggapnya sebagai memberi makan
kepada tubuh; yang lainnya percaya bahwa itu adalah SIMBOLIS.

Misalnya, Agustinus, berbicara tentang roti dan nggur sebagai tubuh dan darah
Kristus, tetapi pada saat yang sama dengan jelas ia membedakan antara lambang
dan hal yang dilambangkan. Dengan kata lain, ia menegaskan bahwa substansi itu
sendiri tidak berubah. Baginya, memakan tubuh Kristus adalah Tindakan yang
Simbolis. Berkhof menuliskan,“Ia menekankan aspek peringatan dari upacara tersebut
dan menegaskan bahwa orang fasik, kendati mereka mungkin menerima unsur-unsur itu,
tidak mengambil bagian dari tubuh. Ia bahkan menentang penghormatan yang
bersifat takhayul/mistik yang diberikan terhadap upacara tersebut oleh banyak
orang pada zamannya.“

Pada abad keempat, Ekaristi mulai dikenal sebagai MISA, dari bahasa Latin Misa,
artinya“Membubarkan“. Kata ini menunjukkan kepada perkataan yang diucapkan oleh
imam pada akhir perjamuan itu dan belakangan kepada seluruh upacara tersebut.

51
http://www.dedewijaya.co.cc, 31 Oktober 2008, HARI REFORMASI

Ringkasnya, selama 8 abad pertama dari gereja, persetujuan umum mengarah pada
pandangan yang realistis tentang unsur-unsur Perjamuan Tuhan itu: Kristus secara
rohani hadir di dalam roti dan anggur. Mengambil bagian dalam Perjamuan Tuhan
ialah memakan tubuh dan darah Kristus, tetapi bukan dalam arti harfiah/literal.

Transubstansiasi
Pada tahun 818 seorang rahib dari biara terkenal di sebelah utara kota Paris di
Corbie, bernama Paschasius Radbertus, menerbitkan sebuah makalah yang
menyatakan bahwa unsur-unsur itu diubah menjadi tubuh dan darah Kristus yang
sesungguhnya. Meskipun wujud unsur-unsur itu tidak berubah, suatu mujizat
terjadi ketika imam-imam mengucapkan berkat-anggur dan roti betul-betul
menjadi tubuh dan darah Kristus yang historis. Ia menegaskan bahwa wujud luar
hanyalah selubung dan menipu pancaindera manusia.

Ajaran ini mendapatkan tantangan. Para teolog seperti Rabanus Maurus


menjelaskan bahwa kepercayaan seperti itu mengacaukan lambang dengan hal
yang dilambangkan. Pada tahun 1050 Berenger dari Tours menguraikan
pandangan bahwa tubuh dan darah Kristus itu hadir tetapi bukan secara hakiki,
melainkan dalam kuasa. Substansinya tetap tidak berubah; iman pada pihak orang
yang menerima unsur itu diperlukan untuk mengaktifkan kuasa itu. Filsuf John
Scotus sependapat dengan Agustinus bahwa unsur-unsur itu SIMBOLIS, dan
bahwa mereka tetap TIDAK BERUBAH.

Ketika Martin Luther dan Ulrich Zwingli bertemu di Marburg, suatu diskusi yang
sengit tak dapat dielakkan. Sebelumnya, Zwingli telah menulis bahwa Kristus tak
mungkin hadir secara fisik di dalam Perjamuan Tuhan karena tubuh-Nya hanya dapat ada
dalam salah satu dari tiga cara, sebagai tubuh jasmani, tubuh yang dibangkitkan, atau
tubuh mistik. Kristus tak dapat hadir secara jasmani dalam unsur-unsur itu karena
“daging sama sekali tak berguna“ (Yoh 6:63). Juga tubuh Kristus yang dibangkitkan
tak dapat hadir karena perkataaan-Nya, “inilah tubuh-Ku“ diucapkan kepada para murid
sebelum kebangkitan-Nya. Dan Kristus tak dapat hadir secara mistik karena tubuh
mistiknya adalah gereja, yang tidak disebut sebagai sudah diserahkan kepada kematian.
Melalui proses eliminasi ini, Zwingli menyimpulkan bahwa unsur-unsur itu hanya
bersifat simbolis.

Sebagai jawaban, Luther telah menuliskan sebuah pamflet yang menjelaskan


pandangannya tentang kehadiran Kristus yang sesungguhnya dalam sakramen. Ia
berpendapat bahwa “tiap-tiap tabiat Kristus saling meresap dan kemanusiaanNya
berpartisipasi dalam sifat-sifat keilahian-Nya“ Jika Allah hadir dimana-mana, Luther
kemukakan, maka tubuh dan darah Kristus juga hadir dimana-mana dan mungkin hadir
dalam sakramen. Ia ingin supaya perkataan Kristus diterima secara harfiah, meskipun ia
menolak bahwa terjadi perubahan dalam unsur-unsur itu.

52
http://www.dedewijaya.co.cc, 31 Oktober 2008, HARI REFORMASI

Selama perdebatan, tidak dikemukakan argumen yang baru, tetapi pertukaran pikiran itu
memang menjelaskan pokok-pokok perdebatan itu.

Luther membentak, “Anggapan-anggapan dasar Anda adalah ini: pada hakikatnya Anda
hendak membuktikan bahwa suatu tubuh tidak dapat berada di dua tempat sekaligus...
Saya tidak mempersoalkan bagaimana Kristus dapat menjadi Allah dan manusia dan
bagaimana kedua tabiat itu dipersatukan. Karena Allah lebih berkuasa dari semua akal
kita, dan kita harus tunduk kepada FirmanNya. Buktikanlah bahwa tubuh Kristus tidak
berada di tempat dimana Ia berada menurut Kitab Suci ketika Kristus mengatakan,
“Inilah Tubuh-Ku”

“Saya takkan mendengarkan bukti-bukti rasional. Bukti2 jasmaniah, alasan2 yang


didasarkan pada prinsip2 geometris saya tolak sepenuhnya. Tuhan melampaui segala
matematika, dan perkataan Tuhan harus dihormati dan dijalankan dengan khidmat. Tuhan
sendiri yang memerintahkan, “Ambillah, makanlah, inilah Tubuh-Ku.“ Oleh karena itu
saya meminta, bukti-bukti Alkitabiah yang sah yang bertentangan dengan ini.”

Pada saat ini, Luther menuliskan kata-kata, “Inilah tubuh-Ku“ di meja dengan kapur
menutupinya dengan selembar kain beludru.

Zwingli membalas, ”itu prasangka, suatu praduga, yang mencegah Dr. Luther
melepaskan pendiriannya. Ia menolak untuk mengalah sebelum suatu bagian Alkitab
dikutip yang membuktikan bahwa tubuh dalam Perjamuan Tuhan itu bersifat kiasan.“

“Perbandingan bagian-bagian Alkitab selalu perlu. Meskipun tidak ada bagian Alkitab
yang mengatakan, ‘inilah lambang tubuh itu’ kita masih memiliki bukti bahwa Kristus
menolak gagasan [perjamuan] yang jasmaniah. Dalam Yohanes 6, Kristus menjauh dari
gagasan [perjamuan] yang jasmaniah. Atas dasar ini jelaslah bahwa Kristus tidak
memberikan diri-Nya dalam Perjamuan Tuhan dalam pengertian jasmaniah.”

Maka kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau
kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak
mempunyai hidup di dalam dirimu. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum
darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada
akhir zaman.
Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar
minuman. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di
dalam Aku dan Aku di dalam dia. (Yohanes 6:53-56)

53
http://www.dedewijaya.co.cc, 31 Oktober 2008, HARI REFORMASI

Kanibalisme tidak sesuai dengan ajaran umum Alkitab, maka tak


mungkin Kristus memberi arti yang harfiah/literal pada perkataan ini.
Lagi pula, dalam PL dengan jelas melarang minum darah (Im 17:10). Konsili gereja yg
pertama di Yerusalem mengesahkan larangan ini (Kis 15:29).

6:57 Sama seperti Bapa yang hidup mengutus Aku dan Aku hidup oleh Bapa, demikian
juga barangsiapa yang memakan Aku, akan hidup oleh Aku.
6:58 Inilah roti yang telah turun dari sorga, bukan roti seperti yang dimakan nenek
moyangmu dan mereka telah mati. Barangsiapa makan roti ini, ia akan hidup selama-
lamanya."
Bagaimanakah kita akan memakan Kristus? Sama seperti ia hidup oleh hubungan-Nya
dengan Bapa, demikian juga kita harus hidup oleh Dia. Kristus adalah makanan bagi
jiwa. Ia adalah roti dan air bagi orang yang miskin secara rohani. Supaya kita tidak
salah mengerti maksud-Nya, satu paragraf kemudian Kristus berkata, “rohlah yang
memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna“ (ayat 63).

Perjamuan Tuhan seharusnya terutama menjadi saat perenungan dan penyembahan.


Kendati kita dengan teguh harus menolak setiap tradisi yang
menyesatkan. Kita harus memperingati kematian Yesus kita menurut cara yang telah
ditetapkanNya. Dalam banyak gereja, Perjamuan Tuhan harus dikembalikan ke
tempatnya yang penting. Jangan sekali-kali kita kehilangan rasa terpesona dan misteri
perayaan ini pada masa yang penuh dengan khotbah-khotbah singkat dan agama populer.

Hak istimewa untuk ikut serta dalam Perjamuan Tuhan jangan sekali-kali dianggap
sebagai sudah semestinya. Kita dapat membayangkan kegembiraan di Wittenberg pada
hari Natal tahun 1521, ketika 2 ribu orang berkumpul di gereja Istana, dan Carlstadt,
seorang rekan Luther, membagi-bagikan roti dan anggur kepada jemaat. Hak istimewa
yang tidak dapat dinikmati orang-orang percaya selama beratus-ratus tahun telah
dipulihkan kembali. Para Reformator menamakannya keimanan orang percaya.

Jika Melanchton hidup sekarang ini, ia mungkin tidak menangis karena pertentangan2
yang terjadi di sekitar Perjamuan Tuhan, tetapi ia mungkin berdukacita karena
ketidakacuhan kita terhadap makna dan kepentingannya. Ini, juga, pantas ditangisi.

Sumber Pustaka:
Teologi Kontemporer, Erwin W. Lutzer, Malang: Gandum Mas, Cetakan ketiga 2005.
(ALL ONE BODY-WHY DON’T WE AGREE?)

Buku ini Membahas Perdebatan:

54
http://www.dedewijaya.co.cc, 31 Oktober 2008, HARI REFORMASI

Adalah Kristus itu Allah sejati?


Benarkah Kristus itu Manusia Sejati?
Benarkan Petrus itu Paus yang Pertama?
Pembanaran: Oleh Iman, Sakramen, atau kedua-duanya?
Mengapa Kita Tak Sependapat Tentang Perjamuan Tuhan?
Mengapa Kita Tak Sependapat Tentang Baptisan?
Berapa Kitab dalam Alkitab?
Predestinasi atau Kehendak bebas: Agustinus vs Pelagius, Calvin vs Arminius,
Whitefield vc Wesley?
Dapatkah Seorang yg sudah Selamat Terhilang?

PERJAMUAN TUHAN

Transubstansiasi = Pandangan bahwa roti dan anggur dalam Perjamuan Tuhan adalah
benar-benar menjadi Tubuh dan Darah Kristus. Beberapa orang dengan ceroboh
menumpahkan anggur di lantai gereja yang tidak terlampau bersih, padahal menurut
Teori Transubstansiasi, anggur adalah Darah Kristus.

Jelas Transubstansiasi Tidak Alkitabiah karena ketika Kristus berkata INILAH


TUBUHKU (Matius 26:26 hoc est corpus meum), berarti Kristus menunjuk kepada
diriNya sendiri. Kata ADALAH benar-benar merupakan suatu bentuk ucapan retoris
(dikenal dengan alloiosis) yang sebenarnya berarti “menandakan“ atau “mewakili“ dan
tidak dimengerti secara harfiah. Juga menandakan cara yg Ia harapkan untuk diperingati
oleh gerejaNya. Zwingli menulis bahwa seolah-olah Kristus mau berkata, “Aku
mempercayakan kepada kamu suatu simbol penyerahan diri dan wasiat saya, untuk
membangkitkan di dalam kamu pengingatan akan Aku dan kebaikanKu kepadamu
sehingga ketika kamu melihat roti dan cawan ini, berbicara di dalam perjamuan malam
peringatan ini, kamu boleh mengingat Aku yang diserahkan untuk kamu, seakan-akan
kamu melihat Aku dihadapanmu seperti kamu melihat Aku sekarang makan bersama
kamu.“

Perjamuan Tuhan adalah suatu peringatan akan penderitaan Kristus dan bukan suatu
pengorbanan. Dalam surat Cornelius Hoen yang sampai juga ke Martin Luther dan
Zwingli, Hoen mengemukakan bahwa kata est dalam hoc est corpus meum tidak
boleh diterjemahkan secara harfiah sebagai “adalah“ atau “identik dengan“, tetapi sebagai
significat, “menandakan.“ Contoh, ketika Kristus berkata, “Akulah Roti
Hidup“ (Yohanes 6:48). Kristus dengan jelas tidak mengidentifikasikan diri-Nya dengan

55
http://www.dedewijaya.co.cc, 31 Oktober 2008, HARI REFORMASI

sepotong roti atau roti secara umum. Kata “adalah“ disini harus dipahami dalam arti
metaforis atau in tropice. Nabi-Nabi Perjanjian Lama memang telah menubuatkan
bahwa Kristus akan “menjadi daging (incarnatus)“—tetapi ini akan terjadi sekali, dan
hanya sekali.“Tidak ada alasan nabi-nabi menubuatkan atau rasul-rasul mengkhotbahkan
bahwa Kristus akan “menjadi roti (impanatus)“ setiap hari melalui perbuatan-perbuatan
pendeta manapun yang menawarkan pengurbanan misa.“

Perhatikan dua hal berikut ini:


Pertama, Ide tentang Perjamuan Tuhan yang seperti sebuah cincin yang diberikan oleh
seorang mempelai laki-laki kepada sang mempelai perempuan untuk meyakinkan
kepadanya akan cintanya. Itu adalah suatu Jaminan—suatu ide yang menggema di
seluruh tulisan Zwingli mengenai pokok itu.

Tuhan kita Yesus Kristus, yang berjanji berkali-kali untuk mengampuni dosa
umatNya dan menguatkan jiwa mereka melalui Perjamuan Malam terkahir,
menambahkan suatu jaminan untuk janji itu sekiranya masih terdapat
ketidakpastian dari pihak mereka—sama halnya seperti seorang mempelai laki-
laki, yang ingin meyakinkan sang mempelai perempuan (bila ia ragu-ragu),
memberikan kepadanya sebuah cincin dengan mengatakan,“Ambillah ini, aku
memberikan diri-Ku kepadamu.“ Dan ia, yang menerima cincin itu, percaya bahwa
mempelai laki-laki itu adalah miliknya dan mempelai perempuan itu mengalihkan
hatinya dari semua orang lain yang mencintainya, untuk menyenangkan suaminya,
melekatkan dirinya kepada sang suami, dan hanya kepadanya saja.

Kedua, Tentang Peringatan akan Kristus di dalam ketidakhadiran-Nya. Dengan


memperhatikan bahwa ungkapan Kristus “inilah tubuh-Ku“ secara langsung diikuti
dengan kata-kata “Perbuatlah ini sebagai peringatan akan Aku,“ Hoen berpendapat
bahwa rangkaian kata yang kedua itu dengan jelas menunjuk pada peringatan akan
“seseorang yang tidak hadir (setidak-tidaknya tidak hadir secara fisik).“

Zwingli berpendapat bahwa Kitab Suci mempergunakan banyak kata kiasan. Jadi kata
“adalah“ mungkin pada satu hal berarti “secara mutlak identik dengan,“ dan pada pokok
yang lain berarti “mewakilkan“ atau “menandakan.“
Contoh, di seluruh Alkitab, kita menemukan kata-kata kiasan, yang dalam bahasa Yunani
disebut Tropos, yaitu sesuatu yang bersifat metafora atau dipahami dalam pengertia yang
lain, misal Yohanes 15 Yesus berkata “Aku adalah pokok anggur.“ Ini berarti bahwa
Kristus adalah seperti sebatang pokok anggur ketika dipikirkan dalam hubungan dengan
kita, yang terus-menerus melekat dan bertumbuh di dalam Dia dalam arti yang sama
seperti cabang-cabang yang bertumbuh pada sebatang pokok anggur...Hal yang seupa
dalam Yohanes 1 kita membaca, “Lihatlah Anak Domba Allah, yang mengangkut dosa
seisi dunia.“ Bagian pertama dari ayat ini adalah suatu kiasan karena Kristus bukanlah
secara harfiah seekor domba.

56
http://www.dedewijaya.co.cc, 31 Oktober 2008, HARI REFORMASI

Setelah membuktikan pemaparan teks demi teks dalam Alkitab, Zwingli menyimpulkan
bahwa “Terdapat banyak sekali bagian dalam Kitab Suci dimana kata “adalah“
mempunyai arti “menandakan.“

Pertanyaan yang harus diajukan sehubungan dengan ini adalah


Apakah kata-kata Kristus dalam Matius 26,“inilah tubuh-Ku“ dapat juga dipahami secara
metaforis atau intropice. Sudah cukup jelas bahwa di dalam konteks ini kata “adalah“
tidak dapat dipahami secara harfiah. Sebab itu, berikutnya adalah bahwa kata ini harus
dipahami secara metaforis atau figuratif. Di dalam kata-kata “inilah tubuh-Ku,“ kata
“ini“ berarti roti, dan kata “tubuh“ berarti tubuh yang telah dikurbankan sampai
mati bagi kita. Karena itu, kata“adalah“ tidak dapat dipahami secara harfiah sebab
roti bukanlah tubuh.

Dirangkum dari buku Sejarah Pemikiran Reformasi, Alister E.McGrath, BPK


Gunung Mulia, cetakan ketiga, 2000, halaman 206-243

Konsubstansiasi = Pandangan bahwa Kristus sungguh-sungguh hadir dalam unsur


Roti dan Anggur, tetapi unsur-unsur itu tidak berubah. Kesungguhan Kehadiran
Kristus tanpa perubahan unsur-unsur.

16 & 38 Bayi yg mati PASTI MASUK SURGA karena sudah


ditebus oleh Darah Yesus)

NASIB AKHIR BAYI, CACAT MENTAL dan


MEREKA YANG TERPENCIL

Kematian Kristus di kayu salib adalah penebusan (atonement) untuk seluruh umat
manusia (Ibrani 2:9, I Yoh 2:2). Artinya dosa seluruh umat manusia (dari Adam hingga
manusia terakhir), ditaruh ke dalam diri Yesus dan Ia dijatuhi hukuman. Itulah sebabnya
hukuman atas diri Yesus adalah hukuman terberat (capital punishment), karena itu untuk
dosa seisi dunia. Seseorang membunuh beberapa orang akan dijatuhi hukuman mati,
bahkan membunuh separuh penduduk dunia pun tetap hanya dijatuhi hukuman mati.
Yesus Kristus menerima hukuman mati atas dosa yang dilakukan oleh seluruh umat
manusia.

Rasul Paulus berkata dalam Roma 5 bahwa oleh pelanggaran Adam semua manusia
menjadi manusia berdosa, dan oleh ketaatan satu orang semua orang beroleh pembenaran

57
http://www.dedewijaya.co.cc, 31 Oktober 2008, HARI REFORMASI

(Roma 5:18-19). Karena koneksi kita dengan Adam, yaitu melalui kelahiran jasmani kita,
maka kita menjadi orang berdosa dan siap menerima hukuman. Oleh Adam, semua umat
manusia jatuh ke posisi orang berdosa. Yesus Kristus datang, dan Ia menempatkan diri ke
posisi umat manusia yang berdosa dan menerima penghukuman. Sehingga oleh Yesus
Kristus, apa yang diakibatkan oleh Adam terhadap seluruh umat manusia diselesaikan,
yaitu dijatuhi penghukuman. Sehingga karena koneksi kita dengan Adam, bapa leluhur
jasmani kita, semua manusia menjadi orang berdosa. Tetapi oleh koneksi kita dengan
Kristus, yaitu melalui kelahiran kembali di dalam air dan roh, maka kita menjadi orang
benar dan siap menerima pembenaran.

Kematian Kristus di kayu salib adalah tindakan pemusnahan kuasa dosa. Dosa selalu
menuntut penghukuman, dan ia tidak berhenti menuntut sebelum hukuman dijatuhkan.
Iblis akan selalu mengatakan bahwa Allah tidak adil dan tidak benar jika Allah tidak
melaksanakan hukuman atas umat manusia yang berdosa. Ia akan menuduh Allah tidak
menerapkan hukum, atau lebih buruk lagi menuduh Allah hanya omong kosong ketika
mengumumkan undang-undang pertamaNya di taman Eden.

Setelah pelaksanaan hukuman, terlebih lagi setelah kebangkitan, sebagaimana Paulus


mengatakan bahwa maut telah ditelan dalam kemenangan. Hai maut dimanakah
sengatmu? (I Kor 15:54-55). Jadi, status manusia berdosa yang diperoleh dari hubungan
kita dengan Adam telah dibereskan melalui penghukuman atas dosa yang ditanggung
Yesus Kristus. Saya lebih memilih istilah“status orang berdosa“ daripada istilah“dosa
asal atau dosa keturunan“ karena istilah yang lebih tepat adalah kita terima status orang
berdosa dari Adam dan Hawa.

Nasib Bayi Yang Meninggal


Karena status orang berdosa yang diperoleh sebagai anak-cucu Adam bagi semua
manusia berakhir sejak kematian dan kebangkitan Kristus, maka tidak ada alasan seorang
bayi yang mati akan masuk neraka. Sebagaimana dalam Roma 5, status bayi sebagai
orang berdosa disandang karena kejatuhan nenek moyangnya, yaitu Adam, an status bayi
sebagai orang benar disandangnya karena kebenaran Sang Juruselamat, yaitu Kristus
(Roma 5:18-19),

5:18 Jadi, sama seperti melalui satu pelanggaran banyak orang beroleh
penghukuman, demikian pula melalui satu perbuatan kebenaran, banyak orang
beroleh pembenaran untuk hidup.
5:19 Sebab, sama seperti melalui ketidaktaatan satu orang banyak orang telah
menjadi orang berdosa, demikian pula melalui ketaatan satu orang banyak orang
menjadi orang benar.
Jadi, bayi orang Kristen, orang Islam, Budha, atau bayi siapapun adalah orang berdosa
karena ketidaktaatan Adam, kemudian mendapat pembenaran melalui ketaatan Kristus.
Orang yang telah dibenarkan melalui ketaatan Kristus tidak ada alasan akan berada di

58
http://www.dedewijaya.co.cc, 31 Oktober 2008, HARI REFORMASI

Neraka. Orang yang akan berada di Neraka adalah orang yang mengandalkan kebenaran
dirinya yang semua, atau kebenaran bohongan yang dibisikkan iblis kepadanya.

Dalam Roma 3:10,12,23 dikatakan bahwa semua orang TELAH BERBUAT dosa, pernah
menyebabkan pertanyaan, dosa apakah yang DIBUAT oleh seorang bayi yang baru lahir
beberapa jam? Jawabannya ialah, pertama sesungguhnya seorang bayi adalah orang
berdosa, yaitu berada dalam status atau posisi orang berdosa, dan dalam hati atau nature
yang berdosa. Kedua, segera setelah ia menjadi akil-balik maka ia akan segera aktif
melakukan dosa sehingga akan membentuk karakter orang berdosa. Rasul Paulus
menyatakan bahwa semua orang telah berbuat dosa untuk menggambarkan bahwa semua
manusia telah berstatus orang berdosa dan memiliki nature yang berdosa dan segera
mencapai akil balik akan segera melakukan tindakan dosa sehingga mulai membentuk
karakter orang berdosa. Status bayi yang berdosa dan nature-nya yang berdosa
dihukumkan pada diri Kristus di kayu salib. Itulah sebabnya bayi tanpa perlu bertobat dan
beriman, karena memang mereka belum bisa bertobat dan beriman, secara otomatis
menerima anugerah yang diberikan oleh Allah melalui Yesus Kristus.

Tetapi jika seorang bayi bertumbuh menjadi dewasa dan mencapai umur akil balik, lantas
ia berdosa atas kesadaran dirinya, maka mulai saat itu, ia mulai menyandang status orang
berdosa, bukan lagi karena hubungannya dengan Adam dan Hawa, melainkan karena
pelanggaran dirinya sendiri. Ia berstatus orang berdosa, dan mengotori hatinya dengan
dosa sehingga nature-nya menjadi nature yang berdosa, serta membangun karakter orang
berdosa, bukan karena pihak lain melainkan karena dirinya sendiri. Orang demikian baru
akan dihitungkan sebagai orang benar jika ia memutuskan dengan kesadarannya untuk
bertobat dan percaya kepada Sang Juruselamat. Ketika ia bertobat (menyesali dosa dan
bertekad meninggalkannya) dan percaya dengan segenap hatinya bahwa Yesus telah
dihukumkan untuk menanggung seluruh dosanya, maka ia akan dihitungkan Allah yang
maha kudus sebagai yang tak berdosa (orang kudus) di hadapan Allah Bapa.

Kepada orang berdosa yang telah akil-balik, pertobatan dan iman adalah syarat utama dan
satu-satunya untuk dihitungkan sebagai orang benar di hadapan Allah. Status orang
berdosa yang disandangnya berakhir ketika ia dilahirkan kembali di dalam Yesus Kristus.
Tuhan memperkenalkan istilah dilahirkan kembali ketika berbincang-bincang dengan
Nikodemus (Yohanes 3:3-5) bukan tanpa makna. Manusia menerima status orang
berdosa dari kelahiran jasmaniah dan akan menerima status orang benar juga melalui
kelahiran namun secara rohaniah. Ketika seseorang masih bayi, dalam kondisi belum bisa
bertobat, dan tentu belum berdosa atas kesadaran dirinya, melainkan berstatus orang
berdosa hanya karena hubungannya dengan Adam dan Hawa, kematian Kristus telah
membenarkannya di hadapan Allah Bapa, tanpa perlu bertobat dan percaya yang belum
bisa dilakukannya.

Itulah sebabnya Doktrin Keselamatan (Soteriology) yang alkitabiah memberi


kepastian keselamatan bayi di hadapan Allah. Tuhan Yesus menegaskan bahwa

59
http://www.dedewijaya.co.cc, 31 Oktober 2008, HARI REFORMASI

merekalah yang empunya Kerajaan Sorga (Matius 19:14). Perkataan Tuhan Yesus adalah
pernyataan kesimpulan teologi alkitabiah karena baik bayi yang meninggal di zaman
Perjanjian Lama maupun yang meninggal di zaman Perjanjian Baru, semuanya akan
mewarisi Kerajaan Sorga oleh ketaatan Kristus.

Lagi pula dalam Perjanjian Lama, I Raja-raja 14:13, terhadap Yerobeam, raja yang paling
jahat di mata Tuhan, bayinya yang segera akan mati dikatakan oleh Tuhan ia tidak jahat,

Seluruh Israel akan meratapi dia dan menguburkan dia, sebab hanya dialah dari
pada keluarga Yerobeam yang akan mendapat kubur, sebab di antara keluarga
Yerobeam hanya padanyalah terdapat sesuatu yang baik di mata TUHAN, Allah
Israel.
Yerobeam adalah seorang yang sangat jahat di mata Tuhan, karena ia memimpin bangsa
Israel menjauh dari Allah dan mengajak mereka menyembah patung. Semua nggota
keluarga Yerobeam yang telah mencapai umur akil-balik dihitung turut bertanggung
jawab atas kejahatan yang dilakukan oleh Yerobeam kecuali bayinya yang belum akil
balik. Sehingga pendapat Calvin bahwa bayi orang baik akan masuk Sorga sedang bayi
orang jahat akan masuk Neraka dapat dipatahkan oleh pernyataan Allah terhadap bayi
Yerobeam. Yerobeam jahat di mata Tuhan, bayinya adalah satu-satunya dalam keluarga
Yerobeam yang baik di mata Tuhan. Karena allah calvinis memang kejam, dimana ia
dikatakan memilih orang-orang untuk dimasukkan ke Sorga serta memilih orang-orang
untuk dimasukkan ke Neraka tanpa kondisi (unconditional-election), maka tidak heran
jika allah yang sama juga akan memasukkan bayi yang tidak tahu apa-apa atas dasar dosa
orang tuanya.

Contoh kasus Daud yang menghamili Batsyeba dan melahirkan seorang anak. Anak itu
ditulahi Tuhan untuk mati karena dilahirkan dari perbuatan jahat Daud. Penulahan itu
sama sekali bukan untuk nasib akhir bayi tersebut melainkan agar ia mati secara jasmani
sebagai sebuah penghukuman kepada Daud. Anak itu akan masuk Sorga sebagaimana
kata Daud bahwa ia yang akan pergi kepada anak itu. Daud yakin bahwa suatu hari nanti
dialah yang akan menyusul anak itu, dan tentu maksudnya ke Sorga. Jadi penulahan
Allah terhadap bayi itu adalah sebagai hajaran Allah kepada Daud.

12:13 Lalu berkatalah Daud kepada Natan: "Aku sudah berdosa kepada TUHAN." Dan
Natan berkata kepada Daud: "TUHAN telah menjauhkan dosamu itu: engkau tidak akan
mati.
12:22 Jawabnya: "Selagi anak itu hidup, aku berpuasa dan menangis, karena pikirku:
siapa tahu TUHAN mengasihani aku, sehingga anak itu tetap hidup. (II Samuel)
Dari peristiwa ini bahkan bisa kita simpulkan bahwa bayi yang dilahirkan secara tidak
sah, bahkan dihasilkan dari perbuatan dosa pun akan masuk Sorga. Sama seperti

60
http://www.dedewijaya.co.cc, 31 Oktober 2008, HARI REFORMASI

bayi-bayi kota Betlehem yang dibunuh oleh Herodes. Mereka semua telah masuk Sorga.
Peristiwa pembunuhan bayi-bayi itu adalah sebuah peristiwa yang diizinkan Allah untuk
menghukum para orang tua yang mengabaikan kehadiran Sang Mesias di kota mereka.
Allah yang maha adil dan maha kasih tidak mungkin membinasakan bayi-bayi di kota
Betlehem yang tidak tahu apa-apa. Semua bayi yang terbunuh di Betlehem telah masuk
Sorga karena sang Juruselamat mereka yang telah lahir di kota mereka akan dihukumkan
untuk membereskan posisi mereka sebagai keturunan Adam yang berdosa.

Sesungguhnya demi sifat Allah yang maha adil dan maha benar, tidak mungkin ada satu
orang pun yang akan dimasukkan ke Neraka oleh karena perbuatan orang lain (Adam dan
Hawa), dan tidak ada satu orang pun yang akan berada di Sorga tanpa melalui penebusan
Yesus Kristus. Dan tentu tidak ada seorang pun yang akan berada di Sorga oleh jasa
seorang manusia lain selain jasa Kristus yang mati di kayu salib.

Sehubungan dengan kebenaran ini maka tidak dibenarkan untuk membaptiskan


bayi. Bayi tidak perlu dibaptis karena bayi siapapun yang meninggal akan segera
masuk Sorga tanpa melalui baptisan. Gereja Reform, Presbyterian, Lutheran, apalagi
Katolik, telah membuat kesalahan yang amat besar. Tindakan mereka dalam membaptis
bayi membuktikan pemahaman mereka tentang Injil Kristus tidak tepat. Gereja-gereja
tersebut di atas ketika keluar dari Gereja Roma Katolik tidak memprotes Doktrin Gereja
(ecclesiology) dari Gereja Roma Katolik yang sesat melainkan hanya memprotes Doktrin
Keselamatannya (soteriology) saja. Tindakan kepalang tanggung tersebut telah
menyebabkan pembaptisan bayi yang sangat bertentangan dengan Injil yang benar.
Dan daripada bertobat dari kesalahan tersebut mereka malah mencari-cari pembenaran
atas tindakan mereka yang salah itu. Sehingga dapat kita simpulkan bahwa semua gereja
yang mempraktekkan baptisan bayi sesungguhnya memiliki masalah pada Doktrin
Keselamatan mereka.

Pasti ada yang bertanya, pada umur berapakah seseorang dihitung telah akil-balik?
Jawabannya, tidak ada kepastian umur karena sangat tergantung pada banyak faktor,
antara lain: kematangan mental, kecerdasan berpikir dan lain sebagainya. Masa akil balik
tiap-tiap orang tidak sama. Pada zaman PL, zaman ibadah simbolik lahiriah, Allah
menetapkan seorang laki-laki Yahudi mulai umur 12 tahun ke atas harus menghadiri
ibadah ritual simbolik di Yerusalem. Dan Yesus di bawa orang tuanya ke Yerusalem pada
saat berumur 12 tahun (Luk 2:42). Belum pasti umur 12 tahun adalah umur seseorang
menjadi akil balik, tetapi berhubung pada zaman itu adalah zaman ibadah simbolik
lahiriah, maka harus ada suatu ketetapan yang bersifat lahiriah yang membatasi saat
seseorang diikutsertakan dalam ibadah lahiriah. Menurut pertimbangan pemimpin Yahudi
dan mungkin telah melalui perjalanan ribuan tahun, mulai umur 12-lah seorang laki-laki
diikutsertakan dalam ibadah. Tentu kini ketika kita berada dalam zaman ibadah roh dan
kebenaran, seseorang bisa bertobat dan memahami kebenaran Injil lebih awal dari umur
12 tahun. Intinya, masa akil-balik adalah masa seseorang mulai memahami
kebenaran rohani dan mulai mampu memikirkan dan membedakan antara benar

61
http://www.dedewijaya.co.cc, 31 Oktober 2008, HARI REFORMASI

dan salah, masa seseorang mulai bertanggung jawab atas keputusan-keputusan


yang diambilnya.

Nasib Orang Yang Sakit Jiwa (orang Gila)


Jika pembaca sekalian telah paham jalan logika alasan bayi yang meninggal pasti akan
masuk Sorga, pasti tidak akan sulit untuk memahami bahwa orang yang hilang ingatan
sebelum mencapai umur akil-balik, dan meninggal dalam keadaan demikian, juga pasti
akan masuk Sorga. Walaupun di dalam Alkitab tidak kita temukan ayat yang secara
teknis menyatakan bahwa orang gila akan masuk Sorga, tetapi melalui pemahaman secara
inferensial terhadap beberapa kebenaran yang saling menopang menuntun kita kepada
kesimpulan bahwa orang yang hilang ingatan sebelum mencapai umur akil-balik pasti
akan masuk Sorga.

Pertama bahwa dosa seisi dunia sudah ditanggung Yesus Kristus, yang berarti semua
orang telah menjadi benar di hadapan Allah, kecuali seorang yang setelah memiliki
kesadaran diri dan kemampuan untuk memutuskan perkara rohani dengan kesadaran
dirinya kembali berbuat dosa. Seseorang yang hilang ingatan sebelum mencapai umur
akil balik tidak tergolong ke dalam orang yang telah memiliki kesadaran diri melakukan
dosa karena ia belum pernah memiliki kesadaran diri. Kondisi orang yang hilang ingatan
sebelum mencapai umur akil-balik adalah seperti seorang bayi. Jika bayi perlu
dibaptiskan agar bisa masuk Sorga maka sepatutnya gereja demikian juga membaptiskan
orang yang telah hilang ingatan agar ia diselamatkan melalui baptisan. Tetapi jelas itu
bertentangan dengan kebenaran karena firman Tuhan dengan jelas menyatakan bahwa
oleh ketaatan seorang (Kristus) semua orang telah menjadi orang benar.

Kedua, syarat utama dan satu-satunya untuk memperoleh keselamatan adalah melalui
pertobatan dan iman yang benar. Rasul Paulus mengargumentasikan mata rantai proses
penyelamatan dari pengutusan hingga orang tersebut percaya dan berseru kepada nama
Tuhan (Roma 10:10-15). Dan pada ayat ke-2 dalam pasal yang sama Rasul Paulus
menekankan iman yang berpengertian. Di dalam ibadah simbolik lahiriah tidak
membutuhkan iman yang berpengertian. Seseorang hanya perlu mengikuti seluruh
rancangan tata-ibadah lahiriah yang telah ditetapkan.

Ibadah di dalam roh dan kebenaran menuntut pengertian, karena dalam ibadah tersebut
kita menyembah secara rohani dan secara kebenaran. Menyembah secara Kebenaran
menuntut pemahaman, bukan sekedar ikut-ikutan. Orang yang telah hilang ingatan tidak
bisa beriman secara rohani dan dalam kebenaran. Orang yang telah hilang ingatan adalah
orang yang dikecualikan dalam tuntutan iman yang disertai pengertian.

Tetapi jika seseorang kehilangan ingatan pada umur sesudah menjadi akil-balik, maka
jika ia meninggal ia akan masuk Neraka. Peristiwa kehilangan ingatan sesudah akil-balik
adalah peristiwa berakhirnya anugerah baginya. Dapat dikatakan bahwa saat itu adalah

62
http://www.dedewijaya.co.cc, 31 Oktober 2008, HARI REFORMASI

saat ia meninggal secara rohani. Ketika kerohaniannya meninggal, jasmaninya ternyata


masih berfungsi. Perbedaannya dengan orang normal adalah, orang normal meninggal
sekaligus rohani dan jasmani, namun orang yang kehilangan kesadaran diri telah
meninggal secara rohani namun masih tetap hidup secara jasmani.

Terhadap orang-orang yang kehilangan ingatan atau gila kita perlu berdoa atau berusaha
secara medis agar ia bisa ingat kembali. Pada saat ia memiliki ingatan kembali,
secepatnya ia diberitakan Injil yang benar agar ia bertobat dan percaya kepada Sang
Juruselamat. Jika seseorang setelah bertobat dan beriman dengan benar, dan oleh satu dan
lain hal ia hilang ingatan, maka kondisi barunya tidak akan mempengaruhi jaminan
keselamatan yang telah diperolehnya. Misalnya seseorang yang pada masa mudanya telah
bertobat dan percaya dengan segenap hati, bahkan sangat giat melayani, setelah tua
menjadi pikun, bahkan mungkin dalam kepikunannya ia menyangkali Tuhan.
Tindakannya yang dilakukan dengan tanpa memiliki kesadaran diri tentu tidak
mempengaruhi pertobatan dan imannya yang telah dimilikinya pada saat ia dalam
keadaan sadar penuh.

Orang Yang Hidup Terpencil


Berbeda dengan bayi dan orang yang hilang ingatan, mereka yang hidup di daerah
terpencil tidak memiliki pemaafan atas keberadaan mereka yang sulit dijangkau Injil. Jika
bayi-bayi mereka meninggal sebelum menginjak usai akil-balik, tentu bayi-bayi mereka
akan masuk Sorga. Tetapi jika mereka bertumbuh hingga usia akil-balik dan melakukan
dosa atas kesadaran mereka, maka mereka adalah orang berdosa bukan karena hubungan
mereka dengan Adam dan Hawa, melainkan karena perbuatan mereka sendiri. Mereka
adalah orang berdosa secara posisi maupun hati nurani, bahkan sedang membentuk
karakter orang berdosa dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Sebagaimana ketentuan undang-undang yang telah diumumkan Allah bahwa orang


berdosa hukumannya adalah hukuman mati dan akan terpisah dari Allah yang mahasuci,
maka tidak ada pilihan lagi bagi mereka yang tinggal di daerah terpencil selain secepat
mungkin memberitakan Injil kepada mereka. Mereka sangat membutuhkan Injil agar
secepat mungkin menyelamatkan mereka dari kebinasaan kekal.

Rasul Paulus menyadari akan kebutuhan Injil yang urgen dari manusia-manusia yang
tinggal di daerah terpencil sehingga ia bekerja segiat-giatnya (I Kor 15:10). Paham bahwa
manusia yang tidak terjangkau oleh Injil akan mendapat pemaafan adalah tipu-muslihat
iblis. Karena jika orang-orang yang tidak terjangkau Injil akan mendapat pemaafan maka
lebih baik tidak pergi memberitakan Injil daripada pergi memberitakan Injil dan
menyebabkan penolakan. Bukankah akan lebih aman membiarkan mereka tak terjangkau
Injil agar mereka mendapat pemaafan? Kalau begitu untuk apakah Kristus perintahkan
Amanat AgungNya, dan untuk apakah para Rasul bersusah payah memberitakan Injil
hingga mengorbankan nyawa mereka? Kristus menyerahkan nyawaNya untuk menebus

63
http://www.dedewijaya.co.cc, 31 Oktober 2008, HARI REFORMASI

dosa seisi dunia, dan para Rasul menyerahkan nyawa mereka untuk menyebarkan berita
penebusan tersebut.

Para rasul telah berjuang sedemikian rupa, mereka telah mengorbankan segala-galanya
agar berita Injil sampai pada orang-orang yang hidup di zaman mereka. Mereka telah
pergi ke tempat yang berpenduduk dimana saja yang diketahui mereka. Motivasi untuk
melakukan itu hanyalah karena jika Injil tidak didengar orang-orang sezaman mereka
maka orang-orang tersebut akan binasa. Tentu para Rasul tidak perlu sedemikian
bergegas jika karena tidak mendengar Injil orang-orang tersebut bisa mendapat
pemaafan.

Keselamatan telah tersedia bagi semua manusia, mulai dari Adam dan Hawa hingga
manusia terakhir yang akan lahir. Adam dan Hawa beserta orang-orang sezaman mereka
bahkan yang lahir jauh sesudah mereka akan diselamatkan jika mereka beriman pada
janji Allah untuk mengirim Sang Juruselamat. Sementara menunggu Sang Juruselamat,
Allah perintahkan mereka melakukan ibadah simbolik sederhana yaitu menyembelih
seekor domba di atas mezbah.

Siapapun yang tidak antusias menjalankan dan mengajarkan ibadah simbolik ini kepada
anak-cucunya, pasti akan menyebabkan mereka kehilangan jejak kebenaran. Tentu anak-
cucu mereka akan melupakan janji Allah tentang pengiriman Juruselamat. Dan kalau
anak-cucu mereka, misalnya anak-cucu Kain, tidak percaya pada janji Allah, dan mereka
binasa, tentu tidak bisa menyalahkan Allah. Nenek-moyang mereka telah lalai
memelihara dan meneruskan kebenaran keselamatan kepada mereka. Jika seseorang tidak
melakukan ibadah simbolik yang ditetapkan Allah untuk menggambarkan Sang
Juruselamat serta proses penyelamatannya, sudah tentu ia tidak beriman pada janji
penyelamatan Allah. Mereka binasa bukan karena Allah tidak berusaha menyelamatkan
mereka tetapi nenek moyang mereka telah berdiri di depan pintu Sorga untuk
menghalangi mereka.

Kemurahan kasih karunia Allah telah ditunjukkanNya melalui membentuk sebuah bangsa
dan mendirikan ibadah simbolik yang lebih besar melalui bangsa tersebut. Dengan ibadah
simbolik yang besar dan dijaga oleh sebuah bangsa yang ditunjuknya, serta melalui
berbagai fenomena misalnya mujizat-mujizat dan perkataan nabi-nabi untuk
menunjukkan bahwa pada bangsa itu ada kebenaran penyelamatan yang diperlukan oleh
semua bangsa. Harapan Allah agar umat manusia sekalipun berpencar, harus tetap ingat
akan janji penyelamatan dari Allah dan mereka harus tetap berjaga-jaga menantikan
berita kedatangan Sang Penyelamat ditengah-tengah bangsa Israel.

Tetapi bangsa-bangsa semakin hari semakin melupakan janji Allah. Sementara itu patut
diakui bahwa bangsa Israel tidak berperan sebagai pengingat yang baik bagi bangsa-
bangsa lain. Tercatat dalam Alkitab PL hanya sedikit sekali orang yang datang ke Israel

64
http://www.dedewijaya.co.cc, 31 Oktober 2008, HARI REFORMASI

untuk mengejar kebenaran rohani. Pada saat sang Juruselamat tiba, serombongan orang
Majus datang dari Timur (Mat 2:1-16), dan Sida-sida dari Ethiopia (Kis 8:26-40). Sisa
sebagian yang sangat besar tidak lagi mengingat akan janji Allah untuk mengirim
Juruselamat.

Pada zaman PB Sang Juruselamat telah tiba dan telah melaksanakan proses penebusan,
bahkan maut telah dikalahkan. Kalau pada zaman PL berita ibadah simbolik
dipercayakan pada ayah dan bangsa Israel, pada zaman PB, Injil Keselamatan
dipercayakan pada jemaat-jemaat lokal. Jemaat lokal adalah pihak yang bertanggung
jawab untuk mengutus orang pergi memberitakan Injil. Tentu harus ada anggota jemaat
lokal yang terpanggil sehingga ingin pergi memberitakan Injil. Keinginan hatinya
disampaikan kepada jemaat dan melalui pendidikan serta berbagai kualifikasi yang harus
dipenuhi, jemaat bisa mengutusnya pergi memberitakan Injil. Dalam argumentasi Paulus
tentang jenjang-jenjang proses penyelamatan, penanggung jawab agar Injil diberitakan
sehingga orang percaya dn diselamatkan ialah pihak yang mengutus (Rom 10:15). Pihak
pengutus memegang peran inti dan utama, dalam hal ini tentu yang dimaksudkannya
adalah gereja lokal sebagaimana pengalamannya ketika Roh Kudus memakai jemaat
Antiokhia mengutus mereka untuk memberitakan Injil.

Dapat dikatakan bahwa kebinasaan orang-orang PL yang tidak melakukan ibadah


simbolik dan semakin jauh dari kebenaran, pertama adalah kelalaian nenek moyang
mereka untuk tetap memelihara bahkan memandang dengan penuh harap terus-menerus
akan janji Allah. Mereka makin hari makin jauh dari tiang kebenaran. Kedua adalah
kelalaian bangsa Israel dalam tugasnya sebagai penegak dan pemberita kebenaran untuk
mengingatkan manusia pada janji penyelamatan dari Allah. Kelihatannya mereka terlalu
memfokuskan diri pada penegakan kebenaran dan lalai sama sekali pada tugas
pemberitaan kebenaran.

Sedangkan orang-orang zaman PB yang hidup di daerah terpencil binasa, pertama karena
nenek moyang mereka, tidak tahu lagi mulai pada keturunan ke berapa, sama sekali tidak
peduli pada kebenaran rohani, dan sama sekali tidak mengingat bahwa Allah akan
menurunkan Juruselamat di Yerusalem. Mereka pergi jauh seolah-olah ingin menjauh
dari Tuhan agar kehidupan mereka yang penuh dosa tidak terjangkau oleh kuasa Tuhan.
Dalam kebudayaan berbagai bangsa telah dirasuki iblis sehingga penuh dengan unsur
magis yang sangat menusuk hati Tuhan. Kedua, gereja-gereja sebagaimana bangsa Israel
pada zaman PL telah gagal bertugas, bahkan ada banyak gereja yang tidak tahu tugas
uatamanya lagi. Tugas utama gereja ialah menegakkan kebenaran dan memberitakan
kebenaran. Penegakan kebenaran agar kebenaran akan lestari untuk generasi demi
generasi, sedangkan pemberitaan kebenaran agar orang-orang zaman kontemporer bisa
diselamatkan.

Yayasan-yayasan penginjilan dan berbagai para-church yang didirikan untuk


memberitakan Injil hanya memahami tugas pemberitaan injil. Mudah-mudahan mereka

65
http://www.dedewijaya.co.cc, 31 Oktober 2008, HARI REFORMASI

juga paham akan tugas memelihara kebenaran Injil. Karena jika orang Kristen zaman
sekarang tidak memelihara kebenaran Injil dengan pembangunan jemaat dan
mengajarkan kebenaran doctrinal dengan setia, melainkan hanya memberitakan Injil sja,
maka bukan hanya orang-orang hidup di daerah terpencil yang akan kehilangan
kesempatan untuk mendengarkan Injil, bahkan setelah berjalannya waktu orang-orang
yang tinggal di kota pun sudah tidak dapat mendengar injil yang benar lagi.

Pendirian gereja-gereja lokal dengan sistem penggembalaan yang alkitabiah adalah


langkah pertama dan utama untuk mempertahankan kebenaran. Selanjutnya gereja lokal
yang alkitabiah harus selalu memperhatikan doktrin daripada hal-hal yang bersifat
perasaan. Jika sebuah gereja gagal menjaga kebenaran doktrinyang alkitabiah, maka
gereja tersebut sekalipun hadir di tengah kota ataupun di tengah hutan tetap tidak ada
faedahnya.

Setelah sebuah gereja dengan teguh mempertahankan kebenaran Injil yang


diberitakannya, hal selanjutnya yang harus diperhatikan adalah aktivitas pengutusan
penginjil untuk mendirikan jemaat lokal di mana saja. Gereja lokal adalah tiang penopang
dan dasar kebenaran (I Tim 3:15). Satu-persatu gereja lokal alkitabiah didirikan dengan
sistem pelipatgandaan (multiple) sehingga akhirnya muka bumi terpenuhi oleh gereja-
gereja local yang alkitabiah.

Orang-orang yang kebetulan tinggal di daerah terpencil atau bahkan yang tinggal di kota
besar, ditengah-tengah hutan beton, yang tidak pernah mendengar Injil Keselamatan,
tidak memiliki alasan pemaafan atas ketidaktahuan mereka. Kebinasaan mereka adalah
sesautu yang patut disayangkan. Itulah sepatutnya setiap orang Kristen lahir baru yang
mengerti doktrin keselamatan yang alkitabiah tidak boleh tinggal diam membiarkan
orang-orang yang tidak tahu tersebut binasa hanya karena orang-orang Kristen lahir baru
bersikap egois dan apatis.

Sesungguhnya tidak ada pekerjaan yang lebih indah dan lebih mulia daripada pergi
memberitakan Injil. Roma 10:15 mengatakan, ”betapa indahnya kedatangan mereka
yang membawa kabar baik!” Kata ”kedatangan” itu sesungguhnya tidak tepat, karena
bahsa yunani dibalik kata itu ialah reges adalah kata benda, nominatif, maskulin, plural
dari akar kata regel yang artinya adalah kaki. Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) pada
tahun 1968 menerjemahkannya dengan benar, ”Alangkah eloknya segala tapak kaki
orang yang membawa kabar kesukaan dari hal yang baik.” Saking tidak ada caranya lagi
Rasul Paulus menggambarkan indahnya pekerjaan pemberitaan injil sehingga ia
mengutip Yesaya 52:7 dan menyatakan bahwa ”telapak kaki” mereka lebih indah dari
wajah bintang film Hollywood. LAI menerjemahkan kata bahasa ibrani Regel dengan
kata kedatangan padahal seharusnya kaki.

66
http://www.dedewijaya.co.cc, 31 Oktober 2008, HARI REFORMASI

Orang yang tidak mendengar Injil tidak bisa dimaafkan, mereka akan masuk neraka, dan
kalau anda seorang Kristen lahir baru, engkau turut bertanggungjawab atas tiap-tiap jiwa
yang masuk ke Neraka. Dan jika anda menunaikan tanggung jawab itu, yaitu
memberitakan Injil Keselamatan kepada mereka, maka dihadapan Tuhan telapak kaki
anda lebih indah daripada wajah bintang tercantik di Hollywood.***
Sumber: Doktrin Keselamatan Alkitabiah, halaman 81-89, DR. Suhento Liauw,
Jakarta: Graphe International Theological Seminary (GITS), 2007.

34.Jabatan Nabi dan Rasul sudah tidak ada/dihentikan karena


Pewahyuan sudah berhenti.

JABATAN NABI DAN RASUL SUDAH TIDAK ADA!

Banyak orang Kristen mempertanyakan pertanyaan topik di atas dan jawaban yang
mereka peroleh biasanya tidak tegas sehingga bukannya memberi kejelasan malahan
menambah kebingungan. Akhirnya ketidakjelasan akan hal yang sangat penting ini
mempengaruhi konsep kekristenan dan tentu tindak-tanduk kehidupan ibadah mereka.
Kita tahu bahwa Nabi dan Rasul menempati posisi yang sangat penting dalam proses
perkembangan wahyu Allah. Melalui merekalah Alkitab ditulis, sehingga kini ada di
tangan kita serta menjadi patokan doktrin kekristenan kita.
Tugas utama Nabi dan Rasul itu bukan mengadakan mujizat, melainkan sebagai dasar
jemaat (Ef. 2:20). Mereka membangun jemaat melalui firman yang mereka ucapkan
maupun tuliskan. Tanda dan mujizat yang mereka pertunjukkan itu sesungguhnya
dimaksudkan untuk meneguhkan firman yang mereka ucapkan (Mrk.16: 20).
Mereka adalah penyalur wahyu Allah kepada manusia. Di dalam proses perkembangan
wahyu, Allah pernah memakai undian, urim dan tumim, mimpi, penglihatan (visi),
malaikat, Kristofani, dan nabi. Khusus untuk Nabi, selain menyampaikan firman secara
lisan (bernubuat), sebagian mereka digerakkan untuk menulis (Yer. 36).
Allah pernah memakai sarana-sarana tersebut di atas untuk menyampaikan firmanNya.
Tetapi firman atau pendapat Allah yang disampaikan melalui undian, urim- tumim,
mimpi, visi, malaikat, bahkan nabi, yang bersifat lisan itu tidak bisa dijadikan dasar
doktrin. Semua itu hanya bisa dijadikan petunjuk praktis kehidupan sehari- hari. Tanpa
adanya firman tertulis yang lengkap dan sempurna, tidak mungkin ada doktrin yang benar
dan sempurna karena mustahil untuk mendirikan doktrin di atas mimpi maupun nubuatan
lisan. Itulah sebabnya sementara para nabi bernubuat secara lisan, Allah menggerakkan
sebagian mereka untuk menuliskan wahyu yang akan dipakaiNya sebagai standar doktrin
bagi jemaatNya sepanjang masa.

67
http://www.dedewijaya.co.cc, 31 Oktober 2008, HARI REFORMASI

Sedangkan para Rasul adalah orang yang dipilih langsung oleh Tuhan. Syarat kerasulan
mereka ialah melihat Tuhan (I Kor. 9:1) dan dibaptis oleh Yohanes Pembaptis (Kis.
1:21-22).

Untuk syarat yang satu ini, dibaptis Yohanes, bahkan Paulus tidak memenuhinya. Hal ini
sempat menimbulkan keraguan sebagian jemaat terhadap kerasulan Paulus. Tetapi Paulus
dengan gigih membela jabatan kerasulannya (I Kor.9:1, II Kor.12:12, Gal.2:8).

Memang Paulus tidak ikut rombongan Yesus sejak pembaptisan Yohanes Pembaptis.
Itulah sebabnya Rasul Paulus berkata bahwa kerasulannya itu bagaikan anak yang lahir
sebelum waktunya (I Kor.15:8).

Namun Tuhan Yesus sendiri menampakkan diri kepadanya dan memilihnya (Kis.
9:15-16, 26:16) serta memberinya kuasa yang sama dengan rasul lain.

Perhatikan hal-hal yang tercatat di dalam Kisah Para Rasul. Sekali pun Barnabas lebih
dahulu menjadi Kristen, bahkan dialah yang mengajak Paulus, namun Allah memakai
Paulus untuk mengadakan mujizat, bukan Barnabas (Kis. 13:9-10, 14:8 dsb.).

Hal ini menunjukkan bahwa Allah memilih Paulus untuk jabatan Rasul bukan Barnabas.
Karena persyaratan yang jelas itu maka tidak ada orang yang berani menyebut dirinya
Rasul selain dua belas orang yang Tuhan pilih langsung dan Paulus.

Pembaca harus dapat membedakan kata rasul ketika dipakai untuk jabatan dan ketika itu
dipakai sebagaimana arti kata itu secara umum. Barnabas pernah disebut rasul namun
bukan dalam arti kata jabatan Rasul, melainkan dalam arti kata bahwa ia adalah seorang
yang diutus (Kis. 14:1,4,6,18 dll.).

Dengan tegas dapat disimpulkan bahwa Tuhan tidak menambah jabatan Rasul untuk
bangsa Israel, karena sebagaimana mereka terdiri dari 12 suku, Tuhan telah menetapkan
12 Rasul bagi mereka. Dan juga tidak akan ada orang yang akan dibaptis Yohanes
Pembaptis karena Yohanes telah lama mati. Sedangkan Rasul untuk bangsa non-Yahudi
juga telah Tuhan pilih langsung dengan penampakan diri kepadanya bagaikan bayi yang
lahir sebelum waktunya. Selain menampakkan diri kepadanya, Tuhan juga
melengkapinya dengan kuasa yang setara dengan Rasul-rasul lain (II Kor.12:12, Gal.2:8).

Akhirnya dengan tegas dapat kita katakan bahwa jabatan Rasul telah Tuhan hentikan
hanya pada 12 orang Rasul untuk bangsa Israel dan satu Rasul yaitu Paulus untuk bangsa
non-Yahudi. Selanjutnya siapapun yang menyebut dirinya Rasul, kita dapat pastikan
bahwa itu bukan yang diangkat Tuhan.

68
http://www.dedewijaya.co.cc, 31 Oktober 2008, HARI REFORMASI

Selanjutnya kita melihat bahwa dihentikannya jabatan nabi itu bersamaan dengan
dihentikannya proses pewahyuan atau fenomena supranatural (nubuatan, bahasa roh)
sebagaimana dinubuatkan Rasul Paulus (I Kor. 13:8-10).

Pada ayat-ayat tersebut Paulus menubuatkan bahwa nubuatan akan berakhir, bahasa roh
akan berhenti dan pengetahuan akan lenyap dengan menyebut metode jika yang
sempurna tiba maka yang tidak sempurna akan lenyap.

Sebelum menafsirkan kapan penggenapan nubuatan tersebut, harus diselesaikan dulu batu
sandungannya, yaitu tentang 'pengetahuan' yang dimaksudkan Paulus. Kata 'pengetahuan'
di situ itu bukan pengetahuan 2 + 2 = 4, melainkan karunia pengetahuan seperti yang
dimaksud dalam 12:8, yaitu karunia berkata-kata dengan pengetahuan atau hikmat. Sebab
kalau suatu hari kelak kita akan kehilangan pengetahuan 2 +2 = 4, maka itu sama artinya
bahwa suatu hari nanti kita akan jadi orang bego. Tidak saudara, Paulus tidak
memaksudkan bahwa suatu hari kita akan kehilangan akal sehat. Bahkan ketika kita
sampai di Surga nanti, pengetahuan kita justru akan disempurnakan, bukan dilenyapkan.

Selanjutnya kita patut merenungkan tentang kapan nubuat, bahasa roh, dan karunia
pengetahuan itu akan digantikan dengan sesuatu yang lebih sempurna. Mendapatkan
kepastian melalui penafsiran yang tepat akan menolong orang Kristen memiliki konsep
yang tepat dan tindakan yang tepat.

Secara umum kita lihat ada dua kemungkinan penggenapan nubuatan Rasul Paulus, yaitu
setelah hari pengangkatan (Rapture) atau setelah Wahyu 22:21 ditulis. Selain dua
kemungkinan tersebut saya tidak melihat ada kemungkinan lain lagi.

Setelah hari pengangkatan. Sebagian orang percaya bahwa nubuatan, bahasa roh, dan
karunia pengetahuan akan berakhir pada saat Tuhan datang. Jadi bagi mereka karunia
bernubuat dan berbahasa roh itu masih berlangsung sekarang sehingga mereka berusaha
mengejarnya.

Konsekuensi dari penafsiran ini ialah mempercayai bahwa jabatan nabi masih tetap ada
karena bernubuat itu adalah karunia utama nabi. Selanjutnya mereka akan tetap
mengusahakan bahasa roh sebagai sarana penguat iman (I Kor.14:22), bukan memakai
firman tertulis (Alkitab). Dan tanpa mereka sadari bahwa mempercayai penafsiran
demikian itu berarti mempercayai bahwa Alkitab bukan satu-satunya firman Allah,
melainkan salah satu firman Allah.

69
http://www.dedewijaya.co.cc, 31 Oktober 2008, HARI REFORMASI

Karena masih ada nubuatan dari Allah, maka itu berarti Allah masih menurunkan wahyu,
dan kalau wahyu berikut yang dari Allah itu dituliskan maka konsekuensinya tulisan itu
akan setara dengan Alkitab. Bisakah anda lihat bahwa mempercayai karunia bernubuat
dihentikan pada saat kedatangan Tuhan itu sama dengan mempercayai bahwa Alkitab
adalah salah satu firman Allah?

Setelah Wahyu 22:21 dituliskan. Kelompok lain menafsirkan bahwa karunia bernubuat,
berbahasa roh, dan berkata-kata dengan pengetahuan itu telah Tuhan hentikan sejak kitab
Wahyu 22:21 dituliskan. Setelah wahyu tertulis (written word) sempurna, maka
selanjutnya Allah tidak memberi wahyu tambahan lagi. Allah tidak memberikan karunia
berbahasa roh karena Allah tidak memakai bahasa roh untuk meneguhkan iman lagi,
melainkan dengan firman yang tertulis, yaitu Alkitab.

Alkitab, dari Kejadian 1:1 sampai Wahyu 22:21, adalah satu-satunya firman Allah. Ingat,
satu-satunya, artinya di luar Alkitab tidak ada firman Allah baik lisan maupun tertulis.
Alkitab adalah sarana yang sempurna sebagaimana yang dimaksudkan Rasul Paulus
dalam I Korintus 13:9-10. Seturut dengan dihentikannya proses pewahyuan, maka jabatan
Nabi dan Rasul, yaitu jabatan yang berfungsi menyalurkan wahyu, pun dihentikan pula.

Selanjutnya tinggallah 3 jabatan yang bertanggung jawab mengajar kan firman Tuhan
yang telah mereka tuliskan, yaitu Gembala, Penginjil dan Guru (Ef. 4:11).

Gembala menggembalakan jemaat, dibantu oleh Penginjil untuk menginjili yang belum
percaya dan guru untuk mengajar yang telah percaya. Penatua dan Penilik adalah nama
lain dari Gembala (Lihat Kis. 20:17,28, Fil. 1:1, Titus 1:5,7).

Berarti kalau sudah ada jabatan Gembala, jangan lagi ada jabatan Penilik atau Penatua.
Pilih saja salah satunya agar tidak terjadi tumpang tindih jabatan yang tidak jelas tugas
dan fungsinya.

Wah. 22:21 Rapture

-----------------------|-------------------------------|--------------

1. Alkitab adalah salah satu firman Allah


2. Alkitab berisi firman Allah.
3. Alkitab adalah satu-satunya firman Allah

70
http://www.dedewijaya.co.cc, 31 Oktober 2008, HARI REFORMASI

Orang "Kristen" yang mengakui adanya firman Allah di dalam kitab-kitab lain pasti
memegang statemen pertama. Orang Kristen Neo Orthodox memegang statemen kedua.
Bagi mereka, tidak seluruh isi alkitab itu firman Allah, melainkan hanya yang menyentuh
hati mereka ketika dibaca (yang terjadi encounter dengan mereka). Sedangkan orang
Kristen Alkitabiah pasti memegang statemen ketiga.

Ketahuilah, pemegang statemen pertama adalah orang yang percaya bahwa nubuatan
masih tetap berlangsung. Allah masih tetap menurunkan wahyu sampai hari
pengangkatan. Sedangkan pemegang statemen ketiga adalah orang yang percaya bahwa
wahyu dari Allah telah dihentikan sejak wahyu terakhir, kitab Wahyu 22:21 dituliskan.
Banyak orang Kristen tidak menyadari bahwa pengakuan iman mereka itu kontradiksi
jika mereka percaya pada statemen ketiga sementara itu mereka percaya juga pada
nubuatan, mimpi, visi dan lain sebagainya. Sekali lagi, itu kontradiksi.

Memang Allah pernah menubuatkan bahwa Ia akan mencurahkan RohNya ke atas


manusia, dan anak-anak laki-laki dan perempuan akan bernubuat (Yoel 2:28).

Namun terhadap nubuatan ini Petrus menyatakan bahwa itu telah digenapi pada hari
Pentakosta. Sebagian, yaitu yang matahari menjadi gelap, akan digenapi nanti.

Sangat disayangkan dimana sebagian orang Kristen tidak menyadari bahwa Allah telah
berusaha membimbing manusia dari firman yang tidak pasti (indefinite), yaitu yang
disampaikan melalui undian, urim-tumim, mimpi, visi, malaikat, ucapan lisan Nabi dan
Rasul, sampai kita memiliki firman yang pasti (definite), yaitu Alkitab, firman tertulis,
namun masih ingin kembali kepada yang tidak pasti. Pada zaman sekarang iblis berusaha
habis-habisan mengalihkan perhatian manusia dari firman yang pasti (definite), tertulis,
ke firman yang tidak pasti (indefinite), yaitu fenomena supranatural.

Jika pada hari ini kita tidak memiliki firman tertulis yang pasti, melainkan hanya
mengandalkan mimpi, visi dan lain sebagainya, maka kekristenan tidak memiliki doktrin
yang pasti (definite). Pengajaran (doktrin) yang bagaimanakah yang dapat didasarkan
pada mimpi dan nubuatan lisan? Bahkan kita patut bersyukur atas dihentikannya karunia
bernubuat, penyampaian wahyu melalui mimpi dan lain sebagainya karena Alkitab telah
lengkap. Seandainya Alkitab belum lengkap, artinya masih ada manuver nubuatan dan
lain sebagainya, maka doktrin yang diajarkan di gereja itu bukanlah yang final,
melainkan yang masih bisa direvisi melalui nubuatan berikut.

Sesungguhnya jika anda mengerti kebenaran dengan baik, anda pasti mengerti mengapa
jabatan Nabi dan Rasul sudah tidak ada, dan mengapa karunia bernubuat, karunia
berbahasa roh dan karunia berkata-kata dalam pengetahuan sudah ditiadakan. Allah telah

71
http://www.dedewijaya.co.cc, 31 Oktober 2008, HARI REFORMASI

meniadakannya karena telah ada firman tertulis yang sempurna di tangan kita, yang
darinya dapat didirikan doktrin serta yang menjadi patokan kebenaran jemaat sepanjang
masa. Siapapun yang mengatakan bahwa ia adalah rasul atau nabi, atau mendapat karunia
bernubuat, atau berbahasa roh, dapat dipastikan bahwa itu bukan dari Tuhan.***
Dr. Suhento Liauw, Rektor STT Graphe/GITS dan Gembala Gereja Baptis
Independen Alkitabiah (GBIA) Graphe

15. Verbal Plenary Inspiration (VPI) dan Verbal Plenary Preservation


(VPP) dalam doktrin Alkitab adalah ALKITABIAH

DOKTRIN ALKITAB ALKITABIAH

ALKITAB BAHASA ASLI


Tiap-tiap orang Kristen pasti mempunyai rasa ingin tahu (curiosity) tentang Alkitab
bahasa asli. Terlebih ketika Alkitab terjemahan tidak menyelesaikan persoalan, maka
timbul pikiran untuk melihat Alkitab dalam bahasa aslinya. Alkitab bahasa asli adalah
otoritas puncak (final Authority) untuk menyelesaikan segala macam perdebatan teologia
maupun percekcokan doctrinal. Semua Alkitab terjemahan hanya memuat kebenaran
secara konsep (conceptual) bukan kebenaran secara arti kata dan tata bahasa (literal and
grammatical). Oleh sebab itu jika melakukan pembahasan Alkitab secara etimologi, maka
harus kembali ke Alkitab bahas asli karena peralihan bahasa menyebabkan perubahan
bentuk kata dan juga susunan kalimat.

Patut disadari bahwa ada perbedaan antara satu bahasa dengan yang lain. Ada bahasa
yang banyak vocabularynya dan ada bahasa yang sedikit. Kita tidak mengatakan bahwa
Alkitab hasil terjemahan akan salah atau kurang bermutu, tetapi hanya ada kekurangan
dalam menyampaikan semua ide penulis. Misalnya (agape) dan (fileo) dalam bahasa
Indonesia kedua-duanya tetap diterjemahkan dengan kata “kasih” saja.

Karena Allah mengilhamkan kebenaranNya dengan bahasa manusia, maka pemakaian


tiap-tiap kata dalam wahyu tertulisNya pasti adalah yang dipilihNya secara khusus.
Bahkan tata-bahasa yang dipergunakanNya juga pasti yang sesuai dengan aturan tata-
bahasa manusia pemakai bahasa itu agar tidak menyebabkan kebingungan bagi penerima
wahyu. Selanjutnya karena Allah memakai bahasa Ibrani untuk penulisan kitab PL dan
bahasa Yunani untuk penulisan kitab PB, maka kitab PL yang bahasa Ibrani serta kitab
PB yang bahasa Yunani itu sangat penting setidaknya untuk dikenal oleh setiap orang
Kristen, apalagi seorang penyampai firman Tuhan.

Alkitab Bahasa Asli PL

72
http://www.dedewijaya.co.cc, 31 Oktober 2008, HARI REFORMASI

Sebagaimana telah kita ketahui bahwa kitab PL orang Kristen itu berasal dari kitab suci
orang Yahudi. Dalam bab mengenai kanon telah kita bahas tentang jumlah kitab dan
alasan kitab-kitab itu dimasukkan ke dalam kanon. Jumlah kitab PL bertambah sesuai
dengan berjalannya waktu sampai nabi Maleakhi menuliskan pasal 4 ayat 6 yang jatuh
pada kira-kira 400 tahun sebelum kedatangan Kristus.

Pada waktu kejatuhan Yerusalem ke tangan Babilon, kelihatannya kitab-kitab PL yang


sudah ada pada saat itu diselamatkan oleh nabi Yeremia. Nabi Yeremia yang tahu persis
apa yang akan terjadi menyadari bahwa kitab suci jauh lebih berharga dari apapun.
Nebukadnezar yang tahu bahwa Yeremia menubuatkan kejatuhan Yerusalem sangat
menghormati Yeremia. Bahkan ia membiarkan Yeremia memilih apakah ia mau tinggal
di Yerusalem atau mau ikut ke Babel, dan akhirnya Yeremia memilih tinggal di
Yerusalem (Yer 39:11-14, 40:4-5).

Sekembali dari pembuangan, orang Yahudi mengalami kebangunan rohani. Mereka


bukan hanya pergi ke Yerusalem 3x setahun, bahkan mendirikan sinagoge di seluruh
Israel. Keberadaan sinagoge itu bukan hanya untuk kegiatan keagamaan, bahkan
bermanfaat sebagai sekolahan membaca bagi anak-anak. Keadaan ini menyebabkan
dibutuhkannya kitab-kitab PL karena itu adalah bahan bacaan satu-satunya. Keadaan ini
juga sekaligus melestarikan kanon kitab PL karena jumlahnya menjadi semakin banyak
sehingga kalau yang satu rusak, masih ada yang lain. Kini terkumpul sekitar 200 ribu
naskah kuno dalam bentuk fragment dalam bahasa Ibrani dan Aramik. Dengan cara
demikian Allah memelihara firmanNya, yaitu agar orang-orang di kemudian hari dapat
memperbandingkannya. Ada yang bertanya, “apakah kitab PL yang ada di tangan kita
masih asli?” Jawabannya, “tentu, karena ada kurang lebih 200 ribu fragment yang
terkumpul dan dibanding-bandingkan.

Ketika Alexander Agung mengalahkan dunia pada abad ketiga sebelum kedatangan
Kristus, bahasa Yunani menjadi bahasa internasional. Satu abad kemudian, yaitu abad
kedua sebelum kedatangan Kristus, generasi muda Yahudi perantauan menjadi lebih fasih
berbahasa Yunani sehingga penerjemahan kitab PL ke dalam bahasa Yunani dirasakan
sangat diperlukan. Kemudian sebuah kitab terjemahan dihasilkan oleh 72 orang
penerjemah, dan disebut Septuaginta yang artinya 70, yaitu angka genap (dibulatkan) dari
jumlah penerjemahnya.

Akhirnya pada masa kehadiran Tuhan Yesus, kitab PL yang beredar ada 2 macam, yaitu
yang berbahasa Ibrani dan berbahasa Yunani (Septuaginta). Selain terdiri dari 2 macam
bahasa, juga ada versi yang dipakai di sinagoge dan versi yang dipakai oleh pribadi di
rumah. Versi sinagoge disalin ulang dengan sangat teliti. Jika ditemukan 4 kesalahan,
maka dinggap rusak dan segera dimusnahkan. Mereka tidak menghendaki kehadiran
salinan yang ada kesalahan agar jangn sampai makin hari makin banyak salinan yang
salah.

73
http://www.dedewijaya.co.cc, 31 Oktober 2008, HARI REFORMASI

Kemudian pada tahun A.D. 70 Sesudah Masehi, terjadi penghancuran kota Yerusalem
beserta Bait Allah. Orang Israel terkocar-kacir dan tersebar ke mana-mana. Mereka
kehilangan identitas sebagai bangsa. Setelah melalui sebuah periode waktu yang agak
panjang sebagian orang Israel menyadari bahwa mereka perlu berbuat sesuatu agar
identitas bangsa mereka tidak terhilang sama sekali. Mereka menyadari bahwa kitab PL
yang terus-menerus dibacakan di sinagoge dan dalam keluarga masing-masing, maka
keyahudian mereka pasti tidak akan hilang.

Pada periode AD 70-900, sekelompok orang Yahudi yang disebut Baly ha-masoret
(master of tradition atau guru adapt-istiadat) berusaha mengumpulkan salinan-salinan
untuk memantapkan eksistensi kitab PL. Perlu diketahui bahwa yang terbakar adalah
yang ada di kota Yerusalem, tetapi masih ada banyak salinan yang tersimpan di sinagoge-
sinagoge yang bisa dijadikan patokan. Alasan yang mendorong mereka melakukan
pekerjaan itu ialah karena salinan yang ada hanya tertulis dengan huruf mati sedangkan
generasi muda Yahudi yang sudah tersebar mengalami kesulitan untuk membaca tanpa
huruf hidup. Bagi yang lancar berbahasa Ibrani, ia tidak membutuhkan huruf hidup,
melainkan cukup dengan huruf mati (konsonan) saja sudah bisa membaca dan mengerti
artinya. Jadi kalau kalimatnya, “Musa turun dari gunung Sinai” itu hanya ditulis “Ms trn
dr gnng sn”

Jadi Baly ha Masoret itu berusaha mengumpulkan salinan-salinan dan berusaha


membubuhkan huruf hidup (vokal) agar generasi yang kurang fasih berbahasa Ibrani bisa
belajar membaca. Hasilnya bukan saja iman Yudaisme mereka tetap terpelihara, bahkan
bahasa Ibrani tetap lestari sementara bahasa Mesir, Persia dan lain-lain musnah terkikis
waktu. Dengan demikian jati diri mereka sebagai orang Yahudi tetap terpelihara
sekalipun mereka tersebar ke segala penjuru dunia.

Dalam melaksanakan tugas yang sangat berat itu para Baly ha masiret dibantu oleh ahli
tata-bahasa (grammar) yang dalam bahasa Ibrani disebut nag danim. Karena kita PL asli
yang ditulis Musa, Daud, Samuel, dll tidak memakai huruf hidup (vokal) dan juga tanpa
tanda baca, maka sulit dimengerti oleh generasi muda Yahudi maupun bangsa lain yang
mempelajari bahasa asli kitab PL. Para Baly ha masoret dan nag danim, orang-orang
Yahudi yang masih sangat fasih bahkan ahli dalam bahasa Ibrani itu, menolong
memasang huruf hidup dan tanda baca ke dalam teks yang tadinya hanya terdiri dari
huruf mati dan tanpa tanda baca.

Kesederhanaan teks yang ditulis jauh sebelum Masehi itu tentu bukanlah suatu kesalahan
karena perkembangan pengetahuan bahasa pada saat itu Cuma hanya sampai pada tahap
itu. Penambahan huruf hidup dan tana baca itu sama sekali bukan menambahi firman
Tuhan, melainkan hanya menjadikan bunyi yang sudah ada ke dalam tanda baca.
Misalnya, makan kalau dulu ditulis mkn saja, maka sekarang ditambahkan dua huruf ’a’
sehingga menjadi makan. Bahkan bahasa Indonesia pernah mengalami beberapa kali

74
http://www.dedewijaya.co.cc, 31 Oktober 2008, HARI REFORMASI

penyempurnaan. Dulu Soekarno sekarang menjadi Sukarno. Dulu djangan sekarang


menjadi jangan, dan dulu tjepat sekarang menjadi cepat.

Para Baly ha Masoret dan nag danim yang hidup sesduah AD 70 yang mengkuatirkan
keimanan anak cucu bangsa Israel telah dipakai Allah untuk memelihara kitab PL yang
sangat dibutuhkan jemaat Perjanjian Baru. Hasil karya mereka disebut Masoretic Text
(Teks Masoretik) dipakai oleh baik kaum Yahudi maupun orang-orang Kristen.

Gulungan di Laut Mati (Dead Sea Scroll)


Pada tahun 1947 dunia kekristenan dikejutkan dengan ditemukannya Dead Sea Scroll
(DSS). Seorang bocah Baduin yang berusaha mencari dombanya yang hilang tanpa
sengaja memasuki gua di Wadi Qumran, sebelah Barat Daya laut Mati. Di dalam gua
yang gelap, ia tersandung pada gulungan benda yang panjangnya 2 kaki dan tebalnya 10
inci. Para gembala itu menjualnya ke toko antik di Bethlehem yang membeli beberapa
gulung, dan seorang Archbishop dari gereja Orthodox Syria membeli sisanya. Beberapa
orang ahli menelitinya dan menyimpulkan bahwa itu tidak ada nilainya. Tetapi E.L
Sukenik, dari Hebrew University di Yerusalem, mengenal keunikan gulungan itu dan
membeli tiga gulungan. Gulungan lain dibawa ke American School of Oriental Research,
diteliti oleh J.C Trever dan W.F. Albright, seorang arkeolog Alkitab, akhirnya pada tahun
1948 menyadari bahwa itu adalah gulungan kitab-kitab PL.

Pada akhir tahun 1951 kembali di sekitar gua-gua laut Mati, yaitu di gua Wadi
Murabba’at ditemukan lagi gulungan-gulungan lain diantaranya juga terdapat gulungan
Teks masoretik. Pada tahun 1952 dilakukan eksplorasi yang lebih intensif dan di gua
yang terletak di sebelah Barat Khirbet Qumran ditemukan hampir keseluruhan kitab PL
kecuali kitab Ester.

Adapun isi dari manuscripts (MSS) yang ditemukan di Qumran itu ada sebagian yang
berbeda dari Teks masoretik namun sama dengan Septuaginta (LXX). Tetapi lebih
banyak kesamaannya dengan Teks Masoretik daripada LXX. Kelihatannya MSS yang
ditemukan di Qumran itu adalah teks yang dipergunakan oleh pribadi, bukan yang
dipergunakan di Sinagoge, karena ada banyak catatan pinggir, dan naskah tua yang
diperkirakan sebelum Kristus, ternyata ada tambahan huruf hidup (vokal). Kita tahu
bahwa naskah bahasa Ibrani sebelum para Baly ha-Masoret memasangkan huruf hidup
(vokal) naskah resmi yang dipakai di Bait Allah dan sinagoge itu hanya terdiri dari huruf
mati (konsonan) saja. Jadi kalau ada naskah sebelumnya yang terdapat selipan huruf
hidup adalah naskah pribadi yang dipakai di keluarga. Biasanya karena anak-anak mereka
belum terbiasa membaca tanpa huruf hidup, maka orang tua mereka membantu dengan
menambahi huruf hidup bagi mereka.

Kalangan Liberal menjadi kalang kabut dengan ditemukannya Dead Sea Scroll (DSS),
namun sebagian mereka menjadikannya dasar untuk membangun Critical Texts (Teks

75
http://www.dedewijaya.co.cc, 31 Oktober 2008, HARI REFORMASI

Pengritik) untuk mendiskreditkan Teks Masoretik. Tetapi kalangan Fundamental tetap


yakin bahwa Teks Masoretik (MT) adalah teks terpercaya karena bukan hanya telah
dikerjakan dengan sangat hati-hati, bahkan sumber landasannya adalah naskah resmi
yang dipakai di sinagoge-sinagoge, bukan naskah pribadi yang telah banyak penambahan
dan pengurangan. Kita bisa memahami kalau sesuatu itu milik pribadi maka bisa
ditambah dan dikurangi seperti yang kita lakukan terhadap Alkitab kita hari ini, dimana
kita membuat catatan di pinggir dan menandainya dan lain sebagainya.

Alkitab Bahasa Asli PB


Di dunia ini tidak ada tulisan yang lebih terpelihara daripada naskah-naskah kitab PB.
Allah memelihara naskah-naskah itu melalui orang-orang percaya yang menyayangi
naskah itu sehingga mereka berusaha memilikinya dengan memperbanyaknya. Dengan
cara diperbanyak, maka Iblis tidak dapat memusnahkannya, dan sekaligus untuk menjaga
keotentikannya karena di kemudian hari kita dapat membanding-bandingkannya.

Kini telah tersimpan kurang lebih 3 ribu copy naskah PB tulisan tangan dalam bahasa
Yunani dalam bentuk fragment dan 2 ribu copy dalam bentuk penjelasan (telah
ditambahkan berbagai penjelasan) untuk kebutuhan pembacaan tiap hari, 8 ribu
manuscript dalam bahasa Latin, dan sekitar 2 ribu terjemahan versi kuno. Tersedianya
naskah-naskah kuno itu telah menjamin sehingga pekerjaan mengedit sebuah kitab PB ke
dalam bentuk buku setelah kertas dan alat cetak ditemukan itu dapat dilakukan. Allah
telah memeliharanya dengan cara memperbanyak dan menyimpannya hingga manusia
dapat menjilidnya menjadi sebuah kitab pada saat manusia telah menemukan alat cetak
dan kertas.

Sesungguhnya naskah-naskah PB dalam bahasa Yunani telah tersebar kemana-mana.


Sesudah abad ketiga kelihatannya bahasa Latin menjadi bahasa yang cukup penting,
terutama disebabkan karena pemerintahan Roma telah berlangsung cukup lama. Pada saat
itu menurut Agustinus, hampir setiap orang yang tahu 2 bahasa, yaitu Yunani dan Latin,
berusaha menerjemahkan kitab-kitab PB walaupun tidak lengkap. Itulah sebabnya kini
terdapat sekitar 8 ribu naskah kuno kitab PB dalam bahasa Latin. Secara resmi pada
tahun 382, Paus Damasus menunjuk Jerome untuk menerjemahkan atau sebenarnya
mengedit terjemahan-terjemahan tidak resmi terhadap 4 Injil. Hasil revisi yang
dikerjakan oleh Jerome itu kemudian dikenal dengan Vulgate yang dalam bahasa Latin
itu berarti ‘umum,’ mungkin maksudnya dipakai untuk umum. Versi Vulgate dipakai
secara resmi oleh Gereja Katolik ratusan bahkan ribuan tahun.

Buku tertua dalam cetakan ialah buku dalam tulisan Tionghoa Diamond Sutra, yang
dicetak pada tahun 868 dengan alat cetak kayu. Pada abad ke-11 orang Tionghoa
meningkatkan penciptaan alat cetak bergerak dengan tanah liat. Namun apa yang telah
dicapai di China tidak ada hubungannya dengan penemuan alat cetak di Eropa. Johannes
Gutenberg adalah orang pertama yang menemukan alat cetak pada tahun 1440 di benua
Eropa.

76
http://www.dedewijaya.co.cc, 31 Oktober 2008, HARI REFORMASI

Buku pertama yang dicetak oleh percetakan Gutenberg ialah Alkitab versi Vulgate yang
cakap dalam ukuran folio, yang selesai pada tahun 1456, yang terkenal dengan sebutan
Gutenberg Bible.

Pada tahun 1502, persiapan pencetakan Alkitab bahasa Yunani dimulai dibawah
pimpinan Kardinal Ximenes dari Spanyol. Kitab PB dicetak paralel 3 bahasa, yaitu Latin,
Ibrani, dan Yunani LXX. Proyek ini dilakukan di kota Alcala yang dalam bahasa Latin
disebut Complutum sehingga Alkitab itu disebut Complutensian Polyglot. PB selesai
pada tahun 1514 dan PL selesai 1517, namun belum pernah beredar karena pada tahun
1520 baru diterima oleh Paus dan pada tahun 1522 baru dipublikasikan.

Sementara itu pada tahun 1515 seorang ahli bahasa yang bernama Desiderius Erasmus
berusaha mengedit kitab PB dalam bahasa Yunani dengan mendasarkannya pada lima
manuscript tradisional yang tersimpan di Basel dan menerbitkannya pada bulan Maret
tahun 1516. Dengan demikian maka kitab PB bahasa Yunani yang pertama dicetak
adalah Complutension Polyglots sedangkan yang pertama terbit dan beredar di
masyarakat adalah edisi Desiderius Erasmus. Tidak dapat dipungkiri bahwa kitab PB ini
telah memungkinkan Martin Luther menyadari kesalahan Gereja Katolik, demikian juga
dengan Bapak-bapak Reformasi yang lain.

Sangat disayangkan karena naskah yang dimiliki oleh Erasmus itu ternyata 6 ayat terakhir
dari kitab Wahyu telah hilang sehingga ia menerjemahkannya sendiri dari Vulgate ke
bahasa Yunani. Namun kemudian setelah ia mendapatkan naskah yang memiliki 6 ayat
terakhir kitab Wahyu masih utuh, ia memperbaikinya pada edisi ke-2. Kemudian setelah
melihat Manuscript Codex 61 Erasmus memasukkan 1 Yoh 5:7,8 yang dikalangan teolog
disebut Johannen Coma. Dan Luther menerjemahkan edisi ke-2 yang terbit 1519 dan
yang telah disempurnakan ini ke dalam bahasa Jerman. Penyempurnaan demi
penyempurnaan dilakukan setelah melihat naskah-naskah kuno dan membanding-
bandingkannya dengan Polyglot sehingga keseluruhannya Erasmus menerbitkan 5 edisi.
Ingat, dalam tiap perbaikan itu tidak ada penambahan atau pengurangan firman Tuhan,
melainkan memeriksa hasil karyanya dan membandingkannya dengan naskah-naskah
yang jumlahnya sekitar 3 ribu naskah kuno.

Rupanya menurut Robert Estienne (yang lebih dikenal dengan Stephanus), hasil kerja
Erasmus masih perlu diperbagus lagi. Ia menerbitkan 4 edisi berturut-turut tahun 1546,
1549, 1550, 1551, yang tiap edisinya terdapat perbaikan-perbaikan yang tidak terlalu
berarti, seperti penambahan judul perikop dan lain-lain. Edisi ke-3 (1550) dari Stephanus
ini dikenal dengan sebutan Royal Edition (Edition Regia). Edisi ke-4 terbit tahun 1551
dengan dilengkapi pasal dan ayat sebagaimana kita pakai hari ini. Kita patut berterima
kasih kepada Stephanus yang telah menolong kita agar lebih gampang mencari bagian
firman Tuhan yang kita inginkan. Bayangkan kalau tidak ada pasal dan ayat, pasti kita
akan mengalami banyak kesulitan.

77
http://www.dedewijaya.co.cc, 31 Oktober 2008, HARI REFORMASI

Theodore Beza, seorang yang tersohor di kalangan Prostestan, juga menerbitkan kitab PB
bahasa asli dalam ukuran folio dengan memakai teks Stephanus sebagai dasar. Ketenaran
Theodore Beza turut mempopulerkan teks Erasmus dan Stephanus yang dipakainya
sebagai dasar sehingga kalangan reformasi memakai teks mereka sedangkan kalangan
Katolik memakai Polyglot.

Keluarga Elzevir, pemilik penerbit berbagai buku klasik, ikut juga meramaikan
penerbitan kitab PB bahasa asli yang sangat digemari masyarakat yang baru mengalami
reformasi itu. Pada edisi ke-2 terbitannya tercantum tulisan ”Kini anda memiliki teks
yang telah diterima oleh semua kalangan, yang didalamnya tidak ada penambahan
maupun kesalahan.”

Akhirnya ungkapan Received Text atau Textum Receptum yang biasa disingkat TR,
menjadi nama dari teks yang pertama diedit oleh Desiderius Erasmus, diperlengkapi dan
diperindah oleh Stephanus, dipromosikan Theodore Beza dan keluarga Elzevir, diberikan
kepada teks yang diterima dan dipakai di kalangan orang-orang percaya yang telah
dilahirbarukan di dalam Tuhan. Teks ini kemudian diterjemahkan ke berbagai bahasa
termasuk ke dalam bahasa Inggris, King James Version (KJV), yang diterjemahkan pada
tahun 1611 atas perintah raja Inggris yang bernama James dan dikerjakan oleh lebih dari
50 ahli bahasa. Teks yang mereka pakai sebagai dasar ialah Teks Stephanus edisi 3 dan 4
dan edisi Beza terbitan 1598.

Masyarakat, terutama orang-orang yang telah lahir baru, sangat bersukcaita atas
tersedianya kitab suci dalam bentuk cetakan bahkan dalam bahasa mereka yang dapat
mereka miliki secara pribadi dengan harga yang relatif lebih murah dari sebelumnya.
Sebelumnya harga sebuah Alkitab tulisan tangan yang rapi itu sama dengan harga sebuah
gedung berlantai dua di dekat London Bridge. Terkutuklah orang yang tidak menghargai
firman Tuhan yang ada ditangannya hari ini.

Serangan Iblis
Textum Receptum (TR) adalah naskah PB yang dipakai oleh orang-orang Kristen di
seluruh dunia, dan diterjemahkan ke berbagai bahasa oleh misionaris modern yang
dipelopori oleh misionaris Baptis, William Carey, ke India dan akhirnya banyak
misionaris ke seluruh penjuru dunia. Selama kurang lebih 380 tahun, Iblis tidak
menemukan cara untuk menghalangi tersebarnya firman Tuhan ke seluruh dunia
walaupun dilakukannya juga serangan kecil-kecilan yang tidak membawa efek terhadap
TR.

Karl Lachmann dari Jerman tercatat adalah orang pertama yang menerbitkan edisi PB
yang sifatnya menyerang TR pada tahun 1831. Setelah dua edisi teks pengritik/Critical

78
http://www.dedewijaya.co.cc, 31 Oktober 2008, HARI REFORMASI

Texts (CT) diterbitkannya ternyata tidak ada yang menggubrisnya. Pada tahun 1857
Samuel Prideaux Tregelles di Inggris juga menerbitkan Critical Text untuk menyerang
TR. Kemudian Constanstin Tischendorf seorang yang menemukan naskah Codex
Sinaiticus turut menerbitkan teks PB yang bersifat menyerang keakuratan TR.

Serangan yang kelihatannya memakan banyak korban adalah yang dilakukan Iblis
melalui dua orang, yaitu Brooke Foss Westcott seorang Bishop gereja Anglikan, dan
Fenton John Anthony Hort seorang dosen dari Cambridge University. Untuk
mempersingkat nama mereka, biasanya hanya ditulis Westcott-Hort (WH). Mereka
menerbitkan Critical Text (CT) untuk menyerang Textum Receptum (TR) pada tahun
1881. Mereka mendasarkan edisi yang mereka terbitkan pada naskah yang diberi nama
(aleph) yang ditemukan di Sinai yang juga disebut Sinaiticus dan naskah yang diberi
nama B yang kata mereka tersimpan di perpustakaan Vatikan.

Menurut Dr. D. A. Waite, antara CT hasil WH dibandingkan dengan TR yang sudah


dipakai lebih dari 300 tahun terdapat 5604 perbedaan yang terdiri dari 1952 penghilangan
(35%), 467 penambahan (8%) dan 3185 perubahan 57%. Dengan perubahan yang besar-
besaran ini kelihatannya serangan terhadap firman Tuhan semakin serius dan intensif.
Gelombang pertama yang tumbang berjatuhan adalah teolog-teolog Liberal di Jerman.
Keraguan mereka terhadap firman Tuhan mulai muncul bahkan akhirnya mereka melihat
Alkitab hanya sekedar buku sejarah. Mereka tidak percaya kepada kesanggupan Allah
untuk memelihara firmanNya. Padahal Tuhan Yesus sudah mengatakan bahwa, “Langit
dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu” (Lukas 21:33). Kalau
Tuhan berjanji bahwa perkataanNya tidak akan berlalu, maka jelas sekali bahwa Ia akan
memeliharanya.

Setelah teolog Jerman tumbang, kemudian angin pukulan CT melanda Eropa sehingga
muncul berbagai kritik terhadap Alkitab (buku yang telah berjasa merubah orang-orang
Eropa menjadi manusia bermoral). Akhirnya angin serangan terhadap Alkitab itu sampai
juga ke Amerika. Bersama dengan itu muncul berbagai Alkitab bahasa Inggris
terjemahan modern yang didasarkan pada naskah PB dari teks CT. Antara lain: English
Revised Version=ERV (1881), American Standard Version=ASV (1901), New American
Standard Version=NASV (1960), New English Version=NEV (1961), New International
Version=NIV (1969).
Bagaimana dengan Alkitab bahasa Indonesia? Dulu Alkitab bahasa Indonesia (LAI-TL)
diterjemahkan dari TR. Kelihatannya Alkitab Terjemahan Baru (LAI-TB) sedikit
terpengaruh oleh CT dari WH. Banyak pembaca tidak menyadari maksud dibalik banyak
ayat dalam Alkitab Terjemahan Baru yang diberi tanda kurung siku, contoh [...].
Sebagian dosen STT di Indonesia yang sudah terhembus angin Liberalisme mengatakan
kepada murid-murid mereka bahwa ayat itu tidak ada dalam Alkitab bahasa aslinya.
Penjelasan demikian tentu akan mengundang banyak pertanyaan susulan, yaitu siapa
yang menambahkan dan mengapa ditambahkan? Contoh Kisah Para Rasul 8:37, I
Yohanes 5:7,8 dan lain-lain.

79
http://www.dedewijaya.co.cc, 31 Oktober 2008, HARI REFORMASI

Ternyata Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) memberi tanda kurung siku pada ayat-ayat
yang ada dalam teks TR namun tidak ada dalam teks CT. Tindakan demikian masih baik
daripada menghilangkan ayat itu sama sekali. Namun sebenarnya tidak perlu diberi tanda
kurung siku [...] karena itu adalah firman Tuhan. Jangan kita menganaktirikan ayat-ayat
tertentu, karena itu adalah firman Tuhan yang telah Tuhan janjikan akan dipelihara
sehingga tidak akan lenyap sekalipun langit dan bumi telah lenyap.

Teks Mana Yang Dipelihara Tuhan?


Karena adanya dua teks Alkitab bahasa asli yang berbeda, maka wajar sekali kalau orang
bertanya, teks mana yang dipelihara Tuhan? Atau teks mana yang dipakai oleh Tuhan
untuk menyelamatkan jiwa-jiwa yang terhilang? Kiranya Tuhan memberi kita hikmat
untuk menilai agar hasil penilaian kita tidak menjerumuskan orang-orang yang mencintai
kebenaran.

Menilai Isinya
Sesungguhnya sama sekali tidak sulit untuk mengetahui teks mana antara TR dan CT
yang dipelihara Tuhan untuk menjadi standar kebenaran bagi umatNya. Kita tahu bahwa
kalau Tuhan memelihara teks itu, maka tentu tidak akan ada kesalahan-kesalahan yang
konyol yang justru mengisyaratkan keterlibatan Tuhan di dalam prosesnya, melainkan
Iblis.

Sejak edisi ke-3 dari Stephanus tahun 1550 dan edisi ke-4 yang terbit satu tahun
kemudian dengan penambahan nomor pasal dan ayat, maka TR telah sempurna sampai
hari ini. Ia diterjemahkan ke dalam ratusan bahasa serta menjangkau banyak jiwa yang
hilang. Berbagai pihak yang tidak beriman berusaha menyerangnya, namun mereka tidak
menemukan kesalahan di dalamnya.

Sebaliknya CT yang diedit oleh Westcott dan Hort, dan yang kemudian diedit oleh Nestle
dan Aland itu terdapat kesalahan yang sangat fundamental dan fatal. Misalnya dalam Injil
Matius 1:7, di TR tertulis ”Abia memperanakkan Asa dan Asa memperanakkan Yosafat”.
Tetapi dalam CT tertulis ”Abia memperanakkan Asaf dan Asaf memperanakkan
Yosafat”. Kalau dicocokkan dengan PL jelas sekali bahwa anak Abia itu Asa bukan Asaf.
Dan juga jelas sekali bahwa ayah Yosafat itu bukan Asaf melainkan Asa. Asaf itu bukan
seorang raja melainkan seorang pemazmur.

Ketika fakta ini dikemukakan kepada para pendukung CT, dan mengatakan kepada
mereka bahwa naskah yang mereka jadikan dasar sesungguhnya adalah naskah yang telah
terkontaminasi, ternyata mereka tidak mau terima. Bukan hanya tidak mau menerima
kritikan, malahan mereka menyalahkan Matius, dengan argumentasi bahwa naskah
mereka tidak rusak, yang bikin kesalahan itu bukan penyalin naskah, melainkan Matius

80
http://www.dedewijaya.co.cc, 31 Oktober 2008, HARI REFORMASI

yang memang salah tulis. Mereka mengatakan bahwa ketika Matius menulis silsilah itu ia
tidak mencocokkannya dengan catatan yang ada di Bait Allah. Bayangkan, mereka lebih
membela penyalin naskah dan menyalahkan Matius.

Di sinilah iblis beraksi dan mengambil keuntungan dengan mengatakan bahwa Matius
yang salah tulis bukan naskah mereka yang terkontaminasi, mengapa? Sebab, kalau
Matius salah tulis, itu sama dengan Matius tidak diilhami Roh kudus, atau dengan kata
lain bahwa para penulis Alkitab sebenarnya tidk diilhami Roh Kudus. Oleh sebab itu
mereka bisa melakukan kesalahan dan salah satu contohnya adalah Matius. Masihkah kita
perlu baca Alkitab kalau para penulisnya tidak diilhami. Untuk apa kita membaca nasehat
orang-orang kuno yang tidak tahu tentang komputer dan pesawat ulang-alik? Tidakkah
lebih baik kita membaca Novel dan cerita fiksi tulisan orang-orang modern? Lihatkah
anda misi yang akan dicapai oleh Iblis dengan memunculkan Alkitab Bahasa Asli versi
Critical Text model Westcott dan Hort? Ia sangat-sangat licik.

Selain kesalahan itu masih ada kesalahan-kesalahan lain. Contoh lain ialah catatan Injil
Lukas 23:45 dimana TR mencatat matahari menjadi gelap (kai eskotiste ho helios)
sedangkan CT mencatat gerhana matahari (tou helio ekleipontes eskiste). Perhatikan, TR
mencatat matahari menjadi gelap eskotiste/skoti sedangkan CT mencatat gerhana ekleip.
Apa yang dicatat CT itu adalah sesuatu yang dapat ditertawakan oleh setiap orang karena
pada sekitar bulan April itu tidak mungkin ada gerhana matahari di wilayah itu, dan tidak
ada gerhana matahari yang berjangka waktu tiga jam, yaitu dari jam 12.00 hingga jam
15.00.
Kita tahu bahwa Yohanes 1:18 berbunyi, ”Tidak seorangpun yang pernah melihat Allah;
tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada dipangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya.”

Menurut Textum Receptum (TR):


John 1:18 qeo.n ouvdei.j e`w,raken pw,pote\ o` monogenh.j ui`o,j (Anak yang
Tunggal=Monogenes Huios) o` w'n eivj to.n ko,lpon tou/ patro.j evkei/noj evxhgh,sato

Menurut Critical Text (CT):


John 1:18 qeo.n ouvdei.j e`w,raken pw,pote\ monogenh.j qeo.j (Allah yang
Tunggal=Monogenes Theos) o` w'n eivj to.n ko,lpon tou/ patro.j evkei/noj evxhgh,sato

Kedua ayat dalam bahasa Yunani di atas persis sama kecuali kata ui`o,j (anak) dalam TR
diganti dengan kata qeo.j (Allah) dalam CT. Jadi menurut Critical Text (CT) Yohanes
1:18 itu bunyinya, “Tidak seorangpun yang pernah melihat Allah; tetapi Allah yang
Tunggal, yang ada dipangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya.” Untuk hal yang
sangat sepele ini, tanpa perlu belajar sampai tingkat doktor, bahkan cukup memiliki akal
sehat saja sudah bisa menyadari bahwa yang benar itu bukan yang di Critical Text,
melainkan yang di Textum Receptum.

81
http://www.dedewijaya.co.cc, 31 Oktober 2008, HARI REFORMASI

Kisah Para Rasul 8:37 itu ternyata tidak ada di dalam Critical Text, melainkan ada di
dalam Textum Receptum. Jadi menurut CT bunyi Kis 8:36-38 itu demikian,

8:36 Mereka melanjutkan perjalanan mereka, dan tiba di suatu tempat yang ada air. Lalu
kata sida-sida itu: "Lihat, di situ ada air; apakah halangannya, jika aku dibaptis?"
8:38 Lalu orang Etiopia itu menyuruh menghentikan kereta itu, dan keduanya turun ke
dalam air, baik Filipus maupun sida-sida itu, dan Filipus membaptis dia.

CT tanpa ayat 37
[Sahut Filipus: "Jika tuan percaya dengan segenap hati, boleh." Jawabnya: "Aku percaya,
bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah."]

ada di TR Acts 8:37


ei=pen de. o` Fi,lippoj Eiv pisteu,eij evx o[lhj th.j kardi,aj( e;xestinÅ avpokriqei.j de.
ei=pen Pisteu,w to.n u`io.n tou/ Qeou/ evinai to.n VIhsou/n Cristo,nÅ

Diperkirakan ayat 37 dari manuscript (Aleph) yang ditemukan di Sinai itu sengaja
dihilangkan oleh para penyalin yang mempersiapkan naskah pertemuan Nicea yang akan
dipimpin oleh Konstantin. Masalahnya karena gereja Katolik dibawah pimpinan
Konstantin waktu itu sedang gencar-gencarnya mempromosikan baptisan bayi. Ayat 37
dari Kisah Para Rasul ini ternyata mengajarkan dengan tegas bahwa baptisan itu harus
didahului pengakuan percaya, dan hal ini sangat bertentangan dengan praktek
pembaptisan bayi. Demi menyenangkan Konstantin, oknum yang memerintahkan
persidangan Nicea (Philip Schaff, History of the Christian Church (Grand Rapids:
WM.B.Errdmans Publishing company, 1994), Vol III. p.349.), maka mereka
menghilangkan Kisah 8:37. Bayangkan betapa beraninya mereka. Pasti apa yang Tuhan
ucapkan atas mereka dalam Wahyu 22:19 akan menimpa mereka. Celakanya, ternyata
para editor Critical Text lebih percaya bahwa ayat itu tidak ada daripada editor TR yang
percaya bahwa ayat itu, yang terdapat di banyak manuscript lain adalah orisinil.
Untunglah Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) masih percaya bahwa ayat itu ada, namun
sayang diberi kurung siku.

Pembaca sekalian, tentu tidak diperlukan ratusan atau puluhan kesalahan untuk
menyadari bahwa teks Alkitab PB bahasa asli CT itu bukan yang dipelihara Tuhan.
Sehebat apapun usaha Iblis untuk menyembunyikan kesalahannya, toh kecolongan juga.
Allah membiarkan satu dua kesalahan yang nyata dan telak agar orang-orang yang
mencintai kebenaran bisa menjadikannya sebagai terang yang memberi hikmat untuk
mengetahui Alkitab bahasa asli yang sungguh-sungguh dipelihara dan dipimpin Tuhan
proses pengeditannya. Jika seorang yang tersesat di hutan sungguh berhikmat, setitik

82
http://www.dedewijaya.co.cc, 31 Oktober 2008, HARI REFORMASI

terang saja cukup baginya untuk menemukan jalan kembali ke kota, namun bagi yang
akan binasa, dicari dengan lampu sorot sekalipun ia malah memilih bersembunyi.

Para Editornya
Westcott adalah seorang Bishop gereja Anglikan, gereja yang Doktrin Gereja
(ecclesiology) nya hampir sama dengan Gereja Roma Katolik. Perbedaannya hanya
Gereja Roma Katolik berpusat di Roma sedangkan gereja Anglikan berpusat di London.
Dan Gereja Roma Katolik dikepalai Paus sedangkan gereja Anglikan dikepalai Raja atau
Ratu Inggris. Sedangkan Hort adalah seorang dosen Universitas Cambridge. Dr. D.A.
Waite yang meneliti buku-buku yang ditulis mereka menyimpulkan bahwa sesungguhnya
mereka bukan seorang yang telah lahir baru.
In this study, I quote from their writings extensively and show form five of their books
that they are apostates, liberals, and unbelievers. (Dr. D.A. Waite, Defending the King
James Bible, Collingswood: The Bible for Today Press, 1992)

Selain Westcott dan Hort, siapa lagi di balik CT yang makin hari makin dominan itu?
Critical Text yang hari ini banyak dipakai di Sekolah Teologi adalah edisi ke-26 yang
disebut Nestle/Aland Greek New Testament, 26th edition. Eberhard Nestle dan Kurt
Aland, kedua-duanya orang Jerman yang membentuk sebuah komisi yang terdiri dari
Kurt Aland sendiri, Matthew Black seorang yang imannya diragukan, Carlo M. Martini
seorang Kardinal gereja Katolik, Bruce Metzger dari Princeton, universitas yang sangat
liberal, dan Alan Wigren dari Chicago. Mereka inilah yang mengatakan bahwa rasul
Matius salah tulis karena tidak melihat catatan di Bait Allah sehingga yang seharusnya
Asa namun ditulis Asaf, demi untuk membela konsep mereka bahwa naskah kuno yang
mereka pakai adalah yang terbaik, yang tidak terjamah oleh tangan-tangan jahil.

Sebaliknya orang-orang yang mengedit TR adalah orang-orang yang mengasihi Tuhan.


Desiderius Erasmus, yang sering dikritik karena humanis, adalah humanis abad
pertengahan yang berusaha melepaskan diri dari kungkungan universalisme gereja Roma.
Ia bukan humanis masa kini yang filosofinya berpusatkan pada manusia dan
mengagungkan manusia. Sedangkan Stephanus adalah orang Protestan yang sangat
mengasihi Tuhan, orang yang rela mengorbankan nyawa demi membela kebenaran.
Apalagi Theodore Beza, teman dekat John Calvin, adalah tokoh reformasi yang sangat
terhormat dan mengasihi Tuhan. Edisi Stephanus dan Beza-lah yang secara umum
diterima oleh orang-orang percaya yang baru mendapat kebangunan rohani melalui
gerakan reformasi. Edisi ke-4 Stephanus tahun 1551 yang telah dilengkapi pasal dan ayat
telah menjadi berkat bagi jutaan orang, terlebih setelah dijadikan dasar untuk
penerjemahan ke berbagai bahasa termasuk King James Version.

Tujuan Para Editor


Baik Erasmus, Stephanus, maupun Beza, mereka berusaha mewujudkan kitab PB bahasa
asli hanya agar orang-orang percaya memiliki firman Tuhan di tangan mereka yang

83
http://www.dedewijaya.co.cc, 31 Oktober 2008, HARI REFORMASI

praktis, agar mereka dapat mempelajarinya dan memberitakannya. Mereka tidak


memikirkan masalah hak cipta dan lain sebagainya. Hasil karya mereka menyebabkan
banyak orang melihat terang Tuhan dan orang-orang itu diselamatkan. Masyarakat Eropa
berubah total setelah reformasi dan tersedianya Alkitab dalam cetakan telah
memungkinkan mereka membaca dan mempelajarinya. Tingkat moral masyarakat
menjadi semakin tinggi demikian juga dengan tingkat kepatuhan mereka terhadap
hukum. Setiap kali orang menyebut firman Tuhan, tentu yang dimaksud adalah TR atau
terjemahannya pada masing-masing bahasa.

Namun setelah Westcott dan Hort menerbitkan edisi mereka, kebingungan mulai
melanda, pertama-tama di kalangan intelektual karena mereka terpaksa harus memilih
teks mana yang harus mereka jadikan patokan, dan akhirnya juga melanda seluruh
kekristenan. Di Indonesia hal ini tidak terasa karena kita hanya memiliki satu versi
Alkitab yaitu terbitan Lembaga Alkitab Indonesia. Tetapi bagi masyarakat yang
berbahasa Inggris, dengan tersedianya berbagai versi Alkitab, maka agak kerepotan juga.

Pukulan yang paling menyakitkan ialah tertawaan dari pihak luar, misalnya pihak Islam,
yang mengatakan bahwa Injil asli orang Kristen sudah tidak ada, yang ada sekarang
adalah yang palsu. Adanya kesalahan pada teks Westcott dan Hort biasanya mereka
jadikan bukti untuk statemen mereka. Mereka dapat mengatakan, ”lihat, nama silsilah
saja salah catat, tidak salah toh kalau itu adalah yang palsu?”
Kehadiran CT telah menyebabkan perdebatan yang tidak ada habis-habisnya. Iblis
mencatat sukses karena ia berhasil menggoncang dasar iman orang Kristen dan
meletakkan batu sandungan terhadap sebagian orang yang belum percaya. Sebagian
orang yang tidak memahami masalah ini sempat tersandung karena mereka dipaksa untuk
mempertanyakan aspek human error dari teks bahasa asli yang ada pada saat ini. Tentu
karena mereka tidak diberi informasi bahwa usaha pengeditan yang teliti telah dilakukan
oleh Erasmus, Stephanus, Beza dengan membanding-bandingkan naskah demi naskah
hingga akhirnya tidak ditemukan lagi kesalahan dan orang-orang percaya yang dipenuhi
Roh Kudus pun secara universal telah menerimanya.

Teks Yang Manakah Yang Adalah Otoritas Final?


Pada saat Alkitab terjemahan tidak jelas terhadap suatu masalah atau terdapat perbedaan
antara satu terjemahan dengan terjemahan yang lain, kemanakah kita akan mencari
otoritas final untuk menjelaskannya? Mau atau tidak mau, Alkitab bahasa asli adalah
otoritas final untuk menyelesaikan masalah baik yang praktis maupun yang bersifat
doktrinal.

Jika dunia kekristenan hanya memiliki satu versi Alkitab bahasa asli seperti keadaan abad
16, 17, dan 18, maka dengan gampang dan dengan kebulatan hati semua orang Kristen
akan mengacu kepada Alkitab bahasa asli yang hanya satu itu. Kini setidaknya tersedia
dua Alkitab bahasa asli yang didalamnya terdapat + 5604 perbedaan, maka dengan

84
http://www.dedewijaya.co.cc, 31 Oktober 2008, HARI REFORMASI

terpaksa setiap orang Kristen harus menetapkan versi manakah yang akan diakuinya
sebagai Alkitab bahasa asli yang benar, atau otoritas yang final (The Final Authority).

Telah diuraikan di atas bahwa teks yang diakui, Received Text atau Textum Receptum
(TR) yang diedit pertama kali oleh Erasmus dan diperlengkapi oleh Stephanus dan Beza
adalah yang telah diperiksa dan ternyata tidak ditemukan kesalahan serta telah membawa
berkat bagi penduduk dunia lebih dari 3 abad. Sedangkan Critical Text (CT) yang diedit
oleh Westcott dan Hort serta diedit ulang oleh komite yang dipimpin oleh Nestle dan
Aland ternyata terdapat kesalahan yang sangat konyol, yaitu Asa ditulis dengan Asaf.
Masih ada banyak kesalahan lain lagi yang mereka akui, namun pada umumnya
kesalahan itu mereka lemparkan kepada sang penulis untuk membangun asumsi bahwa
penulis Alkitab tidak diilhami, atau bahwa Alkitab itu bukan buku istimewa melainkan
sama seperti catatan sejarah lain.

Untuk membangun doktrin yang benar kita membutuhkan dasar yang benar. Doktrin
alkitabiah adalah doktrin yang didasarkan hanya pada Alkitab saja. Lalu kalau
diperhadapkan dua versi naskah PB Alkitab bahasa asli, yang manakah yang anda akan
pilih? Kini banyak teolog telah kemasukan angin Liberalisme, demikian juga sekolah-
sekolah teologia. Masalah Alkitab bahasa asli bisa menjadi salah satu faktor untuk
mengenal aliran sebuah sekolah teologia. Rata-rata sekolah teologia aliran Liberal lebih
senang memakai Critical Text (CT) karena ketika dosen di sekolah tersebut belajar ke
luar negeri, ia sudah terlanjur masuk ke sekolah liberal dan yang memakai CT. Namun
sekolah teologia aliran Fundamental tetap bertahan pada Received Text atau Textum
Receptum yang tidak ada kesalahan dan telah mendatangkan banyak manfaat bagi umat
manusia. Anda di pihak mana?

Sumber: Artikel 1-3 Seluruhnya ditulis dari Bab 8 buku DOKTRIN ALKITAB
ALKITABIAH, Pdt. Suhento Liauw, DRE, D.Th, GBIA GRAPHE, cetakan 2, 2001,
Jakarta, halaman 109-132

Tambahan dari Saya:


Mulai Oktober tahun 2007 sudah tercetak Alkitab ILT (Indonesian Literal
Translation) terbitan Yayasan Lentera Bangsa (www.yalensa.org), yang bersumber
pada naskah MT (naskah sumber berbahasa Ibrani untuk PL) dan TR (naskah
sumber berbahasa Yunani untuk PB) serta The Interlinear Bible (Jay P. Green).

2. Pendeta/Penatua/Penilik Jemaat/Gembala Wanita dan


Diaken/Majelis Wanita adalah Tidak Alkitabiah

85
http://www.dedewijaya.co.cc, 31 Oktober 2008, HARI REFORMASI

21.Wanita berkhotbah di Kebaktian Umum/Ibadah Raya/Pertemuan


Jemaat yang dihadiri Jemaat Dewasa (keluarga/yang sudah
menikah) adalah Tidak Alkitabiah

KEPEMIMPINAN ALKITABIAH dalam Gereja dan Keluarga

Alkitab dengan sangat jelas menyatakan bahwa pria adalah pemimpin di dalam rumah
tangga dan gereja lokal sedangkan peran wanita adalah tunduk pada kepemimpinan
pria. Tetapi sekarang penentangan terhadap prinsip Allah ini sudah begitu meluas dengan
banyaknya wanita yang ditahbiskan dalam posisi kepemimpinan di gereja.

Fakta pemutarbalikan prinsip Allah adalah bukti penyesatan di zaman ini. Pria dan wanita
menolak kebenaran Alkitab dan menjadi bingung dengan prinsip-prinsip dasar Alkitab.
Banyak pria yang mencoba menjadi seperti wanita dalam hal berpakaian dan bertingkah
laku dan banyak wanita yang cenderung ingin menjadi pria; berpakaian seperti pria,
melakukan pekerjaan pria, melakukan olahraga pria, menjadi tentara, wanita ingin
mendapat gaji lebih untuk pekerjaan yang sama dan menjadi pemimpin di gereja, rumah
tangga atau negara. Sedihnya gereja selalu dipengaruhi oleh dunia. Kesalahan yang
terjadi di dunia diulangi di gereja dan kita mendapati wanita menjadi pemimpin di
banyak gereja atau kelompok Kristen.

Alkitab sangat jelas mengenai hal ini dan tidak ada polemik untuk hal ini. Masalahnya
adalah gereja terlalu banyak mencari sumber lain di luar Alkitab. Allah mengasihi baik
pria maupun wanita. Wanita sangat penting bagi rumah tangga, gereja dan masyarakat.
Di dalam Kristus Yesus, wanita mempunyai posisi sama dan menerima berkat yang sama
seperti yang dialami pria. Tetapi tidak berarti tidak ada perbedaan peran dan
otoritas antara pria dan wanita. Kebenarannya adalah wanita dan pria itu sangat
berbeda.

PB menulis bahwa pria adalah pemimpin di rumah tangga dan gereja. Wanita tidak
dirancang Allah untuk memerintah lembaga-lembaga ini. Nabi Yesaya
memperingatkan Israel ketika ia berkata bahwa wanita memerintah atas mereka
(Yesaya 3:12). Menurut Alkitab, di gereja, tidak ada wanita yang boleh menjadi
gembala atau diaken atau posisi kepemimpinan lain di atas pria. Siapa yang
mengatakan ini? Allah.

"Seharusnyalah perempuan berdiam diri dan menerima ajaran dengan patuh. Aku
tidak mengizinkan perempuan mengajar dan juga tidak mengizinkannya
memerintah laki-laki; hendaklah ia berdiam diri. Karena Adam yang pertama
dijadikan, kemudian barulah Hawa. Lagipula bukan Adam yang tergoda,

86
http://www.dedewijaya.co.cc, 31 Oktober 2008, HARI REFORMASI

melainkan perempuan itulah yang tergoda dan jatuh ke dalam dosa." (I Tim
2:11-14)

"Sama seperti dalam semua Jemaat orang-orang kudus, perempuan-perempuan harus


berdiam diri dalam pertemuan-pertemuan Jemaat. Sebab mereka tidak diperbolehkan
untuk berbicara. Mereka harus menundukkan diri, seperti yang dikatakan juga oleh
hukum Taurat. Jika mereka ingin mengetahui sesuatu, baiklah mereka menanyakannya
kepada suaminya di rumah. Sebab tidak sopan bagi perempuan untuk berbicara dalam
pertemuan Jemaat. Atau adakah firman Allah mulai dari kamu? Atau hanya kepada
kamu sajakah firman itu telah datang? Jika seorang menganggap dirinya nabi atau
orang yang mendapat karunia rohani, ia harus sadar, bahwa apa yang kukatakan
kepadamu adalah perintah Tuhan" (I Kor 14:34-37)

Bagaimana mungkin wanita boleh menjadi gembala jika ia dilarang untuk mengajar atau
memiliki otoritas atas pria? Wanita boleh menjadi gembala hanya jika mereka secara
terang-terangan menentang pengajaran Alkitab. Tuhan Yesus sendiri tidak pernah
mentahbiskan rasul wanita. Semua rasul Yesus adalah pria. Standar untuk gembala
diterapkan dengan ketat pada pria. Hanya pria yang dapat menjadi "suami dari satu
istri" dan "memerintah rumah tangganya dengan baik" (I Tim 3:2,4. Titus 1:6)

Apakah Pengajaran Paulus Berlaku Untuk Semua Gereja Di Segala Abad?

Sebagian orang berkata bahwa pengajaran Paulus hanya ditujukan kepada orang Kristen
di abad pertama atau hanya kepada situasi khusus di gereja Korintus. Alasan ini tidak
benar:

1. Paulus berkata bahwa pengajaran dalam I Korintus 14 adalah perintah Tuhan


(ayat 37). Semua orang Kristen dan semua gereja harus taat pada perintah ini.

2. Paulus berkata bahwa pengajaran dalam I Korintus 14 adalah tes kerohanian.


Paulus berkata seharusnya mereka yang sungguh-sungguh rohani harus mengakui bahwa
pengajaran ini adalah perintah Tuhan. "If any man think himself to be a prophet, or
spiritual, let him acknowledge that the things that I write unto you are the
commandments of the Lord" (1 Cor. 14:37). Mereka yang menolak pengajaran I
Korintus 14 mengenai peran wanita dalam gereja membuktikan diri mereka belum rohani

3. Dalam I Timotius, Paulus memberikan petunjuk yang sama mengenai wanita dan
dalam surat ini dikatakan, ditulis untuk memberikan aturan yang baik bagi gereja.
"Jadi jika aku terlambat, sudahlah engkau tahu bagaimana orang harus hidup sebagai

87
http://www.dedewijaya.co.cc, 31 Oktober 2008, HARI REFORMASI

keluarga Allah, yakni jemaat dari Allah yang hidup, tiang penopang dan dasar
kebenaran." (I Tim 3:15)

4. Dalam memberi petunjuk mengenai peran wanita dalam gereja, Roh Kudus
mengacu pada urutan penciptaan-Adam yang pertama kemudian Hawa.

5. Paulus mengacu pada peristiwa kejatuhan manusia (I Tim 2:14)

6. Paulus mengacu pada sifat alami manusia (I Tim 2:14). Wanita dirancang untuk
peran yang berbeda dengan pria dalam kehidupan yaitu sebagai ibu dan istri. Emosi,
aspek psikologis dan rasio begitu dekat dengan wanita tetapi wanita tidak dirancang
untuk menjadi pemimpin. Di taman Eden Setan menipu wanita. Tetapi tidak dengan
Adam. Adam berdosa tetapi dia tidak tertipu. Hawa mengijinkan dirinya dalam posisi
membuat keputusan yang seharusnya tidak ia lakukan.

7. Paulus mengatakan bahwa prinsip ini harus dipelihara sampai kedatangan


Kristus yang kedua kali. Surat Paulus kepada jemaat Korintus yang berbicara
mengenai wanita harus tunduk dibawah otoritas pria ditujukan untuk semua orang
Kristen. (1 Kor. 1:2).

BUKANKAH ALLAH MEMAKAI WANITA UNTUK MEMIMPIN PRIA


DALAM PL?

Mengapa Allah memakai Debora sebagai Hakim di Israel (Hakim 4:4-5)? Jawabannya
mudah. Kehendak Allah yang sempurna adalah pria sebagai pemimpin. Hal yang sangat
jelas. Tidak boleh disalahtafsirkan. Tetapi ketika pria tidak mengambil tanggungjawab
mereka maka Allah memakai wanita. Pria-pria di zaman Deborah begitu lemah dan
pengecut. Faktanya adalah Barak, panglima perang Israel menolak pergi berperang
kecuali Deborah pergi bersamanya (Hak 4:8)

Deborah secara jelas menyatakan bahwa ini tidak benar atau tidak lumrah dan ia
memberitahu Barak bahwa Barak tidak akan mendapat kehormatan (Hakim 4:9). Dalam
masa itu Allah tidak mendapati seorang pria yang melakukan kehendakNya maka Ia
memakai wanita seperti Deborah yang bersedia maju ketika para pria menjadi lemah. Ini
sering terjadi baik dalam sejarah gereja maupun di dunia sekuler.

Bagaimana dengan anak dara Filipus? Mereka dikenal sebagai prophetesses (Kis
21:8-9). Bukankah ini juga contoh wanita dapat berkhotbah kepada pria dalam usaha
untuk melepaskan karunia bernubuat? Fakta bahwa Allah memberikan karunia bernubuat
kepada wanita tidak berarti mereka bebas untuk mengambil otoritas atas pria di dalam

88
http://www.dedewijaya.co.cc, 31 Oktober 2008, HARI REFORMASI

gereja. Anak dara Filipus bernubuat kepada para wanita. Ketika Allah ingin berbicara
kepada Paulus, Allah memakai pria untuk melakukannya (Kis 21:8-11). Allah
memberikan karuniaNya dengan melimpah kepada wanita tetapi itu harus dipakai dalam
area yang tepat. Tidak tercatat dalam Alkitab mereka bernubuat dalam pertemuan
jemaat.

Pelayanan wanita difokuskan pada wanita dan anak-anak ( I Tim 2:15; II Tim 1:5;
3:15; Titus 2:3-5). Oleh karena tidak ada rasul wanita maka standard ilahi juga
menetapkan gembala hanya ditetapkan untuk pria (I Tim 3:2-4; Titus 1:5-9).

1 Timotius 3:1-7

Syarat-syarat bagi Penilik Jemaat/Penatua/Gembala/Pendeta/Pastor

3:1 Benarlah perkataan ini: "Orang yang menghendaki jabatan penilik jemaat
menginginkan pekerjaan yang indah."

3:2 Karena itu penilik jemaat haruslah seorang yang tak bercacat, suami dari satu
isteri, dapat menahan diri, bijaksana, sopan, suka memberi tumpangan, cakap mengajar
orang,

3:3 bukan peminum, bukan pemarah melainkan peramah, pendamai, bukan hamba uang,

3:4 seorang kepala keluarga yang baik, disegani dan dihormati oleh anak-anaknya.

3:5 Jikalau seorang tidak tahu mengepalai keluarganya sendiri, bagaimanakah ia


dapat mengurus Jemaat Allah?

3:6 Janganlah ia seorang yang baru bertobat, agar jangan ia menjadi sombong dan kena
hukuman Iblis.

3:7 Hendaklah ia juga mempunyai nama baik di luar jemaat, agar jangan ia digugat orang
dan jatuh ke dalam jerat Iblis.

Alkitab KJV

89
http://www.dedewijaya.co.cc, 31 Oktober 2008, HARI REFORMASI

3:1 This is a true saying, If a man desire the office of a bishop, he desireth a good work.

3:2 A bishop then must be blameless, the husband of one wife, vigilant, sober, of good
behaviour, given to hospitality, apt to teach;

3:3 Not given to wine, no striker, not greedy of filthy lucre; but patient, not a brawler, not
covetous;

3:4 One that ruleth well his own house, having his children in subjection with all
gravity;

3:5 (For if a man know not how to rule his own house, how shall he take care of the
church of God?)

3:6 Not a novice, lest being lifted up with pride he fall into the condemnation of the devil.

3:7 Moreover he must have a good report of them which are without; lest he fall into
reproach and the snare of the devil.

Titus 1:6-9

1:6 yakni orang-orang yang tak bercacat, yang mempunyai hanya satu isteri, yang
anak-anaknya hidup beriman dan tidak dapat dituduh karena hidup tidak senonoh atau
hidup tidak tertib.

1:7 Sebab sebagai pengatur rumah Allah seorang penilik jemaat harus tidak bercacat,
tidak angkuh, bukan pemberang, bukan peminum, bukan pemarah, tidak serakah,

1:8 melainkan suka memberi tumpangan, suka akan yang baik, bijaksana, adil, saleh,
dapat menguasai diri

1:9 dan berpegang kepada perkataan yang benar, yang sesuai dengan ajaran yang sehat,
supaya ia sanggup menasihati orang berdasarkan ajaran itu dan sanggup meyakinkan
penentang-penentangnya.

90
http://www.dedewijaya.co.cc, 31 Oktober 2008, HARI REFORMASI

Jelas bahwa jabatan Penilik Jemaat/Penatua/Gembala/Pendeta/Pastor harus Pria


yang sudah berkeluarga (sudah menikah), dan sangat tidak boleh wanita. Perhatikan ayat
2, 4, ada syarat SUAMI dari SATU ISTRI, dan KEPALA KELUARGA yang baik.
Jadi Pendeta Wanita sangat tidak Alkitabiah. Kata pendeta=penilik
jemaat=gembala=penatua=pastor adalah sama saja. Kata "pendeta" dalam bahasa
Indonesia diadopsi dan muncul karena Orang Kristen Protestan ingin membedakan
dengan PASTOR di Katolik.

1 Timotius 3:8-13

Syarat-syarat bagi Diaken/Majelis

3:8 Demikian juga diaken-diaken haruslah orang terhormat, jangan bercabang lidah,
jangan penggemar anggur, jangan serakah,

3:9 melainkan orang yang memelihara rahasia iman dalam hati nurani yang suci.

3:10 Mereka juga harus diuji dahulu, baru ditetapkan dalam pelayanan itu setelah
ternyata mereka tak bercacat.

3:11 Demikian pula isteri-isteri [dari para Diaken—ditambahkan Penulis-KJV]


hendaklah orang terhormat, jangan pemfitnah, hendaklah dapat menahan diri dan dapat
dipercayai dalam segala hal.

3:12 Diaken haruslah suami dari satu isteri dan mengurus anak-anaknya dan
keluarganya dengan baik.

3:13 Karena mereka yang melayani dengan baik beroleh kedudukan yang baik sehingga
dalam iman kepada Kristus Yesus mereka dapat bersaksi dengan leluasa.

3:8 Likewise must the deacons be grave, not doubletongued, not given to much wine, not
greedy of filthy lucre;

3:9 Holding the mystery of the faith in a pure conscience.

91
http://www.dedewijaya.co.cc, 31 Oktober 2008, HARI REFORMASI

3:10 And let these also first be proved; then let them use the office of a deacon, being
found blameless.

3:11 Even so must their wives be grave, not slanderers, sober, faithful in all things.

3:12 Let the deacons be the husbands of one wife, ruling their children and their own
houses well.

3:13 For they that have used the office of a deacon well purchase to themselves a good
degree, and great boldness in the faith which is in Christ Jesus.

Ayat 12 sangat menekankan DIAKEN HARUSLAH SUAMI DARI SATU ISTRI,


dan perhatikan ayat 11 di KJV kata "THEIR WIVES" yaitu istri-istri dari para
Diaken. Jadi kiranya SANGAT JELAS, dalam Alkitab hanya PRIA yang sudah
Beristri/berkeluarga/yang sudah menikah yang boleh menjabat Diaken/Majelis dari
suatu Jemaat/Gereja. Wanita tidak diperkenankan.

Jadi Para Suami (Pria yang sudah menikah), jika sampai di gerejamu ada Pendeta Wanita
dan Diaken Wanita, satu hal yang SANGAT PERLU DISERUKAN "Dimana engkau
Para Pria berada?" seperti kata Allah dalam Kejadian 3:9, "Dimanakah engkau (ADAM-
Pria)?"

Para wanita tidak perlu berkecil hati dan merasa tidak adil, ini PERINTAH
ALLAH dan Berlaku sepanjang Masa disepanjang Abad. Kita perlu ketaatan
dalam hal ini. Wanita ada porsinya sendiri dalam pelayanan di Gereja dan
Keluarga. Ingat Alkitab sangat ketat mengatur peran Pria dan wanita dalam
Keluarga dan Gereja.

Sedangkan peran Wanita di luar gereja dan Keluarga, Alkitab memberi kebebasan
dan persamaan bagi Para Wanita untuk jadi Pemimpin/Bos/Manager/Direktur di
Perusahaan, Parlemen/DPR/MPR, Negara, Kepresidenan, Dunia Kerja, dll.

Ini SANGAT ALKITABIAH. Barangsiapa bertelinga, hendaklah ia mendengar.

1 Timotius 2:12 Aku tidak mengizinkan perempuan mengajar dan juga tidak
mengizinkannya memerintah laki-laki; hendaklah ia berdiam diri.

92
http://www.dedewijaya.co.cc, 31 Oktober 2008, HARI REFORMASI

Wanita Sangat Tidak boleh Berkhotbah di Pertemuan Jemaat (Dewasa)/Ibadah


Raya/Kebaktian Umum, atau apapun nama/istilahnya di gereja anda.

Suatu revolusi yang total sedang terjadi dalam denominasi-denominasi dan gereja-gereja
di seluruh masyarakat Barat. Sebagai bagian yang lebih besar dari pergolakan sosial itu
yang ditimbulkan oleh gerakan pejuang hak-hak wanita, revolusi tersebut menyebabkan
tidak berlakunya pembagian peranan antara pria-wanita yang tradisional di dalam rumah
tangga maupun gereja. Revolusi itu telah berhasil dalam menumbangkan kepemimpinan
yang dikuasai oleh kaum pria di ribuan gereja. Revolusi itu telah berhasil dalam
menumbangkan kepemimpinan yang dikuasai oleh kaum pria di ribuan gereja. Revolusi
tersebut telah menimbulkan banyaknya bahan bacaan baru dan membangkitkan
perdebatan yang amat sengit. Revolusi ini bahkan telah menimbulkan terjemahan
Alkitab yang baru dan tidak membedakan jenis kelamin.

Sebagai akibatnya, pengajaran kristen yang tradisional mengenai kepemimpinan


pria dan penundukan (subordinasi) wanita mengahadapi tantangan terbesar
semenjak kekristenan muncul 2000 tahun yang lalu. A. Duane Litfin mengungkapkan
pandangannya tentang arti revolusi ini sebagai berikut:

Fase atau era gerakan pejuang hak-hak wanita yang muncul baru-baru ini, yang
munculnya biasnaya dinggap sama dengan karya Betty Friedan berjudul The Feminine
Mystique pada tahun 1964, merupakan gelombang pasang yang terjadi sekarang. Gerakan
ini telah melampaui batas kekuasaan kaum pria yang sudah ada selama lebih dari 2 abad.
Namun, gelombang yang terjadi sekarang itu lebih luas dan lebih kuat pengaruhnya
daripada pelopornya yang mana saja. Dan gelombang itu tampaknya menjadi bagian dari
kecenderungan di seluruh dunia yang mungkin kini tak dapat ditawar-tawar lagi.

Pandangan Egalitarian membuktikan bahwa tak ada alasan yang Alkitabiah bagi kaum
wanita untuk tidak sama-sama mengambil bagian dalam tugas kepemimpinan di gereja,
atau tidak berperan serta dalam suatu hubungan pernikahan yang didasarkan atas prinsip
saling menundukkan diri dan saling mengasihi. Penekanan pandangan Egalitarian adalah
saling menundukkan diri—bukan penundukan diri dari satu pihak kepada pihak yang
lain, melainkan masing-masing pihak menundukkan diri satu sama lain—baik dalam
gereja maupun dalam rumah tangga.

Sebaliknya, pandangan tradisional tentang hubungan peranan pria-wanita tetap


berpendapat bahwa ada alasan yang kuat, memaksakan, dan Alkitabiah untuk
menguatkan kekepalaan/kepemimpinan pria dan penundukan kaum wanita di
dalam gereja maupun dalam rumah tangga. Meskipun pandangan ini mengakui
penundukan diri satu sama lain sebagai suatu prinsip yang Alkitabiah, namun
penundukan diri satu sama lain tidak mengesampingkan tatanan tentang otoritas dan
penundukan diri yang terdapat di bagian-bagian lainnya. Tidak sama dengan

93
http://www.dedewijaya.co.cc, 31 Oktober 2008, HARI REFORMASI

pandangan egalitarian, pandangan tradisional tidak membuat berlawanan bagian-bagian


yang membicarakan mengenai persamaan hak maupun penundukan kaum wanita.

KALAU BEGITU APAKAH WANITA TIDAK BOLEH MELAYANI?

Melarang wanita masuk dalam pelayanan sama artinya mengatakan bahwa wanita tidak
berharga dalam pelayanan Yesus Kristus. Paulus mempunyai rekan sekerja wanita (Fil
4:3). Febe adalah contoh (Roma 16:1-2). Priskila disebutkan bersama suaminya Akwila
(Roma 16:3). Mereka adalah penanam gereja (Roma 16:5).

Dalam Luk 2:36, Mengapa Hana disebut nabi, tidak ada yang tahu. Alasan yang
mungkin adalah Hana adalah istri seorang nabi atau alasan lain karena ia menjadi
pemuji di bait Allah (I Taw 25:1,2,4; I Sam 10:5) atau karena ia sendiri
menubuatkan kejadian masa depan.

Kata nabiah dalam PB hanya ada di sini dan Wahyu 2:20. Dalam bahasa Yunani kuno
kata ini berarti wanita yang menafsirkan tulisan firman Tuhan.

Hai Para pengajar Alkitab, padamu dituntut tanggung jawab yang sangat besar karena
engkau mengajarkan Firman kepada Jemaat. Jika salah mengajar dan bahkan
menyesatkan jemaat, upahmu kecil di Surga meski engkau masuk surga.

Saran & ajakan bagi Gereja yang melanggar Prinsip Kepemimpinan Alkitabiah ini,
segeralah beritahukan gembala/pendeta anda. Dan berubahlah. Jangan sampai berkat
Tuhan bagi jemaat terhalang karena pelanggaran-pelanggaran aturan Jabatan dalam
Gereja.

Sangat tidak mudah merubah kesalahan-kesalahan praktek bergereja, namun perlu


dimulai dari hal-hal kecil dan mendasar (terutama yang menyangkut
pengajaran/doktrinal).

Perhatikan 1 Timotius 4 sambungan dari pasal 2 dan 3, Nasehat Paulus kepada Pemuda
Timotius

Tugas Timotius dalam menghadapi pengajar sesat

4:1 Tetapi Roh dengan tegas mengatakan bahwa di waktu-waktu kemudian, ada orang
yang akan murtad lalu mengikuti roh-roh penyesat dan ajaran setan-setan

94
http://www.dedewijaya.co.cc, 31 Oktober 2008, HARI REFORMASI

4:2 oleh tipu daya pendusta-pendusta yang hati nuraninya memakai cap mereka.

4:3 Mereka itu melarang orang kawin, melarang orang makan makanan yang diciptakan
Allah supaya dengan pengucapan syukur dimakan oleh orang yang percaya dan yang
telah mengenal kebenaran.

4:4 Karena semua yang diciptakan Allah itu baik dan suatu pun tidak ada yang haram,
jika diterima dengan ucapan syukur,

4:5 sebab semuanya itu dikuduskan oleh firman Allah dan oleh doa.

4:6 Dengan selalu mengingatkan hal-hal itu kepada saudara-saudara kita, engkau
akan menjadi seorang pelayan Kristus Yesus yang baik, terdidik dalam soal-soal
pokok iman kita dan dalam ajaran sehat yang telah kauikuti selama ini.

4:7 Tetapi jauhilah takhayul dan dongeng nenek-nenek tua. Latihlah dirimu beribadah.

4:8 Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena
mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang.

4:9 Perkataan ini benar dan patut diterima sepenuhnya.

4:10 Itulah sebabnya kita berjerih payah dan berjuang, karena kita menaruh pengharapan
kita kepada Allah yang hidup, Juruselamat semua manusia, terutama mereka yang
percaya.

4:11 Beritakanlah dan ajarkanlah semuanya itu.

4:12 Jangan seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah
teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam
kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu.

4:13 Sementara itu, sampai aku datang bertekunlah dalam membaca Kitab-kitab Suci,
dalam membangun dan dalam mengajar.

95
http://www.dedewijaya.co.cc, 31 Oktober 2008, HARI REFORMASI

4:14 Jangan lalai dalam mempergunakan karunia yang ada padamu, yang telah diberikan
kepadamu oleh nubuat dan dengan penumpangan tangan sidang penatua.

4:15 Perhatikanlah semuanya itu, hiduplah di dalamnya supaya kemajuanmu nyata


kepada semua orang.

4:16 Awasilah dirimu sendiri dan awasilah ajaranmu. Bertekunlah dalam semuanya
itu, karena dengan berbuat demikian engkau akan menyelamatkan dirimu dan
semua orang yang mendengar engkau.

22.Perjanjian Baru mengajarkan bahwa orang percaya hari ini tidak


terikat pada hukum Sabat, karena itu Gereja Advent yg
mempertahankan hari Sabat, makanan dan minuman tertentu,
Hukum Sunat adalah Tidak Alkitabiah. Pengajaran Advent
mengenai hari Sabat tidak sesuai dengan pengajaran Alkitab dan
merupakan bagian dari kesalahan total mereka yg tidak dapat
melihat perubahan dari sistem penyembahan simbolik di PL
menjadi sistem penyembahan dalam Roh dan Kebenaran dalam
PB atau Ibadah Hakikat.

Gereja Advent dan Sabat


Bahan dasar berasal dari Avoiding the Snare of Seventh Day Adventism, DR. David
Cloud (www.wayoflife.org)

Salah satu hal yang membedakan gerakan Advent dari kekristenan lainnya adalah
pengajaran mereka bahwa orang Kristen harus memelihara hari Sabtu sebagai hari
Sabat, sama seperti di zaman Perjanjian Lama. Hal ini perlu dinilai secara Alkitabiah,
oleh karena itu, marilah kita menyelidiki apa yang diajarkan oleh gereja Advent tentang
hari Sabat, lalu kita bandingkan dengan ayat-ayat Firman Tuhan. Berikut ini adalah poin
demi poin pengajaran mereka yang diambil dari publikasi mereka sendiri.

ADVENT MENGAJARKAN:
Bahwa hari Sabat mengikat bagi semua manusia sejak penciptaan hingga selama-
lamanya. Advent mengatakan bahwa hari Sabat adalah bagi manusia secara umum dan
diberikan pertama kali kepada Adam di taman Eden. Oleh karena itu, memelihara hari
Sabat adalah tanda kesetiaan kepada Allah, sang Pencipta. “Allah menginstitusikan Sabat
di Eden; dan selama Dia adalah Pencipta dan itu alasan kita menyembah Dia, maka

96
http://www.dedewijaya.co.cc, 31 Oktober 2008, HARI REFORMASI

demikian juga Sabat akan terus berlanjut sebagai tanda dan pengingat.... Memelihara
Sabat adalah tanda kesetiaan kepada Allah” (Ellen White, The Great Controversy, hal.
386). “Sabat dipelihara oleh Adam dalam kondisinya yang tidak berdosa di Eden yang
kudus; [juga dipelihara] oleh Adam yang sudah jatuh tetapi telah bertobat ketika ia diusir
dari tempatnya yang senang. Ia [Sabat] dipelihara oleh semua bapa leluhur, mulai dari
Habel sampai kepada Nuh yang benar, ke Abraham, ke Yakub.” (Ibid., hal. 398).

ALKITAB MENGAJARKAN:
1. Walaupun Sabat disinggung dalam Kejadian 2:2-3, peraturan Sabat tidak diberikan
kepada manusia hingga diperintahkan kepada Israel di padang gurun (Neh. 9:13-14).
2. Sabat diberikan bukan kepada manusia secara umum, tetapi kepada Israel saja sebagai
tanda perjanjian yang khusus antara dia dengan Allah (Kel. 31:12-17).
3. Ellen White menambahi informasi Alkitab ketika dia mengajarkan bahwa Adam dan
para bapa leluhur memelihara Sabat. Alkitab sama sekali tidak menyinggung masalah ini.
Bahkan, hal ini tidak mungkin benar. Jika Sabat telah dipelihara oleh manusia secara
umum sejak penciptaan, maka tidak mungkin hari Sabat diberikan kepada Israel sebagai
suatu tanda khusus.

ADVENT MENGAJARKAN:
Hari Sabat tetap mengikat bagi orang percaya Perjanjian Baru. “...dari sini terlihat jelas
bahwa semua dari Sepuluh Hukum masih mengikat dalam dispensasi Kristen, dan bahwa
Kristus tidak berpikiran mengubahnya. Salah satu perintah ini adalah pemeliharaan hari
ketujuh sebagai Sabat...” (Bible Footlights, hal. 37).

ALKITAB MENGAJARKAN:
1. Perjanjian Baru adalah satu-satunya pembimbing tanpa salah mengenai bagian mana
dari Hukum Musa yang masih mengikat bagi orang percaya zaman gereja. Perjanjian
Baru dengan jelas mengajarkan bahwa orang percaya hari ini tidak terikat kepada hukum
Sabat! “Karena itu janganlah kamu biarkan orang menghukum kamu mengenai makanan
dan minuman atau mengenai hari raya, bulan baru ataupun hari Sabat; semuanya ini
hanyalah bayangan dari apa yang harus datang, sedang wujudnya ialah Kristus” (Kol.
2:16-17).

2. Menurut surat-surat Perjanjian Baru, masalah Sabat sama sekali tidak relevan bagi
gereja. Dalam semua instruksi yang Allah berikan kepada jemaat-jemaat dalam surat-
surat, hanya ada satu bagian yang menyinggung tentang Sabat – yaitu Kolose 2:16 – dan
satu-satunya bagian tersebut hanyalah untuk menunjukkan pada kita bahwa Sabat tidak
mengikat orang percaya Perjanjian Baru. Aneh sekali bahwa Surat-Surat PB hanya
menyinggung “Sabat” satu kali, dan itupun menunjukkan bahwa Sabat tidak berlaku lagi,
tetapi Advent begitu menekankan pemeliharaan hari Sabat. Jelas bahwa pemahaman
Advent berbeda dengan para Rasul.

3. Sabat adalah tipologi atau simbolik akan hari keselamatan. “Jadi masih tersedia suatu
hari perhentian, hari ketujuh, bagi umat Allah. Sebab barangsiapa telah masuk ke tempat
perhentian-Nya, ia sendiri telah berhenti dari segala pekerjaannya, sama seperti Allah
berhenti dari pekerjaan-Nya” (Ibr. 4:9-10). Dalam Ibrani 4 ini, Sabat dipresentasikan

97
http://www.dedewijaya.co.cc, 31 Oktober 2008, HARI REFORMASI

sebagai simbolik hari keselamatan. Sebagaimana Allah beristirahat pada hari ketujuh dari
pekerjaan PenciptaanNya, orang percaya hari ini akan beristirahat dalam pekerjaaan
Keselamatan Yesus Kristus yang sempurna. Agar masuk ke peristirahatan Allah,
seseorang harus dengan tenang menerima pekerjaan Allah dan berhenti dari usahanya
sendiri. Keselamatan adalah anugerah Allah.

ADVENT MENGAJARKAN:
Hukum Sabat telah diubah, dan tuntutan yang sangat menekan dalam sistem Musa tidak
berlaku lagi. Namun orang Advent tidak memelihara Sabat sama seperti tertera dalam
Perjanjian Lama, tetapi mereka mengklaim bahwa itu tidak perlu karena persyaratan
tentang Sabat “telah diubah.” Yang dijadikan bukti akan hal ini adalah salah satu
penglihatan Ellen White. “Dalam tempat yang mahakudus, dia [Ellen White] melihat
tabut yang berisikan Hukum itu, dan sangat terkejut ketika memperhatikan bahwa ‘yang
keempat, perintah tentang Sabat, bersinar melebihi semuanya; karena Sabat harus
dikuduskan untuk penghormatan bagi nama Allah yang kudus...’ Juga ditunjukkan
kepadanya perubahan Sabat, pentingnya pemeliharaan Sabat...” (Messenger to the
Remnant, hal. 34).

ALKITAB MENGAJARKAN:
1. Hukum Sabat sangatlah ketat dan keras. (1) Tidak boleh ada pekerjaan, Kel. 20:10,
31:14-15; (2) tidak boleh mengangkut barang, Yer. 17:21; (3) tidak boleh menyalakan
api, Kel. 35:3. Peraturan ini hanya dapat diikuti di daerah yang beriklim lumayan hangat.
Hukum tentang Sabat sedemikian kerasnya sehingga Allah memerintahkan agar
seseorang yang mengumpulkan kayu untuk api dilontari batu karena ia melanggar hukum
Sabat (Bil. 15:32-36). Yakobus 2:10 memberitahu kita bahwa Hukum tidak bisa
dipisahpisahkan. Jika orang Advent hendak memelihara Sabatnya Hukum Musa, maka
mereka harus memeliharanya persis seperti yang Allah perintahkan dalam Hukum Taurat.
Pada kenyataannya, Gereja Advent tidak memelihara Sabat seperti yang tertera di
Perjanjian Lama. Advent kehilangan suatu kebenaran rohani, di mana perintah-perintah
yang berat dalam PL justru seharusnya membuat kita sadar akan kelemahan kita, dan
memacu kita kepada seorang Juruselamat, Yesus Kristus.

2. Sama sekali tidak ada otoritas Alkitab bagi Advent untuk mengubah peraturan Sabat.
Tuhan Yesus tidak mengubah Hukum. Ia mencerca berbagai tradisi Farisi yang telah
ditambahkan kepada Hukum Taurat. “Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang
untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk
meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu:
Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak
akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi” (Mat. 5:17-18).

3. Ini adalah suatu contoh Advent bersandar pada salah satu “penglihatan” Ellen White,
yang adalah praktek menambahkan “otoritas luar Alkitab,” padahal proses pewahyuan
sudah Tuhan tutup sejak Alkitab selesai ditulis.

ADVENT MENGAJARKAN:

98
http://www.dedewijaya.co.cc, 31 Oktober 2008, HARI REFORMASI

Karena Yesus dan para Rasul memelihara Sabat, orang Kristen juga harus melakukan
demikian. “Teladan Yesus adalah jelas dan konsisten. KebiasaanNya adalah kebiasaan
memelihara Sabat... Tetapi, walaupun demikian, kita menemukan situasi yang aneh hari
ini karena walaupun ada Kristus sebagai teladan kita, dan Alkitab sebagai pembimbing
kita, tetapi kita menemukan dua hari Sabat dipelihara oleh orang Kristen...” (George
Vandeman, Planet in Rebellion, hal. 277).

ALKITAB MENGAJARKAN:
1. Yesus memelihara Sabat karena Dia lahir di bawah Hukum untuk memenuhi tun-
tutan Hukum. “Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya,
yang lahir dari seorang perempuan dan hari takluk kepada hukum Taurat. Ia diu-
tus untuk menebus mereka, yang takluk kepada hukum Taurat, supaya kita diteri-
ma menjadi anak” (Gal. 4:4-5). Tuhan Yesus dengan rela menjadikan diriNya
sendiri hamba, lahir di bawah Hukum Musa, agar Ia dapat menyelamatkan orang
berdosa dari kutuk dan belenggu Hukum menuju kebebasan kekal seorang anak.
Yesus hidup di bawah Hukum Taurat agar orang percaya tidak perlu hidup di
bawah Hukum Taurat. Hukum Taurat berhenti sampai saat Yohanes tampil (Mat.
11:13).
2. Tidak dapat dibuktikan bahwa Rasul Paulus dan gereja-gereja abad pertama
memelihara Sabat. Advent mengajarkan hal ini, tetapi ini hanyalah tebakan mere-
ka. Benar bahwa Paulus sering hadir di Sinagog pada hari Sabat untuk memberi-
takan Injil kepada orang Yahudi yang berkumpul di sana. Tetapi ini tidak berarti
Paulus memelihara Sabat. Paulus sendiri telah memberikan pendapatnya tentang
Sabat dalam Kolose 2:16, bahwa Sabat tidak mengikat bagi orang percaya PB.
Paulus mengunjungi sinagog pada hari Sabat karena dia ingin menginjili orang
Yahudi yang berkumpul di sana. Sama seperti jika ada seorang yang masuk ke
Mesjid hari Jumat untuk menginjil, tidak berarti dia menguduskan hari Jumat.

ADVENT MENGAJARKAN:
Gereja Roma mengubah hari kebaktian, dari Sabat menjadi Minggu pada abad keempat.
Advent bersikukuh bahwa hukum Sabat tetap dipelihara oleh orang-orang Kristen hingga
Konstantine, Kaisar Roma, mengharuskan semua orang untuk merayakan hari Minggu.
Para pemimpin Advent melihat Konstantin sebagai tipologi anti-Kristus yang akan
datang, yang menurut mereka telah membuat penyembahan hari Minggu suatu keharusan
bagi semua orang. “Konstantin adalah Kaisar Roma. Dia adalah penyembah matahari,
tetapi juga seorang politikus ulung. Dia ingin menyenangkan semua orang. Ketika masih
penyembah berhala, ia memerintahkan bahwa semua institusi negara harus tutup pada
hari pertama – “hari matahari.” Gereja, yang telah berdiri di Roma, dengan cepat melihat
keuntungannya jika berkompromi dengan penyembahan berhala...jadi dalam beberapa
tahun saja, hari Minggu telah mendapatkan dukungan, gereja Roma dalam Konsili
Laodikia menyingkirkan perintah Allah yang jelas dan mendekritkan perubahan dari hari
ketujuh ke hari pertama suatu minggu” (Planet in Rebellion, hal. 290).

ALKITAB MENGAJARKAN:
Ada banyak bukti dalam Alkitab maupun sumber lain bahwa orang Kristen awal, sejak
zaman Rasul-rasul, bertemu dan berbakti pada pertama minggu, bukan pada hari Sabat.

99
http://www.dedewijaya.co.cc, 31 Oktober 2008, HARI REFORMASI

Bukti Alkitab tentang hari pertama:


1. Yesus Kristus bangkit pada hari pertama (Mar. 16:9)
2. Yesus menampakkan diri kepada murid-murid pada hari pertama (Mar. 16:9; Mat.
28:8-10, Luk. 24:34; Mar. 16:12-13; Yoh. 20:19-23).
3. Pentakosta terjadi pada hari Minggu, hari pertama (Pentakosta adalah hari ke-50 sejak
Sabat persembahan unjukan, lihat Im. 23:15-16, jadi Pentakosta selalu hari minggu).
4. Orang-orang Kristen berkumpul dan bertemu untuk berbakti pada hari pertama (Kis.
20:6-7; 1 Kor. 16:2). Hari Minggu disebut oleh orang Kristen sebagai “hari
Tuhan” (Wah. 1:10).

Sejak itu, sebagian besar orang Kristen selalu berbakti pada hari Tuhan (Minggu), hari
pertama. Mereka melakukan ini untuk menghormati kebangkitan Juruselamat mereka.
Kristus berada dalam kubur pada hari Sabat, dan bangkit pada hari pertama. Sabat
menggambarkan hari terakhir ciptaan yang lama. Minggu adalah hari pertama ciptaan
baru.

Bukti Sejarah bahwa Orang Kristen Mula-Mula Berbakti Pada Hari Minggu:

Epistle of Barnabas (sekitar 100 AD): “Jadi kita juga memelihara hari kedelapan dengan
sukacita, hari yang sama dengan kebangkitan Yesus dari orang mati.

Epistle of Ignatius (sekitar 107 AD): “Jangan tertipu dengan doktrin-doktrin aneh,
ataupun dengan dongeng tua, yang tidak bermanfaat. Sebab jika kita masih hidup
menurut hukum Yahudi, kita mengakui bahwa kita belum menerima kasih karunia....
Oleh karena itu, jika mereka yang dibesarkan di bawah peraturan lama itu, lalu
mendapatkan pengharapan baru, tidak lagi memelihara Sabat, tetapi memelihara hari
Tuhan, pada hari mana kehidupan kita bangkit oleh Dia dan kematianNya.”

Justin Martyr (sekitar 140 AD): “Dan pada hari yang disebut Minggu, semua yang tinggal
di kota-kota atau di pedesaan berkumpul pada satu tempat, dan tulisan-tulisan para Rasul
atau para Nabi dibacakan terlebih dahulu...Tetapi hari Minggu adalah hari di mana kita
mengadakan pertemuan umum, karena itu adalah hari pertama Allah....menjadikan dunia;
dan Yesus Kristus Juruselamat kita bangkit dari kematian pada hari yang sama.”

Berdesanes, Edessa (180 AD): “Pada satu hari, yang pertama dari satu minggu, kami
berkumpul bersama.”

Tertullian (200 AD): “ Kami mengkhusyukkan hari setelah Sabtu, berlawanan dengan
mereka semua yang menyebut hari ini sebagai Sabat mereka.” Irenaeus (155-202 AD):
“Misteri kebangkitan Tuhan tidak boleh dirayakan pada hari lain selain Hari Tuhan, dan
hal ini saja sudah mengharuskan kita merayakan Paskah pada hari itu.” Jelas sekali
bahwa orang-orang Kristen telah berbakti pada hari Minggu jauh sebelum Konstantin
atau abad keempat.

ADVENT MENGAJARKAN:

1
http://www.dedewijaya.co.cc, 31 Oktober 2008, HARI REFORMASI

Gereja telah mengubah Sabat menjadi Minggu, tanpa otoritas Alkitab. “Orang-orang
Kristen dari generasi-generasi yang lalu memelihara hari Minggu, sambil mengira bahwa
dengan demikian mereka memelihara Sabat dalam Alkitab....” (Ellen White, The Great
Controversy, hal. 394).

ALKITAB MENGAJARKAN:
Hari Minggu bukanlah Sabat; bahkan bukan hari suci. Orang Kristen tidaklah memelihara
Sabat dengan cara kebaktian pada hari Minggu. Orang percaya Perjanjian Baru, yang
telah diselamatkan dari keharusan Hukum Musa, bebas untuk memelihara atau tidak
memelihara hari-hari tertentu, sebagaimana dia inginkan. (Tentu tidak ada orang Kristen
yang bebas menjauhkan diri dari pertemuan kebaktian pada hari Minggu atau hari-hari
lain, tetapi setiap orang Kristen bebas untuk ‘menghormati’ atau ‘tidak menghormati’
hari-hari tertentu). Roma 14:1-13 dan Kolose 2:16 menyatakan bahwa tidak ada hari
tertentu yang harus dianggap suci atau kudus oleh orang Kristen. Bahkan Rasul Paulus
sempat mengkhawatirkan keselamatan orang-orang Galatia, karena mereka masih
memelihara hari-hari “kudus” tertentu! “Kamu dengan teliti memelihara hari-hari
tertentu, bulan-bulan, masa-masa yang tetap dan tahun-tahun. Aku kuatir kalau-kalau
susah payahku untuk kamu telah sia-sia” (Gal. 4:10-11).

“Karena itu janganlah kamu biarkan orang menghukum kamu mengenai makanan dan
minuman atau mengenai hari raya, bulan baru ataupun hari Sabat” (Kol. 2:16).

“Siapakah kamu, sehingga kamu menghakimi hamba orang lain? Entahkah ia berdiri,
entahkah ia jatuh, itu adalah urusan tuannya sendiri. Tetapi ia akan tetap berdiri, karena
Tuhan berkuasa menjaga dia terus berdiri. Yang seorang menganggap hari yang satu
lebih penting dari pada hari yang lain, tetapi yang lain menganggap semua hari sama saja.
Hendaklah setiap orang benar-benar yakin dalam hatinya sendiri” (Rom. 14:4-5).

Sebagai kesimpulan, pengajaran Advent mengenai hari Sabat tidak sesuai dengan
pengajaran Alkitab, dan merupakan bagian dari kesalahan total mereka yang tidak dapat
melihat perubahan dari sistem penyembahan simbolik di Perjanjian Lama menjadi sistem
penyembahan dalam Roh dan kebenaran dalam Perjanjian Baru atau ibadah hakekat.
Yang paling berbahaya dari sistem pengajaran demikian adalah pengajaran keselamatan
yang menggabungkan anugerah dengan usaha manusia melakukan Hukum Taurat untuk
masuk Surga. Pembaca yang budiman kiranya anda dapat memihak kepada kebenaran
Alkitab.***

17.Sekali Selamat Tetap Selamat=SSTS= Once Saved always Save


adalah Tidak Alkitabiah. Beriman sampai Mati/Akhir PASTI
MASUK SURGA. Jaminan Keselamatan Bersifat
Kondisional/Bersyarat.

1
http://www.dedewijaya.co.cc, 31 Oktober 2008, HARI REFORMASI

ARGUMENTASI TENTANG PEMELIHARAAN KESELAMATAN


YANG ALKITABIAH

Oleh: Dr. Suhento Liauw


BAGIAN DUA

Lalu seseorang bertanya, "kalau begitu ada kemungkinan Pak Suhento akan
menyangkal?" Jawabannya, setiap orang yang masih bebas berpikir dan bebas memu-
tuskan sesuatu dengan pikirannya bisa saja menyangkal. Tetapi tiap-tiap orang bisa
memastikan dirinya untuk tidak mau menyangkal. Saya hanya bisa memastikan diri saya
untuk tidak menyangkal, tetapi tidak bisa memastikan orang lain tidak akan menyangkal,
bahkan saya tidak bisa memastikan istri saya tidak akan menyangkal. Ia harus memas-
tikan dirinya sendiri. Agar orang yang menjadi murid tidak menyangkal, Tuhan berkata
bahwa orang yang akan menjadi muridnya harus memikul salibnya. Ada yang menafsir
istilah memikul salibnya itu artinya menderita. Tetapi jelas sekali bahwa memikul salib-
nya itu bukan sekedar menderita, melainkan siap mati, karena setiap orang yang diberi
salib untuk dipikul pastilah orang yang telah dijatuhi hukuman mati. Jadi, seorang murid
yang sudah siap mati untuk gurunya adalah seorang yang telah memastikan diri untuk
tidak menyangkali Sang Guru. Tetapi seorang murid yang mencari kesenangan dan ke-
tentraman apalagi yang tidak berani menderita, sangat mungkin akan menyangkal kalau
penganiayaan datang menimpanya. Seorang murid Tuhan yang berusaha memastikan diri
untuk tidak akan menyangkal adalah seorang yang memutuskan bahwa sekalipun semua
uang yang ada di Bank Central di seluruh dunia diberikan kepadanya, itu tidak dapat
menggodanya untuk menyangkali Juruselamatnya. Pastikan dirimu, dan kuatkan orang
lain, jangan mencemooh mereka.

Dalam Lukas 8:13, dalam perumpamaan penabur, Tuhan mengatakan bahwa "yang
jatuh di tanah yang berbatu-batu itu ialah orang yang setelah mendengar firman itu,
menerimanya dengan gembira, tetapi mereka itu tidak berakar, mereka PERCAYA
sebentar saja dan dalam masa pencobaan mereka murtad." Kata Yunani di balik kata
murtad ialah apistantai yang berarti mundur dari iman. Tuhan mengatakan bahwa orang
itu telah percaya, sekali lagi TELAH PERCAYA (pisteuousi) walaupun sebentar. Ke-
mudian orang itu mundur dari iman ketika menghadapi pencobaan. Mudah-mudahan
tidak ada yang berkata begini, Ah...Tuhan, Engkau tidak tahu, sebenarnya orang itu
belum percaya, engkau sembarangan ngomong, karena menurut dosen saya kalau seseo-
rang murtad berarti memang sejak semula ia belum percaya. Dan lagi Tuhan, sekalipun
engkau berkata bahwa mereka yang telah percaya bisa murtad, saya tetap lebih percaya
kepada dosen saya, dan lagi saya sudah berhutang budi, dan juga telah terlanjur ada di
dalam sinode itu dan menikmati semua fasilitas sinode itu dan lagi dalam satu sinode
kami tidak boleh berbeda pendapat.

Ketika Paulus menulis I Tim.4:1 ia berkata, "tetapi Roh dengan tegas mengatakan
bahwa di waktu-waktu kemudian, ada orang yang akan murtad lalu mengikuti roh-

1
http://www.dedewijaya.co.cc, 31 Oktober 2008, HARI REFORMASI

roh penyesat dan ajaran-setan-setan." Kata Yunani di balik kata murtad di sini kalau
diterjemahkan secara langsung apostesontai tines tes pisteos maka berarti BERPISAH
DARI IMAN sebagaimana di dalam King James Version diterjemahkan depart from the
faith. Pernyataan ini jelas menunjukkan bahwa orang tersebut sebelumnya telah memi-
liki iman (faith / pisteos) dan kemudian berpisah dari iman yang semula
diyakininya.

Sesungguhnya tugas penggembalaan itu ialah mengajar jemaat agar mereka be-
nar-benar berakar agar ketika pencobaan datang mereka tidak mundur dari iman
dan juga menguatkan jemaat agar mereka tidak menyimpang dari iman yang bisa
menyebabkan mereka tidak percaya lagi atau menyangkal Juruselamat mereka. In-
gat, semua dosa kita telah ditanggung Tuhan. Tetapi penanggungan itu tidak bisa diperhi-
tungkan kepada kita jika kita menyangkaliNya atau menyimpang dari iman yang benar
kepadaNya.

Kelihatannya teman kita yang percaya bahwa orang yang telah diselamatkan tidak
akan murtad itu karena mereka mencampuradukan dosa perbuatan dengan dosa dok-
trinal. Sikap mereka itu muncul sebagai reaksi terhadap pandangan yang mengajarkan
bahwa kalau seorang beriman jatuh ke dalam dosa maka orang itu akan terhilang dari
hadapan Tuhan. Padahal seorang beriman menjadi murtad dan binasa itu jelas bukan
karena jatuh ke dalam dosa melainkan karena disesatkan oleh pengajaran lain. Pan-
dangan bahwa seorang beriman tidak akan murtad itu salah. Mereka percaya bahwa sese-
orang yang telah diselamatkan masih bisa jatuh ke dalam dosa. Sedangkan murtad
(tidak percaya lagi atau menyangkal) itu adalah salah satu dosa. Kalau jatuh ke
dalam dosa biasa, artinya yang selain menyangkali iman, dosa itu telah ditanggung Tuhan
di kayu salib. Tetapi jelas sekali penyaliban Tuhan tidak mungkin menanggung jenis dosa
doktrinal (tidak mempercayaiNya lagi atau penyangkalan terhadap Dia). Itulah sebab-
nya dalam keadaan apapun, atau jatuh ke dalam dosa yang bagaimanapun, seorang
beriman harus tetap di dalam kasih karunia Tuhan, artinya tetap percaya
kepadaNya. Jangan menyangkal Tuhan atau meninggalkan Tuhan, melainkan men-
gaku dosa itu kepada Tuhan karena Ia setia dan adil (I Yoh.1:8-9) dan Ia akan
mengampuni.

Kematian Kristus itu menanggung dosa isi dunia (Ibr.2:9, I Yoh.2:2, Yoh.1:29), berarti
telah menanggung semua dosa saya, baik yang dulu, yang sekarang, bahkan yang saya
belum buat. Ketika saya percaya kepadaNya, maka saya DIPERHITUNGKAN telah di-
hukumkan di dalam Dia. Semua dosa saya telah diambil alih dan Ia memberikan kepada
saya kebenaran dan kesucianNya. SEJAK SAYA DISELAMATKAN, TIDAK ADA
DOSA YANG DAPAT MEMISAHKAN SAYA DARI KRISTUS KARENA SEMUA
DOSA SAYA TELAH DITANGGUNGNYA. Saya tidak tahu bisa atau tidak seseorang
menolak Roh Kudus, atau menyangkal Allah, yang jelas Alkitab saya mengatakan kepada
diri saya bahwa saya harus teguh berpegang pada Injil, kalau tidak saya akan men-
jadi sia-sia dalam percaya (I Kor.15:2). Dan Alkitab saya dalam Rom.11:22 juga men-
gatakan bahwa saya harus TETAP DALAM KEMURAHANNYA dan jika tidak SAYA
PUN AKAN DIPOTONGNYA. Dan dalam II Yoh.9, saya dinasehatkan untuk tetap ting-
gal di dalam ajaran Kristus, kalau saya keluar maka saya tidak memiliki Allah. Yoh.15:6

1
http://www.dedewijaya.co.cc, 31 Oktober 2008, HARI REFORMASI

memberitahukan saya bahwa saya harus tinggal di dalam Kristus, kalau tidak saya akan
dibuang ke luar dan dibakar. JADI, JIKA DILIHAT DARI SUDUT PANDANG AL-
LAH, MAKA KITA MELIHAT PEMELIHARAAN ALLAH. SEBALIKNYA JIKA
KITA MELIHAT DARI SUDUT PANDANG MANUSIA, MAKA KITA MELIHAT
TANGGUNG JAWAB MANUSIA.

Ayat-ayat tersebut akan ditafsirkan lain kalau seseorang terlebih dulu memiliki sebuah
obsesi yang diajarkan sejak anak-anak dan menafsirkan ayat-ayat tersebut dengan ob-
sesinya. Dulu saya pernah mempunyai konsep atau obsesi seperti Calvinis, mempercayai
bahwa sekali seorang diselamatkan maka apapun yang terjadi ia pasti selamat. Setiap
orang yang menyimpang dari iman saya katakan bahwa orang itu tadinya memang belum
percaya. Tetapi kini saya mengerti dengan lebih baik bahwa di dalam rahasia penyela-
matan Allah, Ia bertindak, namun Ia juga mau manusia turut bertanggung jawab untuk
bertobat dan percaya dan kemudian bertekun di dalam iman.

Ketika seseorang mau memasuki sebuah ruangan "keselamatan", sebelum membuka


pintu, ia dihadapkan dengan tulisan di pintu bagian luar "bertobatlah dan percayalah."
Sesudah ia bertobat dan percaya maka ia masuk ke dalam ruangan keselamatan, tetapi ia
belum masuk ke dalam ruangan kekekalan. Di sebelah luar pintu ruangan kekekalan ia di-
hadapkan dengan tulisan "bertekun di dalam iman" atau "setia sampai mati" atau
"tetap di dalam ajaran Kristus." Setelah dia bertekun hingga akhir, maka ia masuk ke
dalam kekekalan. Kemudian ia menoleh untuk melihat masa lalu dan ia pasti mendap-
atkan bahwa Allah yang memeliharanya dan memegangnya dan memberinya kekuatan
untuk bertekun di dalam iman sampai akhir sama seperti ketika ia melewati pintu ruangan
keselamatan ia menoleh dan melihat bahwa ia telah dipilih Allah sebelum dunia di-
jadikan.

Kita harus mengambil keputusan untuk bertobat dan percaya, itu benar, dan kita
telah dipilih sebelum dunia dijadikan juga benar karena kedua-duanya ada ayat
pendukungnya. Hal yang bersamaan dengan itu ialah kita harus bertekun dan setia
dan tetap tinggal di dalam ajaran Tuhan, itu benar (Kis.14:22, Kol.1:23), dan kita
dipegang, dipelihara, juga benar karena kedua-duanya juga ada ayat pen-
dukungnya. Inilah yang disebut oleh Paulus rahasia iman atau misteri iman (I Kor.
4:1, Ef.3:4, 6:19, Kol.1:26, I Tim 3:9, 16). Masalah bertobat dan dipilih, bertekun dan
dipegang adalah masalah satu koin dengan kedua sisinya atau satu daun pintu dengan ke-
dua belah pihaknya. JIKA DILIHAT DARI SUDUT PANDANG ALLAH, MAKA
ALLAHLAH YANG MELAKUKAN SEGALANYA, DAN KALAU DILIHAT
DARI SUDUT PANDANG MANUSIA, MAKA MANUSIA BERTANGGUNG
JAWAB ATAS SIKAP DAN PERBUATANNYA. Kalau kita tidak berhati-hati, maka
kita akan jatuh ke jurang Calvin atau ke jurang Arminius.

Dari kitab Kejadian hingga kitab Wahyu saya dapatkan suatu prinsip yang bekerja,
yaitu otoritas Allah berjalan seiring dengan tanggung jawab manusia. Contoh yang
paling awal, Allah yang mengijinkan kejatuhan Adam dan Hawa atau kesalahan Adam
dan Hawa sendiri ketika mereka makan buah terlarang, mengingat ucapan Tuhan bahwa
seekor burung pipit pun tidak akan jatuh tanpa seijin Bapa? Jawabnya, Allah memang

1
http://www.dedewijaya.co.cc, 31 Oktober 2008, HARI REFORMASI

mengijinkan kejatuhan manusia, dan manusia juga bertanggung jawab atas kejatuhannya.
Kalau kita ditanya lagi, "Yudas ditetapkan untuk menjual gurunya atau ia sendiri yang
berinisiatif untuk menjual gurunya?" Jawabnya adalah, kalau dilihat dari sudut pandang
Allah maka Yudas dipilih untuk menggenapkan nubuatan Zak 11:12. Tuhan tahu persis
keadaan Yudas dan Tuhan tetap memilihnya (Yoh.13:11), bahkan Tuhan memberinya
roti sambil berkata, "apa yang hendak kauperbuat, perbuatlah dengan segera." Tetapi di
satu pihak kita juga melihat bahwa Yudas dituntut bertanggung jawab atas tindakannya
sehingga Tuhan berkata bahwa lebih baik kalau ia tidak dilahirkan (Mat.26:24). Jadi
kalau dilihat dari sudut pandang Allah yang maha kuasa, yang berotoritas absolut, maka
Yudas seperti terperangkap dalam sebuah nubuatan yang baginya tidak ada pilihan.
Tetapi jika dilihat dari sudut pandang manusia yang diberi akal budi dan kebebasan untuk
berpikir serta memutuskan, maka Yudas telah berpikir dan telah memutuskan seba-
gaimana layaknya seorang manusia yang berakal sehat dan bebas dan ia harus menang-
gung resiko dari keputusannya dan perbuatannya.

Prinsip tanggung jawab manusia dan otoritas Allah yang berjalan seiring ternyata
bukan hanya teori belaka, bahkan kita temukan terapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Ketika sebuah pesawat menabrak gunung di dekat bandara Medan dan menurut kabar bu-
rung bahwa itu akibat kesalahan manusia (human error) yang memberi pengarahan dari
bawah, seorang ibu bertanya kepada saya, "pak pendeta, kalau menurut pak pendeta, itu
kehendak Tuhan atau kesalahan manusia dalam peristiwa kejatuhan pesawat itu?" Saya
menjawab, "itu tergantung kita melihat dari mana. Kalau kita melihat dari sudut pandang
Allah yang maha tahu dan maha kuasa, jika Tuhan tidak mengijinkan, maka pesawat itu
tidak akan jatuh. Tetapi kalau kita lihat dari sudut pandang manusia, maka itu adalah aki-
bat kesalahan orang-orang yang terlibat dalam kecelakaan itu, dan mereka harus bertang-
gung jawab." Jika ada seseorang mati ditembak oleh seorang penjahat, kita tahu bahwa
kematian orang tersebut adalah akibat perbuatan penjahat yang pantas dihukum, dan pen-
jahat itu harus dicari dan dihukum. Tetapi kita juga tahu bahwa tanpa diijinkan Allah
yang maha kuasa maka tidak ada satu peluru pun akan menyentuh tubuh orang tersebut.

Jika seseorang percaya bahwa keselamatan (salvation) diperoleh bukan karena


pemilihan saja, melainkan juga oleh pertobatan dan iman orang yang bersangku-
tan, artinya ada unsur tanggung jawab manusia yang berjalan seiring dengan otori-
tas Allah, maka ia seharusnya juga percaya bahwa pemeliharaan keselamatan yang
telah diperoleh itu juga oleh unsur tanggung jawab manusia dan otoritas Allah.
Doktrin Keselamatannya akan bersifat kontradiktif jika ia menolak pemilihan mutlak
(unconditional election) gaya Calvinis sementara itu menerima pemeliharaan (persever-
ance) mutlak yang bersifat Calvinis.

Namun argumentasi apapun dari pihak arminianis ia tetap harus mempertimbangkan


dan menanggapi ayat-ayat berikut; Yoh.6:37, 44, 10:27-28, I Yoh.2:19 dll.. Demikian
juga dengan calvinis, ia tidak boleh ngotot dengan ayat-ayat tersebut di atas melainkan
juga harus mempertimbangkan dan berusaha memberi jawab atas ayat-ayat berikut den-
gan akal sehat dan kontekstual, yaitu; Mat.10:33, Rom.11:22, I Kor.15:2, II Tim.2:12,
Ibr.6:3-8, I Yoh.5:16, Yak.5:19-20 dll.. Setelah pandangan arminius dan pandangan
calvinis diselidiki dengan seksama, maka pasti akan sampai kepada kesimpulan bahwa

1
http://www.dedewijaya.co.cc, 31 Oktober 2008, HARI REFORMASI

arminianis melihat dari sudut pandang manusia dan calvinis melihat dari sudut pandang
Allah.

Akhirnya, yang menjadi tanggung jawab manusia ialah bertobat dan percaya,
memegang teguh kebenaran, setia sampai mati, tetap di dalam anugerah Tuhan dan
lain sebagainya. Sedangkan dari pihak Allah kita diberitahukan bahwa Ia memilih
kita sejak dunia belum dijadikan oleh kemahatahuanNya (foreknowledge) dan Ia
juga memberi kekuatan pada kita dalam menjalani kehidupan kekristenan kita.
Bahkan ia memegang kita sehingga tidak ada yang dapat merampas kita dari tan-
ganNya. Kedua pandangan tersebut benar, tetapi tentu lebih benar lagi kalau kita bisa
melihat kebenaran secara menyeluruh bahwa ada misteri kedaulatan Allah yang ber-
jalan seiring dengan tanggung jawab manusia.
Sebagai seorang yang cinta kebenaran, anna baptis sejati, yaitu yang berjuang demi
kebenaran sekalipun perlu mengorbankan kepala, kalau ada argumentasi yang lebih
alkitabiah, saya siap mengikuti argumentasi yang lebih alkitabiah itu. Saya selalu
memegang prinsip bahwa kebenaran dicapai melalui argumentasi dari otak yang dingin
bukan dari hati yang panas. Kiranya kemuliaan hanya untuk Tuhan Yesus yang telah mati
di kayu salib untuk menebus semua dosaku.

You might also like