You are on page 1of 22

1.

KARAKTERISTIK JAMUR ZYGOMYCOTA

Anggota filum ini seringkali disebut sebagai cendawan tingkat rendah, karena
pada umumnya dianggap “primitif” dalam skala evolusi. Ciri yang dimiliki jamur ini
adalah :
1. Habitat di darat.
2. Mempunyai hifa senositik, yaitu hifa yang mengandung banyak inti dan tidak
mempunyai sekat melintang, jadi hifa berbentuk satu tabung halus yang
mengandung protoplast dengan banyak inti. Jamur yang mempunyai hifa senositik
dianggap jamur tingat rendah.
3. Beberapa spesies ada yang mempunyai rhizoid dan juga stolon. Rhizoid adalah
hifa seperti akar yang pendek dan bercabang banyak, yang dapat menembus
substrat, juga hifa fertil yang membentuk sporangium di ujung-ujung
sporangiofor. Sedangkan stolon adalah filamen seperti akar yang menghubungkan
kumpulan sporangium.

4. Jumlah kromosom dalam thalus haploid.


5. Komponen utama dinding selnya adalah chitin atau chitosan.
6. Berkembangbiak secara aseksual menggunakan spora dalam spongarium, yaitu
sporangiospora. Spora bersel satu ini terbentuk di dalam
kantung yang disebut sporangium di ujung hifa khusus
(sporangiosfor).
Selain itu juga, reproduksi aseksualnya menggunakan klamidospora,
yaitu spora bersel satu yang berdinding tebal, yang sangat resisten
terhadap keadaan yang buruk, terbentuk dari sel-sel hifa somatik. Dinding
sel yang tebal dan protoplasnya berubah menjadi cadangan dan seluruh sel
berfungsi sebagai spora istirahat.

7. Reproduksi seksual → Isogametangium melakukan kopulasi/fusi yang


menghasilkan zigospora.
Isogametangium adalah gametangium atau gamet jantan dan betina mempunyai
bentuk dan ukuran serupa.
Zigospora adalah spora besar berdinding tebal yang terbentuk apabila ujung-ujung
dua hifa yang secara seksual serasi (gametangium).

Reproduksi seksual zygomycota

Pembentukan zigospora
Daur Hidup Zygomycota
Reproduksi aseksual :
1. Bila dinding sporangium melarut, maka sporangiospora dibebaskan.
2. Sporangiospora berkecambah dan berkembang menjadi organisme dengan hifa
somatik.
3. Ujung sporangiosfor berkembang menjadi sporangium yang berisikan banyak
sekali sporangiospora.
Reproduksi seksual :
1. Reproduksi seksual mensyaratkan adanya dua lawan jenis serasi (+ dan -).
Apabila kedua tipe ini bersentuhan satu dengan yang lain, terbentuklah
progametangium.
2. Kemudian terjadi septum dekat ujung setiap progametangium, yang
memisahkannya menjadi dua sel, gametangium dan sel suspensor.
3. Dinding kedua gametangium yang bersentuhan itu melarut pada titik sentuh,
kedua protoplasma bercampur (plasmogami).
4. Lalu nukleus (+) dan (–) melebur (kariogami) untuk menghasilkan banyak
nukleus zigot. Struktur yang mengandungnya dinamakan senozigot.
5. Dinding yang mengelilingi senozigot menebal dan permukaannya menjadi hitam
dan berkutil-kutil, maka terbentuklah zigospora, yang tetap dorman 1 sampai 3
bulan.
6. Setelah berkecambah, terbentuklah organisme baru. Meiosis berlangsung selama
proses perkecambahan.
2. PERANAN JAMUR ZYGOMYCOTA DALAM BIDANG PERTANIAN

2.2 Peranan CMA (Cendawan Mikoriza Arbuskular) Sebagai Pupuk Hayati

PENGERTIAN CMA
Cendawan Mikoriza Arbuskular (CMA) merupakan asosiasi antara cendawan
tertentu dengan akar tanaman dengan membentuk jalinan interaksi yang komplek.
Mikoriza berasal dari karta miko (mykes= cendawan) dan rhiza yang berarti akar.
Mikoriza dikenal dengan jamur tanah karena habitatnya berada di dalam tanah dan berada
di area perakaran tanaman (rizosfer). Selain disebut sebagai jamur tanah juga biasa
dikatakan sebagai jamur akar. Keistimewaan dari jamur ini adalah kemampuannya dalam
membantu tanaman untuk menyerap unsur hara terutama unsur hara Phosphates (P)
(Syib’li, 2008). Mikoriza merupakan suatu bentuk hubungan simbiosis mutualistik antar
cendawan dengan akar tanaman. Baik cendawan maupun tanaman sama-sama
memperoleh keuntungan dari asosiasi ini. infeksi ini antara lain berupa pengambilan
unsur hara dan adaptasi tanaman yang lebih baik. Dilain pihak, cendawan pun dapat
memenuhi keperluan hidupnya (karbohidrat dan keperluan tumbuh lainnya) dari tanaman
inang (Anas, 1997).
Berdasarkan struktur dan cara cendawan menginfeksi akar, mikoriza dapat
dikelompokkam ke dalam tiga tipe :
1. Ektomikoriza
2. Ektendomikoriza
3. Endomikoriza
Ektomikoriza mempunyai sifat antara lain akar yang kena infeksi membesar,
bercabang, rambut-rambut akar tidak ada, hifa menjorok ke luar dan berfungsi sebagi alat
yang efektif dalam menyerap unsur hara dan air, hifa tidak masuk ke dalam sel tetapi
hanya berkembang diantara dinding-dinding sel jarinagan korteks membentuk struktur
seperti pada jaringan Hartiq.
Ektendomikoriza merupakan bentuk antara (intermediet) kedua mikoriza yang
lain. Ciri-cirinya antara lain adanya selubung akar yang tipis berupa jaringan Hartiq, hifa
dapat menginfeksi dinding sel korteks dan juga sel-sel korteknya. Penyebarannya
terbatas dalam tanah-tanah hutan sehingga pengetahuan tentang mikoiza tipe ini sangat
terbatas.
Endomokoriza mempunyai sifat-sifat antar lain akar yang kena infeksi tidak
membesar, lapisan hifa pada permukaan akar tipis, hifa masuk ke dalam individu sel
jaringan koretks, adanya bentukan khusus yang berbentuk oval yang disebut Vasiculae
(vesikel) dan sistem percabangan hifa yang dichotomous disebut arbuscules (arbuskul)
(Brundrett, 2004)

Suatu simbiosus terjadi apabila cendawan masuk ke dalam akar atau melakukan
infeksi. Proses infeksi dimulai dengan perkecambahan spora didalam tanah. Hifa yang
tumbuh melakukan penetrasi ke dalam akar dan berkembang di dalam korteks. Pada akar
yang terinfeksi akan terbentuk arbuskul, vesikel intraseluler, hifa internal diantara sel-sel
korteks dan hifa ekternal. Penetrasi hifa dan perkembangannya biasanya terjadi pada
bagian yang masih mengalami proses diferensissi dan prose pertumbuhan. Hifa
berkembang tanpa merusak sel (Anas, 1998).
Hampir semua tanaman pertanian akarnya terinfeksi cendawan mikoriza.
Gramineae dan Leguminosa umumnya bermikoriza. Jagung merupakan contoh tanaman
yang terinfeksi hebat oleh mikoriza. Tanaman pertanian yang telah dilaporkan terinfeksi
mikoriza vesikular-arbuskular adalah kedelai, barley, bawang, kacang tunggak, nenas,
padi gogo, pepaya, selada, singkong dan sorgum. Tanaman perkebunan yang telah
dilaporkan akarnya terinfeksi mikoriza adalah tebu, teh, tembakau, palem, kopi, karet,
kapas, jeruk, kakao, apel dan anggur (Rahmawati, 2003).

Taksonomi Cendawan MA :

.
2.2 Anatomi dan Morfologi CMA
Cendawan ini membentuk spora di dalam tanah dan dapat berkembang bika jika
berassosiasi dengan tanamn inang. Sampai saat ini berbagi usaha telah dilakukan unutk
menumbuhkan cendawaan ini dalam media buatan, akan tetapi belam berhasil. Faktor ini
merupakan suatu kendala yang utama sampai saat ini yang menyebabkan CMA belum
dapat dipoduksi secar komersil dengan menggunakan media buatan, walaupun
pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman sangat mengembirakan. Spora cendawan ini
sangat bervariasi dari sekitar 100 mm sampai 600 mm. Oleh karena ukuranya yang cukup
besar inilah maka spora ini dapat dengan mudah diisolasi dari dalam tanah dengan
menyaringnya (Pattimahu, 2004).

Cendawan CMA membentuk organ-organ khusus dan mempunyai perakaran ynag


spsipik. Organ khusus tersebut adalah arbuskul (arbuscule), vesikel (vesicle) dan spora.
Berikut ini dijelaskan sepintas lalu mengenai struktur dan fungsi dari organ tersebut serta
penjelasan lain (Pattimahu, 2004).

1. Vesikel (Vesicle)
Vesikel merupakan struktur cendawan yang berasal dari pembengkakan hifa internal
secara terminal dan interkalar, kebanyakan berbentuk bulat telur, dan berisi banyak
senyawa lemak sehingga merupakan organ penyimpanan cadangan makanan dan pada
kondisi tertentu dapat berperan sebagai spora atau alat untuk mempertahankan kehidupan
cendawan. Tipe CMA vesikel memiliki fungsi yang paling menonjol dari tipe cendawan
mikoriza lainnya. Hal ini dimungkinkan karena kemampuannya dalam berasosiasi dengan
hampir 90 % jenis tanaman, sehingga dapat digunakan secara luas untuk meningkatkan
probabilitas tanaman (Pattimahu, 2004).

2. Arbuskul
Cendawan ini dalam akar membentuk struktur khusus yang disebut arbuskular.
Arbuskula merupakan hifa bercabang halus yang dibentuk oleh percabangan dikotomi
yang berulang-ulang sehingga menyerupai pohon dari dalam sel inang (Pattimahu, 2004).

Arbuskul merupakan percabangaan dari hifa masuk kedalam sel tanaman inang.
Masuknya hara ini ke dalam sel tanaman inang diikuti oleh peningkatan sitoplasma,
pembentukan organ baru, penbengkokan inti sel, peningkatan resrpurasi dan aktivitas
emzim.

Hifa intraseluler yang telah mencapaisel korteks yang lebih dalam letaknya akan
menebus dinding sel dan mambentuk sistem percabangan hifa yang kompleks, tampak
seperti pohon kecil yang mempunyai cabang-cabang yang dibenamakan Arbuskul.
Arbuskul dianggap hara dua arah antara simbion cendawan dan tanaman inang.
Mosse dan Hepper (1975) mengamati bahwa struktur yang dibentuk pada akar-
akar muda adalah Arbuskul. Dengan bertambahnya umur, Arbuskul ini berubah menjadi
suatu struktur yang menggumpal dan cabang-cabang pada Arbuskul lama kelamaan tidak
dapat dibedakan lagi. Pada akar yang telah dikolonisasi oleh CMA dapat dilihat berbagi
Arbuskul dewasa yang dibentuk berdasarkan umur dan letaknyaa. Arbuskul dewasa
terletak dekat pada sumber unit kolonisasi tersebut.
3. Spora
Spora terbentuk pada ujung hifa eksternal. Spora ini dapat dibentuk secara tunggal,
berkelompok atau di dalam sporokarp tergantung pada jenis cendawannya.

Perkecanbahan spora sangat sensitif tergantung kandungan logam berat di dalam


tanah dan juga kandungan Al. Kandungan Mn juga mempengaruhi pertumbuhan
miselium. Spora dapat hidup di dalam tanah beberapa bulan sampai sekarang beberapa
tahun. Namun untuk perkembangan CMA memerlukan tanaman inang. Spora dapat
disimpan dalam waktu yang lama sebelum digunakan lagi (Mosse, 1981).
Mirip dengan cendawan patogen, hifa cendawan CMA akan masuk ke dalam akar
menembus atau melalui celah antar sel epidermis, kemudian apresorium akan tersebar
baik inter maaupun intraseluler di dalam korteks sepanjang akar. Kadang-kadang
terbentuk pula jaringan hifa yang rumut di dalam sel-sel kortokal luar. Setelah proses-
proses tersebut berlangsung barulah terbentuk arbuskul, vesikel dan akhirnya spora
(Mosse, 1981).

Peranan CMA dalam Pertumbuahan tanaman


Peningkatan penyerapan Unsur Hara
Tanaman yang bermikoriza tumbuh lebih baik dari tanaman tanpa bermikoriza.
Penyebab utama adalah mikoriza secara efektif dapat meningkatkan penyerapan unsur
hara baik unsur hara makro maupun mikro. Selain daripada itu akar yang bermikoriza
dapat menyerap unsur hara dalam bentuk terikat dan yang tidak tersedia bagi tanaman
(Anas, 1997).
Selain daripada membentuk hifa internal, mikoriza juga membentuk hifa
eksternal. Pada hifa eksternal akan terbentuk spora, yang merupakan bagian penting bagi
mikoriza yang berada diluar akar. Fungsi utama dari hifa ini adalah untuk menyerap
fospor dalam tanah. Fospor yang telah diserap oleh hifa ekternal, akan segera dirubah
manjadi senyawa polifosfat. Senyawa polifosfat ini kemudian dipindahkan ke dalam hifa
internal dan arbuskul. Di dalam arbuskul. Senyawa polifosfat ini kemudian dipindahkan
ke dalam hifa internal dan arbuskul. Di dalam arbuskul senyawa polifosfat dipecah
menjadi posfat organik yang kemudian dilepaskan ke sel tanaman inang. Dengan adanya
hifa ekternal ini penyerapan hara terutama posfor menjadi besar dibanding dengan
tanaman yang tidak terinfeksi dengan mikoriza. Peningkatan serafan posfor juga
disebabkan oleh makin meluasnya daerah penyerapan, dan kemampuan untuk
mengeluarkan suatu enzim yang diserap oleh tanaman. Sebagi contoh dapat dilihat
pengaruh mikoriza terhadap pertumbuhan berbagai jenis tanaman dan juga kandungan
posfor tanaman (Anas, 1997).
Pengaruh Mikoriza terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Fospor dalam Berbagai
jaringan tanaman pada tanah Steril (Mosse, 1981)

Tanaman Tidak terinfeksi Terinfeksi


Bobot kering (g)
Jagung 3.70 13.30
Singkong 1.20 11.90
Sorgum 2.90 5.10
Kedelai
- biomassa per m2 2.567 3.450
- biomassa biji per m2 812 1.161
Padi
- biomassa per m2 31 29
- biomassa biji per m2 8.98 18.60
Kandungan P (%)
Jagung 0.10 0.14
Singkong 0.47 0.74
Sorgum 0.09 0.35

Perbaikan pertumbuhan tanaman karena mikoriza bergantung pada jumlah fosfor


yang tersedia di dalam tanah dan jenis tanamannya. Pengaruh yang mencolok dari
mikoriza sering terjadi pada tanah yang kekurangan fosfor.
Efisiensi pemupukan P sangat jelas meningkat dengan penggunaan mikoriza.
Hasil penelitian Mosse (1981) menunjukkan bahwa tanpa pemupukan. TSP produksi
singkong pada tanaman yang tidak bermikoriza kurang dari 2 g, sedangkan ditambahkan
TSP pada takaran setara dengan 400-kg P/ha, masih belum ada peningkatan hasil
singkong pada perlakuan tanpa mikoriza. Hasil baru meningkat bila 800 kg P/ha
ditambahkan. Pada tanaman yang diinfeksi mikoriza,penambahan TSP setara dengan 200
kg P/ha saja telah cukup meningkatkan hasil hampir 5 g. penambahan pupuk selanjutnya
tidak begitu nyata meningkatkan hasil.

Peningkatan Ketahanan terhadap Kekeringan


Tanaman yang bermikoriza lebih tahan terhadap kekeringan dari pada yang tidak
bermikoriza. Rusaknya jaringan korteks akibat kekeringan dan matinya akar tidak akan
permanen pengaruhnya pada akar yang bermikoriza. Setelah periode kekurangan air
(water stress), akar yang bermikoriza akan cepat kembali normal. Hal ini disebabkan
karena hifa cendawan mampu menyerap air yang ada pada pori-pori tanah saat akar
tanaman tidak mampu lagi menyerap air. Penyebaran hifa yang sangat luas di dalam
tanah menyebabkan jumlah air yang diambil meningkat (Anas, 1997).

Lebih Tahan terhadap Serangan Patogen Akar


Terbungkusnya permukaan akar oleh mikoriza menyebabkan akar terhindar dari
serangan hama dan penyakit. Infeksi patogen akar terhambat. Tambahan lagi mikoriza
menggunakan semua kelebihan karbohidrat dan eksudat akar lainnya, sehingga tercipta
lingkungan yang tidak cocok bagi patogen. Dilain pihak, cendawan mikoriza ada yang
dapat meleaskan antibiotik yang dapat mematikan patogen (Anas,1997).
Mikoriza sangat mengurangi perkembangan penyakit busuk akar yang disebabkan
oleh Phytopthora cenamoni. Demikian pula mikoriza telah dilaporkan dapat mengurangi
serangan nematode.
Jika terhadap jasad renik berguna, CMA memberikan sumbangan yang
menguntungkan, sebaliknya terhadap jasad renik penyebab penyakit CMA justru
berperan sebagai pengendali hayati yang aktif terutama terhadap serangan patogen akar
(Huang et al., 1993). Interaksi sebenarnya antara CMA, patogen akar, dan inang cukup
kompleks dan kemampuan CMA dalam melindungi tanaman terhadap serangan patogen
tergantung spesies, atau strain cendawan CMA dan tanaman yang terserang (Mosse,
1981).
Produksi Hormon dan zat Pengatur Tumbuh
Telah banyak penelitian yang menunjukkan bahwa cendawan mikoriza dapat
menghasilkan hormon seperti, sitokinin dan giberalin. Zat pengatur tumbuh seperti
vitamin juga pernah dilaporkan sebagai hasil metabolisme cendawan mikoriza (Anas,
1997).

Manfaat Tambahan dari Mikoriza


Penggunaan inokulum yang tepat dapat menggantikan sebagian kebutuhan pupuk.
Sebagai contoh mikoriza dapat menggantikan kira-kira 50% kebutuhan fosfor, 40%
kebutuhan nitrogen, dan 25% kebutuhan kalium untuk tanaman lamtoro (De la cruz, 1981
dalam Husin dan Marlis, 2000).
Penggunaan mikoriza lebih menarik ditinjau dari segi ekologi karena aman
dipakai, tidak menyebabkan pencemaran lingkungan. Bila mikoriza tertentu telah
berkembang dengan baik di suatu tanah, maka manfaatnya akan diperoleh untuk
selamanya. Mikoriza juga membantu tanaman untuk beradaptasi pada pH yang rendah.
Demikian pula vigor tanaman bermikoriza yang baru dipindahkan kelapang lebih baik
dari yang tanpa mikoriza (Anas, 1997).
Mikoriza selain dari segi fisik dengan adanya hifa eksternal mikoriza banyak
mengandung logam berat, dan daerah tambang memberikan harapan tersendiri untuk
digunakan pada proyek rehabilitasi/reklamasi daerah bekas tambang. Bahkan ada
mikoroza yang menginfeksi tanaman yang tumbuh di dalam air. Hasil peneliian
sementara staf Jurusan tanah, fakultas Pertanian IPB menunjukkan bahwa dari akar padi
sawah juga dapat diidolasi mikoriza tertentu. Bila ini benar, maka tidak mustahil
mikoriza akan memeang peranan sangat penting dalam pengembangan pertanian di
Indonesia (Anas, 1997)

Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan CMA


Banyak faktor biotik dan abiotik yaang menentukan perkembangan CMA. Faktor-
faktor tersebut antar lain suhu, tanah, kadar air tanah, pH, bahan organik tanah, intensitas
cahaya dan ketersediaan hara, logam berat dan fungisida. Berikut ini faktor tersebut
diuraikan satu persatu.

Suhu
Suhu yang relatif tinggi akan meningkatkan aktivitas cendawan. Untuk daerah
tropika basah, hal ini menguntungkan. Proses perkecambahan pembentukan CMA
melalui 3 tahap yaitu perkecambahan spora di tanah, penetrasi hifa ke dalam sel akar dan
perkembangan hifam di dalam korteks akar. Suhu optimimu nntuk perkecambahan spora
sangat beragam tergantung pada jenisnya (Mosse, 1981).
Suhu yang tinggi pada siang hari (350C) tidak menghambat perkembangan kar
dan aktivitas fisiologi CMA. Peran mikoriza hanya menurun pada suhu ditas 400C. suhu
bukan merupakan faktor pembatas utama bagi aktivitas CMA. Suhu yang sangat tingi
lebih berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman inang (Mosse, 1981).
Kadar Air tanah
Untuk tanaman yang tumbuh di daerah kering, adanya CMA menguntungkan
karena dapat meningkatkaan kemampuan tanaman. Untuk tumbuh dan bertahan pada
kondisi yang kuraang air. Adanya CMA dapat memperbaiki dan meningkatkan kapasitas
serapan air tanaman inang. Vesser et al., (1984) mengamati kenampakan aneh pada bibit
tanaman alpukat (Acacua raddiana) yang dinikolasi dengan CMA.p ada tengah hari, saat
kelembaapan air rendah, daun bibit alpukat ber CMA tetap terbuka sedangkan tanaman
yang tidak dinokulasi tertutup. Hal ini manandakan bahwaa tanaman yang tidak berCMA
memilki evavotransportasi yang lebih besar dari tanaman ber CMA. Meningkatnya
kapasitas serapan air padaa tanaman alpukat ber CMA menyebabkan bibit lebih tahan
terhadap pemindahan.
Ada beberapa dugaan mengapa tanaman ber mikoriza lebih tahan terhadap
kekeringan diantaranya adalah : (1) adanya mikoriza menyebabkan resistensi akar
terhadap gerakan air menurun sehingga transpor air ke akar meningkat, (2) tanaman kahat
P lebih peka terhadap kekeringan, adanya CMA menyebabkan status P tanaman
meningkat sehingga menyebabakan daya tahan terhadap kekeringan meningkat pula, (3)
adanya hifa ekternalk menyebabakan tanaman ber CMA lebih mampu mendapatkan air
daripada yang tidak ber CMA, tetapi jika mekanisme ini yang terjadi berarti kandunagn
logam-logam tanah lebih cepat menurun. Penemuan akhir-akhir ini yang menarik adalah
adanya hubungan anatara potensial air tanah dan aktivitas mikoriza. Pada tanaman ber
mikoriza jumlah air yang dibutuhkan untuk memproduksi 1 garm bobot kering tanamn
lebih sedikit dari pada tanaman yang tidak ber mikoriza, karena itu (4) tanamn ber
mikoriza lebih tahan terhadap kekeringan barangkali karena pemakaian air yang lebih
ekonomis, (5) pengaruh tidak langsung karena adanya miselium elternal menybabkan
CMA mempan (edektif) di dalam mengagregasi butir-butir tanah sehingga kemampuan
tanah menyimpan air meningkat (Rotwell, 1984).
pH tanah
Cendawan pada umunya lebih tahan terhadap perubahan pH tanah. Meskipun demian
daya adaptasi masing-masning spesies cendawan CMA terhadap pH tanah berbeda-beda
karena pH tanh memprngaruhi perkecambahan, perkembangan dan peran mikoriza
terhadaap pertumbuhan tanaman (Mosse, 1981)

Bahan Organik

Bahan organik merupakan salah satu komponen penyusun tanah yang penting
disamping bahan anorganik, air dan udara. Jumlah spora CMA tampaknya berhubungan
erat dengan kandungan bahan organik di dalam tanah. Jumlah maksimum spora
ditemukan pada tanah-tanah yang mengandung bahan organik 1-2 persen sedangkan
paada tanah-tanah berahan orgaanik kurang dari 0.5 persen kandungan spora sangat
rendah (Anas, 1997).
Residu akar mempengaruhi ekologi cendawan CMA, kareana serasah akar yang
terinfeksi mikoriza merupakan sarana penting untuk mempertahankan generasi CMA dari
saatu tanaman ke taanaman berikutnya. Seraash tersebut mngandung hifa, vesikel daan
spora yang dpat meninfeksi CMA. Disaamping itu juga berfungsi sebagai inokulaan
untuk generasi tanaman berikutnya (Anas, 1997).
Cahaya dan Ketersediaan Hara
Anas (1997) menyimpulkan bahwa intensitas cahaya yang tinggi kekahatan sedang
nitrogen ataupun fospor akan meningkatkan jumlah karbohidrat didalam akar sehingga
membuat tanaman lebih peka terhadap infeksi oleh cendawaan CMA. Derajat infeksi
terbesar terjadi pada tanah-tanah yang mempunyai kesuburan yang rendah. Pertumbuhan
perakaran yang saangat aktif jarang terinfeksi oleh CMA. Jika pertumbuhan dan
perkembangan akar menurun infeksi CMA meningkat.

Peran mikoriza yang erat dengan penyedian P bagi taanman menunjukan


keterikatan khusus antar mikoriza dan status P tanah. Pada wilayah beriklim sedang
konsentrasi P tanah yang tinggi menyebabkan menurunnya infeksi CMA yang mungkin
disebabkan konsentrasi P internal yang tinggi dalam jaringan inang (Anas., 1997).
Penagruh Logam Berat dan Unsur lain
Pada tanah-tanah tropika sering permasalahan salinitas dan keracunan alumunium
maupun mangan. Sedikit diketahui pangaruh CMA pada pengambilan sodium, klor,
alumunium sadan mangan. Disaamping itu pengetahuan mengenaai pengauh masing-
masing ion tersebur terhadap terhadp CMA secara langsung maupun dalam hubungannya
dengan pertumbuhan tanaamn atau metabolismesme inang belum banyak yang diketahui.
Mosse (1981) mengamati infeksi CMA lebih tinggi pada tanah yang mengalami
kekahatan Mn darpada yang tidak.

Pada percobaan dengan menggunakan tiga jenis tanah dari wilayah iklim sedang
didapatkan bahwa pengaruh menguntungkan karena adanya CMA menurun dengan
naiknya kandungan Al di dalam tanah. Alumunium di ketahui menghambat muncul jika
ke dalam larutan tanah ditambahkan kalsium (Ca). Jumlah Ca di dalam larutan tanah
rupa-rupanya mempengaruhi perkembangan CMA. Tanaman yang ditumbuhkan pada
tanah yaang memilik derajat infeksi CMA yang rendah (Happer et al., 1984 dalam Anas,
1997). Hal ini mungkin karena peran Ca2+ dalam memelihara integritas membran sel.
Beberapa spesies CMA diketahui mampu beradaptasi dengan tanah yang tercemar
seng (Zn), tetapi sebagian besar spesies CMA peka terhadap kandungan Zn yang tinggi.
Pada beberapa penelitian lain diketahui pulabahwa strain-strain cendawan CMA tertentu
toleran terhadap kandungan Mn, Al, dan Na yang tinggi (Mosse, 1981).
Fungisida
Fungisida merupakan racun kimia yang dirakit untuk membunuh cendawan
penyebab penyakit pada tanaman. Rupa-rupanya di samping mampu memberantas
cendawan penyebab penyakit, fungisida Agrosan, Benlate,Plantavax meskipun dalam
konsentrasi yang sangat rendah (2.5 mg per g tanah) menyebabkan turunnya kolonisasi
CMA yang mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan tanaman dan pengambilan P,
(Manjunath dan Bagyaraj, 1984).
Pemakaian fungisida menjadi dilematis, di satu pihak jika fungisida tidak dipakai
maka tanaman yang terserang cendawan bisa mati atau merosot hasilnya, tetapi jika
dipakai membunuh cendawan CMA yang sangat berguna bagi pertumbuhan tanaman.
Pada masa depan perlu dicari satu cara untuk mengendalikan penyakit tanaman tanpa
menimbulkan pengaruh yang merugikan terhadap jasad renik berguna di dalam tanah.
Praktek pengendalian secara biologis perlu mendapat perhatian lebih serius karena
memberikan dampak negatif yang mampu bertindak sebagai pengendali hayati yang aktif
terhadap serangan patogen akar (Marx, 1982 dalam Anas, 1997).
KESIMPULAN

CMA dapat digunakan secara efektif dalam mengurangi penggunaan pupuk


buatan yang merupakan sumberdaya alam tak terbaharukan. Penggunaan pupuk buatan,
apalagi yang dilakukan secara tidak bijaksana dapat menyebabkan degradasi lingkungan
yang akan berakibat pada turunnya produksi pertanian. Pertumbuhan tanaman meningkat
dengan adanya CMA karena meningkatkan serapan hara, ketahanan terhadap kekeringan,
produksi hormon pertumbuhan dan zat pengatur tumbuh, perlindungan dari patogen akar
dan unsur toksik. Sehingga penggunaan pupuk hayati dari CMA merupakan alternatif
terbaik untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman dan produksi hasil pertanian.

DAFTAR PUSTAKA

http://balittanah.litbang.deptan.go.id/dokumentasi/buku/pupuk/pupuk8.pdf

http://books.google.co.id/books?id=6kn-
kBhHkQ8C&pg=PA57&lpg=PA57&dq=siklus+hidup+jamur+zygomycota&source=bl&
ots=fZGnjfXzAG&sig=m55QIMtJnVEzICDouUAwIBSHBDE&hl=id&ei=c_7PSuu2Oc
2ekQWH6OztAw&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=10&ved=0CB4Q6AEwC
Q#v=onepage&q=siklus%20hidup%20jamur%20zygomycota&f=true

http://dreycaem.blogspot.com/2008/11/jamur.html

http://education-nurdiannugraha.blogspot.com/2008/02/macam-macam-klasifikasi-jamur-
fungi.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Mikoriza

http://id.wikipedia.org/wiki/Zygomycota

http://isharmanto.blogspot.com/2009/09/kingdom-fungi.html

http://light.blogdetik.com/j-a-m-u-r/

http://mbojo.wordpress.com/2007/06/20/mikoriza-tanah-dan-tanaman-di-lahan-kering/

http://sains.kompas.com/read/xml/2009/09/08/10031133/mikoriza.penolong.tanaman.di.d
aerah.kering

http://www.deplujunior.org/koran_berani.html?id=420

http://www.greenradio.fm/index.php?
option=com_content&view=article&id=1041:jamur-mikoriza-perkuat-tanaman-saat-
kemarau&catid=1:latest-news&Itemid=336

http://www.plantamor.com/index.php?plant=1621

http://www.scribd.com/doc/17733573/Biologi-SMA-Kelas-1-oleh-Ari-Sulistyorini

Setiawati, Mieke Rochimi dan Diyan Herdiyantoro. Fungi. Laboratorium Biologi dan
Bioteknologi Tanah, Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran.

Staf Pengajar Bioteknologi Pertanian I. 2009. Jamur. Jurusan Agroteknologi, Fakultas


Pertanian, Universitas Padjadjaran.

KARAKTERISTIK JAMUR ZYGOMYCOTA


DAN PERANAN JAMUR ZYGOMYCOTA
DALAM PERTANIAN
Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Bioteknologi Pertanian I
Disusun oleh :
Bilqis Raznasti Q. 150110080227
Gilang Fauzi 150110080230
Dona A. 150110080228
Faizal 150110080229

AGROTEKNOLOGI F

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2009
Lampiran
Artikel dari Koran HU Pikiran Rakyat
Kamis 1 Oktober 2009

Mikoriza, Pupuk Hayati Super


Pupuk hayati (biofertilizer) adalah bahan penyubur tanah yang mengandung
mikroorganisme atau sel hidup dalam keadaaan dorman yang berfungsi untuk
meningkatkan ketersediaan unsur hara guna mendukung pertumbuhan tanaman. Beberapa
jenis mikroba yang umum antara lain mikroba penambat nitrogen, mikroorganisme
pelarut fosfat, dan mikroorganisme penghasil hormon tumbuh.
Disamping itu ada jenis mikroba dari golongan jamur yang disebut mikoriza
ditemuka sebagai sumber biofertilizer potensial yang dapat meningkatkan produktivitas
budidaya tanaman. Biofertilizer atau pupuk hayati semacam ini bersifat ramah
lingkungan dan dapat mempertahankan kualitas tanah secara berkelanjutan.
Mikoriza mempunyai peran dalam mempercepat suksesi pada habitat yang
terganggu secara ekstrem. Mikoriza yang menginfeksi akar tanaman berperan dalam
perbaikan nutrisi tanaman dan meningkatkan pertumbuhan, karena hifa yang menginfeksi
akar mempunyai kemampuan yang tinggi dalam meningkatkan kapasitas penyerapan
unsur hara fosfat, nitrogen, sulfur, seng, dan unsur esensial lainnya. Dengan adanya
mikoriza, laju penyerapan unsur hara oleh akar bertambah hampir 4 kali lipat dibanding
dengan perakaran normal, demikian juga luas penyerapan akar makin bertambah hingga
80 kali.
Mikoriza berperan juga sebagai bioprotektor terhadap patogen tanaman, bio-
remediator bagi tanah-tanah yang tercemar dan membantu pertumbuhan tanaman pada
tanah yang tercemar. Jamur mikoriza merupakan asosiasi antara tanaman dan cendawan
yang memiliki sifat dan peran yang unik bagi tanaman, manusia, dan lingkungan hidup.
Asosiasi ini diketahui memiliki fungsi yang menguntungkan tanaman simbionnya.
Manfaat
Tanaman yang bermikoriza mampu menyerap pupuk fosfat lebih tinggi hingga
10-27 % dibanding dengan tanaman yang tidak bermikoriza, yaitu 0,4-13 %. Penelitian
terakhir pada beberapa tanaman pertanian bahkan dapat menghemat penggunaan pupuk
nitrogen hingga 50 %, pupuk fosfat sebesar 27 % dan pupuk kalium mencapai 20 %.
Manfaat lainnya yaitu akar bermikoriza lebih tahan terhadap patogen akar karena
lapisan mantel (jaringan hypa) menyelimuti akar sehingga melindungi akar. Di samping
itu beberapa mikoriza menghasilkan antibioti yang dapat menyerang bakteri, virus, jamur
yang bersifat patogen. Suatu penelitian lain menunjukkan bahwa penggunaan mikoriza
dapat mengendalikan serangan nematoda bengkak akar Meloidogyne spp. pada tanaman
tomat dengan jumlah takaran 2.00 gram.
Jamur super ini berperan terutama dalam perbaikan struktur tanah dengan
menyelimuti butir-butir tanah. Stabilitas agregat meningkat dengan adanya gel
polisakarida yang dihasilkannya. Karena bukan bahan kimia pupuk ini aman bagi
lingkungan. Yang paling luar biasa adalah pemupukan dengan mikoriza cukup sekali
untuk seumur tanaman. Mikoriza merupakan makhluk hidup, maka sejak berasosiasi
dengan akar tanaman jamur ini terus berkembang dan selama itu pula berfungsi
membantu tanaman.
Nuhamara, seorang peneliti di Jepang mengatakan, sedikitnya ada lima hal yang
dapat membantu perkembangan tanaman dari adanya mikoriza ini, yaitu mikoriza dapat
meningkatkan absorsi unsur hara dari dalam tanah, mikoriza dapat berperan sebagai
penghalang biologi terhadap infeksi patogen akar, meningkatkan ketahanan tanaman
terhadap kekeringan dan kelembapan yang ekstrem, meningkatkan hormon produksi
pertumbuhan dan zat pengatur tumbuh lainnya seperti auksin, serta menjamin
terselengggaranya proses biogeokemis.
Adanya mikoriza, resitensi akar terhadap gerakan air menurun, sehingga tranfer
air ke akar meningkat. Keberadaan mikoriza menyebabkan status P tanaman meningkat,
sehingga menyebabkan daya tahan terhadap kekeringan meningkat pula. Adanya hifa
eksternal mengakibatkan tanaman bermikoriza lebih mampu mendapatkan air daripada
yang tidak bermikoriza. Tetapi jka mekanisme ini yang terjadi berarti kandungan logam-
logam menurun. Penemuan akhir-akhir ini yang menarik adanya hubungan antara
potensial air tanah dan aktivitas mikoriza. Pada tanaman bermikoriza jumlah air yang
dibutuhkan untuk memproduksi 1 gram bobot kering tanaman lebih sedikit daripada
tanaman yang tidak bermikoriza.
Tanaman mikoriza lebih tahan terhadap kekeringan karena pemakaian air yang
lebih ekonomis. Pengaruh tidak langsung karena adanya miselin aksternal menyebabkan
mikoriza efektif dalam mengagregasi butir-butir tanah sehingga kemampuan tanah
menyimpan air meningkat. Aplikasi mikoriza dapat membantu proses penyerapan air
yang terikat cukup kuat pada pori mikro tanah, sehingga panjang musim tanam tanaman
pada lahan kering diharapkan dapat terjadi sepanjang tahun.
Aplikasi
Pupuk mikoriza umumnya berupa spora dan potongan akar yang terinfeksi jamur
dan dicampur dengan zeolit sebagai media pembawa. Penggunaan mikoriza efektif
digunakan pada saat tanaman masih di persemaian, di mana akarnya belum mengalami
penebalan. Pada kondisi seperti ini peluang mikoriza akan lebih besar untuk menginfeksi
akar tanaman. Pemebrian mikoriza diberikan dengan cara menaburnya pada lubang
sebelum penanaman, menempelkan pupuk atau akar terinfeksi pada akar tanaman muda
atau mencampur mikoriza pada tanah untuk pembibitan tanaman.
Pada tanaman tebu misalnya, cara aplikasi pupuk mikoriza terbaik dengan cara
dicampurkan dengan pupuk dasar. Takaran pupuk mikoriza yang diberikan adalah 8
ku/ha di tanah dengan P tersedia rendah atau hanya 4 ku/ha di tanah dengan P tersedia
tinggi. Pemakaian pupuk mikoriza ternyata dapat mengurangi penggunaan pupuk SP-36
sebesar 25-50 %.
Kondisi lingkungan tanah yang cocok untuk perkecambahan biji akan mendukung
pula untuk perkecambahan spora mikoriza. Jamur mikoriza mempenetrasi epidermis akar
melalui tekanan mekanis dan aktifitas enzim dan selanjutnya tumbuh menjadi korteks.
Pertumbuhan hifa secara eksternal terjadi jika hifa internal tumbuh dari korteks melalui
epidermis. Pertumbuhan hifa secara eksternal tersebut terus berlangsung sampai tidak
memungkinnya untuk terjadi pertumbuhan lagi. Bagi jamur mikoriza, hifa eksternal
berfungsi medukung fungsi reproduksi serta untuk transportasi karbon serta hara lainnya
ke dalam spora, selain fungsinya untuk menyerap unsur hara dari dalam tanah untuk
digunakan oleh tanaman.
Suhu yang relatif tinggi dapat meningkatkan aktifitas mikoriza. Pada daerah
tropika basah seperti Indonesia, hal ini menguntungkan. Suhu optimum untuk
perkecambahan spora sangat beragam tergantung jenisnya. Pada umumnya infeksi oleh
cendawan mikoriza meningkat dengan naiknya suhu. Suhu yang tinggi pada siang hari
(350 C) tidak menghambat perkembangan dan aktifitas fisiologi mikoriza. Peran mikoriza
hanya menurun pada suhu diatas 400 C. Jadi, suhu bukan merupakan faktor pembatas
utama dari aktifitas mikoriza. Justru sebaliknya, suhu yang sangat tinggi akan
berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman inang.
Kabelan kunia,
pegiat dan pemberdaya masyarakat tani padi organik “SRI”.

You might also like