You are on page 1of 24

Daftar Isi :

I. Latar Belakang : Halaman 2


II. Pengertian : Halaman 3
III. Maksud Dan Tujuan : Halaman 3
IV. Ruang Lingkup : Halaman 3
V. Strategi dan Implementasi Optimalisasi : Halaman 4
VI. Pengendalian : Halaman 10
VII. Penutup : Halaman 10
Lampiran – Lampiran :
1. Gambar Alur Proses Implementasi Strategi : Halaman 1
2. Tabel Proses dan Output Optimalisasi Non Kegiatan SPP : Halaman 12
3. Tabel Proses dan Output Optimalisasi Kegiatan SPP : Halaman 13
4. Tabel Skenario Implementasi Strategi : Halaman 14
5. Formulir Validasi Kategori Usulan Non SPP : Halaman 15
6. Kriteria Kategori Usulan Non SPP : Halaman 16
7. Formulir Validasi Kategori Usulan SPP : Halaman 18
8. Kriteria Kategori Usulan SPP : Halaman 19
9. Formulir Rekap Validasi Usulan Lama : Halaman 20
10. Kerangka Kegiatan Pengendalian Optimalisasi : Halaman 21
11. Daftar Pertanyaan dan Jawaban : Halaman 22

0
Lampiran 1. Gambar Alur Proses Implementasi Strategi:

1
Petunjuk Teknis
Optimalisasi Tahapan Kegiatan
PNPM Mandiri Perdesaan
2010

I. Latar Belakang

Penghargaan terhadap pengalaman masyarakat merupakan dasar terbangunnya


perspektif partisipatif dalam program pembangunan desa yang dioperasikan
berdasarkan pendekatan pemberdayaan masyarakat. Konsistensi sikap para pelaku
pembangunan terhadap perpektif partisipatif mensyaratkan adanya komitmen serta
pengetahuan tentang penghargaan terhadap pengalaman masyarakat. Demikian
pula, di tengah dinamika perjalanan suatu program pembangunan dengan cakupan
wilayah yang luas seperti halnya PNPM Mandiri Perdesaan pun tetap menuntut
ketersediaan perangkat sistem, prosedur dan pelaku yang memadai berdasarkan
penghormatan pada pengalaman masyarakat ini.

PNPM Mandiri Perdesaan merupakan program pembangunan yang dikelola


Pemerintah Indonesia untuk menanggulangi kemiskinan dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Dalam kurun waktu perjalanan program ini, terjadi
dinamika dan perkembangan yang pesat, khususnya terkait lokasi dan alokasi
program. Saat ini sebagian besar lokasi kecamatan di Indonesia ditetapkan sebagai
lokasi PNPM Mandiri Perdesaan.

Sementara itu, dalam kurun waktu perjalanan PNPM Mandiri Perdesaan telah pula
mendorong terciptanya perangkat sistem sosial yang juga bersifat dinamis. Sistem
sosial yang dibangun oleh PNPM Mandiri Perdesaan memungkinkan warga desa
memperoleh peningkatan kapasitas tidak hanya dalam bentuk kursus dan
pelatihan, tetapi juga pembiasaan cara berpikir dan cara bertindak para pelaku
program (di desa, kecamatan, kabupaten) ketika menjalankan peranannya masing-
masing di dalam pelaksanaan program. Masyarakat dibiasakan memperoleh
pengalaman nyata menjalankan sebuah proses pembangunan desa yang bersifat
partisipatif.

Namun demikian, dinamika proses sosial sebagai dampak intervensi program ini
pun menghadirkan beberapa kendala yang dihadapi masyarakat secara nyata.
Pertama, dampak kemajuan partisipasi yang telah menghadirkan tahapan sosial
yang memungkinkan warga desa tidak saja mampu merumuskan dan memutuskan
usulan sesuai dengan kebutuhannya, akan tetapi juga menghadapkan masyarakat
pada persoalan baru yaitu ketersediaan dana pembangunan yang disediakan
melalui PNPM Mandiri Perdesaan tidak mencukupi untuk memenuhi usulan-
usulan yang sudah dirumuskan secara partisipatif. Kedua, konsekuensi logis dari

2
pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan sebagai sebuah proyek pembangunan
adalah pada suatu saat program ini akan berakhir. Pengakhiran proyek ini tidak
menjamin bahwa pengalaman masyarakat dalam mengelola pembangunan secara
partisipatif akan tetap dihargai.

Dari dua contoh di atas, terbentuk dasar pemikiran perlunya skema baru tahapan
kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan yang makin mendekatkan dengan skema
perencanaan reguler yang dikelola oleh Pemerintah Daerah. Dasar pemikirannya
adalah apabila sistem perencanaan pembangunan yang dikelola Pemerintah
Daerah dapat dijamin bersifat partisipatif maka akan terjamin pula bahwa
pengalaman masyarakat desa dalam merencanakan dan mengelola pembangunan
secara partisipatif tetap dihargai dan diberi tempat utama dalam pelaksanaan
pembangunan. Integrasi program merupakan strategi yang dipilih untuk
menjadikan PNPM Mandiri Perdesaan sebagai sarana revitalisasi sistem
perencanaan pembangunan di Kabupaten/Kota agar bersifat partisipatif.

Strategi Integrasi Program ini secara efektif akan diterapkan pada Tahun
Anggaran 2011, sedangkan Tahun Anggaran 2010 merupakan tahapan transisi.
Pintu masuk penerapan strategi Integrasi Program adalah kebijakan Optimalisasi
Tahapan Kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan Tahun Anggaran 2010.

Selain didesain sebagai tahapan transisi pelaksanaan program menuju tahapan


integrasi, Optimalisasi Tahapan Kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan ini juga
menjadi sarana efektif untuk menjamin serapan dana Bantuan Langsung untuk
Masyarakat (BLM) PNPM Mandiri Perdesaan Tahun Anggaran 2010 dapat
diserap dalam jangka waktu satu tahun anggaran. Sebab, dengan penerapan
optimalisasi perencanaan dan pelaksanaan program ini para pelaku program dalam
mempersiapkan diri seandainya ada permintaan penyampaian cashflow bulanan
yang lebih merata terkait pencairan dana BLM dari KPPN.

Optimalisasi perencanaan tahapan kegiatan menuntut adanya dukungan kinerja


manajerial yang memadai. Peningkatan kualitas kinerja pembinaan dan
pengendalian program ini termasuk di dalamnya peningkatan kinerja fasilitator
menjadi prasyarat utama agar Optimalisasi Tahapan Kegiatan PNPM Mandiri
Perdesaan dapat berjalan efektif dan efisien tanpa melanggar prinsip-prinsip
PNPM Mandiri Perdesaan. Peningkatan kinerja manajemen para pelaku dan
fasilitator diharapkan dapat menjamin terciptanya penghargaan para pelaku
program terhadap proses perencanaan masyarakat sebelumnya, serta kebutuhan
pengembangan program yang makin menjamin keberlanjutan sistem. Pada
akhirnya, diharapkan para pelaku PNPM Mandiri Perdesaan melalui kebijakan
Optimalisasi Tahapan Kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan benar-benar dapat
membela kepentingan masyarakat desa.

II. Pengertian

Optimalisasi Tahapan Kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan adalah sebuah upaya


penciptaan akselerasi waktu tahapan dalam proses perencanaan dan pelaksanaan
program dengan memanfaatkan proses dan hasil perencanaan program yang
dikelola oleh masyarakat satu tahun sebelumnya.

3
III. Maksud dan Tujuan

Maksud dari diadakannya Optimalisasi Tahapan Kegiatan PNPM Mandiri


Perdesaan adalah agar kinerja pengelolaan program menjadi lebih efektif dan
efisien sesuai waktu, kebijakan dan kondisi lokal yang ada.

Tujuan:
1. Meningkatkan kualitas pendampingan terkait tahapan perencanaan kegiatan
PNPM Mandiri Perdesaan.
2. Meningkatkan kinerja para pelaku program dalam menerapkan strategi
implementasi tahapan kegiatan.
3. Meningkatkan serapan dana sesuai peraturan yang ada melalui peningkatan
kinerja pendampingan program.
4. Menghargai dan mengakomodasikan proses dan hasil perencanaan yang telah
dilakukan oleh masyarakat satu tahun sebelumnya, terutama berupa gagasan
dan usulan desa yang belum terdanai.
5. Mempersiapkan titik masuk pertama dari strategi pengintegrasian perencanaan
program ke dalam perencanaan reguler.

IV. Ruang Lingkup

Batasan optimalisasi tahapan kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan ditetapkan


berdasarkan pilihan atas strategi perencanaan kegiatan yang terkait dengan proses
perencanaan tahun sebelumnya. Pilihan yang tepat atas strategi perencanaan
kegiatan ini menjadi titik penentu adanya kesinambungan proses perencanaan
melalui pemanfaatan usulan yang belum terdanai dan pencapaian efisiensi waktu.

Sebagai gambaran ditampilkan dalam bentuk grafik sebagai berikut:

P erbanding an P ola Optimalis as i deng an P ola L ama


100
90
80 S PC 1
70
S PC 2
Pers entase

60
50 S PC 3
40
S P C 1-3
30
20 P OL A
10 L AMA
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
B ulan

Gambar grafik di atas menunjukkan perbedaan antara pola baru (optimalisasi)


dengan pola lama, dimana pola baru menunjukkan tingkat akselerasi yang lebih
baik.

4
V. Strategi dan Implementasi Optimalisasi

Secara nasional terdapat variasi hasil perencanaan berupa usulan yang belum
terdanai. Misalnya, dalam satu kecamatan tidak semua usulan yang belum terdanai
dihasilkan dalam Musyawarah Antar Desa (MAD) mampu menyerap alokasi
BLM Tahun Anggaran 2010, maka masyarakat harus mencari rencana kegiatan di
desa berupa rencana kegiatan di Musyawarah Desa (MD) Perencanaan yang tidak
diusulkan ke MAD atau gagasan masyarakat tentang kegiatan pembangunan yang
dihasilkan dalam penggalian gagasan.
Ada enam strategi yang dapat dilakukan dalam rangka optimalisasi tahapan
kegiatan. Keenam strategi ini terdiri dari 5 (lima) pemanfaatan usulan tidak
terdanai tahun sebelumnya dan 1 (satu) strategi normal. Dari lima strategi
pemanfaatan usulan terdiri dari satu strategi optimalisasi kegiatan SPP, dan empat
strategi optimalisasi kegiatan Non SPP (open menu). Implementasi keenam
strategi yang ada ini mempertimbangkan keadaan dan kualitas proses dan hasil
perencanaan di lapangan. Selengkapnya keenam strategi ini adalah sebagai
berikut:

1. Strategi Pemanfaatan Hasil MAD Penetapan Usulan


Optimalisasi menjawab kebutuhan akomodasi terhadap usulan
masyarakat hasil MAD Penetapan Usulan tetapi belum terdanai. Strategi
ini dilakukan dengan cara memanfaatkan usulan-usulan yang berasal dari
proses MAD Penetapan Usulan tahun sebelumnya: usulan-usulan yang belum
terdanai (BLM, ADD, P2SPP, program lain, musrenbang) akan tetapi telah
didukung adanya Desain dan RAB yang telah disetujui Faskab Teknik.
Sebelum menetapkan strategi ini, validasi kelayakan proses usulan harus
dilakukan terhadap hasil MAD Penetapan Usulan oleh FK melibatkan Tim
Verifikasi. Validasi yang dilakukan bersifat teknis dan konfirmatif kepada
masyarakat melalui musyawarah desa. Setelah itu rekomendasi hasil validasi
diajukan oleh FK kepada Faskab, kemudian review dan rekomendasi
dilakukan oleh Faskab.
Tahapan yang dilakukan adalah:
a. MAD Sosialisasi.
b. Musdes Validasi dan Konfirmasi.
c. Pelatihan Pelaku.
d. Review RAB/Desain.
e. MAD Penetapan Usulan
f. MD Informasi.
Jika sebuah usulan kegiatan terbukti dibiayai program lainnya maka usulan
tersebut harus dibatalkan. Apabila usulan dimaksud tidak lulus proses validasi
teknis dan konfirmatif karena alasan RAB dan Desain maka usulan tersebut
harus dibahas kembali dalam MAD Prioritas Usulan. Jika proposal kegiatan
dari usulan dimaksud belum lolos validasi teknis dan konfirmatif maka usulan
tersebut harus dibahas dalam MD Perencanaan. Kondisi ini sangat dipengaruhi
alasan yang ditemukan hasil validasi teknis dan konfirmatif sebelumnya.

5
Syarat kondisi usulan yang ada tertuang dalam lampiran tentang instrumen
validasi kategori usulan.

Jika usulan-usulan itu tidak mampu menyerap keseluruhan BLM yang


dialokasikan di kecamatan tersebut, maka harus didapatkan usulan dari tahap
perencanaan sebelumnya (di bawah ini).

2. Strategi Pemanfaatan Hasil MAD Prioritas Usulan


Optimalisasi menjawab kebutuhan akomodasi terhadap usulan
masyarakat yang telah diprioritaskan MAD sebagai kebutuhan penting
tetapi belum dapat terdanai. Strategi ini dilakukan dengan cara
memanfaatkan usulan-usulan yang berasal dari proses MAD Prioritas Usulan
tahun sebelumnya. Usulan-usulan hasil MAD Prioritas Usulan ini pada
umumnya merupakan usulan yang belum dilakukan penyusunan RAB Desain
tetapi sudah didukung adanya proposal usulan desa dan verifikasi kelayakan
usulan.

Sebelum menetapkan strategi ini, validasi kelayakan proses usulan harus


dilakukan terhadap hasil MAD Prioritas Usulan oleh FK melibatkan Tim
Verifikasi. Validasi yang dilakukan bersifat teknis dan konfirmatif kepada
masyarakat melalui musyawarah desa. Setelah itu rekomendasi hasil validasi
diajukan oleh FK kepada Faskab, kemudian review dan rekomendasi
dilakukan oleh Faskab.

Tahapan yang dilakukan adalah:


a. MAD Sosialisasi,
b. Musdes Validasi dan Konfirmasi,
c. Pelatihan Pelaku,
d. Penyusunan RAB/Desain,
e. MAD Penetapan Usulan,
f. MD Informasi.

Jika sebuah usulan kegiatan terbukti dibiayai program lainnya maka usulan
tersebut harus dibatalkan. Apabila usulan dimaksud tidak lulus proses validasi
teknis dan konfirmatif karena alasan proposal kegiatan maka usulan tersebut
harus dibahas dalam MD Perencanaan. Kondisi ini sangat dipengaruhi alasan
yang ditemukan hasil validasi teknis dan konfirmatif sebelumnya.

Syarat kondisi usulan yang ada tertuang dalam lampiran tentang instrumen
validasi kategori usulan.

Jika usulan-usulan itu tidak mampu menyerap keseluruhan BLM yang


dialokasikan di kecamatan tersebut, maka harus didapatkan usulan dari tahap
perencanaan sebelumnya (di bawah ini).

6
3. Strategi Pemanfaatan Hasil Musdes Perencanaan
Optimalisasi menjawab kebutuhan akomodasi terhadap gagasan
masyarakat tentang usulan kegiatan yang telah dirumuskan dan
ditetapkan desa tetapi belum terdanai. Strategi ini dilakukan dengan cara
memanfaatkan rencana kegiatan yang berasal dari proses Musdes Perencanaan
tahun sebelumnya. Bagi desa-desa yang memiliki daftar rencana kegiatan
tetapi belum masuk ke dalam daftar usulan desa yang diajukan ke MAD
Prioritas Usulan (di luar 3 usulan desa yang diajukan ke MAD Prioritas
Usulan) dapat menerapkan strategi ini. Rencana kegiatan yang disusun
masyarakat ini dapat diperoleh dari rekapitulasi rencana pembangunan desa
berdasarkan dokumen hasil Menggagas Masa Depan Desa (MMDD) dan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes) yang diproses
melalui Musdes Perencanaan Tahun sebelumnya.

Sebelum menetapkan strategi ini, validasi kelayakan proses harus dilakukan


terhadap hasil MD Perencanaan Usulan oleh FK melibatkan Tim Verifikasi.
Validasi yang dilakukan bersifat teknis dan konfirmatif kepada masyarakat
melalui musyawarah desa. Setelah itu rekomendasi hasil validasi diajukan
oleh FK kepada Faskab, kemudian review dan rekomendasi dilakukan oleh
Faskab.

Tahapan yang dilakukan adalah:


a. MAD Sosialisasi,
b. Musdes Validasi dan Konfirmasi,
c. Pelatihan Pelaku,
d. Penulisan Usulan,
e. Verifikasi Usulan,
f. MAD Prioritas Usulan,
g. Penyusunan RAB/Desain,
h. MAD Penetapan Usulan,
i. MD Informasi.
Jika hasil validasi teknis dan konfirmatif menyimpulkan bahwa usulan ini
tidak memungkinkan diterapkan, maka usulan tersebut dibatalkan. Kondisi ini
sangat dipengaruhi alasan yang ditemukan hasil validasi teknis dan
konfirmatif sebelumnya.
Syarat kondisi usulan yang ada tertuang dalam lampiran tentang instrumen
validasi kategori usulan.

4. Strategi Pemanfaatan Hasil Musyawarah Penggalian Gagasan


Optimalisasi menjawab kebutuhan akomodasi terhadap gagasan-gagasan
masyarakat desa yang telah dihasilkan agar dapat dirumuskan dan
ditetapkan sebagai usulan desa. Strategi ini dilakukan dengan cara
memanfaatkan hasil musyawarah penggalian gagasan. Hasil musyawarah
berupa gagasan-gagasan yang terbentuk melalui proses penggalian gagasan
dengan menggunakan metode dan alat PRA (peta sosial, kalender musim,
diagram venn kelembagaan, pemetaan RTM partisipatif) penting untuk
didayagunakan dalam kerangka perencanaan optimalisasi ini.

7
Sebelum menetapkan strategi ini, validasi kelayakan proses harus dilakukan
terhadap hasil Musyawarah Penggalian Gagasan oleh FK melibatkan Tim
Verifikasi. Validasi yang dilakukan bersifat teknis dan konfirmatif kepada
masyarakat melalui musyawarah desa. Setelah itu rekomendasi hasil validasi
diajukan oleh FK kepada Faskab, kemudian review dan rekomendasi
dilakukan oleh Faskab.

Tahapan yang dilakukan adalah:


a. MAD Sosialisasi,
b. Musdes Validasi dan Konfirmasi,
c. Pelatihan Pelaku,
d. Penulisan Usulan,
e. Verifikasi Usulan,
f. MAD Prioritas Usulan,
g. Penyusunan RAB/Desain,
h. MAD Penetapan Usulan,
i. MD Informasi.

Jika hasil validasi teknis dan konfirmatif menyimpulkan bahwa gagasan ini
tidak memungkinkan diakomodasikan, maka proses ini dibatalkan. Kondisi ini
sangat dipengaruhi alasan yang ditemukan hasil validasi teknis dan
konfirmatif sebelumnya.

Syarat kondisi usulan yang ada tertuang dalam lampiran tentang instrumen
validasi kategori usulan.

Jika usulan-usulan itu tidak mampu menyerap keseluruhan BLM yang


dialokasikan di kecamatan tersebut, maka harus didapatkan usulan dari tahap
perencanaan normal (di bawah ini).

5. Strategi Normal
Optimalisasi menjawab kebutuhan perencanaan dan penyerapan dana
lebih awal. Adalah strategi perencanaan sesuai dengan tahapan normal.
Tahapan yang dijalani mulai MAD Sosialisasi sampai dengan MD Musdes
Informasi dijalankan secara serial akan tetapi dengan jadwal waktu dan
pengendalian yang ketat. Walaupun demikian, strategi ini memerlukan waktu
yang paling lama.

Lokasi kecamatan yang memberlakukan penuh strategi ini adalah lokasi yang
tidak mempunyai usulan tidak terdanai dan gagasan serta lokasi dimana hasil
validasi serta Musdes Konfirmasi ternyata tidak memenuhi syarat yang ada.

Strategi tahapan normal juga dilakukan terkait dengan penyiapan usulan untuk
pelaksanaan tahun berikutnya (tahun n+1). Oleh karena itu tahapan normal
juga harus dilakukan meskipun kecamatan tersebut memanfaatkan usulan
tidak terdanai untuk penyerapan dana tahun ini. Perencanaan kegiatan untuk
tahun n+1 adalah pintu masuk pengintegrasian yang mulai dilakukan tahun
2011.

8
Desa yang tidak perlu melakukan tahapan normal adalah desa yang
mempunyai usulan tidak terdanai hasil perencanaan tahun sebelumnya dan
telah menyerap alokasi BLM tahun ini selain itu desa tersebut haruslah telah
mempunyai RPJMDes (yang layak) hasil perencanaan tahun sebelumnya.
Syarat kelayakan RPJMDes yang dimaksudkan diatur dalam Panduan
Pengintegrasian.

6. Strategi Optimalisasi Pendanaan Kegiatan SPP


Optimalisasi menjawab kebutuhan akomodasi terhadap usulan tidak
terdanai serta gagasan kegiatan SPP. Strategi Optimalisasi Pendanaan
Kegiatan SPP adalah upaya untuk memanfaatkan usulan tidak terdanai hasil
MAD Penetapan Usulan, MAD Prioritas Usulan, MD Perencanaan, serta hasil
Musyawarah Khusus Perempuan.
Optimalisasi pendanaan kegiatan SPP juga diterapkan terhadap lokasi dimana
terdapat usulan kegiatan SPP kelompok daftar tunggu hasil MAD perguliran.

Sebelum menetapkan strategi ini, validasi kelayakan proses harus dilakukan


terhadap kegiatan SPP yang belum terdanai oleh FK melibatkan Tim
Verifikasi. Validasi yang dilakukan bersifat teknis dan konfirmatif kepada
masyarakat melalui musyawarah desa. Setelah itu rekomendasi hasil validasi
diajukan FK kepada Faskab, kemudian review dan rekomendasi dilakukan
oleh Faskab.

Dengan demikian, tahapan kegiatan SPP optimalisasi diambil usulan yang


dihasilkan dari keputusan yang paling akhir. Urutan prioritas usulan SPP tidak
terdanai dari proses perencanaan sebelumnya adalah sebagai berikut:
a. Hasil MAD Penetapan dan Prioritas Usulan.
Jika belum menyerap keseluruhan quota 25% dari BLM yang ada, maka
diambil usulan SPP dari:
b. Hasil MAD Perguliran.
Jika belum menyerap keseluruhan quota 25% dari BLM yang ada, maka
diambil usulan SPP dari:
c. Hasil Musdes Perencanaan.
Jika belum menyerap keseluruhan quota 25% dari BLM yang ada, maka
diambil gagasan SPP dari:
d. Hasil M-Pegas.
Jika belum menyerap keseluruhan quota 25% dari BLM yang ada, maka
diambil gagasan SPP dari:
e. Hasil Perencanaan Normal.

Tahapan kegiatan SPP hasil usulan tidak terdanai di MAD Penetapan


Usulan, Prioritas Usulan, dan MAD Perguliran adalah:
a. MAD Sosialisasi.
b. Musdes Validasi dan Konfirmasi.
c. MAD Perangkingan dan Pendanaan.

9
Tahapan kegiatan SPP hasil usulan tidak terdanai di MD Perencanaan
tahun sebelumnya adalah:
a. MAD Sosialisasi.
b. Musdes Validasi dan Konfirmasi.
c. Penulisan Usulan.
d. Verifikasi Usulan.
e. MAD Perangkingan dan Pendanaan.

Tahapan kegiatan SPP hasil usulan di Musyawarah Khusus Perempuan


tahun sebelumnya adalah:
a. MAD Sosialisasi.
b. Musdes Validasi dan Konfirmasi.
c. MD Perencanaan.
d. Penulisan Usulan.
e. Verifikasi Usulan
f. MAD Perangkingan dan Pendanaan.

MAD dan MD kegiatan SPP sebaiknya dilakukan bersamaan dengan MAD


dan MD untuk jenis kegiatan non SPP, hal itu untuk mengoptimalkan
musyawarah yang dilakukan.

Jika hasil validasi kelayakan proses dan konfirmasi menyimpulkan bahwa


usulan ini tidak memungkinkan diterapkan, maka usulan tersebut dibatalkan.
Kondisi ini sangat dipengaruhi alasan yang ditemukan hasil validasi teknis dan
konfirmatif sebelumnya.

Syarat kondisi usulan yang ada tertuang dalam lampiran tentang instrumen
validasi kategori usulan.

Demikianlah strategi implementasi optimalisasi itu dijalankan. Yang perlu


.
diperhatikan adalah bahwa optimalisasi tidak boleh hanya dimaknai sebagai
dimanfaatkannya usulan tidak terdanai sebelumnya dengan mengabaikan kualitas
usulan tersebut dan proses sebelumnya. Oleh karena itu saat MAD dan MD (mulai
sosialisasi) harus sekaligus disampaikan pemaparan evaluasi proses dan hasil
perencanaan serta pelaksanaan tahun sebelumnya. FK dan Faskab harus memastikan
adanya fasilitasi untuk proses ini.

10
VI. Pengendalian

Kebijakan optimalisasi sebagaimana dijelaskan di atas wajib diperhatikan dan


dipahami serta dijalankan dengan sebaiknya-baiknya oleh Fasilitator PNPM Mandiri
Perdesaan. Langkah-langkah operasional dalam menjalankan dan mengendalikan
kebijakan ini adalah sebagai berikut:
1. Tahapan Sosialisasi dan Diseminasi.
2. Tahapan Implementasi Optimalisasi.
3. Tahapan Pelaporan dan Evaluasi.
4. Tahapan Supermonev.
Rancangan kegiatan pengendalian sebagimana tersebut di atas diuraikan dalam tabel
pengendalian dalam lampiran 10.

VII. Penutup

Kebijakan optimalisasi dikeluarkan mengacu pada Pedum PNPM Mandiri dan


PTO PNPM Mandiri Perdesaan. Aturan lain yang tidak diatur dalam Petunjuk
Teknis ini tetap mengacu pada PTO PNPM Mandiri Perdesaan.

Kebijakan optimalisasi tahapan kegiatan dimaksudkan agar terjadi peningkatan


pengelolaan program menjadi lebih efektif dan efisien sesuai waktu, peraturan dan
kondisi lokasi yang ada.

Kebijakan optimalisasi berkaitan dengan strategi yang diterapkan pada tahapan


perencanaan kegiatan agar ada keterkaitan dengan proses perencanaan tahun-tahun
sebelumnya sehingga ada kesinambungan proses perencanaan dan efisiensi waktu
yang dijalani.

Kebijakan optimalisasi menuntut adanya kualitas kinerja para pelaku di semua


level mulai pusat sampai desa terutama dalam perencanaan, pelaksanaan dan
pengendalian kegiatan.

Keseimbangan antara kualitas proses kegiatan dan ketepatan waktu perencanaan


serta pelaksanaan kegiatan menjadi tolok ukur evaluasi kinerja para pelaku di
semua level manajemen. (LW/RG-09)

11
Lampiran-Lampiran:

Lampiran 2. Tabel Proses dan Output Optimalisasi Non Kegiatan SPP:

No Hasil Tahun Proses Tahun Ini Output


Sebelumnya
1. Usulan tidak a. MAD Sosialisasi a. Daftar Usulan
terdanai hasil b. MD Validasi dan Terdanai,
MAD Konfirmasi Usulan b. SPC
Penetapan c. Pelatihan Masyarakat
Usulan Dengan d. Revieuw RAB Desain
RAB Desain e. MAD Penetapan Usulan
Jika tidak ada ataupun belum menyerap alokasi BLM maka menggunakan:
2. Usulan tidak a. MAD Sosialisasi a. RAB Desain
terdanai hasil b. MD Validasi dan b. Daftar Usulan
MAD Prioritas Konfirmasi Usulan terdanai
Usulan c. Pelatihan Masyarakat c. SPC
d. Penyusunan
RAB/Desain
e. MAD Penetapan Usulan
Jika tidak ada ataupun belum menyerap alokasi BLM maka menggunakan:
3. Usulan tidak a. MAD Sosialisasi a. Proposal Usulan Desa
terdanai hasil b. MD Validasi dan b. Laporan hasil
MD Konfirmasi Usulan Verifikasi Usulan
Perencanaan c. Pelatihan Masyarakat c. Hasil Perangkingan
d. Penulisan Usulan Desa Usulan
e. Verifikasi Kelayakan d. RAB Desain
Usulan e. Daftar Usulan
f. MAD Prioritas Usulan Terdanai
g. RAB/Desain f. SPC
h. MAD Penetapan Usulan
Jika tidak ada ataupun belum menyerap alokasi BLM maka menggunakan:
4. Rekapitulasi a. MAD Sosialisasi a. Daftar Usulan
gagasan hasil b. MD Validasi dan b. Proposal Usulan Desa
Musyawarah Konfirmasi Gagasan c. Laporan hasil
Penggalian c. Pelatihan Verifikasi Usulan
Gagasan d. MD Perencanaan d. Hasil Perangkingan
e. Proposal Usulan Desa Usulan
f. Verifikasi Kelayakan e. RAB Desain
Usulan f. Daftar Usulan
g. MAD Prioritas Usulan Terdanai
h. RAB/Desain g. SPC
i. MAD Penetapan Usulan
5. Tahapan
Normal Mulai
MAD
Sosialisasi dst

12
Lampiran 3. Tabel Proses dan Output Optimalisasi Kegiatan SPP:

No Hasil Tahun Proses Tahun Ini Output Tahun


Sebelumnya Berikutnya
1. Usulan tidak terdanai a. MAD Sosialisasi a. Daftar Usulan
hasil MAD Penetapan b. MD Validasi dan Kegiatan SPP
Usulan, Prioritas Konfirmasi Usulan Terdanai (Berita
Usulan, serta MAD c. MAD Penetapan Acara)
Perguliran (Sudah Usulan b. SPC
Verifikasi Usulan)
2. Usulan tidak terdanai a. MAD Sosialisasi a. Proposal Usulan
hasil MD Perencanaan b. MD Validasi dan b. Laporan Hasil
(Belum Penulisan Konfirmasi Usulan Verifikasi
Usulan, Verifikasi c. Penulisan Usulan c. Hasil
Usulan) d. Verifikasi Perangkingan
Kelayakan Usulan Usulan (Berita
e. MAD Acara)
Perangkingan dan d. Daftar Usulan
Pendanaan Kegiatan SPP
Terdanai
e. SPC
3. Usulan tidak terdanai a. MAD Sosialisasi a. Berita Acara
hasil Musyawarah b. MD Validasi dan MD
Khusus Perempuan Konfirmasi Usulan Perencanaan
(Belum Penetapan c. MD Perencanaan b. Proposal Usulan
MD, Penulisan Usulan, d. Penulisan Usulan c. Laporan Hasil
Verifikasi Usulan) e. Verifikasi Verifikasi
Kelayakan Usulan d. Hasil
f. MAD Perangkingan
Perangkingan dan Usulan (Berita
Pendanaan Acara)
e. Daftar Usulan
Kegiatan SPP
Terdanai
f. SPC

13
Lampiran 4. Tabel Skenario Jadwal Implementasi Strategi:

Pemanfaatan Usulan Tidak


UTD-SPP Dari
Terdanai (UTD) Hasil
MAD
Bulan Normal Pr-U,
MAD MAD MD M- MAD
Pn-U, MD Prc MKP
Pn-U Pr-U Prc PG MAD
Perguliran
6
Strategi 1 2 3 4 5
a b c
MAD Sosialisasi
MD MD MD MD MD MD
V-K V-K V-K V-K MD-S V-K V-K
Jan
PP PU MD Prc
PP PP PP MD
PP MD PU
Prc
PU PU V-K
M-PG VU
R- P- VU
Feb R/D R/D VU VU MKP

MAD MAD
Pn-U Pn-U MAD MAD Pr-U &MAD Pn-U
MAD MD Prc
Mar SPC SPC Pr-U (SPC)
Pr-U

PU
Apr P-R/D P-R/D
VU
MAD MAD
Pn-U Pn-U MAD
Mei SPC SPC Pr-U

Juni P-R/D
MAD
Pn-U
Juli
SPC

MD V-K = Musy Desa Validasi dan Konfirmasi M-PG = Musy Penggalian Gagasan
MAD S = Musy Antar Desa Sosialisasi P-Normal = Perencanaan Normal
PP = Pelatihan Pelaku MKP = Musy Khusus Perempuan
PU = Penulisan Usulan R R/D = Review RAB/Desain
VU = Verifikasi Usulan P R/D = Penyusunan RAB/Desain
MAD Pn-U = Musy Antar Desa Penetapan Usulan SPC = Surat Penetapan Camat
MAD Pr-U = Musy Antar Desa Prioritas Usulan
MD Prc = Musyawarah Desa Perencanaan

14
Lampiran 5. Formulir Validasi Kategori Usulan Non SPP
Kecamatan:                                  
Kriteria MAD Kriteria M-
No. Usulan yang Sudah Ada Pn-U Kriteria Pr-U Kriteria MD Prc Pegas
Jenis Desa 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 Memenuhi kriteria sebagai kategori
1                                              
2                                              
3                                              
4                                              
5                                              
6                                              
7                                              
8                                              
9                                              
10                                              
11                                              
12                                              
13                                              
14                                              

Disusun oleh FK dan FT:                


Nama jelas

Disetujui oleh Tim Faskab:


                       
Nama jelas

Jika salah satu dari kriteria tidak ada maka usulan tersebut dibatalkan atau diturunkan prosesnya sebagaimana dijelaskan dalam Petunjuk Teknis
Optimalisasi

14
Lampiran 6. Kriteria Kategori Usulan Non SPP

MAD Pn-U
1 Masih merupakan prioritas masyarakat yang terbukti melalui MD Konfirmasi
Gambar desain sudah disiapkan dan telah lulus pemeriksaan supervisor
2 perancang
RAB ada dan masyarakat sanggup menggunakannya tanpa menambah dana
3 BLM
Proses penggalian usulan dan verifikasi dilakukan sesuai dengan aturan
4 PNPM
Proses seleksi dan pembuatan prioritas sesuai aturan
5 PNPM
Bila masyarakat tidak memberi konfirmasi, usulan ini dicoret atau masuk
kategori normal
Bila RAB perlu direvisi karena kenaikan harga, usulan dianggap lulus MAD
Pr-U saja
Bila proses PNPM tidak dilakukan sesuai aturan, usulan masuk kategori
normal
MAD Pr-U
1 Masih merupakan prioritas masyarakat yang terbukti melalui MD Konfirmasi
2 Sudah tercantum dalam MAD Pr-U perangkingan tahun sebelumnya
3 Proses verifikasi usulan dilakukan sesuai aturan PNPM
4 Proses pengusulan dan pembuatan prioritas sesuai aturan PNPM
5 Melalui proses MAD Pn-U setelah desain dan RAB selesai
Bila masyarakat tidak memberi konfirmasi, usulan ini dicoret atau masuk
kategori normal
Bila belum tercantum dalam MAD Pn-U tahun lalu, menjadi kategori MD Prc
atau normal
Bila proses PNPM tidak dilakukan sesuai aturan, usulan masuk kategori
normal
MD Prc-U
1 Sudah merupakan prioritas masyarakat yang terbukti melalui MD Konfirmasi
Usulan sudah tercantum dalam rekapitulasi usulan yang disusun oleh desa
2 pada MD Prc
3 Usulan sudah tercantum dalam MMDD atau RPJMDes
4 Usulan diverifikasi, kemudian proses MAD Prioritas Usulan dilakukan
Jika ranking belum melebihi jatah biaya, desain & RAB dibuat, dan proses
5 MAD Pn-U dilakukan
Bila masyarakat tidak memberi konfirmasi, usulan ini dicoret atau masuk
kategori normal
Bila belum masuk rekapitulasi usulan desa, masuk kategori normal
Bila belum masuk pada MMDD atau RPJMDes, masuk kategori normal
Bila tidak lulus verifikasi dengan baik, usulan dicoret atau masuk kategori
normal
Bila jumlah jatah biaya diperkirakan akan habis dengan membiayai usulan
rangking lebih tinggi, usulan ini belum dibuat RAB dan gambar desain

16
M-Pegas
Sudah mendapatkan persetujuan masyarakat dalam MD Konfirmasi
1
2 Gagasan masyarakat melalui penggalian gagasan sesuai PTO
3 Sudah dalam bentuk rekap gagasan hasil musyawarah penggalian gagasan
Gagasan setelah diverifikasi dan dikonfirmasi diproses menjadi usulan dalam
4 MD Prc
5 Gagasan tidak dibatasi adanya negatif list
Bila masyarakat tidak memberi konfirmasi, masuk kategori normal (proses ini
dilewati)
Bila belum masuk rekapitulasi gagasan, masuk kategori normal
Bila tidak lulus verifikasi dengan baik, usulan dicoret atau masuk kategori
normal

17
Lampiran 7. Formulir Validasi Kategori Usulan SPP
                               
Kecamatan:
Kriteria Kriteria MAD Kriteria Kriteria MD Prc Kriteria M-
Usulan yang Sudah Ada MAD Pn-U Pr-U MAD Pegas Memenuhi kriteria
No.
Perguliran sebagai kategori
Jenis Desa 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1                                            
2                                            
3                                            
4                                            
5                                            
6                                            
7
8
9

Disusun oleh FK dan FT:                  


Nama
jelas          

Disetujui oleh Tim Faskab:


                 
Nama
jelas          

18
Lampiran 8. Kriteria Kategori Usulan Kegiatan SPP
MAD Pn-U
1 Masih menjadi kebutuhan yang terbukti melalui MD Konfirmasi
2 Proses penggalian usulan dan verifikasi dilakukan sesuai dengan aturan PNPM
3 Proses perangkingan sesuai aturan PNPM
4 Nantinya diproses melalui MAD Perangkingan dan Pendanaan
Bila masyarakat tidak memberi konfirmasi, usulan ini dicoret atau masuk kategori normal
Bila proposal pinjaman perlu direvisi, usulan dianggap lulus MAD Pr-U saja
Bila proses PNPM tidak dilakukan sesuai aturan, usulan masuk kategori normal
MAD Pr-U
1 Masih menjadi kebutuhan yang terbukti melalui MD Konfirmasi
2 Sudah tercantum dalam MAD Pr-U perangkingan tahun sebelumnya
3 Proses verifikasi usulan dilakukan sesuai aturan PNPM
4 Proses perangkingan sesuai aturan PNPM
5 Melalui proses MAD Perangkingan dan Pendanaan setelah verifikasi selesai
Bila masyarakat tidak memberi konfirmasi, usulan ini dicoret atau masuk kategori normal
Bila belum tercantum dalam MAD Pn-U tahun lalu, menjadi kategori MD Prc atau normal
Bila proses PNPM tidak dilakukan sesuai aturan, usulan masuk kategori normal
MAD Perguliran
1 Masih menjadi kebutuhan yang terbukti melalui MD Konfirmasi
2 Proses perangkingan sesuai aturan PNPM
3 Proses verifikasi usulan dilakukan sesuai aturan PNPM
Bila masyarakat tidak memberi konfirmasi, usulan ini dicoret atau masuk kategori normal
Bila proses PNPM tidak dilakukan sesuai aturan, usulan masuk kategori normal
MD Prc-U
1 Masih menjadi kebutuhan yang terbukti melalui MD Konfirmasi
2 Usulan sudah tercantum dalam rekapitulasi usulan yang disusun oleh desa pada MD Prc
3 Usulan sudah tercantum dalam MMDD atau RPJMDes
4 Usulan nantinya melalui proses verifikasi kelayakan
5 Usulan setelah lolos verifikasi diproses melalui MAD Perangkingan dan Pendanaan
Bila masyarakat tidak memberi konfirmasi, usulan ini dicoret atau masuk kategori normal
Bila belum masuk rekapitulasi usulan desa, masuk kategori normal
Bila belum masuk pada MMDD atau RPJMDes, masuk kategori normal
Bila tidak lulus verifikasi dengan baik, usulan dicoret atau masuk kategori normal
M-Pegas (MKP)
1 Sudah mendapatkan persetujuan masyarakat dalam MD Konfirmasi
2 Gagasan masyarakat melalui penggalian gagasan sesuai PTO
3 Sudah dalam bentuk rekap gagasan hasil musyawarah penggalian gagasan
4 Gagasan setelah diverifikasi dan dikonfirmasi diproses menjadi usulan dalam MD Prc
5 Gagasan tidak dibatasi adanya negatif list
Bila masyarakat tidak memberi konfirmasi, masuk kategori normal (proses ini dilewati)
Bila belum masuk rekapitulasi gagasan, masuk kategori normal
Bila tidak lulus verifikasi dengan baik, usulan dicoret atau masuk kategori normal

19
Lampiran 9. Formulir Rekap Validasi Usulan Lama
       
Kabupaten:
Non SPP SPP
No. Kecamatan MAD Pn-
Jumlah
MAD Pn-U MAD Pr-U MD Prc M-PG MD Prc MKP
U&Pr-U
1                  
2                  
3                  
4                  
5                  
6                  
7                  
8                  
9                  
10                  
11                  
12                  
13                  
14                  
15                  
16                  
17                  
18                  
19                  
20                  

20
Lampiran 10. Kerangka Kegiatan Pengendalian Optimalisasi

Kegiatan Media Waktu Output

A Tahapan Sosialisasi Rapat Minggu IV Nop-


dan Diseminasi Koordinasi Minggu II Des
1 Rapimnas Minggu IV RKTL Nas
Sosialisasi Kebijakan November
2 dan Petunjuk Teknis Rakorprov Minggu I RKTL Prov
Desember
3 Sosialisasi dan Action Rakorkab Minggu II RKTL Kec
Plan Kabupaten Desember dan Kab
B Tahapan Kegiatan Mulai Awal
Implementasi Bersama Januari Tahun
Optimalisasi Masyarakat Ini
1 MD Validasi dan Musyawarah Minggu I dan II Berita Acara
Konfirmasi Desa Januari Tahun Ini
2 Tahapan Kegiatan Kegiatan Minggu I dan II (lihat tabel
Optimalisasi Bersama Januari Tahun Ini proses&output
Masyarakat serta tabel
implementasi
skedul di atas)
C Tahapan Pelaporan Pelaporan Mulai Minggu I
dan Evaluasi Khusus dan Januari Tahun
Berkala Ini
1 Pengiriman laporan Pelaporan Minggu II dan III Laporan
hasil rekap Khusus Januari Tahun Ini
rekomendasi oleh
Faskab kepada Korprov
2 Pengiriman laporan Pelaporan Minggu III dan IV Laporan
hasil rekap Khusus Januari Tahun Ini
rekomendasi dari
Korprov kepada NMC
3 Pelaporan Progress Pelaporan Setiap Minggu dan Laporan
Kegiatan Berkala Berkala Bulan Sesuai PTO
Secara Berjenjang dan SOP
4 Evaluasi Pelaksanaan Evaluasi Setiap 2 Minggu Laporan
Lapangan Oleh Faskab Berkala Sekali
D Tahapan Supermonev Supermonev Mulai Minggu III Laporan
Lapangan Jan Tahun Ini Supermonev
1 Supervisi kegiatan oleh Minimal 5% Mulai Minggu III Laporan
RMC dan NMC. (RMC) dan Januari Tahun Ini
1% (NMC)

21
Lampiran 11. Daftar Pertanyaan dan Jawaban:

a. Bagaimana memahami formulir 1,2,3,4 di atas?


Berdasarkan gambar tabel di atas, ada delapan model tahapan yang dapat
diterapkan dalam implementasi kebijakan optimalisasi. Delapan tahapan ini
dilakukan melalui lima strategi pemanfaatan usulan tidak terdanai dan satu
strategi optimalisasi menggunakan tahapan normal.

Lima strategi pemanfaatan usulan tidak terdanai terdiri dari usulan tidak terdanai
MAD Penetapan Usulan, usulan tidak terdanai MAD Prioritas Usulan, usulan
tidak terdanai MD Perencanaan, rekap gagasan hasil musyawarah Penggalian
Gagasan, dan usulan tidak terdanai SPP ( tiga kategori, lihat tabel di atas).

Satu strategi optimalisasi menggunakan tahapan normal berupa penyusunan


kerangka waktu perencanaan tahun ini sampai terbitnya SPC untuk didanai tahun
ini juga maupun sebagai bahan usulan untuk didanai tahun berikutnya.

Hal yang harus diperhatikan juga adalah kerangka waktu pelaksanaan. Misalnya
pada bulan Januari, Musdes Validasi dan Konfirmasi tidak boleh terlalu lama atau
ditunda pelaksanaannya. Hal ini penting diperhatikan, karena dalam satu bulan
terdapat beberapa kegiatan lain. Setiap penundaan akan menyebabkan
tertundanya rencana penerbitan SPC.

Dasar ketentuan rangking penetapan usulan jika MAD Penetapan Usulan bersifat
paralel (SPP dan non SPP), usulan SPP diprioritaskan lebih dahulu baru
kemudian usulan non SPP berdasarkan urutan bagaimana usulan itu dihasilkan.

b. Apakah kecamatan dapat memiliki tahapan lebih dari satu?


Ya. Dari tabel di atas, dalam satu kecamatan, dimungkinkan tahapan lebih dari
satu. Hal ini disebabkan perbedaan status usulan yang telah dihasilkan
sebelumnya (dari hasil MAD, MD dan seterusnya).

Dalam tabel di atas misalnya, tahapan kecamatan x terdiri dari strategi nomor
1,2,3,4,5 dan 6a. Kecamatan y, mungkin menggunakan strategi nomor 1,3 dan 6b.
Kecamatan lainnya lagi menggunakan strategi nomor 1,2,5 dan 6a.

Demikian seterusnya tergantung hasil validasi dan konfirmasi serta kemampuan


jumlah usulan dalam menyerap jumlah BLM yang dialokasikan kecamatan
tersebut sebagaimana dijelaskan sebelumnya.

c. Apakah strategi 5 atau normal harus tetap dijalankan?


Ya. Strategi 5 tetap dijalankan meskipun seandainya usulan tidak terdanai hasil
perencanaan lalu sudah dapat menyerap BLM tahun ini. Hal ini disebabkan
strategi 5 yang dilakukan tahun ini merupakan kegiatan perencanaan untuk
pengintegrasian tahun depan. Kecamatan yang tidak melakukan strategi normal di
tahun ini akan tertinggal dalam hal implementasi pengintegrasian perencanaan
reguler.

22
d. Apakah desa yang telah memiliki usulan tidak terdanai di tahun sebelumnya
diprioritaskan?
Ya. Pada saat MAD Prioritas Usulan dan MAD Penetapan Usulan, prioritas
diberikan terhadap usulan desa tidak terdanai tahun sebelumnya (melalui validasi
dan konfirmasi), baru setelah itu dilakukan terhadap usulan baru, jika usulan tidak
terdanai tahun sebelumnya tidak menyerap keseluruhan BLM tahun ini.

Hal ini juga berlaku bagi desa pada lokasi kecamatan hasil pemekaran. Jika desa
tersebut mempunyai usulan tidak terdanai tahun sebelumnya, maka usulan desa
tersebut tetap diprioritaskan.

e. Bisakah melakukan MAD pada tahapan berbeda secara paralel?


Bisa. Sesuai tabel di atas, jika salah satu strategi tahapan telah sampai MAD
Penetapan Usulan maka MAD tersebut sekaligus MAD Penetapan Usulan strategi
tahapan lain (nomor strategi yang berbeda) atau bahkan MAD Prioritas Usulan
bagi strategi tahapan lainnya.

Dari uraian di atas dapat diberikan contoh, pada strategi 1, MAD Penetapan
Usulan dilaksanakan bersamaan dengan strategi 2 dan 6 yakni pada bulan Maret
tahun ini, dan pada MAD tersebut sekaligus dapat dilaksanakan MAD Prioritas
Usulan untuk strategi 3 dan 4.

Diharapkan musyawarah baik di desa maupun di kecamatan dapat dilakukan


secara optimal, salah satunya dengan cara paralel.

f. Dengan delapan model tahapan di atas, bagaimana mekanisme penerbitan


SPC?
SPC diterbitkan maksimal 3 kali, dengan ancar-ancar bulan Maret, bulan Mei dan
bulan Juli tahun ini. Dengan strategi optimalisasi kombinasi/gabungan beberapa
tahapan, maka penerbitan SPC dapat dilakukan melalui MAD Penetapan Usulan
secara paralel. Artinya dalam sekali MAD Penetapan Usulan bisa sekaligus
diterbitkan SPC untuk tahapan kegiatan yang berbeda. Hal ini dimungkinkan
karena pelaksanaan MAD Penetapan Usulan berada pada bulan yang sama.
Misalnya MAD Penetapan Usulan strategi 1 yang dilakukan pada bulan Maret
bersamaan dengan MAD Penetapan Usulan strategi 2 dan 6. MAD Penetapan
Usulan strategi 3 dilaksanakan bersamaan dengan MAD Penetapan Usulan
strategi 4 pada bulan Mei.

Ancar-ancar penerbitan SPC ada dalam tabel ancar-ancar SPC sebagai


berikut:

Maret SPC-1 Mei SPC-2 Juli SPC-3


Hasil MAD Pn-U (Str 1) Hasil MD Prc (Str 3) P-Normal (Str 5)
Hasil MAD Pr-U (Str 2) Hasil M-Pegas (Str 4)
P-SPP (Str 6)

23

You might also like