You are on page 1of 7

Kurikulum Muatan Lokal

(Kurikulum Yayasan)
A. Pengertian.
Diantara komponen terpenting dalam proses pendidikan adalah
program pendidikan atau kurikulum, demikian dikatakan oleh Noeng Muhadjir
(1993: 4). Dalam pendidikan kurikulum merupakan penjabaran dari idealisme,
cita-cita, tuntutan dan atau kebutuhan masyarakat. Kurikulum adalah suatu
program pendidikan yang berisikan berbagai bahan ajar dan pengalaman
belajar yang diprogramkan, direncanakan dan dicanangkan secara sistemik
atas dasar norma yang berlaku yang dijadikan pedoman dalam proses
pembelajaran bagi tenaga kependidikan dan peserta didik untuk mencapai
tujuan pendidikan. Dalam UU SISDIKNAS disebutkan : Kurikulum adalah
seperangkat rencana dan peraturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta
cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar
mengajar. Pengertian ini nampak menekankan pengertian kurikulum lebih
kepada isi dan proses di sekolah, sedangkan pentingnya kurikulum bukan
hanya terletak pada isi dan proses pembelajaran di sekolah. Hal ini
mengingat bahwa arah pendidikan, alternatif pendidikan, fungsi pendidikan
serta hasil pendidikan banyak sekali tergantung dan bergantung pada
kurikulum.
Dengan demikian kiranya tepat apa yang dinyatakan oleh Ronald C
Doll seperti dikutip oleh Nana Syaodih Sukmadinata (1997:4) bahwa konsep
kurikulum tidak hanya menekankan kepada isi dan proses tetapi juga penting
adanya perubahan ruang lingkup dari yang sederahana kepada yang lebih
luas. Sebagai contoh tentang pengalaman siswa atau pengalaman belajar.
Menurut Ronald C.Doll pengalaman tersebut dapat berlangsung di sekolah, di
rumah, di tengah masyarakat, baik bersama guru ataupun tanpa guru,
berkaitan langsung dengan pelajaran atau tidak. Hal ini tentu tidak dapat
dipungkiri pentingnya peran dan upaya guru dalam mendorong terajdinya
pengalaman itu serta berbagai fasilitas yang mendukungnya.
Telah diketahui bersama bahwa pendidikan bersifat Universal, akan
tetapi pelaksanaan pendidikan bisa bersifat lokal disesuaikan dengan situai
dan kondisi masyarakat setempat. Pendidikan dalam satu lingkungan
masyarakat tertentu bisa berbeda dengan pendidikan di lingkungan
masyarakat lain karena adanya perbedaan sistem sosial-budaya, lingkungan
alam serta sarana dan prasarana yang ada. Salah satu aspek yang sangat
penting dalam sistem sosial budaya adalah tatanan nilai-nilai. Tatanan nilai
merupakan seperangkat ketentuan, peraturan, hukum, moral yang ,mengatur
cara berkehidupan dan berperilaku para warga masyarakat. Nilai-nilai
tersebut bersumber dari agama, budaya kehidupan politik, dan segi-segi
kehidupan lain ( Jusuf Amir Feisal, 1995 :59). Hal ini pulalah yang penting
diperhatikan dalam penyusunan kurikulum.
Sebuah kurikulum selalu disusun dengan mempertimbangakan
karakteristik peserta didik, perkembangan IPTEK pada zamannya, dan
kebutuhan masyarakat. Penyusunan kurikulum yang didasarkan kepada
kebutuhan masyarakat itulah yang kemudian dikenal dengan istilah kurikulum
lokal atau kurikulum muatan lokal.
Keberandaan kurikulum muatan lokal telah dikuatkan dengan SK
MENDIKBUD No.0412/U/1987, tahun 1987, dan pelakasanaannya dijabarkan
dalam SK Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah No. 173/-C/Kep/M/87
tertanggal 7 Oktober tahun 1987. Menururt Keputusan tersebut yang
dimaksud dengan Muatan Lokal adalah program pendidikan yang isi dan
media penyampaianya dikaitkan dengan lingkungan budaya serta kebutuhan
dan wajib dipelajari oleh murid di daerah tersebut. (Dakir, 2004: 102)
Dalam Konteks Yayasan Bakii, muatan lokal disebut dengan istilah
kurikulum Yayasan Bakii. Yakni kurikulum yang disusun oleh Yayasan dan
ditetapkan sebagai kurikulumYayasan serta diberlakukan di lembaga
pendidikan pada Yayasan Bakii.

B. Tujuan
Tujuan Kurikulum Muatan lokal tidak dapat lepas dari tujuan
pendidikan Nasional sagaimana yang tertuang di dalam UU Sistem
Pendidikan Nasional. Menurut Prof. Dakir hal-hal yang dapat dijabarkan
dalam Muatan Lokal atau dengan kata lain , peserta didik yang diharapkan
dapat terbentuk dengan memberlakukan kurikulum muatan lokal atas dasar
tujuan tersebut adalah :
a. Berbudi Pekerti luhur
b. Berkepribadaian
c. Sehat Jasmani-rohani
d. Mandiri
e. Terampil
f. Beretos kerja
g. Profesional
h. Produktif
i. Cinta Lingkungan
j. Menjunjung tinggi Kesetiakawanan Sosial
k. Kreatif – inovatif
l. Mementingkan kerja Praktis
m. Cinta budaya daerah / tanah Air (Dakir, 2004: 103-104)

Dalam konteks Ya Bakii semua tujuan kurikulum muatan lokal (kurikulum


Yayasan) di atas dilaksanakan dan harus diimplementasikan dalam bingkai
nilai-nilai Islam ala Ahlussunnah wal jama`ah.

C. Sumber Bahan Kurikulum Muatan Lokal


1. Nara Sumber (Guru, peserta didik, nara sumber lain yang
dibutuhkan)
2. Sofware –Hardware, dan Kondisi soial Budaya
3. Lingkungan
5. Berbagai hasil diskusi para pakar dan nara sumber

D. Fungsi Kurikulum Muatan Lokal


1. Bagi Guru
Sebagaiman diketahui bahwa tugas guru sebagai pengajar
adalah memilih dan menyajikan materi sesuai dengan tingkat
perkembangan dan kemampuan anak. Sebagai pendidik guru bukan
hanya mengajarkan materi , lebih penting dari itu tugas pendidik
adalah menanamkan nilai, sedangkan menanamkan nilai tidak sama
dengan mengajarkan materi yang berbentuk penyampaian informasi,
tetapi perlu dimanifestasikan dalam perilaku sehari-hari. Menurut teori
pendidikan klasik, guru sebagai pendidik adalah ahli dalam bidang ilmu
dan juga menjadi contoh atau model nyata dari sebuah pribadi ideal.
(Nana Syaodih Sukmadinata, 1997 : 8).
Sebelum dapat menyampaikan materi , sebelum mengajar atau
melakukan pembelajaran, guru harus mempelajari dengan sungguh-
sungguh materi yang diajarkan dan tidak kalah pentingnya membekali
dirinya dengan kurikulum mata pelajaran yang akan diampunya atau
diajarkannya.Berikutnya yang harus diketahui oleh guru adalah GBPP,
kemudian menguasai Bahan Ajar dan memiliki referensi yang
ditentukan oleh kurikulum tersebut. Dengan demikian bagi seoranga
guru kurikulum berfungsi sebagai alat dan sarana untuk membawa dan
mengantarkan peserta didik mencapai tujuan pembelajaran. Untuk
mengajarkan materi muatan lokal (yayasan), maka gurudi dalam
lingkungan YA BAkii harus bertumpu kepada kurikulum muatan lokal
Yayasan Bakii.
Dalam konteks Yayasan Bakii, maka kurikulum lokal harus
menjadi satu-satunya pedoman pelaksanaan pembelajaran muatan
lokal yayasan, di seluruh lembaga pendidikan di bawah naungan
Yayasan Bakii. Pemberlakuan kurikulum lokal (Yayasan) dimaksud
dengan tujuan agar kurikulum Yayasan tersebut menjadi alat untuk
mewujudkan tujuan pendidikan sesuai dengan Visi dan Misi Yayasan.
Kegagalan mencapai tujuan pembelajaran sebagaimana yang
dicanangkan oleh Yayasan dapat diibaratkan dengan kegagalan
mencapai tujuan perjalanan.
Banyak ilustrasi dan penggambaran mengenai betapa
pentingnya kurikulum dan betapa pentingnya penguasaan guru
terhadap kurikulum. Satu di antara gambaran itu adalah lukisan
tentang kemiripan antara proses pendidikan dengan laju alat
transportasi di mana guru adalah sebagai sopir alat transportasi itu :
Iluistrasi Pentingnya Kurikulum.
Prof. Dakir menggambarkan berlangsungnya proses pendidikan
dengan proses laju alat transportasi menuju tujuan atau tempat
tertentu :
No Transportasi Pendidikan
1. Kendaraan Kurikulum
2. Sopir Guru
3. Penumpang Siswa/Peserta didik
4. Tempat Tujuan Tujuan Pendidikan
5. Jarak yang dituju Target Pendidikan
6. Hambatan di perjalanan Kendala-kendala pendidikan
7 Bengkel Biro perencanaan kurikulum

2. Bagi Kepala Sekolah


Tidak hanya guru, kepala sekolah pun harus menguasai
kurikulum yang dipergunakan pada lembaga yang dipimpinnya. Dia
harus mengetahui tujuan lembaga yang dipimpinnya sesuai dengan
visi dan misi lembaga tersebut yang merupakan turunan dari visi misi
yayasan. Selanjutnya tugas kepala sekolah adalah melaksanakan
supervisi kurikulum. Hal-hal yang menjadi sasaran supervisi kepala
sekolah antar lain adalah :
a. Bagaiman guru menyusun persiapan dan rencana kerja
pembelajaran atas dasar kurikulum dalam hal ini adalah kurikulum
yayasan,(termasuk menyusun satuan pelajaran)
b. Bagaimana guru melaksanakan pembelajaran (termasuk
pengusaan bahan ajar, referensi, metode, media dan teknik
mengajar dalam pencapaian terget sesuai kurikulum)
c. Bagaimana guru melakukan evaluasi dalam pembelajaran (jenis
evaluasi, waktu, instrumen )
Supervsisi dapat dilaksanakan secara periodik, melalui wawancara,
observasi , dokumentsi dan lain-lain.

E. Menyusun Bahan Muatan Lokal (yayasan)


Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun (20
%) kurikulum muatan lokal. Hal-hal tersebut adalah :
1. Garis-garis Program pengajaran yang berlaku (dalamYayasan)
2. Sumberdaya yang tersedia
3. Buku-buku /referensi yang digunakan
4. Ciri khas daerah, lingkungan alam, lingkungan sosial budaya dan
kebutuhan masyarakat
5. Kondisi dan atau kareakteristik peserta didik
6. Tempat dan situasi pembelajaran
7. Alokasi waktu

Dalam yayasan Bakii kurikulum yayasan yang dimaksud bisa


dalam bentuk penyeragaman penguasaan kompetensi minimal pada
bahan ajar yang merupakan standar kurikulum yayasan di seluruh
lembaga pendidikan di bawah Ya Bakii baik di pusat,maupun di
cabang-cabang. Sebagai contoh adalah penambahan teknik
pembelajaran yang berbentuk hafalan dan qiroatul kutub ala pesantren
dengan model utawi iki iku dengan rincian sebagai berikut
Jenjang Kelas Materi
SD/MI 1-3 Juz `Amma
4-6 Niyat ingsun Ngaji
SMP/MTs. 1 Al-Mabadi al-Fiqhiyyah 1&2
2 &3 1.Al-Mabadi al-2.Fiqhiyyah 3&4
3.Al-Jawahir al- kalamiyyah
4.Al-Amtsilah al-5.Tashrifiyyah
6.Jurumiyyah
7.Akhlaq li al-Banin
8.Akhlaq li al-banat
9. Washoya
10. Nurul Yaqin
11.Aqidatul-Awwam
M.A/ SMA 1 Taqrib, Imrithiy, Ta`lim
2 Taqrib, Imrithiy, Ta`lim
3 Taqrib, Imrithiy, Ta`lim

Demikian semoga bermanfaat , Amin.

Purwokerto, 31 Juli 2009


Daftar Pustaka
Dakir, 2004, Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum. Jakarta :
Rineka Cipta.
Jusuf Amir Feisal , 1995, Reorientasi Pendidikan Islam. Jakarta :
Gema Insai Press
Nana Syaodih Sukmadinata, 1997, Pengembangan Kurikulum Teori
dan Praktek. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Noeng Muhadjir, 1993, Ilmu Pendidikan dan Perubahan Sosial, Suatu
Teori Pendidikan. Yogyakarta : Rake Sarasin.

_____***_____

You might also like