You are on page 1of 30

Lampiran

PENGUJIAN PADA PENELITIAN TUGAS AKHIR

A. Agregat Halus (pasir)


1. Pemeriksaan gradasi Pasir
Berat cawan kosong = 148,5 gr
Berat pasir SSD = 1000 gr
Berat pasir + cawan = 1148,5 gr
Berat pasir + cawan setelah oven 24 jam = 1141,5 gr
Tabel 1 : Hasil analisis gradasi pasir
No Berat Berat Berat Tertahan Berat Lolos
Saringan Tertahan (gr) Tertahan (%) Komulatif (%) Komulatif (%)
4 0 0 0 100
8 0,8 0,08 0,08 99,92
16 3,2 0,32 0,40 99,60
30 90,7 9,47 9,47 90,53
50 294,1 29,41 38,88 61,12
100 560,8 56,08 94,96 5,04
Pan 47,2 4,72 99,68 0
Jumlah 1000 100 243,47 Daerah
4(PASIR
HALUS)

jumlahberattertahankomulatif (%)
MHB = jumlahberattertahan(%)

243,47%
=
100%
= 2,4347

Lampiran
2

2. Analisis Kadar Air Agregat Halus


Tabel 2 : Hasil analisis kadar air pasir
Uraian Contoh 1 (gr)
Pasir jenuh kering muka (B1) 1000
Pasir setelah oven 24 jam (B2) 949
Kandungan air (B1 – B2) 51
B1  B 2 5,37 %
Kadar air x100%
B2

3. Analisis Berat Jenis dan Penyerapan Air Pasir


Tabel 3 : Analisis dan berat jenis dan penyerapan air pasir
Uraian Contoh 1 (gr)
Berat piknometer berisi pasir dan air (Bt) 1024
Berat pikometer berisi air (B) 498
Berat pasir setelah kering (Bk) 665
Berat pasir jenuh kering muka (SSD) 500

Bk
◘ Berat jenis curah =
B  SSD  Bt
498
=
665  500  1024
= 3,5319
SSD
◘ Berat jenis jenuh kering muka =
B  SSD  Bt
500
=
665  500  1024
= 3,5460
Bk
◘ Berat jenis tampak =
B  Bk  Bt Lampiran
498 3
=
665  498  1024
= 3,5827
SSD  Bk
◘ Penyerapan air agregat halus = x100%
Bk
500  498
= x100%
498
= 0,4016%
4. Pemeriksaan Berat Satuan Agregat Halus
- Bejana : - d = 7,5 cm
- h = 15 cm
- Berat bejana kosong (B1) = 6300 gr
- Berat bejana + pasir (B2) = 7400 gr
- Volume bejana (V) = ¼ x π x d2 x t
= ¼ x π x 7,52 x 15,00 = 662,3437 cm3
= 0,000662347 m3
B 2  B1 7400  6300
- Berat satuan = = 662,3437 = 1,66 gr/ cm3
V

5. Analisis Kadar Lumpur Agregat Halus


Tabel 4 : Analisis kadar lumpur agregat halus
Uraian Contoh 1
Berat pasir jenuh kering muka/SSD (B1) 1000 gr
Berat pasir setelah oven 24 jam (B2) 993 gr
Kandungan lumpur (B1 - B2) 7 gr
B1  B 2 0,7 %
Kadar lumpur =
B1

Lampiran
4

B. Agregat Kasar
1. Analisis Kadar Air Agregat Kasar
Tabel 5 : Analisis kadar air agregat kasar
Uraian Berat (gr)
Berat kerikil jenuh kering muka/SSD (B1) 1000
Berat kerikil setelah oven 24 jam (B2) 993
Kandungan air (B1 – B2) 7
B1  B 2 0,7 %
Kadar air x100%
B2

2. Analisis Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Kasar


Tabel 6 : Analisis berat jenis dan penyerapan air agregat kasar
Uraian Berat (gr)
Berat kerikil dibawah air (Ba) 3070
Berat kerikil setelah kering (Bk) 5000
Berat kerikil jenuh kering muka (Bj) 5034

Bk
◘ Berat jenis curah = Bj  Ba

5000
=
5034  3070
= 2,546
Bj
◘ Berat jenis jenuh kering muka = Bj  Ba

5034
=
5034  3070
= 2,563
Bk
◘ Berat jenis tampak =
Bk  Ba
Lampiran
5000
= 5
5000  3070
= 2,591
Bj  Bk
◘ Penyerapan air agregat kasar = x10%
Bk
5034  5000
= x100%
5000
= 0,68 %

3. Pemeriksaan Keausan Agregat


Tabel 7 : Pemeriksaan keausan agregat
Uraian Berat (gr)
Berat benda uji mula-mula (B1) 5000
Berat tertahan saringan no. 16 dikeringkan 3072
dalam oven (B2)
B1  B 2 38,56%
Keausan = x100%
B1
B1  B 2
Keausan agregat = x100%
B1
5000  3072
= x100% = 38,56 %
5000

4. Pemeriksaan Berat Satuan Agregat Kasar


- Bejana : - d = 7,5 cm
- h = 15 cm
- Berat bejana kosong (B1) = 6300 gr
- Berat bejana + Kerikil (B2) = 7300 gr
- Volume bejana (V) = ¼ x π x d2 x t
= ¼ x π x7,52 x 15 = 662,3437 cm3
B 2  B1 7300  6300
- Berat satuan = = 662,3437 = 1,509 gr/ cm3
V Lampiran
6

5. Analisis Kadar Lumpur Agregat Kasar


Tabel 8 : Analisis kadar lumpur agregat kasar
Uraian Contoh
Berat kerikil jenuh kering muka/SSD (B1) 1000 gr
Berat kerikil setelah oven 24 jam (B2) 968 gr
Kandungan lumpur (B1 - B2) 32 gr
B1  B 2 3,2 %
Kadar lumpur =
B1

C. Perhitungan Campuran Beton (Mix Design)


Tabel 9 : Perhitungan campuran beton dengan fas 0,32 dan ukuran agregat
kasar 20 mm
No. Keterangan Nilai Satuan
1 Kuat tekan pada umur 28 hari 42 MPa
2 Deviasi standar (sd) -
3 Nilai tambah (M) 10 Mpa
4 Kuat tekan rata-rata rencana(f’cr=f’c+M) 52 MPa
5 Jenis Semen Tipe 1
6 Jenis agregat halus ( alami/pecahan ) Alami
7 Jenis agregat kasar ( alami/batu pecah ) Batu pecah
8 Faktor air semen 0,32
9 FAS maksimum 0,6
10 Dipakai FAS terkecil antara point 8 dan 9 0,32
11 Nilai slump 12 cm
12 Ukuran maks agregat kasar 20 mm
13 Kebutuhan air 204,9 Liter/m3
14 Kebutuhan semen ( ws = point13 / FAS ) 640,313 Kg/m3
15 Kebutuhan semen minimum 275 Kg/m3
Dipakai kebutuhan semen ( terbesar
16 Kg/m3
point14&15) 640,313
17 Penyesuaian jumlah air atau FAS Tidak ada
18 Daerah gradasi agregat halus Daerah 2
19 Perb.agregat halus dan kasar 38 & 62 %
Bj agregat camp(P/100*Bj agg
20
hls+K/100*Bj agg ksr) 2,498
21 Berat beton 2275 kg/m 3
Lampiran
22 Keb. Agregat camp (21-13-14) 1429,787 kg/m 3
7
23 Keb.agregat halus (point 22*19) 543,319 kg/m 3
24 Keb.agregat kasar (point 22-23) 886,468 kg/m 3
Kesimpulan : 1 m3 1 Adukan
Air 204,9 lt/m3
Semen 640,313 kg/m3
Agg.Halus 543,319 kg/m3
Agg.kasar 886,468 kg/m3
Total 2275 kg/m3

1
Volume = 1     D 2  Tinggi
4
1
= 1    15,52  31 = 0,00585 m³
4

 Maka dibutuhkan :
Air = 204,9 x 0,00585 = 1,199 lt
Semen = 640,313 x 0,00585 = 3,746 kg
Pasir = 543,319 x 0,00585 = 3,178 kg
Kerikil = 886,468 x 0,00585 = 5,186 kg
Berat Total = 13,309 kg

Perbandingan
Air : Semen : pasir : kerikil = 1 : 3,124 : 2,651 : 4,325

Lampiran
8

D. Perhitungan Kebutuhan Sika Viscocrete-10


 Kebutuhan Sika Viscocrete-10 dengan dosis 1,4% :
Pada menit ke 25 = 640,313 x 0,00585 x 18 = 67,424959 kg
= 67424,959 gram
= 0,467% x 67424,959 = 314,875 gram

Pada menit ke 50 = 640,313 x 0,00585 x 12 = 44,949973 kg


= 44949,973 gram
= 0,467% x 44949,973 = 209,916 gram

Pada menit ke 75 = 640,313 x 0,00585 x 6 = 22,474986 kg


= 22474,986 gram
= 0,467% x 22474,986 = 104,958 gram
Lampiran 11

Langkah-langkah dalam pemeriksaan bahan susun agregat sebagai berikut :


a. Pemeriksaan Agregat Halus
1. Pemeriksaan gradasi agregat halus (pasir)
Berdasarkan SK SNI : 03-1968-1990, analisa gradasi ini dilakukan
untuk mengetahui distribusi ukuran butir pasir dengan menggunakan
saringan / ayakan, langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut :
a. Pasir dikeringkan didalam oven dengan suhu (110 ± 5)º C sampai
beratnya tetap kemudian diambil sampel sebanyak ( ± 1000 gram),
b. Sampel dimasukkan ke dalam saringan yang telah disusun berurutan
mulai dari yang terbesar sampai yang terkecil, yaitu 4,75 mm; 2,36
mm; 1,18 mm; 0,60 mm; 0,30 mm; 0,15 mm; pan, kemudian
saringan tersebut digoyangkan menggunakan mesin selama 15 menit,
c. Butiran yang tertahan pada masing-masing saringan kemudian
ditimbang untuk mencari modulus halus butir pasirnya.
2. Pemeriksaan berat jenis dan penyerapan air agregat halus (pasir)
Berdasarkan SK SNI : 03-1970-1990, pemeriksaan ini dilakukan
dengan langkah-langkah berikut :
a. Diambil benda uji,kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu (110
± 5)ºC sampai beratnya tetap, kemudian pasir direndam dalam air
selama ± 24 jam,
b. Setalah direndam dalam ± 24 jam, air dibuang dan pasir dibiarkan
mengering dalam suhu kamar untuk mencapai keadaan jenuh kering
muka, untuk mengetahui keadaan jenuh kering muka pasir
dimasukkan kedalam skerucut terpancung padatkan dengan batang
penumbuk sebanyak 25 kali kemudian kerucut diangkat, maka pasir
akan runtuh tapi masih berbentuk seperti kerucut,
c. Pasir dalam keadaan jenuh kering muka tersebut kemudian
dimasukkan dalam piknometer sebanyak 500 gram
(SSD),
Lampiran 12
dimasukkan air sebanyak 90% penuh, kemudian diguncang-guncang
untuk mengeluarkan udara yang tertangkap didalamnya.
d. Piknometer ditambah air sampai penuh 100% dan ditimbang beratnya
dengan ketelitian 0,1 gram (Bt),
e. Pasir dikeluarkan dari dalam piknometer, kemudian dikeringkan
dalam oven sampai beratnya tetap dan ditimbang (Bk),
f. Piknometer berisi air penuh 100% ditimbang beratnya (B),
g. Berat jenis dan penyerapan air agregat halus (pasir) dapat dihitung
dengan menggunakan rumus berikut :
1. berat jenis curah (bulk spesific gravity)
Bk
= ……………………………………………..(1)
B  SSD  Bt
2. berat jenis jenuh kering muka (saturated surface dry)
SSD
= ……………………………………………..(2)
B  SSD  Bt
3. berat jenis tampak (apparent spesific grafity)
Bk
= ………………………………………….........(3)
B  Bk  Bt
4. penyerapan air agregat halus (pasir)
SSD  Bk
= x100% ………………………………………...(4)
Bk
3. Pemeriksaan kadar lumpur agregat halus (pasir)
Pemeriksan ini dilakukan untuk mengetahui kandungan Lumpur
yang terdapat pada agregat halus (pasir), yaitu sebagai berikut :
a. Diambil benda uji lalu dikeringkan di dalam oven pada suhu (110 ±
5)ºC sampai baratnya tetap, kemudian ditimbang dan diambil sampel
sebanyak 500 gram (B1),
b. Benda uji dicuci beberapa kali sampai bersih, ditandai dengan air
cucian tampak jernih, setelah itu benda uji dikeluarkan dari gelas ukur
pancuci dengan hati-hati jangan sampai benda uji tersebut ada yang
hilang,
c. Kemudian benda uji dikeringkan dengan menggunakan oven pada
Lampiran 13
suhu (110 ± 5)ºC sampai beratnya tetap, kemudian ditimbang beratnya
(B2),
Rumus untuk mengetahui kadar Lumpur yaitu sebagai berikut :
B1  B 2
= x100% ………………………………………………..(5)
B1
4. Pemeriksaan kadar air agregat halus (pasir)
Berdasarkan SK SNI : 03-1971-1990, pemeriksaan ini dilakukan
untuk mengetahui kandungan air yang terdapat dalam agregat halus
(pasir), yaitu sebagai berikut :
a. Diambil sampel jenuh kering muka sebanyak 1000 gram (B1),
b. Sampel tersebut kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu (110 ±
5)ºC sampai beratnya tetap, kemudian ditimbang (B2)
Rumus untuk mengetahui kadar air adalah sebagai berikut :
B1  B 2
= x100% ……………………………………………….…(6)
B2
5. Pemeriksaan berat satuan agregat halus (pasir)
Langkah–langkah untuk mencari berat satuan pasir sebagai berikut :
a. Ddiambil bejana berbentuk silinder dengan diameter 15 cm dan tinggi
30 cm, yang akan digunakan sebagai cetakan beton dan ditimbang
beratnya (B1),
b. Bejana tersebut kemudian diisi dengan agregat halus (pasir) dalam
keadaan jenuh kering muka, tiap 1/3 volume lapisan ditumbuk
sebanyak 25 kali dengan batang baja dan ditimbang beratnya (B2),
c. Volume bejana (V) dihitung dengan rumus , V = ¼ x π x d² x t
Berat satuan didapat dengan rumus :
B 2  B1
= …………………………………………………………(7)
V

Lampiran 14

b. Pemeriksaan Agregat Kasar (batu pecah/split)


1. Pemeriksaan berat jenis dan penyerapan air agregat kasar (split)
Berdasarkan SK SNI : 03-1969-1990, selain untuk mengetahui berat
jenis agregat kasar pemeriksaan ini juga bertujuan untuk mengetahui
persentase berat air yang mampu diserap oleh suatu agregat. Pemeriksaan
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Diambil benda uji yang lolos saringan 9,5 mm,
b. Benda uji dicuci untuk menghilangkan debu dan kotoran yang
melekat, kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu (110 ± 5)ºC
sampai beratnya tetap,
c. Benda uji didinginkan pada suhu kamar selama 1-3 jam, kemudian
ditimbang dan diambil sampel ± 1000 gram (Bk),
d. Benda uji direndam dalam air pada suhu kamar selama 24 ± 4 jam,
e. Setelah direndam selama 24 ± 4 jam, benda uji dikeluarkan
permukaan dilap dengan menggunakan kain yang mrnyerap air sampai
selaput air pada permukaan hilang dan didapat keadaan jenuh kering
muka kemudian ditimbang (Bj),
f. Benda uji dalam keadaan jenuh kering muka tersebut kemudian
dimasukkan dalam air sambil diguncang-guncang untuk mengeluarkan
udara yang tertangkap didalamnya dan di timbang beratnya di dalam
air (Ba).
g. Setelah di dapatkan nilai-nilai yang dicari, tahap selanjutnya meliputi
perhitungan-perhitungan sebagai berikut :
1. Berat jenis curah (bulk specific gravity)
Bk
= Bj  Ba …………………………………………………...(8)

2. Berat jenis jenuh kering muka (saturated surface dry)


Bj
= Bj  Ba ………………………………..………………….(9)
Lampiran 15

3. Berat jenis tampak (apparent specific gravity)


Bk
= …………………………………………..……..(10)
Bk  Ba
4. Penyerapan air agregat kasar
Bj  Bk
= x100% ………………………………………..…(11)
Bk
2. Pemeriksaan keausan agregat kasar (split)
Berdasarkan SK SNI : 03-2417-1991, pemeriksaan ini
dimaksudkan untuk mengetahui kekuatan atau ketahanan aus agregat kasar
(split), dengan menggunakan mesin Los Angeles. Langkah-langkah
pengujian sebagai berikut :
a. Diambil benda uji yang lolos saringan 9,5 mm,
b. Benda uji dicuci
untuk menghilangkan debu dan kotoran yang lain, kemudian
dikeringkan dengan menggunakan oven dengan suhu (110 ± 5)ºC
sampai beratnya tetap, kemudian ditimbang dan diambil sample
sebanyak (± 5000 gram) (B1),
c. Benda uji tersebut
dimasukkan ke dalam mesin Los Angeles bersama dengan bola baja
sebanyak 11 buah,
d. Mesin dihidupkan
dengan kecepatan putaran 30-33 rmp, sebanyak 500 putaran,
e. Setelah 500 putaran
mesin akan berhenti secara otomatis, kemudian benda uji diambil dan
disaring dengan menggunakan saringan ukuran 1,7 mm,
f. Butiran yang tertahan
saringan dengan ukuran 1,7 mm dicuci sampai bersih kemudian
dikeringkan menggunakan oven dengan suhu (110 ± 5)ºC sampai
beratnya tetap, kemudian ditimbang beratnya (B2).
Keausan agregat kasar dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
B1  B 2
= x100% ……………………………………………...(12)
B1
Lampiran 16

3. Pemeriksaan kadar lumpur agregat kasar (split)


Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kandungan lumpur
yang terdapat dalam agregat kasar (split), yaitu sebagai berikut :
a. diambil benda uji lalu dikeringkan dalam oven pada suhu (110 ± 5)ºC
sampai beratnya tetap kemudian ditimbang, diambil sample ± 500
gram (B1),
b. benda uji
dicuci beberapa kali sampai bersih, ditandai dengan air cucian tampak
jernih, pencucian dilakukan dengan hati-hati agar benda uji tersebut
tidak ada yang hilang,
c. kemudian
benda uji dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu (110 ±
5)º sampai beratnya tetap, kemudian didinginkan pada suhu kamar dan
ditimbang beratnya (B2).
Rumus untuk mengetahui kadar Lumpur yaitu sebagai berikut :
B1  B 2
= x100% ………………………………………………..(13)
B1
4. Pemeriksaan kadar air agregat kasar (split)
Berdasarkan SK SNI : 03-1971-1990, pemeriksaan ini dilakukan
untuk mengetahui kandungan air yang terdapat dalam agregat kasar (split),
langkah-langkah tersebut :
a. Diambil sampel dalam keadaan jenuh kering muka sebanyak ± 1000
gram (B1),
b. Sampel tersebut kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu (110 ±
5)ºC sampai beratnya tetap kemudian ditimbang (B2),
Rumus untuk mengetahui kadar air adalah sebagai berikut :
B1  B 2
= x100% ……………………………………………….(14)
B1

Lampiran 17

5. Pemeriksaan berat satuan agregat kasar (split)


Berat satuan ialah berat agregat dalam satu satuan volume,
langkah-langkah untuk mencari berat satuan adalah sebagai berikut :
a. Diambil bejana berbentuk silinder dengan diameter 15 cm
dan tinggi 30 cm, yang akan digunakan sebagai cetakan beton dan
ditimbang beratnya (B1),
b. Bejana tersebut kemudian diisi dengan agregat kasar
(split) dalam keadaan jenuh kering muka dan ditusuk sebanyak 25 kali
tiap 1/3 volume bejana kemudian ditimbang beratnya (B2),
c. Volume bejana (V) dihitung dengan rumus, V = ¼ x π x d²
xt
Berat satuan didapat dengan cara membagi berat split dengan volume
bejana :
B 2  B1
= ……………………………………………..………...(15)
V

Lampiran 18

Langkah-langkah perencanaan campuran beton (SK SNI 03-xxxx-2002


dalam Tjokrodimuljo, 2007) sebagai berikut :
1. Ambil kuat tekan beton yang direncanakan (f’cr) pada umur tertentu.
2. Hitung deviasi standar menurut ketentuan berikut :
a. Jika pelaksana tidak mempunyai data pengalaman hasil pengujian
contoh beton pada masa lalu, maka nilai deviasi standar S tidak dapat
dihitung.
b. Jika pelaksana mempunyai data pengalaman pembuatan beton
serupa yang mempunyai 15 buah sampai 29 buah dan dari pengujian
yang berurutan dalam periode waktu tidak kurang dari 45 hari
kalender, maka nilai deviasi standar harus dikalikan faktor pengali
yang tercantum dalam Tabel 12 di bawah ini :
Tabel 12 Faktor Pengali Deviasi Standar
Jumlah Contoh Faktor Pengali
< 15 Tidak ada
15 1,16
20 1,08
25 1,03
30 atau >30 1,00

2. Menghitung nilai tambah (M) dihitung dengan cara berikut :


a. Jika pelaksana mempunyai pengalaman lapangan, maka nilai
tambah dihitung berdasarkan nilai deviasi standar S dengan 2 rumus
berikur (diambil yang terbesar) :
M = 1,34 . S atau M = 2,33 S – 3,5
b. Jika pelaksana tidak mempunyai pengalaman lapangan, maka nilai
M diambil dari Tabel 13 di bawah ini :
Lampiran 19

Tabel 13 Nilai tambah M


Kuat tekan, fc’ (Mpa) Nilai Tambah (Mpa)
Kurang dari 21 7,0
21 s.d. 35 8,5
Lebih dari 35 10,0

3. Menetapkan kuat tekan beton (f’c) rata-rata menurut rumus :


f cr’ = fc’ + M Dimana fc’ = Kuat tekan beton, Mpa
f cr’ = Kuat tekan rata-rata, Mpa
M = Nilai tambah, Mpa
5. Menetapkan jenis semen Portland.
6. Menetapkan jenis agregat.
7. Menetapkan faktor air semen, untuk benda uji silinder dipergunakan
Gambar 1.
8. Menetapkan faktor air semen maksimum dipergunakan Tabel 16.
9. Menetapkan nilai faktor air semen yang dipakai yaitu yang terkecil.
10. Menetapkan nilai slump dipergunakan Tabel 14 di bawah ini :

Tabel 14 Penetapan Nilai Slump adukan beton


Pemakaian Beton Maks (cm) Min (cm)
Dinding, plat fondasi, fondasi telapak bertulang 12,5 5,0
Fondasi telapak tidak bertulang, kaison dan 9,0 2,5
struktur di bawah ini
Pelat, balok, kolom dan dinding 15,0 7,5
Pengerasan jalan 7,5 5,0
Pembetonan masal 7,5 2,5

11. Menetapkan ukuran agregat maksimum


12. Menetapkan kebutuhan kadar air, dipergunakan Tabel 15Lampiran
di bawah20
ini :

Tabel 15 Perkiraan Kebutuhan Kadar Air Per Meter Kubik Beton


Ukuran Besar Slum (mm)
Butir Agregat Jenis Agregat
Maks (mm) 0 - 10 10 - 30 30 - 60 60 - 180
10 Alami 150 180 205 225
  Batu Pecah 180 205 230 250
20 Alami 135 160 180 195
  Batu Pecah 170 190 210 225
40 Alami 115 140 160 175
  Batu Pecah 155 175 190 205

Apabila agregat halus dan agregat kasar yang dipakai dari jenis yang
berbeda (alami dan pecahan), maka jumlah air yang diperkirakan
diperbaiki dengan rumus :
A = 0,67 Ah + 0,33 Ak
dimana : A = Jumlah air yang dibutuhkan, liter/m3
Ah = Jumlah air yang dibutuhkan menurut jenis agregat
halusnya
Ak = Jumlah air yang dibutuhkan menurut agregat kasarnya
13. Hitung jumlah semen yang besarnya adalah kadar semen yaitu
kadar air dibagi dengan faktor air semen.
14. Tentukan jumlah semen seminimum mungkin, dapat dilihat pada
Tabel 16.
15. Tentukan jumlah semen yaitu yang dipakai yang terbesar.
16. Penyesuaian jumlah air atau faktor air semen.
17. Menentukan golongan pasir.
18. Perbandingan pasir dan kerikil (pasir terhadap campuran)
dipergunakan gambar 2.
19. Menentukan berat jenis agregat campuran pasir dan kerikil.
20. Menentukan berat jenis beton, dapat dilihat Gambar 3.
21. Menentukan kebutuhan agregat campuran.
22. Menentukan kebutuhan pasir. Lampiran 21
23. Menentukan kebutuhan kerikil.

Tabel 16 Persyaratan Jumlah Semen Minimum Dan Faktor Air Semen


Maksimum Untuk Berbagai Pembetonan Dalam Lingkungan
Khusus
Jenis Pembetonan Jumlah Semen Minimum Nilai Faktor Air Semen
Per M3 Beton (Kg) Maksimum
Beton di dalam ruang bangunan :
a. Keadaan keliling non korosif 275 0,60
b. Keadaan keliling korosif disebab
oleh kondensai atau uap korosif 325 0,52
Beton di luar ruangan bangunan :
a. Tidak telindung dari hujan dan
terik matahari langsung 325 0,60
b. Telindung dari hujan dan terik
matahari langsung 275 0,62
Beton yang masuk ke dalam air :
a. Mengalami keadaan basah dan
kering berganti-ganti 325 0,55
b. Mendapat pengaruh sulfat dan Lihat tabel 17
alkali dari tanah
Beton yang kontinue berhubungan : Lihat tabel 18
a. Air tawar
b. Air laut

Lampiran 22

Tabel 17 Ketentuan Untuk Beton Yang Berhubungan Dengan Air, Tanah


Yang mengandung Sulfat
Konsentrasi Sulfat Dalam Tipe Semen Minimum
Bentuk SO3 (kg/m3)
Ukuran Agregat
Dalam Tanah
Maksimum
Sulfat Faktor
SO3
(SO3) Tipe Semen Air
Campuran
Dalam Semen
(air :
air tanah 40 mm 20 mm 10 mm
tanah =
(gr/lt)
Total 2 : 1)
SO3 (gr/lt)
Tipe I
dengan atau
< 0,2 < 1,0 < 0,3 tanpa 80 300 350 0,50
pozolan ( 15
- 40 )%
0,2 - 0,5 1,0 - 1,9 0,3 - 1,2 Tipe I 290 330 380 0,50
dengan atau
tanpa
pozolan ( 15
- 40 )%
Tipe I +
pozolan ( 15
- 40 )% atau
270 310 360 0,55
semen
portland
pozolan
Tipe II atau
250 290 340 0,55
tipe V
Tipe I +
pozolan ( 15
- 40 )% atau
340 380 430 0,45
semen
0,5 - 1,0 1,9 - 3,1 1,2 - 2,5
portland
pozolan
Tipe II atau
tipe V 290 330 380 0,50
Tipe II atau
1,0 - 2,0 3,1 - 5,6 2,5 - 5,0
tipe V 330 370 420 0,45
Tipe II atau
tipe V + Lampiran 23
> 0,2 > 5,6 > 5,0
lapisan
pelindung 330 370 420 0,45

Tabel 18 Ketentuan Minimum Untuk Beton Bertulang Kedap Air


Tipe Semen
Kondisi
Faktor Air Minimum (kg/m3)
Jenis Lingkungan
Semen Tipe Semen Ukuran Agregat
Beton Berhubungan
Maksimum Maksimum
Dengan
40 mm 20 mm
Air Tawar 0,50 Tipe I - V 280 300
Tipe I + pozolan
Bertulang ( 15 - 40 )% atau
0,45 340 380
atau Air Payau semen portland
pratengang pozolan
0,50 Tipe II atau tipe V 290 330
Air Laut 0,45 Tipe II atau tipe V 330 370

Tabel 19 Batas Gradasi Pasir


Lubang Ayakan % Berat Butur Yang Terlewat Ayakan
Britis ASTM
(mm) (No) Daerah 1 Daerah 2 Daerah 3 Daerah 4
4,75 3/16 inc 90 - 100 90 - 100 90 - 100 95 - 100
2,36 8 60 - 95 75 - 100 85 - 100 95 - 100
1,18 16 30 - 70 55 - 90 75 - 100 90 - 100
0,6 30 15 - 34 35 - 59 60 - 79 80 - 100
0,3 50 5 - 20 8 - 30 12 - 40 15 - 50
700
0,15 100 0 - 10 0 - 10 0 - 10 0 - 15

Semen tipe I, II dan V


Keterangan : Daerah 1 : Pasir kasar
Semen tipe III
Daerah 2 : Pasir agak kasar
Daerah 3 : Pasir agak halus
600
Daerah 4 : Pasir halus

500

91 hari

Lampiran 24
Kuat Tekan (kg/m 3)

400

28 hari

300

7 hari

200

3 hari

100

0
0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1
faktor air semen
Lampiran 25

Gambar 1 Hubungan Faktor Air Semen Dan Kuat Tekan Silinder Beton
Slump 0 - 10 mm Slump 10 -30 mm Slump 30 -60 mm Slump 60 - 180 mm
80

70

60

50 1
1 1
40 2
2 2
1 3
30 3 3
2 4
4 4
20 3
4

10
0.2 0.4 0.6 0.8 0,2 0,4 0,6 0,8 0.2 0.4 0.6 0.8 0.2 0.4 0.6 0.8
Faktor air semen

Gambar 2 Persentase Jumlah Pasir Daerah 1, 2, 3, 4 Dengan Ukuran Agregat


Maksimum 20 mm

2700

2600
Berat beton (kg/m3)

2500
2.9
2400 2.8
2.7
2300
2.6
2200 2.5
2.4
2100
100 120 140 160 180 200 220 240 260
3
Kandungan air (ltr/m beton) Lampiran 26

Gambar 3 Hubungan Kandungan Air, Berat Jenis Agregat Campuran Dan Berat
Beton
Gambar Pelaksanaan

Gambar 4 Campuran Beton Sebelum Dikasih Air


Gambar 5 Campuran Beton Setelah Dikasih Air

Lampiran 27
Gambar 6 Campuran Beton Ditambah Dengan Sika Viscocrete-10

Gambar 7 Campuran Beton Setelah Ditambah Sika Viscocrete-10


Gambar 8 Campuran Beton Normal

Lampiran 28

Gambar 9 Campuran Beton Dengan Sika Viscocrete-10

Gambar 10 Pengujian Slump Beton Normal


Gambar 11 Pengujian Slump Beton Dengan Sika Viscocrete-10

Gambar 12 Pembuatan Benda Uji Lampiran 29

Gambar 13 Benda Uji Setelah Dicetak


Gambar 14 Benda Uji Sebelum Direndam

Lampiran 30

Gambar 15 Perawatan Benda Uji

Gambar 16 Benda Uji Setelah Direndam


Gambar 17 Pengukuran Dimensi Benda Uji

Lampiran 31

Gambar 18 Pengujian Kuat Tekan Benda Uji


Gambar Alat-Alat Yang Digunakan
Lampiran 32

You might also like