You are on page 1of 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Saya rasa semua akan setuju jika saya mengatakan bahwa Salah satu hal yang terpenting
untuk mewujudkan sebuah pemerintahan yang demokratis adalah melalui system pemerintahan
terbuka atau dengan kata lain open government. Pemerintahan terbuka merupakan suatu system
penyelenggaraan pemerintahan yang dilakukan secara transparan, dan partisipatoris yang
dilaksanakan sejak pengambilan keputusan, pelaksanaan sampai dengan evaluasi. Artinya, setiap
orang dan seluruh masyarakat suatu bangsa berhak tahu informasi yang berkaitan dengan
pemerintahan, karena itu merupakan hak setiap manusia dan hak seluruh rakyat.

Pasal 19 Deklarasi PBB tentang Hak Asasi Manusia (Universal Declaration of Human
Rights) yang menyatakan bahwa: ”Setiap orang punya hak untuk bebas berpendapat dan
berekspresi; hak ini mencakup kebebasan untuk memegang pendapat tanpa gangguan dan hak
untuk mencari, menerima, dan menyebarkan informasi dan pemikiran melalui media apapun
tanpa batas”. 1

Pasal 28F Amandemen kedua UUD 1945, juga menyatakan bahwa: "Setiap orang berhak
untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan
sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengelola, dan
menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia."

Nampak jelas bahwa, setiap dari kita berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki,
menyimpan, mengelola, dan menyampaikan informasi. Namun satu hal yang sangat penting, hal
yang tidak boleh dilupakan yaitu bahwa tidak ada kebebasan yang bersifat mutlak (there is no
absolute freedom).

1
Deklarasi PBB tentang hak asasi manusia, Diterima dan diumumkan oleh Majelis Umum PBB pada
tanggal 10 Desember 1948 melalui resolusi 217 A (III)

1
Namun yang menjadi Masalahnya adalah, dimanakah batas-batas atau pengecualian yang
perlu diberikan agar kebebasan informasi ini dapat dilaksanakan dengan tetap menghormati
semua orang?
Pasal 19 ayat (3) Kovenan Internasional untuk Hak Sipil dan Politik pada intinya
menyebutkan dalam kaitannya dengan hak atas kebebasan berpendapat (yang bertanggung
jawab) termasuk mencari, memperoleh, dan memberikan informasi dimungkinkan diatur
pembatasan atau pengecualian tertentu selama diatur dalam Undang- Undang dan dianggap ada
kepentingan yang besar untuk menghargai hak dan reputasi orang lain, menjaga keamanan
negara, ketertiban umum, kesehatan masyarakat atau kepentingan moral.
Hal ini juga tertuang dalam Pasal 28J ayat (2) UUD 1945 yang menyatakan bahwa dalam
menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang
ditetapkan undang-undang dengan maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan serta
penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai
dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu
masyarakat yang demokratis.
Berdasarkan pembatasan diatas, ada suatu pembatasan dalam setiap hak yang ada pada
kita. Semacam rahasia yang tidak boleh diketahui oleh orang lain. 2Ada Sesuatu informasi yang
tidak boleh diketahui oleh public karena alasan tertentu. Misalnya saja informasi tentang militer
yang tidak boleh diketahui oleh masyarakat umum, maka dalam undang-undang itu merupakan
rahasia militer yang tidak boleh di umbar keluar, cukup dikalangan militer saja. Maka jika ada
yang membeberkan rahasia tersebut akan dihukum dengan membuka rahasia yang seharusnya
tidak boleh dibuka.
Demikian juga dengan advokat atau pengacara, ada rahasia dari kliennya yang tidak
boleh dibuka kepada orang lain. Pejabat pemerintahan dan perusahaan ada rahasia yang tidak
boleh di ketahui oleh orang banyak. Maka di dalam undang-undang akan dihukum dengan
membuka rahasia.

2
www.elsam.com

2
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana yang di maksud dengan tindak pidana membuka rahasia?


2. Apa saja unsur-unsur tindak pidana membuka rahasia?

C. Maksud Dan Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan perbuatan pidana membuka rahasia.
2. Untuk mengetahui unsur-unsur tindak pidana membuka rahasia.

D. Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini merupakan metode yang bersifat
library research, yaitu dengan cara mengumpulkan berbagai data dari bahan-bahan bacaan baik
dibuku maupun di internet dan kemudian di analisa dan di susun dalam bentuk makalah.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Membuka Rahasia

Rahasia merupakan sesuatu yang tidak boleh diketahui oleh orang lain. Sesuatu yang
dipercayakan kepada seseorang baik karena seseorang tersebut mempunyai jabatan atau
seseorang tersebut pernah bekerja pada suatu perusahaan atau instansi.
Di dalam KUHP3 telah diatur tentang membuka rahasia, yaitu dalam pasal 322 sampai
dengan pasal 323,
Bunyi pasal 322
(1) barang siapa dengan sengaja membuka rahasia yang wajib disimpannya karena
jabatannya atau pencariannya, baik yang sekarang maupun yang terdahulu, diancam
dengan pidana penjara paling lama Sembilan bulan atau pidana denda paling banyak
Sembilan ribu rupiah.
(2) Jika kejahatan dilakukan terhadap seseorang tertentu, maka perbuatan itu hanya dapat
dituntut atas pengaduan orang lain.

Bunyi pasal 323:


(1) Barang siapa dengan sengaja memberitahukan hal-hal khusus tentang suatu perusahaan
dagang, kerajinan atau pertanian, dimana ia bekerja atau dahulu bekerja, yang harus
dirahasiakannya, diancam dengan pidana penjara paling lama Sembilan bulan atau pidana
denda paling banyak Sembilan ribu rupiah.
(2) Kejahatan itu hanya dituntut atas pengaduan pengurus perusahaan itu.

Ada beberapa lagi pasal dan undang-undang mengenai membuka rahasia, misalnya saja
UU tentang informasi dan UU tentang keamanan Negara. Jika rahasia tentang Negara tidak
dibuat Undang-undang maka akan sangat rapuh Negara kita. Demikian juga dengan kita sebagai
rakyat biasa, mempunyai rahasia yang dijaga oleh undang-undang demi kepentingan pribadi kita

3
Soerodibroto, soenarto. 1994. KUHP dan KUHAP dilengkapi yuresprudensi mahkamah agung dan hoge raad.
Jakarta: Rajawali Pers. Hlm. 196

4
sebagai rakyat. Sehingga kita aman dari pemerasan, artinya tidak ada orang yang memanfaatkan
rahasia kita untuk memeras kita.

B. Unsur Tindak Pidana Membuka Rahasia

Pasal 322 mengenai rahasia berwujud apa saja yang dipercayakan kepada orang karena
jabatan atau pekerjaannya (beroep), baik yang sekarang masih dipegangnya ataupun yang
dahulu, jadi yang sekarang sudah ditinggalkannya. Perbuatan ini harus dilakukan dengan
sengaja, dan diancam dengan hukuman penjara selama-lamanya Sembilan bulan atau denda
sebanyak-banyaknya enam ratus rupiah. Apabila kejahatan ini mengenai seseorang tertentu maka
tuntutan digantung kepada pengaduan orang itu.
Pasal 323 mengenai rahasia khusus, yaitu yang ada hubungannya dengan suatu
perusahaan dagang, kerajinan atau pertanian, dimana seseorang bekerja atau dahulunya pernah
bekerja dan rahasia itu wajib disimpannya.
Kewajiban menyimpan rahasia itu tidak perlu berdasarkan suatu perjanjian khusus antara
orang itu di satu pihak dengan dan pengurus perusahaan di pihak lain. Cukup apabila orang itu
tahu bahwa sewajarnya rahasia harus disimpan. Bahwa pengetahuan itu perlu, dapat disimpulkan
dari unsure kesengajaan yang kini ada.
Menurut ayat 2, tuntutan atas tindak pidana ini digantungkan kepada pengaduan dari
pengurus perusahaan.
Kedua pasal ini menunjukkan kepada ketentuan-ketentuan dalam peraturan lain yang
menentukan adanya suatu rahasia yang disimpan orang lain.
Pasal 322 tidak menyebutkan jabatan apa yang menentukan rahasia, maka dapat meliputi
semua jabatan dari pengawai negeri. Demikian juga dengan hal pekerjaan (beroep) yang
mewajibkan seorang pekerja itu harus menyimpan rahasia. Biasanya, yang dianggap harus
menyimpan rahasia itu adalah notaries, pengacara, dokter, polisi, jaksa, hakim dan pengawai
riset.
Dalam hokum acara pidana dan perdata, terdapat kewajiban setiap orang untuk
memberikan keterangan yang benar. Disana disebutkan hak seorang saksi untuk dibebaskan dari
kewajiban memberikan kesaksian itu berdasarkan atas ketentuan dalam jabatan atau
pekerjaannya yang mewajibkan mareka pula untuk menyimpan rahasia.

5
Jadi, kini terdapat dua kewajiban yang bertentangan satu sama lainnya. Timbul
pertanyaan apabila orang yang berwajib menyimpan rahasia dimuka hakim tidak
mempergunakan hak untuk bebas dari kewajiban memberikan kesaksian, jadi lantas membuka
rahasia, maka bebaskah ia dari tuntutan berdasar membuka rahasia dari pasal 322 atau 323?
Para penulis belanda bersepakat bahwa seseorang yang dengan kemauan sendiri
melepaskan hak untuk diam di muka pengadilan atau hakim, tidak bebas dari kewajiban
menyimpan rahasia.4
Saya rasa, pendapat ini terlalu kaku. Menurut hemat saya, dalam tiap-tiap peristiwa
tertentu harus dilihat kewajiban mana yang lebih berat, kewajiban memberikan kesaksian atau
kewajiban menyimpan rahasia. Keduanya mungkin mengenai kepentingan umum, dan
kepentingan umum itu bermacam-macam yang tidak selalu sama harganya bagi masyarakat.
Maka, kepentingan umum yang kurang berharga bagi masyarakat harus dikalahkan. Untuk
menentukan hal ini tidak mungkin diadakan pedoman umum. Setiap persoalan harus ditinjau
secara tenang.

BAB III

4
Prodjodikoro, wiryono. 2003. Tindak-Tindak Pidana Tertentu Di Indonesia. Bandung: PT Rafika Aditama. Hlm.
170

6
PENUTUPAN

A. KESIMPULAN

Pada diri kita terdapat hak dan kewajiban yang harus kita jaga keseimbangannya. Jika ita
mempunyai hak untuk mendapatkan segala informasi maka kita juga mempunyai kewajiban
untuk menjaga suatu informasi tersebut dalam hal ini dikatakan rahasia.
Undang-undag juga telah mengatur tentag membuka rahasia baik di dalam KUHP
maupun di dalam Undang-Undang yang lain. Di dalam KUHP terdapat didalam pasal 322 dan
323.
Unsure-unsur dari membuka rahasia adalah:
 Adanya unsure kesengajaan yang beraal dari pengetahuan
 Adanya suatu ikatan
 Adanya hal khusus yang tidak boleh diketahui oleh orang atau perusahaan lain.

DAFTAR PUSTAKA

7
Prodjodikoro, wiryono. 2003. Tindak-Tindak Pidana Tertentu Di Indonesia. Bandung: PT Rafika
Aditama

Soerodibroto, soenarto. 1994. KUHP dan KUHAP dilengkapi yuresprudensi mahkamah agung
dan hoge raad. Jakarta: Rajawali Pers.

www.elsam.com

Deklarasi PBB tentang Hak Asasi Manusia, tanggal 10 Desember 1948 melalui resolusi 217 A
(III).

You might also like