Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
Kelompok 9
1. Nur Azizah Ulfiyana
2. Dwi Retnowati
3. Hasyim Asy’ari
4. Siti Nur Laila
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan taufiq, hidayah serta Inayahnya
kepada kuam muslim dengan diturunkannya Al – Qur’an yang mulia, dan telah
menjamin terpeliharanya hingga akhir zaman.
Semoga shalawat serta salam senatiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad
SAW, yang telah membawa kita kepada keindahan Islam, Nabi yang paling dinanti-
nantikan syafa’atnya di hari kiamat kelak.
Dengan segenap upaya dan kemampuan kami, akhirnya kami mampu
menghadirkan makalah ini untuk mata kuliah Aswaja III. Kami menyadari
keterbatasan dan kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kritik dan saran yang
konstruksif sangat diharapkan dari para pembaca sekalian.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar
Daftar isi
BAB I PENDULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Pembahasan
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Ijtihad dan Syarat-syaratnya
B. Ijtihad pada Masa Kini
C. Taklid dalam NU
D. Dampak Ijtihad dan Taklid dalam NU
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perdaban manusia selalu dinamis, terus berubah seiring dengan perkembangan
zaman. Hal ini tentu terus memunculkan masalah-masalah baru, masalah
kontemporer di dalam masyarakat. Oleh karena itu para ulama-ulama NU dituntut
untuk mampu memecahkan semua masalah-masalah yang timbul dengan melalui apa
yang disebut ijtihad.
Lalu apa itu ijtihad? Apa itu taklid? Makalah ini akan mencoba sedikit
menguraikan ijtihad dan taqlid. Dengan hadirnya makalah ini diharapkan akan
semakin membuka wawasan kita. Semoga.
B. Rumusan Masalah
Pembahasan ijtihad dan taqlid tidak terlalu luas, hanya sebatas :
1. pengertian ijtihad dan syarat-syaratnya
2. Ijtihad pada masa kini
3. Taklid dalam NU
4. Dampak ijtihad dan taqlid dalam NU
C. Tujuan Penulisan
Makalah ini disusun dengan tujuan antara lain :
1. Agar kita mengetahui dan memahami pengertian ijtihad dan syarat-syaratnya.
2. Agar kita mengetahui ijtihad yang ada pada masa sekarang ini.
3. Untuk mengetahui dan mamahami pengertian taqlid dalam NU.
4. Untuk mengetahui dampak ijtihad dan taqlid dalam NU.
BAB II
PEMBAHASAN
“Dan apa yang Rasul brikan kepadamu hendaklah kamu ambil , dan apa
yang Rasul larang kepadamu hendaklah kamu hentikan, dan takutlah kepada
Allah, Sesungguhnya Allah keras siksanya.”
(QS. Al Hasyr: 7)
Keempat, mengetahui ijma’ (kesepakatan hukum) para sahabat. Supaya kita
dalam menentukan hukum tidak bertentangan dengan apa yang telah disepakati oleh
sahabat,m karena lebih mengetahui Syari’at Islam. Mereka hidup bersama nabi dan
mengetahui sebab turunnya Al Qur’an dan datangnya hadits.
Kelima, mengetahui adat kebiasaan manusia. Adat kebiasaan bisa dijadikan
hukum ( ) selama tidak bertentangan dengan Al Qur’an dan hadits.
Dalam ijtihad, ada beberapa tingkatan, yakni ijtihad F1 Al-Mazhab, pelakunya
disebut mujtahid F1 Al-Mazhab. Lalu dibawahnya ada ijtihad Fatwa, pelakunya
disebut mujtahid Fatwa. Mujtahid tingkat kedua ini ialah mereka yang mampu meng-
istibath hukum dari kaidah-kaidah imam mazhab (mujtahid mutlaq) yang diikuti.
Misalnya imam Al-Muzani, pengikut mazhab Syarfi’i sedangkan mujtahid Fatwa
adalah mujtahid yang mempunytai kemampuan metarjih antara dua Qaul yang di-
mutlaqkan oleh imam mujtahid yang dianutnya.
Didalamnya kitab Al-Fawaid, Al-Makkiyah diuraikan tingkatan ulama Figh
itu ada enam. Pertama mujtahid muntaqil, setingkat Al-Syafi’i. Kedua mujtahid
muntasib, setingkat imam Al-Muzani. Ketiga ashhabu Al-Wujuh, setingkat imam Al-
Qaffal. Keempat mujtahid Fatwa, setingkat Al-Nawawi dan imam Al-Rofi’i. Kelima
pemikir yang mampu metarjih antara dua pendapat dari dua imam yang berbeda,
misalnya imam Al-Asnawi. Keenam hamalatu Al-Fiqih, yaitu ulama-ulama yang
menguasai aqwal (pendapat-pendapat) para imam.
Akan tetapi, Nahdlatul ulama mempergunakan istilah yang umum di kalangan
ulama Ahlussunnah wal Jama’ah bahwa yang dimaksud mujtahid hanyalah mujtahid
mutlak atau mujtahid mustaqil. Dibawah tingkatan itu tergolong Muqalid (orang yang
mengikuti).
C. Taklid Dalam NU
Taklid bagi NU, sesuai dengan pengertiannya yang telah ditulis dalam kitab-
kitab Syafi’iyah, ialah mengambil atau mengamalkan pendapat orang lain tanpa tahu
dalil-dalilnya atau hujjahnya. Tentang status hukumnya, taklid di bidang figh (bukan
aqidah) ada beberapa pendapat yang cukup panjang pembasannya. Dalam hal ini Dr.
Said Ramadlan mengutip kata imam Ibnu Al Qoyyim yang disetujui oleh beberapa
ulama sebagai berikut. Bahwa telah lengkapnya kitab-kitab Al-Sunan saja belum
cukup untuk dijadikan landasan Fatwa, tetapi juga diperlukan tingkat kemampuan
istinbath dan kahlian berfikir serta menganalisa. Bagi yang tidak memiliki
kemampuan tersebut, maka ia berkewajiban mengikuti firman Allah :
Ibnu Khaldun juga menceritakan, para sahabat tidak semuanya ahli Fatwa.
Begitu pula tabi’in. Ini berarti sebagian para sahabat dan tabi’in yang paling banyak
jumalahnya, adalah bertaqlid kepada mereka yang ahli Fatwa. Tidak satupun dari
sahabat dan tabi’in mengingkari taqlid. Imam Ghazali dalam kitabnya Al-Mustasfa
mengatakan, para sahabat telah sepakat (Ijma) menganai keharusan bertaqlid bagi
orang awan.
Dari uraian diatas dapat diambil pengertian bahwa ijtihad di kalangan ulama
NU dipahami sebagai upaya berfikir secara maksimal untuk menggali hukum syar’i
yang berkaitan dengan amal perbuatan manusia secara langsung dari Al Qur’an dan
Hadits.
Pelaku ijtihad disebut mujtahid dan dalam hal ini ada beberapa tingkatan;
mujtahid mutlaq, mujtahid Fatwa, dan lain-lain.
Seorang mujtahid harus menguasai bahasa Arab berikut nahwu, sharaf dan
juga balaghohnya, menguasai dan mamahami Al Qur’an secara keseluruhan,
menguasai hadits-hadits Rasulullah, mengetahui yina para sahabat, dan juga
mengetahui adat kebiasaan manusia.
Adapun taqlid menurut KH. Ahmad Siddiq adalah mengikuti pendapat orang
lain yang diyakini kebenarannya sesuai dengan Al Qur’an dan hadits pelakunya
disebut muqallid.
Bagi orang awam, yang tidak memenuhi kriteria sebagai mujtahid alias tidak
memiliki kemampuan untuk berijtihad maka taqlid adalah wajib hukumnya.
DAFTAR PUSTAKA
www.nu.or.id
www.kmnu.org
www.ermuslim.com
www.td.wikipedia.org/wiki/Nahdlatul-Ulama
www.gusmus.net
www.Fatimah.org
http://anshori.wordpress.com
hasanuddin, Moh. As’ad Toha, Pendidikan ASWAJA SMA, Al-Ihsan, Surabaya, 1992.