Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
ada hampir di seluruh dunia. Rasanya yang unik, yakni perpaduan rasa manis dan asam
menjadikan tomat salah satu buah yang banyak digemari masyarakat. Hal tersebut
dikarenakan tomat memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi juga memiliki
kandungan dan komposisi gizi yang tergolong lengkap (Redaksi AgroMedia, 2007).
Produksi tomat di Indonesia pada tahun 2004 sebesar 4,65 % (626,872 ton)
dengan luas lahan 52,719 ha, dan hasil rata-rata tomat sebesar 11,89 ton ha-1 (Badan
Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura, 2005). Sedangkan
pada tahun 2005 produksi tomat meningkat menjadi 647,020 ton ha -1 dengan
produktivitas sebesar 12,64 ton ha-1 (Deptan, 2005 dikutip Redaksi AgroMedia, 2007).
Hasil tersebut masih rendah dibanding dengan potensi tanaman tomat menggunakan
mampu mencapai hasil 25 sampai 30 ton ha-1 (East West Seed Indonesia, PT., 2007).
Dengan demikian upaya peningkatan hasil tanaman tomat per satuan luas perlu terus
ditingkatkan.
Dalam mengejar sasaran peningkatan hasil tanaman tomat, petani dan pelaku
kimia dan pestisida terbukti menimbulkan pencemaran baik pada tanah maupun
produk pertanian, yang akhirnya dapat menurunkan kualitas lahan dan produksi
1
bahan bahan organik atau pupuk untuk meningkatkan produksi dan kualitas produk
yang dapat digunakan dalam usaha pengelolaan pertanian yang mampu mengurangi
pengaruh negatif pada lingkungan (Anonim, 1997). EM terdiri atas kultur campuran
mikroorganisme bermanfaat dan hidup secara alami serta dapat diterapkan sebagai
proses dekomposisi, merombak polisakarida menjadi karbon dan air serta merangsang
pelapukan sisa-sisa tanaman menjadi artikel yang lebih kecil (Solihah, 1995). Aplikasi
pertumbuhan dan produksi tomat (Higa dan Wididanan, 1991b dalam Wididana,
Identifikasi masalah yang dapat dikemukakan dari uraian pada latar belakang
adalah : Apakah terjadi interaksi antara konsentrasi dan interval waktu pemberian EM-
2
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari interaksi antara konsentrasi dan
waktu pemberian EM-4 terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman tomat. Penelitian
hasil penelitian yang diperoleh dapat dijadikan landasan dan bahan pertimbangan bagi
petani atau instansi pemerintah yang terkait dalam usaha meningkatkan hasil tanaman
tomat.
Tanah merupakan sistem yang hidup karena dapat mengolah pupuk anorganik
maupun organik yang diberikan menjadi unsur hara dalam bentuk yang tersedia
maupun tidak tersedia bagi tanaman (Adiningsih, 1992). Salah satu pemegang kunci
proses tersebut adalah keberadaan mikroba tanah yang mampu mentransformasi hara
sedemikian rupa sehingga unsur hara tetap berada pada sistem tanah-tanaman dan
dalam keadaan berimbang sesuai dengan kebutuhan tanaman. Menurut Verma dan
unsur hara, penghasil zat perangsang tumbuh dan pengendali penyakit tanaman dapat
3
pada bahan organik untuk meningkatkan keragaman dan populasi mikroorganisme
90% genus Lactobacillus dan genus Azotobacter serta dalam jumlah sedikit bakteri
fotosintetik, Streptomycetes sp., ragi dan Actinomycetes. Cara kerja EM-4 di dalam
EM-4 dengan dosis 8 L/ha per musim tanam, bila diaplikasikan dengan cara cara
(Wididana, 1995).
akan berbeda-beda pada taraf konsentrasi dan interval waktu pemberian yang berbeda-
beda. Konsentrasi menunjukan tingkat kepekatan bahan aktif yang berbeda dalam
cairan semprot, pemberian EM-4 pada konsentrasi yang tepat disertai dengan interval
waktu pemberian yang tepat pula, maka pertumbuhan dan hasil tanaman akan
meningkat.
1.5 Hipotesis
antara konsentrasi dan interval waktu pemberian EM-4 terhadap pertumbuhan dan
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Classis : Dicotyledonae
Ordo : Solanales
Familia : Solanaceae
Genus : Lycopersicon
Tanaman tomat memiliki akar tunggang yang bisa tumbuh menembus tanah,
akar cabang, serta akar serabut (yang tumbuh kesamping yang bisa menyebar kesegala
30 cm sampai 70 cm. sesuai dengan sifat perakarannya, tomat bisa tumbuh dengan
baik di tanah yang gembur dan mengikat air (Redaksi AgroMedia, 2007).
Batang tanaman tomat berbentuk bulat, bercabang mulai dari ketiak daun yang
berada dekat dengan tanah. Tinggi tanaman tomat mencapai dua sampai tiga meter.
Sewaktu masih muda batangnya berbentuk bulat dan teksturnya lunak, tetapi setelah
tua batangnya berubah menjadi bersudut dan bertekstur keras berkayu. Ciri khas
5
batang tomat adalah tumbuhnya bulu-bulu halus di seluruh permukaannya
Daun tomat berbentuk oval dengan panjang 20 sampai 30 cm. Tepi daun
bersirip besar terdapat sirip kecil dan ada pula yang bersirip besar lagi (bipinnatus).
Umumnya, daun tomat tumbuh di dekat ujung dahan atau cabang, memiliki warna
Bunga tanaman tomat berwarna kuning dan tersusun dalam dompolan dengan
jumlah lima sampai sepuluh bunga per dompolan atau tergantung dari varietasnya.
Kedudukan rangkaian bunga beragam, ada yang terletak di antara buku, pada ruas,
ujung batang, atau ujung cabang. Kelopak bunga berjumlah enam, berujung runcing,
dan berwarna hijau. Mahkota bunga berjumlah enam, bagian tangkalnya membentuk
tabung pendek berwarna kuning. Bunga tomat adalah bunga sempurna, memiliki
benang sari, bakal buah, kepala putik, dan tangkai putik. Benang sari terletak
mengelilingi putik, bertangkai pendek dan berwarna kuning cerah. Bunga tomat dapat
demikian tidak menutup terjadi penyerbukan silang dengan bantuan serangga seperti
Buah tomat berbentuk bulat, bulat lonjong, bulat pipih atau oval. Buah yang
masih muda berwarna hijau muda (berbulu dan berasa getir) sampai hijau tua.
Sementara itu, buah yang sudah tua berwarna cerah atau gelap, merah kekuning-
6
kuningan, atau merah kehitaman. Diameter buah tomat antara 2 sampai 15 cm,
Biji tomat berbentuk pipih, berbulu, dan diselimuti daging buah. Warna biji ada
yang putih, putih kekuningan, ada juga yang kecoklatan. Panjangnya 3 sampai 5 mm
dan lebar 2 sampai 4 mm. Jumlah biji setiap buahnya bervariasi tergantung pada
varietas dan lingkungan. Biji inilah yang umumnya digunakan untuk perbanyakan
tinggi maupun dataran rendah (tergantung varietasnya) dengan waktu tanam yang baik
sebelum musim hujan berakhir (awal musim kemarau) namun sebagian besar sentra
Tanaman tomat yang sesuai untuk ditanam di dataran tinggi misalnya varietas Berlian,
varietas Mutiara, varietas Kada. Sedangkan varietas yang sesuai di dataran rendah
misalnya varietas Intan, varietas Ratna, varietas Berlian, varietas LV, varietas CLN.
Selain itu, ada varietas tomat yang cocok di tanam di dataran rendah maupun dataran
Pada dasarnya bertanam tomat bisa dilakukan di segala jenis tanah. tanaman
semusim ini biasa tumbuh di tanah Andosol, Regosol, Latosol, Ultisol, dan Grumosol.
Jika tanah kurang subur atau sifatnya kurang cocok untuk pertumbuhan tanaman tomat
bisa dimanipulasi lewat pemupukan, baik pupuk organik maupun pupuk anorganik.
Kondisi tanah yang paling cocok untuk bertanam tomat adalah lempung berpasir yang
7
gembur dan banyak mengandung unsur hara. Jika tanah terlalu liat, strukturnya perlu
diperbaiki lewat pemberian pupuk kandang atau pupuk kompos dengan takaran 20
sampai 30 ton ha-1. Curah hujan optimal untuk tanaman tomat adalah 100-200 mm per
bulan. Suhu udara rata-rata harian yang optimal untuk perkecambahan benih tomat
adalah 25o sampai 30oC, sedangkan untuk pertumbuhan tanaman tomat adalah 24o
sampai 28o C. Kelembaban relatif yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman tomat
adalah 80 %. Sewaktu musim hujan, kelembaban akan meningkat dan resiko terserang
bakteri dan cendawan cenderung tinggi (Bernardinus dan Wahyu Wiryanta, 2002).
Tanaman tomat dapat ditanam di segala jenis tanah, mulai tanah pasir sampai
tanah lempung berpasir yang subur, gembur, banyak mengandung bahan organik serta
unsur hara dan mudah merembeskan air, akan tetapi tanaman tomat lebih menghendaki
tanah yang gembur, kaya humus dan subur. Akar tanaman tomat rentan terhadap
kekurangan oksigen, oleh karena itu drainase harus baik dan tidak menggenang.
Kemasaman tanah (pH) berkisar 5,5 sampai 7,0 sangat cocok untuk budidaya tomat
(Sastrahidayat, 1992).
Konsep dan teknologi EM-4 dalam bidang pertanian telah dilakukan secara
mendalam oleh Teruo Higa di Universitas Ryukyus, Okinawa, Jepang. Dalam skala
luas EM-4 telah diterapkan oleh petani organik di Jepang, diteliti kefektifannya di 15
negara termasuk Indonesia (Wididana dan Higa, 1996). EM-4 dapat memacu
8
1. Melarutkan kandungan unsur hara dari batuan induk yang kelarutannya rendah,
pupuk kimia dan pestisida (Wididana, 1995). Di samping diterapkan pada tanah dan
tanaman EM-4 juga dapat diterapkan dalam pengolahan limbah, memperbaiki tanah
dasar tambak dan untuk mempercepat pertumbuhan ikan. Wididana dan Higa
9
5) Memfiksasi nitrogen
mikroorganisme patogen yang selalu menjadi masalah pada budidaya tanaman sejenis
secara terus menerus. Selain itu EM-4 ini merubah lingkungan jika diaplikasikan
dalam dosis yang tinggi secara kontinyu sebab EM-4 bukan merupakan
mikroorganisme asing dan secara alami sudah terdapat di dalam tanah. Populasi
EM-4 di alam akan diseimbangkan sesuai dengan lingkungan bahan organik, air,
suhu, O2 dan lain-lain yang tersedia di dalam tanah (Wididana dan Higa, 1996).
organik yang terdapat di dalam tanah dengan melepaskan hasil fermentasi berupa
alkohol, gula, vitamin, asam amino dan senyawa organik lainnya. Fermentasi bahan
organik tidak melepaskan panas dan gas yang berbau busuk, sehingga serangga
tidak tertarik untuk bertelur atau melepaskan telurnya di dalam tanah, sehingga
tingkat serangan hama menjadi menurun, begitu pula pada EM-4 dapat
1995).
dalam EM-4 sebagian besar terkandung genus Lactobacillus (bakteri asam laktat)
serta dalam jumlah sedikit bakteri fotosintetik, streptomycaes dan ragi. EM-4
10
Penelitian tentang EM-4 telah dilakukan pada beberapa jenis tanaman
memberikan respon yang positif terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman serta dapat
11
III. METODE PENELITIAN
Bahan yang digunakan benih tomat, EM-4, pupuk Urea, SP-36, KCl,
fungisida Dithane M-45 80 WP dan air.. Alat-alat yang digunakan adalah ayakan,
Faktor pertama adalah konsentrasi EM-4 (A) yang terdiri atas 3 taraf, yaitu :
A2 = 2 ml L-1 air
A5 = 5 ml L-1 air
A8 = 8 ml L-1 air
Faktor kedua adalah interval waktu pemberian EM-4 (B) yang terdiri atas 2 taraf,
yaitu:
12
3.3.3 Rancangan Respon
umur saat berbunga, jumlah tandan bunga tanaman-1, jumlah buah tanaman-1, diameter
Keterangan:
Xijk : Nilai pengamatan pada satuan percobaan ke-k yang
memperoleh kombinasi perlakuan ij (taraf ke-I dari faktor A
: dan taraf ke-j dari faktor B)
μ : Rata-rata umum
αi : Pengaruh aditif taraf ke-i dari faktor A
β j : Pengaruh aditif taraf ke-j dari faktor B
(α β )ij : Interaksi taraf ke-i faktor A dan taraf ke-j faktor B
eijk : Pengaruh galat dari satuan percobaan ke-k yang memperoleh
kombinasi perlakuan ij
13
Persiapan media tanam dilakukan dengan mengambil tanah pada kedalaman 20
cm kemudian diberishkan dari sisa tanaman dan diayak dengan ayakan yang berukuran
0,4 x 0,4 cm. Campuran tanah dan pupuk kandang yang digunkan sebagai media
tanam disterilisasi dengan menggunakan soil sterilizer untuk mencegah layu fusarium.
Pembenihan dilakukan dalam kotak persemaian yang terbuat dari kayu yang
daun, kemudian dipindahkan ke polybag yang berisi campuran 5 kg tanah dan 0,5 kg
pupuk kandang. Pupuk Urea, SP-36 dan KCl masing-masing diberikan tiga kali
sebanyak 3 g/polibag pada saat tanaman berumur 7, 28 dan 49 hari setelah tanam (hst).
Larutan EM-4 disiramkan ke media tanam setiap minggu dan setiap dua minggu sesuai
dengan perlakuan. Pemberian EM-4 dimulai sejak tanaman dipindahkan dari kotak
persemaian ke polybag sampai waktu panen pertama (7 hst sampai dengan 56 hst).
setiap hari untuk menjaga kelembaban tanah dan ketersediaan air bagi tanaman.
Pengendalian gulma dilakukan secara manual dengan mencabut gulma yang tumbuh.
sesuai dosis anjuran. Setelah 60% kulit buah berwarna merah, buah dipanen dengan
selang waktu 2 atau 3 hari sampai buah tidak layak panen. Setelah panen berakhir,
14
Hasil analisis statistik dengan uji F menunjukkan bahwa EM-4 tidak
pertumbuhan dan hasil yang lebih baik dibandingkan tanaman kontrol (tanpa EM-4).
Sedangkan interval waktu pemberian EM-4 hanya berpengaruh terhadap berat buah.
Hal ini terjadi karena kontrol memperoleh unsur hara dan bahan organik yang
diberikan (pupuk kandang sapi). Pengaruh baik bahan organik terhadap sifat tanah dan
menggemburkan tanah, sumber fosfat, sulfur dan nitrogen serta meningkatkan daya
sangga air dan jumlah air yang tersedia untuk keperluan tanaman (Wididana, 1993).
15
Perbedaan konsentrasi EM-4 tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
hasil seluruh tanaman yang diberi EM-4. Hal ini diduga karena pupuk kandang sapi
yang digunakan merupakan bahan organik yang sudah mengalami pelapukan, sehingga
organik yang mudah dicerna (belum mengalami pelapukan). Higa (1992) dalam
sempurna
Hasil analisis uji F terhadap perbedaan pengaruh EM-4 antar perlakuan dengan
kontrol pada pengamatan panjang buah menunjukkan pengaruh yang nyata. Nilai F-
semua tanaman yang diberi EM-4 pada panjang buah menunjukkan perbedaan yang
16
nyata. Tanaman yang diberi EM-4 menunjukkan buah yang lebih panjang
dibandingkan tanaman kontrol (tanpa EM-4). Hal ini juga terlihat dari variabel-
variabel lainnya seperti diameter batang cenderung yang lebih lebar, umur saat
berbunga lebih pendek, dan buah cenderung lebih berat. Hasil ini didukung oleh hasil
meningkatkan berat buah/tanaman tomat. Hal ini diduga akibat dari bertambahnya
bahan organik tanah yang menghasilkan nitrogen, asam amino dan karbohidrat.
fotosintesis juga meningkatkan jumlah fotosintat serta translokasi fotosintat dari daun
beberapa perlakuan yang diberi EM-4 terhadap tinggi tanaman disajikan pada Tabel 3.
17
Pada Tabel 3 terlihat perlakuan A2B2 menunjukkan respon tinggi tanaman
terendah pada akhir pengamatan sebesar 60,2 cm. Hal ini diduga karena total volume
larutan EM-4 yang diberikan pada perlakuan A2B2 paling sedikit dibandingkan
2001). Pemyataan ini didukung oleh Anonim (1997) yang menyatakan EM-4
pada Tabel 4.
pengaruh yang cenderung lebih baik pada tinggi tanaman, panjang buah, dan diameter
buah dibandingkan dengan konsentrasi 2 ml liter air -1 dan 8 ml liter air-1 (Tabel 4). Dari
18
hasil uji statistik (Tabel 1) konsentrasi EM-4 tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah
tandan bunga dan jumlah buah tanaman. Tetapi dari Tabel 4, konsentrasi 5 ml .liter air-
1
cenderung memberikan hasil yang lebih rendah daripada konsentrasi 2 ml liter air dan
8 ml liter air-1 pada jumlah tandan bunga dan jumlah buah tanaman .Konsentrasi EM-4
2 ml liter air-1 memberikan berat buah tanaman terkecil, padahal jumlah tandan bunga
dan jumlah buah tanaman-1 lebih besar dibandingkan perlakuan 5 ml liter air dan 8 ml
liter air-1. Hal ini terjadi karena buah yang dihasilkan dengan perlakuan 2 ml liter air -1
tergolong kecil, terlihat dan panjang buah dan diameter buahnya juga cenderung lebih
kecil. Konsentrasi 8 ml liter air-1 cenderung memberikan berat buah tanaman-1 lebih
baik dibandingkan konsentrasi 2 ml liter dan 5 ml liter air -1 (Tabel 4), walaupun secara
statistik konsentrasi EM-4 tidak memberi pengaruh nyata terhadap berat buah tanaman
(Tabel 1).
Interval Waktu
Variabel Pengamatan
B1 B2
Tinggi tanaman 5 MST (cm) 65,30 64,36
Diameter batang (cm) 0,32 0,32
Umur saat berbunga (hst) 33,96 34,40
Jumlah tandan bunga tanaman-1 4,60 4,26
Panjang buah (cm) 2,21 2,24
Diameter buah (cm) 2,65 2,76
Jumlah buah tanaman-1 6,13 7,06
Berat buah tanaman-1 (g) 47,36 72,15
19
Pada Tabel 5 dapat diketahui bahwa tanaman yang diberi EM-4 setiap 2
minggu (B2) menghasilkan buah yang lebih berat (216,5 g tanaman -1) dibandingkan
yang diberi EM-4 setiap minggu (B1) (142,1 g tanaman-1). Hal ini disebabkan karena
jumlah buah tanaman-1, panjang buah dan diameter buah yang juga cenderung
memberikan hasil yang lebih baik pada pemberian EM-4 setiap 2 minggu (Tabel 5).
Kondisi ini terjadi diduga karena pada perlakuan B1 unsur hara hasil dekomposisi lebih
yang diberi EM-4 setiap 2 minggu (B2) unsur hara lebih banyak digunakan untuk
dibebaskan sejumlah unsur hara seperti N, P dan S (Isro, 1994). Unsun-unsur ini
digunakan oleh tanaman untuk pertumbuhan organ vegetatif (Nyakpa et. al, 1988). Hal
ini juga terlihat pada jumlah daun tanaman-1 dan berat kering tanaman-1 yang diberi
EM-4 setiap minggu (B1) menunjukkan nilai lebih tinggi dibandingkan dengan yang
diberi EM-4 setiap 2 minggu (B2). Hasil penelitian Anonim (1994) pada tomat
menyatakan bahwa pemberian EM-4 setiap 2 minggu dengan konsentrasi 1 ml liter air-
1
dan 5 ml liter air-1 memberikan produktivitas buah segar yang lebih baik dari pada
20
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari uraian hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa pemberian EM-4
tanaman yang tidak diberi EM-4, hasil yang diperoleh tidak begitu berbeda satu sama
dan hasil tomat. Tanaman tomat yang diberi EM-4 setiap 2 minggu menghasilkan buah
5.2 Saran
dan interval waktu pemberian EM-4 dilapangan, agar informasi dapat diketahui lebih
21
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1997. Pedoman penggunaan EM-4 bagi negara-negara Asia Pacific Nature
Agriculture Network (ADNAN). Seminar Nasional Pertanian Organik. Yayasan
Bumi Lestari, Jakarta.
Anonim. 1999. Produksi sayuran dan buah-buahan di Propinsi Bengkulu. Badan Pusat
Statistik Propinsi Bengkulu, Bengkulu.
Higa, T. dan J.F. Parr. 1997. Effective Microorganism (EM-4) untuk Pertanian dan
Lingkungan yang Berkelanjutan. Indonesian Kyusei Nature Farming Societes,
Jakarta.
Mc Collum, J.P, J.M. Swiader, G.W, Ware. 1990. Producing Vegetable Crops 4th
edition. Interstate Publisher University of illinois, USA.
22
Nyakpa, Y., A.M.Lubis Mamat, A.P.,Ghaffar, A.,Ali, M.,Go, B.H. dan Nurhajati,H.
1988. Keseburan Tanah. Penerbit Universitas Lampung, Lampung.
Sriwidodo, J. 2001. Pengaruh jenis pupuk kandang dan konsentrasi EM-4 terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman cabai merah (Capsicum annum) Varietas Hot
Beauty. Hlm 48-54. Hasil-hasil Penelitian Teknologi Effective Microorganism
(EM-4) di Indonesia Jilid 1. Institut Pengembangan Sumberdaya Alam, Jakarta.
Suzanna, E. 1993. Pengaruh cara pembibitan dan umur bibit terhadap pertumbuhan
dan hasil tanaman tomat. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Bengkulu,
Bengkulu. (tidak dipublikasikan).
Wismarawati.T. 2001. Pengaruh pemberian EM4 dan macam pupuk kandang terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman tomat (Lycopersicon esculentum Mill). Hasil-
hasil Penelitian Teknologi Effective Microorganisms (EM) di Indonesia Jilid
1. Institut Pengembangan Sumberdaya Alam, Jakarta.
23