You are on page 1of 24

1 1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peningkatan jumlah penduduk menyebabkan permintaan akan bahan

makanan terus meningkat. Untuk mengatasi hal tersebut maka perlu adanya

peningkatan produksi bahan makanan, baik secara kualitas maupun kuantitas.

Peningkatan kuantitas dan kualitas bahan makanan mengandung pengertian

bahwa peningkatan tersebut bukan hanya meningkatkan tanaman penghasil

karbohidrat, tetapi juga meningkatkan hasil tanaman yang mengandung gizi

lainya sebagai pelengkap yang umumnya diperoleh dari tanaman sayur-sayuran.

Cabai ( Capsicum annuum L.) merupakan tanaman sayuran buah semusim

yang telah dikenal dan digemari oleh seluruh lapisan masyarakat. Komoditi ini

umumnya digunakan sebagai rempah-rempah. Obat, penghias masakan dan

pewarna. Menurut pracaya (2000) dalam setiap 100 g bahan yang dapat dimakan

buah cabai mengandung 15 mg kalsium, 30 fosfor, 0,5 mg besi, 15.000 Iu vitamin

A, 50 u vitamin B1, 40 u B2 dan 360 mg vitamin C.

Areal pertanaman cabai diindonesia pada tahun 2004 meliputi luas

95.059,16 hektar yang tersebar disumatra utara, sumatra barat, sumatra selatan,

jawa barat, jawa tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara timur, Nusa tenggara barat,

sulawesi utara dan Sulawesi Selatan. Data ini ini belum termasuk pengusahaan

cabai secara kecil-kecilan dibeberapa propinsi lainya. Produksi pada tahun 2004

dari seluruh pertanaman cabai di indonesia mencapai 214.445 ton.


Cabai merupakan komoditi ekpor yang bernilai tinggi. Pada tahun 2004

produksi cabai indonesia mengalami penurunan, tercatat luas areal pertanaman

cabai hanya mencapai 21.896 hektar dengan hasil mencapai 160.368 ton atau rata-

rata hasil perhektar mencapai 7,324 ton/ha (badan pusat statistik 2000). Hasil

tersebut masih rendah karena jika dibudidayakan dengan intensif tanaman cabai

bisa mencapai 15 sampai 20 ton/ha (pracaya 2000). Penyebab rendahnya produksi

cabai adalah serangan hama dan penyakit pada buah cabai, selain itu diduga

akibat kondisi lingkungan yang kurang sesuai untuk pertumbuhan tanaman cabai.

Penanaman tanaman cabai pada umumnya dilakukan dilahan kering

dengan kemiringan > 150, keadaan tersebut menyebabkan tingkat erosi yang

tinggi dan pencucian unsur hara akibat curah hujan yang tinggi. Untuk

mengurangi tingkat erosi dan pencucian hara pada lahan tanaman cabai dapat

dilakukan dengan menggunakan tanaman penutup tanah dan mulsa organik.

Penggunaan tanaman penutup tanah dan mulsa organik dapat mengurangi

tingkat erosi pada tanah dan dapat menekan kehilangan air karena evaporasi,

menekan gulma, menekan fluktuasi suhu tanah, dan menaikan kelembaban tanah.

Penggunaan tanaman penutup tanah dan mulsa organik yang dihamparkan pada

permukaan tanah juga mempunyai pengaruh yang penting dalam perkembangan

sistem perakaran tanaman yang baik sehingga tanaman dapat menyerap hara dan

air untuk pertumbuhannya.

Informasi mengenai pengaruh tanaman penutup tanah dan mulsa organik

terhadap pertumbuhan hasil tanaman cabai masih belum jelas. Untuk

mendapatkan informasi maka penulis terdorong untuk mempelajari sampai


3

seberapa besar pengaruh tanaman penutup tanah dan mulsa organik terhadap

pertumbuhan dan hasil tanaman cabai.

1.2 Identifikasi Masalah

Dari uraian latar belakang dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut :

1. Apakah penggunaan tanaman penutup tanah dan mulsa organik

berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman cabai.

2. Tanaman penutup tanah dan mulsa organik yang mana yang berpengaruh

paling baik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman cabai.

1.3 Tujuan dan Kegunaan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui pengaruh tanaman

penutup tanah dan mulsa organik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman cabai.

1.4 Kerangka Pemikiran

Masalah utama budidaya sayuaran di lahan kering pegunungan dengan

kemiringan kurang dari 150 adalah pengikisan lapisan atas tanah dan pencucian

hara sebagai akibat aliran air dipermukaan tanah. Masalah tersebut dapat

menyebabkan kerusakan fisik, Kimia, dan biologi tanah. Budidaya sayuran yang

diharapkan oleh petani umumnya belum memperlihatkan kaidah konservasi tanah,

sehingga produksi yang diperoleh seringkali dibawah potensi yang ada dan

produktivitas lahan semakin menurun.

Upaya yang dapat ditempuh untuk meningkatkan dan memelihara

produktivitas lahan adalah dengan menerapkan pola usaha tani konservasi yang
dapat meningkatakan produksi dan pendapatan petani, serta mampertahankan

keberlanjutan produktivitas lahan. Penanaman tanaman penutup tanah dan

penutupan permukaan tanah dengan sisa-sisa tanaman merupakan teknik

konservasi secara vegetatif/kultur teknis yang mudah dilaksanakan. Adanya

tanaman penutup tanah dan mulsa dapat menahan percikan air hujan dan aliran

air.dipermukaan tanah sehingga erosi tanah dapat ditekan (Nelson et. Al., 1991,

andwarudiansyah, et.al.,1993). Disamping itu dapat memelihara struktur tanah

meningkatkan infiltrasi tanah, mengurangi pencucian unsur hara dan menekan

pertumbuhan gulma (sarief, 1985), sehingga akan menambah kemampuan tanah

dan mendukung tanaman yang ada diatasnya.

Hingga kini penggunaan tanaman penutup tanah dan mulsa organik masih

belum biasa dilakukan pada tanaman cabai, karena jenis tanaman penutup tanah

dan mulsa organik yang cocok untuk tanaman cabai masih belum diketahui.

Untuk tanaman penutup tanah harus dipilih jenis-jenis tanaman yang

mudah diperbanyak (sebaiknya dari biji), mempunyai sistem perakaran yang tidak

memberikan persaingan berat dengan tanaman pokok, dapat tumbuh cepat dan

banyak menghasilkan daun, tahan pemangkasan dan mampu meningkatkan N

bebas. Menurut andwarudiansyah, et.al.,(1993) penanaman tomat diantara barisan

tanaman lorong atau tanaman penutup tanah Felmingia congesta meningkatkan

hasil tomat hingga 20 % dan hasil pengkasan tanaman penutup tanah tersebut

dikembalikan ketanah sebagai mulsa dapat berfungsi sebagai mulsa hidup pada

penanaman kentang didaratan medium, karena kanopinya dapat menutup

permukaan tanah dan tidak mempengaruhi pertumbuhan dan hasil kentang.


5

Tanaman kacang-kacangan, seperti kacang jogo dan kacang tanah sebagai

tanaman penutup tanah. Penggunaan tanaman ubi jalar, kacang jogo dan kacang

tanah sebagai tanaman penutup tanah mempunyai nilai tambah karena dapat

dipanen hasilnya, namun pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan hasil cabai

belum diketahui. Untuk mulsa organik dapat digunakan sisa-sisa tanaman, jerami,

sekam padi, serbuk gergaji, dan limbah organik lainya. Mulsa jerami padi telah

diketahui dapat meningkatkan hasil kubis ( subhan dan Sumarna, 1994). Dan hasil

tomat ( Sumarna dan Suwandi, 1990).

Penggunaan tanaman penutup tanah dan mulsa organik yang berlainan

jenisnya akan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap peningkatan

produktifitas lahan dan tanaman karena daya saing setiap jenis tanaman penutup

tanah dalam pengambilan cahaya, air dan unsur hara tidak sama, begitu pula sifat

pelapukan setiap jenis mulsa organik tidak sama.

1.4 Hipotesis

Dari kerangka pemikiran diatas, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

1. Penggunaan tanaman penutup tanah dan mulsa organik berpengaruh terhadap

pertumbuhan dan hasil tanaman cabai.

2. Salah satu Tanaman penutup tanah dan mulsa organik akan memberikan

pengaruh yang baik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman cabai.


II.TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Tanaman cabai

Cabai (capsicum Annum L) merupakan komoditi hortikultura yang berasal

dari Meksiko, sedangkan beberapa jenis cabai lain seperti cabai rawit atau kultivar

lainya adalah berasal dari Amerika Selatan. Tanaman cabai mulai diperkenalkan

kekawasan asia pada abad Ke-16 dan selanjutnya menyebar ke-indonesia

(Suwandi 1997). Menurut Hendro sunaryo (1984), klasifikasi tanaman cabai

adalah:

Divisio : Spermathophyta

Sub Divisio : Angiospermae

Classis : Dicotyledonae

Ordo : Tubiflorae

Familia : Solanaceae

Genus : Capsicum

Spesies : Capsicum Annum L.

Tanaman cabai mempunyai sistem perakaran menyebar dengan akar

utama yanag lurus. Pangkal batang berkayu, mempunyai banyak cabang, berdaun

pipih, warna daun hijau dan berbentuk sederhana. Bunga dan buah tumbuh pada

ketiak daun. Penyerbukan umumnya terjadi sendiri, penyerbukan silang jarang


6
terjadi. Warna bunga putih atau ungu mempunyai 5 benang sari dan 1 putik.

Ukuran buah sedang, ovary berdaging, warna hijau tua waktu muda dan menjadi

kuning atau merah saat buah masak, tergantung pada varietasnya. Dinding buah
7

terluar berdaging tipis, dinding sebelah dalam mendukung plasenta dan biji.

Dinding buah ini dalam keadaaan mentah atau masak mempunyai kadar karotin

yang tinggi, vitamin B dan vitamin C. Biji berbentuk pipih dan bundar, tahan

terhadap suhu tinggi dalam perkecambahanya, yaitu antara 210 C sampai 240 C.

Tanaman cabai tidak memerlukan struktur tanah yang khusus dan dapat

tumbuh atau ditanam dimana saja, karena kemampuanya beradaptasi yang luas,

baik didaratan rendan maupun daratan tinggi sampai ketinggian 1.200 meter

diatas permukaan laut, yang penting tanah tersebut banyak mengandung bahan

organik dengan keasaman tanah (pH 5,0-7,5) (Nur Tjahjadi,1990). Pada keasaman

tanah yang sangat rendah, yaitu sekitar 4,0 tanaman cabai masih dapat tumbuh

dengan baik, tetapi produksinya agak sedikit berkurang, karena beberapa unsur

hara sulit diserap. Tanaman cabai sangat memerlukan sinar matahari. Apabila

kurang pada awal pertumbuhanya maka tanaman akan mengalami etiolase, jumlah

cabang sedikit akibatnya buah cabai yang dihasilkan sedikit.

Curah hujan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan

tanaman cabai adalah 600-1.200 mm pertahun (Hendro Sunaryono, 1984).

Tanaman cabai tidak tahan terhadap hujan lebat terutama pada waktu berbunga.

Didaerah yang iklimnya sangat basah (tipeA), tanaman mudah terserang penyakit

daun seperti bercak hitam(Antraknosa). Pada musim hujan tanaman mudah

mengalami tekanan (stess), sehingga bunganya sedikit.sedangkan banyak buah

yang berguguran karena pukulan air hujan yang lebat. Oleh karena itu, tanaman

cabai sebaiknya ditanam pada akhir musim hujan sekitar bulan maret atau april.

Suhu udara yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman cabai
berkisar antara 180 C-300 C. Suhu udara yang terlalu rendah atau atau terlalu

tinggi akan menyebabkan turunya produksi cabai (Nur Tjahjadi 1990). Tanaman

cabai dapat dipanen setelah berumur 3 sampai 4 bulan, dengan pemeliharaan yang

baik umur tanaman dapat mencapai 6 sampai 7 bulan (hendro Sunaryonno,

1984).

2.2 Tanaman Penutup Tanah

Tanaman penutup tanah bertujuan untuk menahan dan mencegah

terjadinya erosi. Jenis tanaman penutup tanah dibedakan atas tiga golongan,

yaitu : tanaman merayap, tanaman semak dan tanaman pohon. Tanaman merayap

umumnya terdiri atas rumput dan jenis leguminosa sepeti puerria javanica,

centrosema pubescens dan colopogonium mucunoides. Tanaman bentuk semak

yang biasa dipakai seperti crotalaria usaramoensis, C.juncea, C. Anagyorydes,

tephrosia candida dan T.vogeli. sedangkan golongan pohon yang biasa dipakai

adalah petai cina (Leuncaena glauca). Tanaman penutup tanah bentuk pohon ini

jarang digunakan, kecuali bagi tanaman yang memerlukan naungan.

Tanaman penutup tanah sebaiknya dipilih jenis-jenis tanaman yang mudah

diperbanyak (sebaiknya dengan biji), mempunyai sistem perakaran yang tidak

memberikan persaingan berat dengan tanaman pokok, dapat tumbuh cepat dan

banyak menghasilkan daun, tahan pemangkasan dan mampu mengikat N bebas.

Oleh karena itu pada tanaman cabai tanaman penutup tanah yang digunakan

adalah dari tanaman jenis leguminosa, seperti tanaman kacang tanah dan kacang

jogo.penggunaan jenis tanaman ini selain dapat digunakan sebagai pelindung

dapat bernilai ekonomis bagi petani.


9

2.3 Mulsa Organik

Penggunaan mulsa dimaksudkan untuk mengurangi pengaruh buruk yang

ditimbulkan oleh lingkungan luar yang dapat berpengaruh kurang baik bagi

tanaman, seperti memperkecil suhu tanah, mengurangi run-off, erosi dan

menurunkan kecepatan evaporasi serta menekan gulma. Hal ini sesuai dengan

pendapat yang dikemukakan Purwowidodo (1982) bahwa mulsa mempunyai sifat-

sifat yang baik yaitu :

1. mulsa menghalangi butiran hujan secara langsung menerpa tanah sehingga

mengurangi erosi dan mempertahankan ketersediaan unsur hara dalam

tanah.

2. mulsa mencegah sinar matahari masuk langsung kepermukaan tanah

sehingga mengurangi daya tumbuh gulma.

3. mulsa mempertahankan suhu lapisan atas sehingga tetap konstan.

4. mulsa mengurangi tingkat penguapan dari permukaan tanah dan menjaga

kebutuhan air sehingga kelembaban tanah stabil.

Mulsa organik yang dapat digunakan adalah berasal dari sisa-sisa tanaman

seperti jerami, sekam padi dan rumput-rumputan. Menurut Suwarjo (1981)

penggunaan mulsa organik mampu melindungi permukaan tanah dan

memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah.


III. METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Percobaan

Percobaan dilakukan didaratan tinggi samarang, Kabupaten Garut,

propinsi Jawa Barat. Waktu percobaan dilaksanakan dibulan oktober 2002 sampai

dengan bulan april 2003.

3.2 Bahan dan Alat Percobaan

Bahan- bahan yang digunakan dalam percobaan adalah benih tanaman

cabai kultivar Hot Beauty, tanaman penutup tanah dan mulsa organik (jerami padi

daun-daun/sisa tanaman), pupuk kandang domba, pupuk NPK (15-15-15),

insektisida, Curacron 500 EC dan fungisida Dithane M-45 80 WP. Alat-alat yang

digunakan meliputi meteran, timbangan, embrat, cangkul, seng, tali rapia,

thermometer, ajir, bambu, hand sprayer dan alat-alat tulis.

3.3 Rancangan Percobaan

3.3.1 Rancangan Lingkungan

Rancangan lingkungan yang dipergunakan dalam percobaan ini adalah

Ranangan Petak terbagi (Strip Plot design) yang terdiri dari dua faktor yang

diulang tiga kali.

3.3.2 Rancangan Perlakuan

Faktor pertama adalah mulsa organik sebanyak tiga taraf, yaitu :

M0 = tanpa mulsa
10 11

M1 = jerami

M2 = daun-daun sisa tanaman

Faktor kedua adalah tanaman penutup tanah (P) terdiri dari 4 taraf, yaitu :

Po = tanpa tanaman penutup tanah

P1 = kacang Ijo

P2 = Kacang Tanah

P3 = Ubi Jalar

3.3.3 Rancangan respon

Pengamatan terdiri dari tinggi tanaman, luas daun, bobot segar tanaman,

bobot kering tanaman umur 90 HST, jumlah buah perpetak, dan tingkat erosi

tanah.

3.3.4 Rancangan Analisis

1. Model Linier

Model linier Rancangan Petak terbagi adalah sebagai berikut :

Yijk = m + ri + kj + mk + (KM)jk + eijk

Keterangan :

Yijk : Hasil pengamatan ulangan ke-i dan perlakuan ke-j


µ : Nilai rata-rata umum.
rh: Pengaruh ulangan pada ke-h.
ehi : Pengaruh faktor random dari galat yang berhubungan dengan
perlakuan ke-I dalm ulangan ke-h
Pj : Pengaruh faktor P taraf ke-j.
(MP)ij : Pengaruh Interaksi antara faktor M taraf ke-i dan faktor P taraf
ke-j.
ehij : Pengaruh faktor random dari galat yang berhubungan dengan
faktor ke-ij dalam ulangan ke-h .

Dari model linier diatas dapat disusun Daftar analisis ragam seperti tabel 1

Berikut :

Sumber Ragam D JK KT Fh F.05

B
Ulangan 2 (ΣXi..2/t) –(X…2/rt) KTU KTUI/ KTGc 3,55
I
Mulsa (M) 2 (ΣX.jh2/rp)-(X…2/rt) KT KTM/ KTGa 4,76
M
Galat (a) 4 (ΣX.j.2/rm)-(X.2/rt)- KTG - -
JKUI-JKM a
Penutup Tanah 3 (ΣX..h2/t-X…2/rt) KTP KTP/ KTGb 4,76
(P)
Galat b 6 (Σxhi2 /m)-(X2 /rt)- KTG - -
JKUI-JKP b
Interaksi (NP) 6 (ΣX ij2 /r)-(X. 2 /rt)-JKM- KT KTMP/ 2,46
JKP MP KTGb
Galat c 1 Jktotal-JKU-JKM- KTG -
2 JKGa-JKP-JKGb- c
JKMP
Total 3 (ΣXijh)-(X…2/rt)
5
Sumber : Toto Warsa dan Cucu S.A (1982)

Bila ada keragaman maka dilakukan uji lanjut dengan Uji Jarak Berganda

Duncan pada taraf nyata 5%.

3.4 Pelaksanaan Percobaan

Petak percobaan berukuran 3 m x 3 m = 9 m2. setiap petak ditanami 4

barisan tanaman penutup tanah sesuai dengan perlakuan dengan jarak tanam 70cm

x 30 cm, diantara dua barisan tanaman penutup tanah ditanam cabai varietas Hot

Beauty dengan jarak tanam 70 x 30 cm (36 tanaman cabai perpetak). Setiap petak

percobaan, pada ujung-ujung selokan atau saluran pembuangan air dibuat lubang

atau lorak yang dilapisi plastik untuk mengendapkan tanah yang terbawa air dari
13

bidang olah. Selanjutnya sedimen tanah mengendap pada rolak-rolak tersebut

ditimbang setiap 2 minggu sekali.

Tanaman cabai ditanam bersamaan dengan waktu tanam tanaman penutup

tanah. Pada tanaman cabai diberikan pupuk kandang sebesar 600 kg/ha diberikan

2 kali, pada waktu tanam dan umur 50 hari setelah tanam (HST), masing-masing

setengah dosis. Pemberian mulsa organik dilakukan 2 HST. Pencegahan hama dan

penyakit dilakukan dengan penyemprotan insektisida Curacron (2 ml/1) dan

fungisida Dithane ( 2g/L).


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Percobaan

I. Pertumbuhan Tanaman Cabai

Hasil analisis ragam menunjukan bahwa tidak ada interaksi antara

tanaman penutup tanah dan mulsa organik terhadap tanaman cabai, yaitu tinggi

tanaman, luas daun, bobot segar dan bobot kering. Hasil analisis disajikan pada

table 2.

Tabel 2. Pengaruh Tanaman Penutup Tanah dan Mulsa Organik terhadap


pertumbuhan tanaman Cabai
Perlakuan Tinggi Luas Bobot Segar Bobot
tanaman (cm) daun (g/tanaman) Kering
(cm2) (g/tanaman)

Mulsa Organik
Mo = tanpa mulsa 67,70 a 285,45 a 132,75 a 19,87 a
M1 = jerami 68,83 a 259,96 a 74,58 c 17,33 a
M2 = sisa tanaman 69,35 a 261,60 a 85,25 b 19,12 a

Tanaman Penutup Tanah


Po= tanpa penutup tanah 68,49 a 234,02 bc 90,88 c 16,94 bc
P1 = kacang Jogo 70,44 a 298,53 b 101,67 b 18,61 b
P2 = Kacang Tanah 67,55 a 369,09 a 117,11 a 23,00 a
P3 = Ubi Jalar 66,63 c 222,38 c 80,44 d 16,55 c

Keterangan : Angka rata-rata yang diikuti huruf yang sama pada kolom sama
berbeda tidak nyata menurut uji jarak Berganda Duncan pada taraf
nyata 5 %.

Berdasarkan tabel 2 perlakuan mulsa organik menunjukan pengaruh yang


15

14
tidak nyata terhadap pengamatan tinggi tanaman, luas daun, bobot kering

pertanaman, tetapi menunjukan pengaruh yang nyata terhadap bobot segar.

Perlakuan tanaman penutup tanah menunjukan pengaruh yang tidak nyata

terhadap tinggi tanaman, tetapi berpengaruh nyata terhadap pengamatan luas

daun, bobot segar dan bobot kering per tanaman. Perlakuan tanaman penutup

tanaman dengan menggunakan kacang tanah (p1) menunjukan hasil yang tertinggi

yang berbeda nyata dengan perlakuan lainya.

2. Hasil Tanaman Cabai

Hasil analisis ragam menunjukan bahwa tidak ada interaksi antara

tanaman penutup tanah dan mulsa organik terhadap hasil tanaman cabai, yaitu

jumlah buah dan bobot buah perpetak. Hasil analisis disajikan pada tabel 3.

Tabel 3. Pengaruh Tanaman Penutup Tanah dan Mulsa Organik terhadap


pertumbuhan tanaman Cabai

Perlakuan Jumlah buah perpetak Bobot buah perpetak (kg)


(buah)
Mulsa Organik
Mo = tanpa mulsa 163,00 c 2,39 a
M1 = jerami 174,08 a 2,42 a
M2 = sisa tanaman 169,53 b 2,30 a

Tanaman Penutup Tanah


Po= tanpa penutup tanah 173,00 c 2,30 c
P1 = kacang Jogo 180,11 b 2,57 b
P2 = Kacang Tanah 206,78 a 3,08 a
P3 = Ubi Jalar 115,67 d 1,53 d

Keterangan : Angka rata-rata yang diikuti huruf yang sama pada kolom sama
berbeda tidak nyata menurut uji jarak Berganda Duncan pada taraf
nyata 5 %.

Berdasarkan table 2 perlakuan mulsa organik menunjukkan pengaruh

yang nyata terhadap pengamatan jumlah buah perpetak, tetapi berpengaruh tidak

nyata terhadap pengamatan bobot buah perpetak. Pada pengamatan jumlah buah
perpetak. Perlakuan mulsa jerami (m1) menghasilkan jumlah buah perpetak tinggi

yang berbeda nyata dengan perlakuan lainya.

Perlakuan tanaman penutup tanah menunjukan pengaruh yang nyata

terhadap jumlah dan bobot buah perpetak. Perlakuan tanaman penutup tanaman

dengan menggunakan kacang tanah (p1) menunjukan hasil yang tinggi yang

berbeda nyata dengan perlakuan lainya.

3. Tingkat Erosi

Hasil analisis ragam menunjukan bahwa tidak ada interaksi antara

tanaman penutup tanah dan mulsa organik terhadap tingkat erosi tanah. Hasil

analisis disajikan pada tabel 4.

Tabel 3. Pengaruh Tanaman Penutup Tanah dan Mulsa Organik terhadap Tingkat
Erosi Tanah

Perlakuan Erosi Tanah per petak (kg tanah)

Mulsa Organik
Mo = tanpa mulsa 0,56 a
M1 = jerami 0,37 b
M2 = sisa tanaman 0,36 b

Tanaman Penutup Tanah


Po= tanpa penutup tanah 0,58 a
P1 = kacang Jogo 0,45 b
P2 = Kacang Tanah 0,35 c
P3 = Ubi Jalar 0,34 c

Keterangan : Angka rata-rata yang diikuti huruf yang sama pada kolom sama
berbeda tidak nyata menurut uji jarak Berganda Duncan pada taraf
nyata 5 %.

Berdasarkan table 3 perlakuan mulsa organik menunjukkan pengaruh yang

nyata terhadap tingkat erosi tanah, perlakuan tanpa mulsa (mo) menunjukan

tingkat erosi tanah tertinggi yang berbeda nyata dengan perlakuan lainya.

Perlakuan tanaman penutup tanah menunjukan pengaruh yang tidak nyata


17

terhadap tingkat erosi tanah. Perlakuan tanpa tanaman penutup tanaman (po)

menunjukan tingkat erosi tanah tertinggi yang berbeda nyata dengan perlakuan

lainya.

4.2 Pembahasan

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara

tanaman penutup tanah dan mulsa organik terhadap pertumbuhan tanaman hasil

cabai, serta tingkat erosi tanah. Pengaruh tanaman penutup tanah dan mulsa

organik terhadap pertumbuhan dan gulma cabai serta tingkat erosi tanah disajikan

dalam table 1, 2 dan 3.

Pada Tabel 1 tampak bahwa pemberian mulsa organik pada tanman cabai

tidak mempengaruhi tinggi tanaman, luas daun dan bobot kering tanaman, tetapi

menurunkan bobot segar tanaman. Walaupun tanaman yang diberi mulsa organik

mempunyai bobot segar tanaman yang lebih rendah, tetapi bobot kering

tanamannya tidak jauh berbeda dengan tanaman yang tidak diberi mulsa (Tabel

1). Hal ini berarti pemberian mulsa organik hanya menurunkan kandungan air

dalam tanaman tetapi tidak sampai menghambat proses fotosintesis tanaman,

karena tidak ada perbedaan dalam bobot kering tanaman sebagai hasil fotosintesis

antara tanaman yang diberi mulsa organik dan yang tidak diberi mulsa.

Pemberian mulsa permukaan baik jerami ataupun sisa-sisa tanaman tidak

meningkatkan hasil buah cabai per petak, tetapi hasil jumlah buah cabai per petak

meningkat secara nyata (Tabel 2). Hal ini berarti mulsa organik menurunkan

ukuran buah cabai. Hasil bobot buah akan meningkatkan bila ada peningkatan
fotosintat (hasil fotosinesis) untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan

tanaman. Karena tidak ada peningkatan fotosintat yang tercermin dari tidak

adanya perbedaaan bobot kering tanaman akibat pemakaian mulsa organik (Tabel

1) maka tidak terjadi peningkatan bobot hasil buah, penggunaan mulsa organik

dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah yang akan mempermudah

penyediaan unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk pembentukan dan

perkembangan buah (creamer et al., 1996). Sedangkan menurut Vos (1994) mulsa

organik jerami menurunkan suhu tanah, menyebabkan pertumbuhan tanaman dan

waktu pembentukan buah lebih cepat, tetapi tidak ditemukan adanya pengaruh

nyata terhadap hasil tanaman Cabai.

Penanaman tanaman penutup tanah tidak terpengaruh oleh tinggi tanaman

cabai, akan tetapi berpengaruh terhadap luas daun, bobot segar tanaman, bobot

kering tanaman (Tabel 1), serta jumlah dan bobot buah cabai perpetak (Tabel 2).

Pada umumnya penggunaan tanaman kacang jogo dan kacang tanah sebagai

tanaman penutup tanah dapat meningkatkan luas daun, bobot segar tanaman dan

bobot kering cabai (Tabel 1). Hal ini menunjukan bahwa tanaman kacang jogo

dan kacang tanah tidak memberikan persaingan berat dalam pengambilan cahaya,

air dan unsur hara pada tanaman cabai. Bahkan tanaman kacang jogo dan kacang

tanah tampaknya dapat memberikan lingkungan tumbuh yang lebih baik bagi

tanaman cabai, karena tanaman kacang-kacangan dapat memfiksasi N secara

biologis (Hoyt dan Hargone, 1986), sehingga dapat menambah ketersediaan N

bagi tanaman cabai (stiver Young, 1998). Burket, et. Al(1997) juga melaporkan

bahwa tanaman kacang-kacangan sebagai penutup tanah dapat mengurangi


19

pencucian nitrat antara 65-70% karena akar-akarnnya menahan nitrat (N) dan air

disekitar lapisan tanah agar tidak hilang tercuci air tanah (Wyland,et. Al. 1996).

Peningkatan pertumbuhan tanaman cabai dalam hal ini luas daun, bobot

segar, dan bobot kering tanaman akibat penggunaan tanaman penutup tanah

kacang jogo dan kacang tanah meningkatkan jumlah bobot buah perpetak (Tabel

2). Peningkatan hasil cabai dengan tanaman penutup tanah kacang jogo dan

kacang tanah masing-masing sebesar 11,74 % dan 33,19 %.

Sebaliknya penggunaan tanaman ubi jalar sebagai tanaman penutup tanah

dapat menurunkan luas daun, bobot segar tanaman dan bobot kering tanaman

cabai (Tabel 1), yang pada akhirnya menurunkan jumlah dan bobot buah perpetak

(Tabel 2). Hal ini berarti pertumbuhan tanaman ubi jalar yang bersama dengan

waktu tanam cabai tidak tepat Asandhi (1998) mendapatkan bahwa pada

tumpangsari kentang + ubi jalar, waktu tanam ubi jalar yang baik adalah 2 MST

kentang.

Hasil penelitian juga dapat diketahui bahwa tanaman ubi jalar

menggunakan cahaya, air dan unsur hara lebih banyak dari pada tanaman kacang

jogo dan kacang tanah, hal ini terlihat dari bobot segar tanaman total dan

kandungan N pada daun tanaman ubi jalar lebih tinggi dari pada tanaman kacang

jogo dan kacang tanah. Penurunan bobot cabai akibat penggunaan ubi kalar

sebagai tanaman penutup tanah cukup tinggi.

Tabel 3 menunjukan bahwa tingkat erosi tanah dapat ditekan baik dengan

pemberian mulsa organik atau dengan penanaman tanaman penutup tanah.

Pemakain mulsa jerami dan media sisa-sisa tanaman sama efektifnya dalam
menahan erosi. Tingkat erosi tanah dengan pemberian mulsa organik tersebut

dapat ditekan sebesar 34,82 %. Begitu pula penggunaan tanaman kacang jogo,

kacang tanah dan ubi jalar sebagai tanaman penutup tanah dapat menekan tingkat

erosi tanah berturut-turut sebesar 22,41, 39,65, dan 42,32 % (Tabel 3). Dari hasil

tersebut tampak bahwa tanaman ubi jalar paling baik untuk menekan erosi tanah,

akan tetapi tanaman tersebut tidak dianjurkan untuk digunakan sebagai tanaman

penutup tanah pada penanaman cabai karena dapat menurunkan pertumbuhan

tanaman dan hasil cabai (Tabel 1 dan 2).


21

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasrkan hasil pembahasan dapat diajukan kesimpulan sebagai berikut :

1. Mulsa jerami dan mulsa sisa-sisa tanaman tidak meningkatkan

pertumbuhan dan hasil bobot buah cabai, tetapi dapat meningkatkan

jumlah buah cabai sebesar 6,8 dan 4,0 % berturut-turut dan menekan

tingkat erosi tanah sebesar 34,82 %.

2. Tanaman kacang jogo dan kacang tanah sebagi tanaman penutup tanah

dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil cabai, juga dapat menurunkan

tingkat erosi tanah. Sedangkan tanaman penutup tanah ubi jalar dapat

menurunkan pertumbuhan dan hasil cabai, tetapi paling efektif untuk

menekan tingkat erosi tanah.

3. Tanaman kacang tanah merupakan tanaman penutup tanah yang paling

baik untuk penanaman cabai karena memberikan peningkatan hasil abai

paling tinggi yaitu sebesar 33,91% dengan penurunan tingkat erosi tanah

sebesar 39,65%.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas maka untuk mendapatkan pertumbuhan dan


21

hasil tanaman cabai yang baik disarankan pemberian mulsa jerami atau sisa-sisa

dan tanaman penutup tanah

DAFTAR PUSTAKA

Andrawarudiansah, M.J., Sukarna dan Satsijati. 1993. Pengaruh Tanaman Lorong

dan Mulsa Pangkasnya terhadap Produsi Tomat dan Bawang Merah

dalam Lorong. J. Hort. 3(1): 7 -12.

Asandhi, AA. 1993. Perfomance of Potato Intercropped With Corn, Sweet Potato

Under Intercropping System. SAPPARD Report. Lembang

Horticultultural research Institute.

Asandhi, A.A. 1998. Pengaruh Waktu Tanam Kentang dan Ubi Jalar dalam

Tumpangsari Kentang = Ubi Jalar di Daratan Medium. J.Hort. 8(3):1170-

1179.

Badan Pusat Statistik. 2006. Statistika Indonesia. Badan Pusat Statistik, Jakarta.

Burket, J.Z, D.D.Hempil and R.P Dick. 1997. Winter Cover Crop and Nitrogen

Management in Sweet Cron and Brocoli Rotation. Hort.Sci.32(4):64-66

Creamer, N.g., M.A. Bennett, B.R.Stimer and J. Cardina. 1996. A Comparison of

Four Processing Tomat Production System Differing in Cover Crop and

Chemical Input. J.Amer.Soc. Hort. Sci. 12(3):557-568.

Hendro Sunaryono. 1984. Kunci Bercocok Tanam Sayu-sayuran Penting di

Indonesia. Sinar baru,Bandung.


23
22

Nur Tjahjadi. 1990. Bertanam Cabai, Kanisus, Yogyakarta.

Pracaya. 2000. Bertanam Lombok. Kanisus Yogyakarta.

Purwowidodo. 1982, Teknologi Mulsa. Dewa Rusci Press, Jakarta.

Sarief, S. 1985. Ilmu Tanah Pertanian. Pustaka Buana.

Subhan dan A. Sumarna. 1994. Pengaruh Dosis Fosfat dan Mulsa terhadap

Pertumbuhan dan Hasil Kubis. Bul. Penel. Hort. 27(4):80-90.

Suwandi. 1997. Persebaran dan Potensi Wilayah pengembangan Cabai Merah.

Balai Penelitian Tanaman Sayur-sayuran, Lembang.

You might also like