Professional Documents
Culture Documents
I. PENDAHULUAN
komersial yang cukup tinggi. Kenyataan ini dapat dipahami sebab sayuran
sendiri banyak sekali jenis masakan atau penganan yang menggunakan daun sawi,
Potensi hasil sawi dapat mencapai 40 ton ha-1 namun rata-rata hasil sawi
pot perkecambahan, hasilnya dapat mencapai 89,23 ton ha-1 (Kalisz and Cebula,
2002). Salah satu kendala yang dihadapi adalah faktor tanah. Sawi menghendaki
kondisi tanah yang gembur, banyak mengandung humus dan subur baik secara
fisik kimia maupun biologi. Untuk itu diperlukan pengelolaan tanah yang lebih
intensif yang diikuti dengan usaha perbaikan kesuburan tanah, salah satunya
1
2
Pupuk organik dapat bersumber dari kotoran hewan, limbah rumah tangga
serta dari seresah tumbuhan. Namun kotoran hewan maupun limbah rumah tangga
sebagai bahan baku pupuk organik tidak selamanya tersedia. Disisi lain, banyak
bahan organik yang dapat menggantikan atau mensubstitusi pupuk kimia dalam
Identifikasi Masalah
sebagai berikut :
1. Apakah dengan pemberian pupuk organik tusuk konde dan kirinyu berpengaruh
2. Pada dosis berapakah pupuk organik tusuk konde dan kirinyu berpengaruh
pupuk organik tusuk konde dan kirinyu terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman
sawi.
dosis pupuk organik tusuk konde dan kirinyu terhadap pertumbuhan dan hasil
tanaman sawi.
3
faktor tanah. Tanah merupakan media tumbuh bagi tanaman, juga merupakan
suatu bentuk ekosistem dinamis yang tersusun atas berbagai komponen penting
dan hasil tanaman dapat dilakukan dengan pemberian pupuk organik. Pupuk
organik yang biasa digunakan untuk budidaya tanaman sayuran adalah pupuk
Kompos Salvinia molesta pada dosis 6 ton ha-1 dan Chromolaena dengan
tanaman (Raju and Gangwar, 2004; Chandrashekar and Gajanana, 2006). Gulma
lain, tusuk konde (Wedelia trilobata), mempunyai potensi sebagai sumber bahan
itu tusuk konde juga dapat memperbaiki agregat tanah, porositas tanah serta
Pemberian pupuk organik tusuk konde dan kirinyu secara bertahap akan
sebagai penyubur tanaman tetapi juga sebagai soil condisioner. Penggunaan bahan
organik secara continue akan memperbaiki stuktur dan tekstur tanah , hal ini
karena bahan organik akan diuraikan oleh organisme tanah dan mempunyai sifat
sebagai pengikat butir tanah menjadi butir yang lebih besar. Bakteri decomposer
4
yang terkandung dan diberikan pada bahan organik akan berkembang dan ikut
produktivitas tanaman.
I.3 Hipotesis
2. Salah satu dosis pupuk organik tusuk konde dan kirinyu berpengaruh paling
I. TINJAUAN PUSTAKA
dimanfaatkan daun atau bunganya sebagai bahan pangan (sayuran), baik segar
maupun diolah. Sawi berasal dari Tiongkok dan Asia Timur, kemudian menyebar
luas ke Taiwan dan Philipina. Masuknya sawi ke wilayah Indonesia diduga pada
abad XIX bersamaan dengan lintas perdagangan jenis sayuran subtropis lainnya
Divisio : Spermathophyta
Classis : Dicotyledonae
Genus : Brassica.
tidak berbulu, dan tidak berkrop. tangkai daunnya panjang, langsing, berwarna
setelah daun ketiga dan seterusnya akan membentuk setengah roset dengan batang
yang cukup tebal, namun tidak berkayu. Menjelang berbunga sifat rosetnya agak
5
6
memiliki dua daun buah dan disebut siliqua. Sawi dipanen paling lama pada umur
Tanaman sawi dapat tumbuh baik di tempat yang berhawa panas maupun
berhawa dingin, sehingga dapat diusahakan dari dataran rendah maupun dataran
tinggi. Daerah penanaman yang cocok adalah mulai dari ketinggian 5 meter
dibudidayakan pada daerah yang mempunyai ketinggian 100 meter sampai 500
meter dpl.
hawa yang sejuk. lebih cepat tumbuh apabila ditanam dalam suasana lembab.
Akan tetapi tanaman ini juga tidak senang pada air yang menggenang. Dengan
demikian, tanaman ini cocok bila ditanam pada akhir musim penghujan.
Tanah yang cocok untuk ditanami sawi adalah tanah gembur, banyak
7.
I.5 Tusuk Konde dan Kirinyu Sebagai Bahan Dasar Pupuk Organik
merupakan salah satu bahan dasar pupuk organik yang diantaranya berperan
kuantitas hasil panen. Kandungan asam amino kirinyu yaitu alanine (4,03%),
(1,30%), leucine (7,01%), valine (6,20), dan asam glutamic (9,38%) (Marthen,
2007). Disamping itu juga tusuk konde dan kirinyu mengandung senyawa fenol,
Februari 2007
Bahan yang digunakan dalam perccoban ini adalah benih sawi, tanah,
pupuk urea, pupuk organik tusuk konde dan kirinyu. Peralatan yang digunakan
adalah polybag, alat ukur (mistar dan timbangan), gelas ukur, oven. embrat, dan
alat-alat tulis.
Perlakuan berupa dosis pupuk organik tusuk konde dan kirinyu, sebagai
berikut :
8
9
daun (Chlorofilmeter SPAD-502 Minolta), bobot segar tajuk dan akar serta bobot
Rancangan Acak Lengkap (RAL). Model linier yang digunakan adalah sebagai
berikut :
Dimana :
µ = Rata-rata umum
εij = Pengaruh acak pad aulangan ke-i, dan α pada taraf ke-j
Dari model linier diatas dapat disusun daftar analisis ragam seperti tabel 1
berikut :
menggunakan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf nyata 5 % dengan rumus
sebagai berikut :
Sx = KTG
Keterangan :
α = Taraf nyata 5 %
r = Ulangan
Sx = Galat Baku
2. Persiapan Media
campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan berat 2:1. Bibit yang
pupuk organik dicampur secara merata sesuai dengan perlakuan dan penanaman
3. Penanaman
11
sesuai dengan rancangan penelitian yang telah ditetapkan dengan jarak antar
polibag + 15 cm.
4. Pemeliharaan
Pemeliharan meliputi :
1. Penyiraman dilakukan 2 kali sehari, pada pagi dan sore hari sejak tanaman di
penyakit.
3. Pemupukan dilakukan dua kali menggunakan pupuk organik tusuk konde dan
6. Pemanenan
Empat tanaman dari setiap perlakuan dipanen pada waktu yang berbeda-
I.6 Pengaruh Dosis Pupuk Organik Tusuk Konde dan Kirinyu terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Sawi
12
Jenis tanah yang digunakan yaitu Ultisol dengan kandungan hara N-total =
(rendah), dan C - organik = 0,77 % (sangat rendah). Hasil analisis media tanam
menunjukkan media yang diberi kompos tusuk konde memiliki rasio C/N yang
relatif lebih rendah (16,20) dibandingkan kompos kirinyu (18,77). Fox et al.,
(1990)
Tabel 1. F – hitung dan F-tabel pengaruh pemberian kompos tusuk konde dan
kirinyu pada berbagai dosis terhadap pertumbuhan dan hasil sawi
Variabel F- hitung F-tabel 5% Notasi
Jumlah daun 4,00 3,11 *
9,47 3,11 *
Panjang tajuk 5,86 3,11 *
4,27 3,11 *
Bobot segar tajuk 0,98 3,11 Ns
4,19 3,11 *
Bobot segar akar 2,51 3,11 Ns
sama yaitu pada kisaran 0,19 – 0,22 %. Tanaman memerlukan unsur N untuk
pertumbuhan tajuk dan zat warna hijau daun (klorofil) (Dwijoseputro, 1984).
(Sutedjo, 2002). Hasil penelitian ini menunjukkan sawi yang dipupuk dengan
kompos tusuk konde dan kirinyu tingkat kehijauan daunnya relatif sama.
tanaman. Jenis dan dosis kompos yang diberikan tidak berpengaruh terhadap
bobot kering akar sawi. Hal ini diduga, fotosintat yang dihasilkan lebih banyak
hubungan yang erat antara laju pertumbuhan tajuk dan laju penyerapan hara.
Tajuk akan meningkatkan penyerapan garam mineral oleh akar dengan cepat dan
yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman seperti protein, asam nukleat dan
klorofil. Di samping itu tajuk juga memasok karbohidrat melalui phloem yang
digunakan oleh akar untuk berespirasi menghasilkan ATP dan ATP ini dapat
Tabel 2. Hasil uji lanjut DMRT (5%) terhadap variabel jumlah daun, panjang
tajuk, bobot segar tajuk, bobot kering tajuk dan bobot segar akar
Perlakuan Jd Pt Bst Bkt Bsa
tan-1 dan kompos kirinyu pada dosis 37,5 g tan-1. Hal ini sejalan dengan hasil
analisis media tanam yang menunjukkan, kompos tusuk konde pada dosis 70 dan
57,5 g tan-1 dan kompos kirinyu pada dosis 51,5 dan 62,5 g tan-1 kandungan hara
N-nya relatif lebih tinggi yaitu pada kisaran 21-22% (sedang). Sutedjo (2002)
sangat diperlukan untuk pertumbuhan vegetatif seperti daun, batang dan akar.
dengan jumlah daun. Sawi yang dipupuk dengan kompos tusuk konde pada dosis
70 g tan-1 menghasilkan daun yang lebih panjang namun tidak berbeda dengan
dosis yang lebih rendah yaitu 57,5 g tan-1 dan kompos kirinyu pada dosis 62,5 g
tan-1. Hal ini sejalan dengan hasil analisis media tanam yang menunjukkan
kompos tusuk konde pada dosis 70 g tan-1 dan 57,5 g tan-1 dan kompos kirinyu
pada dosis 62,5 g tan-1 selain memiliki kandungan hara N yang relatif lebih tinggi
dekomposisi bahan organik. Nilai kritis rasio C/N agar dapat segera terjadi
1991 dalam Raihan, 2005). Media tanam dengan rasio C/N rendah membuktikan
telah terjadi dekomposisi bahan organik yang akan memicu proses pelepasan
unsur hara yang dapat diserap oleh akar tanaman. Marsono dan Sigit (2001)
protoplasma, klorofil, asam nukleat dan asam amino (Subhan dan Nunung, 2002).
Kompos tusuk konde pada dosis 70 g tan-1 menghasilkan bobot segar dan
bobot kering tajuk serta bobot segar akar sawi yang berbeda dan lebih baik
dibandingkan perlakuan yang lain. Hal ini disebabkan, dosis kompos yang
diberikan lebih tinggi dibandingkan perlakuan yang lain. Dosis kompos yang
tinggi dapat meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan media yang
salah satunya dipengaruhi oleh jumlah energi yang tersedia. Energi yang
digunakan oleh mikroorganisme ini dapat berasal dari senyawa karbon yang
terdapat di dalam bahan organik (Suhardi, 1997). Aktivitas biologi tanah akan
dan hal ini berpengaruh terhadap perkembangan dan aktivitas akar dalam
4.1 Kesimpulan
jumlah daun, panjang tajuk, bobot segar tajuk, bobot kering tajuk, dan bobot
segar akar. Tetapi tidak berpengaruh terhadap tingkat kehijauan daun dan
2. Pupuk organik tusuk konde dengan dosis 28 ton ha-1 (70 g tan-1), berpengaruh
4.2 Saran
tusuk konde dan kirinyu dalam meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman
sawi.
DAFTAR PUSTAKA
17
Asikin, E.M., dan M. Najib. 2005. Potensi gulma Cromolaena odorata dan
Agerathum conyzoides sebagai sumber pupuk N dan P untuk menuju
sistem pertanian organik. Hlm: 47- 50. Prosiding Konferensi Nasional
XVII Himpunan Ilmu Gulma Indonesia (HIGI). Yogyakarta, 20 - 21 Jun
2005.
BPS. 2000. Produksi sayur - sayuran dan buah - buahan di Propinsi Bengkulu. BPS
Bengkulu.
18
Marsono dan Sigit. 2001. Pupuk Akar, Jenis dan Aplikasi. Cetakan pertama.
Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta.
Subhan dan Nunung. 2002. Aplikasi dan dosis pupuk majemuk NPK terhadap
hasil tomat dalam sistem tumpang sari dengan kubis dan petsai. JIPI 9(2):
65 – 73.
Sutejo, M. M., dan Kartasapoetra. 2002. Pupuk dan Cara pemupukan. PT Bina
Aksara, Jakarta.
18