You are on page 1of 10

URGENSI ZAKAT DALAM

PEMBERDAYAAN
UMMAT

Oleh
H. M. Martri Agoeng
URGENSI ZAKAT
Zakat adalah maaliyah ijtimaiyyah yang memiliki posisi yang sangat penting,
strategis dan menentukan, baik dari sisi ajaran maupun dari sisi pembangunan
kesejahteraan umat (Yusuf Qardhawi dalam Al-Ibadah fi Al-Islam, 1993 : 235)

Al Qur’an menyatakan bahwa kesediaan berzakat dipandang sebagai indikator


utama ketundukan seseorang terhadap ajaran Islam (QS. 9:5 dan QS. 9:11), ciri
utama mukmin yang akan mendapatkan kebahagiaan hidup (QS. 23:4), ciri seorang
mukmin yang akan mendapat rahmat dan pertolongan Allah SWT (QS. 9:73 dan
QS. 22:40-41).

Kesediaan berzakat dipandang pula sebagai orang yang selalu berkeinginan untuk
membersihkan diri dan berbagai sifat buruk, seperti ; bakhil, egois, rakus dan
mengembangkan harta yang dimilikinya (QS, 9;103 dan QS. 30:39). Sebaliknya,
ajaran Islam memberikan peringatan dan ancaman yang keras terhadap orang yang
enggan mengeluarkan zakat. Diakherat kelak, harta yang di simpan dan ditumpuk
tanpa dikeluarkan zakatnya, akan berubah menjadi azab bagi pemiliknya (QS,
9;34-35)
HIKMAH DAN MANFAAT
1. Perwujudan keimanan kepada Allah SWT (perhatikan QS. 9:103,
QS. 30:39, QS. 14:7)
2. Menolong, membantu dan membina mustahik.Zakat, sesungguhnya
bukan sekedar memenuhi kebutuhan yang bersifat konsumtif yang
sifatnya sesaat, akan tetapi memberikan kecukupan dan
kesejahteraan pada mereka, dengan cara menghilangkan atau
memperkecil penyebab kehidupan mereka menjadi miskin dan
menderita.
3. Menjadi pilar amal jama’i (perhatikan QS. 2:273).
4. Salah satu sumber dana bagi pembangunan sarana maupun
prasarana yang harus dimiliki umat Islam untuk peningkatan
kualitas dan sumberdaya manusia.
5. Memasyarakatkan etika bisnis yang benar, karena zakat tidak akan
diterima dari harta yang didapatkan dengan cara yang batil (Hadits).
DORONGAN BERZAKAT
MEMILIKI DAMPAK YANG LUAS
:

1. Menambah jumlah
muzzaki dan
munfiqun atau
mushoddiq.
2. Melipat gandakan
penguasaan asset
dan modal di tangan
umat Islam.
3. Membuka lapangan
kerja yang luas.
HARTA YANG HARUS
DIKELUARKAN ZAKATNYA
Secara eksplisit Al-Qur’an dan Hadits
menyebutkan beberapa jenis harta benda
yang harus dikeluarkan zakatnya, seperti
hasil pertanian (Q.S. 6: 141), emas dan perak
(Q.S. 9: 34-35), binatang ternak (berbagai
hadits nabi), perdagangan (hadits nabi), rikaz
(Al-Hadits). Tetapi Al-Qur’an juga
menggunakan istilah yang bersifat umum
untuk harta benda yang wajib dikeluarkan
zakatnya, apabila telah memenuhi
persyaratan tertentu, yaitu al-amwaal (harta
benda, seperti tergambar dalam Q.S. 9: 103)
dan sebaik-baiknya hasil usaha kamu (Q.S. 2:
267)
Zakat Profesi
Zakat profesi adalah zakat atas penghasilan yang diperoleh
dari pengembangan potensi diri yang dimiliki seseorang dengan
cara yang sesuai dengan syariat, seperti: upah kerja rutin, profesi
dokter, pengacara, arsitek, dll.
Landasan zakat profesi dianalogikan kepada
zakat hasil pertanian yaitu dibayarkan ketika
mendapatkan hasilnya, demikian juga
mengenai nishabnya yaitu sebesar 652,8 kg
makanan pokok (gabah) atau senilai 520 kg
beras, dan dibayarkan dari pendapatan
kotor. Sedangkan tarifnya adalah
dianalogikan pada zakat emas dan perak
yaitu sebesar 2,5% atas dasar kaidah “Qias
Asysyabah”
Zakat Perusahaan
Landasan kewajiban zakat pada
perusahaan berpijak pada dalil yang
bersifat umum, seperti termaktub dalam
firman Allah Surat Al-Baqarah ayat
267 :
“Wahai sekalian orang-orang yang
beriman , nafkahkanlah (keluarkan
zakat) sebagian dari hasil usahamu yang
baik-baik….”
ASAS PELAKSANAAN ZAKAT
Pengolahan zakat melalui lembaga amil zakat didasarkan pada
berbagai pertimbangan antara lain :
1. Untuk menjamin kepastian dan disiplin pembayar zakat.
2. Menjaga perasaan rendah diri para mustahik apabila berhadapan
langsung untuk menerima haknya dari para muzzaki.
3. Untuk mencapai efisiensi, efektifitas dan sasaran yang tepat dalam
penggunaan harta zakat menurut skala prioritas yang ada di suatu
tempat.
4. Untuk memperlihatkan syi’ar Islam dan semangat penyelenggaraan
negara dan pemerintahaan yang Islami. Sebaliknya, jika
pelaksanaan zakat itu begitu saja diserahkan kepada muzzaki, maka
nasib dan hak-hak orang miskin dan para mustahik lainnya
terhadap orang-orang kaya tidak memperoleh jaminan yang pasti.
OPTIMALISASI PENDAYAGUNAAN ZAKAT & KAITANNYA
DENGAN PEMBERDAYAAN EKONOMI UMAT
LAZ yang baik memenuhi persyaratan
1. Berbadan Hukum
2. Memiliki data muzzaki dan mustahik
3. Memiliki program kerja
4. Memiliki pembukuan
5. Melampirkan surat pernyataan
bersedia diaudit

ZAKAT YANG DIKUMPULKAN DAN DISALURKAN


LANGSUNG UNTUK KEPENTINGAN MUSTAHIK BAIK
YANG BERSIFAT KONSUMTIF (SEBAGAIMANA
DINYATAKAN DALAM QS. 2:273) MAUPUN YANG
BERSIFAT PRODUKTIF AKAN LEBIH BAIK
PENYALURANNYA MELALUI BAZ/LAZ.
KELEBIHAN PENYALURAN ZIS MELALU
LAZ/BAZ

1.  Untuk menjamin kepastian dan disiplin pembayar zakat.


2.  Menjaga perasaan rendah diri para mustahik apabila berhadapan
langsung untuk menerima haknya dari para muzzaki.
3.  Untuk mencapai efisiensi, efektifitas dan sasaran yang tepat dalam
penggunaan harta zakat menurut skala prioritas yang ada di suatu
tempat.
4.  Untuk memperlihatkan syi’ar Islam dan semangat penyelenggaraan
negara dan pemerintahaan yang Islami. Sebaliknya, jika pelaksanaan
zakat itu begitu saja diserahkan kepada muzzaki, maka nasib dan
hak-hak orang miskin dan para mustahik lainnya terhadap orang-
orang kaya tidak memperoleh jaminan yang pasti.

You might also like