You are on page 1of 86

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP

KINERJA AUDITOR PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI


KOTA SEMARANG

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Pada
Universitas Negeri Semarang

Oleh
AHMAD ALWANI
NIM. 3351402068

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2007
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skrpsi berjudul “ Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Kinerja Auditor


Pada Kantor Akuntan Publik di Kota Semarang “ ini telah disetujui oleh
Pembimbing untuk diajukan kesidang panetia ujian skripsi pada :

Hari : Jumat

Tanggal : 16 Februari 2007

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Asrori, MS Drs. Partono Thomas, MS


NIP.131570078 NIP.131125640

Mengetahui :
Ketu Jurusan Akuntansi

Drs. Sukirman M. Si.


NIP. 131967646

ii
PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan panetia sidang ujian skripsi Fakultas
Ekonomi, Universitas Negeri Semarang pada :

Hari : Sabtu
Tanggal : 10 Maret 2007

Penguji Skripsi

Amir Mahmud S.Pd. M Si


NIP. 132205936

Anggota I Anggota II

Drs. Asrosri, MS Drs. Partono Thomas, MS


NIP.131570078 NIP. 1311125640

Mengetahui
Dekan Fakultas Ekonomi

Drs. Agus Wahyudin, M. Si


NIP. 131967646

iii
PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya
sendiri, bukan jiplakkan dari karya tulis orang lain, baik sebagian ataupun
seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat di dalam skripsi ini
dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, Januari 2007

Ahmad Alwani
NIM. 3351402068

iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto:

¾ Cita-cita masa depan itu sesungguhnya dibangun berdasarkan pada


perjuangan yang dilakukan hari ini..........(Kahil Gibran)
¾ Suatu keberhasilan hanya akan tercapai dengan adanya usaha, doa, serta
keyakinan pada diri sendiri......(IS)
¾ Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan sholat sebagai
penolongmu: sesungguhnya Allah SWT bersama orang-orang yang sabar.
(QS. Al-Baqarah: 153)

Persembahan:
Skripsi ini kupersembahkan untuk:
1. Ibu dan Bapak tercinta yang telah memberikan
pendidikan terbaik dalam hidupku
2. Keluarga besarku kakakku, adikku dan semua
saudara-saudaraku
3. Seseorang yang selalu kusayangi dan selalu
menyayangi aku.
4. Teman-temanku Purbo, Tio, Indra, Imam, Pak
Habib, Eunike. Terimakasih
5. Teman-teman Neo Tazkiya kost

v
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan

skripsi saya dengan judul “ Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Kinerja

Auditor Pada Kantor Akuntan Publik di Kota Semarang”.

Maksud dari penyusunan Skripsi ini adalah untuk memenuhi dan

melengkapi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan pada jurusan

Akuntansi S1 Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang.

Dalam Menyusun Skripsi ini, penulis memperoleh bantuan, bimbingan dan

pengarahan dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan kerendahan hati, penulis

ucapkan terimakasih kepada :

1. Prof. Dr. H. Sudjiono Sastroadtmodjo, M. Si Rektor Universitas Negeri

Semarang.

2. Drs. Agus Wahyudin, M.Si, dekan FE Universitas Negeri Semarang.

3. Drs. Sukirman, M.Si, selaku Ketua Jurusan Akuntansi FE Universitas Negeri

Semarang.

4. Drs. Asrori MS, Dosen Pembimbing I yang penuh perhatian dan kesabaran

dalam memberikan bimbingan.

5. Drs. Partono Thomas MS, Dosem Pembimbing II yang telah memberikan

arahan dan petunjuk dalam penulisan skripsi.

6. Bapak dan Ibu Dosen, yang telaah memberi bekal ilmu yang tidak ternilai

harganya selama belajar di Jurusan Akuntaansi.

vi
7. Bapak dan Ibunda tercinta serta Adik-Kakakku yang telaah memberikan

dorongan baik moril maupun spirituil untuk menyelesaikan skripsi ini.

8. Teman-temanku semua dikelas akuntansi B angkatan 2002 yang telah

memberikan motivasi dalam pembuatan skripsi ini.

9. Semua pihak yang terkait yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi

ini yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Ahirnya dengan segala kerendahan hati yang tulus penulis berharaap skripsi

ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan pihak-pihak yang bersangkutan.

Semarang, Januari 2007

Penulis

vii
SARI

Ahmad Alwani, 2007. “ Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadaap Kinerja


Auditor Pada Kantor Akuntan Publik di Kota Semarang ”. Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang.

Kata Kunci : Kesadaran Diri, Pengaturan Diri, Motivasi, Empati, Keterampilan


Sosial, Kinerja Auditor

Auditor independen adalah auditor profesional yang menyediakan jasanya


kepada masyarakat umum tyerutama dalam bidang audit atas laporan keuangan
yang dibuat oleh kliennya. Tugas seorang auditor adalah memeriksa dan
memberikan opini terhadap kewajaran laporan keuangan suatu entitas usaha
berdasarkan standar yang ditentukan IAI. Salah satu tanggung jawab auditor
adalah menjaga mutu profesionalnya atau kinerjanya. Kinerja auditor dipengaruhi
oleh beberapa faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Salah satu
faktor internal yang sangat penting peranannya dalaam menentukan kinerja
auditor adalah kecerdasan emosional auditor.
Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah : (1) Apakah
kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati dan keterampilan sosial secara
simultan mempunyai pengaruh terhadap kinerja aauditor. (2) Apakah kesadaran
diri, pengaturan diri, motivasi, empati dan keterampilan sosial secara parsial
mempunyai pengaruh terhadap kinerja aauditor. Populasi dalam penelitian ini
adalah para auditor yang bekerja di kantor akuntan publik di kota Semarang.
Sampel penelitian diambil dengan teknik Proportional Simpel Random Sampling,
yang berjumlah 72 auditor. Variabel independen dalam penelitian ini adalah
kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati dan keterampilan sosial,
sedangkan variabel dependennya adalah kinerja auditor. Metode pengumpulan
data dilakukan dengan metode kuesioner. Data yang terkumpul dianalisis dengan
teknik diskriptif dan statistik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan kesadaran diri,
pengaturan diri, motivasi, empati dan keterampilan sosial berpengaruh siknifikan
terhadap kinerja auditor. Hasil secara parsial menunjukkan variabel kesadaran
diri, pengaturan diri, motivasi, empati dan keterampilan sosial berpengaruh
siknifikan terhadap kinerja auditor. Secara bersama-sama kesadaran diri,
pengaturan diri, motivasi, empati dan keterampilan sosial memberikan sumbangan
terhadap variabel terikat sebesar 77.5% sedangkan sisanya 22.5% dipengaruhi
oleh faktor lain diluar model.
Berdasarkan penelitian diatas, dapat disimpulkan bahwa kesadaran diri,
pengaturan diri, motivasi, empati dan keterampilan sosial baik secara simultan
maupun secara parsial mempunyai pengaruh terhadap kinerja auditor. Hasil
penelitian ini diharapkan dapat mermanfaat bagi auditor maupun kantor akuntan
publik. Para auditor diharapkan untuk senantiasa meningkatkan kemampuan
emosionalnya, karena dengan kemampuan emosional yang baik akan dapat

viii
meningkatkan kinerjanya sebagai seorang auditor. Demikian juga bagi kantor
akuntan publik, dalam melakukan rekruitmen calon tenaga kerja hendaknya tidak
menilai dari prestasi akademiknya saja melainkan perlu memperhatikan
kemampuan emosional yang dimiliki calon karyawan tersebut.

ix
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................................. ii
PENGESAHAN KELULUSAN ................................................................... iii
PERNYATAAN ........................................................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................ v
KATA PENGANTAR .................................................................................. vi
SARI.............................................................................................................. viii
DAFTAR ISI ................................................................................................ x
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang masalah .............................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 7

1.3 Penegasan Istilah......................................................................... 8

1.4 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ................................................ 10

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Telaah Pustaka ............................................................................ 12

2.1.1 Kecerdasan Emosional ...................................................... 12

2.1.1.1 Kesadaran Diri ...................................................... 15

2.1.1.2 Pengaturan Diri ..................................................... 16

2.1.1.3 Motivasi ................................................................ 17

2.1.1.4 Empati................................................................... 18

x
2.1.1.5 Keterampilan Sosial .............................................. 19

2.1.2 Kinerja Auditor ................................................................ 20

2.2 Kerangka Pemikiran Teoritis ...................................................... 21

2.3 Hipotesis...................................................................................... 26

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Variabel dan Definisi Operasional Variabel ............................. 27

3.1.1 Kesadaran Diri ................................................................. 27

3.1.2 Pengaturan Diri ............................................................... 27

3.1.3 Motivasi .......................................................................... 28

3.1.4 Empati ............................................................................. 28

3.1.5 Keterampilan Sosial ........................................................ 29

3.1.6 Kinerja Auditor ............................................................... 29

3.2 Jenis dan Sumber Data ............................................................. 30

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ............................................... 30

3.4 Teknik Pengumpulan Data....................................................... 36

3.5 Pengukuran Konsep ................................................................. 37

3.6 Instrumen Penelitian ................................................................ 38

3.7 Validitas dan Reliabilitas ......................................................... 40

3.8 Metode Analisis Data............................................................... 42

3.8.1 Uji Asumsi Klasik ........................................................... 43

3.8.2 Pengujian Hipotesis......................................................... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Obyek Penelitian ..................................................... 46

xi
4.2 Diskripsi Responden ................................................................. 49

4.3 Diskripsi Variabel Penelitian .................................................... 50

4.4 Analisis Regresi ........................................................................ 67

4.4.1 Uji Asumsi Klasik ............................................................ 69

4.4.2 Uji F (Uji Simultan) ......................................................... 72

4.4.3 Uji t (Uji Parsial).............................................................. 73

4.5 Pembahasan................................................................................ 76

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ............................................................................... 80

5.2 Saran........................................................................................... 81

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xii
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Nama Kantor Akuntan Publik dan Jumlah Auditor ...................... 31

Tabel 3.2 Proporsi Sampel Penelitian ........................................................... 33

Tabel 3.3 Nama Kantor Akuntan Publik dan Alamat ................................... 34

Tabel 3.4 Nama Kantor Akuntan Publik dan Jumlah Sampel ...................... 35

Tabel 3.5 Penilaian Skor Pernyataan ............................................................ 37

Tabel 3.6 Nomor dari Setiap Jenis Pernyataan ............................................. 38

Tabel 3.7 Nomor Pernyataan Mengenai Kecerdasan Emosional dan

Kinerja auditor ............................................................................. 39

Tabel 3.8 Hasil Uji Validitas......................................................................... 41

Tabel 3.9 Hasil Uji Reliabilitas..................................................................... 42

Tabel 4.1 Profil Responden........................................................................... 49

Tabel 4.2 Sampel dan tingkat Pengembalian sampel ................................... 50

Tabel 4.3 Kesadaran diri auditor................................................................... 51

Tabel 4.4 Pengaturan diri auditor.................................................................. 53

Tabel 4.5 Motivasi diri auditor ..................................................................... 55

Tabel 4.6 Empati diri aauditor ...................................................................... 57

Tabel 4.7 Keterampilan sosial auditor .......................................................... 60

Tabel 4.8 Kinerja auditor ............................................................................. 63

Tabel 4.9 Hasil Analisis Regresi................................................................... 63

Tabel 4.10 Hasil Pengujian Asumsi Multikolinieritas .................................. 67

xiii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis .................................................... 26

Gambar 4.1 Hasil Pengujian Normalitas dengan Histogram ........................ 70

Gambar 4.2 Hasil Pengujian Normalitas dengan P Plot ............................... 70

Gambar 4.3 Hasil Pengujian Heteroskedastisitas dengan Scatterplot........... 72

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran A Daftar Kuesioner....................................................................... 82

Lampiran B Uji Validitas Dan Reliabilitas .................................................. 83

Lampiran C Data Hasil Penelitian ............................................................... 84

Lampiran D Data Persiapan Regresi, Hasil Regresi dan

Uji Asumsi Klasik ..................................................................... 85

Lampiran E Tabel Distribusi t dan F............................................................. 86

Lampiran F Surat Ijin Penelitian dari Fakultas Ekonomi UNNES ............... 87

Lampiran G Surat Keterangan Penelitian Dari KAP .................................... 88

xv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Profesi sebagai akuntan publik memainkan peranan sosial yang sangat

penting berhubungan dengan tugas dan tanggungjawab yang diemban oleh

auditor. Auditor independen adalah auditor profesional yang menyediakan

jasanya kepada masyarakat umum terutama dalam bidang audit atas laporan

keuangan yang dibuat oleh kliennya. Tugas seorang akuntan publik adalah

memeriksa dan memberikan opini terhadap kewajaran laporan keuangan suatu

entitas usaha berdasarkan standar yang telah ditentukan IAI. Hal ini

menunjukkan bahwa auditor bertanggung jawab atas opini yang diberikan

terhadap laporan keuangan yang diterbitkan.

Dalam melaksanakan audit, profesi akuntan publik memperoleh

kepercayaan dari pihak klien dan pihak ketiga untuk mmembuktikan laporan

keuangan yang disajiakan oleh pihak klien. Pihak ketiga tersebut diantaranya

manajemen, pemegang saham, kreditur, pemerintah dan masyarakat yang

mempunyai kepentingan terhadap laporan keuangan klien yang diaudit.

Sehubungan dengan kepercayaan yang telah diberikan kepada akuntan publik,

maka auditor dituntut untuk dapat memberikan kepercayaan tersebut.

Kepercayaan ini harus senantiasa ditingkatkan dengan menunjukkan suatu kinerja

yang profesional. Guna menunjang profesionalismenya sebagai akuntan publik,

1
2

maka auditor dalam melaksanakan tugas auditnya harus berpedoman pada standar

audit yang ditetapkan oleh IAI.

Menurut Mulyadi Dan Kanaka dalam Surya dan Hananto (2004:34), ada

dua tanggung jawab yang harus dipikul oleh akuntan publik dalam menjalankan

pekerjaan profesionalnya, yaitu pertama, menjaga kerahasiaan informasi yang

diperolah dalam melaksanakan tugasnya. Informasi yang diperoleh akuntan publik

selama ia menjalankan pekerjaannya tidak boleh diungkapkan oleh pihak ketiga,

kecuali atas ijin kliennya. Namun jika hukum atau negara menghendaki akuntan

publik mengungkapkan informasi yang diperolehnya selama penugasannya,

akuntan publik berkewajiban untuk mengungkapkan informasi tersebut tanpa

harus mendapatkan persetujuan dari kliennya. Tanggung jawab yang kedua yaitu

menjaga mutu profesionalnya. Setiap akuntan publik harus bisa

mempertanggungjawabkan mutu pekerjaan atau pekerjaan lain pada saat yang

bersamaan, yang bisa menyebabkan penyimpangan obyektivitas atau ketidak

konsistenan dalam pekerjaannya.

Akhir-akhir ini muncul issue yang sangat menarik yaitu pelanggaran etika

oleh akuntan baik ditingkat nasional maupun internasional. Di Indonesia issue ini

berkembang seiringa dengan adanya pelanggaran etika baik yang dilakukan oleh

akuntan pubik, akuntan intern, maupun akuntan pemerintah. Contoh kasus ini

adalah pelanggaran yang melanda perbankkan Indonesia sekitar tahun 2002.

Banyak bank yang dinyatakan sehat oleh akuntan publik atas audit laporan

keuangan berdasar Standar Akuntansi Perbankkan Indonesia. Ternyata sebagian

bank tersebut kondisinya tidak sehat. Kasus lainnya adalah rekayasa atas laporan
3

keuangan yang dilakukan oleh auditor intern yang banyak dilakukan sejumlah

perusahaan Go Public (Winarna dan retnowati, 2004:839).

Selain fenomena diatas kinerja auditor juga tengah mendapat sorotan dari

masyarakat banyak. Seperti kasus penyuapan yang telah dilakukan oleh pejabat

KPU yaitu Mulyana W Kusuma kepada Khairiansah yang merupakan salah satu

pimpinan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Mulyana tertangkap basah oleh

seorang petugas KPK membawa sejumlah uang yang diduga akan digunakan

untuk menyuap Khaeriansah yang menjadi auditor dalam pemeriksaan keuangan

di KPU. Dengan adanya kejadian tersebut Khaeriansah mendapat penghargaan

Integrity Aword dari Berlin Jerman. Namun disatu sisi ternyata oleh penyidik

kasus korupsi Dana Abadi Umaat (DAU) di Departeman Agama, Khaeriansah

dinyatakan ikut menikmati Dana Abadi Umat (DAU). Dengan fenomena kinerja

tersebut dapat dikatakan lembaga-lembaga fungsional pemeriksa keuangan negara

seperti BPK dan BPKP sudah tidak memadai lagi untuk menjalankan fungsinya

sebagi Control And Audit Buggetting. Pamor lembaga ini akan kian memudar

sebagai lembaga yang bertugas mengamankan dan menyelamatkan keuangan

negara dari penyalahgunaan.

Setiap manusia ingin berprestasi dalam segala hal, tidak terkecuali

berprestasi dalam pekerjaan. Saat ini keberhasilan kerja seseorang tidak ditunjang

oleh kemampuan intelektual semata, namun juga didukung oleh kemampuan

penyesuaian emosi dalam berhubungan dengan seseorang. Sebagian masyarakat

beranggapan bahwa Intelektual Quotient (IQ) menentukan keberhasilan

seseorang. Masyarakat beranggapan bahwa semakin tinggi IQ seseorang semakin


4

berhasil orang tersebut dalam pekerjaannya. Namun kenyataannya tidak demikian,

IQ hanya memberikan kontribusi 20% dalam menentukan keberhasilaan hidup

seseorang dan 80% lainnya ditentukan oleh faktor lain. Faktor inilah yang disebut

kecerdasan emosional (EQ).

Aturan bekerja sekarang ini tengah berubah, seseorang dinilai tidak hanya

berdasarkan tingkat kepribadian atau berdasarkan tingkat penilaian dan

pengalaman tetapi juga berdasarkan seberapa baik seseorang mengelola diri

sendiri dan orang lain Goleman dalam Sayogya (2004:2). Sebagai seorang auditor,

pendidikan dan pengalaman dapat meningkatkan kompetensinya, namun dalam

berhubungan dengan pihak lain (auditee) seorang auditor selain harus memiliki

kemampuan intelektual juga harus memiliki kemampuan organisasional,

interpersonal dan sikap dalam berkarir dilingkungan yang selalu berubah. Dalam

meningkatkan profesionalisme seorang auditor harus terlebih dahulu memahami

dirinya sendiri dan tugas yang akan dilaksanakan serta selalu meningkatkan dan

mengendalikan dirinya dalam berhubungan dengan auditee, (Tantina 2003:2).

McClelland dalam (Golemen 2001:25) menyatakan bahwa kemampuan

akademik bawaan, nilai rapor, dan prediksi kelulusan pendidikan tinggi tidak

memprediksi seberapa baik kinerja seseorang sudah bekerja atau seberapa tinggi

sukses yang dicapainya dalam hidup. Sebaliknya McClelland menyatakan bahwa

seperangkat kecakapan khusus seperti empati, disiplin diri, dan inisiatif mampu

membedakan orang sukses dari mereka yang berprestasi biasa-biasa saja.

Goleman (2001) menyatakan bahwa peran IQ dalam keberhasilan didunia kerja


5

hanya menempati posisi kedua setelah kecerdasan emosi dalam menentukan

prestasi puncak dalam perkerjaannya.

Goleman (2001:513) membagi kecerdasan emosional yang dapat

mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam bekerja kedalam 5 bagiaan utama

yaitu kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati dan keterampilan sosial.

Seseorang dengan kecerdasan emosional yang berkembang dengan baik,

kemungkinan besar akan berhasil dalam kehidupannya karena mampu menguasai

kebiasaan berfikir yang mendorong produktivitas (Widagdo, 2001:15).

Dalam lingkungan dunia usaha yang kompetitif, kecerdasan emosional

dapat berpengaruh terhadap kesuksesan perusahaan secara keseluruhan.

Kecerdasan emosional sebagai salah satu faktor penting yang membentuk

tercapainya tujuan perusahaan, merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam

kaitannya dengan penyerapan tenaga kerja yang profesional (Sayogya, 2004:3).

EQ berarti menggunakan emosi secara efektif untuk mencapai tujuan,

membangun hubungan kerja yaang produktif dan meraih keberhasilan ditempat

kerja. Karena bukan IQ saja yang membuat orang berhasil, maka perlu menelusuri

kecerdasan emosional karyawan suatu organisasi.

Penelitian mengenai kecerdasan emosional sebelumnya telah dilakukan oleh

Sayogya (2004). Penelitian tersebut mengkaji pengaruh kecerdasan emosional

terhadap prestasi kerja auditor. Hasil penelitian itu menemukan pengaruh

kecerdasan emosionel terhadap prestasi kerja auditor. Berdasarkan penelitian yang

dilakukan Suryati dan Ika (2004) mengenai pengaruh kecerdasan emosional

terhap tingkat pemahaman akuntansi menemukan bahwa kecerdasan emosional


6

yang diukur dengan pengenalan diri, pengendalian diri, motivasi, empati dan

keterampilan sosial tidak berpengaruh terhadap tingkat pemahaman akuntansi.

Hasil tersebut sangat kontradiktif dengan teori Goleman. Penelitian Goleman

mengungkapkan bahwa kecerdasan intelektual (IQ) menyumbang kira-kira 20%

bagi faktor yang menentukan kesuksesan dalam hidup, sedang 80% lainnya

dipengaruhi oleh kekuatan lain termasuk kecerdasan emosional (EQ).

Dengan kecerdasan emosional yang baik, seseorang dapat berbuat tegas

mampu membuat keputusan yang baik walaupun dalam keadaan tertekan. Selain

itu dengan kecerdasan emosional, seseorang juga dapat menunjukkan

integritasnya. Orang dengan kecerdasan emosional yang baik mampu berfikir

jernih walaupun dalam tekanan, bertindak sesuai etika, berpegang pada prinsip

dan memiliki dorongan berprestasi. Selain itu orang yang memiliki kecerdasan

emosional mampu memahami persepektif atau pandangan orang lain dan dapat

mengembangkan hubungan yang dapat dipercaya.

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian

tentang “ Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Kinerja Auditor pada Kantor

Akuntan Publik di Kota Semarang “ .

1.2 Rumusan Masalah

Menurut Daniel Goleman kecerdasan emosional terdiri dari 5 komponen

yaitu kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati dan keterampilan sosial.

Orang yang memiliki kecakapan emosional mampu mengetahui dan menangani


7

perasaan mereka sendiri dengan baik, dan mampu membaca serta menghadapi

perasaan orang lain dengan efektif. Orang tersebut memiliki keuntungan dalam

setiap bidang kehidupan yang baik dalam hubungan pribadi maupun politik

organisasi (Surya dan Hananto, 2004:34). Dengan kecerdasan emosional yang

baik, seseorang dapat berbuat tegas mampu membuat keputusan yang baik

walaupun dalam keadaan tertekan. Orang dengan kecerdasan emosional yang baik

mampu berfikir jernih walaupun dalam tekanan, bertindak siesuai etika,

berpegang pada prinsip dan memiliki dorongan berprestasi. Selain itu orang yang

memiliki kecerdasan emosional mampu memahami persepektif atau pandangan

orang lain dan dapat mengembangkan hubungan yang dapat dipercaya.

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka dalam penelitian ini penulis

merumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut :

1. Apakah kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati, dan

keterampilan sosial secara simultan berpengaruh terhadap kinerja

auditor?

2. Apakah kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati, dan

keterampilan sosial secara parsial berpengaruh terhadap kinerja auditor?

1.3 Penegasan Istilah

Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan yang diteliti serta untuk

menyamakan persepsi terhadap judul ini, perlu dijelaskan pengertian dari istilah-

istilah yang akan digunakan, yaitu :

1. Kecerdasan emosional
8

Kecerdasan emosional adalah kemampuan mengenali diri sendiri dan orang

lain, kemampuan memotivasi diri sendiri dan menelola emosi dengan baik pada

diri sendiri dan hubungannya dengan orang lain (Goleman, 2001:512)

Keserdasan emosi tidak hanya berarti bersikap ramah melainkan bersikap

tegar walaupun tidak menyenangkan dan mengungkapkan kebenaran yang selama

ini dihindari. Selain itu kecerdasan emosional bukan berarti memberi kebebasan

kepada perasaan untuk berkuasa melainkan mengelola perasaan sehingga

terekspresikan secara tetap dan efektif yang memungkinkan orang bekerja sama

dengan lancar menuju sasaran bersama. Goleman membagi kecerdasan emosional

kedalam 5 (lima) komponen yaitu kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi,

empati dan keterampilan sosial.

1.1 Kesadaran diri

Menurut Goleman (2001:513), kesadaran diri adalah mengetahui apa

yang dirasakan pada suatu saat dan menggunakannya untuk memandu

pengambilan keputusan diri sendiri. Selain itu kesadaran diri juga berarti

menetapkan tolak ukur yang realistis atas kemampuan diri dan kepercayaan

diri yang kuat.

1.2 Pengaturan diri

Menurut Goleman (2001:514) pengaturan diri adalah menguasai emosi

diri sedemikian sehingga berdampak positif, kepada pelaksanaan tugas, peka

terhadap kata hati dan sanggup menunda kenikmatan sebelum tercapainya

sesuatu sasaran dan mampu pulih kembali dari tekanan emosi.

1.3 Motivasi
9

Menurut Goleman (2001:514) motivasi adalah menggunakan hasrat

yang paling dalam untuk menggerakkan dan menuntun seseorang menuju

sasaran. Motivasi membantu seseorang mengambil inisiatif dan bertindak

sangat efektif dan untuk bertahan menghadapi kegagalan dan frustasi.

1.4 Empati

Menurut Goleman (2001:514) empati adalah merasakan yang dirasakan

orang lain, mampu memahami persepektif orang lain, menumbuhkan

hubungan saling percaya dan menyelaraskan diri dengan berbagai macam

orang .

1.5 Keterampilan sosial

Menurut Goleman (2001:514) keterampilan sosial berarti menangani

emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain dan dengan cermat

membaca situasi dan jaringan sosial, berinteraksi dengan lancar, menggunakan

keterampilan-keterampilan ini untuk mempengaruhi dan memimpin,

bermusyawaroh dan menyelesaikan perselisihan dan untuk bekerja sama dan

bekerja dalam tim.

2. Kinerja Auditor

Kinerja merupakan seperangkat hasil yang dicapai serta merujuk pada

tindakan pencapaian serta pelaksanaan sesuatu pekerjaan yang diminta ( Stolovic

dan keeps,1992 dalam Veithzal 2002:87). Kinerja diukur dengan instrumen yang

dapat dikembangkan dalam studi yang tergabung dalam ukuran kinerja secara

umum, selanjutnya diterjemahkan kedalam penilaian prilaku secara mendasar,

meliputi : (I) kualitas kerja, (II) kuantitas kerja, (III) pengetahuan tentang
10

pekerjaan, (IV) pendapat atau pernyataan yang disimpulkan, (V) perencanaan

kerja.

1.4 Tujuan Dan Kegunaan Penelitian

1.4.1 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah

1. Untuk mengetahui secara empiris pengaruh kesadaran diri, pengaturan

diri, motivasi, empatidan keterampilan sosial secara simultan terhadap

kinerja auditor.

2. Untuk mengetahui secara empiris pengaruh kesadaran diri, pengaturan

diri, motivasi, empatidan keterampilan sosial secara parsial terhadap

kinerja auditor.

1.4.2 Kegunaan Kenelitian

Kegunaan dari penelitian ini adalah :

1. Manfaat Akademik

a. Bagi dunia pendidikan, penelitian ini diharapkan menjadi

sumbangan data empiris bagi pembangunan ilmu pengetahuan

terutama ilmu ekonomi dan manfaatnya bagi lembaga akademik

b. Sebagai informasi bagi rekan-rekan mahasiswa dalam

mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai kecerdasan

emosional.

2. Manfaat Praktis
11

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti empiris ada tidaknya

pengaruh kecerdasan emosional terhadap kinerja auditor pada kantor akuntan

publik di kota Semarang, sehingga pada hakekatnya penelitian ini diharapkan

dapat memberikan masukan bagi auditor independen dalam meningkatkan

kinerjanya. Dimana faktor kecerdasan emosional menjadi hal yang harus

diperhatikan oleh auditor dalam upaya meningkatkan kinerjanya sehingga

tingkat kepercayaan masyarakat terhadap auditor independen semakin lebih

besar. Penelitian ini juga diaharapkan kontribusi praktis untuk organisasi

terutama Kantor Akuntan Publik dalam mengelola sumber daya manusia.


BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Telaah Pustaka

2.1.1 Kecerdasan Emosional

Dalam Kamus Bahasa Indonesia kontemporer mendefinisikan emosi

sebagai keadaan yang keras yang timbul dari hati, perasaan jiwa yang kuat seperti

sedih, luapan perasan yang berkembang dan surut dalam waktu cepat. Emosi

merujuk pada suatu perasaan dan pikiran-pikiran yang khasnya, suatu keadaan

yang biologis dan psikologis serta serangkaian kecendrungan untuk bertindak.

Emosional adalah hal-hal yang berhubungan dengan emosi.

Menurut Goleman (2001:512), kecerdasan emosional adalah kemampuan

untuk mengenal perasaan diri sendiri dan orang lain untuk memotivasi diri sendiri

dan mengelola emosi dengan baik dalam diri kita dan hubungan kita. Kemampuan

ini saling melengkapi dan berbeda dengan kemampuan akademik murni, yaitu

kemampuan kogniktif murni yang diukur dengan Intelectual Quetient (IQ).

Sedangkan menurut Cooper dan Sawaf (1998), kecerdasan emosional adalah

kemampuan mengindra, memahami dan dengan efektif menerapkan kekuatan dan

ketajaman emosi sebagai sumber energi, informasi dan pengaruh. Salovely dan

Mayer mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai kemampuan memantau dan

mengendalikan perasaan sendiri dan orang lain, serta menggunakan perasaan itu

untuk memandu pikiran dan tindakan. Temuan beberapa peneliti, seperti David

Wechsler dalam Suryanti dan Ika (2003:1075),


12 mendefinisikan kecerdasan

sebagai keseluruhan kemampuan seseorang untuk bertindak bertujuan, untuk


12
13

berfikir rasional, dan untuk berhubungan dengan lingkungannya yang efektif.

Aspek-aspek yang terkait dalam afeksi dan personal dan faktor sosial. Temuan

Wechsler ini mendefinisikan, selain aspek kognisi, aspek kognisi juga

berpengaruh dalam mencapai keberhasilan hidup. Kematangan dan kedewasaan

menunjukkan kecerdasan dalam hal emosi. Mayer dalam Goleman

menyimpulkan bahwa kecerdasan emosi berkembang sejalan dengan usia dan

pengalaman dari kanak-kanak hingga dewasa, lebih penting lagi bahwa

kecerdasan emosional dapat dipelajari.

Selanjutnya menurut Howes dan Herald dalam Surya dan Hananto,

(2004:34) mengatakan pada intinya, kecerdasan emosional merupakan komponen

yang membuat seseorang menjadi pintar menggunakan emosi. Lebih lanjut

dikatakan bahwa emosi manusia berada diwilayah dari perasaan lubuk hati, naluri

yang tersembunyi, dan sensasi emosi yang apabila diakui dan dihormati,

kecerdasan emosional menyediakan pemahaman yang lebih mendalam dan lebih

utuh tentang diri sendiri dan orang lain.

Komponen kecerdasan emosional :

Istilah “Kecerdsan Emosional” pertama kali dilontarkan pada tahun 1990

oleh psikolog Peter Salovey dari Harvard University dan Jhon Meyer dari

University of New Hampshire Amerika untuk menerangkan kualitas-kualitas

emosional yang tampaknya penting bagi keberhasilan (Suryanti dan Ika

2004:262). Kualitas-kualitas itu antara lain : empati (kepedulian), mengungkapkan

dan memahami perasaan, mengendalikan amarah, kemandirian, kemampuan


14

menyesuaikan diri, disukai, kemampuan memecahkan masalah antar pribadi

ketekunan kesetiakawanan, keramahan, dan sikap hormat.

Steiner dalam Trisnawati dan Suryaningsum menyatakan bahwa kecerdasan

emosional mencakup lima komponen, yaitu mengetahui perasaan sendiri,

memiliki empati, belajar mengatur emosi-emosi sendiri, memperbaiki kerusakan

sosial, dan interaktivitas emosional. Cooper dan Sawaf dalam Trisnawati dan

Suryaningsum (2003:1075) merumuskan kecerdasan emosional sebagai sebuah

titik awal model empat batu penjuru, yang terdiri dari kesadaran emosi,

kebugaran emosi, kedalaman emosi dan alkimia emosi.

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan

emosional adalah seperangkat kemampuan untuk mengenal, memahami perasaan

diri sendiri dan orang lain serta mampu menggunakan perasaan itu untuk

memandu pikiran dalam bertindak.

Goleman secara garis besar membagi dua kecerdasan emosional yaitu

kompetensi personal yang meliputi kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi diri

dan kompetensi sosial yang terdiri dari empati dan keterampilan sosial. Dalam

penelitian ini komponen kecerdasan emosional yang digunakan adalah komponen

kecerdasan emosional menurut Goleman.

2.1.1.1 Kesadaran Diri

Kesadaran diri merupakan dasar dari kecerdasan emosional yaitu

merupakan kemampuan untuk memantau perasaan dari waktu ke waktu.

Menurut Goleman (2001:513), kesadaranan diri adalah mengetahui apa yang


15

dirasakan pada suatu saat dan menggunakannya untuk memandu pengambilan

keputusan diri sendiri. Selain itu kesadaran diri juga berarti menetapkan tolak

ukur yang realistis atas kemampuan diri dan kepercayaan diri yang kuat. Ajaran

Socrates, kenalilah dirimu menunjukkan inti kecerdasan emosional, kesadaran

akan perasaan diri sendiri sewaktu perasaan itu timbul (Suryanti dan Ika 264).

Hautman dalam Suryanti dan Ika (2004:264) menyatakan bahwa saat kita

semakin mengenal diri kita, kita akan lebih memahami apa yang kita rasakan

dan lakukan. Pemahaman itu akan memberi kita kesempatan atau kebebasan

untuk mengubah hal-hal yang ingin kita ubah mengenai diri kita dan

menciptakan kehidupan yang kita inginkan. Kesadaran diri memungkinkan kita

untuk berhubungan dengan emosi, pikiran, dan tindakan (Suryanti dan Ika,

2004:264). Manajer yang mempertahankan tingkat kesadaran yang tinggi

memiliki lebih banyak aspek EQ dan dinilai lebih efektif oleh atasan dan

supordinat dari pada mereka yang tidak sadar diri Harvard Business Review

dalam Suryati dan Ika (2004:265).

Mengetahui kekuatan dan kelemahan, dan menjalankan tugas sesuai

dengan itu, adalah kecakapan yang hampir selalu dijumpai pada setiap diri

seorang bintang kinerja dalam sebuah studi terhadap beberapa ratus pekerja

terpelajar dalam hal ini ilmuan komputer, auditor dan sebagainya diperusahaan-

perusahaan termasuk AT&T dan 3M. Kelly dalam Goleman (2001:106), yang

melakukan setudy itu bersama Caplan menemukan bahwa para bintang

mengenal diri sendiri dengan baik.


16

2.1.1.2 Pengaturan Diri

Menurut Goleman (2001:514) mendefinisikan pengaturan diri dengan

menangani emosi kita sedemikian sehingga berdampak positif kepada

pelaksanaan tugas, peka terhadap kata hati dan sanggup menunda kenikmatan

sebelum tercapainya sesuatu sasaran dan mampu pulih kembali dari tekanan

emosi. Menangani perasaan agar perasaan dapat terungkap dengan tepat adalah

kecakapan yang bergantung pada kesadaran diri, Gibbs dalam Suryati dan Ika

(2004:265).

Menjaga agar emosi yang merisaukan tetap terkendali merupakan kunci

menuju kesejahteraan emosi. Emosi yang berlebihan dapat mengoyak

kesetabilan seseorang. Aristoteles dalam Nicomachean Ethnic menulis siapapun

bisa marah, marah itu mudah. Tetapi, marah pada orang yang tepat, dengan

kadar yang sesuai, pada waktu yang tepat, demi tujuan yang benar, dan dengan

cara yang baik, bukanlah hal yang mudah.

Davidson dalam Goleman menemukan bahwa orang yang tangguh sudah

memulai menghambat rasa tertekan selama situasi stres berlangsung. Mereka

adalah orang-orang yang optimistik dan berorientasi pada tindakan. Jika ada

orang yang kurang beres dalam hidup mereka, mereka langsung berfikir

bagaimana cara memperbaikinya.

2.1.1.3 Motivasi

Motivasi berarti menggunakan hasrat kita yang paling dalam untuk

menggerakkan dan menuntun seseorang menuju sasaran, membantu kita

mengambil inisiatif dan bertindak sangat efektif dan untuk bertahan


17

menghadapi kegagalan dan frustasi (Goleman 2001:514). Motivasi yang paling

ampuh adalah motivasi yang berasal dari dalam diri seseorang, Condry dan

Chambers dalam Suryani dan Ika (2004, :266).

Pencapaian keberhasilan menuntut dorongan untuk berprestasi. Studi-

studi yang membandingkan para bintang kinerja ditingkat eksekutif dengan

rekan-rekannya yang berprestasi bisa menemukan bahwa bintang tersebut

menunjukkan ciri-ciri kecakapan peraihan prestasi sebagai berikut : mereka

berbicara mengenai resiko dan lebih berani menanggung resiko yang telah

diperhitungkan. Mereka mendesakkan dan mendukung inovasi-inovasi baru dan

menetapkan sasaran-sasaran yang menantang bagi para bawahan mereka.

Mereka tidak ragu-ragu memberikan dukungan bagi gagasan-gagasan

enterpreneurial yang dicetuskan orang lain. Kebutuhan berprestasi adalah

kecakapan yang paling kuat satu-satunya yang membedakan eksekutif bintang

dari para eksekutif biasa.

2.1.1.4 Empati

Kemampuan berempati adalah kemampuan untuk mengetahui bagaimana

perasaan orang lain, mampu memahami persepektif mereka, mnumbuhkan

hubungan saling percaya dan menyelaraskan diri dengan bermacam-macam

orang (Goleman, 2001:514). Meltzoff dalam Suryani dan Ika, (2004:267)

menyatakan bahwa empati telah ada saat kita berusia tiga tahun. Ini dapat

dihubungkan dengan gerakan meniru yang dilakukan bayi pada usia dini.
18

Emosi jarang diungkapkan dengan kata-kata, tetapi emosi jauh lebih

sering diungkapkan melalui hasrat. Kunci untuk memahami perasaan orang lain

adalah mampu membaca pesan nonverbal seperti nada bicara, gerak-gerik,

ekspresi wajah dan sebagainya. Manfaat dari mampu membaca perasaan dari

isyarat nonverbal mencakup lebih pandai menyesuaikan diri secara emosional,

lebih populer, lebih mudah bergaul dan mungkin tidak mengherankan lebih

peka.

Hein dalam Suryani dan Ika, (2004:267) menyatakan bahwa empati yang

lebih tinggi memberikan kita lebih banyak informasi yang kita dapat mengenai

sesuatu, kita akan semakin memahaminya. Hein menyimpulkan bahwa

sensitivitas emosional dan kesadaran yang lebih tinggi meningkatkan tingkat

empati yang kemudian akan memimpin kepada tingkat pemahaman yang lebih

tinggi.

2.1.1.5 Keterampilan Sosial

Menurut Goleman (2001:514) keterampilan sosial berarti menangani

emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain dan dengan cermat

membaca situasi dan jaringan sosial, berinteraksi dengan lancar, menggunakan

keteraampilan-keterampilan ini untuk mempengaruhi dan memimpin,

bermusyawarah dan menyelesaikan perselisihan dan untuk bekerja sama dan

bekerja dalam tim. Keterampilan sosial merupakan aspek yang paling penting

dalam Emotional Intellegence. Keterampilan sosial bisa diperolah dengan

banyak berlatih.
19

Salah satu kunci keterampilan sosial adalah seberapa baik atau buruk

seseorang mengungkapan perasaan sendiri. Oleh sebab itu, untuk dapat

menguasai keterampilan untuk berhubungan dengan orang lain (keterampilan

sosial) dibutuhkan kematangan dua keterampilan emosional yang lain, yaitu

pengendalian diri dan empati. Salah satu penyebab kegagalan orang pintar

dalam wawancara dan survei yang dilakukan pada 200 orang pintar di Amerika

adalah kurang keterampilan sosial (Suryanti dan Ika, 2004:268).

Orang yang cerdas secara sosial seolah-olah mampu membaca orang

dengan akurat. Dan bisa mengetahui persis apa isi hati, suasana hati dan

keinginan orang lain. Karena itu ia dengan mudah menyesuaikan diri,

mengambil hati, mempengaruhi, dan termasuk memimpin orang lain. Konflik

antar pribadi, pertengkaran, ketidak harmonisan hubungan, dan semacamnya,

banyak berpangkal pada kecerdasan sosial yang bersangkutan, Sinamo, dalam

Suryani dan Ika (2004:268).

Hatch dan Gardner dalam Suryanti dan Ika (2004:268) mengungkapkan

bahwa orang-orang yang terampil dalam kecerdasan sosial dapat menjalin

hubungan dengan orang lain dengan cukup lancar, peka terhadap reaksi dan

perasaan mereka, mampu memimpin dan mengorganisir dan pintar menangani

perselisihan yang muncul dalam setiap kegiatan manusia.

2.1.2 Kinerja Auditor

Kinerja merupakan seperangkat hasil yang dicapai serta merujuk pada

tindakan pencapaian serta pelaksanaan sesuatu pekerjaan yang diminta Stolovic

dan Keeps dalam Veithzal (2002:87).


20

Menurut Seymour dalam Yetti, (2005:18) kinerja merupakan tindakan-

tindakan atau pelaksanaan-pelaksanaan tugas yang dapat diukur. Kinrja diukur

dengan instrumen yang dapat dikembangkan dalam studi yang tergabung dalam

ukuran kinerja secara umum, selanjutnya diterjemahkan kedalam penilaian prilaku

secara mendasar, meliputi : (I) kualitas kerja, (II) kuantitas kerja, (III)

pengetahuan tentang pekerjaan, (IV) pendapat atau pernyataan yang disimpulkan,

(V) perencanaan kerja. Menurut Muekijat dalam Yetti (2004), kinerja adalah hasil

kerja yang dicapai oleh seseorang kariawan dalam melaksanakan tugas yang

dibebankan kepadanya.

Menurut Irving dalam Surya dan Hananto (2004:35), komponen penting

untuk melakukan penaksiran kinerja adalah kuantitas dan kualitas kinerja

individu. Ia dinilai berdasarkan pencapaian kuantitas dan kulaitas output yang

dihasilkan dari serangkaian tugas yang harus dilakukannya.

Kinerja pada dasarnya merupakan hasil kerja secara kualitas dan kuantitas

yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan

tanggungjawab yang diberikan kepadanya. Dalam hal ini kariawan bisa belajar

seberapa besar kinerja mereka melalui sarana informa, seperti komentar yang baik

dari mitra kerja. Namun demikian penilaian kinerja mengacu pada suatu sistem

formal dan tersetruktur yang mengukur, menilai dan mempengaruhi sifat-sifat

yang berkaitan dengan pekerjaan, prilaku dan hasil termasuk tingkat kehadiran

(Schuler dalam Nugroho, 2005:18). Fokus penilaian kerja adalah untuk

mengetahui seberapa produktif seorang kariawan dan apakah ia bisa berkinerja

sama atau lebih efektif pada masa yang akan datang.


21

Dari beberapa konsep kinerja penulis menggunakan atau mengacu pada

konsep kinerja yang ditulis Muekijat (1989:20) sebagai acuan penelitian karena

dalam hal ini seorang auditor bertugas untuk menilai atau memberikan pernyataan

tentang wajar atau tidaknya suatu laporan keuangan yang mereka audit.

2.2 Kerangka Pemikiran Teoritis

Kecerdasan emosional adalah kemampuan mengenali diri sendiri dan orang

lain, kemampuan memotivasi diri sendiri dan menelola emosi dengan baik pada

diri sendiri dan hubungannya dengan orang lain (Goleman, 2001:512).

Kesadaran diri merupakan kemampuan untuk mengetahui apa yang

dirasakan pada suatu saat dan menggunakannya untuk memandu pengambilan

keputusan diri sendiri. Seseorang yang mempunyai kesadaran diri akan

mengetahui kemampuan, kekuatan dan batas-batas diri sendiri. Kesadaran diri

menawarkan pedoman yang pasti untuk menjaga keputusan-keputusan karier kita

tetap selaras dengan nilai-nilai kita yang paling dalam sehingga akan berdampak

pada kinerja (Goleman 2001:92). Dengan kesadaran diri yang baik, seorang

auditor dapat tampil dengan keyakinan diri, sehingga dapat berbuat tegas dan

mampu membuat keputusan yang baik kendati dalam keadaan tidak pasti dan

tertekan (Goleman 2001: 107). Dengan kesadaran diri yang baik itu auditor dapat

bekerja dengan profesional. Berdasarkan hal tersebut dapat diasumsikan bahwa

kesadaran diri dapat mempengaruhi kinerja auditor.

Pengaturan diri merupakan kemampuan untuk menangani emosi

sedemikian sehingga berdampak positif pada pelakanaan tugas, peka terhadap

kata hati, dan sanggup menunda kenikmatan sebelum tercapainya sasaran.


22

Seorang auditor yang mempunyai penaturan diri yang baik akan memiliki rasa

tanggung jawab atas kinerja pribadi dan mempunyai keluwesan dalam

menghadapi berbagai perubahan (Goleman 2001:130). Selain itu orang dengan

pengaturan diri mudah menerima dan terbuka terhadap gagasan, pendekatan dan

informasi-informasi baru. Dengan pengaturan diri seseorang akan memiliki

integritas yang tinggi, bersikap terbuka, jujur dan konsisten sehingga

mengantarkan seseorang menjadi bintang kinerja dalam bidang apapun (Goleman

2001:144). Dengan pengaturan diri, auditor akan memenuhi komitmen tetap

teguh, tetap positif, tidak goyah serta dapat berfikir jernih dan tetap fokus

meskipun dalam tekanan (Goleman 2001 :131). Salah satu ciri auditor unggulan

adalah sifat tidak mudah diintimidasi atau ditekan (Goleman 2001:109).

Berdasarkan uraian tersebut dapat diasumsikan bahwa pengaturan diri

berpengaruh terhadap kinerja auditor.

Motivasi berarti menggunakan hasrat yang paling dalam untuk

menggerakkan dan menuntun seseorang menuju sasaran, membantu kita

mengambil inisiatif dan bertindak sangat efektif dan untuk bertahan menghadapi

kegagalan dan frustasi. Dengan motivasi seseorang akan memiliki dorongan untuk

berprestasi, komitmen terhadap kelompok serta memiliki inisiatif dan optimisme

yang tinggi (Goleman 2001:181). Auditor yang memiliki motivasi yang baik akan

mempunyai semangat juang yang tinggi untuk meraih tujuan dan memenuhi

standar, mampu menggunakan nilai-nilai kelompok dalam pengambilan

keputusan, serta tidak takut gagal dan memandang kegagalan sebagai situasi yang

dapat dikendalaikan ketimbang sebagai kekurangan pribadi(Goleman 2001:196).


23

Dari uraian tersebut dapat diasumsikan bahwa motivasi diri dapat mempengaruhi

kinerja auditor.

Empati merupakan kemampuan untuk mengetahui bagaimana perasaan

orang lain, mampu memahami persepektif mereka, menumbuhkan hubungan

saling percaya dan menyelaraskan diri dengan bermacam-macam orang. Dengan

berempati seseorang dapat menunjukkan kepekaan dan pemahaman terhadap

persepektif orang serta mengakui dan menghargai kekuatan, keberhasilan dan

perkembangan orang lain(Goleman 2001:220). Auditor yang mempunyai empati

yang baik akan mampu memahami kebutuhan-kebutuhan pelanggan dan mencari

berbagai cara untuk meningkatkan kesetiaan pelanggan. Serta dapat memahami

beragamnya pandangan dan peka terhadap perbedaan kelompok dan memandang

keragaman keragaman sebagai peluang menciptakan lingkungan yang

memungkinkan semua orang sama-sama maju kendati berbeda-beda (Goleman

2001:248). Dari uraian tersebut dapat diasumsikan bahwa empati berpengaruh

terhadap kinerja auditor.

Keterampilan sosial berarti menangani emosi dengan baik ketika

berhubungan dengan orang lain dan dengan cermat membaca situasi dan jaringan

sosial, berinteraksi dengan lancar, mmenggunakan keteraampilan-keterampilan

inin untuk mempengaruhi dan memimpin, bermusyawaroh dan menyelesaikan

perselisihan dan untuk bekerja sama dan bekerja dalam tim. Seseorang yang

memiliki keterampilan sosial mampu berkomunikasi untuk menyampaikan

sesuatu yang jelas dan meyakinkan dan memiliki jiwa kepemimpinan untuk

membangkitkan inspirasi dan memandu kelompok dan orang lain. Dengan


24

keterampilan sosial yang baik, auditor akan dapat bernegosiasi dalam

memecahkan suatu masalah atau pemecahan silang pendapat (Goleman

2001:333). Selain itu mampu menciptakan sinergi kelompok dan dapat bekerja

sama dengan orang lain demi tujuan bersama (Goleman 2001:342). Berdasarkan

uraian tersebut dapat diasumsikan bahwa keterampilan sosial dapat

mempengaruhi kinerja auditor.

Dengan kemampuan emosional yang berkembang baik, seseorang

kemungkinan besar ia akan berhasil dan bahagia dalam kehidupannya karena ia

menguasai kebiasaan berfikir yang mendorong produktivitasnya. Sedangkan

orang yang tidak dapat mengendalikan kehidupan emosionalnya, ia akan

mengalami pertarungan batin, yang merampas kemampuan mereka dalam

memusatkan perhatian pada pekerjaan dan berfikir yang jernih (Widagdo,

2001:15).

Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kecerdasan

emosional memiliki pengaruh yang siknifikan terhadap kinerja auditor.

Berdasarkan hal tersebut maka dikembangkan kerangka pemikiran teoritis sebagai

berikut :
25

Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran Teoritis

Kecerdasan Emosional Auditor

Kesadaran Diri (X1)

Pengaturan Diri (X2)


Kinerja Auditor
Motivasi (X3) (Y)

Empati (X4)

Keterampilan Sosial (X5)

2.3 Hipotesis

Berdasarkan dari permasalahan yang diuraikan diatas, serta dari hasil

penelitian–penelitian terdahulu, maka hipotesis yang akan diambil dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

(H1) Kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati dan keterampilan sosial

secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor.

(H2) Kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati dan keterampilan sosial

secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor.


BAB III

26
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Obyek Penelitian

Obyek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kantor akuntan
publik disingkat KAP, yaitu suatu badan usaha yang telah mendapatkan ijin
dari menteri keuangan atau pejabat lain yang berwenang sebagai wadah bagi
akuntan publik dalam memberikan jasanya. Sedangkan akuntan publik adalah
akuntan yang telah memperoleh ijin dari menteri keuangan atau pejabat yang
berwenang untuk memberikan jasanya.
Kantor Akuntan Publik dalam pekerjaannya memberikan beberapa jasa

yang disebut dengan jasa audit. Penjelasan dari jasa-jasa audit tersebut yaitu :

1. Jasa Audit Laporan Keuangan

Dalam kapasitasnya sebagai auditor indepanden, kantor akuntan publik

melakukan audit umum atas laporan keuangan untuk memberikan pernyataan

pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan.

2. Jasa Audit Khusus

Audit khusus dapat merupakan audit atas akun atau pos laporan

tertentu yang dilakukan dengan menggunakan prosedur yang disepakati

bersama, audit atas laporan keuangan yang disusun berdasarkan basis

akuntansi yang komperhensif, dan audit atas informasi keuangan untuk

tujuan tertentu.

27
28

3. Jasa Atestasi

Jasa yang berkaitan dengan penerbitan laporan yang memuat suatu

kesimpulan tentang keadaan asersi (pernyataan) tertulis menjadi tanggung

jawab pihak lain, dilaksanakan mulai pemeriksaan, review dan prosedur yang

disepakati bersama.

4. Jasa Review Laporan Keuangan

Jasa yang memberikan keyakinan terbatas bahwa tidak terdapat

modifikasi material yang harus dilaksanakan agar laporan keuangan tersebut

sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum atas basis akuntansi

komperhensif lainnya.

5. Jasa Kompilasi Laporan Keuangan

Jasa untuk menyusun laporan keuangan berdasarkan catatan data

keuangan serta informasi lainnya yang diberikan manajemen suatu entitas

tertentu.

6. Jasa Konsultasi

Jasa ini meliputi berbagai bentuk dan bidang sesuai dengan

kompetensi akuntan publik. Misalnya jasa konsultasi umum kepada pihak

manajemen, perencanaan sistem dan implementasi sistem akuntansi,

penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan, pelaksanaan seleksi dan

rekruitmen pegawai sampai memberikan jasa konsultasi lainnya.


29

7. Jasa Perpajakan

Jasa yang diberikan meliputi jasa konsultasi umum perpajakan,

perencanaan pajak, review jenis pajak, pengisian SPT dan penyelesaian

masalah perpajakan.

Kantor Akuntan Publik dapat berbentuk perseroan terbatas (PT) dan


persekutuan dimana beberapa akuntan pulik bergabung untuk menjalankan
usahanya bersama-sama sebagai sekutu atau rekan (patner). Selain itu KAP
dapat juga berbentuk koperasi jasa audit yang hanya memberikan jasanya pada
koperasi saja. Struktur keorganisasian dalam KAP sebagai berikut :
1. Rekan atau Patner, yaitu rekan pimpinan dan rekan yang menduduki jabatan

tertinggi dalam KAP. Tugasnya bertanggung jawab secara keseluruhan

terhadap pekerjaan yang ditangani oleh KAP.

2. Manajer, yaitu pengawas pemeriksa, koordinator dari akuntan senior.

Tugasnya mereview program audit, mereviw kertas kerja, laporan audit dan

manajemen letter.

3. Akuntan senior atau koordinator akuntan yunior, yaitu akuntan perencana

dan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pemeriksaan. Tugasnya

mengarahkan dan mereview pekerjaan akuntan yunior.

4. Akuntan yunior atau asisten akuntan, yaitu pelaksana prosedur pemeriksaan

secara rinci sesuai dengan pengarahan dari akuntan senior. Tugasnya

membuat kertas kerja.

4.2 Diskripsi Responden

Diskripsi profil responden terdiri dari jenis kelamin, gelar atau tingkat
pendidikan yang dicapai serta lamanya bekerja dalam KAP. Hal tersebut
30

dimaksudkan untuk menjalaskan latar belakang responden yang menjadi sampel


dalam penelitian ini.
Akuntan publik yang menjadi responden dalam penelitian ini terdiri dari 28

pria atau (38,8%) dan 44 wanita atau (61,2%). Berdaarkan tingkat pendidikan

yang dicapai yaitu D3 sebanyak 22 responden arau (30,6%), S1 sebanyak 41

responden atau (56,9%) dan S2 sebanyak 9 responden atau (12,5%). Berikut tabel

yang menunjukan profil responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini :

Tabel 4.1 Profil Responden (N=72)


Keterangan Jumlah Prosentase
Jenis Kelamin
a. Pria 28 38,8%
b. Wanita 44 61,2%
Tingkat pendidikan
a. D3 22 30,6%
b. S1 41 56,9%
c. S2 9 12,5%
Lama bekerja dalam KAP
a. 1-5 tahun 42 58,3%
b. 6-10 tahun 22 30,5%
c. diatas 11 tahun 8 11,1%

Sumber : Data yang diolah

Data penelitian dikumpulkan dengan menyebarkan 85 kuesioner secara


langsung kepada KAP yang berada diwilayah kota semarang. Penelitian sejak
tanggal pengiriman dan pengumpulan data berlangsung selama 1 bulan. Data
kuesioner yang diperoleh sebanyak 72 kuesioner dari 85 kuesioner yang
disebarkan. Berikut tabel mengenai pengiriman dan pengembalian kuesioner
dalam penelitian ini.
31

Tabel 4.2 Sampel dan Tingkat Pengembalian


Keteraangan Jumlah Prosentase
Total kuesioner yang dibagikan 85 100%
Total kuesioner yang tidak kembali 6 7,1%
Total kuesioner yang tidak lengkap 7 8,2%
Total kuesioner yang dapat digunakan 72 84,7%
Total kuesioner yang tidak dapat digunakan 7 8,2%
Total kuesioner yang diterima tepat waktu 72 84,7%
Total kuesioner yang diterima tidak tepat waktu 7 8,2%
Sumber : Data yang diolah

4.3. Diskripsi Variabel Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati


dan keterampilan sosial terhadap kinerja auditor di kota Semarang peneliti
menggunakan analisis diskriptif prosentase. Adapun hasil perhitungan dari
analisis diskriptif prosentase untuk tiap variabel sebagai berikut :
1.Kesadaran Diri

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data mengenai kesadaran diri auditor,

seperti terlihat pada tabel berikut :

Tabel 4.3 Kesadaran diri auditor


Indikator Items Ket. Kategori Jawaban Total
SS S R TS STS
Kesadaran emosi 1 Frek 2 16 8 36 10 72
diri Persen 2.8 22.2 11.1 50.0 13.9 100
Penilaian diri 2 Frek 17 50 5 0 0 72
Persen 23.6 69.4 6.9 0 0 100
3 Frek 14 47 8 3 0 72
Persen 19.4 65.3 11.1 4.2 0 100
4 Frek 18 42 8 4 0 72
Persen 25.0 58.3 11.1 5.6 0 100
Percaya diri 5 Frek 6 16 25 25 0 72
Persen 8.3 22.2 34.7 34.7 0 100
6 Frek 4 12 19 35 2 72
Persen 5.6 16.7 26.4 48.6 2.8 100
Sumber: data diolah
32

a. Kesadaran terhadap emosi diri

Dari tabel diatas dapat diketahui kesadaran diri auditor ditinjau dari

indikator kesadaran terhadap emosi diri termasuk dalam kategori tinggi,

terbukti dari data penelitian dimana auditor yang menjawab tidak sesuai

sejumlah 36 orang atau 50%, sesuai 16 orang atau 22,2%, sangat tidak sesuai

10 orang atau 13,9%, ragu-ragu 8 oarang atau 11,1% dan yang menjawab

sangat sesuai sebanyak 2 orang atau 2,8%.

b. Penilaian diri

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui kesadaran diri auditor

ditinjau dari indikator penilaian diri pada sub indikator kemampuan

menggunakan pengetahuan yang dimiliki dalam mengaudit termasuk dalam

kategori sangat tinggi, terbukti dari data penelitian dimana auditor yang

menjawab sangat sesuai sebanyak 50 orang atau 69,4%, yang menjawab

sesuai sebanyak 17 orang atau 23,6%, dan yang menjawab ragu-ragu

berjumlah 5 orang atau 6,9%.

Sedangkan kesadaran diri auditor ditinjau dari indikator penilaian diri

pada sub indikator kemampuan menetapkan tingkat materialitas termasuk

dalam kategori tinggi, terbukti dari data penelitian dimana auditor yang

menjawab sesuai sebanyak 47 orang atau 65,3%, sangat sesuai sebanyak 14

orang atau 19,4%, ragu-ragu berjumlah 8 orang atau 11,1%, dan tidak sesuai

sejumlah 3 orang atau 4,2%.

Untuk kesadaran diri auditor ditinjau dari indikator penilaian diri pada

sub indikator kemampuan mendapatkan bukti audit termasuk dalam kategori


33

tinggi, terbukti dari data penelitian dimana auditor yang menjawab sesuai

sebanyak 42 orang atau 58,3%, sangat sesuai sebanyak18 orang atau 25%,

ragu-ragu berjumlah 8 orang atau 11,1%, dan tidak sesuai sejumlah 4 orang

atau 5,6%.

c. Percaya diri

Berdasarkan hasil penelitian diketahui kesadaran diri auditor ditinjau

dari indikator percaya diri termasuk dalam kategori tinggi, terbukti dari data

penelitian dimana auditor yang menjawab tidak sesuai sejumlah 25 orang atau

34,7% ragu-ragu 25 oarang atau 34,7%, sesuai 16 orang atau 22,2%, sangat

sesuai 6 orang atau 8,3%.

Sedangkan kesadaran diri auditor ditinjau dari indikator percaya diri

pada sub indikator kemampuan merancang program audit termasuk dalam

kategori tinggi, terbukti dari data penelitian dimana auditor yang menjawab

tidak sesuai sejumlah 35 orang atau 48,6%, ragu-ragu 19 orang atau 26,3%,

sesuai 12 orang atau 16,7%, sangat sesuai 4 orang atau 5,6%, dan sangat tidak

sesuai sejumlah 2 orang atau 2,8%.

2. Pengaturan diri

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data mengenai pengaturan diri auditor,

seperti terlihat pada tabel berikut :


34

Tabel 4.4 Pengaturan diri auditor


Indikator Items Ket. Kategori Jawaban Total
SS S R TS STS
Kendali diri 7 Frek 6 43 6 17 0 72
Persen 8.3 59.7 8.3 23.6 0 100
8 Frek 6 48 10 8 0 72
Persen 8.3 66.7 13.9 11.1 0 100
Sifat dapat 9 Frek 13 32 6 19 2 72
dipercaya Persen 18.1 44.4 8.3 26.4 2.8 100
10 Frek 4 25 21 17 5 72
Persen 5.6 34.7 29.2 23.6 6.9 100
Inovasi 11 Frek 0 11 25 32 4 72
Persen 0 15.3 34.7 44.4 5.6 100
Sumber : data diolah

a. Kendali diri

Berdasarkan hasil penelitian diketahui pengaturan diri auditor ditinjau

dari indikator kendali diri pada sub indikator sabar dalam menghadapi klien

yang kurang kooperatif termasuk dalam kategori tinggi, terbukti dari data

penelitian dimana auditor yang menjawab sesuai sebanyak 43 orang atau

59,7%, tidak sesuai 17 orang atau 23,6%, sangat sesuai 6 orang atau 8,3%,

dan ragu-ragu 6 orang atau 8,3%.

Sedangkan pengaturan diri auditor ditinjau dari indikator kendali diri

pada sub indikator tenang dalam menghadapi sikap klien termasuk dalam

kategori tinggi, terbukti dari data penelitian dimana auditor yang menjawab

sesuai sebanyak 48 orang atau 66,7%, ragu-ragu 10 orang atau 13,9%, tidak

sesuai 8 orang atau 11,1%, dan sangat sesuai 6 orang atau 8,3%.

b. Sifat dapat dipercaya


35

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui pengaturan diri auditor

ditinjau dari indikator sifat dapat dipercaya pada sub indikator menunda

kesenangan demi menyelesaikan tugas termasuk dalam kategori tinggi,

terbukti dari data penelitian dimana auditor yang menjawab sesuai sebanyak

32 orang atau 44,4%, tidak sesuai 19 orang atau 26,3%, sangat sesuai 13

orang atau 18,1%, ragu-ragu 6 orang atau 8,3% dan sangat tidak sesuai

sejumlah 2 orang atau 2,8%.

Sedangkan pengaturan diri auditor ditinjau dari indikator sifat dapat

dipercaya pada sub indikator bertanggung jawab atas kinerja pribadi termasuk

dalam kategori tinggi, terbukti dari data penelitian dimana auditor yang

menjawab sesuai sebanyak 25 orang atau 34,7%, ragu-ragu 21 orang atau

29,2%, tidak sesuai 17 orang atau 23,6%, sangat tidak sesuai 5 orang atau

6,9% dan sangat sesuai 4 orang atau 5,6%.

c. Inovasi

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui pengaturan diri auditor

ditinjau dari indikator inovasi pada sub indikator terbuka terhadap gagasan

atau ide baru termasuk dalam kategori tinggi, terbukti dari data penelitian

dimana auditor yang menjawab tidak sesuai sejumlah 32 orang atau 44,4%,

ragu-ragu 25 orang atau 34,7%, sesuai 11 orang atau 15,3%, dan sangat tidak

sesuai 4 orang atau 5,6%.

3. Motivasi
36

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data mengenai motivasi diri auditor,

seperti terlihat pada tabel berikut :

Tabel 4.5 Motivasi diri auditor


Indikator Items Ket. Kategori Jawaban Total
SS S R TS STS
Dorongan 12 Frek 22 44 4 2 0 72
prestasi Persen 30.6 61.1 5.6 2.8 0 100
13 Frek 18 35 10 9 0 72
Persen 25.0 48.6 13.9 12.5 0 100
14 Frek 7 34 21 10 0 72
Persen 9.7 47.2 29.2 13.9 0 100
Inisiatif 15 Frek 6 33 22 11 0 72
Persen 8.3 45.8 30.6 15.3 0 100
Optimisme 16 Frek 4 17 21 28 2 72
Persen 5.6 23.6 29.2 38.9 2.8 100
17 Frek 11 48 8 5 0 72
Persen 15.3 66.7 11.1 6.9 0 100
Sumber : data diolah

a. Dorongan prestasi

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui motivasi auditor ditinjau

dari indikator dorongan prestasi pada sub indikator kesempatan untuk

memperoleh promosi termasuk dalam kategori tinggi, terbukti dari data

penelitian dimana auditor yang menjawab sesuai sebanyak 44 orang atau

61,1%, sangat sesuai 22 orang atau 30,6%, ragu-ragu 4 orang atau 5,6%, dan

tidak sesuai 2 orang atau 2,8%.


37

Sedangkan motivasi auditor ditinjau dari indikator dorongan prestsi

pada sub indikator kesempatan untuk mengikuti pelatihan termasuk dalam

kategori tinggi, terbukti dari data penelitian dimana auditor yang menjawab

sesuai sebanyak 35 orang atau 48,6% sangat sesuai 18 orang atau 25%., ragu-

ragu 10 orang atau 13,9%, dan tidak sesuai 9 orang atau 12,5%.

Untuk motivasi auditor ditinjau dari indikator dorongan prestsi pada sub

indikator sanggup bekerja keras demi KAP termasuk dalam kategori tinggi,

terbukti dari data penelitian dimana auditor yang menjawab sesuai sebanyak

34 orang atau 47,2%, ragu-ragu 21 orang atau 29,2%, tidak sesuai 10 orang

atau 13,9%, dan sangat sesuai 7 orang atau 9,7%.

b. Inisiatif

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui motivasi auditor ditinjau

dari indikator inisiatif pada sub indikator memiliki kemandirian untuk

mencapai sasaran audit termasuk dalam kategori tinggi, terbukti dari data

penelitian dimana auditor yang menjawab sesuai sebanyak 33 orang atau

45,8%, ragu-ragu 22 orang atau 30,6%, tidak sesuai 11 orang atau 15,3%, dan

sangat sesuai 6 orang atau 8,3%.

c. Optimisme

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui motivasi auditor ditinjau

dari indikator optimisme pada sub indikator perasaan putus asa dalam

mengaudit termasuk dalam kategori tinggi, terbukti dari data penelitian

dimana auditor yang menjawab tidak sesuai sejumlah 28 orang atau 38,8%,
38

ragu-ragu 21 orang atau 29,2%, sesuai 17 orang atau 23,67%, sangat sesuai 4

orang atau 5,6%, dan sangat tidak sesuai sejumlah 2 orang atau 2,8%.

Sedangkan motivasi auditor ditinjau dari indikator optimisme pada sub

indikator kegigihan mencoba lagi kendati pernah mengalami kegagalan

termasuk dalam kategori tinggi, terbukti dari data penelitian dimana auditor

yang menjawab sesuai sebanyak 48 orang atau 66,7%, sangat sesuai 11 orang

atau 15,3%, ragu-ragu 8 orang atau 11,1%,dan tidak sesuai 5 orang atau 6,9%.

4. Empati

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data mengenai empati diri auditor,

seperti terlihat pada tabel berikut :

Tabel 4.6 Empati diri auditor


Indikator Items Ket. Kategori Jawaban Total
SS S R TS STS
Memahami orang 18 Frek 7 58 5 2 0 72
lain Persen 9.7 80.6 6.9 2.8 0 100
19 Frek 14 43 11 4 0 72
Persen 19.4 59.7 15.3 5.6 0 100

Tabel 4.6 (lanjutan)


Indikator Items Ket. Kategori Jawaban Total
SS S R TS STS
Mengatasi 20 Frek 3 12 16 35 6 72
keragaman Persen 4.2 16.7 22.2 18.6 8.3 100
Kesadaran politis 21 Frek 13 26 23 10 0 72
Persen 18.1 36.1 31.9 13.9 0 100
22 Frek 9 31 12 20 0 72
Persen 12.5 43.1 16.7 27.8 0 100
23 Frek 16 47 7 2 0 72
Persen 22.2 65.3 9.7 2.8 0 100
Suber : data diolah
39

a. Memahami orang lain

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui empati auditor ditinjau dari

indikator memahami orang lain pada sub indikator memahami dan mengerti

tugas dan kesibukan klien termasuk dalam kategori tinggi, terbukti dari data

penelitian dimana auditor yang menjawab sesuai sebanyak 58 orang atau

80,6% sangat sesuai 7 orang atau 9,7%, ragu-ragu 5 orang atau 6,9%, dan

tidak sesuai 2 orang atau 2,8%.

Sedangkan empati ditinjau dari indikator memahami orang lain pada

sub indikator mengerti perasaaan orang lain termasuk dalam kategori tinggi,

terbukti dari data penelitian dimana auditor yang menjawab sesuai sebanyak

43 orang atau 59,7% sangat sesuai 14 orang atau 19,4%., ragu-ragu 11 orang

atau 15,3%, dan tidak sesuai 4 orang atau 5,6%.

b. Mengatasi keragaman

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui empati auditor indikator

mengatasi keragaman pada sub indikator kemampuan mengaudit pada

lingkungan yang belum dikenal termasuk dalam kategori tinggi, terbukti dari

data penelitian dimana auditor yang menjawab tidak sesuai sejumlah 35 orang

atau 48,6%, ragu-ragu 16 orang atau 22,2%, sesuai 12 orang atau 16,7%,

sangat tidak sesuai 6 orang atau 8,3%, dan sangat sesuai sebanyak 3 orang

atau 4,2%.
40

c. Kesadaran Politis

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui empati dilihat dari

indikator kesadaran politis pada sub indikator menciptakan suasana nyaman

bagi klien termasuk dalam kategori tinggi, terbukti dari data penelitian dimana

auditor yang menjawab sesuai sebanyak 26 orang atau 36,1%, ragu-ragu 23

orang atau 31,9%, sangat sesuai 13 orang atau 18,1%., dan tidak sesuai 10

orang atau 13,9%.

Sedangkan empati ditinjau dari kesadaran politis pada sub indikator

mengkomunikasikan penyelewengan yang terjadi dengan klien termasuk

dalam kategori tinggi, terbukti dari data penelitian dimana auditor yang

menjawab sesuai sebanyak 31 orang atau 43,1%, tidak sesuai 20 orang atau

27,8%, ragu-ragu 12 orang atau 16,7%, dan sangat sesuai 9 orang atau 12,5%.

Sedangkan empati dilihat dari indikator kesadaran politis pada sub

indikator mengkomunikasikan salah saji yang ditemukan dengan klien

termasuk dalam kategori tinggi, terbukti dari data penelitian dimana auditor

yang menjawab sesuai sebanyak 47 orang atau 65,3%, sangat sesuai 16 orang

atau 22,2%, ragu-ragu 7 orang atau 9,7%, dan tidak sesuai 2 orang atau 2,8%.

5. Keterampilan sosial

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data mengenai keterampilan sosial

auditor, seperti terlihat pada tabel berikut :


41

Tabel 4.7 Keterampilan sosial auditor


Indikator Items Ket. Kategori Jawaban Total
SS S R TS STS
Komunikasi 24 Frek 20 51 0 1 0 72
Persen 27.8 70.8 0 1.4 0 100
25 Frek 17 53 1 1 0 72
Persen 23.6 73.6 1.4 1.4 0 100
Kepemimpinan 26 Frek 22 35 3 12 0 72
Persen 30.6 48.6 4.2 16.7 0 100
Manajemen 27 Frek 12 54 4 2 0 72
konflik Persen 16.7 75 5.6 2.8 0 100
Kolaborasi dan 28 Frek 21 42 9 0 0 72
kooperasi Persen 29.2 58.3 12.5 0 0 100
29 Frek 4 7 26 29 6 72
Persen 5.6 9.7 36.1 40.3 8.3 100
Kemampuan tim 30 Frek 16 38 6 12 0 72
Persen 22.2 52.8 8.3 16.7 0 100
Suber : data diolah

a. Komunikasi

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui keterampilan sosial auditor

ditinjau dari indikator komunikasi pada sub indikator kemampuan

mengkomunikasikan hasil audit dengan klien termasuk dalam kategori tinggi,

terbukti dari data penelitian dimana auditor yang menjawab sesuai sebanyak

51 orang atau 70,8% sangat sesuai 20 orang atau 27,8%, dan tidak sesuai 1

orang atau 1,4%.

Sedangkan keterampilan sosial ditinjau dari indikator komunikasi

auditor pada sub indikator kemampuan berkomunikasi dengan sesama auditor

termasuk dalam kategori tinggi, terbukti dari data penelitian dimana auditor
42

yang menjawab sesuai sebanyak 53 orang atau 73,6% sangat sesuai 17 orang

atau 23,6%, ragu-ragu 1 orang atau 1,4%, dan tidak sesuai 1 orang atau 1,4%.

b. Kepemimpinan

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui keterampilan sosial auditor

ditinjau dari indikator kepemimpinan pada sub indikator kemampuan

mengajak auditor lain untuk berdiskusi termasuk dalam kategori tinggi,

terbukti dari data penelitian dimana auditor yang menjawab sesuai sebanyak

35 orang atau 48,6% sangat sesuai 22 orang atau 30,6%, tidak sesuai 12 orang

atau 16,7%, dan ragu-ragu sebanyak 3 orang atau 4,2%.

c. Manajemen konflik

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui keterampilan sosial auditor

ditinjau dari indikator manajemen konflik pada sub indikator kemampuan

mengkomunikasikan masalah SPI kepada manajemen termasuk dalam

kategori tinggi, terbukti dari data penelitian dimana auditor yang menjawab

sesuai sebanyak 54 orang atau 75%, sangat sesuai 12 orang atau 16,7%, ragu-

ragu sebanyak 4 orang atau 6,6%, dan tidak sesuai 2 orang atau 2,8%.

d. Kolaborasi dan kooperasi

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui keterampilan sosial auditor

ditinjau dari indikator kolaborasi dan kooperasi pada sub indikator

kemampuan bekerja sama dengan entitas yang diaudit termasuk dalam

kategori tinggi, terbukti dari data penelitian dimana auditor yang menjawab
43

sesuai sebanyak 42 orang atau 58,3%, sangat sesuai 21 orang atau 29,2%, dan

ragu-ragu sebanyak 9 orang atau 12,5%.

Sedangkan keterampilan sosial ditinjau dari indikator kolaborasi dan

kooperasi pada sub indikator kooperasi dalam berhubungan dengan klien

termasuk dalam kategori tinggi, terbukti dari data penelitian dimana auditor

yang menjawab tidak sesuai sejumlah 29 orang atau 40,3%, ragu-ragu 26

orang atau 36,1%, sesuai 7 orang atau 9,7%, sangat tidak sesuai 6 orang atau

8,4%, dan sangat sesuai sebanyak 4 orang atau 5,6%.

e. Kemampuan tim

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui keterampilan sosial auditor

ditinjau dari indikator kemampuan tim pada sub indikator kemampuan bekerja

secara tim termasuk dalam kategori tinggi, terbukti dari data penelitian dimana

auditor yang menjawab sesuai sebanyak 38 orang atau 52,8%, sangat sesuai 16

orang atau 22,2%, tidak sesuai 12 orang atau 16,7%, dan ragu-ragu sebanyak 6

orang atau 8,3%.

6. Kinerja auditor

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data mengenai kinerja auditor, seperti

terlihat pada tabel berikut :


44

Tabel 4.8 Kinerja auditor


Indikator Items Ket. Kategori Jawaban Total
SS S R TS STS
Kualitas kerja 31 Frek 17 49 4 2 0 72
Persen 23.6 68.1 5.6 2.8 0 100
Kuantiras kerja 32 Frek 16 48 8 0 0 72
Persen 22.2 66.7 11.1 0 0 100
Pengatahuan 33 Frek 13 48 11 0 0 72
tentang pekerjaan Persen 18.1 66.7 15.3 0 0 100
34 Frek 14 50 8 0 0 72
Persen 19.4 69.4 11.1 0 0 100
35 Frek 12 54 6 0 0 72
Persen 6.7 75 8.3 0 0 100
36 Frek 15 39 18 0 0 72
Persen 20.8 54.2 25 0 0 100
37 Frek 11 44 17 0 0 72
Persen 15.3 61.1 23.6 0 0 100
38 Frek 12 52 8 0 0 72
Persen 16.7 72.2 11.1 0 0 100
39 Frek 13 54 5 0 0 72
Persen 18.1 75 6.9 0 0 100
Pernyataan yang 40 Frek 14 42 15 1 0 72
disimpulkan Persen 19.4 58.3 20.8 1.4 0 100
Perencanaan kerja 41 Frek 13 38 13 6 2 72
Persen 18.1 52.8 8.1 8.3 2.8 100
42 Frek 11 55 4 2 0 72
Persen 15.3 76.4 5.6 2.8 0 100
43 Frek 15 51 6 0 0 72
Persen 20.8 70.8 8.3 0 0 100

Tabel 4.8 (lanjutan)


Indikator Items Ket. Kategori Jawaban Total
SS S R TS STS
Perencanaan kerja 44 Frek 13 56 3 0 0 72
Persen 18.1 77.8 4.2 0 0 100
Sumber : data diolah

a. Kualitas kerja

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui kinerja auditor ditinjau dari

indikator kualitas kerja pada sub indikator pendapat yang independen dan
45

sesungguhnya termasuk dalam kategori tinggi, terbukti dari data penelitian

dimana auditor yang menjawab sesuai sebanyak 49 orang atau 68,1%, sangat

sesuai 17 orang atau 23,6%, ragu-ragu sebanyak 4 orang atau 5,6%, dan tidak

sesuai 2 orang atau 2,8%.

b. Kuantitas kerja

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui kinerja auditor ditinjau dari

indikator kuantitas kerja pada sub indikator kemampuan menyelesaikan audit

tepat waktu termasuk dalam kategori tinggi, terbukti dari data penelitian

dimana auditor yang menjawab sesuai sebanyak 48 orang atau 66,7%, sangat

sesuai 16 orang atau 22,2%, dan ragu-ragu sebanyak 8 orang atau 11,1%.

c. Pengetahuan tentang pekerjaan

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui kinerja auditor ditinjau dari

indikator pengetahuan tentang pekerjaan pada sub indikator megaudit sesuai

dengan keahlian termasuk dalam kategori tinggi, terbukti dari data penelitian

dimana auditor yang menjawab sesuai sebanyak 48 orang atau 66,7%, sangat

sesuai 13 orang atau 18,1%, dan ragu-ragu sebanyak 11 orang atau 15,3%.

Sedangkan kinerja auditor ditinjau dari indikator pengetahuan tentang

pekerjaan pada sub indikator kemampuan menggunakan prosedur audit

termasuk dalam kategori tinggi, terbukti dari data penelitian dimana auditor

yang menjawab sesuai sebanyak 50 orang atau 69,5%, sangat sesuai 14 orang

atau 19,4%, dan ragu-ragu sebanyak 8 orang atau 11,1%.

Untuk kinerja auditordilihat dari indikator pengetahuan tentang

pekerjaan pada sub indikator kemampuan untuk memperoleh bukti audit


46

termasuk dalam kategori tinggi, terbukti dari data penelitian dimana auditor

yang menjawab sesuai sebanyak 54 orang atau 75%, sangat sesuai 12 orang

atau 16,7%, dan ragu-ragu sebanyak 6 orang atau 8,3%.

Sedangkan kinerja auditor dilihat dari indikator pengetahuan tentang

pekerjaan pada sub indikator kemampuan menyeleksi bukti audit audit

termasuk dalam kategori tinggi, terbukti dari data penelitian dimana auditor

yang menjawab sesuai sebanyak 39 orang atau 54,2%, sangat sesuai 15 orang

atau 20,8%, dan ragu-ragu sebanyak 18 orang atau 25%.

Untuk indikator pengetahuan tentang pekerjaan ditinjau dari sub

indikator mempertimbangkan faktor ekonomi dan waktu termasuk dalam

kategori tinggi, terbukti dari data penelitian dimana auditor yang menjawab

sesuai sebanyak 44 orang atau 61,1%, ragu-ragu sebanyak 17 orang atau

23,6%, dan sangat sesuai 11 orang atau 25,3%.

Untuk pengetahuan tentang pekerjaan ditinjau dari sub indikator

melakukan pembuktian untuk setiap asersi termasuk dalam kategori tinggi,

terbukti dari data penelitian dimana auditor yang menjawab sesuai sebanyak

52 orang atau 72,2%, sangat sesuai 12 orang atau 16,7 %, dan ragu-ragu

sebanyak 8 orang atau 11,1%.

Untuk pengetahuan tentang pekerjaan ditinjau dari sub indikator

mengembangkan tujuan umum dan tujuan spesifik termasuk dalam kategori

tinggi, terbukti dari data penelitian dimana auditor yang menjawab sesuai

sebanyak 54 orang atau 75%, sangat sesuai 13 orang atau 18,1% dan ragu-

ragu sebanyak 5 orang atau 6,9%.


47

d. Pernyataan yang disimpulkan

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui kinerja auditor dilihat dari

indikator pernyataan yang disimpulkan pada sub indikator menggabungkan

seluruh informasi audit untuk memperoleh kesimpulan termasuk dalam

kategori tinggi, terbukti dari data penelitian dimana auditor yang menjawab

sesuai sebanyak 42 orang atau 58,3%, ragu-ragu sebanyak 15 orang atau

20,8%, sangat sesuai 14 orang atau 19,4%, dan tidak sesuai 1 orang atau 1,4%.

f. Perencanaan kerja

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui kinerja auditor dilihat dari

indikator perencanaan kerja pada sub indikator kemampuan menyusun

program audit termasuk dalam kategori tinggi, terbukti dari data penelitian

dimana auditor yang menjawab sesuai sebanyak 38 orang atau 52,8% sangat

sesuai 13 orang atau 18,1%, ragu-ragu sebanyak 13 orang atau 18,1%, tidak

sesuai 6 orang atau 8,3%, dan sangat tidak sesuai 2 orang atau 2,8.

Untuk perencanaan kerja ditinjau dari sub indikator kemampuan merinci

prosedur audit termasuk dalam kategori tinggi, terbukti dari data penelitian

dimana auditor yang menjawab sesuai sebanyak 55 orang atau 76,4% sangat

sesuai 11 orang atau 15,3%, ragu-ragu sebanyak 4 orang atau 5,6%, dan tidak

sesuai 2 orang atau 2,8%.

Sedangkan perencanaan kerja ditinjau dari sub indikator kemampuan

menggunakan prosedur audit termasuk dalam kategori tinggi, terbukti dari

data penelitian dimana auditor yang menjawab sesuai sebanyak 51 orang atau
48

70,9% sangat sesuai 15 orang atau 20,8%, dan ragu-ragu sebanyak 6 orang

atau 8,3%.

Untuk perencanaan kerja ditinjau dari sub indikator mencatat semua

kegiatan dalam proses audit termasuk dalam kategori tinggi, terbukti dari data

penelitian dimana auditor yang menjawab sesuai sebanyak 56 orang atau

77,2% sangat sesuai 13 orang atau 18,1%, dan ragu-ragu sebanyak 3 orang

atau 4,2%.

4.4 Analisis Regresi

Untuk dapat mengetahui pengaruh variabel-variabel independent terhadap


variabel dependen maka digunakanlah analisis regresi berganda dengan bantuan
perangkat program SPSS yang secara rinci disajikan pada lampiran. Adapun
variabel independen yang dimaksud adalah kesadaran diri (X1), pengaturan diri
(X2), motivasi (X3), empati (X4), keterampilan sosial (X5) dan kinerja auditor
(Y) sebagai variabel dependent. Berikut adalah tabel hasil analisis regresi :

Tabel 4.9 Hasil Analisis Regresi


Variabel Koeffisien T hitung Siknifikasi r2 parsial
Independent Regresi
Kesadaran diri 0,345 2,108 0,039 6,3
Pengaturan diri 0,364 2,074 0,042 6,1
Motivasi 0,355 2,216 0,030 6,9
Empati 0,346 2,026 0,047 5,8
Keterampilan sosial 0,347 2,158 0,035 6,6
Costant = 18,831
F hitung = 45,452
R squared = 0,775
49

Sumber : data diolah

Dari tabel diatas didapat bentuk persamaan regresi berganda sebagai

berikut :

A. Y = 18,831 + 0,345X1 + 0,364X2 + 0,355X3 + 0,346X4

+ 0,347X5 + e

Berikut penjelasan berdasarkan persamaan regresi berganda yang terbentuk :

1. Baik konstanta maupun koeffisien variabel-variabel independen memiliki

nilai positif. Hal ini menandakan bahwa persamaan regresi berganda

tersebut memiliki hubungan yang searah. Yang berarti kinerja auditor akan

semakin meningkat seiring dengan meningkatnya kesadaran diri,

pengaturan diri, motivasi, empati dan keterampilan sosial auditor.

2. Konstanta sebesar 18,831 berarti bahwa seorang auditor tetap dapat

meningkatkan kinerjanya sebesar nilai konstantanya meskipun variabel

independennya bernilai nol.

4.4.1 Uji Asumsi Klasik

1. Uji Asumsi Normalitas.

Uji Normalitas bertujuaan untuk menguji apakah dalam model

regresi, variabel dependen dan independen keduanya mempunyai

distribusi normal atau tidak. Uji kenormalan data dapat dideteksi dengan

melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau

dengan melihat histogram dari residualnya. Dasar pengambilan keputusan

menurut Ghozali (2002:76) yaitu :


50

1. Jika sumbu menyebar sekitar garis diagonal atau grafik histogramnya

menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi

asumsi normalitas.

2. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal atau tidak mengikuti arah

garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola

distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi

normalitas.

Dengan melihat tampilan grafik histogram maupun grafik normal P

Plot dibawah ini dapat disimpulkan bahwa grafik histogram memberikan

pola distribusi yang mendekati normal. Sedangkan pada grafik normal P

Plot terlihat titik-titik menyebar disekitar garis diagonal, serta arah

penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Kedua grafik ini

menunjukkan bahwa model regresi layak dipakai karena memenuhi asumsi

normalitas.

Gambar 4.1
Hasil Pengujian Asumsi Normalitas dengan Histogram,
Variabel Dependent Kinerja Auditor

Histogram
Dependent Variable: Y
12

10

4
Frequency

Std. Dev = .96


2
Mean = 0.00

0 N = 72.00
-2
-2 0
- 2 25
-1 0
-1 5
- 1 50
-1 5
-.7 0
-.5
-.20
0.
.2 0
.5
.7
1.
1. 0
1. 5
1. 0
2.
2. 0
0
5
0
5
0
2
5
75
0
25
.5
.
.0
.7
.
.2
.0
5

Regression Standardized Residual


51

Gambar 4.2
Hasil Pengujian Asumsi Normalitas dengan P Plot,
Variabel Dependen Kinerja Auditor
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Dependent Variable: Y
1.00

.75

.50
Expected Cum Prob

.25

0.00
0.00 .25 .50 .75 1.00

Observed Cum Prob

2. Uji Multikolinieritas

Uji ini dimaksudkan untuk mendeteksi gejala korelasi antara variabel

bebas yang satu dengan variabel bebas yang lain. Teknik yang digunakan

untuk menguji multikolinieritas adalah dengan melihat VIF (Variance

Inflaratori Factor) dari setiap variabel independen yang digunakan dalam

penelitian. Menurut Hair dkk (1995) dalam Supramono dan Utami

(2003:80) disebutkan bahwa jika nilai VIF tidak lebih dari 10, maka tidak

ada multikolinieritas antar variabel bebas dalam model regresi. Dari hasil

penelitian ( tabel 4.4) ditunjukkan bahwa nilai VIF untuk setiap variabel

independen yang digunakan dalam model tidak lebih dari 10. Dengan

demikian dalam penelitian ini tidak terjadi gejala Multikolinieritas antar

variabel independen.
52

Tabel 4.10 Hasil Pengujian Asumsi Multikolinieritas


Variabel Independen VIF
Kesadaran Diri 1,744
Pengaturan Diri 2,725
Motivasi 3,418
Empati 3,268
Keterampilan Sosial 2,956

3. Uji Heteroskedastis

Untuk menguji gejala Heteroskedastis dilakukan dengan melihat

penyebaran residual hasil estimasi model yang dipaparkan dalam

Scatterplot. Jika penyebarannya acak atau tidak membentuk pola dapat

dikatakan tidak terjadi gejala Heteroskedastisitas.

Dari hasil pengujian gejala Heteroskedastisitas yang dilakukan

dengan melihat penyebaran residual hasil estimasi model yang dipaparkan

dengan Scatterplot pada gambar 4.3 dibawah, penyebarannya acak atau

tidak membentuk pola. Jadi dapat dikatakan semua variabel penelitian

terbebas dari Heteroskedasisitas.

Gambar 4.3
Hasil Pengujian Asumsi Heteroskedastisitas dengan Scetterplot,
Variabel Dependent Kinerja Auditor

Scatterplot
Dependent Variable: Y
Regression Standardized Predicted Value

-1

-2

-3
-3 -2 -1 0 1 2 3

Regression Studentized Residual


53

4.4.2 Uji Simultan (Uji F Statistik)

Uji F digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh secara

bersama-sama variabel bebas terhadap variabel terikat, yaitu dengan

membandingkan antara Fhitung dengan FTabel pada tingkat kepercayaan 5%.

Apabila Fhitung > FTabel maka semua variabel bebas berpengaruh secara

bersama-sama terhadap variabel terikat.

Berdasarkan hasil perhitungan dengan program SPSS diperoleh Fhiutng

sebesar 45,452 sedangkan FTabel dengan tingkat signifikansi 5% dan derajat

kebebasan 5 dan 66 diperoleh FTabel sebesar 2,354. Dalam hal ini Fhitung >

FTabel, berarti dapat diambil kesimpulan bahwa kesadaran diri, pengaturan diri,

motivasi, empati, dan keterampilan sosial secara bersama-sama berpengaruh

terhadap kinerja auditor.

Untuk mengetahui besarnya persentase variasi dalam variabel terikat

yang dapat dijelaskan oleh variasi dalam variabel bebas, maka dicari nilai

koeffisien determinasi (R2). Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai R2

sebesar 0,775. Koefisien ini menunjukkan bahwa 77,5% perubahan yang

terjadi pada kinerja auditor dapat dijelaskan oleh variabel kesadaran diri,

pengaturan diri, motivasi, empati dan keterampilan sosial, sedangkan sisanya

sebesar 22,5% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti.

4.4.3 Uji t (Uji Parsial)

Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel

bebas terhadap variabel terikat yaitu antara kesadaran diri terhadap variabel

kinerja auditor, pengaturan diri terhadap variabel kinerja auditor, motivasi


54

terhadap variabel kinerja auditor, empati terhadap variabel kinerja auditor,

serta keterampilan terhadap kinerja auditor. Dalam penelitian ini dilakukan

pengujian terhadap koefisien regresi yaitu dengan pengujian sebagai berikut :

1) Pengujian (thitung) koefisien kesadaran diri (b1)

a. Berdasarkan perhitungan SPSS, nilai thitung untuk koefisien regresi X1

adalah 2,108

b. Nilai tTabel untuk t (0,05 : 66) adalah 1,685

c. Keputusan diambil berdasarkan perbandingan nilai thitung untuk X1 dan

tTabel pada tingkat kepercayaan yang sama yaitu 5%. Apabila dalam hal

ini thitung > tTabel berarti ada pengaruh yang signifikan dari variabel

kesadaran diri terhadap variabel kinerja auditor.

d. Dari hasil perbandingan antara thitung dan tTabel ternyata thitung (2,108) >

tTabel (1,658) sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh

yang signifikan dari kesadaran diri terhadap variabel kinerja auditor.

2) Pengujian (thitung) koefisien pengaturan diri (b2)

a. Berdasarkan perhitungan SPSS, nilai thitung untuk koefisien regresi X2

adalah 2,074

b. Nilai tTabel untuk t (0,05 : 66) adalah 1,658

c. Keputusan diambil berdasarkan perbandingan nilai thitung untuk X2 dan

tTabel pada tingkat kepercayaan yang sama yaitu 5%. Apabila dalam hal

ini thitung > tTabel berarti ada pengaruh yang signifikan dari variabel

pengatutran diri terhadap variabel kinerja auditor.


55

d. Dari hasil perbandingan antara thitung dan tTabel ternyata thitung (2,074) >

tTabel (1,658) sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh

yang signifikan dari pengaturan diri terhadap variabel kinerja auditor.

3) Pengujian (thitung) koefisien motivasi (b3)

a. Berdasarkan perhitungan SPSS, nilai thitung untuk koefisien regresi X3

adalah 2,216

b. Nilai tTabel untuk t (0,05 : 66) adalah 1,658

c. Keputusan diambil berdasarkan perbandingan nilai thitung untuk X3 dan

tTabel pada tingkat kepercayaan yang sama yaitu 5%. Apabila dalam hal

ini thitung > tTabel berarti ada pengaruh yang signifikan dari variabel

motivasi terhadap variabel kinerja auditor.

d. Dari hasil perbandingan antara thitung dan tTabel ternyata thitung (2,216) >

tTabel (1,658) sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh

yang signifikan dari motivasi terhadap variabel kinerja auditor.

4) Pengujian (thitung) koefisien empati (b4)

a. Berdasarkan perhitungan SPSS, nilai thitung untuk koefisien regresi X4

adalah 2,026

b. Nilai tTabel untuk t (0,05 : 66) adalah 1,658

c. Keputusan diambil berdasarkan perbandingan nilai thitung untuk X4 dan

tTabel pada tingkat kepercayaan yang sama yaitu 5%. Apabila dalam hal

ini thitung > tTabel berarti ada pengaruh yang signifikan dari variabel

empati terhadap variabel kinerja auditor.


56

d. Dari hasil perbandingan antara thitung dan tTabel ternyata thitung (2,026) >

tTabel (1,658) sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh

yang signifikan dari empati terhadap variabel kinerja auditor.

5) Pengujian (thitung) koefisien keterampilan sosial (b5)

a. Berdasarkan perhitungan SPSS, nilai thitung untuk koefisien regresi X5

adalah 2,158

b. Nilai tTabel untuk t (0,05 : 66) adalah 1,658

c. Keputusan diambil berdasarkan perbandingan nilai thitung untuk X5 dan

tTabel pada tingkat kepercayaan yang sama yaitu 5%. Apabila dalam hal

ini thitung > tTabel berarti ada pengaruh yang signifikan dari variabel

keterampilan sosial terhadap variabel kinerja auditor.

d. Dari hasil perbandingan antara thitung dan tTabel ternyata thitung (2,158) >

tTabel (1,658) sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh

yang signifikan dari keterampilan sosial terhadap variabel kinerja

auditor.

4.5 Pembahasan

Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa kecerdasan


emosional mempunyai pengaruh yang siknifikan terhadap kinerja auditor.
Pengaruh yang ditimbulkan adalah positif, yaitu semakin tinggi tingkat
kecerdasan emosional seorang auditor, akan semakin tinggi pula tingkat kinerja
auditor tersebut.
Untuk variabel kesadaran diri (X1) memiliki nilai koefisien regresi sebesar

0,345 yang berarti bahwa jika kesadaran diri auditor bertambah 1 satuan, maka

akan meningkatkan kinerja auditor sebesar 0,345 satuan. Berdasarkan hasil

penelitian variabel kesadaran diri memiliki nilai koefisien determinasi parsial (r2)
57

sebesar 6,3%, artinya variabel kesadaran diri memberikan kontribusi sebesar 6,3%

dalam menjelaskan variabel kinerja auditor. Berarti kesadaran diri berpengaruh

terhadap kinerja auditor. Hasil ini sejalan dengan teori Goleman, yang

menyatakan bahwa seseorang yang mempunyai keasadaran diri yang baik akan

mengetahui kemampuan, kekuatan dan batas-batas diri sendiri sehingga

menimbulkan perasaan keyakinan dalam diri untuk berbuat tegas dan membuat

keputusan yang baik kendati dalam keadaan tertekan.

Variabel pengaturan diri (X2) mempunyai pengaruh siknifikan terhadap

kinerja auditor, dengan nilai koeffisien regresi sebesar 0,363, yang berarti bahwa

seriap kenaikan 1 satuan variabel pengaturan diri maka akan meningkatkan

kinerja sebesar 0.363 satuan. Berdasarkan hasil penelitian variabel pengaturan diri

memiliki nilai koefisien determinasi parsial (r2) sebesar 6,1%, artinya variabel

pengaturan diri memberikan kontribusi sebesar 6,1% dalam menjelaskan variabel

kinerja auditor. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Goleman. Menurut

Goleman seseorang dengan pengaturan diri yang baik akan mudah dalam

menerima gagasan atau ide-ide, sehingga berdampak pada pemikiran yang positif

dan jernih.

Berdasarkan hasil penelitian dari variabel motivasi (X3) berpengaruh

siknifikan terhadap kinerja auditor dengan nilai koeffisien regresi sebesar 0.355,

yang berarti jika motivasi auditor bertambah 1 satuan maka akan meningkatkan

kinerjanya sebesar 0.355 satuan. Berdasarkan hasil penelitian variabel, motivasi

memiliki nilai koefisien determinasi parsial (r2) sebesar 6,9%, artinya variabel

motivasi memberikan kontribusi sebesar 6,9% dalam menjelaskan variabel kinerja


58

auditor. Hasil ini mendukung teori dari Goleman yang menyatakan seseorang

dengan motivasi tinggi akan memiliki dorongan untuk berprestasi, komitmen

terhadap kelompok serta memiliki inisiatif dan rasa optimisme yang tinggi.

Berdasarkan hasil penelitian dari variabel empati (X4) berpengaruh

siknifikan terhadap kinerja auditor dengan nilai koeffisien regresi sebesar 0.346,

yang berarti jika empati bertambah 1 satuan maka akan meningkatkan kinerjanya

sebesar 0.346 satuan. Berdasarkan hasil penelitian, variabel empati memiliki nilai

koefisien determinasi parsial (r2) sebesar 5,8%, artinya variabel empati

memberikan kontribusi sebesar 5,8% dalam menjelaskan variabel kinerja auditor.

Hasil ini sejalan dengan teori Daniel Goleman yang menyatakan seseorang yang

mempunyai empati yang baik akan mampu memahami beraneka ragam

pandangan serta peka terhadap setiap perbedaan.

Berdasarkan hasil penelitian dari variabel keterampilan sosial (X5)

berpengaruh siknifikan terhadap kinerja auditor dengan nilai koeffisien regresi

sebesar 0,347, yang berarti jika keterampilan sosial auditor bertambah 1 satuan

maka akan meningkatkan kinerjanya sebesar 0,347 satuan. Berdasarkan hasil

penelitian, variabel keterampilan sosial memiliki nilai koefisien determinasi

parsial (r2) sebesar 6,6%, artinya variabel keterampilan sosial memberikan

kontribusi sebesar 6,6% dalam menjelaskan variabel kinerja auditor. Dengan

keterampilan sosial yang baik auditor mampu berkomunikasi untuk

menyampaikan sesuatu hsil yang berkaitan dengan proses audit serta dapat

memecahkan masalah yang terjadi.


59

Dari kelima variabel independen tersebut variabel motivasi adalah variabel

yang paling dominan dalam mempredeksi pengaruh terhadap kinerja auditor.

Yaitu dengan nilai koeffisien regresi parsial (r2) sebesar 6,9%. Hal ini

menunjukkan dengan motivasi diri yang baik, auditor akan memiliki dorongan

untuk berprestasi, komitmen terhadap kelompok serta memiliki inisiatif dan

optimisme yang tinggi. Selain itu auditor yang memiliki motivasi yang baik akan

mempunyai semangat juang yang tinggi untuk meraih tujuan dan memenuhi

standar, mampu menggunakan nilai-nilai kelompok dalam pengambilan keputusan

serta tidak takut gagal dan memandang kegagalan sebagai situasi yang dapat

dikendalikan ketimbang sebagai kekurangan diri. Dengan demikian hasil dari

penelitian ini menambah dukungan terhadap teori bahwa kecerdasan emosional

berpengaruh terhadap kinerja.

Dari hasil analisis menunjukkan bahwa kecerdasan emosional berpengaruh

siknifikan terhadap kinerja auditor. Hal tersebut sejalan dengan penelitian dari

Sayogya (2004) ia mengungkapkan bahwa prestasi kinerja auditor yang optimal

dapat dicapai jika seorang auditor tersebut memiliki kecerdasan emosional yag

tinggi. Kemampuan emosional menjadi penting karena kecerdasan emosional

turut menentukan seberapa baik seseeorang menggunakan keterampilan-

keterampilan yang dimiliki. Dan apabila seseorang mampu menggunakan

keterampilan yang ia miliki secara maksimal, maka otomatis kinerjapun akan

meningkat. Kemampuan emosional auditor harus ditingkatkan dari waktu ke

waktu untuk mendukung supaya kinerjanya dapat meningkat. Upaya untuk


60

meningkatkan kecerdasan emosional dapat dilakukan dengan meningkatkan

kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati serta keterampilan sosial.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kesadaran diri,

pengaturan diri, motivasi, empati dan keterampilan sosial terhadap kinerja auditor

pada kantor kakuntan publik di kota Semarang. Berdasarkan hasil penelitian dan

pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Kesadaran diri, pengatuaran diri, motivasi, empati dan keterampilan sosial

secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor.

2. Kesadaran diri, pengatuaran diri, motivasi, empati dan keterampilan sosial

secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor.

3. Berdasarkan koefisien determinasi persamaan regresi, (R2) atau R Square

sebesar 0,775. Koefisien ini mempunyai arti bahwa tiga variabel bebas

tersebut secara bersama-sama memberikan sumbangan terhadap variabel

terikat sebesar 77,5% sedangkan sisanya 22,5% dipengaruhi oleh faktor

lain di luar model. Sedangakan sumbangan variabel bebas terhadap

variabel terikat secara parsial yaitu dapat dilihat berdasarkan koefisien

determinasi parsial variabel kesadaran diri sebesar 6,3%, pengaturan diri

sebesar 6,1%, motivasi sebesar 6,9%, empati sebesar 5,8% dan

keterampilan sosial sebesar 6,6%.

80
61
62

5.2 Saran

Adapun saran-saran yang diajukan oleh penulis dari penelitian yang

telah dilakukan tersebut antara lain adalah sebagai berikut :

1. Untuk para auditor diharapkan senantiasa meningkatkan kemampuan

emosionalnya, karena dengan kemampuan emosional yang baik akan dapat

meningkatkan kinerjanya sebagai seorang auditor.

2. Bagi kantor akuntan publik dalam melakukan reqruitmen kariawan

hendaknya memperhatikan aspek kecerdasan emosional calon kariawan

tersebut.

3. Untuk penelitian selanjutnya hendaknya dapat mempertimbangkan untuk

penambahan variabel kecerdasan spiritual. Karena meskipun auditor

memiliki kecerdasan emosional yang baik, tanpa diimbangi kecerdasan

spiritual maka kinerja auditor tidak akan maksimal.


DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2002 : Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.


Cetakan Ke dua belas, edisi revisi V, Jakarta : Rineka Cipta

Can, Edi dan Yulianti. 2005. Kasus Suap Dana Abadi Umat Jangan Berhenti
Pada Semut. Tersedia : hppt // WWW. Tempointeraktif.com / artikel
:1_htm. (24 Nopember 2005)

Cooper R K dan Sawaf. A.1998 : Executive EQ Kecerdasan Emosional dalam


Kepemimpinan dan Organisasi. Jakarta : Gramedia

Effendi, Willy. 2004 : Pengaruh Pengetahuan, Pengalaman dan Kompleksitas


Tugas Terhadap Kinerja Auditor. Skripsi Jurusan Akuntansi UKSW
(tidak dipublikasikan)

Ferdinand, Agusty. 2002 : Structural aquation modeling dalam penelitian


manajemen : aplikasi model-model rumit dalam enelitian untuk tesis
magister dan disertasi doktor. BP UNDIP.

Goleman, Daniel. 2001. Working White Emotional intelligence. (terjemahan Alex


Tri Kantjono W). Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Ghozali, Imam. 2005 : Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Edisi 3,


Semarang : Badan Penerbit UNDIP

Mulyadi. 2002 : Auditing. Cetakan pertama Maret 2002. Jakarta : Salemba Empat

Retnowati, Winarna. 2003. Persepsi Akuntan Pendidik, Akuntan Publik dan


Mahasiswa Akuntansi Terhadap Kode Etik Akuntan Indonesia.
Surabaya: Simposium Nasional Akuntansi VI Hal. 839-847.

Rivai, Veithzal H. 2002 : Bagaimana Meningkatkan Kinerja Kariawan Bank :


Survei pada Bank BNI dan Bank Mandiri. Jurnal Ekonomi
Perusahaan Vol.10 No.2 Juni 2002 : hal 85-99.

Sayogya, Nataline. 2004: Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Prestasi


Kerja Auditor. Skripsi Jurusan Akuntansi UKSW (tidak
dipublikasikan).

Supramono, Utami, Intiyas. 2003: Desain Proposal Penelitian, studi akuntansi


dan keuangan. Salatiga : Fakultas ekonomi, UKSW Pres.

63
64

Surya R, dan Hananto S T. 2004 : Pengaruh Emotioanal Quotient Auditor


terhadap kinerja Auditor di Kantor Akuntan Publik. Persepektif, Vol.
9, No. 1, Juni 2004: hal 33 – 40.

Suryati P, dan Ika N P. 2004: Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Tingkat


Pemahaman Akuntansi. Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Vol. 2, September
2004: hal 260 – 281.

Tantina, Yetti. 2004 : Pengaruh Kepuasan Kerja, Kemampuan Auditor dan


Komitmen Organisasional Terhadap Kinerja Auditor di Semarang .
Skripsi Jurusan Akuntansi UKSW (tidak dipublikasikan)

Trisnawati Eka II, dan Suryaningsum, Sri. 2003: Pengaruh Kecerdasan Emosional
Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi. Simposium Nasional
Akuntansi VI. Surabaya :Ikatan Akuntan Indonesia Kompartemen
Akuntan Pendidik

Widagdo, Badjoeri, Ph.D. 2001: Kecerdasan Emosi. Manajemen, Juni 2001.

WWW. Akuntan publik. Com.


65

LAMPIRAN A

DAFTAR KUESIONER
66

LAMPIRAN B

UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS


67

LAMPIRAN C

DATA HASIL PENELITIAN


68

LAMPIRAN D

DATA PERSIAPAN REGRESI, HASIL

REGRESI, DAN UJI ASUMSI KLASIK


69

LAMPIRAN E

TABEL DISTRIBUSI T DAN F


70

LAMPIRAN F

SURAT IJIN PENELITIAN


71

LAMPIRAN G

SURAT KETERANGAN PENELITIAN

You might also like