You are on page 1of 17

LANDASAN TEORI

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA


A.

PROSES MENUA
Menua (menjadi tua = aging) adalah suatu proses menghilangnya secara

perlahan = kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri / mengganti diri dan


mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan
terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita
(Constantinindes, 1994).
Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahanlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi
dan memperbaiki kerusakan yang diderita ( Nugroho, 2000 ).
Proses menua merupakan proses yang terus menerus secara alamiah.
Dimulai sejak lahir dan umumnya dialami pada semua makhluk hidup. Proses
menua setiap individu pada organ tubuh juga tidak sama cepatnya. Ada kalanya
orang belum tergolong lanjut usia (masih muda) tetapi kekurangan-kekurangan
yang menyolok (deskripansi).
Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya daya
tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun dari luar tubuh.
Walaupun demikian memang harus diakui bahwa ada berbagai penyakit yang
sering menghinggapi kaum lansia.
B.

Batasan-batasan Lansia
Batasan seseorang dikatakan lanjut usia masih diperdebatkan oleh para ahli

karena banyak faktor fisik, psikis dan lingkungan yang saling mempengaruhi
sebagai indikator dalam pengelompokan usia lanjut. Proses penuaan berdasarkan
teori psikologis ditekankan pada perkembangan. World Health Organization
(WHO) mengelompokkan usia lanjut sebagai berikut :
1.

Middle Age (45-59 tahun)

2.

Erderly (60-74 tahun)

3.

Old (75-90 tahun)

4.

Very old (> 91 tahun)


Gerontik kelompok B Ners FK UNLAM
1

Menurut Birren dan Renner dalam Johanna (1991), usia biologis dapat diberi
batasan sebagai suatu estimasi posisi seseorang dalam hubungannya dengan
potensi jangka hidupnya. Menurut Eisdoefer dan Wilkie dalam Johanna (1993)
mengatakan bahwa usia biologis adalah proses genetik yang berhubungan waktu,
tetapi terlepas dari stress, trauma dan penyakit. Seseorang dikatakan muda secara
biologis apabila secara kronologis tua, tetapi organ-organ tubuhnya, seperti
jantung, ginjal, hati, saluran pencernaan, tetap berfungsi seperti waktu muda.
Usia psikologis adalah kapasitas individu untuk adaptif dalam hal ingatan,
belajar, intelegensi, keterampilan, perasaan, motivasi dan emosi. Apabila hal ini
masih baik dan stabil dapat dikatakan secara psikologis ia masih dewasa.
Usia sosial menekankan peran dan kebiasaan seseorang dalam hubungannya
dengan orang lain dan menjalankan perannya dengan penuh tanggung jawab di
masyarakat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi ketuaan :
1. Herediter
2. Nutrisi
3. Status Kesehatan
4. Pengalaman hidup
5. Lingkungan
6. Stress
C.

Teori-Teori Proses Menua

1. Teori GENETIC CLOCK


Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesiesspesies tertentu. Kelompok ahli gerontologi mengatakan bahwa umur seorang
sudah ditentukan oleh sel pembawa keturunan (sel genetik), sel genetik itu telah
diprogramkan (dirancang) untuk tahan hidup dalam waktu tertentu.
2. Teori mutasi somatik
Menurut teori ini terjadinya mutasi yang progresif atas DNA sel somatik, akan
menyebabkan terjadinya penurunan kemampuan fungsional sel salah satu
hipotesanya adalah Error Catastrophe yaitu terjadinya kesalahan dalam proses
transkripsi (DNARNA) maupun dalam proses translasi (RNAPerotein/enzim)
Gerontik kelompok B Ners FK UNLAM
2

yang menyebabkan terbentuknya enzim yang salah sehingga terjadi reaksi


metabolisme yang salah yang akan mengurangi fungsional sel.
3. Teori kesalahan genetik
Menurut Dr. Orgehl proses menjadi tua disebabkan oleh tumpukan kesalahan
sel genetik DNA, hal ini terjadi sewaktu sel tersebut memperbaiki diri. Teori
tersebut berdasarkan bahwa gen (zat pembawa sifat keturunan) dari sel yang
terdapat dalam kromosom memperbanyak diri sendiri sebelum terjadi pembelahan
sel, yaitu sebelum terjadi generasi baru.
4. Rusaknya sistem imun tubuh
Mutasi yang berulang atau perubahan protein paska translasi, dapat
menyebabkan berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh mengenali dirinya
sendiri (self recognition), jika mutasi somatik menyebabkan terjadinya kelainan
pada antigen permukaan sel, maka hal ini dapat menyebabkan sistem imun tubuh
menganggap sel yang mengalami perubahan tersebut sebagai sel asing dan
dihancurkannya.
Perubahan inilah yang menjadi dasar terjadinya peristiwa autoimun. Dipihak
lain sistem imun tubuh sendiri daya tahannya mengalami penurunan pada proses
menua, daya serangnya terhadap sel kanker menjadi menurun sehingga sel kanker
leluasa membelah, hal inilah yang menyebabkan terjadinya kanker meningkat
sesuai dengan meningkatnya umur.
5. Kerusakan akibat radikal bebas
Radikal bebas (RB) dapat tebentuk di alam bebas, dan di dalam tubuh jika
fagosit pecah, serta sebagai produk sampingan di dalam rantai pernapasan di
dalam mitokondria. Untuk organisme aerobik, radikal bebas terutama terbentuk
pada waktu respirasi (aerob) di dalam mitokondria waktu terjadi proses respirasi
tersebut oksigen dilibatkan dalam mengolah bahan bakar menjadi ATP, melalui
enzim-enzim respirasi di dalam mitokondria, maka radikal bebas akan dihasilkan
sebagian perantara. Radikal yang terbentuk tersebut adalah superperoksida (O 2),
radiakal hidroksil (OH) dan proksida hidrogen (H 2O2). Radikal bebas bersifat
merusak karena sangat kreatif, sehingga dapat bereaksi dengan DNA, protein,
asam lemak tidak jenuh seperti dalam membran sel dengan gugus SH.

Gerontik kelompok B Ners FK UNLAM


3

D.

Peran Perawat pada klien lansia sesuai Proses Penuaan.


Proses Perawatan Kesehatan bagi para lansia merupakan tugas yang

membutuhkan suatu kondisi yang bersifat komprehensif sehingga diperlukan


suatu upaya penciptaan suatu keterpaduan antara berbagai proses yang dapat
terjadi pada lansia. Untuk mencapai tujuan yang lebih maksimal, konsep dan
strategi pelayanan kesehatan bagi para lansia memegang peranan yang sangat
penting dalam hal ini tidak lepas dari peran perawat sebagai unsur pelaksana.
Dalam proses tersebut, peran perawat yang dapat dikembangkan untuk
merawat lansia, berdasarkan proses penuaan yang terjadi, yaitu :
-

Peran perawat dalam menghadapi Perubahan Biologik (Fisik).


Perawatan dengan perubahan fisik adalah perawatan yang memperhatikan
kesehatan objektif, kebutuhan, kejadian-kejadian yang dialami oleh lansia
semasa hidupnya, perubahan fisik pada organ tubuh, tingkat kesehatan yang
masih bisa dicapai dan dikembangkan, serta penyakit yang dapat dicegah
atau ditekan progresivitasnya.
Perawatan fisik ini tebagi menjadi dua bagian, yaitu :
a. Perawatan bagi usila yang masih aktif, yang keadaan fisiknya masih mampu
bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga kebutuhannya sehari-hari bisa
dipenuhi sendiri.
b. Perawatan bagi usila yang pasif atau tidak dapat bangun, yang keadaan fisiknya
mengalami kelumpuhan atau kesakitan sehingga memerlukan bantuan orang lain
untuk melakukan kebutuhannya sendiri. Disinilah peran perawat teroptimalkan,
terutama tentang hal-hal yang berhubungan dengan kebersihan perorangan untuk
mempertahankan kesehatannya, dan untuk itu perawat harus mengetahui dasar
perawatan bagi pasien lansia.
Peran perawat dalam membantu kebersihan perorangan sangat penting dalam
usaha mencegah timbulnya peradangan, mengingat sumber infeksi dapat timbul
bila kebersihan kurang mendapat perhatian. Selain itu kemunduran kondisi fisik
akibat proses ketuaan dapat mempengaruhi ketahanan tubuh terhadap gangguan
infeksi dari luar. Untuk para lansia yang masih aktif, peran perawat sebagai
pembimbing mengenai kebersihan mulut dan gigi, kebersihan kulit dan badan,
kebersihan rambut dan kuku, kebersihan tempat tidur serta posisi tidur, hal
Gerontik kelompok B Ners FK UNLAM
4

makanan, cara mengkonsumsi obat, dan cara pindah dari kursi ke tempat tidur
atau sebaliknya. Kegiatan yang dilakukan secara rutin akan sangat penting
dipertahankan pada lansia dengan melihat. Kemampuan yang ada, karena adanya
potensi kelemahan atropi otot dan penurunan fungsi.
-

Peran perawat dalam menghadapi Perubahan Sosial.


Dalam perannya ini, perawat perlu melakukan pendekatan sosial sebagai
salah satu upayanya adalah memberikan kesempatan berkumpul dengan sesama
usila. Mereka dapat bertukar cerita atau bertukar pikiran dan memberikan
kebahagiaan karena masih ada orang lain yang mau bertukar pikiran serta
menghidupkan semangat sosialisasi. Hasil kunjungan ini dapat dijadikan
pegangan bahwa para lansia tersebut adalah makhluk sosial juga, yang
membutuhkan kehadiran orang lain.
-

Peran perawat dalam menghadapi Perubahan Psikologi.


Pada lansia, terutama yang melakukan kegiatan pribadi, memerlukan

bantuan orang lain, memerlukan sebagai suporter, interprester terhadap segala


sesuatu yang asing, penampung rahasia pribadi, dan sahabat yang akrab. Peran
perawat disini melakukan suatu pendekatan psikis, dimana membutuhkan seorang
perawat yang memiliki kesabaran, ketelitian dan waktu yang cukup banyak untuk
menerima berbagai keluhan agar para usila merasa puas.
Pada dasarnya pasien lansia membutuhkan rasa aman dan cinta kasih
lingkungannya, termasuk perawat sehingga perawat harus menciptakan suasana
aman, tenang dan membiarkan klien lansia melakukan atau kegiatan lain yang
disenangi sebatas kemampuannya.
Peran perawat disini juga sebagai motivator atau membangkitkan kreasi
pasien yang dirawatnya untuk mengurangi rasa putus asa, rendah diri, rasa
terbatas akibat ketidakmampuannya. Hal ini perlu dilakukan karena bersamaan
dengan makin lanjutnya usia, terjadi perubahan psikis yang antara lain
menurunnya daya ingat akan peristiwa yang baru saja terjadi, perubahan pola tidur
dengan kecenderungan untuk tidur di siang hari dan pengeseran libido.
Mengubah tingkah laku dan pandangan terhadap kesehatan lansia tidak
dapat dilakukan seketika. Seorang perawat harus melakukannya secara perlahanGerontik kelompok B Ners FK UNLAM
5

lahan dan bertahap serta mendukung mental mereka kearah pemuasan pribadi
sehingga seluruh pengalaman yang dilalui tidak menambah beban tetapi justru
tetap memberikan rasa puas dan bahagia.
E.

Perubahan-Perubahan yang Terjadi Pada Lansia


-

Perubahan fisik
Sel jumlahnya menurun.
Sel lebih besar ukurannya.
Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan tubuh.

Sistem persyarafan
Cepat menurunnya hubungan persyarafan.
Lambat dalam respon dan waktu beraksi.
Mengecilnya syaraf panca indera.

Sistem pendengaran
Prebiakus = hilangnya kemampuan pendengaran pada telinga dalam.
Membran timpani atropi = otosklerosis.
Pengumpulan serumen.

Sistem penglihatan
Sklerosis spingter pupil = respon terhadap sinar hilang.
Kornea lebih berbentuk sferis.
Lensa suram.
Ambang pengamatan sinar meningkat.
Daya akomodasi menurun.

Sistem kardiovaskuler
Katup jantung tebal dan kaku.
Kemampuan pompa jantung menurun.
Elastisitas pembuluh darah menurun.
Tekanan darah meningkat.

Sistem respirasi
Otot pernapasan kehilangan kekuatan dan kaku.
Aktivitas silia menurun.
Elastisitas paru menurun.
Alveoli ukurannya melebar dan jumlahnya menurun.
Gerontik kelompok B Ners FK UNLAM
6

Oksigen arteri menurun menjadi 75 mmHg.


Karbondioksida arteri tidak berganti.
Kemampuan batuk menurun.
-

Sistem gastro intestinal


Kehilangan gigi.
Indra pengecap menurun.
Esofagur melebar.
Lambung rasa lapar menurun,

asam lambung menurun,

waktu

pengosongan menurun.
Peristaltik lemah dan konstipasi.
Liver mengecil.
-

Sistem genito urinaria


Ginjal mengecil dan otropi.
Vesika urinaria otot menjadi lemah, kapasitas menurun.
Pembesaran prostat.
Atropi vulva.
Vagina selaput lendir menjadi kuning.

Sistem endrokin
Produksi hormon menurun.
Fungsi paratikoid dan sekresinya menurun.

Sistem kulit
Kulit menkerut / keriput.
Kulit kepala dan rambut tipis.
Rambut hidung dan telinga menebal.
Elstisitas menurun.
Kuku keras dan rapuh.
Kelenjar keringat menurun.

Sistem muskuloskeletal
Tulang kehilangan density.
Rifosis.
Punggung, lutut dan jari gerakan terbatas.
Persendian membesar dan menjadi kaku.
Gerontik kelompok B Ners FK UNLAM
7

Atropsi serabut otot.


-

Perubahan psikososial
Pensiun.
Merasakan / sadar akan kematian.
Perubahan dalam cara hidup yaitu memasuki rumah perawatan.
Ekonomi penghasilan sulit.
Penyakit kronis dan ketidak mampuan.
Kesepian akibat pengasingan dari ligkungan sosial.
Rangkaian kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan famili.

Faktor yang mempengaruhi perubahan mental


Perubahan fisik kesehatan umum menurun.
Tingkat pendidikan.
Keturunan, lingkungan.

F.

POHON PERMASALAHAN
LANSIA

Perubahan
biologis / fisik

Perubahan
kejiwaan

Perubahan
sosial

Penurunan
masukan nutrisi

Penurunan daya
ingat, tingkat
pendidikan rendah

Sumber keuangan
menurun

Penurunan
aktivitas

Fungsi
intelektual

Fungsi sosial menurun


Kehilangan hubungan famili

Penurunan fungsi sendi


otot, pendengaran,
penglihatan

Demensia
Perasaan
sedih

Mudah
marah /
tersinggung

Depresi
Perubahan cara hidup
(masuk PSTW)

Gerontik kelompok B Ners FK UNLAM


8

Merasa kurang
diperhatikan

Perasaan
tak tenang

Takut
(ansietas)

Perubahan
psikososial
Membahayakan
diri sendiri

Gangguan
istirahat / tidur

Menarik
dari sosial

G. FOKUS ASUHAN KEPERAWATAN LANJUT USIA


1. Peningkatan kesehatan (health promotion)
2. Pencegahan penyakit (preventif)
3. Mengoptimalkan fungsi mental.
4. Mengatasi gangguan kesehatan yang umum.
H. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Tujuan :
1. Menentukan kemampuan klien untuk memelihara diri sendiri.
2. Melengkapi dasar dasar rencana perawatan individu.
3. Membantu menghindarkan bentuk dan penandaan klien.
4. Memberi waktu kepada klien untuk menjawab.
Meliputi aspek :
a. Fisik
Wawancara
-

Pandangan lanjut usia tentang kesehatan


Kegiatan yang mampu di lakukan lanjut usia
Kebiasaan lanjut usia merawat diri sendiri
Kekuatan fisik lanjut usia : otot, sendi, penglihatan, dan pendengaran
Kebiasaan makan, minum, istirahat/tidur, BAB/BAK
Kebiasaan gerak badan / olahraga /senam lanjut usia
Perubahan-perubahan fungsi tubuh yang sangat bermakna dirasakan
Kebiasaan lanjut usia dalam memelihara kesehatan dan kebiasaan dalam
minum obat
Gerontik kelompok B Ners FK UNLAM
9

Masalah-masalah seksual yang telah di rasakan.

Pemeriksaan fisik
-

Pemeriksanaan di lakukan dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi, dan

auskultasi untuk mengetahui perubahan sistem tubuh.


Pendekatan yang di gunakan dalam pemeriksanaan fisik,yaitu :

a) Head to toe
b) Sistem tubuh
b. Psikologis
-

Bagaimana sikapnya terhadap proses penuaan


Apakah dirinya merasa di butuhkan atau tidak
Apakah optimis dalam memandang suatu kehidupan
Bagaimana mengatasi stress yang dialami
Apakah mudah dalam menyesuaikan diri
Apakah lanjut usia sering mengalami kegagalan
Apakah harapan pada saat ini dan akan dating

Perlu di kaji juga mengenai fungsi kognitif: daya ingat, proses pikir, alam
perasaan, orientasi, dan kemampuan dalam penyelesaikan masalah

c.

Sosial ekonomi

Darimana sumber keuangan lanjut usia


Apa saja kesibukan lanjut usia dalam mengisi waktu luang
Dengan siapa dia tinggal
Kegiatan organisasi apa yang di ikuti lanjut usia
Bagaimana pandangan lanjut usia terhadap lingkungannya
Berapa sering lanjut usia berhubungan dengan orang lain di luar rumah
Siapa saja yang bisa mengunjungi
Seberapa besar ketergantungannya

Apakah dapat menyalurkan hobi atau keinginannya dengan fasilitas yang ada

d. Spiritual
-

Apakah secara teratur melakukan ibadah sesuai dengan keyakinan agamanya


Apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam kegiatan keagamaan,

misalnya pengajian dan penyantunan anak yatim atau fakir miskin


Bagaimana cara lanjut usia menyelesaikan masalah apakah dengan berdoa

Apakah lanjut usia terlihat tabah dan tawakal

PENGKAJIAN DASAR
1. Temperatur
Gerontik kelompok B Ners FK UNLAM
10

Hipotermi 35C

2. Pulse (denyut nadi)


-

Kecepatan, irama, jumlah.

3. Respirasi (pernapasan)
-

Kecepatan, irama, dan kedalaman


Tidak teratutnya pernapasan.

4. Tekanan darah
-

Saat baring, duduk, berdiri


Hipotensi akibat posisi tubuh.

5. Berat badan perlahan lahan turun pada tahun-tahun terakhir.


6. Tingkat orientasi.
7. Memori (ingatan).
8. Pola tidur.
9. Penyesuaian psikososial.
Sistem persyarafan
1. Kesimetrisan raut wajah
2. Tingkat kesadaran adanya perubahan-perubahan dari otak
3. Mata : pergerakan, kejelasan melihat, adanya katarak
4. Pupil : kesamaan, dilatasi
5. Ketajaman penglihatan menurun karena menua :
-

Jangan di tes depan jendela


Pergunakan tangan atau gambar
Cek kondisi mata

6. Sensory deprivation ( gangguan ssensorik )


7. Ketajaman pendengaran
-

Apakah menggunakan alat bantu dengar


Tinutis
Serumen telinga bagian luar, jangan di bersihkan

8. Adanya rasa sakit atau nyeri.


Sistem kardiovaskuler
1. Sirkulasi periper, warna, dan kehangatan
2. Auskultasi denyut nadi apikal
3. Periksa adanya pembesaran vena jugularis
Gerontik kelompok B Ners FK UNLAM
11

4. Pusing
5. Sakit
6. Edema
Sistem Gastrointestinal
1. Status gizi
2. Pemasukan diet
3. Anoreksia, tidak di cerna, mual, dan muntah
4. Mengunyah dan menelan
5. Keadaan gigi, rahang dan rongga mulut
6. Auskultasi bising usus
7. Palpasi apakah perut kembung ada pelebaran kolon
8. Apakah ada konstipasi (sembelit), diare, dan inkontinensia alvi
Sistem Genitourinarius
1. Warna dan bau urin
2. Distensi kandung kemih, inkontinensia (tidak dapat menahan untuk BAK )
3. Frekuensi, tekanan, desakan
4. Pemasukan dan pengeluaran cairan
5. Disuria
6. Seksualitas
-

Kurang minat untuk melaksanakan hubungan seks

Adanya kecacatan sosial yang mengarah ke aktivitas seksual

Sistem Kulit / Integumen


1. Kulit
-

Temperatur, tingkat kelembaban


Luka, luka terbuka, robekan
Perubahan pigmen

2. Adanya jaringan parut


3. Keadaan kuku
4. Keadaan rambut
5. Adanya gangguan-gangguan umum
Gerontik kelompok B Ners FK UNLAM
12

Sistem Muskuloskeletal
1. Kontraktur
-

Atrofi otot
Ketidakadekuatannya gerakan sendi

2. Tingkat mobilisasi
-

Ambulasi dengan atau tanpa bantuan / peralatan


Keterbatasan gerak, kekuatan otot
Kemampuan melangkah atau berjalan

3. Gerakan sendi
4. Paralisis
5. Kifosis
Psikososial
1.
2.
3.
4.

Menjauhkan tanda-tanda meningkatnya ketergantungan


Fokus-fokus pada diri bertambah
Memperlihatkan semakin sempitnya perhatian
Membutuhkan bukti nyata akan rasa kasih sayang yang berlebihan

I.

Masalah Keperawatan Yang Mungkin Timbul.


1. Fisik / biologis :
a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat.
b. Defisit perawatan diri berhubungan dengan menurunnya minat dalam
merawat diri.
c. Risiko cidera (jatuh) berhubungan dengan penyesuaian penurunan
fungsi tubuh tidak adekuat.
d. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kecemasan atau nyeri.
e. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan penyempitan jalan
napas / adanya skrit pada jalan napas.
f. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kekakuan sendi, atropis
serabut otot.
2. Psikologis-sosial
a. Isolasi sosial berhubungan dengan perasan curiga.
b. Harga diri rendah berhubungan dengan perasaan ditolak.
c. Ketidakefektifan Koping berhubungan dengan ketidakmampuan
Gerontik kelompok B Ners FK UNLAM
13

menghilangkan perasaan secara tepat.


d. Ansietas berhubungan dengan sumber keuangan yang terbatas.
3. Spiritual
a. Duka cita berhubungan dengan ditinggal pasangan.
b. Distres spiritual berhubungan dengan ketidak mampuan ibadah secara
tepat.
J. Rencana Keperawatan
1. Tujuan perencanaan

Membantu lansia berfungsi seoptimal mungkin sesuai dengan


kemampuan dan kondisi fisik, psiko, sosial dengan tak tergantung pada
orang lain.

2. Tujuan tindakan keperawatan


Diarahkan untuk memenuhi kebutuhan dasar meliputi :

No
1.

Pemenuhan kebutuhan keselamatan

Peningkatan keamanan dan keselamatan

Memelihara kebersihan diri

Memelihara keseimbangan istirahat tidur

Peningkatan hubungan interpersonal melalui komunikasi yang efektif


Diagnosa
Keperawatan
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan
tubuh
berhubungan dengan
intake yang tidak
adekuat

Tujuan dan Kriteria Hasil


Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x 24 jam,
diharapkan
nutrisi
klien
terpenuhi
Kriteria hasil:
1. Adanya peningkatan berat
badan sesuai dengan tujuan
2. Tidak
ada
tanda-tanda
malnutrisi
3. Menunjukkan
peningkatan
fungsi pengecapan dari
menelan

Intervensi

1.

Kaji kemampuan kognitif dan


fungsional

yang

kemampuan

mengganggu

lansia

untuk
dan

memakan makanan
2.
Kaji lansia terhadap kurang

3
4

mempersiapkan

makanan

protein dan energi yang umum


terjadi pada lansia
3.
Atur
untuk

memperoleh

suplemen tinggi protein sesuai


kebutuhan
4.
Kaji apakah depresi menjadi
penyebab selera makan

Gerontik kelompok B Ners FK UNLAM


14

5.

Kaji
samping

kemungkinan
obat

menyebabkan

yang

efek

mungkin

kehilangan

selera

makan

No
2.

No
3.

Diagnosa
Keperawatan
Risiko cidera (jatuh)
berhubungan dengan
penyesuaian
penurunan
fungsi
tubuh tidak adekuat

Tujuan dan Kriteria Hasil

Intervensi

Setelah dilakukan tindakan 1. Sediakan lingkungan yang aman


keperawatan selama 3x 24 jam, 2. Identifikasi kebutuhan keamanan
diharapkan tidak terjadi cidera
klien, sesuai dengan kondisi fisik
pada klien
dan fungsi kognitif dan riwayat
Kriteria hasil:
penyakit terdahulu
1. Klien terbebas dari cedera
3. Menyediakan tempat tidur yang
2. Klien mampu menjelaskan
aman
cara untuk mencegah cidera
3. Klien mampu menjelaskan
risiko dari lingkungan
4. Mampu memodifikasi gaya
hidup untuk mencegah
cidera

Diagnosa
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Keperawatan
Harga diri rendah Setelah dilakukan tindakan 1. Tunjukkan rasa percaya diri
berhubungan dengan keperawatan selama 1x 24 jam,
terhadap kemampuan klien untuk
perasaan ditolak
diharapkan klien dapat percaya
diri
mengatasi situasi
2. Dorong klien mengidentifikasi
Kriteria hasil:
kekuatan dirinya
1. Menunjukkan
penilaian
3.
Buat statement positif terhadap
pribadi tentang harga diri
2. Komunikasi terbuka
klien
4. Kolaborasi
dengan
sumber-

sumber lain (petugas dinas sosial,


perawat

spesialis

klinis,

keagamaan)
No
4.

Diagnosa
Keperawatan
Ansietas
berhubungan dengan
sumber
keuangan
yang terbatas

Tujuan dan Kriteria Hasil

Intervensi

Setelah dilakukan tindakan 1. Gunakan


pendekatan
yang
keperawatan selama 1x 24 jam,
menenangkan
diharapkan
cemas
klien
2. Dengarkan
dengan
penuh
berkurang
perhatian
Kriteria hasil:
3. Identifikasi tingkat kecemasan
1. Klien
mampu 4. Dorong
klien
untuk
mengidentifikasi
dan

Gerontik kelompok B Ners FK UNLAM


15

3
4

mengungkapkan
gejala
mengungkapkan perasaan takut
cemas
5. Lakukan back/neck rub
2. Mengungkapkan
dan
menunjukkan
teknik
mengontrol cemas
3. Postur tubuh, ekspresi wajah,
bahasa tubuh dan tingkat
aktivitas
menunjukkan
berkurangnya kecemasan

No
5.

Diagnosa
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Keperawatan
Duka
cita Setelah dilakukan tindakan 1. Tentukan pada tahap berduka
berhubungan dengan keperawatan selama 1x 24 jam,
mana pasian terfiksasi
ditinggal pasangan
diharapkan rasa berduka klien
2. Kembangkan hubungan saling
berkurang
percaya dengan klien
Kriteria hasil:
3. Perlihatkan sikap menerima dan
1. Mampu menyatakan secara
membolehkan
klien
untuk
verbal
perilaku-perilaku
yang berhubungan dengan
mengekspresikan
perasaannya
tahap-tahap berduka
secara terbuka
2. Klien akan mampu mengakui
klien
untuk
posisinya sendiri dalam 4. Dorong
proses berduka sehingga ia
mengekspresikan rasa marah
mampu dengan langkahnya 5. Bantu klien untuk mengeluarkan
sendiri terhadap pemecahan
kemarahan
yang
terpendam
masalah
dengan
berpartisipasi
dalam
aktivitas-aktivitas motorik kasar
(mis, joging, bola voli,dll)

Gerontik kelompok B Ners FK UNLAM


16

DAFTAR PUSTAKA
1. Azwar, A.2006. Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Bagi Petugas
Kesehatan. Depkes: Jawa Timur
2. Boedhi, R., dan Darmojo. 2009. Demografi dan Epidemiologi Populasi
LanjutUsia. Dalam: Martono, dkk. Buku Ajar Boedhi-Darmojo: Geriatri
(IlmuKesehatan Usia Lanjut) Edisi ke-4 (halaman 47-50). Balai Penerbit
FakultasKedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, Indonesia
3. Constantinides. 1994. General Pathobiology. Appleton & Lange,
Connecticut.
4. NANDA International. 2012. Nanda International: Nursing Diagnoses
2012-2014. USA: Willey Blackwell Publication
5. Nugroho, Wahyudi. 2000. Keperawatan Gerontik. Jakarta : EGC
6. Nurarif, AH dan Kusuma Hardhi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatn
Berdasarkan Diagnosa Medis & Nanda Nic-Noc Jilid 1. Mediaction:
Yogyakarta.

Gerontik kelompok B Ners FK UNLAM


17

You might also like