Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Terjadinya pergantian orde pemerintahan dari orde baru kepada orde reformasi,1
Salah satu hal penting yang menandai adanya perubahan pada orde reformasi ini
adalah adanya pergeseran pola dari negara berstruktur sentralistis hierarkis menjadi
negara terdesentralisasi. Perubahan ini menyiratkan sebuah sketsa baru bahwa negara
tidak hanya menjadi aktor dan subjek pembangunan, melainkan juga menjadi objek
Berbagai fenomena politik baru bermunculan sebagai implikasi logis dari iklim
politik yang semakin terbuka. Kondisi ini dapat dilihat dari beberapa hal, misalnya
hingga pada dinamika konflik politik yang muncul di lingkup daerah. Sederhananya,
Indonesia.
Lahir dari sebuah keinginan untuk menciptakan tatanan demokrasi yang ideal,
maka kemunculan kebijakan otonomi daerah adalah hal yang tidak bisa dielakkan.
Adanya otonomi daerah adalah sebuah upaya pemerintah pusat dalam memberikan
ruang politik yang lebih luas bagi setiap daerah yang ada di Indonesia. Dengan
1
Presiden Soeharto menyatakan pengunduran dirinya pada tanggal 21 Mei 1998. Jatuhya pemerintahan
Soeharto melahirkan pemerintahan baru yang disebut dengan era reformasi, masa peralihan dari
pemerintahan otoriter ke arah demokrasi ini sering pula disebut sebagai era transisi. Lihat, Munafrizal
Manan, Gerakan Rakyat Melawan Elite (Yogyakarta : Resist Book, 2005), hal. 71.
1
ada ruang politik yang luas bagi masyarakat melalui kebijakan otonomi daerah, maka
daerah juga memiliki tujuan-tujuan lain yang sangat luas. Hal ini meliputi, adanya
ekonomi; penahan arus urbanisasi; pemenuhan kepuasan sosial, kultural, dan religius;
Karakter otonomi yang dimiliki oleh setiap daerah di Indonesia, bisa dikatakan
berbeda dengan karakter otonomi yang berada di negara federal. Otonomi yang
dimiliki oleh pemerintahan daerah di Indonesia adalah otonomi yang diberikan oleh
pusat dan dibentuk melalui undang-undang yang dibuat oleh pusat. Sehingga
pemerintahan daerah yang ada adalah pemerintahan bentukan pusat. Berdasarkan hal
itulah, pemerintahan daerah di Indonesia tidak memiliki karakter “state”, yang berarti
pula tidak memiliki kedaulatan. Otonomi yang dimiliki oleh pemerintahan daerah di
Indonesia adalah kewenangan dasar yang diberikan oleh pusat untuk mengatur dan
berada pada ruang lokal yang oleh sebab itu implementasi penerapan otonomi daerah
di Indonesia tak lepas dari sebuah konsep dasar mengenai pemerintahan lokal.
daerah yang kita ketahui saat ini, perkembangannya tidak lepas dari pengalaman
2
commune/gementee (desa).2 Biasanya, ikatan dasar yang menyatukan satuan wilayah
tersebut ialah berdasar pada hubungan yang sudah saling mengenal dan saling
dan keamanan. Tentunya keragaman lembaga tersebut tergantung pada pola adat
diintegrasikan dengan sistem administrasi negara dari suatu negara yang berdaulat.
Dari sini, diklasifikasikanlah satuan wilayah yang ada berdasarkan batas geografisnya,
di Eropa, organisasi pemerintahan lokal yang ada dibagi menjadi dua, yakni satuan
organisasi perantara dan satuan organisasi dasar. Sebagai contoh di Perancis, satuan
Indonesia, satuan organisasi perantaranya adalah provinsi dan satuan dasarnya adalah
besaran. Terjadilah lonjakan penduduk dari desa ke kota, yang tentunya juga
2
Hanif Nurcholis, Teori dan Praktik Pemerintahan Dan Otonomi Daerah ( Jakarta: PT Gramedia
Widiasarana Indonesia, 2007), hal.1.
3
Dalam konteks keterwakilan parlemen, pengurus atau wakil rakyat harus benar-benar mewakili
dengan mempertimbangkan penduduk setempat, sehingga dalam hal ini diperlukan perubahan sistem
politik, sehingga dalam setiap sistem politik yang baru, massa – rakyat menjadi lebih dimungkinkan
memiliki perwakilan di parlemen, dan tidak golongan elite saja. Lihat, Sohartono, Politik Lokal
( Yogyakarta : Lapera Pustaka Utama, 2000), hal. 140.
4
Ibid. hal.2.
3
memunculkan permasalahan baru di kota. Baik permasalahan baru di bidang sosial,
politik, dan hukum. Oleh sebab itu, untuk merespon dinamika permasalahan tersebut
kondisi tersebut semula dibentuklah badan ad hoc, Dewan Kota hingga mulai
berkembanglah praktik pemerintahan daerah sebagai yang kita kenal saat ini.5
masa awal kemerdekaan. Setelah Soeharto turun hingga saat ini sudah ada dua
regulasi yang mengatur ulang tata otonomi daerah di Indonesia, yakni UU No.22
tahun 1999 yang disahkan pada masa kepemimpinan Presiden B.J.Habibie dan UU
No.32 tahun 2004 yang disahkan pada masa pemerintahan Megawati Soekarno Putri.
dirasa tidak memberikan keadilan bagi tiap-tiap daerah. Kekayaan sumber daya alam
yang ada di daerah, terkadang manfaatnya jarang dirasakan oleh masyarakat daerah.
Proporsi pembagiannya dirasa tidak adil, lantaran intervensi pusat begitu kuat.
pusat dan daerah. Pemerintah daerah tidak lagi hanya memiliki kewenangan
kewenangan politik inilah, pemerintah daerah akan lebih leluasa untuk menata dan
daerah pun menemukan banyak sekali dinamika. Mulai dari konflik dalam proses
pemilihan kepala daerah langsung hingga konflik politik antara legislatif dengan
eksekutif daerah. Permasalahan seperti ini dapat dikatakan sebagai sesuatu yang baru.
Sebab, pada periode dimana pemerintahan daerah belum memiliki ruang otonomi
5
Ibid.
4
daerah seperti saat ini, konflik di daerah biasanya bisa diredam dengan adanya
intervensi dari pemerintahan pusat. Presiden yang diwakili oleh menteri dalam negeri
memiliki wewenang langsung untuk meredam setiap konflik yang ada. Semua hal
dilaksanakan berdasarkan arahan dan instruksi dari pusat. Sehingga, apapun yang
terjadi di level daerah tak pernah lepas dari intervensi pemerintah pusat.
pemerintahan. Pada penyelenggaraan public goods, dalam hal ini bisa kita lihat
masalah jalan raya, mana jalan yang menjadi tanggung jawab kabupaten/kota dan
mana jalan yang menjadi tanggung jawab provinsi terkadang juga masih simpang siur.
Kerusakan yang terjadi pada jalan provinsi yang melintas di wilayah kabupaten/kota
tersebut, maka pemerintah kabupaten/kota secara wewenang tidak bisa bertindak apa-
apa. Selanjutnya bisa kita lihat pada pola konflik yang terjadi antara pemerintah
daerah tingkat I dengan pemerintah daerah tingkat II yang memiliki potensi SDA.
Serta pola konflik yang terjadi di antara stakeholder pemerintah daerah di setiap
levelnya, dalam hal ini DPRD I dengan Gubenur atau DPRD II dengan walikota atau
bupati.
nuansa baru dalam iklim otonomi daerah saat ini. Berdasar pada undang-undang
Dipilihnya kepala daerah baik oleh DPRD maupun oleh masyarakat secara langsung,
Dalam UU No.22 tahun 1999, diatur bahwa kepala daerah dipilih oleh DPRD.
Hal ini tentunya tidak terlepas dari regulasi yang tercatat dalam UU No.22 Tahun
5
1999 pasal 14 yang menyatakan bahwa DPRD adalah sebagai Badan Legislatif
Daerah dan Pemerintahan Daerah sebagai eksekutif daerah6. Dalam konteks ini, yang
dimaksud pemerintah daerah adalah kepala daerah dan perangkat daerah lainnya,
berarti dengan demikian DPRD bukan lagi sebagai bagian dari pelengkap kepala
daerah sebagaimana yang tertuang dalam rumusan UU No.18 Tahun 1965 atau UU
Secara teoritik, hubungan antara DPRD dengan pemerintah daerah dapat dilihat
model sistem. Menurut Pinch ada empat model sistem hubungan antara DPRD dengan
• Pola weak major. Pada pola ini institusi birokrasi daerah diisi melalui
6
UU No.22 Tahun 1999 .
7
Eko Prasojo, Desentralisasi & Pemerintahan Daerah Antara Model Demokrasi Lokal & Efisiensi
Struktural (Depok : Departemen Ilmu Administrasi FISIP UI, 2006), hal.34.
8
Birokrasi pemerintah adalah seluruh jajaran badan-badan eksekutif sipil yang dipimpin oleh pejabat
pemerintah di bawah tingkat menteri, yang memiliki tugas pokok untuk menindak lanjuti keputusan
politik yang diambil pemerintah secara profesional. Jika menggunakan teori pembedaan kekuasaan
yang dianut dalam UUD 1945, maka badan-badan legislatif dan yudikatif tidaklah dapat disebut
sebagai birokrasi walaupun ukuran organisasinya besar. Lihat, Moerdiono & Sarwono Kusumaatmadja,
Birokrasi dan Administrasi Pembangunan (Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 1992), hal. 38.
6
• Pola strong major. Pada pola ini seorang kepala daerah dipilih oleh
tahun 1999 yang berlaku, Indonesia berada di antara pola strong major dan council-
manager9. Dikatakan strong major dikarenakan kepala daerah dipilih oleh DPRD, dan
DPRD juga memiliki wewenang untuk menyetujui atau tidak seorang sekretaris
daerah yang dipilih oleh kepala daerah. Dalam hal ini, posisi seorang sekretaris daerah
juga bisa ditempatkan sebagai seorang manager di daerah, karena pola seperti ini
Tugas dan wewenang DPRD untuk memilih Kepala Daerah dalam UU No.22
Tahun 1999 tertuang dalam pasal 18 yang menyebutkan “DPRD mempunyai tugas
dengan wewenang lain, yaitu pertama DPRD memiliki hak untuk meminta
Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dilakukan oleh DPRD melalui pemilihan
secara bersamaan11.
DPRD pada setiap akhir tahun anggaran, juga wajib memberikan pertanggungjawaban
kepada DPRD untuk hal tertentu atas permintaan DPRD12. Keempat, pada masa akhir
9
Ibid. hal.35.
10
UU No.22 Tahun 1999 Pasal 19.
11
UU No.22 Tahun 1999 Pasal 34 ayat 1.
12
UU No.22 Tahun 1999 Pasal 45 ayat 1 dan 2.
7
boleh mencalonkan diri untuk Pemilihan Kepala Daerah berikutnya13. Dengan
mekanisme seperti ini, kedudukan DPRD mengalami penguatan dari aspek kekuasaan,
tugas dan wewenang. Pada sisi yang lain posisi kepala daerah yang terpilih relatif juga
lebih berkualitas karena sosok kepala daerah dikenal dengan baik oleh elite-elite
mekanisme ini menyisakan kelemahan. Yakni terkait dengan akuntabilitas publik dan
pertanggungjawabannya yang kurang karena hanya ditentukan oleh elite lokal saja.
Lain halnya dengan UU No.32 tahun 2004 yang mengatur pemilihan kepala
undang otonomi daerah yang baru ini bisa dikatakan sebagai sebuah bentuk
lembaga-lembaga negara dari pusat sampai ke daerah melalui amandemen UUD 1945
dan Wakilnya, Bupati dan Wakilnya, serta Walikota dan Wakilnya dilakukan secara
langsung oleh masyarakat. Asas yang digunakan dalam proses ini sebangun dengan
asas pada pemilihan umum yakni langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil.
menjadikan kepala daerah yang terpilih memiliki kedudukan yang kuat, politis dan
cenderung tunggal. Namun di sisi lain, dipilihnya kepala daerah secara langsung
menjadikan kepala daerah yang terpilih ralatif kurang berkualitas, karena dikenal
terbuka kepada semua masyarakat dan terbuka pula bagi para pemilih baru.
UU No.32 tahun 2004 menyebutkan bahwa kepala daerah dan wakil kepala daerah
13
UU No.22 Tahun 1999 Pasal 53.
8
dipilih dalam satu pasangan calon yang dipilih langsung. Ketentuan ini diperkuat lagi
dalam Peraturan Pemerintah No.6 Tahun 2005 Pasal 4 ayat 3. Pada pasal 56 UU
No.32 Tahun 2004 menyebutkan bahwa “Kepala daerah wakil kepala daerah dipilih
dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan secara demokratis, berdasarkan asas
langsung, umum, bebas, rahasia, jujur , dan adil”. Pasangan calon yang dapat
berkontestasi dalam Pilkada ini adalah calon yang diusulkan oleh partai politik dan
peran politis DPRD tidak sekuat sebelumnya. Sebab, legitimasi seorang kepala daerah
beserta wakilnya penentuan akhirnya berasal dari masyarakat, bukan ditentukan oleh
partai politik yang duduk di DPRD. Dalam konteks inilah dinamika hubungan antara
DPRD dan Kepala Daerah menjadi lebih menarik, karena keduanya memiliki
kekuatan politis yang berasal dari sumber legitimasi yang sama yakni dari
masyarakat.
Mengenai pola hubungan antara kepala daerah dan DPRD yang terpusat pada
kewenangan lembaga tersebut untuk bertindak sebagai wakil rakyat, Arbi Sanit
mengemukakan bahwa :
luas) yang sama-sama berwenang untuk bertindak atas nama dan untuk anggota
masyarakat. Sungguhpun dengan cara yang berbeda, kedua lembaga tersebut sama
I. 2 Permasalahan
14
UU.No.32 Tahun 2004 Pasal 56 ayat 2.
15
Arbi Sanit, Perwakilan Politik di Indonesia (Jakarta: CV Rajawali, 1985), hal.242-243.
9
Pilkada pertama yang dilaksanakan di Depok pada tahun 2004 telah melahirkan
walikota hasil pilihan masyarakat Depok. Pasangan Nurmahmudi Ismail dan Yuyun
daerah langsung di berbagai daerah, telah menuai berbagai macam konflik politik. Hal
ini tak lepas dari berbagai macam potensi kelemahan yang dimiliki dalam tata politik
selain memberikan ruang kebebasan untuk berkompetisi, di sisi lain juga membuka
ruang konflik yang lebih terbuka. Konflik terbuka itu dapat dipetakan antara lembaga
adalah satu dari sekian banyak daerah yang telah menyelenggarakan pilkada secara
langsung, dan dalam prosesnya pun tak bisa terhindar dari konflik politik.
Bulan April 2006, tak lama setelah Nur Mahmudi dan Yuyun terpilih, dinamika
politik di Kota Depok diawali dengan ketidaksetujuan pihak DPRD dari lima fraksi
dari Walikota Depok. Namun akhirnya DPRD menyetujui RPJMD tersebut, setelah
antara Walikota terpilih dengan DPRD. Hal selanjutnya yang digulirkan adalah terkait
dengan kinerja Nur Mahmudi Ismail dalam penyelenggaraan pemerintahan yang tidak
profesional. Penyusunan kebijakan yang dirancang oleh Nur Mahmudi Ismail dinilai
16
R. Adi Kusuma Putra, “Ada Apa Dengan Depok ?” , dalam www.kompas.co.id diakses pada 31
Agustus 2007 pukul 22:15 WIB.
10
tidak dikomunikasikan secara formal kepada DPRD. Padahal, kebijakan yang
Kebijakan yang dipermasalahkan oleh DPRD Depok terdiri dari enam hal.
Pertama, terkait dengan pembentukan staf khusus oleh Nur Mahmudi Ismail di
lingkungan Pemda Depok yang sebelumnya tidak dibicarakan terlebih dahulu dengan
DPRD. Dalam hal ini, DPRD merasa sikap yang ditunjukkan oleh Nur Mahmudi
Ismail sangat sepihak. Kedua berkenaan dengan pemasangan baliho Nur Mahmudi
Ismail yang terpasang di Jalan Margonda. Baliho yang memuat foto Nur Mahmudi
Ismail tersebut dibiayai oleh Yose Rizal dengan mengatasnamakan Infokom Pemda
Depok. Hal ketiga yang dipermasalahkan oleh DPRD adalah terkait dengan adanya
bersumber dari dana APBD sebesar Rp. 211.000.000. Hal keempat yang dinilai
Dinas Pekerjaan Umum19. Lebih dalam lagi, digunakannya hak interpelasi oleh DPRD
Depok dilatarbelakangi juga oleh rencana Nur Mahmudi Ismail untuk mengganti
Sekda Depok, Winwin. Begitu juga dengan upaya penertiban mekanisme lelang
proyek di Depok, yang tentunya kedua hal tersebut mengganggu kepentingan anggota
Dalam rangka menanggapi keganjilan yang dirasakan oleh lima fraksi di DPRD,
Nur Mahmudi Ismail dalam rapat paripurna DPRD. Terkait dengan usulan ini, F-PKS
17
Ibid.
18
“DPRD Depok Desak Pemberhentian Nur Mahmudi”, dalam www.suarakaryaonline.com diakses
pada tanggal 31 Agustus 2007 pukul 22:15 WIB.
19
“F-PKS: Kritik Lima Fraksi Membuat Nur Mahmudi Hati-hati”, dalam www.kompas.co.id diakses
pada tanggal 31 Agustus 2007 pukul 22:30 WIB.
11
menolak seandainya rapat paripurna diselenggarakan dengan menghadirkan Nur
diselenggarakan rapat paripurna yang agendanya adalah pandangan hukum dari tiap-
tiap fraksi terkait enam kebijakan yang dikeluarkan oleh Nur Mahmudi Ismail. Rapat
Hasil dari rapat paripurna ini yang menggagendakan pandangan hukum dari
setiap fraksi selanjutnya akan diserahkan kepada Mahkamah Agung (MA). Pengaduan
ini didasarkan atas penilaian DPRD Depok yang memandang enam kebijakan Nur
korupsi kolusi dan nepotisme. Namun dokumen yang diajukan oleh DPRD Depok
dikembalikan lagi oleh MA. Wakil Ketua DPRD Depok menyatakan bahwa
pengembalian surat tersebut disebabkan oleh faktor teknis. Ketika itu DPRD Depok
Tandasnya dokumen yang diajukan oleh DPRD Depok kepada MA, kemudian
diteruskan dengan upaya melakukan interpelasi kepada Nur Mahmudi Ismail. Rapat
interpelasi terhadap Nur Mahmudi Ismail ditetapkan dalam rapat Panitia Musyawarah
Panmus tersebut, rapat interpelasi terhadap Nur Mahmudi Ismail, akan dilaksanakan
kebijakan Nur Mahmudi. Dari tempo waktu yang ada, berdasarkan peraturan, agenda
pokok yang juga merupakan kewajiban yang dimiliki DPRD di setiap periode akhir
20
“F-PKS: DPRD Depok Salah Langkah”, dalam www.kompas.co.id diakses pada tanggal 31 Agustus
2007 pukul 22:20 WIB.
12
tahun adalah pembahasan RAPBD untuk tahun selanjutnya. RAPBD untuk tahun
selanjutnya harus sudah disahkan oleh DPRD menjadi Peraturan Daerah satu bulan
merespon dinamika pembangunan pada tahun anggaran yang sudah ditetapkan pada
APBD 2006.
sebelumnya didahului dengan pandangan hukum dari lima fraksi yang dokumennya
sudah diserahkan kepada Mahkamah Agung. Kelima fraksi yang mendukung hak
interpelasi tersebut adalah Fraksi Golongan Karya, Fraksi Partai Demokrat, Fraksi
Dari penjabaran di atas, maka penulis sampai pada tiga buah pertanyaan yang
Untuk menganalisis permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini, maka ada
beberapa kerangka teori yang akan digunakan. Pertama, karena kajian dalam skripsi
ini tak terlepas dari konsep desentralisasi, maka penulis akan terlebih dulu
menjelaskan mengenai konsep desentralisasi. Hal ini perlu dijelaskan agar perumusan
permasalahan yang dituangkan dalam skripsi ini bisa dipetakan secara jelas.
13
Kedua, masih berkaitan degan point pertama, karena orientasi utama dari
bagi masyarakat, dan agar analisis tentang permasalahan yang diungkapkan dalam
skripsi ini dapat dipahami secara utuh, maka bagian kedua yang akan diuraikan dalam
bagian kerangka teori ini adalah mengenai perspektif teori hubungan desentralisaisi
sebagai pendekatan terhadap kebijakan anggaran yang menjadi salah satu fokus
pertanyaan skripsi ini, maka skripsi ini menggunakan teori pilihan rasional dan teori
pilihan publik sebagai salah satu pisau analisis, yakni untuk melihat motivasi para
aktor politik dalam membuat kebijakan tersebut. Serta akan dipaparkan juga mengenai
teori komunikasi politik untuk bisa melihat salah satu faktor yang menjadi penyebab
Teori dan pandangan yang menjelaskan mengenai kedua hal tersebut sudah
banyak sekali ditemukan dalam kajian-kajian ilmiah. Dalam skripsi ini, penulis akan
menggunakan beberapa pandangan saja dari akademisi yang telah mengkaji masalah
ini. Hal ini dimaksudkan untuk lebih mempermudah pembahasan pada permasalahan
yang disajikan.
Dalam mengurai dua konsep di atas, Harun Nurcholis mengutip JHA Logemann
14
memperlancar pekerjaan pemerintah. Sebagai contoh pelimpahan menteri
menggaris bawahi bahwa konsep desentralisasi dapat dipilah menjadi dua bagian
besar. Yakni definsi dari sudut pandang administratif dan definisi dari sudut pandang
politik.
sejalan dengan pandangan Logemann yang menyebutkan definisi ini dengan istilah
“...the sharing power between members of the same ruling group having
authority respectively in different areas of the state...”23
15
administrasi di dalam suatu kementrian atau jawatan. Dalam dekonsentrasi tidak ada
pelimpahan kewenangan yang nyata, struktur yang berada di level bawah hanya
menjalankan kewenangan atas nama atasannya saja dan bertanggung jawab kepada
daerah.25
24
Ibid. hal.5.
25
Dalam kajian yang mengangkat sudut pandang sejarah, implementasi dari konsep desentralisasi ini
pun bisa tercermin dalam beberapa undang-undang yang sudah pernah dihasilkan. Dalam konstitusi
UUD 1945 pasal 18 disebutkan bahwa “Pembentukan Daerah Indonesia atas daerah besar dan kecil,
dengan bentuk susunan pemerintahannya ditetapkan dengan undang-undang, dengan memandang dan
mengingati dasar permusyawaratan dalam sistem pemerintahan negara, dan hak-hak asal-usul dalam
daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Kewajiban konstitusi ini kemudian dituangkan dalam UU No.1
Tahun 1945. Tentunya, sebagai sebuah produk undang-undang yang pertama, keberadaan UU No.1
Tahun 1945 masih banyak kelemahan. Tetapi di sisi lain, kehadiran undang-undang ini menunjukkan
sebuah komitmen besar dari pemerintah untuk segera melaksanakan politik desentralisasi dan juga
memberikan hak-hak otonom kepada daerah. Kekurangan tersebut kemudian ditutupi dengan
dikeluarkannya UU No.22 tahun 1948 tentang Pemerintahan Daerah. Hal penting yang membedakan
undang-undang ini dengan undang-undang sebelumnya adalah adanya hak otonomi dan medebewind
yang luas kepada badan pemerintah daerah yang terbentuk secara demokratis. Selang sembilan tahun
kemudian, dikeluarkanlah Undang-Undang No.1 Tahun 1957 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan
Daerah. Dalam undang-undang yang baru ini, terdapat tiga hal yang didasari oleh prinsip desentralisasi,
yakni pertama, setiap daerah hanya memiliki satu bentuk susunan pemerintahan daerah yang berhak
mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Kedua, daerah dibentuk berdasarkan susunan derajat
dari atas ke bawah sebanyak-banyaknya tiga tingkat. Ketiga, daerah diberikan hak otonomi yang
seluas-luasnya untuk mengatur dan mengurusi rumah tangganya sendiri dengan menganut sistem
otonomi riil. Pada perkembangan selanjutnya, ketika Indonesia masuk masa demokrasi terpimpin,
prinsip desentralisasi yang telah dianut direduksi dengan dikeluarkannya Penpres No.6 Tahun 1959
yang kemudian disempurnakan oleh Penpres No.5 Tahun 1960. Lima tahun setelahnya, pemerintah
mengeluarakan Undang-Undang No.18 Tahun 1965 sebagai perundangan yang merangkum pokok-
pokok dari prinsip desentralisasi pada undang-undang sebelumnya. Bergantinya pemerintahan dari
masa Demokrasi Terpimpin ke Masa Orde Baru, maka berganti pula kebijakan politik
desentralisasinya. Dengan dikeluarakannya Undang-Undang No.5 Tahun 1974, penerapan prinsip
desentralisasi sedikit mengalami hambatan, sebab dalam regulasi tersebut, pemerintah pusat masih
16
1.3.2. Perspektif Teori Hubungan Desentralisasi Dengan Peningkatan
Pelayanan Publik
menjadikan pelayanan publik menjadi lebih efektif dan efisien. Enam hal tersebut
institusi yang mempunyai kedudukan yang lebih dekat dengan masyarakat. Sehingga,
daerah mampu membuat dan mengambil keputusan yang strategis dengan lebih
mudah.
Kedua, dengan adanya pemberian otonomi maka akan membuat segenap aparat
terhadap kebutuhan dan kondisi yang ada di tingkat lokal. Ketiga, akan adanya
anggaran yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi yang ada di wilayahnya.
fungsi-fungsi rutin dari pusat kepada daerah. Dengan demikian, pusat dapat lebih
fokus kepada fungsi-fungsi kebijakan. Kelima, akan adanya persaingan dalam konteks
sektor publik dan sektor swasta atas arahan pemerintah daerah. Keenam, dengan
pemberian otonomi akan dapat membuat birokrasi menjadi lebih berorientasi kepada
publik.
diberikan wewenang dalam mengatur urusan-urusan yang dikelolanya di daerah melalui asas
dekonsentrasi dan medebewind.
26
Ibid,. hal.144.
27
Pelayanan publik adalah kata lain dari pelayanan umum (publik services) yang merupakan barang-
barang non-material. Barang-barang dan jasa publik senantiasa berkaitan dengan administrasi dan
birokrasi publik, serta kebijakan publik. Lihat, Luh Nyoman Dewi Triandayani & Muhammad Abas,
Pelayanan Publik Apa Kata Warga ( Jakarta : Pusat Studi Pengembangan Kawasan, 2001), hal. 1.
17
Pandangan Rondinelli ini kemudian diperkuat oleh Maas dan Fesler yang
tujuan-tujuan yang mendasar atau nilai-nilai tertentu dari suatu komunitas politik.
daerah juga diposisikan untuk mendorong pendidikan politik dan keterlibatan pada
tingkat lokal. Dengan demikian tingkat otentisitas sebuah kebijakan dapat lebih sesuai
Anggotanya dipiliih oleh masyarakat banyak untuk duduk mewakili mereka dalam
kedaulatan. Perwakilan adalah sebuah konsep dimana seseorang atau suatu kelompok
memiliki kemauan atau kewajiban untuk berbicara dan bertindak atas nama suatu
kelompok yang lebih besar. Dalam sistem demokrasi dewasa ini, partai politiklah
yang menjadi kelompok untuk mewakili kepentingan masyarakat yang lebih luas. Hal
memiliki dua fungsi penting 30, yakni pertama menentukan policy atau kebijaksanaan
dibekali dengan hak inisiatif, hak amandemen dan hak budget. Fungsi yang kedua
28
Ibid.
29
Miriam Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik (Jakarta : PT Gramedia, 2000), hal.175.
30
Ibid., hal.183-184.
18
yaitu fungsi melakukan kontrol terhadap eksekutif. Menjaga tindakan eksekutif agar
ini, lembaga legislatif diberikan hak kontrol khusus seperti hak interpelasi dan angket,
suatu kebijakan. Terhadap hak ini, badan eksekutif harus bisa memberikan penjelasan
kepada lembaga legislatif. Keputusan akan hal ini dilakukan oleh lembaga legislatif
melalui sidang pleno yang didalamnya dilakukan pembahasan oleh para anggota dan
diakhiri dengan pemungutan suara. Jika hasilnya tidak memuaskan, maka hal ini
dimana hasil penyelidikannya dibahas bersama anggota yang lain untuk dirumuskan
terkait dengan pendapatnya. Hasil dari hal ini kemudian ditujukan kepada eksekutif
agar diperhatikan. Sedangkan mosi adalah sebuah hak kontrol yang memiliki
parlementer, jikalau kabinet menerima suatu mosi tidak percaya, maka kabinet harus
mengundurkan diri.
yaitu31: menurut Fagen (1966) yang menyatakan bahwa ada yang mendefinisikan
komunikasi politik sebagai segala komunikasi yang terjadi dalam suatu sistem politik
komunikasi politik sebagai “hasil yang bersifat politik” (political outcomes) dari kelas
sosial, pola bahasa, dan pola sosialisasi; dan menurut Galnoor (1980) komunikasi
31
Zulkarimein Nasution, Komunikasi Politik Suatu Pengantar (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1990)
19
politik merupakan infrastruktur politik, yakni suatu kombinasi dari berbagai interaksi
sosial dimana informasi yang berkaitan dengan usaha bersama dan hubungan
Selain itu, salah satu definisi dari komunikasi politik yang cukup tegas dan
politik itu:
Menurut Schudson, gejala komunikasi politik bisa dilihat dari dua arah.
suprastruktur33.
cara yang mudah untuk melukiskan suatu tindakan komunikasi adalah dengan
Hal ini kemudian dikenal juga dengan sebutan Model Lasswell. Berdasarkan
sederhana, “Who says what to whom in what channel with what effect”. Model
20
Who What Channel Whom Effect
(speaker) (message) (or medium) (audience or
listener)
Untuk bisa menganalisis motivasi yang melatarbelakangi dari para aktor politik,
dalam skripsi ini saya menggunakan teori pilihan rasional. Teori pilihan rasional
merupakan sebuah paradigma dalam kajian ilmu ekonomi politik. Pendekatan ini
dimulai oleh kaum klasik yang sudah mengembangkan asumsi manusia rasional yang
selalu memilih yang terbaik dari alternatif yang ada. Kemudian kaum Neoklasik
membawa sisi rasionalitas yang ada pada individu kepada institusi-institusi politik.
Menurut pandangan kaum neoklasik, institusi politik dan penyelenggara negara dalam
masing pihaknya.
Bagi teori pilihan rasional, kebijakan publik adalah hasil interaksi politik diantara
para pelaku rasional yang ingin memaksimalkan keuntungan bagi diri sendiri. Suatu
pejabat pemerintah, untuk terus berkuasa maupun kaum pengusaha yang sedang
panggung, dimana semua pihak bersaing untuk mengeruk berbagai sumber yang ada
di arena publik.36
36
Rizal Malarangeng, Mendobrak Sentralisme Ekonomi : Indonesia 1986-1992 (Jakarta : Kepustakaan
Populer Gramedia, 2002), hal.9-10.
21
Teori pilihan rasional dalam kajian ekonomi politik, memiliki kaitan dengan
bahwa teori pilihan rasional memiliki empat elemen, pertama para aktor politik
strategi mereka. Kedua, para aktor politik dapat memilih alternatif terbaik yang bisa
ini terkait dengan sumber daya dan kendala. Elemen keempat adalah tindakan, yaitu
Elster mengungkapkan :
kepercayaan, dan sumber daya. Untuk memperkuat pandangan ini, Jurgen Habermas
mecapai hasil maksimal dengan menciptakan kondisi yang kondusif dan institusi yang
minimal38. Dalam konteks ilmu politik, rasionalitas politik mengacu pada pilihan-
Berdasarkan Teori pilihan rasional yang disebutkan di atas, maka motivasi para
aktor politik dalam membuat keputusan dapat pula dijelaskan dengan melihat nilai-
nilai yang kemungkinan menjadi pedoman para aktor politik dalam membuat
37
Deliarnov, Ekonomi Politik Baru ( Jakarta : Erlangga, 2002), hal.135.
38
Ibid.
22
keputusan. Menurut konsepsi Anderson, ada empat nilai yang menjadi
pertimbangan :39
alternatif itu bagi partai politiknya atau bagi kelompok-kelompok klien dari
tangan para pembuat keputusan seperti ini bukan mustahil dibuat demi
tujuan dan kepentingan dari partai politik atau tujuan dari kelompok
atau kebutuhan fisik atau kebutuhan finansial reputasi diri, atau posisi historis
23
kepentingan umum atau keyakinan tertentu mengenai kebijaksanaan negara
nilai dan keyakinan yang secara logis saling berkaitan yang mencerminkan
Kerangka teori selanjutnya yang digunakan dalam skripsi ini adalah teori
pilihan publik. Teori pilihan publik ini digunakan sebagai upaya pendekatan terhadap
kepentingan masyarakat. Teori pilihan publik ini dapat digunakan juga untuk
menelaah perilaku para aktor politik ataupun sebagai petunjuk bagi pengambilan
Hadirnya teori pilihan publik ini tidak telepas pengaruhnya dari pendekatan
ekonomi murni. Perspektif ini muncul dari sebuah proses pengembangan dan
keputusan bersama. Hal ini diperkuat oleh pandangan Caporaso dan Levine yang
politik.40
Pandangan yang menjadi premis dasar dalam teori pilihan publik adalah
bahwa adanya kesamaan bertindak antara para pembuat keputusan politik dengan
para pembuat keputusan privat. Dalam konteks ini, politik tidak dipandang hanya
sebagai arena yang di dalamnya terjadi pertukaran kepentingan yang memiliki aturan
40
Ibid. hal.139.
24
berupa konstitusi. Para pemain yang berada dalam arena ini adalah wakil rakyat yang
vote maximizers . Produk politik berupa kebijakan publik adalah hasil dari proses
pertukaran, sama halnya dengan proses terbentuknya harga dalam pasar persaigan
sempurna. Hanya saja dalam konteks politik, pertukaran memiliki pengertian sebagai
sebuah proses persetujuan kontrak yang lebih luas makna dan cakupannya.
antara ekonomi dan politik serta antara pasar dan pemerintah. Berikut adalah
Tabel 1.1
APBDP sebagai kebijakan anggaran adalah bagian dari kebijkan publik yang lahir
dari mekanisme politik. Tony Byrne mengemukakan bahwa anggaran dapat diartikan
41
Bustanul Arifin dan D.J.Rachbini, Ekonomi Politik dan Kebijakan Publik ( Jakarta : PT.Grasindo,
2001), hal.20.
25
lembaga dalam suatu periode tertentu di masa yang akan datang. Anggaran juga dapat
dipahami sebagai sebuah pernyataan sikap yang berisi perincian penerimaan dan
belanja operasional maupun belanja modal yang disertakan juga dengan perencanaan
institusi lainnya. Dalam skripsi ini, definisi anggaran yang dimaksud difokuskan pada
anggaran negara. Terkait dengan hal ini, definisi anggaran dipertajam oleh John F.
Due sebagai suatu pernyataan yang berisi mengenai perkiraan pengeluaran dan
penerimaan yang diharapkan akan terjadi dalam suatu periode di waktu yang akan
datang. Serta berisi mengenai data dari pengeluaran dan penerimaan yang benar-benar
Implikasi
Interpelasi DPRD :
Landasan Formal :
Pengangkatan staf khusus
Pengadaan Baliho Walikota Depok
SIPESAT Terhambatnya tertunda dalam
Pemberian HGB merealisasikan
Pembahasan
Pengerukan situ Cilangkap
APBDP 2006 dan pembangunan:
Lelang di Dinas PU
Motif Politik : RAPBD 2007 SIPESAT,
Penggantian Sekda Santunan Nikah,
Penertiban Tender Santunan
PKS- isasi birokrasi Kematian
26
• Interpelasi sebagai salah satu hak dari DPRD adalah hak untuk meminta
negara. Dalam konteks hak interpelasi yang diajukan oleh DPRD Depok
walikota Depok yang dinilai DPRD sangat sepihak. Enam kebijakan tersebut
2006 dan RAPBD 2007, dan kedua bagi kinerja Walikota Depok.
Peraturan Daerah tentang APBD. APBD dapat diartikan juga sebagai sarana
kebijakan yang dipilihnya di masa lalu, serta maju mundurnya kebijakan yang
27
kebijakan Walikota, otomatis agenda DPRD yang seharusnya pada rentan
yang disahkan bersama oleh DPRD. APBDP dan RAPBD adalah peraturan
daerah yang dijadikan sebagai acuan bagi kepala daerah dalam melaksanakan
adalah : Data yang dikumpulkan dan di analisa merupakan gejala sosial yang dinamis,
data karena informasi yang di dapat merupakan bentuk nyata dari interaksi tersebut.
Peneliti dalam penelitian ini akan berusaha secara maksimal untuk meninggalkan nilai
dan bias karena kedekatan emosi dengan objek penelitian, peneliti juga tidak ikut aktif
28
Penelitian ini dilakukan dalam bentuk penelitian lapangan (field research),
dimana peneliti melakukan studi melalui interaksi langsung dengan objek penelitian.
Sedangkan tipe penelitian yang akan digunakan adalah eksplanatif, yaitu berisi
disesuaikan dengan tema yang diangkat dalam skripsi ini, yakni Pengaruh Interpelasi
Tahun 2006. Penelitian kualitatif lebih fokus pada proses daripada hasil, maka
diperoleh melalui wawancara dengan narasumber ataupun informan kunci selain pada
studi literatur yang relevan. Adapun teknik pengumpulan data dapat diperoleh sebagai
berikut : 43
Teknik untuk mengumpulkan data dan informasi dilakukan dengan dua cara
yakni :
yang terpercaya dan objektif, melainkan berusaha membuat data-data terbut dapat diakses oleh (sub0
kultur lain, menunjukkan relativitas perbagai pertimbanga para actor dalam dunia sosial mereka, dan
menunjukkan hubungan antara deskripsi-deskripsi sosiologis dengan konsep-konsep para actor itu
dalam tindakan mereka. (3) dalam melihat data, peneliti tidak berusaha mengembangkan pengukuran
yang tepat dan objektif melainkan memusatkan perhatian pada makna, definisi metafora, symbol dan
deskripsi dari aspek-aspek yang diteliti. Lihat, W. Lawrence Neuman, Sosial Research Methods :
Qualitatif and Quantitative Approach. 5th Edition. (Boston : Allyn and Bacon, 1997), hal. 328, 418.
43
John W. Cresswel, dalam Research Design Qualitative Approaches (California : Sage Publications,
1994), hal. 145.
29
Dilakukan guna mempelajari literatur-literatur yang berhubungan dengan tema
skripsi dan untuk melengkapi informasi yang didapat dari wawancara. Pengumpulan
informasi sekunder melalui literatur baik koran, internet, buku, majalah, ataupun
jurnal yang memuat objek penelitian dan tema serta isu terkait.
kata-kata yang terdapat dalam dokumen maupun wawancara maka infomasi yang
didapat tidaklah sama persis, sehingga dapat mengacu pada satu makna, dengan
1. Studi literatur dengan berbagai bahan bacaan yang terkait dengan tema
akan dianalisa berdasarkan kondisi yang ada dan berbagai faktor yang
30
4. Penulisan laporan. Didasarkan pada sistematika penulisan laporan yang
ada.
• Tujuan
• Signifikansi
Adapun signifikansi penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :
untuk dikaji, terlebih lagi dalam sekup kajian yang membahas mengenai
2) Selain hal di atas, penulisan skripsi ini pun merupakan sebuah respon dari
BAB I : PENDAHULUAN
31
Terdiri dari latar belakang masalah, masalah, kerangka teori, model analisa,
(RAPBD)
Memuat analisis tentang interpelasi yang diajukan oleh DPRD Depok terhadap
Walikota. Dilihat dari peta kekuatan politik di DPRD Depok, siapa fraksi yang
BAB V : KESIMPULAN
Berisi kesimpulan teoritik terhadap hasil penelitian, dan juga rekomendasi peneliti
32
BAB II
HIPOTESIS PENELITIAN
Pada suatu sekolah peranan suatu kompetensi guru dalam mengajar mata
prestasi belajar siswa. Artinya bahwa guru yang berkompetensi baik dalam
mengajar maka prestasi belajar siswa pun diharapkan akan baik pula. Dan
belajar siswa yang diajarkan akan kurang baik pula. Oleh karena itulah, baik
33
para guru maupun pihak sekolah yang dalam hal ini kepala sekolah, hendaknya
harus berupaya dalam menjaga atau meningkatkan kompetensi guru agar tujuan
1993 tanggal 3 Maret 1993 tentang Garis-Garis Bear Haluan Negara dapat
terwujud :
diamanatkan oleh ketetapan MPR diatas adalah guru yang berkompeten dalam
prasarana pendidikan.
Dan untuk memahami apa yang dimaksud dengan kompetensi dalam mengajar
ditentukan” . 45
Tugas dan tanggung jawab guru berkaitan sekali dengan kemampuan yang
guru.
44
Ketetapan MPR RI 1993, Jakarta, Gunung Ilmu Press, hal. 95.
45
Subandiah. 1993. Pengembangan dan Inovasi Kurikulum. Jakarta : PT Raja Grafindo, Hal. 6.
34
Menurut Uzer Usman pengertian kompetensi guru adalah ”kemampuan
dan layak”. Untuk mengetahui apakah seorang guru telah memiliki kualitas
dalam mengajar dalam arti dapat melaksanakan tugas keguruannya ada beberapa
merupakan tugas yang berat bagi seorang guru karena langsung berhadapan
kedewasaan. Mengingat tugas berat dan sangat penting ini, maka guru yang
1. Perhatian
2. Aktivitas
3. Appersepsi
4. Materi
5. Repetisi
6. Motivasi
35
7. Konsentrasi
8. Sosialisasi
10. Evaluasi46
mengetahui dengan baik materi yang dibahas. Karena jika tidak menguasai
materi yang akan diajarkan, maka guru tersebut akan kesulitan menguasai
pengertian bahwa hubungan, cara menilai atau memberi nilai berupa huruf
atau angka.47
46
W. James Pohan. 1986. Evaluasi Pengajaran. Jakarta : Kanisius, Hal. 15.
47
Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1995. Jakarta, Balai Pustaka.
36
Jadi yang dimaksud penelitian di sini adalah penilaian yang dilakukan
siswa terhadap kualitas pengajaran guru. Mata pelajaran dapat dipusatkan pada
salah satu pusat minat, sehingga siswa dapat memperoleh pengetahuan secara
perlu bergaul dengan teman lainnya. Siswa disamping sebagai individu, juga
dievaluasi. Evaluasi dapat memberi motivasi bagi guru maupun siswa karena
pengertian yaitu :
pendidikan.48
Dari pengertian tersebut maka ada tiga aspek dari kompetensi guru yaitu
analisis tentang kompetensi guru yaitu aspek personal, aspek sosial dan
37
personal dan aspek sosial umumnya disatukan. Hal ini dikarenakan
yang ada dalam diri guru yang dapat mengembangkan kondisi belajar sehingga hasil
Kompetensi Mengajar, dijelaskan ada tiga hal yang memberi ciri kompetensi personal
Ada beberapa ciri kepribadian yang mestinya dimiliki seorang guru yaitu :
c. Memiliki kejujuran
e. Demokrasi
laku yang dapat diamati secara lahiriah dalam pergaulan bersama. Tingkah laku guru
seorang guru nampak dari sifat bekerja sama dengan demokratis, penyayang,
menghargai kepribadian peserta didik, sabar, menyenangkan, dan berakhlak baik, adil,
toleran, mantap dan stabil, peka terhadap persoalan peserta didik, mampu menghargai
49
Zakiah Drajat. 1982. Kepribadian Guru. Jakarta : CV. Bulan Bintang, hal. 18.
50
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1987. Pembinaan Kompetensi Mengajar. Jakarta : IKIP
Jakarta, hal. 11.
38
Uzer Usman secara lebih rinci lagi menjelaskan tentag kemampuan personil
1. Mengembangkan kepribadian
belajar.
permasalahan.
pengajaran
39
A. Samana mendiskripsikan kemampuan personal dan sosial guru dalam
Kompetensi personal dan sosial seorang guru merupakan modal dasar bagi
dan siswa.
kompetensi profesional yang harus dimiliki oleh seorang guru. Rumusan tersebut oleh
Ali Imran disimpulkan menjadi tiga kategori yaitu : ”Kemampuan mengusai bahan
pengetahuan keahlian yang akan diajarkan. Penguasaan ini menjadi landasan pokok
52
A. Saman. 1994. Profesionalisme Keguruan. Yogyakarta : Kanisius, hal. 27.
53
Cece Wijaya dan Tabrani Rusman. 1991. Kemampuan Dsara Guru. Bandung : Remaja Rosyada
Karya, hal. 130.
40
Sebelum melaksanakan pengajaran, maka terlebih dahulu harus dapat
mengajar pada intinya adalah kemampuan membuat satuan pelajaran (SP) yang
berbobot.
menciptakan interaksi belajar mengajar sesuai dengan situasi dan kondisi serta
program yang dibuatnya. Kemampuan ini merupakan penerapan secara nyata rencana
pendidikan nasional
dan menengah
41
3.4 Memilih dan mengembangkan media pengajaran yang
sesuai
dilaksanakan
Tujuan utama guru adalah mengajar disamping juga mendidik. Jika tugas
mengajar harus ditopang oleh penguasaan kompetensi profesional, maka guru dalam
tugasnya sebagai pendidik harus juga memiliki kompetensi personal dan sosial. Jadi
pendidik profesional.
Jabatan guru memiliki banyak tugas, baik yang terikat oleh dinas maupun di
luar tugas dalam bentuk pengabdian. Menurut Uzer Usman tugas guru
dikelompokkkan menjadi tiga jenis, yaitu tugas dalam bidang profesi, tugas
54
Uzer Ussman, Op.Cit., hal. 18.
55
Ibid., hal. 4.
42
Guru merupakan suatu profesi yang artinya suatu jabatan atau pekerjaan yang
memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Tugas guru sebagai profesi meliputi
Tugas guru dalam bidang kemanusiaan meliputi bahwa guru disekolah harus
dapat menjadikan dirinya sebgaia orang tua kedua. Ia harus dapat menarik simpati
ilmu pengetahuan. Ini berarti bahwa guru berkewajiban mencerdaskan bangsa menuju
kepada pembentukan manusia Indonesia seutuhnya. Oleh karena itu guru dituntut
untuk menjadi panutan masyarakat. Guru tidak hanya diperlukan oleh siswa diruang
Lebih lanjut lagi, Peters mengemukakan bahwa ada tiga tugas dan tanggung
jawab pokok seorang guru, yaitu : ”Guru sebagai pengajar, guru sebagai pembimbing
Guru sebagai pengajar lebih menekankan pada tugas dalam merencanakan dan
juga menanamkan konsep berpikir. Bahkan lebih dari itu guru perlu mengubah
perilaku siswa sehigga terbentuk sikap kepribadian. Tugas ini memberikan aspek
43
Guru sebagai pembimbing memberi tekanan kepada tugas memberikan
bantuan kepada siswa dalam memecahkan masalah yang dihadapinya. Setiap peserta
didik memiliki pribadi yang unik, mereka masing-masing mempunyai ciri dan sifat
bawaan serta latar belakang yang berbeda. Permasalahan psikologis yang dihadapinya
bimbingan guru.
Namun ketatalaksanaan bidang pengajaran lebih menonjol dan lebih diutamakan bagi
profesi guru. Sejalan dengan pendapat Peters, maka Amstrong membagi tugas dan
bimbingan
kurikulum
profesi
mengajar
57
Ibid/, hal. 25.
44
b. Membuat satuan pelajaran (persiapan mengajar)
belajar mengajar
Tugas-tugas tersebut biasannya telah diketahui oleh seorang guru yang pada
akhirnya tergantung kepada guru tersebut apakah dapat memahami dan menerapkan
dalam kegiatan belajar mengajar atau tidak. Dan hal ini juga menjadi tolak ukur dari
keberhasilan seorang kepala sekolah sebagai pemimpin guru. Oleh karena itu kepala
58
Dirjen Dikdasmen, Direktorat Sarana Pendidikan. 1993. Pedoman Pengelolaan Administrasi
Administrasi Sekolah. Jakarta : Depdikbud, hal. 6.
45
dan pengetahuannya dengan efektif. Keefektifan pelaksanaan tugas kepala sekolah itu
”Penilaian berasal dari kata-kata yang berarti sesuatu yang dapat diukur atau
pengukuran” Dengan demikian, kalau melakukan sesuatu penilaian, maka harus
ada objek yang dinilai. Penilaian yang baik adalah oenilaian yang bersifat
objektif, yaitu apa adanya. Guru yang berkualitas adalah ” guru yang memiliki
syarat-syarat kepribadian dan syarat-syarat kemampuan keguruan”59
penjgajaran
Ada tiga komponen penting dalam proses pembelajaran yang digunakan untuk
59
Husen Dendasuro. 1987. Pembinaan Evaluasi Pengajaran. Jakarta : Lembaga Penelitian IKIP
Jakarta , hal. 11.
60
Ibid., hal. 15 – 16.
46
mencakup dalam hal yang meliputi ”persiapan mengajar guru, pelaksanaan mengajar,
berikut :
1.Persiapan mengajar
seorang guru harus membuat persiapan mengajar lebih dahulu agar proses
pembelajaran berjalan dengan lancar dan tercapai suatu tujuan yang telah
ditentukan secara maksimal. Adapun hal-hal yang harus dimiliki guru dalam
2. Pelaksanaan Mengajar
47
b. Faktor materi pelajaran yang akan dicapai
bahwa pendidiknya (guru orang tua) dan anak didiknya (siswa, anak) tercapai
kedua belah pihak saling mengidentifikasi suatu titik temu adanya saling
yang mungkin diadakan suatu dialog komunikasi terjadi jika dalam proses
identifikasi kedua belah pihak saling mendekati dan mencapai suatu moment
moment dalam proses pendidikan yang sangat penting dan menjadi suatu
diperhatikan bagi para guru agar dapat memberikan respon kepada siswa
48
a. Memotivasi siswa dari materi yang disajikan
peserta didik secara kreatif dan aktif selama proses belajar berlangsung.
62
Wardani, I. G. K. 1998. Pemantaoan Kemampuan Mengajar. Jakarta : Universitas Terbuka, hal. 27.
63
Ibid., hal. 30.
49
Variasi dalam proses belajar mengajar dapat dikelompokkan
pelajaran
c. Keterampilan menjelaskan
2. Menimbulkan motivasi
2. Mengadakan evaluasi
rumah
64
Ibid., hal. 32.
50
Keterampilan mengelola kelas adalah ”keterampilan
1. Bersosialisasi
3. penggunaan humor
f. Keterampilan bertanya
65
Kosasi R. 1992. Keterampilan Mengelola Kelas. Jakarta : Departemen P dan K, hal. 17.
66
Bola Abimanyu. Keterampilan Bertanya dan Lanjutan. Jakarta : P2LPTK, hal. 19.
51
1. Membuka pelajaran terhdiri dari perhatian
pelajaran.
dalam kelas.
Prestasi belajar siswa sangat penting bagi siswa, guru maupun sekolah. Oleh karena
itu, penentuan prestasi belajar atas siswa dapat dilihat menurut segi kepentingan dari
masing-masing elemen yang ada di sekolah. Bagis siwa, prestasi belajar dapat
dijadikan tolak ukur atas kemampuan dan keberhasilannya dalam menyerap segala
pengetahuan dan keterampilan yang telah dilakukannya. Prestasi belajar ini erupakan
suatu indikator dan dapat dijadikan acuan tentang seberapa jauh pengetahuan dan
penginkatannya.
atas penguasaannya terhadap bahan pelajaran yang telah diberikan guru kepada siswa.
52
Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Nasrun Harahap dkk, yang
murid yang berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada
kemajuan siswa dalam belajar. Prestasi menunjukkan hasil dari pelaksanaan kegiatan
yang diikuti siswa di sekolah. Kegiatan belajar yang diikuti siswa dapat diukur
melalui penguasaan materi yang diajarakan guru serta nilai-nilai yang terdapat dalam
kurikulum.
lakunya berkembang. Semua aktivitas dan prestasi hidup menusia tidak lain adalah
hasil belajar.
Dari pemahaman tentang pengertian prestasi dan belajar di atas, maka dapatlah
ditarik kesimpulan bahwa prestasi belajar siswa merupakan hasil yang dicapai dari
aktivitas atau kegiatan belajar siswa. Lebih lanjut Syaiful Bahri mengemukakan
pendapatnya tentang prestasi belajar sebagai berikut : ”Prestasi belajar adalah hasil
67
Syaiful Bahri Djamarah. 1994. Prestasi Belajara dan Kompetensi Guru. Surabaya: Ushana Nasional,
hal. 22.
68
Thursan Hakim. 2001. Belajar Secara Efektif. Jakarta : Puspa Swarsa, hal. 1.
53
yang diperoleh berupa kesan – kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri
perubahan dalam diri individu dari kegiatan belajar yang dilakukannya. Perubahan
yang dicapai dapat berbentuk kecakapan, tingkah laku, ataupun kemampuan yang
merupakan akibat dari proses belajar yang dapat bertahan dalam kurun waktu tertentu.
keguatan yang diikutinya tersebut. Prestasi belajar yang tinggi merupakan tujuan dan
prestasi belajar siswa. Siswa yang fasilitas belajaranya lengkap, prestasi belajaranya
menjadi lebih baik. Penemuan ini mendukung beberapa pendapat dari Suryabraka
yang dikutip oleh Sudarwan Danim mengatakan bahwa : ” Sarana dan fasilitas
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar”70.
lebih tinggi daripada siswa yang aktivitas belajaranya rendah. Oleh sebab itu aktivitas
belajar aktif dan dukungan fasilitas yan lengkap akan mberpengaruh positif dan
Berhasil atau tidaknya proses belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor yang
69
Syaiful Bahri Djamarah, Op. Cit., hal. 23.
70
Sudarwan Danim, Op. Cit., hal, 73.
54
dapat dibagi dalam klariikasi faktor interen (faktor yang berada dalam didir siswa)
siswa seperti yang telah disebutka di atas. W.S. Winkef menjelaskan kedua faktor
cara belajar.
kondisi psikis.
penting dalam menunjang prestasi belajar siswa. Dalam hal ini guru harus
materi pelajaran pada siswa. Oleh karena itu guru berperan besar terhadap
71
W.S. Winkel. 1987. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Pengajaran. Jakarta : Gramedia, hal. 43.
55
Menurut L B. Kinnning, studi tentang pembinaan anak didik agar dapat
didik
kesempatan bekerjasama.
Upaya yang dapat dilaksanakan oleh sekolah atau guru ntuk meningkatkan
56
Dengan upaya-upaya tersebut diharapkan akan adapat meningkatkan
perestasi belajar yang optimal. Akan tetapi upaya ataupun yan dilakukan oleh
beberapa pihak secara maksimal, tidak akan membuat hasil jika daris siswa itu
sendiri tidak ada kesadaran bahwa belajar adalah merupakan kebutuhan dan
juga tanggung jawab. Oleh karena itu kesadaran harus dimunculkan dengan
Pertama, evaluasi adalah suatu proses yang terus menerus, bukan hanya
keputusan.
mendatang.
74
Oemar Hamalik. 2002. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta : Bumi
Aksara, hal. 210.
57
Keberhasilan kemajuan belajar peserta didik memerlukan data otentik yang
proses pendidikan.
Salah satu yang berpengaruh adalah penilaian yang dilakukan oleh guru atau
pengukuran.
tindakan atau proses untuk menentukan luas atau kuantitas daripada sesuatu.
menurut Wond and Brown adalah : “Evaluation refer to the act or process
76
to determining the value of something”. Jadi yang dimaksud dengan
evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menetukan nilai
daripada sesuatu.
kualitas.
75
Ibid., hal. 164.
76
Ibid., hal. 164.
58
“Alat penilaian ada dua, yaitu test dan non test. Bila dilihat dari jumlah siswa
dapat dibedakan menjadi sua jenis, yaitu test individual dan tes kelompok.
Bila ditinjau dari hasil penyusunan tes dapat dibedakan menjadi tes buatan
Bentuk tes yang sering dipakai dalam proses belajar mengajar pada
tertulis, 3) tes perbuatan / tindakan.78 Bentuk tes tertulis ecara umum dapat
– panjang.
hasil tes dapat dinilai secara objektiv, dinilai oleh siapapun akan
1. The False, yaitu bentuk tes yang item-item nya berupa statment-
statmen, ada statment yang benar dan ada statment yang salah.
Anak didik disuruh memilih mana statment yang benar dan mana
yang salah.
2. Multiple Choice, yaitu bentuk soal yang terdidri dari statmen yang
59
uraian dan anak didik disuruh menjodohkan uraian disebelah kiri
dengan tujuan.
yang diinginkan.81
60
Pertama : untuk mengetahui sampai dimana penguasaan peserta didik
[ada umumnya atas bahan atau materi pelajaran yang disajikan dalam
itu.
Skor real
Skor Ideal
83
Ibid., hal. 190.
61
II.B. Kerangka Konseptual
Dalam kegiatan belajar siwa selalu meninginkan hasil yang maksimal atau
mendapatkan haisl belajar yang tinggi. Hasil beajar yang tinggi didapat melalui
proses, bukan hanya bisa mengetahui saja tetapi siswa harus bisa menganalisa sampai
mensisntesa suatu pelajaran. Dan untuk mencapaianya banyak faktor – faktor yang
mempengaruhi seperti faktor yang datang dari diri siswa dan dari luar siswa tersebut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar yang berasal dari diri seperti IQ,
kesehatan, fisik snagat besar pengaruhnya ditabah lagi faktor-faktor yang datang dari
luar siswa seperti lingkungan sekolah, guru, lingkungan teman bergaul, ataupun
lingkungan keluarga tidak kalah pentingnya dalam menunjang prestasi belajar siswa.
Lebih khusus di sekolah atau di dalam kelas guru memegang oeranan penting
dalam mendidik dan mengajar agar tujuan dan terget dari kurikulum dapat tercapai
dengan baik. Guru harus memperhatikan siswa demi siswa dalam perkembangan
belajarnya. Dan peran guru dapat dlihat dalam memperhatikan, membimbing siswa
yang merasa kurang atau memberikan perhatian bagis siswa yang beprestasi baik. Hal
ini semua bertujuan agara siswa merasa diperhatikan tanpa adanya pembedaan antara
Oleh karena itu seorang guru harus dapat menguasai kelas agar tidak ada salah
persepsi siswa kepad aguru yang bertugas hanya mengajar saja tanpa memperhatikan
proses iswa dalam belajar. Perhatian guru yang tinggi dengan memberikan dorongan
berbentuk non materi ataupun materi seperti pujian, hukuman, hadia, merupakan
suatu dinamika dalam mendidik dan emngajar sehingga siswa menajdi terpacu untuk
Begitu besarnya pengaruh guru dalam mencapai prestasi belajar yang tinggi
karena guru merupakan sososk manusia yang harus menjadi idola siswa nya. Ini
62
berarti setiap bentuk yang diberikan guru akan selalu dikerjakan karena siswa sudah
merasa terikat psikologis dengan gurunya. Tugas dan tanggungjawab guru berkaitan
erat sekali dengan kemampuan yang disyaratkan untuk memangku jabatan sebagai
Dari kondisi di atas maka kompetensi guru akan dapat mempengaruhi perstasi
belajar siswa. Berikut merupakan bagan dalam pengaruh kompetensi guru terhadap
Tinggi Tinggi
Rendah Rendah
II.C. Hipotesis
63
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Jadwal Penelitian
sebanyak 300 siswa. Sampel penelitian ini ditentukan sejumlah 30 orang yang
64
Nawawi pengantar metodologi penelitian(1983:152)
C. Metode Penelitian
diamati.
kompetensi guru dengan prestasi belajar siswa SMK Gutama, Jakarta Timur.
E. Instrumen Penelitian
65
1. Teknik pemilihan instrumen
pernyataan yang dibuat terdiri dari satu bagian. Yaitu untuk menjaring data
tentang kompetensi guru. Sedang untuk menjaring data prestasi belajar murid
semester I.
dengan memberi tanda chek (✔) pada tempat yang telah disediakan.
- Selalu ( S1)
- Sering ( Sr)
- Pernah ( P)
- Selalu :5
- Sering :4
- Kadang-kadang :3
- Pernah :2
- Tidak pernah :1
66
Untuk memperoleh data tentang kompetensi guru, digunakan angket
product moment dari Karl Pearson, maka terlebih dahulu diuji validasi dan
reliabilitasnya.
1. Uji Validitas
84
Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan ( Jakarta : Rineka Cipta, 1990), hal. 191.
67
n.∑ xy – (∑ x) (∑y)
rxy = -----------------------------------
Keterangan :
rxy = Koefisien korelasi antara kualitas guru dengan pretasi
belajar siswa
n = Jumlah sampel penelitian
∑x = Jumlah skor item variabel X
∑y = Jumlah skor variabel Y
∑xy = Hasil kali antara variabel x dan variabel y
2. Uji Reliabilitas
SPEARMAN BROWN
2.rb
R11 = ---------- 85
1 + rb
Keterangan :
R11 = Nilai koefisien reliabilitas
rb = Nilai koefisien r ganjil genap
n.∑ xy – (∑ x) (∑y)
rxy = -----------------------------------
85
Ibid., hal. 202.
68
√(n . ∑ x2 – (∑x)2 ( n. ∑y2-(∑y)2
Setelah diketahui nilai rhitung maka dikonsultasikan dengan rtabel product moment
b. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji t yaitu untuk mencari nilai hitung t
menggunakan rumus :
r√-2
---------
√1-r2
n = Jumlah responden
r = Nilai koefisien korelasi variabel x dan y
Dengan kriteria pengujian sebagai berikut :
Jika thitung > ttabel, Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada pengaruh yang
Jika thitung > ttabel, Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti tidak ada pengaruh yang
c. Koefisien Determinasi
KD = rxy2 x 100 %
KD = Koefisien Determinasi
69
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Jadwal Penelitian
sebanyak 300 siswa. Sampel penelitian ini ditentukan sejumlah 30 orang yang
70
Nawawi pengantar metodologi penelitian(1983:152)
J. Metode Penelitian
diamati.
kompetensi guru dengan prestasi belajar siswa SMK Gutama, Jakarta Timur.
L. Instrumen Penelitian
71
Angket ditujukan kepada siswa SMK Gutama, Jakarta Timur. Daftar
pernyataan yang dibuat terdiri dari satu bagian. Yaitu untuk menjaring data
tentang kompetensi guru. Sedang untuk menjaring data prestasi belajar murid
semester I.
dengan memberi tanda chek (✔) pada tempat yang telah disediakan.
- Selalu ( S1)
- Sering ( Sr)
- Pernah ( P)
- Selalu :5
- Sering :4
- Kadang-kadang :3
- Pernah :2
- Tidak pernah :1
72
Untuk memperoleh data tentang kompetensi guru, digunakan angket
product moment dari Karl Pearson, maka terlebih dahulu diuji validasi dan
reliabilitasnya.
1. Uji Validitas
86
Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan ( Jakarta : Rineka Cipta, 1990), hal. 191.
73
n.∑ xy – (∑ x) (∑y)
rxy = -----------------------------------
Keterangan :
rxy = Koefisien korelasi antara kualitas guru dengan pretasi
belajar siswa
n = Jumlah sampel penelitian
∑x = Jumlah skor item variabel X
∑y = Jumlah skor variabel Y
∑xy = Hasil kali antara variabel x dan variabel y
2. Uji Reliabilitas
SPEARMAN BROWN
2.rb
R11 = ---------- 87
1 + rb
Keterangan :
R11 = Nilai koefisien reliabilitas
rb = Nilai koefisien r ganjil genap
n.∑ xy – (∑ x) (∑y)
rxy = -----------------------------------
87
Ibid., hal. 202.
74
√(n . ∑ x2 – (∑x)2 ( n. ∑y2-(∑y)2
Setelah diketahui nilai rhitung maka dikonsultasikan dengan rtabel product moment
e. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji t yaitu untuk mencari nilai hitung t
menggunakan rumus :
r√-2
---------
√1-r2
n = Jumlah responden
r = Nilai koefisien korelasi variabel x dan y
Dengan kriteria pengujian sebagai berikut :
Jika thitung > ttabel, Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada pengaruh yang
Jika thitung > ttabel, Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti tidak ada pengaruh yang
f. Koefisien Determinasi
KD = rxy2 x 100 %
KD = Koefisien Determinasi
75
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Jadwal Penelitian
sebanyak 300 siswa. Sampel penelitian ini ditentukan sejumlah 30 orang yang
76
Nawawi pengantar metodologi penelitian(1983:152)
Q. Metode Penelitian
diamati.
kompetensi guru dengan prestasi belajar siswa SMK Gutama, Jakarta Timur.
S. Instrumen Penelitian
77
Angket ditujukan kepada siswa SMK Gutama, Jakarta Timur. Daftar
pernyataan yang dibuat terdiri dari satu bagian. Yaitu untuk menjaring data
tentang kompetensi guru. Sedang untuk menjaring data prestasi belajar murid
semester I.
dengan memberi tanda chek (✔) pada tempat yang telah disediakan.
- Selalu ( S1)
- Sering ( Sr)
- Pernah ( P)
- Selalu :5
- Sering :4
- Kadang-kadang :3
- Pernah :2
- Tidak pernah :1
78
Untuk memperoleh data tentang kompetensi guru, digunakan angket
product moment dari Karl Pearson, maka terlebih dahulu diuji validasi dan
reliabilitasnya.
1. Uji Validitas
88
Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan ( Jakarta : Rineka Cipta, 1990), hal. 191.
79
n.∑ xy – (∑ x) (∑y)
rxy = -----------------------------------
Keterangan :
rxy = Koefisien korelasi antara kualitas guru dengan pretasi
belajar siswa
n = Jumlah sampel penelitian
∑x = Jumlah skor item variabel X
∑y = Jumlah skor variabel Y
∑xy = Hasil kali antara variabel x dan variabel y
2. Uji Reliabilitas
SPEARMAN BROWN
2.rb
R11 = ---------- 89
1 + rb
Keterangan :
R11 = Nilai koefisien reliabilitas
rb = Nilai koefisien r ganjil genap
n.∑ xy – (∑ x) (∑y)
rxy = -----------------------------------
89
Ibid., hal. 202.
80
√(n . ∑ x2 – (∑x)2 ( n. ∑y2-(∑y)2
Setelah diketahui nilai rhitung maka dikonsultasikan dengan rtabel product moment
h. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji t yaitu untuk mencari nilai hitung t
menggunakan rumus :
r√-2
---------
√1-r2
n = Jumlah responden
r = Nilai koefisien korelasi variabel x dan y
Dengan kriteria pengujian sebagai berikut :
Jika thitung > ttabel, Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada pengaruh yang
Jika thitung > ttabel, Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti tidak ada pengaruh yang
i. Koefisien Determinasi
KD = rxy2 x 100 %
KD = Koefisien Determinasi
81
BAB IV
A. Deskripsi Data
Pada bab ini akan di paparkan bagian pokok mengenai deskripsi analisis data dan
interprestasi hasil penelitian. Data penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel
bebas (x) dan variabel terikat (y). variabel bebas adalah pengaruh kompetensi
mengajar guru, sedangkan variabel terikat adalah prestasi belajar siswa. Jumlah
subjek penelitian yang datanya telah memenuhi sarat untuk di analisa adalah 30 orang,
Setelah penulis menghitung jumlah skor yang di dasarkan dari jawaban guru pada
angket, maka penulis akan menyajikan hasil tersebut pada tabel I untuk hasil variabel
1. Uji validasi
82
4. Kolom butir soal yang sama dari seluruh responden yang telah mengisi
angket mewakili nilai skoor variabel X. Sedangkan nilai skor total untuk
perolehan nilai jaringan dan nilai jaringan maka butir soal dinyatakan
valid.
TABEL 1
83
X Y
1 3 5 4 4 3 3 4 3 3 2 4 2 3 3 3 4 4 4 3 3 3 2 2 3 3 3 3 2 3 1 92
2 2 3 1 3 1 1 1 3 2 2 3 3 1 5 3 3 3 3 3 2 2 1 1 2 2 2 3 3 4 3 73
3 1 3 3 4 1 3 2 3 3 3 4 2 3 2 4 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 1 3 3 2 3 82
4 3 5 4 5 4 5 4 5 4 4 5 4 4 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 4 5 5 4 5 4 5 135
5 3 5 4 5 5 5 4 5 4 4 5 4 4 4 4 4 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 4 5 3 4 132
6 3 2 2 3 4 1 3 3 3 3 3 3 1 1 3 5 5 3 3 2 5 2 2 3 2 3 2 3 4 3 83
7 5 5 5 3 5 5 3 5 4 3 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 3 5 4 5 3 4 135
8 4 4 2 4 2 3 2 3 3 2 3 2 2 2 4 4 2 4 3 3 3 2 2 5 3 3 2 4 3 3 88
9 3 4 5 5 1 4 5 5 3 2 5 3 3 3 4 5 4 4 5 4 5 4 4 4 5 4 5 4 4 4 121
10 3 3 3 4 3 4 4 3 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 3 3 4 3 3 4 3 4 4 115
11 3 2 2 2 2 5 2 5 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 5 3 3 4 2 1 3 4 3 4 88
12 5 5 5 5 4 5 4 4 4 3 4 4 3 4 3 5 5 5 4 5 4 3 3 4 4 2 3 3 5 5 123
13 3 2 2 2 2 5 2 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 5 3 3 3 2 2 3 3 3 4 85
14 3 2 2 2 2 5 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 2 3 5 3 3 4 3 3 2 4 3 5 91
15 3 3 2 2 2 5 3 3 4 2 5 3 3 2 3 4 3 3 3 4 5 4 4 4 2 5 2 3 2 5 99
16 5 3 4 5 4 3 5 3 4 3 4 4 3 5 4 4 4 3 3 4 4 5 5 5 4 4 4 4 5 4 119
17 3 3 4 5 4 3 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 3 3 3 4 4 3 3 1 2 3 4 3 101
18 5 5 5 5 4 5 5 4 3 4 5 3 5 4 5 5 5 5 4 5 5 4 4 4 4 4 5 5 5 4 16
19 1 5 4 3 1 5 3 2 4 1 4 1 4 3 3 3 5 4 2 3 4 1 1 2 3 2 4 3 1 3 86
20 1 5 3 3 1 5 3 2 4 3 5 3 4 5 4 4 4 4 3 4 5 4 4 4 5 5 4 5 5 5 115
J 62 74 66 74 55 80 65 69 68 58 81 62 65 70 73 80 77 77 68 70 85 65 65 75 66 63 66 74 70 76 2099
84
TABEL 2
Perhitungan Validasi Butir Instrumen Variabel X
Butir 1 Butir 2
No X Y X2 Y2 XY No X Y X2 Y2 XY
1 3 92 9 8464 276 1 5 92 25 8464 460
2 2 73 4 5329 146 2 3 73 9 5329 219
3 1 82 1 6724 82 3 3 82 9 6724 246
4 3 135 9 18225 405 4 5 135 25 18225 675
5 3 132 9 17424 396 5 5 132 25 17424 660
6 3 83 9 6889 249 6 2 83 4 6889 166
7 5 135 25 18225 675 7 5 135 25 18225 675
8 4 88 16 7744 352 8 4 88 16 7744 352
9 3 121 9 14641 363 9 4 121 16 14641 484
10 3 115 9 13225 345 10 3 115 9 13225 345
11 3 88 9 7744 264 11 2 88 4 7744 176
12 5 123 25 15129 615 12 5 123 25 15129 615
13 3 85 9 7225 255 13 2 85 4 7225 170
14 3 91 9 8281 273 14 2 91 4 8281 182
15 3 99 9 9801 297 15 3 99 9 9801 297
16 5 119 25 14161 595 16 3 119 9 14161 357
17 3 101 9 10201 303 17 3 101 9 10201 303
18 5 136 25 18496 680 18 5 136 25 18496 680
19 1 86 1 7396 86 19 5 86 25 7396 430
20 1 115 1 13225 115 20 5 115 25 13225 575
62 2099 222 228549 6772 74 2099 302 228549 8067
R xy =
n. Σxy - ( Σx )( Σy )
(n.Σx 2
− ( Σx )
2
) (n.Σy 2
− ( Σy )
2
)
135440 − 130138
rxy =
(596 ) . (165199 )
5302 5302
= = 0,5344 = = 0,5344
98446684 9922
161340 − 155326
=
(564 ) . (165179 )
6014
=
93160956
6014
= = 0, 623
9651
instrumen variabel kompetensi mengajar guru adalah valid, karena nilai rhitung >
85
TABEL 3
Tabulasi validitas Butir Instrumen Variabel X
Uji reabilitas data menggunakan uji teknik belah dua Spearman Brown,
1. Butir soal yang dinyatakan valid kemudian di belah menjadi dua bagian
86
2. Jawaban tiap kelompok dibobot sehingga menghasilkan score total tiap
item soal. Score yang diperoleh adalah score kelompok ganjil dan score
kelompok genap.
3. Score total kelompok ganjil mewakili nilai score X dan score total
4. Buat tabel penolong sehingga terdapat kolom skor niali X, Y, Xy, X2, dan
Y2.
Hasilnya nilai koefisien itu dibuat dengan istilah r ganjil genap = rxy = rb
7. Nilai koefisien r ganjil genap = rxy = rb. Itu baru merupakan nilai
butir soal.
2.r b
R 11 =
1 + rb
(koefisien Spearman Brown atau r11) lebih besar dari rtabel maka soal
realibel. Sebaliknya jika koefisien rhitung lebih kecil dari rtabel maka soal
kesalahan.
87
TABEL 4
1 3 4 3 4 3 4 3 3 4 3 3 2 2 3 3 3 48
2 2 1 1 1 2 3 1 3 3 3 2 1 1 2 3 4 32
3 1 3 1 2 3 4 3 4 3 3 3 2 2 3 3 2 40
4 3 4 4 4 4 5 4 5 4 5 5 5 5 5 4 4 65
5 3 4 5 4 4 5 4 4 5 4 5 5 5 5 4 3 64
6 3 2 4 3 3 3 1 3 5 3 5 2 2 2 2 4 42
7 5 5 5 3 4 5 5 5 5 5 5 5 5 3 4 3 67
8 4 2 2 2 3 3 2 4 2 3 3 2 2 3 2 3 40
9 3 5 1 5 3 5 3 4 4 5 5 4 4 5 5 4 61
10 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 55
11 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 5 3 3 2 3 3 43
12 5 5 4 4 4 4 3 3 5 4 4 3 3 4 3 5 60
13 3 2 2 2 2 3 3 2 3 3 5 3 3 2 3 3 41
14 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2 5 3 3 3 2 3 43
15 3 2 2 3 4 5 3 3 3 3 5 4 4 2 2 2 46
16 5 4 4 5 4 4 3 4 4 3 4 5 5 4 4 5 62
17 3 4 4 3 4 4 4 4 3 3 3 4 4 3 2 4 52
18 5 5 4 5 3 5 5 5 5 4 5 4 4 4 5 5 69
19 1 4 1 3 4 4 4 3 5 2 4 1 1 3 4 1 44
20 1 3 1 3 4 5 4 4 4 3 5 4 4 5 4 5 55
J 62 66 55 65 68 81 65 73 77 68 85 65 65 66 66 70 1029
88
TABEL 5
No
Nomor Item Skor
1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 Total
Subyek
2 4 6 8 9 0 2 4 6 8 0 2 4 6 8 30
1 5 4 3 3 3 2 2 3 4 4 3 2 3 3 2 1 44
2 3 3 1 3 2 2 3 5 3 3 2 1 2 2 3 3 41
3 3 4 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 3 1 3 3 42
4 5 5 5 5 4 4 4 5 5 4 5 5 4 5 5 5 70
5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 5 4 5 5 5 5 4 68
6 2 3 1 3 3 3 3 1 5 3 2 2 3 3 3 3 41
7 5 3 5 5 4 3 4 5 5 5 4 5 5 5 5 4 68
8 4 4 3 3 3 2 2 2 4 4 3 2 5 3 4 3 48
9 4 5 4 5 3 2 3 3 5 4 4 4 4 4 4 4 60
10 3 4 4 3 4 5 5 4 4 4 5 3 4 3 3 4 60
11 2 2 5 5 3 2 3 3 3 3 2 3 4 1 4 4 45
12 5 5 5 4 4 3 4 4 5 5 5 3 4 2 3 5 63
13 2 2 5 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 4 44
14 2 2 5 2 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 4 5 48
15 3 2 5 3 4 2 3 2 4 3 4 4 4 5 3 5 53
16 3 5 3 3 4 3 4 5 4 3 4 5 5 4 4 4 57
17 3 5 3 3 4 4 3 4 4 4 3 4 3 1 3 3 49
18 5 5 5 4 3 4 3 4 5 5 5 4 4 4 5 4 67
19 5 3 5 2 4 1 1 3 3 4 3 1 2 2 3 3 42
20 5 3 5 2 4 3 3 5 4 4 4 4 4 5 5 5 60
7 7 8 6 6 5 6 7 8 7 7 6 7 6 7
J 4 4 0 9 8 8 2 0 0 7 0 5 5 3 4 76 1070
89
TABEL 6
No X Y X2 Y2 XY
1 48 44 2304 1936 2112
2 32 41 1024 1681 1312
3 40 42 1600 1764 1680
4 65 70 4225 4900 4550
5 64 68 4096 4324 4352
6 42 41 1764 1681 1722
7 67 68 4489 4624 4556
8 40 48 1600 2304 1920
9 61 60 3721 3600 3660
10 55 6 3025 3600 3300
11 43 45 1849 2025 1935
12 60 63 3600 3969 3780
13 41 44 1680 1936 1804
14 43 48 1849 2304 2064
15 46 53 2116 2809 2438
16 62 57 3844 3249 3534
17 52 49 2704 2401 2548
18 69 67 4761 4489 4623
19 44 42 1936 1764 1848
20 55 60 3025 3600 3300
J 1029 1070 55213 59260 57038
R xy =
n. Σxy - ( Σx )( Σy )
(n.Σx 2
− ( Σx )
2
) (n.Σy 2
− ( Σy )
2
)
20 (57068 ) - (1091 )(1070 )
=
(20(55213) − (1091 )
2
) (20 (59260 − (1070 )
2
)
1140760 - 1101030
=
(1104260 − 1058841 )(1185200 −1144900 )
2.r b
R 11 =
1 + rb
90
2. 0,92 1,84
= = = 0,958
1 + 0,92 1,92
Dari hasil perhitungan diperoleh nilah rhitung sebesar 0,958 sedangkan rtabel
sebesar 0,377. rhitung > rtabel, maka isntrumen variable kompetensi mengajar guru
TABEL 7
91
Tabulasi Data Hasil Angket Tentang Pengaruh Kompetensi mengajar Guru
di SMK Gutama Jakarta Timur
TOTAL
SKOR JAWABAN SISWA SKOR
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 4 3 5 4 4 5 3 4 5 5 2 3 3 5 5 4 4 5 4 4 81
2 2 4 4 5 5 3 2 4 4 5 5 5 4 4 2 5 5 3 5 5 81
3 5 2 4 3 3 5 2 2 5 4 4 3 3 2 4 2 3 2 2 2 62
4 4 5 2 4 3 3 2 4 2 3 5 3 5 3 3 4 2 2 4 3 65
5 3 2 4 3 3 4 4 5 3 3 3 5 5 5 3 4 4 5 4 3 75
6 4 4 2 4 2 5 3 3 5 4 4 2 4 5 5 3 5 2 5 5 76
7 5 3 5 4 4 5 5 3 4 2 2 4 3 3 5 2 2 4 2 3 68
8 3 2 3 4 5 3 2 5 5 4 4 4 3 5 5 3 4 5 3 4 76
9 4 4 3 2 2 4 4 5 3 3 2 5 5 5 3 5 4 4 5 3 75
10 3 3 5 3 5 5 2 4 5 3 4 4 5 3 4 5 3 4 4 4 78
11 4 5 5 3 3 2 4 4 5 4 4 3 3 2 5 4 4 3 4 4 74
12 4 4 4 3 5 2 4 3 4 2 2 4 4 2 3 2 4 4 2 3 78
13 4 2 3 3 3 4 3 5 4 4 3 4 5 2 5 5 3 5 3 3 60
14 4 5 3 4 4 4 4 4 5 3 5 5 3 4 5 3 3 3 5 3 78
15 4 5 4 3 4 4 3 5 5 3 4 5 3 4 5 4 2 3 4 4 79
16 5 4 5 4 4 5 5 3 3 2 5 5 4 3 5 4 4 5 4 3 80
17 3 2 5 4 4 5 3 4 5 4 3 3 3 5 5 4 5 4 4 4 80
18 4 4 4 3 2 5 4 4 5 3 4 5 4 3 3 3 5 5 4 5 79
19 4 4 4 4 5 2 4 5 4 4 3 5 4 3 5 3 3 5 5 4 79
20 3 5 5 3 3 5 3 5 4 3 4 5 4 4 5 2 4 3 4 4 78
21 3 4 5 4 4 5 5 3 2 2 5 5 4 3 5 4 4 5 3 4 80
22 5 4 4 4 5 4 4 5 5 3 2 2 5 5 4 3 5 4 5 4 82
23 4 3 3 4 4 4 5 4 5 2 3 2 4 5 5 5 3 5 4 4 78
24 4 4 4 5 4 4 5 5 4 2 3 2 4 5 5 5 3 5 4 4 81
25 5 4 4 4 4 4 5 4 5 3 2 2 5 4 5 3 5 4 4 5 81
26 5 3 4 3 3 4 4 5 5 3 2 5 2 5 4 3 4 5 5 4 78
27 5 4 4 5 4 5 4 4 4 5 4 5 3 2 2 5 3 4 5 4 81
28 5 5 4 5 5 4 3 5 4 4 5 5 2 3 4 3 4 3 5 4 81
29 4 5 5 5 4 5 4 4 3 5 4 5 3 4 3 2 5 4 4 4 81
30 3 4 5 4 5 4 5 3 4 5 4 4 4 2 3 4 5 3 5 4 81
92
TABEL 8
RESPONDEN X
1 81
2 81
3 62
4 65
5 75
6 76
7 68
8 76
9 75
10 78
11 74
12 78
13 60
14 78
15 79
16 80
17 80
18 79
19 79
20 78
21 80
22 82
23 78
24 81
25 81
26 78
27 81
28 81
29 81
30 81
93
TABEL 9
Data Hasil Penelitian tentang Kompetensi Mengajar Guru
Di SMK GUTAMA Jakarta Timur
(Variabel Y)
RESPONDEN X
1 7,6
2 7,6
3 5,7
4 6,6
5 7,0
6 7,1
7 6,3
8 7,1
9 7,1
10 7,3
11 6,9
12 7,3
13 5,5
14 7,3
15 7,4
16 7,5
17 7,5
18 7,4
19 7,4
20 7,3
21 7,5
22 7,7
23 7,3
24 7,6
25 7,6
26 7,3
27 7,6
28 7,6
29 7,6
30 7,6
Sumber : Nilai Raport Siswa Mid Semester Ganjil
Th. Pelajaran 2007 – 2008
Mengetahui
Kepala Sekolah
SMK Gutama Jakarta Timur
94
TABEL 10
Perhitungan Korelasi Product Moment
No Responden X Y X2 Y2 XY
1 1 97 6,50 9409 42,25 630,5
2 2 105 7,10 11025 50,41 745,5
3 3 103 7,00 10609 49 721
4 4 103 6,80 10609 46,24 700,4
5 5 95 6,50 9025 42,25 617,5
6 6 109 7,10 11881 50,41 773,9
7 7 105 6,90 11025 47,61 724,5
8 8 103 6,80 10609 46,24 700,4
9 9 111 7,50 12321 56,25 832,5
10 10 109 7,30 11881 53,29 795,7
11 11 105 7,40 11025 54,76 111
12 12 101 6,50 10201 42,25 656,5
13 13 100 6,40 10000 40,96 640
14 14 98 6,20 9604 38,44 607,6
15 15 106 7,10 11236 50,41 752,6
16 16 105 7,30 11025 53,29 766,5
17 17 104 6,00 10816 36 624
18 18 105 6,70 11025 44,89 703,5
19 19 102 6,60 10404 43,56 673,2
20 20 112 7,40 12544 54,73 828,8
21 21 104 6,90 10816 47,61 717,6
22 22 115 7,70 13224 59,29 885,5
23 23 110 7,20 12100 51,84 792
24 24 102 6,60 10404 43,56 673,2
25 25 102 6,50 10404 42,25 663
26 26 104 6,80 10816 46,24 707,2
27 27 95 6,10 9025 37,21 579,5
28 28 101 6,30 10201 39,69 636,3
29 29 102 6,50 10404 42,25 663
30 30 99 6,60 9801 43,56 653,4
∑ 1396,7
3112 204,3 323469 7 21242,3
Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian
95
R xy =
n. Σxy - ( Σx )( Σy )
(n.Σx 2
− ( Σx )
2
) (n.Σy 2
− ( Σy )
2
)
30 .16849 ,5 - (2306 )( 218 ,5)
=
(30 ×178210 − (2306 ) 2 )(30 ×1595 ,05 − (218 ,5) 2 )
505485 - 503861
=
( 5346300 − 5317636 )( 47851 ,5 − 47742 ,25 )
1624
=
( 28664 ) (109 ,5)
1624
=
313 .1542
1624
=
1769 ,6163
= 0,918
menunjukkan r hitung = 0, 918 lebih besar dan r tabel = 0, 361, ini berarti
antara variabel kompetensi mengajar guru dengan prestasi belajar siswa pada
r n −2
thitung =
1 −r 2
0,918 30 −2
=
1 −0,918 2
96
0.918 28
= 1 −0.843
0.918 (5.29 )
=
0.157
485622
= 0,396232
= 12,26
kemudian dengan derajat kebebasan dan taraf nyata diperoleh 0,05, peroleh
ttabel sebesar 1, 710 dengan demikian thitung > dari ttabel = 12,26 >1.70. Ini berrati
3. Koefisien Determinasi
KD = r2 x 100 %
= (0,918)2 x 100 %
= 0,84 x 100 %
= 84 %
menunjukkan r hitung = 0, 918 lebih besar dari r tabel, yaitu 0, 361 atau 0,918 > 0,
361 serta hasil pengujian korelasi lemah dengan menggunakan uji t diperoleh t
97
Dengan demikian hipotesis yang menyatakan terdapat pengaruh yang
Timur 64% dipengaruhi oleh kompetensi guru. Sedangkan yang 100% - 64% =
BAB V
98
A. Kesimpulan
guru dengan prestasi belajar siswa di SMK Gutama Jakarta Timur. Hal ini
2. Dari hasil pengujian hipotesis ternyata thitung lebih besar bila dibandingkan
dengan ttabel. Dimana thitung = 12, 26 sedangkan ttabel = 1,701, dengan demikian
maka hipotesis nol penelitian ini ditolak dan hipotesis alternatifnya diterima.
Atau dengan kata lain, ada pengaruh yang significant dari kompetensi
mengajar guru terhadap prestasi belajar siswa di SMK Gutama Jakarta Timur.
B. Saran-Saran
berikut :
99
luas kepada para guru untuk mengikuti berbagai pelatihan dan pendidikan
dengan maksimal.
untuk lebih giat dalam belajar, karena dengan belajar yang giat, maka siswa
100