Professional Documents
Culture Documents
TRANSFORMATIF 2009
DESA LEBANISUKO KEC. WRINGINANOM KAB.GRESIK
15 JULI – 14 AGUSTUS TAHUN 2009
Oleh :
Peserta KKN Desa Lebanisuko
FAKULTAS USHULUDDIN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI
SUNAN AMPEL
SURABAYA
2009
BAB I
PENDAHULUAN
A. PENGERTIAN KKN
Kuliah Kerja Nyata (KKN) sebagai salah satu wahana bagi mahasiswa untuk
mengaplikasikan teori-teori yang dimilikinya ke dalam sebuah wujud nyata
pengabdian kepada masyarakat. Kuliah Kerja Nyata (KKN) juga merupakan bentuk
konkrit dari pengamalanan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang di dalamnya
mencakup mengenai pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat
Dengan wahana Kuliah Kerja Nyata (KKN) ini, mahasiswa diharapkan
dapat mengaktualisasikan disiplin ilmu yang masih dalam tataran teoritis terhadap
realisasi praktis dengan bentuk pengabdian dan pendampingan langsung kepada
masyarakat, di samping penelitian yang dilakukan sebagai usaha pengembangan ilmu
yang didapat sebelumnya. Selain itu, Kuliah Kerja Nyata (KKN) juga memiliki
keterampilan dalam mengatasi dan mengeliminir masalah-masalah yang terjadi di
tengah masyarakat sebagai media untuk belajar membangun hubungan yang integral
dalam komunitas masyarakat, sebagai obyek utama yang akan dihadapi kelak setelah
menyelesaikan studi.
Walaupun pengabdian merupakan bentuk konkrit dari Trias Akademika,
dengan keterbatasan waktu dan materi, Kuliah Kerja Nyata (KKN) belumlah cukup
untuk dijadikan target pengabdian yang sebenarnya. Namun yang terpenting di sini
adalah kita harus bisa menjadikan pendidikan sebagai suatu prioritas utama bagi
peserta KKN dengan menyeleksi berbagai pengalaman, mulai dari berusaha untuk
beradaptasi, bersosialisasi, dan saling membantu dalam menjalankan berbagai
program kerja hingga memberikan solusi terhadap problematika yang timbul dalam
internal peserta KKN maupun yang terjadi di tengah-tengah masyarakat majemuk
seperti di Desa Lebanisuko. Hal ini dikarenakan permasalahan dalam era
pembangunan ini sangat komplek. Maka perlu adanya penanggulangan secara
pragmatis dengan keterlibatan aksi mahasiswa dalam Kuliah Kerja Nyata (KKN)
yang signifikan dengan tujuan melatih para calon sarjana untuk bekerja dengan baik
dalam penanggulangan permasalahan secara sistematis dan terarah.
Dengan demikian peserta KKN dapat mengevaluasi dan mengukur akan
kekurangan dan kelebihan masing-masing, paling tidak dari pengalaman tersebut
akan menjadi tolak ukur dan pembelajaran dalam mempersiapkan generasi Islam
yang mampu berperan aktif dalam membangun kehidupan masyarakat yang dinamis,
kreatif, dan berpola pikir lebih maju.
B. LANDASAN HUKUM
Pelaksanaan Kuliah Kerja Nayata (KKN) Fakultas Ushuluddin Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Ampel Surabaya tahun 2006 mengacu kepada
beberapa landasan hukum berikut :
1. Undang-undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional
2. Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 1999 Tentang Pendidikan Tinggi
3. KMA No. 388 tahun 1993 Tentang Organisasi dan Tata Kerja IAIN Sunan Ampel
Surabaya.
4. Pedoman KKN Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI) dan Direktorat Perguruan
Tinggi Agama Islam, Departemen Agama RI tahun 2001.
5. Surat Keputusan Rektor IAIN Sunan Ampel Surabaya No. 124/Hk.05/SK/P/2002.
tentang Penyempurnaan Panduan Penyelenggaraan Pendidikan IAIN Sunan
Ampel Surabaya.
C. TUJUAN
Kuliah Kerja Nyata (KKN) selain sebagai manifestasi dari salah satu Tri
Dharma Perguruan Tinggi yang penuh kepada masyarakat, juga mempunyai
hubungan yang erat antara dunia Islam dengan dunia ilmu pengetahuan, teknologi dan
kebutuhan masyarakat. Oleh sebab itu tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa
tujuan umum Kuliah Kerja Nyata (KKN) juga merupakan tujuan dari pendidikan dan
pengajaran pada tiap-tiap perguruan tinggi.
Dengan demikian, tujuan khusus Kuliah Kerja Nyata (KKN) dapat
dirumuskan sebagai berikut :
1. Mengintegrasikan mahasiswa dengan masyarakat, antara lain dengan penyuluhan
hukum sehingga hukum-hukum Islam dapat diamalkan sebagaimana mestinya.
2. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk berlatih memecahkan berbagai
masalah kemasyarakatan secara langsung dan praktis, khususnya dalam masalah
yang bertalian dengan disiplin ilmu yang ditekuninya.
3. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa agar berpengalaman mendiskripsikan
dan merealisasikan rasa ingin tahu (curiosity) mereka melalui prosedur yang
sistematis, yaitu dengan melakukan observasi, identifikasi masalah, perumusan-
perumusan program, realisasi program, evaluasi dan penyusunan program.
4. Merealisasikan Dharma pengabdian pada masyarakat dengan melibatkan pada
mahasiswa secara langsung, pada kurun waktu tertentu di bawah bimbingan
sejumlah Dosen untuk mendampingi masyarakat dalam memecahkan masalah-
masalah yang mereka hadapi.
5. Instrumen pengukuran kemampuan mahasiswa dalam mengaplikasikan ilmu
pengetahuan yang diperoleh dari kampus di tengah-tengah kehidupan masyarakat.
E. PESERTA
Peserta Kuliah Kerja Nyata (KKN) Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Ampel
Surabaya di Desa Lebanisuko Kecamatan Wriginanom Kabupaten Gresik berjumlah
17 orang mahasiswa aktif, yang telah menyelesaikan perkuliahan semester VI.
Adapun nama-namanya sebagai berikut:
2. OBSERVASI MEDAN
Sebelum merealisasikan program sangat diperlukan melakukan observasi
lapangan dengan mencari data-data konkrit dan valid. Hal ini untuk
mensinergiskan antara proyeksi awal dengan situasi dan kondisi masyarakat baik
terkait dengan kondisi sosial dan kultur, lembaga-lembaga kemasyarakatan
maupun birokrasi pemerintah yang ada. Sehingga dalam perumusan program
yang akan direalisasikan bisa tepat guna kepada sasaran yang dituju.
Di samping tujuan di atas, observasi medan juga bertujuan supaya peserta
KKN dapat mengambil langkah antisipatif untuk menanggulangi kemungkinan
masalah yang akan dihadapi baik dalam lingkup internal peserta KKN sampai
problematika yang terjadi di lingkungan masyarakat Desa Lebanisuko Kecamatan
Wringinanom Kabupaten Gresik. Hal ini diharapkan agar peserta KKN mampu
menunjukkan peran dan fungsinya terhadap lingkungan dan masyarakat.
Pada prosesnya, observasi yang dilakukan peserta KKN di Desa
Lebanisuko-Wringinanom-Gresik sebanyak tiga kali. Tahap pertama dilakukan
pada tanggal 29 Juni 2009. Pada observasi awal ini peserta KKN melakukan
pengamatan secara langsung tentang kondisi Desa Lebanisuko, bersilaturrahim
kepada perangkat desa untuk mendapatkan kejelasan tentang kondisi Desa
Lebanisuko baik mengenai kondisi alam, sosial dan kultur, maupun sosio
antropologisnya.
Observasi kedua dilakukan pada tanggal 10 Juli 2009 dengan tujuan
memperjelas fasilitas, sarana dan prasarana peserta KKN, beserta wilayah-
wilayah yang diproyeksikan menjadi obyek utama program yang akan
dilaksanakan.
Observasi ketiga dilakukan pada tanggal 13 Juli 2009. Pada observasi ini
tujuan pertama kita adalah pengenalan kepada perangkat desa, ta’mir masjid,
karang taruna, dan remaja masjid. Tujuan keduanya adalah mencari data tentang
kegiatan yang berjalan di Desa Lebanisuko sehingga kita dapat berpartisipasi aktif
dalam kegiatan yang ada. Oleh karena itu, pada observasi ini semua mahasiswa
mendatangi satu persatu rumah perangkat desa, ta’mir masjid, karang taruna dan
remaja masjid.
Dari keseluruhan observasi yang dilakukan tersebut dapat diperoleh data
sebagai berikut :
1. Keagamaan
Masyarakat Desa Lebanisuko seluruhnya muslim, mereka terbagi dalam
beberapa organisasi keagamaan mulai dari yang mayoritas yaitu
Muhammadiyah (MD), Nahdlotul Ulama (NU), Lembaga Da'wah Islam
Indonesia (LDII), Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dan Majelis Mujahidin
Indonesia (MMI).
Melihat hal tersebut di atas, kegiatan keagamaan di Desa Lebanisuko
terbilang maju. Hal ini didukung pula dengan banyaknya tokoh agama di Desa
Lebanisuko. Selain itu, secara geografis Desa Lebanisuko masuk dalam
wilayah Kabupaten Gresik.
Salah satu parameter kemajuan keagamaan di antaranya adalah
banyaknya sarana ibadah, yaitu 7 musholla dan 3 masjid yang tersebar di 3
(tiga) dusun. Keberadaan musholla dan masjid tersebut menjadikan aktivitas
keagamaan efektif yang dilaksanakan oleh tiap-tiap RT/RW setempat atau
warga sekitar musholla tersebut.
Pada setiap RT diadakan berbagai macam kegiatan keagamaan yang
bersifat mingguan seperti diba’an dan yasinta (yasin dan tahlil) yang
dilaksakan oleh jama’ah yasinta ibu-ibu dan jama’ah yasinta bapak-bapak.
Selain itu, remaja Desa Lebanisuko juga aktif dalam kegiatan keagamaan
seperti Diba’an. Di samping kegiatan mingguan, terdapat juga kegiatan
bulanan seperti sema'an Al-ithihad yang dilaksanakan setiap malam Jum’at
Kliwon.
2. Kondisi Sosial
Mayoritas Penduduk Lebanisuko merupakan orang pribumi yakni
penduduk asli, hanya sebagian kecil yang merupakan warga pendatang,
pendatang yang dimaksud di sini adalah mereka dari luar daerah yang
menikah dengan warga setempat atau mereka yang memang datang mencari
lahan baru untuk tempat tinggal dan pembangunan pabrik, hal ini dapat
dilihat dengan adanya beberapa bangunan pabrik dan perumahan (Graha
Lebani) yang masih dalam tahap pengembangan di desa ini.
Dalam masyarakat lebanisuko terdapat beberapa Kegiatan yang mana
warga sebagai subyek atau pelaku dari kegiatan tersebut, seperti kerja bakti
menjadi agenda rutin yang kondisional, kerja bakti dilakukan saat terdapat
objek yang akan diperbaiki seperti, jalan-jalan yang rusak karena terkena air
hujan ataupun hal lain dan menyambut peringatan hari merdeka indonesia.
Kerja bakti tersebut melibatkan semua warga Lebanisuko yang meliputi tiga
dusun tersebut dan dikoordinasi langsung oleh aparat desa terkait.
Bahasa yang digunakan untuk bekomunikasi dapat dibagi menjadi tiga:
Bahasa Madura, Campuran, dan Jawa. Pada awalnya bahasa yang digunakan
adalah bahasa Madura karena penduduk asli desa ini berasal dari Madura,
lama kelamaan bahasa tersebut bercampur dengan bahasa Jawa akibat adanya
perkawinan silang dengan orang Jawa yang memang Gresik merupakan salah
satu kabupaten yang berada di tanah Jawa, selanjutnya dikarenakan mayoritas
penduduk adalah orang Jawa, sedikit demi sedikit bahasa yang dipakai adalah
bahasa Madura, hal itu juga dkarenakan lingkungan yang yang hampir 100 %
memakai bahasa Jawa.
Perincian bahasa komunikasi yang dipakai oleh penduduk Leanisuko adalah
sebagai berikut:
• Dusun Panggang mayoritas memakai bahasa Jawa
• Dusun Sumbersuko mayoritas memakai bahasa Jawa
• Lebanisuko memakai dua bahasa yaitu bahasa Jawa dan Madura.
Lebanisuko merupakan desa yang mana didalamnya terdapat lima
organisasi keagamaan diantaranya: Nahdhotul Ulama, Muhammadiyah, LDII,
HTI, dan Jamaah Islamiyah (JI). Meskipun dengan ormas yang banyak
tersebut, tetapi interaksi dan komunikasi mereka sangat baik dan teposliro,
sangat jarang sekali terjadi konflik antar kelembagaan tersebut. Mereka hidup
dengan rukun dan damai, saling menghormati dan menghargai perbedaan
masing-masing kelompok.
3. Kondisi Budaya
Kesenian masyarakat Lebanisuko tidak terlalu mencolok, orkes-orkes
yang sering diadakan bukan berasal dari kelompok desa Lebanisuko sendiri,
tapi mendatangkan dari luar. Kebiasaan yang sering terjadi di sini adalah
mendatangkan orkes-orkes tersebut ketika ada hajatan, seperti Pernikahan,
khitanan dan puncak acara Agustusan. Lebanisuko pernah memilki sebuah
grup musik tradisional yang bernama Bunga Melati Muda, namun karena
terkendala masalah finansial dan kesibukan masing-masing personelnya yang
sebagian besar adalah buruh pabrik, grup musik tersebut lama-kelamaan tidak
terurus dan akhirnya hilang. Meskipun tidak mempunyai grup music sendiri,
pemuda-pemuda yang ada sering manggung untuk bermusik dalam acara-
acara tertentu.
Kebiasaan yang lain adalah adanya latihan rutin sepak bola dan bulu
tangkis yang diadakan oleh pemuda-pemuda dan mereka yang tertarik dengan
olahraga tersebut. Untuk latihan sepak bla hampir diadakan setiap hari di sore
hari, sedangkan untuk bulu tangkisnya diadakan secara kondisional. Sebagian
pemuda di desa Lebanisuko ada yang mempuyai kebiasaan buruk, yaitu:
tawuran, mabuk, dan dikenal brutal. Meskipun begitu hanya sebagian kecil
saja yang mempunyai kebiasaan buruk itu.
Masyarakat di sini sangat kompleks dalam bidang hiburan, dengan kata
lain mereka meyukai hiburan yang bervariasi begitu juga dengan pekerjaan
masyarakatnya. Sebagian ada yang bertani, bekerja sebagai karyawan pabrik,
dan sebagian mendirikan Home Industry, buruh bangunan, wiraswasta, dan
lain-lain.
Dari semua data yang telah disebutkan di atas hampir semua
kegiatan yang ada berjalan dengan lancar hingga sekarang. Kebiasaan-
kebiasaan yang ada juga merupakan perilaku yang umum dan hampir terjadi
di sekiatar kecamatan Wringinanom.
Permasalahan yang ada pada sosial budaya desa lebanisuko adalah
minimnya dana oprasional yang dianggarkan dari pemerintah desa, disamping
kenakalan remaja yang juga menjadi kendala tersendiri dalam peningkatan
mutu sosio-budaya masyarakat Lebanisuko, juga kurangya control pihak-
pihak yang terkait.
4. Perekonomian
Desa lebani suko merupakan desa yang dari segi ekonomi bisa dikatakan
kurang maju, karena dilihat dari perkembangan ekonomi masyarakat yang
ternyata stagnan dari tahun ke tahun, sehingga masyarakat desa lebani suko
hanya mengandalkan menjadi buruh pabrik dan petani.
Hal semacam ini bisa dilihat lewat transect Desa dengan melihat
langsung perkembangan ekonomi desa lebani suko, mayoritas setiap pagi
masyarakat yang laki-laki menjadi buruh pabrik dan yang perempuan ada
yang petani, membuka warung di rumah dan juga ada yang jadi buruh
serabutan dengan di pasok barang dari luar untuk dikerjakan di rumah-rumah
penduduk.
Desa Lebanisuko sebetulnya mempunyai potensi ekonomi yang bagus,
dengan adanya program-program dari pemerintah desa dengan memberikan
pinjaman modal kepada para warga utuk membuka usaha (home industry),
seperti program PNPM mandiri, budidaya ayam dan kambing, akan tetapi
dalam perjalanannya masyarakat kurang antusias dalam menerima program-
progam itu, sehingga dalam kurun waktu yang tidak lama program-program
ini tidak berhasil.
Diantara masalah-masalah bidang ekonomi yang dihadapi masyarakat
desa lebani suko antara lain kurang adanya penyuluhan-penyuluhan tentang
bagaimana masyarakat bisa mandiri dalam membuka usaha dan pendidikan
terbatas.
Dilihat dari segi mata pencaharian pokok masyarakat Desa Lebanisuko,
mayoritas sebagai petani. Untuk mengetahui ragam profesi masyarakat bisa
dilihat berdasarkan data-data sebagai berikut :
Petani : 632 orang
Buruh tani : 327 orang
Buruh/swasta : 163 orang
Pegawai negeri : 6 orang
Pengrajin : 2 orang
Pedagang : 163 orang
Penjahit : 8 orang
Montir : 4 orang
Sopir : 15 orang
Karyawan swasta : 46 orang
Tukang kayu : 20 orang
Tukang batu : 4 orang
Guru swasta : 11 orang
1. Pengangguran
a. Tanaman padi
b. Tanaman jagung
a. Pertanian
b. Industri
4. Kemiskinan
Dalam bidang pertanian, para petani sangat berharap agar pupuk bersubsidi
bisa di jangkau masyarakat dan tersedia di toko-toko terdekat sehingga bisa
merasakan manfaatnya dan tidak sulit mendapatkannya.
5. Kesehatan
Pada umumnya Desa Lebanisuko telah menerapkan kebiasaan hidup sehat.
Hal ini ditandai dengan adanya bidan desa. Posyandu dilakukan setiap minggu
ketiga dalam sebulan yang dikonsentrasikan pada dua tempat yakni di Balai desa
dan rumah bapak sekretaris desa. Selain itu, hampir seluruh masyarakat Desa
Lebanisuko sudah memiliki kamar mandi dan WC sendiri.
6. Pendidikan
Desa Lebanisuko merupakan sederetan di antara desa yang berkembang di
Kecamatan Wringinanom Kabupaten Gresik. Hal ini ditinjau dari sumber daya
manusia yang berpendidikan dan adanya sarana dan prasarana yang berkecukupan
dalam menyongsong kehidupan yang baru.
Adapun sarana dan prasarana pendidikan di Desa Lebanisuko adalah sebagai
berikut :
1) PG Nurul Iman Lebanisuko
2) TK Dharma Wanita
3) TK TAPAS Lebanisuko
5) SDN Lebanisuko
3. RUMUSAN PROGRAM
Berbagai rumusan program kerja dirancang oleh peserta Kuliah Kerja Nyata
(KKN) Desa Lebanisuko secara bersama-sama melalui rapat internal. Rumusan
tersebut dirancang setelah mendapatkan berbagai data dari hasil observasi. Dalam
merumuskan rancangan program kerja, dilakukan identifikasi terhadap program-
program yang diproyeksikan sebagai program unggulan agar sesuai dengan
kondisi sosial budaya masyarakat Lebanisuko.
Rumusan program tersebut dibuat oleh masing-masing Kelompok Kerja
(POKJA) yang terdiri dari lima pokja yang sudah dibentuk. Kemudian dibahas
dan dievaluasi secara kolektif oleh segenap peserta KKN Desa Lebanisuko, yang
selanjutnya disosialisasikan kepada masyarakat sehingga program kerja tersebut
siap untuk direalisasikan secara sistematis dan optimal bagi masing-masing Pokja.
Adapun Program Kerja yang kami susun adalah sebagai berikut :
a. Kelompok Kerja (Pokja) Penyuluhan Sosial
1) Penyuluhan tentang Kenakalan Remaja
Elemen masyarakat yang akan diajak kerjasama adalah Remas, Karang Taruna
dan Perangkat Desa.
Metode : Pengarahan
1) Mengajar Al-Qur’an
Metode : Adz-Dzikr
1. Kependudukan
Jumlah penduduk menurut :
a. Jenis Kelamin
1) Laki-laki : 1.605 Orang
2) Perempuan : 1.618 Orang
Jumlah : 3.223 Orang
b. Kepala Keluarga : 932 KK
c. Kewarganegaraan
1) WNI :
Laki-laki : 1.605 Orang
Perempuan : 1.618 Orang
Jumlah : 3.223 Orang
2) WNA :
Laki-laki : - Orang
Perempuan : - Orang
Jumlah : - Orang
d. Agama (Keyakinan) terhadap Tuhan YME
1) Islam : 3.223 Orang
2) Kristen : - Orang
3) Katolik : - Orang
4) Hindu : - Orang
5) Budha : - Orang
6) Penganut Kepercayaan Lain : - Orang
Jumlah : 3.223 Orang
e. Tingkat Pendidikan
1) Sekolah Dasar (SD) : 622 Orang
2) SMP / SLTP : 269 Orang
3) SMA / SLTA : 402 Orang
4) Sarjana : 92 Orang
f. Mata Pencaharian
1) Pegawai Negeri Sipil : 38 Orang
2) TNI / POLRI : - Orang
3) Karyawan Swasta : 163 Orang
4) Wiraswasta / Dagang : 911 Orang
5) Tani : 981 Orang
6) Pertukangan : - Orang
g. Mobilitas dan Mutasi
1) Kelahiran
a) Laki-laki : 20 Orang
b) Perempuan : 18 Orang
Jumlah : 38 Orang
2) Kematian
a) Laki-laki : 3 Orang
b) Perempuan : 2 Orang
Jumlah : 5 Orang
3) Pendatang
a) Laki-laki : 15 Orang
b) Perempuan : 2 Orang
Jumlah : 17 Orang
4) Pindah Pergi
a) Laki-laki : 3 Orang
b) Perempuan : 1 Orang
Jumlah : 3 Orang
h. Golongan Umur
Kelamin
No Golongan Umur Jumlah
Laki-Laki Perempuan
11 50 – 54 tahun 60 69 129
61 40
12 55 – 59 tahun 101
27 41
13 60 – 64 tahun 68
34 28
14 65 – 69 tahun 19 24 62
15 70 – 74 tahun 7 18 43
16 74 – 79 tahun 11 14 25
8 11
17 80 keatas 19
A. PROSES RISET
Kuliah kerja nyata (KKN) tahun 2009 ini menggunakan metode PAR sebagai
media untuk melakukan penelitian di Masyarakat, metode ini sangat tepat digunakan
sebagai metode Partisipatory Rural Apraisal (PRA), PRA adalah sebuah metode
pemahaman lokasi dengan cara belajar dari, untuk, dan bersama masyarakat. Metode
dan pendekatan ini sangat membantu untuk memahami dan menghargai keadaan dan
kehidupan di lokasi atau wilayah secara lebih mendala
Terdapat prinsip-prinsip yang harus dipenuhi dalam menerapkan metode
PRA.diantarannya :TIM PRA terdiri dari berbagai multidisiplin, yakni dari
masyarakat desa laki-laki dan perempuan, dari berbagai latar belakang social dan
ekonomi juga tim dari luar.
Seluruh tim diharapkan berpartisipasi secara aktif dalam seluruh kegiatan.
Keterlibatan masyarakat disini akan dapat membantu menginterpretasi, memahami
dan menganalisa informasi yang diperoleh.
Selain diperoleh observasi langsung terhadap lokasi atau wilayah sumber
informasi juga diperoleh melalui interview dan diskusi dengan masyarakat setempat.
Selanjutnya informasi yang didapat dituangkan dalam bentuk tulisan maupun
diagram. Dalam penggalian informasi harus dipilih informasi yang benar-benar tepat
guna meliputi kejadian-kejadian penting dan proses berlangsungnya kejadian tersebut.
Tim harus senantiasa melihat kembali dan menganalisa hasil temuan untuk
menghindari arah selanjutnya, maka diperlukan sifat kehati-hatian.
B. PEMECAHAN TEKNIS
1. Mapping (Pemetaan)
a. Pengertian
Mapping atau suatu teknik dalam PRA untuk menggali informasi yang
meliputi sarana fisik dan kondisi sosial dengan menggambar kondisi wilayah
secara umum dan menyeluruh menjadi sebuah peta. Jadi merupakan pemetaan
wilayah dengan menggambar kondisi wilayah (desa, dusun, RT, atau wilayah
yang lebih luas) bersama masyarakat.
b. Tujuan
Dengan mapping dapat memberikan gambaran wilayah Desa
Lebanisuko secara menyeluruh dan dapat menggali data wilayah Desa
Lebanisuko secara lengkap. Hasil dari mappping ini dapat digunakan untuk
mengarah kepada teknik-teknik lain.
a. Pengertian
Transect dalam bahasa Inggris adalah cross section yang berarti melintas
suatu daerah, menelusuri, atau potong kompas. Secara terminologi transect
adalah kegiatan yang dilakukan oleh tim PRA dan Nara Sumber Langsung
(NSL) untuk berjalan menelusuri suatu wilayah untuk mengetahui tentang
kondisi fisik seperti tanah, tumbuhan, dll. dan kondisi sosial seperti kegiatan
sosial masyarakat, pembagian kerja laki-laki dan perempuan, masalah-masalah
yang sedang dihadapi, perlakuan-perlakuan yang telah dilakukan dan rencana-
rencana yang akan dilakukan.
Jadi transect merupakan teknik pengamatan secara langsung di lapangan
dengan cara berjalan menelusuri wilayah desa, di sekitar hutan, atau daerah
aliran sungai yang dianggap cukup memiliki informasi yang dibutuhkan.
Hasilnya digambar dalam diagram transect atau gambaran irisan muka bumi.
b. Tujuan Transect
TOPIK \
KEGIATAN PENDANAAN PERMASALAHAN AKIBAT SOLUSI SARANA KET.
ASPEK
NU, • Sumbangan • Anggota kurang • Jamaah • Pendekatan • Masjid Antar
Muhammadiyah jamaah kompak. kurang personal. • Musholla kelompok
dan LDII memiliki • Dana Operasional • Benturan dengan lengkap. • Rumah-rumah agama
kegiatan yang Masjid(DOM) kegiatan desa. • Kegiatan warga terjalin
cenderung sama: yaitu dana bantuan • Keterbatasan dana. kurang (pindah- tradisi saling
• Kegiatan rutin dari pemerintah. maksimal. pindah dengan menghargai
seminggu sekali, • Portal dusun cara diundi) dan
sebulan sekali, panggang menghrmati
sampai setahun (retribusi setiap dengan tidak
sekali rutin truck pengangkut lagi
KEAGAMAAN
dilaksanakan. tanah pengerukan menjelek-
• Kegiatan yang melintas dari jelekkan satu
pengajian keliling Dusun sama lain.
ibu-ibu. Sumbersuko Kaderisasi
• Bhakti sosial. melewati Dusun bersifat
Panggang) parenial,
yaitu
keturunannya
adalah kader
penerusnya.
• Pertanian • Mandiri • Pupuk langka • Sekitar 20% • Menggunakan • Pupuk yang Persentasi:
(bercocok tanam). • Konsumen kurang warga pupuk kompos dialokasikan • Bertani:
• Peternakan (sapi). • Kurangnya menjadi (pupuk di Desa 60%
• Karyawan. lapangan pekerjaan penganggura kandang). Lebanisuko • Lain-lain:
EKONOMI
• Pegawai. • Buruh pabrik: n. • Dengan dibagi rata 40%
• Home Industri kebijakan • Pupuk tidak membandingk karena
(Penjahit/konveks outsourcing sangat tepat an dengan keterbatasan
i). merugikan pekerja. sasaran. desa lain di supply.
• Irigasi belum • Banyak Kab. Gresik,
terprogram. petani yang karena tidak
hijrah ke semua desa
daerah lain yang
yang mendapatkan
memiliki jatah pupuk
lahan yang cukup bisa
lebih subur. meningkatkan
hasil
pertaniannya.
• Program • Bantuan Keterbatasan • Tingkat Meningkatkan • TPA NU
Pemerintah Wajib pemerintah seperti dana/biaya. pendidikan minat dan upaya bertempat di
Belajar 9 Tahun BOS. rendah. untuk Musholla.
dengan bantuan • Sumbangan • Banyaknya peningkatan • TPA
BOS sangat lembaga penganggura pendidikan. Muhammadiy
membantu. (donatur/organisas n. Mencari kerja ah bertempat
• Minat masyakat i). yang layak dan di gedung
PENDIDIKAN
sangat tinggi. • SPP siswa. menjajikan. TPA.
• Buta huruf secara • TPA LDII
umum sudah tidak bertempat di
ditemukan (hanya Masjid.
sebagian orang-
orang yang sudah
lanjut usia).
• Posyandu. • Bantuan • Belum ada sarana • Seringkali • Peningkatan • Balai desa • Posyandu
• Penyuluhan dari pemerintah dan prasarana tidak anggaran desa • Balai dusun tiap bulan
Puskesmas. • Pribadi kesehatan seperti berjalannya untuk dengan
• Jumat bersih. • Mayoritas Puskesmas. penyuluhan. kesehatan. penyuluhan
karyawan • Sosialisasi kurang • Periksa ke dari Dinas
mendapatkan maksimal. poliklinik Kesehatan.
KESEHATAN jaminan kesehatan • Dana minim. bukan ke • Tidak
(ASKES) dukun. pernah
• Anggaran dari terjadi
desa wabah.
• Kesadaran
masyarakat
terhadap
kesehatan
tinggi.
Apolitik Masyarakat sangat Tidak ada Mamberikan Masyarakat
tertutup dan acuh peran aktif pemahaman hanya
terhadap politik masyarakat kepada sekedar hadir
dalam kancah masyarakat dan memilih
perpolitikan tentang politik. dalam setiap
baik pada pemilihan,
level desa baik itu
maupun pilkades desa
POLITIK
nasional. maupun
pilleg dan
pilpres tanpa
tanpa
didasari
kesadaran
politik secara
individu.
• Karang Taruna • Swadaya Kekurangan pelatih Olah raga Mancari pelatih • Balai dusun
• Remas • Bantuan dari olahraga. kurang yang handal • Lapangan
• Buka bersama masyarakat. berkembang
dalam bulan puasa • Dana retribusi (stagnan dan
KEPEMUDAAN • Sepak bola portal jalan. jalan di
• Mengadakan tempat)
lomba-lomba
memeriahkan
momen
Agustusan.
• Ronda malam • Pribadi • Pencurian Keamanan Dengan • Balai dusun. Sistem
(rotasi) • Swadaya • Kriminalitas masyarakat mengaktifkan • Pos Kamling Ronda
• Ikut berpartisipasi terganggu. portal jalan. pada masing- bergantian
dalam Program masing RT. (rolling)
KEAMANAN
Pemda Gresik • Warung
Lomba Kampung (markas)
Aman dengan
melombakan
ronda malam.
• Gugur Gratis (free) • Kurang antusiasnya • Dusun sepi. Memotivasi • Dusun
gunung/kerja para pemuda dalam • Tidak lagi masyarakat (lingkungan)
bhakti. mengembangkan melestarikan akan pentingnya • Rumah-rumah
SOSIAL • Tidak ada grup bakat dan minat. kesenian melestarikan
BUDAYA kesenian. • Tidak adanya tradisional. kesenian
sarana kesenian. tradisional dan
budaya yang
ada.
• Masjid • Bantuan dari • Kurangnya bantuan Pembangunan Mengumpulkan Ingin
• Musholla pemerintah pemerintah untuk tidak dana dari mendirikan
• Balai RW • Swadaya menyelesaikan maksimal portal jalan. TPU.
FASILITAS • Tendon air masyarakat Balai RW (bantuan
UMUM • Akses jalan • Dana retribusi tersentralisasi di
portal Dusun
Lebanisuko).
• Tidak adanya TPU
a. Pengertian
b. Tujuan Timeline
a. Pengertian
a. Pengertian
Seasonal calender adalah dua kata dalam bahasa Inggris yang masing-
masing artinya sebagai berikut: seasonal adalah jadwal permusim, sedangkan
arti calendar adalah penanggalan. Sebagai terminologi dalam tekhnik PRA arti
seasonal calendar adalah suatu tekhnik PRA yang dipergunakan untuk
mengetahui kegiatan utama, masalah, dan kesempatan dalam siklus tahunan
yang dituangkan dalam bentuk diagram. Hasilnya, yang digambar dalam
suatu ‘kalender’ dengan bentuk matriks, merupakan informasi penting
sebagai dasar pengembangan rencana program.
Kalender Bulan
Jenis Kegiatan
Juli Agust Sept Okt Nov Des Jan Peb Maret April Mei Juni
Curah hujan
Tenaga kerja
Kebutuhan hidup
Pencurian
Tawuran
Keagamaan
6. Diagram Venn
a. Pengertian
c. Proses Kegiatan
7. Diagram Alur
a. Pengertian
Elit Desa
Kyai
Desa
Kenakalan
Remaja
TPA/TPQ
Pemabuk
Remaja
Karang Taruna
Tawuran
Remas
a. Pengertian
Disebut teknik analisa masalah karena melalui teknik ini, dapat dilihat
‘akar’ dari suatu masalah, dan kalau sudah dilaksanakan, hasil dari teknik ini
kadang-kadang mirip pohon dengan akar yang banyak. Analisa Pohon
Masalah sering dipakai dalam masyarakat sebab sangat visual dan dapat
melibatkan banyak orang dengan waktu yang sama.
c. Proses Kegiatan
POHON MASALAH
Kenakalan
Remaja
KESHALEHAN
REMAJA
a. Pengertian
b. Tujuan
c. Proses
Scoring
No. Masalah Jumlah Rang-
Sebab Akibat Kemun Scoring king
SDM Dana Penting
gkinan
• Kriminalitas
• Pendidikan rendah • Perilaku menyimpang
1. Pengangguran 8 6 8 6 28 3
• Kurang ketrampilan (judi, narkoba, minuman
keras)
Status
pendidikan • Keterbatasan dana
3. • Banyak pengangguran 7 6 8 8 29 2
rendah • Tingkat ekonomi yang rendah
Mapping
Mapping yang telah dilakukan menggambarkan kondisi fisik Desa
Lebanisuko. Secara geografis Desa Lebanisuko termasuk daerah perbukitan
sehingga berhawa dingin. Masih banyak pula ditemui jalan setapak, namun jalan
utama sudah berpaving. Area persawahan cukup luas namun kurang
dimanfaatkan, terlihat banyak sawah yang tandus dan kering. Tanaman yang
banyak ditanam adalah padi, jagung, tebu, kangkung dan kacang-kacangan. Pada
daerah ini juga terdapat aktivitas pengerukan tanah, ini menyebabkan
berkurangnya lahan pertanian dan daerah di sekitar pengerukan berdebu, kering
dan panas. Tidak nampak pula dijumpai sungai, sedangkan sumber air berasal
dari sumur namun sumber air itu tidak merata, pada daerah yang lebih tinggi air
sangat sulit didapat terlebih pada musim kemarau.
Transect
Wilayah Desa Lebanisuko termasuk wilayah padat penduduk, Jika dilihat
dari bentuk bangunan rumah penduduk yang sebagian besar sudah berupa tembok
masyarakat Desa Lebanisuko termasuk masyarakat yang mampu dalam hal
perekonomian. Di setiap rumah juga sudah terdapat fasilitas MCK namun
selokannya masih belum dicleansing. Dilihat dari segi teknologi masyarakat Desa
Lebanisuko sudah cukup maju terlihat pada sebagian besar rumah telah memiliki
televisi, radio dan sepeda motor, mayoritas penduduk juga memiliki handphone
bahkan telah tersedia persewaan play station.
Banyak area persawahan yang mengandung tanah liat sehingga mayoritas
ditanami padi, jagung, tebu, kangkung, dan kacang-kacangan. Irigasi sawah
sangat kurang hanya mengandalkan air hujan dan sumur bor, kadang air yang
keluar asin dan sulit keluar ketika musim kemarau. Tegalan juga dimanfaatkan
untuk ditanami seperti mangga, bengkoang, kacang, ketela dan tanaman rempah
seperti lombok. Sebagian besar tegalan tidak dimanfaatkan sehingga hanya
ditumbuhi rumput liar dan semak belukar, pemanfaataanya lebih banyak
digunakan untuk paras (tanah kerukan) karena merupakan tanah liat, tandus, dan
kekurangan air.
Masyarakat Desa Lebanisuko dapat dikatakan masyarakat religius, hal ini
nampak dari aktif dalam kegiatan-kegiatan syiar keagamaan, hal ini nampak dari
banyaknya masjid atau musholla serta TPA/TPQ-nya serta organisasi-organisasi
keislaman. Banyaknya TPA/TPQ ini juga diimbangi dengan banyaknya jumlah
santri yang mereka juga aktif. Selain itu, kegiatan pengajian Bapak-bapak atau
Ibu-ibu juga sangat semarak, mulai dari kegiatan mingguan, bulanan hingga
tahunan. Untuk kegiatan keagamaan remaja terfokus pada remas, IPNU dan
IPPNU, namun kegiatan-kegiatan rutin remaja ini kurang berjalan secara optimal
karena terbentur dengan aktivitas para remajanya yang bekerja di siang hari.
Meskipun secara geografis letak Desa Lebanisuko di daerah perbukitan
dan terdapat banyak area persawahan dan tegalan, namun pertanian bukan
menjadi penopang utama perekonomian masyarakat. Hal ini dikarenakan adanya
berbagai hambatan dalam bidang pertanian seperti sulitnya mendapat pengairan
dan kelangkaan pupuk. Maka untuk menunjang perekonomian masyarakat,
mayoritas bertopang pada sektor industri yakni sebagai karyawan pabrik dan
industri rumah tangga. Kegiatan perekonomian pada sektor industri ini
dipengaruhi oleh letak Desa Lebanisuko yang berdekatan dengan jalan raya dan
kota-kota besar seperti Sidoarjo dan Surabaya, mayoritas masyarakat baik laki-
laki maupun perempuannya bekerja sebagai karyawan pabrik yang berada di
daerah Surabaya dan Sidoarjo. Untuk industri rumah tangga, masyarakat
mengembangkan kerajinan keranjang dari bambu dan bududaya anggrek. Selain
itu di Desa Lebanisuko terdapat lima pabrik tikar, meskipun pabrik-pabrik
tersebut bukan milik penduduk setempat.
Sarana pendidikan mulai dari tingkat pra sekolah sampai tingkat sekolah
dasar cukup memadai, antusiasme masyarakat dalam bidang pendidikan cukup
tinggi, namun hal ini tidak dibarengi dengan kemampuan masyarakat dalam hal
pendanaan pendidikan. Sebagian besar masyarakat hanya mampu menempuh
pendidikan hingga tingkat sekolah dasar, hal ini yang menyebabkan banyaknya
pengangguran karena skill dan ketrampilan masyarakat kurang. Pendanaan
pendidikan bergantung pada bantuan pemerintah dan sumbangan lembaga
(donatur/organisasi). Selain itu yang menjadi kendala dalam kemajuan pendidikan
adalah kemajuan teknologi baik televisi maupun play station sehingga hal ini
mengganggu proses belajar anak-anak.
Masyarakat Desa Lebanisuko dapat dikatakan telah menerapkan hidup
sehat, hal ini terbukti dengan tidak adanya kasus wabah penyakit yang serius yang
menimpa masyarakat. Meskipun wilayah Lebanisuko jauh dari lembaga kesehatan
seperti puskesmas, klinik, maupun rumah sakit. Namun sering diadakan
penyuluhan kesehatan dari dinas kesehatan dan masyarakat mempunyai kegiatan
kerja bakti seminggu sekali. Untuk mengontrol kesehatan ibu dan balita
difasilitasi dengan adanya posyandu yang diselenggarakan setiap bulan pada
minggu ketiga di balai desa. Kendalanya adalah kurang perhatian dari para ibu
untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi balitanya dari posyandu.
Dalam masalah politik, masyarakat dapat dikatakan sangat tertutup dan
acuh. Keaktifan masyarakat dalam aktivitas politik hanya sebatas keikutsertaan
pada setiap pemilihan umum mulai dari pemilihan kepala desa hingga pemilihan
presiden.
Aktivitas kepemudaan di Desa Lebanisuko tidak begitu nampak, meskipun
terdapat sarana seperti remas dan karang taruna. Ketidakaktifan para pemuda ini
disebabkan karena kesibukan mereka untuk bekerja selain itu kecenderungan
mereka lebih pada hal-hal yang negatif semisal kebiasaan judi, minuman keras,
hingga narkoba. Selain itu sarana olahraga juga cukup memadai seperti lapangan
bulu tangkis, bola voli, dan sepak bola. Namun karena kekurangan pelatih dan
pendanaan kegiatan keolahragaan kurang berkembang
Dalam hal keamanan Desa Lebanisuko belum dapat dikatakan aman dari
hal-hal pencurian atau tindakan kriminalitas lainnya. Hal ini dikarenakan tidak
adanya koordinasi desa dengan pihak kepolisian, keamanan desa juga dipandang
bukan hal yang prioritas terbukti dengan ketiadaan anggaran khusus dan aparat
keamanan desa. Selama ini anggaran untuk keamanan berasal dari swadaya
masyarakat. Namun untuk mengatasi hal ini telah diupayakan program ronda
malam dan Pemerintah Daerah Gresik juga menyelenggarakan lomba kampung
aman, hal ini cukup memacu motivasi masyarakat untuk menjaga keamanan desa.
Kegiatan sosial dan budaya masyarakat Desa Lebanisuko tidak begitu
nampak. Kegiatan sosial masyarakat hanya nampak pada kegiatan gugur gunung
(kerja bakti), sedangkan untuk kegiatan budaya hampir tidak nampak terbukti
dengan ketiadaan kelompok kesenian di samping itu para pemuda kurang antusias
mengembangkan bakat dan minatnya dalam bidang kesenian.
Secara garis besar fasilitas umum di Desa Lebanisuko sudah terpenuhi
seperti masjid, mushola, balai RW, tandon air, dan akses jalan. Fasilitas yang
kurang terpenuhi adalah TPU. Pembangunan fasilitas umum di Desa Lebanisuko
kurang berkembang dengan maksimal karena kurangnya pendanaan dari
pemerintah sehingga untuk memenuhi pendanaan tersebut berasal dari swadaya
masyarakat.
Timeline
Dari berbagai kejadian penting peristiwa masa lalu yang terjadi di Desa
Lebanisuko yang nampaknya begitu menyita perhatian masyarakat adalah adanya
tawuran anak muda yang terjadi hampir di setiap kegiatan hiburan semisal
orkesan. Tawuran ini disebabkan tiada lain karena perilaku anak muda yang tidak
terkontrol, agaknya hal ini akan menjadi sesuatu yang tetap lestari jika tidak
segera dibenahi.
Trend and Change
Trend and change (Bagan perubahan dan kecenderungan) pada bab III di
Desa Lebanisuko meliputi kepemilikan lahan, jumlah penduduk, tempat judi dan
mabuk, jumlah guru ngaji, dan jumlah santri.
Kepemilikan lahan pada tahun 1980, 1990, 2000, 2005, dan 2009
menurun, hal ini disebabkan dari tahun ke tahun kepemilikan lahan terus menerus
dibagi kepada anak, hal ini yang menyebabkan kepemilikan lahan di Desa
Lebanisuko cenderung menurun.
Jumlah penduduk di Desa Lebanisuko dari tahun ke tahun terus
meningkat, hingga pada tahun 2009 jumlah penduduk Desa Lebanisuko mencapai
3.223 penduduk meliputi laki-laki dan perempuan. Hal ini di sebabkan oleh
tingkat kelahiran dari tahun ke tahun yang terus meningkat.
Tempat judi dan mabuk dari tahun 1980 sampai tahun 2009 menurun, hal
ini disebabkan adanya lapangan kerja, sehingga pengangguran semakin
berkurang.
Jumlah guru ngaji di Desa Lebanisuko dari tahun 1980 sampai 2009
tidaklah tentu, hal ini disebabkan oleh regenerasi yang silih berganti sehingga
mempengaruhi jumlah guru ngaji.
Jumlah santri di Desa Lebanisuko berbanding terbalik dengan jumlah guru
ngaji yang dari tahun ke tahun menurun. Jumlah santri yang ada di Desa
Lebanisuko terus meningkat dari tahun 1980 sampai tahun 2009, hal ini
disebabkan oleh generasi Lebanisuko yang semakin banyak.
Season Calender
Kalender musim Desa Lebanisuko yang telah dibuat meliputi curah hujan,
jenis tanaman yang ditanam, tenaga kerja, kebutuhan hidup, kriminalitas :
pencurian, mabuk dan judi, serta tawuran, dan keagamaan.
Curah hujan di Desa Lebanisuko rendah pada bulan September, pada
bulan Oktober curah hujan sedang, dan curah hujan tinggi pada bulan November
dan Desember, sedangkan pada Bulan Januari curah hujan sangat tinggi, dan pada
bulan Februari, Maret, dan April curah hujan di Desa Lebanisuko cenderung
rendah.
Jenis tanaman yang di tanam di Desa Lebanisuko adalah padi, penanaman
padi dilaksanakan pada bulan September dan Januari, sedang masa tanam adalah
tiga bulan sehingga musim panen dilaksanakan pada bulan Desember dan April.
Tenaga kerja di Desa Lebanisuko pada bulan Juli sampai dengan Juni
cenderung tinggi, artinya penduduk Desa Lebanisuko mayoritas bukan
pengangguran.
Kebutuhan hidup Desa Lebanisuko terus meningkat dari bulan Juli –
Januari, dan pada bulan Februari kebutuhan hidup penduduk Lebanisuko
menurun, selanjutnya pada bulan Maret – Juni kembali meningkat.
Tingkat kriminalitas di Desa Lebanisuko tidak terlalu tinggi, artinya desa
Lebanisuko cukup tinggi tingkat keamanannya. Kalaupun ada kriminalitas itu
hanya sedikit, seperti pencurian dan tawuran.
Keagamaan di Desa Lebanisuko meningkat di bulan Agustus sedangkan di
bulan yang lain cukup rendah. Hal ini bukti bahwa masyarakat desa Lebanisuko
kurang berpartisipasi dalam bidang keagamaan.
Diagram Venn
Gambar diagram venn pada bab 3 adalah gambaran pola komunitas
masyarakat desa Lebanisuko, dimana terdapat organisasi social maupun
keagamaan yang hidup di desa lebanisuko. Adapun organisasi keagamaan lebih
menonjol di masyarakat lebanisuko. Organsasi yang keagamaan yang terbesar
adalah Muhammadiyah di ikuti oleh NU dan LDII, dan sebagian kecil HTI dan
MMI. Organisasi keagamaan seperti muhamadiyah, NU, dan LDII merupakan
organsasi yang berpengaruh di dalam pola interaksi maupun dalam lembaga-
lembaga desa. Muhammadiyah merupakan komunitas terbesar di desa ini, hal ini
bisa dilihat hampir sebagian besar masyarakatnya yang menganut organisasi ini
dengan ditandai keberadaan 3 masjid yang didirikan oleh Muhammadiyah
sedangkan NU dan LDII berdiri 2 Masjid di desa Lebanisuko.
Adapun HTI (Hizbuz Tahrir Indonesia) dan MMI (Majelis Mujahidin
Indonesia)merupakan komunitas kecil yang hidup di lingkungan desa
Lebanisuko. Keberadaanya belum begitu kentara karena cenderung tertutup dari
masyaraat lebanisuko.
Adapun masyarakat yang masyarakat yang masih eksis lainnya adalah
karang taruna. Keberadaan karang taruna sangat penting di desa tersebut terutama
dalam kegiatan keremajaan dan kegiatan pembinaan organisasi bagi pemuda di
desa lebanisuko semisal lomba olahraga saat 17 Agustusan dll.
Satu hal lagi ada beberapa komunitas yang sangat berpengaruh sekali
dalam masyararakat lebanisuko yaitu komunitas pemabuk dan tawuran. Dari
rumor masyarakat luar maupun dalam, masyarakat lebanisuko terkenal dengan
anak-anak nakalnya. Hal ini ditandai dengan sering terjadinya tawuran setiap
setelah ada pertunjukan. Selain itu, banyak ditemui remaja-remaja pada malam
hari sering bergerombol untuk merokok, bahkan ada minum minuman keras di
tempat sepi yang remang-remang.
Diagram Alur
Gambar diagram alur di atas menjelaskan pola kegiatan remaja desa
Lebanisuko, terdapat organisasi kepemudaan yang bersifat sosial maupun
keagamaan yang hidup di desa Lebanisuko yaitu Remaja Masjid (Remas) dan
Karang Taruna. Karang taruna dan Remas memiliki hubungan yang sangat erat
karena mereka yang aktif dalam kegiatan karang taruna juga merupakan anggota
remas. Selain itu hubungan antara remaja dan kyai desa jug dapat dikatakan
bagus. Karang taruna juga cukup memiliki kedekatan dengan elit desa. Namun
yang lebih mendominasi adalah kegiatan yang ditampakkan oleh komunitas
pemuda yang lebih cenderung ke arah negatif. Wujud dari bentuk penyimpangan
itu seperti tawuran, minum-minuman keras, berjudi dan penggunaan narkoba.
Yang patut disayangkan juga bahwa ternyata kenakalan remaja tersebut
juga dilakukan oleh remaja-remaja yang berada dalam karang taruna, sehingga hal
ini membawa pengaruh bagi para remaja masjid. Kegiatan-kegiatan dalam karang
taruna maupun remaja masjid bisa dikataan vakum kecuali jika terdapat event-
event tertentu. Adanya kenakalan remaja ini juga tidak lepas dari intervensi elit
desa, sekilas nampak bahwa kenakalan remaja ini sengaja diciptakan dan
dipelihara.
Matrik Rangking
Berangkat dari analisa terhadap hasil time line maka masyarakat dapat
mengurutkan masalah-masalah mulai dari yang dianggap ringan hingga masalah
yang paling berat mengenai penyebab kenakalan remaja yang terjadi di Desa
Lebanisuko. Pengurutan masalah dari segi prioritasnya sangat penting dilakukan
karena dengan mengetahui masalah yang paling urgen maka akan dengan mudah
dicarikan solusinya. Dari berbagai masalah yang ada di masyarakat Desa
Lebanisuko, masyarakat menemukan lima masalah yang dianggap prioritas yakni
pengangguran, pengaruh media teknologi, rendahnya status pendidikan,
pendidikan orangtua dan pengaruh lingkungan. Terhadap kelima masalah
tersebut, masyarakat memberikan scor tertinggi pada masalah pengaruh media
teknologi. Hal ini tidak dapat dipungkiri karena teknologi juga mengalami
perkembangan yang sangat pesat dari waktu ke waktu. Perkembangan teknologi
juga mendorong hasrat masyarakat untuk mengikuti gaya hidup modern dan
hedonis. Ini semua mereka maksudkan agar tidak dikatakan ketinggalan jaman
meskipun tinggal di daerah pedesaan.
Walau bagaimanapun perkembangan media teknologi tidak bisa dijadikan
kambing hitam akan adanya kenakalan remaja. Namun yang harus lebih
diperhatikan adalah bagaimana sikap setiap individu agar tidak begitu mudahnya
terpengaruh dengan perkembangan teknologi. Media teknologi menyuguhkan
berbagai hal, tidak hanya yang baik tetapi juga yang buruk dan sayangnya media
teknologi tidak memiliki alat filterisasi akan dampak buruk yang dibawanya bagi
para konsumennya. Maka bagi mereka yang tidak pandai menyaring, memilih dan
memilah informasi serta mengambil manfaat dari kemajuan teknologi ini, akan
dengan mudah terbawa arus globalisasi.
Sebenarnya pencegahan terhadap akibat buruk media teknologi ini tidak
membutuhkan penanganan yang sulit, namun dalam realitasnya akibat yang
ditimbulkan oleh dampak buruk media teknologi ini mendapat perhatian yang
khusus dengan menduduki rangking pertama dalam urutan perangkingan masalah
yang dibuat. Dampak buruk akan pengaruh media teknologi ini baru akan sangat
sulit untuk dilakukan penanganannya jika sudah mulai menyerang masyarakat
karena hampir setiap waktu masyarakat bersinggungan dengan media teknologi
dan kehidupan masyarakat selamanya tidak akan bisadipisahkan dari teknologi.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Puji syukur kepada Allah SWT, kegiatan kerja yang dirumuskan oleh peserta
KKN Fakultas Ushuluddin kelompok kerja Desa Lebanisuko Kecamatan
Wringinanom Kabupaten Gresik secara garis besar 90% berjalan sesuai dengan
rumusan awal. Walaupun secara teknis pelaksanaan di lapangan ternyata masih ada
sedikit kendala. Dari Kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) 2009 yang dilaksankaan di
Desa Lebanisuko selama satu bulan mulai dari tanggal 15 Juli sampai 14 Agustus,
maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
1. Kegiatan mahasiswa KKN fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Ampel Surabaya tahun
2009 di desa Lebanisuko dapat terealisasi dengan baik walaupun banyak kendala
yang merintangi. Hal ini terbukti dengan antusiasme warga yang tinggi dalam
melaksanakan setiap kegiatan KKN.
2. Sosialisasi kegiatan dengan tokoh masyarakat merupakan kunci keberhasilan
perealisasian kegiatan KKN.
3. Masyarakat yang ditempati adalah objek sasaran kegiatan KKN sekaligus mitra
kerja terlaksananya setiap kegiatan KKN.
B. SARAN
Setelah satu bulan terjun langsung ke masyarakat, terasa sekali perjuangan
kami untuk mencapai hasil optimal dalam perealisasian setiap kegiatan dalam
peningkatan sumber daya manusia di desa Lebanisuko- Wringinanom- Gresik.
Berbagi suka dan duka telah kami alami. Dan demi peningkatan dan perbaikan KKN
di tahun depan, maka terlintas di benak kami untuk memberikan saran-saran sebagai
berikut :
1. Kepala badan pelaksana Kuliah Kerja Nyata ( BP KKN IAIN Sunan Ampel
Surabaya) hendaknya :
a. Mempersiapkan konsep KKN yang lebih matang agar mahasiswa lebih siap
terjun di masyarakat
b. Memperhatikan aspirasi mahasiswa yang akan melaksanakan KKN, dan
kebijakan yang diambil bukan top down tetapi juga bottom up.
c. Diharapkan terdapat subsidi dana yang memadai untuk mahasiswa pelaksana
KKN sehingga mahasiswa tidak mengalami kesulitan finansial saat
melaksanakan kegiatan KKN.