Professional Documents
Culture Documents
BERITA
Bagian pertama ini membahas
unsur-unsur berita
1
BAB 1
BERITA:
SEKILAS SEJARAH TERJADI
DAN INSTITUSINYA
2
Kapankah terminologi "berita" ditemukan dan siapakah orang yang pertama
kali mempopulerkannya? Sukar melacaknya secara pasti. Yang jelas, sejak
manusia pertama bisa berkomunikasi satu sama lain. sebenarnya makna
"berita" sudah dikenal. Bukankah berita pada hakikatnya adalah kabar biasa,
atau keterangan mengenai kejadian/ peristiwa yang hangat?
Jadi, setiap kali berkomunikasi, setiap kali pula ada isi/pesan/berita
yang disampaikan atau yang hendak dikomunikasikan. Tanpa adanya berita,
maka sebuah komunikasi menjadi hanya komunikasi biasa, tanpa ada embel-
embel "mengandung nilai berita".
Kabar biasa, atau keterangan mengenai kejadian/peristiwa yang hangat
tentu saja datang dari pembawa kabar. Pada zaman dahulu kala, pada zaman
kerajaan. pembawa kabar sering dilakukan oleh hulu balang. Salah satu
pekerjaan hulu balang ialah mewartakan kepada raja ihwal/ peristiwa yang
terjadi di seputar kerajaan. Karena itu, dalam arti sempit, hulu balang juga
disebut pewarta. Tentu saja, kabar yang diwartakan hulu balang ialah kabar
yang penting, kabar yang mengandung nilai berita, sehingga kabar itu dapat
dijadikan dasar bagi raja di dalam mengambil sikap atau tindakan. Jika yang
diwartakan bukan kabar yang penting, maka tentu saja si hulu balang akan
dicaci maki oleh raja. Belum lagi jika misalnya berita yang dibawakan
mengandung berita bohong, tidak dapat dipertanggungjawabkan. Bukan
hanya si hulu balang akan dipecat, bisa jadi ia juga dihukum.
3
mengumpulkan informasi itu disebut diurnarius. Mereka adalah para budak
(servus), golongan rendahan, kaum orang yang tidak merdeka, yang oleh
majikan mereka disebut "orang terikat". Pada zaman Kekaisaran Romawi,
para budak diadu berkelahi dengan binatang buas di amphiteatrum
(stadion). Perkelahian itu menjadi bahan tontonan yang menarik. Tidak
jarang, sang budak mati diterkam binatang buas. Dan bagi yang menang,
mendapat ganjaran, biasanya diangkat martabatnya menjadi manusia bebas.
Waktu itu. hubungan budak-majikan bagai hubungan harta-pemilik. Budak
adalah "harta" dan majikan adalah pemilik.
Dari sini nantinya lahir istilah slave reporter, yang di Indonesia
disamakan dengan "kuli tinta" untuk mengacu pada tugas mengumpulkan
dan menyiarkan berita. Di dalam tugasnya sehari-hari, wartawan menulis
hasil investigasi dan wawancaranya menggunakan pena. Karena itu,
wartawan disebut kuli tinta-setara dengan orang yang bekerja membangun
sebuah rumah, gedung, atau jalan raya yang disebut "kuli bangunan".
Jadi, "kuli tinta" mengacu pada:
suatu pekerjaan yang dilakukan dengan menggunakan alat utama tinta
(pena) atau wartawan;
orang yang memperoleh penghasilan (bermata pencaharian) dari menulis
karangan (artikel, buku, dan sebagainya) (KBBI, 2001: 610)
4
Jika manusia penghuni tepi sungai Eufrat membuat buku dari
lempung, maka manusia yang bermukim di sepanjang sungai Nil jauh lebih
maju peradabannya. Hal ini terbukti dari peninggalan kebudayaan material
mereka. Mereka membual karya cetak sudah menggunakan papyrus yang
tumbuh subur dan liar di sepanjang pesisir Laut Tengah. Bahkan, tumbuh-
tumbuhan ini juga dengan mudah dapat ditemui di kiri atau kanan tepi
Sungai Nil.
Manusia penghuni tepi Sungai Eufrat (Mesir) membual karya cetak
diawali dengan memetik daun-daun papyrus, kemudian di permukaan daun
itu diukir dengan huruf-huruf hieroglyp. Hieroglyp kemudian berkembang
menjadi ideograf. yakni lambang yang mempunyai makna tertentu berupa
huruf kanji yang sekarang ini masih diteruskan tradisinya oleh bangsa Cina
dan Jepang.
Tulisan dalam daun papyrus jika sudah penuh satu daun, maka
disambung dengan daun yang lain dan lama-kelamaan sampai panjang,
bahkan panjangnya hingga bermeter-meter. Itu pula sebabnya. Kitab Taurat
(Torah) disebut Pentateukh, alau Lima Gulungan, karena kitab itu memang
terdiri atas lima gulungan. Kitab gulungan yang terpanjang dalam sejarah
sepanjang 7,5 meter.
Di tempat lain, orang Romawi membuat karya cetak juga dengan
gulungan. Namun, bahan yang mereka gunakan bukan dari daun papyrus,
melainkan dari bahan kulit domba atau kulit kambing yang disebut dengan
vellum. Materi kulit binatang ini ternyata cukup awet dan mudah untuk
disimpan. Berabad-abad lamanya manusia menggunakan daun papyrus dan
vellum untuk media tulis-menulis, hingga kemudian bahan baku karya tulis
berupa kertas dan mesin cetak ditemukan.
Sementara itu, di India dan Indonesia yang alamnya banyak ditumbuhi
pohon palma, orang menggunakan daun lontar sebagai media tulis-menulis.
Di Cina, Tsai Lun yang hidup sekitar tahun 105M, telah melakukan
eksperimen untuk membuat kertas. Ia menumbuk-numbuk beberapa jenis
materi sejenis hennep, yang diadoni dengan air, lalu dimasukkan ke dalam
cetakan, lantas dijemur. Setelah kering, jadilah kertas. Dengan perantaraan
tawanan-tawanan perang Cina. penemuan Tsai Lun lantas meluas sampai ke
Arab, Mesir, Afrika Utara, dan kemudian Eropa. Para pakar memandang
bahwa apa yang dirintis oleh Tsai Lun merupakan cikal bakal penemuan
jenis bahan baku cetak-tulis modem yang disebut kertas.
Waktu terus bergulir, manusia semakin maju dalam pemikiran dan
peradabannya. Di tahun 1041, Pi Seng, seorang warga Cina, menemukan
alat cetak sederhana. Akan tetapi, orang lebih mengenai apa yang dilakukan
oleh Johannes Gutenberg. seorang Jerman dari kawasan Mainz, sebagai
"penemu" teknologi cetak yang pertama. Dari tangannyalah lahir
Septuaginta. kitab Latin yang pertama yang kemudian populer disebut
5
sebagai "Kitab Gutenberg". Kitab ini disebut juga sebagai "Kitab 42 Baris"
karena setiap halamannya terdiri atas 42 baris.
Kitab Gutenberg rampung pengerjaannya pada 15 Agustus 1456,
dengan jumlah cetakan 180 eksemplar. 150 dicetak di atas kertas, dan 30 lagi
dicetak dalam vellum. Ukuran (format) buku 12 x 16, 5 inch. Konon, hingga
sekarang buku itu hanya tersisa 48 buah saja. Barang berharga dan
bersejarah itu 14 buah berada di Amerika Serikat. Boleh dikatakan, revolusi
di dunia produksi media cetak dimulai ketika Gutenberg pada tahun 1456
menemukan mesin cetak sederhana. Meskipun sederhana, mesin cetak itu
dapat memproduksi secara massal beberapa kitab (produk).
Penemuan Gutenberg merupakan titik awal yang menjadi inspirasi
bagi penemuan-penemuan mesin cetak selanjutnya yang semakin hari
semakin canggih. Sejak itu, teknologi percetakan semakin berkembang
sehingga memicu perkembangan produksi media cetak seperti buku,
majalah, surat kabar, serta berbagai terbitan berkala maupun tidak berkala
lainnya. Tanpa adanya jasa Gutenberg, kita tidak tahu seperti apakah
perkembangan teknologi percetakan dan output-nya. Dalam konteks ini,
Marshail McLuhan mengatakan, "Gutenberg made everybody a reader,
Xerox makes everybody a publisher" Gutenberg membuat setiap orang
menjadi pembaca, sedangkan Xerox membuat setiap orang menjadi
penerbit."
Tahun 1884 boleh dikatakan terjadi lompatan sekali lagi teknologi di
bidang percetakan. Seorang penduduk Baltimore, Ottmar Mergenhaler
berhasil menemukan jenis mesin linotype. Disusul kemudian dengan
penemuan mesin celak yang lebih modern, yakni mesin cetak silinder.
Dan pada awal abad 19, media cetak tidak saja menjadi sebuah produk
budaya. Akan tetapi, juga berfungsi sebagai komoditas (barang dagangan).
Teknologi percetakan kian berkembang. Seni artistik pun masuk dalam
industri media cetak. Media cetak telah semakin multifungsi, dicetak dalam
jumlah besar, menjadi salah satu media komunikasi cetak di samping media
lainnya.
KATA-KATA KUNCI
berita kabar
pewarta
medium/media komunikasi
Forum Romanum
acta diuma
acta senatus
slave reporter
kuli tinta
piktograf
mesin cetak
6
PERTANYAAN
1. Apa yang disebut dengan "acta diuna"?
2. Jelaskan Forum Romanum!
3. Apa yang dimaksudkan dengan slave reporter?
4. Mengapa wartawan disebut "kuli tinta"?
5. Apa peran Johannes Gutenberg dalam perkembangan teknologi media
cetak?
7
BAB 2
BERITA:
ETIMOLOGI DAN SEMANTIK
Setelah membaca dan mempelajari bab ini, Anda diharapkan dapat
1. mendefinisikan dan menyebut apakah berita itu
2. menjelaskan manakah peristiwa yang bernilai berita dan bukan
3. menjelaskan proses terjadinya berita
8
Dalam kehidupan sehari-hari. kita sudah sangat terbiasa menggunakan dan
mengucapkan kata "berita." Ketika bertemu sahabat, kenalan, orang tua,
atau siapa saja; kita sering bertanya, "Hei, lama tak bertemu, bagaimana
kabar beritanya?" Atau, ketika kita ingin tahu tentang seseorang melalui
orang yang kita Jumpai, kita bertanya. "Si Anu sekarang di mana? Kok lama
tak mendengar beritanya?"
Makna "berita'" seperti contoh di atas, tentu saja sama dengan kabar,
kisah, atau "ada apa dengan" si Anu yang hendak diketahui? Barangkali
jawaban atas pertanyaan mengenai berita, penting bagi si penanya. Namun,
belum tentu penting bagi orang lain, atau bagi khalayak yang lebih luas.
Dengan kata lain, sebuah peristiwa/fakta, atau apa pun yang dialami;
belum tentu mengandung nilai berita. Tidak setiap peristiwa/kejadian dapat
disebut berita.
Kalau begitu, apa sesungguhnya arti "berita"? Dihadapkan dengan
pertanyaan seperti itu. tentu saja kita harus berpikir lebih dulu. Minimal
membuka kamus, alau ensiklopedi.
Definisi dari kamus itu, tentu saja belum memuaskan. Oleh karenanya
kita masih perlu mengeksplorasi sumber-sumber lain, yang menjelaskan apa
sesungguhnya makna berita, khususnya dalam konteks ilmu jurnalistik
Berita, alau news, ternyata mengandung banyak definisi, namun
substansinya sama. Sebagai contoh:
... a report on the tatest major events in one's own city and nation
and in other parts of the worid, on television, on the radio, in a
9
newspaper, etc; 2 information about recent events or changes In
s.o.'s personal or business life; She read a letter with news from her
son,
10
PERISTIWA/FAKTA => WARTAWAN => DILAPORKAN => LAPORAN
(lisan + tulisan)
- mengamati
- mengalami diedit
- wawancara
CLEAN COPY naskah dari wartawan yang sudah disunting editor dikirim ke
PRACETAK untuk diset. Kalau dianggap final, dibuat film, lalu dicetak/diproduksi
secara massal.
Proses penemuan/pelaporan berita
KATA-KATA KUNCI
berita
berita dan bukan berita
proses berita
peristiwa
news event kabar laporan
PERTANYAAN
1. Apa definisi "berita"? Jelaskan dengan contoh minimal dua definisi dari
sumber yang berbeda!
2. Apa perbedaan antara berita dan peristiwa?
3. Mengapa berita yang kita nikmati dan kita baca disebut telah mengalami
proses?
4. Jelaskan bagaimana proses penemuan/ pelaporan berita!
TUGAS
Pergilah ke perpustakaan. Carilah dalam kamus, leksikon, ensiklopedi,
internet, atau sumber lain definisi "BERITA". Bandingkan dengan
pengetahuan, atau pemahaman yang sudah Anda peroleh! Adakah
11
perbedaan yang kamu temukan? Adakah pula persamaannya? Tunjukkan!
(tugas -kelompok).
12
BAB 3
13
Berita tentu tidak tidak datang dengan sendirinya. Seorang wartawan,
koresponden, atau pelapor haruslah jeli di dalam menangkap berbagai
fenomena di sekelilingnya untuk dijadikan balian pemberitaan.
Dalam tugas sehari-hari sebagai jurnalis, seorang wartawan haruslah
pencari berita. Wartawan sepanjang waktu -konon jam kerja wartawan 24
jam!—terus-menerus memikirkan bagaimana mendapat berita yang eksklusif
dan bernilai berita. Kalau perlu, media lain belum menyiarkannya dan berita
itu hanya diperoleh dan dimuat dalam media tempat sang wartawan bekerja.
Proses mendapatkan berita dapat melalui berbagai cara. Setelah berita
didapat, masih perlu diolah lagi -ibarat "tukang masak" yang meracik dan
meramu makanan agar enak dan menarik ketika disajikan. Lazimnya berita
didapat dari enam cara:
Penemuan peristiwa (fact finding)
Mencari keterangaan dari saksi/tokoh terkait
Wawancara
Investigasi
Mengambil dari sumber lain
Kantor berita
14
wartawan—setelah menyaksikan peristiwa—menggali lebih dalam, akhirnya,
ia menemukan tali temali peristiwa. Ternyata, kebakaran di lokalikasi WTS
disulut oleh pihak tertentu yang ingin tempat lokalisasi dijadikan gedung
perkantoran. Sudah banyak jalan ditempuh untuk mencoba membeli areal di
sana, namun selalu gagal. Satu-satunya cara ialah dengan
membumihanguskan areal tersebut.
Kebakaran membawa efek domino. Warga ada yang luka parah,
sampai meninggal. Harta benda ludes. Seorang WTS—katakanlah namanya
Mawar Indah Berduri—ikut tewas dalam peristiwa naas ini. Padahal. Mawar
dikenal sangat cantik, ramah, dan menjadi tumpuan hidup keluarganya di
kampung.
Sebagai wartawan, apa angle yang hendak Anda ambil? Terserah!
Asalkan setiap angle perlu didalami, dan tentu saja, memenuhi tiga unsur
berikut ini.
15
dijanjikan begitu, namun akhirnya Mawar terjebak dalam mata rantai jual
beli perempuan (trafficking), sehingga akhirnya menjadi penghuni lokalisasi.
Setelah menetapkan angle, dengan tidak lupa memberi bingkai dan latar
peristiwa, si wartawan lalu menulis:
Mawar Indah Berduri tewas mengenaskan dalam peristiwa kebakaran di
sebuah lokalisasi di Jakarta Barot, Tubuhnya yang halus mulus tak terlihat
lagi. Padahal, tahun depan kembang desa Itu bokal dipersunting kades
sebagai istri ketujuh.
"Habis sudah tumpuan hidup kami/ kata Lilin Suci (46 tahun), ibu Mawar.
"Kami tak tahu mesti dapat biaya dari mana lagi/ tambah sang ibu sambi!
menangis histeris ketika mendapat kabar bahwa putri kesayangannya telah
tiada.
Menurut keterangan Lilin Suci, setiap bulan Mawar mengirimkan uang Rp
1.500.000,00. "Kini kami luntang lantung dan hidup dari mana?' tanyanya.
Memang kasihan nasib Bu Suci dan keluarga. Sudah jatuh tertimpa tanggo
pulal (nar)
Bagaimana jika tidak ada kejadian alam, atau insiden kebakaran seperti
terjadi di lokalisasi WTS Jakarta Barat, apakah wartawan menganggur?
Ataukah ia malah membuat bencana -misalnya membakar rumah orang—
agar ada bahan berita yang dapat ia tulis?
Tentu tidak! Seorang wartawan yang kreatif, selalu memiliki ide-ide
untuk dikembangkan menjadi berita. Peristiwa yang sudah lama terjadi pun
dapat dikembangkan menjadi sebuah tulisan/ berita yang hangat. Misalnya:
bencana tsunami sudah terjadi lebih dua tahun -ini tentu bukan lagi berita
hangat. Tapi berita itu bisa dihangatkan kembali dengan mengangkat
bagaimana suka duka, atau pengalaman, sebuah keluarga yang tercerai berai
sewaktu tsunami menghantam daerah Aceh dan sebagian wilayah Sumatera,
baru benemu kembali.
Atau contoh lain. Gunung Merapi meletus tiga tahun yang lalu -berita
basi. Wartawan bisa menghangatkannya kembali, dengan mengangkat sisa-
sisa dampak peristiwa alam itu dengan mengaitkannya dengan temuan fakta
sekarang. Katakan, seorang petani yang berhasil sukses karena menjual pasir
gunung merapi (pasir malang) menjadi salah satu media tanam bonsai. Inilah
yang dimaksudkan dengan temuan fakta. Jadi, selalu ada saja teknik untuk
mendapatkan berita. Selalu ada cara jntuk membuat sebuah berita basi
menjadi hangat kembali.
16
dan tali temali sebuah peristiwa. Dengan demikian, apa yang dilaporkan
tidak hanya sebatas apa yang terjadi, tetapi betul-betul tuntas dan
memuaskan rasa ingin tahu audience.
Sebagai contoh, banjir setiap tahun melanda kota Jakarta—ini sebuah
berita biasa. Namun, menjadi berita luar biasa, jika banjir juga sampai
menggenangi rumah pejabat teras negara, atau rumah seorang public figure,
sehingga ketika hendak masuk rumah sang tokoh mesti mengangkat celana
(atau rok) ke atas dulu. Apalagi, jika peristiwa itu diabadikan lewat kamera,
tentu mengandung nilai berita yang luar biasa.
Dalam memburu berita yang menyangkut suatu peristiwa, wartawan
ikut terlibat baik secara fisik maupun nonfisik. Wartawan mengikutinya
dengan empati dan melaporkan hasil amatan dan apa yang ia rasakan.
Wartawan mencatat" semuanya itu. Karena itu, wartawan yang ditugasi
mengikuti dan melapiorkan suatu peristiwa/ event disebut meliput.
Catatan:
meliput = membuat berita atau laporan secara terperinci tentang suatu
masalah atau peristiwa [KBBi 2001: 677).
3.3 Wawancara
Salah salu teknik untuk mendapatkan berita yang eksklusif ialah
dengan wawancara. Tentu saja. yang dipilih adalah narasumber yang punya
nilai berita, atau narasumber yang benar-benar relevan dengan isu berita
tersebut.
Sebagai contoh, kini sedang hangat-hangatnya isu mengenai flu
burung. Siapa kira-kira tokoh yang lepat untuk diwawancarai? Tentu saja,
dokter yang pakar di bidangnya (relevan) atau seorang public figure. kerabat
atau kenalan korban flu burung (narasumber yang punya nilai berita).
Untuk melakukan wawancara dengan narasumber, tidaklah mudah. Di
samping tidak setiap orang mau terbuka, banyak narasumber yang sibuk dan
nyaris tidak punya waktu untuk wawancara khusus. Bagaimana cara
melakukan wawancara, seorang wartawan harus punya trik-trik untuk itu.
17
Bagaimana agar narasumber mau "buka mulut", seorang wartawan pun
harus pandai-pandai menyiasatinya. Ada narasumber yang untuk
mendapatkan atau mengorek sesuatu darinya harus melalui pendekatan
pribadi, atau personal approach. Ada yang melalui teknik investigatif
(penyelidikan), bahkan tidak sedikit wartawan yang untuk mendapatkan
informasi dengan menyamar.
Masih ingat bagaimana penyamaran yang dilakukan wartawan News of
The World yang menjadi sheikh dari Timur Tengah saat mewawancarai
pelatih nasional kesebelasan Inggris, Sven-Goran Erikkson? Dalam
penyamarannya, si wartawan berhasil mengorek informasi dan memancing
komentar Erikkson yang akhirnya menimbulkan kontroversial itu. Akibat
komentarnya, Erikkson lalu berhadapan dengan publik Inggris yang berang.
Erikkson lalu menuai akibat pahit atas komentarnya: dipecat sebagai pelatih
limnas Inggris usai Piala Dunia 2006.
Siapkan pertanyaan
Untuk mendapatkan sebuah berita yang lengkap, seorang wartawan
perlu mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan kepada
narasumber. Kalau perlu, persiapan dilakukan secara tertulis. Bahkan, ada
wartawan yang sebelum melakukan wawancara langsung, mengirimkan
terlebih dahulu daftar pertanyaan yang akan diajukan kepada narasumber.
Mengapa persiapan itu perlu dilakukan? Persiapan perlu dilakukan
agar diperoleh data, informasi dan keterangan yang lengkap pada saat itu
juga. Mengapa daftar pertanyaan perlu dipersiapkan, atau dikirimkan lebih
18
dahulu? Hal ini agar pada saat itu pula diperoleh data yang akurat dan
lengkap mengenai topik yang hendak digali dari narasumber.
Sebagai contoh, seorang wartawan harian ekonomi ingin
mewawancarai presiden direktur sebuah perusahaan sepatu. Ia ingin
menggali dari narasumber, berapakah karyawan yang berpendidikan SLTA,
diploma, S-1. atau S-2? Kalau ini yang ditanyakan mendadak, maka sang
wartawan tidak akan mendapatkan data saat itu juga. Karena karyawan
pabrik sepatu itu mencapai angka belasan ribu, tentu saja sang presiden
direktur tidak tahu persis datanya. Untuk mendapat data itu. sang presiden
direktur memerlukan data dari Bagian Personalia. Jika informasi itu, atau
pertanyaan itu, dikirimkan jauh hari sebelumnya, maka sang presiden
direktur tentu sudah menyiapkan datanya di laci meja. Dan ketika wartawan
meminta data, tinggal diberikan saja bahan yang sudah tersedia.
Sopan
Ketika melakukan wawancara, selalulah bersikap ramah tamah dan
sopan. Anda bisa tidak mendapatkan berita apa-apa, jika narasumber sebal
dengan Anda, lalu meninggalkan Anda pergi.
Kata-kata yang diajukan hendaknya tersusun sedemikian rupa,
sehingga tidak terkesan menyalahkan, menggurui atau memojokkan
narasumber. Ingat, yang diperlukan wartawan ialah menggali informasi dan
data sebanyak-banyaknya dari narasumber, bukan untuk tujuan yang lain.
Tugas wartawan hanyalah menggali, mengarahkan narasumber,
mendengar, dan mencatat.
Berhadapan dengan narasumber, seorang wartawan harus menyadari
dia adalah pencari berita, bukan sumber berita. Sumber berita adalah
narasumber itu sendiri! Jangan sampai, dalam sebuah wawancara, si
wartawan yang lebih banyak ngomong daripada narasumbernya.
19
3.3.3 Wawancara Tertulis
Sering karena masalah teknis dan rumitnya permasalahan,
menyebabkan wartawan tidak dapat langsung masuk ke narasumber. Karena
itu, wawancara tertulis menjadi alternatif. Misalnya, begitu sulitnya
menembus benteng pertahanan Gerakan Aceh Merdeka, padahal wartawan
memerlukan data dan konfirmasi mengenai sebuah operasi militer yang
dilakukan pihak, lawan. Berapa korban jatuh? Nah. wawancara tertulis bisa
dilakukan, dengan menitipkan wawancara itu kepada jalur khusus.
Keuntungan teknik wawancara ini ialah: diperoleh data dan informasi
yang akurat dan penulisan nama dan tempat yang benar. Adapun
kelemahannya: diperlukan waktu yang lama. padahal berita itu segera
ditunggu pemuatannya dan jawaban hanya terbalas pada pertanyaan-
pertanyaan tertulis yang telah dirancang.
20
3.5 Investigasi
Sering wartawan berhadapan dengan narasumber yang tidak mudah
untuk diwawancarai. Atau ia sudah melakukan wawancara, namun masih
belum merasa puas dengan temuan fakta yang diperoleh. Wartawan ingin
lebih dalam lagi menggali. Karena itu, ia melakukan investigasi untuk
memperoleh kedalaman dan penjelasan.
Di dalam melakukan investigasi, sering tidak mudah. Berbagai
hambatan, bahkan sering ancaman, ditemui. Untuk memperoleh berita yang
benar-benar eksklusif, tidak jarang wartawan kadang harus "menyamar".
Namun, ketika bahan berita sudah didapat, hendaknya wartawan jujur
menyebutkan akan dimuat atau dipublikasikan. Jangan mengelabui
narasumber, wartawan harus bisa mendapatkan berita secara fair. Bagaimana
caranya, tergantung pada kemampuan lobi dan keterampilan persuasi sang
wartawan.
21
Tentang ''off the record"
Wartawan yang profesional, mendapatkan sumber berita secara elegan
pula. Karena itu, setiap sumber berita wajib diberitahu—atau wajib
dilindungi bagian tertentu yang dianggap bersifat sangat rahasia—dari hasil
wawancara atau hasil penyelisikan, sesuai permintaan narasumber. Hal ini
tentu saja dituntut—dan sesuai—dengan apa yang tersurat dalam Kode Etik
Jurnalistik Pasal 5 tentang SUMBER BERITA (lihat Lampiran halaman
86 ), bahwa "Wartawan Indonesia menghargai dan melindungi kedudukan
sumber berita yang tidak mau disebut namanya dan tidak menyiarkan
keterangan yang diberikan secara "off the record".
Terdapat tiga macam berita off the record: > Narasumber tidak
bersedia disebutkan namanya -entah karena khawatir mendapat ancaman,
entah karena mendapat intimidasi dari pihak lain. Dalam hal ini, wartawan
wajib melindungi sumber berita. Menghadapi narasumber seperti ini.
bagaimana "akal" wartawan? Wartawan dapat menulis, "Menurut sumber
yang dapat dipercaya..." (untuk mengganti nama sumber yang menyatakan
bahwa dia tidak bersedia disebutkan namanya.
Ketersembunyian, atau identitas, narasumber masih dapat
dipertahankan dalam kondisi terdapat banyat kriteria yang masuk dalam
beberapa ciri identitas. Sebagai contoh, sebuah universitas X di Jakarta,
sudah biasa para mahasiswanya mengonsumsi obat-obat terlarang. Seorang
mahasiswa memberikan keterangan dan namanya diminta off the record,
maka memang sulit diidentifikasi siapa mahasiswa yang bersangkutan. Akan
tetapi, lain persoalannya jika di kampus tersebut hanya ada satu dekan, dan
si wartawan menulis, "menurut keterangan dekan fakultas..." meskipun
tampak si wartawan menyembunyikan identitas narasumber, sebenarnya
dengan mencantumkannya demikian gamblang— maka orang akan tahu
juga siapa yang dimaksudkan.
Yang diminta dirahasiakan hanya "bagian tertentu" dari keterangan
narasumber saja. Wartawan hendaknya menaati permintaan narasumber, jika
ada bagian tertentu dari keterangan yang memang bersifat sangat rahasia
dengan pertimbangan dan alasan tertentu. Off the record seluruhnya, baik
identitas, sebagian, atau seluruh keterangan. Si narasumber tidak ingin
keterangannya dipublikasikan, hanya klarifikasi persoalan saja. Misalnya,
mengenai perceraian dan sebab-sebab keretakan rumah tangga artis atau
public figure. Jadi, narasumber tidak ingin keterangannya dipublikasikan
untuk konsumsi umum.
KATA-KATA KUNCI.
penemuan peristiwa (fact finding)
keterangan dari saksi
22
angle
public figure
event
meliput
narasumber
konferensi pers (press conference)
wawancara individual
wawancara tertulis
wawancara tak bersemuka
off the record
investigasi
faks
teleks
PERTANYAAN
1. Jelaskan mengapa dalam menulis berita, fakta harus menjadi landasan
utamanya?
2. Apa yang dimaksudkan dengan "factfinding"!
3. Apa yang dimaksudkan dengan "angle"? Berikanlah contoh angle dalam
sebuah peristiwa!
4. Jelaskan dengan lengkap pengertian "meliput". Apa bedanya dengan
"meliputi"?
5. Bagaimana proses/ langkah-langkah mendapatkan berita yang eksklusif?
Jelaskan secara lengkap!
6. Bagaimana memulai wawancara? Apa yang perlu diperhatikan ketika
melakukan wawancara?
7. Jelaskan mengenai konferensi pers! Apa keunggulan dan kelemahannya?
8. Apa yang dimaksudkan dengan "wawancara tertulis" Apa persiapan yang
harus dilakukan?
9. Apa yang dimaksudkan dengan "wawancara tak bersemuka?" Apa
kelebihan dan kekurangannya? Jelaskan!
10. Jelaskan apa yang dimaksudkan dengan "off the record".
TUGAS
Coba keluar ruangan kelas. Temuilah, lalu wawancarailah narasumber.
Catatlah hasil wawancara itu. Tunjukkan nilai berita di dalamnya. Jelaskan
dengan argumen, mengapa Anda mengatakannya mengandung nilai berita!
Jelaskan, dalam menulis berita itu. Anda menggunakan angle yang mana?
23
BAB 4
24
Apakah yang dimaksudkan dengan "berita"? .
Sulit mendefinisikannya secara sempurna, sebab sebuah berita
mengandung banyak dimensi dan syarat-syarat. Apalagi berita yang
dimaksudkan untuk disajikan media, dan untuk konsumsi publik, tentu
harus mengandung unsur-unsur sebuah berita yang selain berdimensi
penting dan menyangkut hajat hidup/ kepentingan/ minat orang banyak,
juga bernilai jual.
Di sanalah kita masuk dalam apa yang disebut dengan "fakta/peristiwa yang
mengandung unsur berita". Jadi, tidak setiap fakta/peristiwa adalah berita.
Fakta/peristiwa yang bernilai berita, haruslah:
1. sesuatu yang unik;
2. sesuatu yang luar biasa;
3. sesuatu yang langka;
25
4. sesuatu yang dialami/dilakukan/menimpa orang (tokoh) penting;
5. sesuatu yang menyangkut keingintahuan publik;
6. sesuatu yang tersembunyi;
7. sesuatu yang sulit untuk dimasuki;
8. sesuatu yang belum banyak/umum diketahui;
9. pemikiran dari tokoh penting;
10. komentar/ucapan dari tokoh penting;
11. kelakuan/kehidupan tokoh penting, dan
12. hal lain yang luar biasa.
Contoh 1
Bangun tidur, kuterus mandi, tidalc lupo menggosok gigi. Habis mandi, kutolong ibu
membersihkan tempat tidurku (syair lagu: Pak Kasur)
Adakah tercampur fakta dan opini pada kalimat itu-kalau benar Anda'
mengalami hal seperti itu? Tidak! Fakta akan bercampur dengan opini jika
kalimat itu menjadi:
26
Bangun tidur, tampaknya kuterus mandi, (katanya tidak lupa menggosok
gigi. Habis mandi, sebaiknya kutolong ibu mungkin membersihkan tempat
tidurku.
Contoh 2
Pencampuradukkan fakta dengan imajinasi:
Pesawat naas itu lepas landas. Mesinnya tiba-tiba mati. Dalam hitungan detik, di
ketinggian, pesawat segera amblas. Bias..., ewes-ewes ewes, sampai bablas angine....
Sebaiknya kalimat berita itu cukup sampai sebelum "Bias.... ewes-ewes ewes,
sampai bablas angine...Karena itu merupakan imajinasi penulisnya.
KATA-KATA KUNCI
menulis
mengarang
nilai berita
definisi
tradisional
berita
fakta
dan opini
PERTANYAAN
1. Apa perbedaan antara mengarang dan menulis?
2. Apa yang dimaksudkan dengan "peristiwa yang mengandung nilai
berita"? Jelaskan!
3. Apa batasan berita menurut definisi tradisional? Apa maknanya?
4. Mengapa tidak boleh mencampurkan antara berita dan opini? Berikan
argumen yang masuk akal!
5. Buat contoh dalam sebuah kalimat berita faktual yang tidak bercampur
dengan opini!
TUGAS
Telitilah, atau carilah, di media cetak adakah yang Anda temukan contoh
kasus wartawan yang mencampuradukkan antara berita dan opini? Buat
kliping dan komentarilah!
27
BAB 5
UNSUR-UNSUR BERITA
Setelah membaca dan mempelajari bab ini, Anda diharapkan dapat
1. memahami unsur-unsur berita (5W+1 H)
2. sanggup merekonstruksi sebuah laporan berita
3. dapat mempertimbangkan manakah unsur yang perlu diangkat sebagai
kata pembuka
28
Apa unsur-unsur berita?
Seperti halnya dalam satu kesatuan anatomi, maka dalam berita pun ada
anatomi, atau unsur-unsur senyawanya. Umumnya, para pakar sepakat
bahwa didalam sebuah berita terdapat 6 unsur, yang disingkat menjadi
5W+1H.
Who (Siapa)?
What (Apa)?
Where (Di mana)?
Why (Mengapa)?
When (Kapan)?
How (Bagaimana)?
Dengan tergopoh-gopoh, Ali mengambil pena yang tergeletak di atas meja belajarnya. la
memerlukan pena itu saat itu juga, pada subuh hari Kamis, untuk menulis sepucuk
surat kepada kekasihnya.
29
3. Di mana? (di atas meja belajarnya)
4. Mengapa Ali mengambil pena itu? (untuk menulis surat buat kekasihnya)
5. Kapan? (pada subuh hari Kamis)
6. Bagaimana? (dengan tergopoh-gopoh)
Dua anggota Brigade Mobil di bawah kendali operasi Kepolisian Resor Poso terlibat
baku hantam di Jalan Kalimantan, Poso, Sulawesi fengah, Minggu (28/8). [Kompas,
29 Agustus 2005: 15).
Apa yang ada di kepala wartawan, ketika menulis berita itu? Yang pasti,
setiap berita yang ditulis itu unik. dan yang diangkat ialah peristiwa yang
mengandung nilai berita. Setiap berita yang diangkat ialah yang luar biasa.
Apanya yang luar biasa dalam contoh berita tadi? Tentu saja,
perkelahian antara dua anggota Brigade Mobil. Keluarbiasaan itu terletak
pada kontradiksi antara apa seharusnya tugas anggota Brigade Mobil dan
apa yang mereka lakukan. Semestinya, aparat keamanan melindungi dan
menciptakan keamanan dan ketertiban. Namun, yang terjadi justru
sebaliknya, aparat keamanan justru membuat onar. Di sanalah letak
keunikan berita itu.
30
Contoh lain:
Selasa [23/8/2005] siang penyanyi dangdut lis Dahlia [34] manggung di lapangan di
Lembaga Pemasyarakatan [LP] Cipinang, Jakarta. Puluhan penghuni LP berdiri di
depan panggung itu. (Kompas. 29/8/2005:16).
Laporan wartawan mengenai kiprah penyanyi dangdut lis Dahlia seperti
contoh tadi boleh dikatakan "agak menyimpang" dari norma penulisan
berita—apalagi berita keras/hardnews). Mengapa? Sebab yang menempati
kata pertama dalam kalimat bukan "Siapa" dan "Apa", tetapi justru unsur
waktu atau kapan (Selasa 23/8).
Perhatikan antara saat terjadi peristiwa (23/8) dan waktu pemuatan
berita itu (29/8). Kita pun lalu bertanya-tanya, mengapa sebuah media cetak
harian, baru menurunkan berita itu hampir seminggu setelah peristiwa?
Apakah karena kekurangan tempat? Ataukah karena dianggap kurang
penting?
Pasti ada pertimbangan itu! Mengenai penempatan berita pada
halaman-halaman surat kabar, akan dibahas tersendiri dalam Bab 11
mengenai Rubrikasi dan Mengenal Desk Sebuah Media (halaman 78).
Dalam praktik sehari-hari. sering terjadi diskusi antara wartawan
dengan redaktur (atau sering disebut sebagai jabrik = penjaga rubrik). Dalam
diskusi itu juga disinggung mengenai yang ingin ditonjolkan unsur maha,
pelaku ataukah apa (peristiwa)-nya? Mengapa demikian? Karena orientasi
sebuah media bukanlah pengelola, namun audience. Apakah berita yang
disajikan menjawab kebutuhan mereka?
KATA-KATA KUNCI
unsur-unsur berita
rekonstruksi berita
penjaga rubrik
orientasi media
PERTANYAAN
1. Apa yang dimaksudkan dengan "unsur-unsur berita?" Jelaskan!
2. Adakah kesamaan unsur-unsur berita dengan pandangan Laswell
mengenai hakikat komunikasi?
3. Apa yang menjadi pertimbangan mendahulukan menyebut pelaku
daripada peristiwa dan sebaliknya?
TUGAS
Wawancarailah narasumber tentang suatu peristiwa yang mengandung nilai
berita. Tulislah! Beri tanda unsur-unsur itu pada setiap kalimat.
31
BAB 6
32
Untuk bisa mulai menulis, diandaikan bahan berita sudah ada di "kantong".
Wartawan sudah terjun ke lapangan, dan kini saatnya ia berada di kantor
redaksi. Menghadap komputer masing-masing, melihat catatan-catatan
tertulis, mendengar kembali rekaman kaset. Kalau perlu, terus melakukan
cek dan ricek. apakah misalnya penulisan suatu idiom, nama tokoh, nama
tempat, atau istilah khusus sudah akurat? Untuk itu. manfaatkan kamus,
leksikon, ensiklopedi, data "apa dan siapa", profil tokoh dan geografi.
Wartawan harus bisa memanfaatkan semuanya itu. agar laporannya akurat
dan mantap.
Pengalaman menunjukkan, akurasi itu sangat perlu dilakukan. Kalau
tidak, akibatnya bisa menuai tulah. Salah nulis (ngucap) nama tokoh tertentu
misalnya, bisa berbuntut panjang. Sang tokoh, kalau sangat penting, bisa
mencak-mencak. Jika demikian, wartawan yang bersangkutan akan
berhadapan dengan masalah. Tidak saja medianya dituntut, tetapi juga bisa
berakibat pada penurunan pangkat, atau yang lebih buruk lagi, pemecatan.
Barangkali tugas wartawan media cetak di dalam menulis laporan,
tidak serumit wartawan media elektronika. Selesai menulis, laporan itu
tinggal disunting redaktur bidang. Bila sudah dianggap sempurna, tinggal
diteruskan ke jaringan komputer pracetak untuk segera disetting. Tentu saja,
sebelumnya terjadi diskusi antara wartawan dengan sang redaktur, atau
antarsesama redaktur, apakah berita yang baru saja ditulis layak masuk (dan
menjadi) headline atau tidak? (Merupakan suatu prestasi, dan mendapat poin
khusus, jika wartawan sanggup menembus headline. Suatu saat, bisa jadi dia
akan dipromosikan.)
Apa pun medianya, teknik menulis berita pada hakikatnya sama saja.
Apabila seseorang bisa menulis berita untuk media cetak, maka ia bisa pula
menulis berita untuk media yang lain, seperti untuk radio dan televisi.
Bagaimana cara (dan proses) memburu berita, ilmu menulis, kaidah-kaidah,
sampai pada penyajian sebelum berita disiarkan, pada prinsipnya sama saja.
Tentu saja. karena masing-masing media memiliki kelebihan dan
keterbatasan, setiap media mempunyai kekhususan di dalam proses
penyajiannya. Dalam media elektronika, unsur audio visual memainkan
peranan penting. Sementara pada media cetak, maka unsur visuallah yang
sangat dominan. Tidak pernah ada unsur audio di dalamnya.
Dengan kata lain. pemberitaan dalam media elektronika mengandalkan
bahasa lisan dengan keterbatasan waktu dan tempat. Sementara media cetak
mengandalkan bahasa tulisan, namun tidak dibatasi oleh waktu dan tempat.
Sifat dan kekhususan media seperti itu. akhirnya menuntut
pemberitaan tertentu puia. Di situlah nantinya terjadi "penyesuaian" pola
penulisan antara media cetak, radio, dan televisi -dengan tetap
memperhitungkan kelebihan dan keterbatasannya.
33
Perbedaan, keunggulan, dan keterbatasan media
MEDIA CETAK
1. Bahasa tulisan
2. Kesalahan bahasa dan pungtuasi kentara
3. Jika terjadi kesalahan dalam pemberitaan dapat diralat dalam rubrik atau
terbitan berikutnya
4. Kesalahan tulis dapat diminimalisasikan
5. Tidak dibatasi waktu dan tempat
6. Mengandalkan laporan tertulis, tidak harus disertai dengon gambar
7. Laporan dan pencarian berita dopat dilakukan secara solo
8. Editing tidak rumit
9. Tidak begitu repot melakukan koordinasi penurunan berita
TELEVISI
1. Bahasa lisan
2. Kesalahan dan pungtuasi tidak kentara
3. Kesalahan lebih sulit untuk diperbaiki
4. Salah ucap bisa fatal karena pembetulannya akan mengganggu
5. Dibatasi oleh waktu dan tempat
6. Mengandalkan baik Idporan/informasi lisan maupun gambar yang
bergerak
7. Tidak dapat dilakukan hanya seorang wartawan, memerlukan crew yang
banyak
8. Editing cukup, bahkan sangat rumit
9. Cukup atau bahkan sangat repot melakukan tayangan/penurunan berita
RADIO
1. Bahasa lisan
2. Kesalahan dan pungtuasi tidak kentara
3. Kesalahan lebih sulit untuk diperbaiki
4. Salah ucap bisa fatal karena pembetulannya akan mengganggu
34
5. Terbatas oleh waktu dan tempat
6. Hanya mengandalkan laporan secara audio
7. Laporan dilakukan wartawan, dibacakan oleh penyiar
8. Editing lumayan repot, apalagi jika diselipkan dengan hasil wawancara
atau kota-kota (suara) narasumber
9. Cukup mudah melakukan editing dibanding TV
Menulis berita dengan baik dan benar serta menarik, ternyata tidak mudah.
Untuk itu. diperlukan latihan terus-menerus. Dengan banyak berlatih, si
wartawan akan menjadi sangat hafal struktur sebuah berita yang baik dan
benar. Setelah itu. baru dilihat dan ditimbang-timbang, apakah berita yang
sudah ditulis menarik jika disajikan ke audience.
Jika demikian, dibutuhkan waktu. tenaga dan pikiran dalam menyusun
(dan menulis) sebuah berita? Memang demikian! Sebuah berita yang
berhasil menuntut kreativitas dan imajinasi, di samping keterampilan
menulis seorang wartawan.
35
bahasa yang sukar dicerna. Jangan pernah membuat sesuatu yang sederhana
menjadi rumit. Sebaliknya, ungkapkan yang rumit dalam bahasa yang
sederhana dan mudah dimengerti.
Gunakan kata/ Terminologi yang Akrab bagi Pembaca
Anda menulis bagi orang lain. Pertimbangkanlah setiap kata yang
Anda gunakan sebagai alat komunikasi. Anda berkomunikasi dengan
segmen masyarakat mana? Apakah kata dan bahasa yang Anda gunakan
dapat mereka pahami?
Hindari Kata-kata yang Tidak Menambah Arti Kalimat
Selain membosankan, kata-kata yang tidak menambah arti kalimat
sebaiknya dihindari karena merupakan pemborosan (ekonomi kata). Masih
sering kita jumpai wartawan yang menulis demikian:
Tidak menambah arti:
1. Agar supaya
2. Membubuhkan tanda tangan
3. Mengajukan permohonan pengunduran diri
4. Berhasil meloloskan diri
Sebaiknya:
1. Agar/ supaya
2. Menandatangani
3. Berhenti
4. lolos
Tampak bahwa kata-kata yang diganti selain singkat, juga gampang
untuk dimengerti. Wartawan harus menggunakan kata-kata yang gampang
dimengerti.
Gunakan Kalimat Singkat
Usahakan agar orang yang membaca tulisan kita, jangan dibuat berkerut
dahi. Upayakan agar tulisan kita dapat dipahami tanpa orang harus membaca
ulang. Untuk itu. gunakanlah kata yang sederhana dengan kalimat yang
singkat. Makin pendek sebuah kalimat, makin mudah dimengerti. Memang
ada pedoman untuk mengukur mudah/tidaknya sebuah kalimat dipahami.
Taruhlah di depan Anda buku teks (atau bahan bacaan) tingkat SD,
SMP. SMA, dan perguruan tinggi. Secara subjektif kita merasakan, semakin
tinggi jenjang pendidikan, akan semakin sulit juga untuk dipahami
kalimatnya. Tak hanya sukar dipahami. kalimatnya pun semakin panjang.
36
Namun, sebenarnya kita dapat mengukur mudah/ tidaknya sebuah kalimat
dipahami. Pedoman itu disebut: FOG INDEX. Cara mengukur pemahaman
akan suatu tulisan ini ditemukan Robert Gunning, dari Robert Gunning
Clear Writing Institute Santa Barbara, California dalam buku The Technique of
Clear Writing. Sebenarnya, pedoman ini pada awal mula untuk mengukur
kemampuan menulis para jurnalis dalam bahasa Inggris. Namun, kemudian
diperluas, sebab prinsip-prinsip dasarnya bisa berlaku untuk semua bahasa -
termasuk bahasa Indonesia.
Bagaimana mengukur Fog Index sebuah tulisan/laporan? Setiap
tulisan/laporan unik. Artinya, berbeda satu sama lain. Demikian pula
panjang/pendeknya tidak sama. Karena itu. baiklah kiranya jika diberikan
rumusan umumnya saja.
Katakan sebuah laporan/ tulisan terdiri atas 200 kata. Kita dapat mulai
menghitung rata-rata jumlah kata per kalimat-apakah rata-rata 10, 12, 14,
ataukah lebih! Kemudian, hitung pula kata yang mengandung tiga suku kata
atau lebih. Ini yang dimaksudkan dengan persentase dari jumlah keseluruhan
kata dalam sebuah tulisan/laporan. Jumlahkan kedua angka itu. Lalu. dibagi
dengan 2,5. Itulah Fog lndex.
Misalnya, sebuah tulisan berjudul "Duka Seorang Pramuria" -sebuah
tulisan yang mengulas suka duka seorang pramuria.
Diketahui: Rata-rata jumlah kata per kalimat: 14
Persentase kata bersuku tiga atau lebih :20
Ditanyakan: Berapa Fog Index?
Dijawab: (14 +20) : 2,5 = 13,6
Jadi, Fog Index-nya: 14 (dibulatkan ke atas)
Apa arti Fog Index itu? Dengan angka 14, Fog Index sudah berbicara
banyak. Kita dapat mengetahui bahwa laporan tadi berada dalam kategori
"agak mudah" untuk dimengerti.
Berikut ini taksiran tingkat mudah-sukamya pemahaman sebuah kalimat.
37
Di negeri kita. Intisari termasuk majalah yang mudah dimengerti
sajiannya. Kalimatnya pendek-pendek, mengalir, dan enak dibaca. Juga
majalah Tempo. Dengan motto "Enak Dibaca dan Perlu", Tempo tetap
mengupayakan adanya keharmonisan antara kenyamanan membaca (sajian)
dan unsur isi (perlu). Sebab hanya hanya enak dibaca saja tanpa isi yang
berbobot, akan menjadi hiburan yang tak banyak faedahnya. Namun, jika
hanya unsur penting (isi) yang ditonjolkan, maka sajiannya akan kering
kerontang. Orang akan bosan membacanya. Tak ada pengiklan yang mau
beriklan jika sebuah media lak ada yang membacanya. Kompas minggu pun
demikian. Kalimatnya terdiri atas kata yang tidak panjang-panjang.
Buatlah Paragraf Singkat
Paragraf, secara etimologis berasal dari kata Yunani para + grafein yang
berarti: berhubungan dengan tulisan, atau tulisan yang ada kaitannya satu
sama lain. Paragraf sama pengertiannya dengan alinea.
Biasanya, rumusannya adalah: setiap ganti ide, ganti paragraf Demikian pula
jika dalam teks ada dialog, maka setiap pergantian dialog, dimulai dengan
paragraf baru pula.
Selain itu, kita pun dapat merujuk pada kata penghubung (juga, pula, selain
itu, di samping itu. selanjutnya) untuk mengetahui kapan harus memulai
paragraf baru.
Selalu berikanlah perhatian pada paragraf pembuka dan penutup. Paragraf
pembuka untuk menarik perhatian dan menyentak pembaca. Sementara
paragraf penutup karena Anda akan berpisah dengan pembaca, dan Anda
harus dapat meninggalkan kesan pada pembaca.
Gunakan Kata Konkret dan Terukur
Kata-kata yang abstrak cenderung memancing orang berpikir keras,
sedangkan kata yang konkret memudahkan orang mengidentifikasi.
Usahakan agar pembaca tidak membuang-buang waktu dan tenaga
mengabstraksi, sebab masih banyak hal penting lain lagi yang mesti mereka
kerjakan.
Untuk itu, gunakanlah kata konkret dan terukur.
1. Kecelakaan pesawat Mandala menewaskan begitu banyak orang
2. Menurut sebuah kantor berita luar negeri
3. Masyarakat
4. Pada suatu hari di awal bulan Desember
Konkret dan terukur
38
1. Kecelakaan pesawat Mandala menewaskan 145 orang
2. Menurut AP (Associated Press of America)
3. Lingkungan, desa, kota, metropolitan
4. Pada 3 Desember
Pengalihan kata-kata abstrak ke kata-kata yang konkret dapat diteruskan
sendiri, dengan mengambil contoh di atas.
39
baginya tidak penting, apalagi detail dan kaitan-kaitannya dengan pokok
berita.
Ada media tertentu yang hanya melulu mengandalkan pola
pemberitaan/penulisan seperti ini. Paling banyak media elektronika, karena
keterbatasan waktu (durasi). Namun, media cetak pun sudah banyak yang
menganut pola ini.
Judul berita:
JUDUL Apa + mengapa?, siapa + mengapa?,
dan seterusnya...
Berisi informasi penting. Sekaligus
LEAD menjawab pertanyaan 5W+1H (who,
what, why, when, where, +how).
40
A Dimulai dengan anekdot, atauhuman
interest yang menarik pembaca.
41
Umumnya pola pemberitaan non-konvensional memiliki struktur yang
disajikan secara kreatif, memenuhi rasa ingin tahu pembaca yang menyukai
kedalaman untuk tahu mengenai sesuatu yang terjadi di balik berita/
peristiwa, yang memenuhi curiosity audience.
Meski non-konvensional, beberapa unsur yang menjadi penyangga struktur
pelaporan berita jenis ini masih dapat untuk diidentifikasi, yakni:
a. Paparan mengenai latar (background news).
b. Laporan dilengkapi dengan hasil pengamatan, atau hasil penyelidikan
(spot news/investigative news). Membuat laporan seperti ini tidak mudah,
biasanya dilakukan oleh wartawan yang berpengalaman, atau seorang
redaktur, yang menyunting atau menggabungkan laporan beberapa
wartawan mengenai topik yang sama.
c. Laporan yang bersifat keilmuan, dilengkapi dengan argumentasi,
hubungan sebab-akibat, serta pendapat tokoh yang dianggap pakar.
Biasanya, pola non-konvensional ini digunakan untuk melaporkan sajian-
sajian khusus. Di dalamnya tidak semata-mata berisi news, tetapi juga sisi-sisi
lain yang menarik (human interest) yang melingkupi suatu peristiwa, turut
dilaporkan/ditulis. Dalam media cetak harian, kecuali skala topik beritanya
besar dan massif, pola pemberitaan ini dipakai. Dalam majalah sangat lazim
digunakan, misalnya pola ini dapat kita jumpai dalam Laporan Utama,
Laporan Khusus, atau Sorotan. Dalam pemberitaan media elektronika pun
pola non-konvensional sering digunakan. Namun, kerap pula disebut
sebagai "feature" sebab memang di antara keduanya sukar untuk dicari
tembok pemisahnya.
KATA-KATA KUNCI
cek dan ricek
headline logika kalimat
ekonomi kata
Fog Index
para-grafein
kalimat abstrak
kalimat konkret dan terukur
inverted triangle
in depth news
pyramid/ upright triangle
42
rectangle
background fact
tie back
curiosity
spot news/ investigative news
PERTANYAAN
1. Apa yang dilakukan wartawan, agar berita yang ditulisnya terjamin
akurasinya?
2. Apa yang dimaksudkan dengan "headiine"? Jelaskan!
3. Apa Fog Index? Jelaskan!
4. Sebutkan dan jelaskan langkah demi langkah penulisan berita!
5. Apa yang dimaksudkan dengan kalimat abstrak? Jelaskan dan berilah
contoh!
6. Apa yang dimaksudkan dengan kalimat konkret dan terukur? Jelaskan
dan berikan contoh!
7. Apa yang dimaksudkan dengan struktur berita? Jelaskan!
8. Paling tidak, dikenal empat struktur berita. Jelaskan dan berikanlah
contoh masing-masing!
TUGAS
Temukanlah sebuah berita yang eksklusif. Tulislah dalam bangun empat
struktur penulisan berita!
43
BAB 7
44
Audience harus selalu "dipancing" minatnya, agar mau terus mengikuti
tulisan, atau laporan Anda. Caranya? Salah satu kiat memancing pembaca
ialah melalui apa yang dalam teknik penulisan berita disebut dengan "lead".
Menyebut Tenggarong, ingatan langsung tertuju pada kerajaan Kutai. Sebuah kota
legenda dan bersejarah, terletak di tepi sungai Mahakam. Di masa lalu, kota ini sangat
populer
45
Kami segera masuk ke dalam gua yang sebetulnya pantas disebut lubang buaya. Pengap
dan bau. Kelelawar yang menggantung di batu bagai setan-setan liar, tak henti-hentinya
menggoda sambil mempertunjukkan gigi-gigi yang tajam dan kasar. Cepat-cepat saya
keluar, mencari lubang angin. Tak tahan rasanya lama-lama di dalam, seperti di
neraka!
46
7.2.7 Teras Bersifat Teka Teki (Teser Lead)
Dari namanya teras ini penuh dengan teka teki. Pembaca belum
menemukan pokok persoalan membaca kalimat pertama. Sesudah beberapa
kalimat, baru menjadi jelas.
Contoh:
Kura-kura dalam perahu, pura-pura tidak tahu. Saksi mata yang dimintai keterangan
kemarin oleh polisi mengatakan ia tidak tahu menahu. Padahal saat kejadian, alibi
menunjukkan dia ada di sana.
Lead teka teki itu lantas diakhiri kalimat:
Ledakan bom di malam Natal itu tidak saja mengguncang seluruh Jakarta,
juga mengguncang rasa kemanusiaan kita.
"Teng! Teng! Teng!" bel sekolah berdentang tiga kali. Nyaring dan merdu. Sesudah itu.
muncul barisan prosesi dari kantor kepala sekolah. Lima belas siswa teladan berbaris
rapi mengenakan seragam sekolah. Acara syukuron yang luar biasa!
KATA-KATA KUNCI
lead
makna leksikal lead
teras ringkasan (summary lead)
teras paparan (norrative lead)
teras deskripsi (description lead)
teras tenya (guesiion lead)
47
teras kutipan langsung (guoiation lead)
teras berkomunikasi langsung (direct address lead)
teras-imajinatif (Jmaginative lead)
teras bersifat teldi teki {teser lead)
teras kombinasi (combination lead)
PERTANYAAN
1. Apa yang dimaksudkan dengan makna leksikal lead? Jelaskan!
2. Apa pengertian leadl Jelaskan dengan ilustrasi!
3. Sebutkan dan jela.skan (dengan contoh) 9 ragam leadl
TUGAS
Buatlah kliping dari koran/majalah yang menunjukkan sembilan ragam
"lead" yang Anda ketahui. Sebutkan dengan jelas, "lead" itu masuk ragam
yang mana? Sebutkan pula sumbernya!
48
BAB 8
49
Sebelum bertemu dengan lead. sebetulnya audience lebih dulu berjumpa
dengan judul berita. Apabila lead adalah "pancingan" agaraudience mau
mengikuti seluruh berita maka judul merupakan "mata kail" yang .sanggup
menarik masuk seluruh perhatian dan daya ciptii audience agar mau mengikuti
berita yang Anda tulis.
Oleh karena itu. judul sebuali berita menjadi sangat penting. Membuat
judul berita yang berhasil, tidak sekadar asal-asalan. Diperlukan keterampilan
tersendiri (pengalaman menunjukkan, wartawan junior sering yang membuat
judul berita yang ditulisnya, agar tampil memikat, adalah redaktur).
Dalam bangun laporan berita yang sudah dimuat dan dipublikasikan
media cetak, kita memang menyaksikan bahwa judul berita dulu yang
tampak, bukan lead dan batang tubuh berita. Ini mempakan hasil akhir dari
sebuah proses pencarian, penulisan, dan pencetakan berita. Namun,
sebenarnya judul berita dibuat paling akhir belakangan), setelah batang
tubuh berita dan lead ditulis.
Wartawan senior dan yang berpengalaman akan dipersilakan oleh
penjaga rubrik untuk membual judul berita sendiri. Namun, untuk wartawan
pemula dan wartawan junior, judul berita biasanya dibuatkan oleh redaktur
bidang (jabrik). Cukup dikosongkan saja space yang menjadi tempat untuk
judul berita, nanti akan dilengkapi jabrik.
50
8.1.3 Intisari Berita
Sebuah tragedi kemanusiaan (peledakan bom) kembali menguncang Bali.
Tidak diketahui siapa pelakunya waktu berita diturunkan. Namun, korban
sudah dapat diketahui tak lama setelah kejadian, baik dari saksi mata
maupun dari keterangan polisi. Wartawan yang meliput peristiwa itu
menganggap bahwa sisi yang penting diangkat ialah apa yang terjadi (What)
dan siapa yang menjadi korban (Who). Karena itu, judul berita pun
menjadi:
51
8.1.5 Gunakan Bentuk Kalimaf Aktif, bukan Pasif
Penggunaan prefiks (ke-an) dalam judul berita tidak sangat tidak lazim.
Namun, selanjutnya, dalam batang tubuh berita, kalimat jurnalistik yang
lengkap tetap wajib digunakan.
Lazimnya, judul kalimat menggunakan kalmat aktif karena 'daya
(power)-nya lebih dahsyat.
Contoh:
1. Presiden Resmikan Megaproyek di Bontang
2. Naik, Harga BBM Bulan Depan
Perhatikan contoh judul pertama dan kedua. Contoh yang pertama
mengutamakan siapa (presiden) sebagai kata pembuka. Mengapa? Wartawan
mempertimbangkan, lugas seorang presiden sangat banyak. Kalau seorang
presiden bersedia meresmikan sebuah proyek, tentu ada dasar pertimbangan
sendiri. Karena im, untuk menarik perhatian audience, presiden menjadi kata
pembuka dalam judul.
Lalu perhatikan contoh judul berita yang kedua. Mengapa "Naik" yang
dijadikan kata pembuka, bukan BBM? Tentu ada dasar pertimbangannya,
sebab dengan kala "naik" akan muncul tanggapan yang cepat dari audience
Efek domino dari kata "naik" tentu dengan sendirinya bergulir dan orang
akan merasa berita itu penting untuk terus diikuti.
Meski dianjurkan menggunakan kalimat aktif, dalam kenyataan, sering
pula kita menemukan adanya judul berita yang menggunakan bentuk kalimat
pasif -terutama untuk menggambarkan suatu peristiwa yang dramatis
Umumnya bentuk kalimat pasif dalam judul berita ini kita temukan pada
berita-berita kriminal.
Contoh:
Mahasiswi Cantik itu Digauli, Lalu Dipukul
52
KATA-KATA KUNCI
judul berita
polajudul berita
power sebuah kata
efek domino kata
single minded
PERTANYAAN
1. Sebutkan dan jelaskan polajudul berita! Berikanlah dengan contoh!
2. Mengapa judul berita tidak boleh panjang?
3. Apa artinya single mindedl Jelaskan!
TUGAS
Buatlah contoh judul berita yang menunjukkan masing-masing pola! Carilah
dan buatlah kliping dari koran/majalah masing-masing pola judul berita dan
tunjukkan judul itu masuk kategori pola yang mana?
53
BAB 9
54
Berita, atau laporan wartawan dari lapangan, sering tidak sempuma. Karena
sifatnya yang serba buru-buru dan cepat, maka sering sebuah berita masih
perlu untuk disempurnakan, atau dengan istilah lain. masih perlu untuk
disunting.
9.1 Pengertian
Sebelum masuk ke dalam pengertian "menyunting" sebaiknya kita simak dua
contoh kalimat berikut ini.
Ambrosino Rinaldi mempersunting gadis
Idamannya.
Amelia Melatisuci tengah menyunting berita
yang akan segera diturunkan.
Apakah Anda "merasakan" perbedan antara dua kalimat itu?
Pada kalimat yang pertama, tentu saja "mempersunting" yang dimaksudkan
ialah meminang, atau melamar. Sementara pada kalimat yang kedua, Amelia
Melatisuci tentu bukan menyunting gadis idamannya, sebab dia sendiri
gadis. Yang dimaksudkan ialah bahwa Amelia Melatisuci tengah mengedit
atau memperindah/ menjadikan sebuah naskah berita layak untuk dimuat
atau diterbitkan.
Dalam dunia jurnalistik, kegiatan menyunting mengandung tiga pengertian.
Menyiapkan naskah siap cetak, atau siap terbit, dengan memerhatikan
segi sistematika penyajian, isi, dan bahasa (menyangkut ejaan, diksi, dan
struktur kalimat; mengedit).
Merencanakan dan mengarahkan penerbitan (surat kabar, majalah).
Menyusun atau merakit (film. pita rekaman) dengan cara memotong-
motong dan memasang kembali (KBBI. 2001: 1106).
55
Mengapa masih diperlukan lagi seorang yang pekerjaannya khusus
untuk menyunting naskah? Argumen rasionalnya ialah bahwa naskah masih
perlu untuk disunting karena tidak semua naskah yang masuk ke desk
redaktur langsung siap saji. Masih banyak materi yang perlu untuk
disempurnakan di meja redaksi. Akan tetapi, sebenarnya masih banyak
alasan lain. tidak semata-mata teknis, mengapa naskah masih perlu untuk
disunting lagi.
1. Menghindari masalah hukum maupun masalah pencemaran nama baik
seseorang.
2. Menyeleksi berita bohong.
3. Menyeleksi berita yang sudah basi, atau berita yang tidak layak muat.
4. Mengoperasionalkan kalimat yang kacau menjadi kalimat yang
komunikatif, enak dibaca, benar, dan menarik.
5. Menghindari masalah SARA.
6. Menghindari kesalahan spelling, atau salah cetak.
56
7. Terbuka atas semua masukan, pendapat, atau usulan yang datang dari
siapa pun.
8. Mau terus-menerus belajar.
9. Menguasai dan mengenal karakter medianya (tata letak, dan sebagainya).
10. Menguasai dan mengenal kolom-kolom, atau rubrikasi.
11. Mengenal siapa pembaca dan pemasang iklan.
57
9.4.2 Menyunting Laporan
Laporan wartawan sering dibuai dalam tempo yang sangat terbatas dan
dikejar tenggat waktu. Karena itu. sangat terbuka kemungkinan ia kurang
awas dengan segala bentuk kesalahan, akibat tekanan waktu dan tekanan
psikologis. Ia tidak menjadi awas lagi dengan kesalahan spelling. ejaan,
kalimat, atau logika. Karena itu, laporannya masih perlu disunting redaktur.
Sebagai contoh, setelah mewawancarai pakar pemasaran, khususnya
pemerhati perilaku konsumen, kita menemukan tulisan seorang wartawan
menulis begini:
"Bahwa sesungguhnya perilaku konsumen sulit untuk ditembak. Satu
saat begitu lain saat begini. Perilaku begituan nggak bisa sama sekali di ukur
dengan alat ukur apa pun."
Penilaian kita:
1. Logika (jalan/ tidak)? (jalan)
2. Pengkalimatan (jalan/ tidak)? (masih bisa dipahami)
3. Keterbacaan (mudah/tidak)? (mudah)
4. Kenyamanan untuk dibaca (enak/tidak)? (ya)
5. Pungtuasi (benar/tidak)? (tidak)
6. Karena itu. tingkat kesalahan: Dapat/tidak ditoleransi (tidak dapat)
Setelah laporan wartawan itu disunting dan diperhaiki. menjadi:
Perilaku konsumen sulit ditebak. Suatu saat begitu, pada saat lain begini.
Perilaku demikian sukar diukur, dengan alot ukur apa pun.
Alasan membuang/menyunting:
1. Kata "Bahwa sesungguhnya" tidak menambah makna apa-apa, buang
saja!
2. "Sulit untuk ditembak". saking cepatnya menulis dua kata "untuk
ditembak" lupa dipisahkan. Saking asyik larut dengan ide, salah mencet,
maksudnya ditebak, tertulis ditembak. Dua kata yang mirip, namun sulit
untuk segera diidentifikasi secara gamblang kekeliruannya.
3. Satu saat harusnya "suatu saat". "Satu" menunjukkan tertentu, sudah
pasti. "Di ruangan itu ada satu dosen dan satu mahasiswa." "Suatu orang
(seseorang)-tidak tentu, tak diketahui—menaksir mahasiswanya sendiri.
4. Lain saat (hukum MD. bukan DM), sehingga yang baik dan benar
adalah: (pada) saat lain.
58
5. Perilaku begituan (bahasa lisan yang menimbulkan salah persepsi).
Bukankah "begituan" bisa ditafsirkan macam-macam dan selalu
menjurus ke arah yang bukan-bukan?
6. Di ukur (kesalahan pungtuasi). Bukankah di + kata kerja penulisannya
serangkai. sedangkan di + kata benda (atau yang menunjukkan tempat)
penulisannya dipisah?
7. "apapun" harus ditulis terpisah. "Pun" yang berarti "juga" ditulis
terpisah dengan kata yang mengikutinya. Namun, "pun" yang menyertai
kata "bagaimana", "meski", "kendati", "walau", "bagaimana" ditulis
serangkai karena dianggap senyawa.
59
9.4.5 Menerapkan Tanda Penyuntingan
Seperti halnya kalau seseorang mempersunting gadis, tanda penyuntingan
biasanya berupa hadiah, atau pemberian khusus. Demikian pula dalam hal
menyunting naskah, ada tanda, ada simbol yang menunjukkan ide tertentu.
Ada banyak alasan, mengapa redaktur (dan wartawan) perlu mengenal dan
menerapkan tanda penyuntingan.
1. Berita yang diterima redaksi dari suatu kantor berita melalui teleks
(kawat) selalu menggunakan huruf kapital. Oleh karena itu, koreksiannya
harus memerhatikan tanda yang diberikan. Tanda yang digarisbawahi
menunjukkan huruf kapital tetap dipertahankan, sedangkan yang tidak
diapa-apakan dialihkan ke huruf kecil (onderkas).
Contoh:_
KATA-KATA KUNCI
mempersunting
menyunting
60
redaktur
causa prima
spelling
kompeiensi editor
onderkas
space
PERTANYAAN
1. Jelaskan pengertian menyunting!
2. Mengapa perlu awak media cetak melakukan penyuntingan? Jelaskan!
3. Apa saja kompetensi seorang penyunting? Sebutkan dan jelaskan!
TUGAS
Buatlah sebuah berita (minimal lima alinea). Setelah dianggap selesai,
tukarlah dengan teman (pasangan) Anda. Anda menyunting berita pasangan
Anda, dan pasangan Anda menyunting berita Anda. Terapkan tanda-tanda
penyuntingan di dalamnya. Berikan alasan argumentatif, mengapa tulisannya
perlu disunting!
61
BAGIAN II
FEATURE
Bagian kedua Ini membahas
pengertian, bagaimana teknik membuat, dan contoh feature
62
BAB 10
FEATURE
Setelah membaca bab ini. Anda diharapkan dapat
1. memahami apa yang dimaksudkan dengan "feature"
2. membedakan feature dari ragam tulisan lainnya
3. menulis feature
63
Sebelum masuk ke pembahasan pokok, baiklah jika dipahami makna, ruang
lingkup, serta tempat feature dalam media. Kini baik media elektronika
maupun media cetak sama-sama mengandalkan feature sebagai salah satu
rubrik yang mendatangkan banyak keuntungan. Keuntungan, dalam arti
banyak peminat (pembaca/ pemirsa/pendengar), maupun keuntungan
materi berupa pemasangan iklan. Mengapa demikian? Sebab tarif iklan akan
tinggi pada mata acara yang banyak pemirsanya (TV, radio) dan iklan
dengan mudah menarik minat pembaca (jika di sampingnya ada tulisan yang
memikat).
Karena itu. penulis feature harus membuat sedemikian rupa, agar
tulisannya menarik.
10.1 Pengertian
Apakah feature itu?
Batasan feature macam-macam. Umumnya orang mengartikannya
sebagai: karangan khas. Rasanya, pengertian itu belum menjelaskan apa-apa.
Deskripsi feature yang agak jelas barangkali yang ini, "Cerita feature adalah
artikel yang kreatif, kadang-kadang subjektif, yang terutama dimaksudkan
untuk membuat senang dan memberi informasi kepada pembaca tentang
suatu kejadian, keadaan, atau aspek kehidupan." (Seandainya Saya Wartawan
Tempo: 9).
Kekhasan Feature
Kerap orang mencampurbaurkan feature dengan opini dan news, karena
memang di antara kedua ragam itulah tempatnya. Akan tetapi, sebenarnya
feature punya ciri khas sendiri.
Lebih dari dua dekade terakhir, ragam ini sangat penting perannya,
terutama karena feature sanggup bersaing dengan media elektronika. Dari sisi
kecepatan, media cetak tidak akan sanggup mengalahkan media elektronika.
Tidak mungkin media cetak melakukan liputan langsung seperti media
elektronika. Namun, sisi keterbatasan media elektronika juga ada. Karena
terbalas oleh durasi, media elektronika menyiarkan berita hanya sekilas, tidak
dalam.
Nah. di situlah letak kelebihan media cetak. Media cetak bisa mengulas
suatu peristiwa atau objek secara dalam, in depth. Bahasannya begitu dalam
dan memesona, memenuhi ingin tahu pembaca, apalagi jika ditulis secara
baik sehingga mencekam.
Bagaimana mengukur sebuah feature Apakah yang baik adalah feature
yang panjang, ataukah yang pendek? Panjang pendek tak penting, yang
pokok adalah sebuah feature utuh Dan yang paling penting lagi adalah:
memenuhi keingintahuan pembaca. Ukurannya selalu pembaca. Minat
64
pembacalah yang selalu jadi patokan mengukur panjang pendeknya sebuah
feature.
Feature: Kisah dalam Tulisan
Menulis feature sulit? Tidak! Mestinya, setiap orang yang bisa ngomong, bisa
menulis feature. Mengapa? Karena menulis feature ialah "menyalin" atau
menitranskripsikan cerita yang keluar dari mulut ke dalam bentuk tulisan. Di
sini tepat adagium. "Menulislah seperti Anda berkisah!" Apa beda antara
news dan feature?
Pada hakikatnya, penulis feature adalah orang yang berkisah, la
bercerita kepada audicence. Ia melukis suatu objek dengan kata-kata. Ia
menarik pembaca masuk ke dalam suasana, menghidupkan imajinasi
pembaca, sehingga pembaca merasa berhadapan langsung dengan objek.
Feature: Menggelitik dan Perubahan Konstruktif
Selain menggelitik hati sanubari manusia (pembaca), feature juga bertujuan
menciptakan perubahan yang konstruktif.
65
lebih dulu menetapkan objek apa yang akan ditulis, di mana bisa diperoleh
informasi tentang itu, bagaimana caranya mendalami objek, mendapatkan
gambar yang menarik dan relavan, dan -kalau dirasa sangat diperlukan—
dapat mendalami objek dengan referensi yang relevan. Untuk itu. penulis
referensi harus membuka kamus, leksikon, ensiklopedi, kliping, atau retensi
yang relevan.
Pengalaman menunjukkan, hampir tidak ada feature yang menarik dan
mencekam murni berasal dari penyelisikan dan. pencarian sang penulis.
Namun, selalu diimbuhi juga dengan referensi yang dikutip dari sumber lain
(Contoh feature dalam buku ini juga tak luput dari pendalaman objek melalui
referensi yang mendukung) .
Setelah bahan dan referensi yang mendukung didapat, penulis feature
baru mengangkat pena. Ia bisa mulai menulis feature sesuai dengan gayanya
sendiri.
Tuangkan Saja!
Jika dirasa bahan sudah cukup, tuang saja dalam tulisan. Ketika ilham
datang, sat itu juga Anda harus mengangkat pena. Catatlah dengan segera
ide-ide pokok yang datang itu. Waktu in the mood, rasakan bahwa ada
kekuatan tertentu yang menggerakkan pikiran dan tangan Anda. Anda hanya
"dipakai" oleh kekuatan tersebut untuk mencatat. Tulis saja apa yang sedang
ada"dalam pikiran Anda, jangan sampai ada yang terlewati. Persetan dulu
dengan lata bahasa! Abaikan EYD! Kesampingkan teori-teori menulis
(termasuk teori yang disampaikan dalam buku ini -baru setelah jadi, periksa
apakah tulisan Anda sesuai dengan teori menulis). Setelah selesai, baru Anda
lihat kembali. Adakah yang kurang? Sesuaikah mood yang tadi mengalir
dalam diri saya dengan teori yang Anda ketahui? Pasti banyak kesamaannya!
Hal ini membuktikan, pada dasarnya teori menulis itu ialah afirmasi, atau
peneguhan, saja atas pengalaman.
Menuangkan ide ke dalam tulisan, ibarat menuangkan teh dari teko ke
dalam gelas. Tuang, ya tuangkan saja! Jangan berhenti, sampai gelasnya
dianggap sudah penuh. Penuh, lapi tidak tumpah ruah dan meluber. Jika
masih ada yang lersisa, luangkan ke dalam gelas yang lain. Kalau ide Anda
mengalir deras, tuangkan saja ke dalam lulisan. Tapi tetap saja proposional.
Artinya, tidak lantas ngawur, liar. tidak sistematis, apalagi berantakan. Kalau
dirasakan kepanjangan, jadikan dua, atau lebih.
Kadangkala ide kita banyak sekali, kepala lerasa mau pecah untuk
menampungnya. Rasanya, semua yang ada di kepala hendak dikeluarkan
semua. Di sini sering seseorang menjadi tidak sabar, maunya menuangkan
semua apa yang ada di kepalanya. Apa yang kemudian terjadi? Tulisan tidak
fokus. Topik yang dibicarakan tidak sistematis. Tidak proporsional. Ini
karena yang bersangkutan mau menuangkan semuanya.
66
Tahap Sistematisasi
Jangan campuradukkan antara kreatif dan teknis. Artinya, waktu mood, waktu
kreativitas sedang mengalir deras, abaikan dulu jargon-jargon dan teori
menulis. Waktunya akan datang untuk itu. ketika draft tulisan sudah jadi.
baru Anda masuk ke dalam sisi teknisnya. Tulis saja dulu apa yang ada
dalam kepala dan catatan Anda. Tuangkan semua itu. Pilih manakah yang
esensial, yang dianggap penting, dan yang kurang penting (ingat kembali
lapisan A. B. dan C Leslie Rae).
Pada tahapan awal, kalau menyaksikan ada kesalahan teknis, biarkan
sa]a. Jangan sampai, ide berlalu hanya karena Anda habis waktu dan
kehilangan sewaktu memperbaikinya. Tampung saja ide yang ada dalam
tulisan. Apa adanya, sampai habis.
Ketika sudah selesai, kesempatan bagi Anda untuk menelitinya lagi.
Apakah misalnya, susunan (sistem) tulisan Anda sudah urut ide demi ide?
Adakah ide yang satu menyangkal yang lain? Kalau ya, bagaimana hal itu
mesti disiasati? Apakah tetap mempertahankan ide yang satu, lalu
membuang yang lain. dan menggantinya dengan ide baru yang mendukung?
Lihat pula kembali, apakah tulisan Anda proporsional. Pengantar,
bahasan, dan simpulan -apakah unsur-unsur itu sudah ada semua? Kalau
sudah ada. dan terasa belum menarik alias kering, bagaimana caranya
menjadikannya menarik?
Pertimbangkanlah itu semua dari sisi pembaca. Seolah-olah. setelah
tulisan selesai. Anda menjadi sebagai orang lain. Sebagai orang lain. apakah
Anda terlarik membaca tulisan yang baru saja Anda hasilkan? Apakah
tulisan itu sudah cukup "berbicara"? Bagian mana yang bertele-tele dan
membosankan? Bagaimana saya merevisi, atau mengubahnya, menjadi
menarik? Kalau saya ubah, apakah masih "nyambung" dengan ide
pokoknya? Kalau tidak, tapi saya anggap menarik, beranikah saya
membuang ide pokok dan mulai lagi dari ide yang baru saja saya temukan?
Sering timbul godaan, penulis pada saat yang bersamaan, sekaligus
sebagai editor. Ini salah satu yang perlu dihindari. Ketika tengah
menuangkan ide ke dalam tulisan, dan tatkala kumat mulai kambuh dan
mood sedang in, tampung saja. Tuangkan semua yang ada. Jangan peduli
(dulu) dengan logika. Buang jauh-jauh ketakutan melanggar kaidah
berbahasa yang baik dan benar, buang jauh ketakutan dicemooh,
(katageleofobia). Jangan hiraukan landa baca. Lemparkan semua
kekhawatiran Anda akan kode-kode penulisan ke tubir jurang yang dalam.
Hasilnya, ide yang Anda tuangkan ke dalam tulisan akan mengalir bagai
sungai. Terus dan terus, tiada henti. Habis satu ide, beralih ke ide lain. Jika
sudah terbiasa menulis, seseorang tidak akan pernah kehabisan ide. Selalu
saja ide-ide baru. Semua, mengalir bagai aliran sungai. pama rhei kai uden
67
menei—demikian kata filsuf Herakleitos. Ketika semuanya dianggap "selesai"
di mana Ada sudah menulis dengan;
kesungguhan
kepenuhan
kegembiraan
dan mengerahkan semua energi
itu berarti Anda tinggal menyelesaikan teknisnya saja. Saatnya
mengoperasionalkan kalimat yang tidak jalan, menjadi kalimat yang rasional
dan logis. Membetulkan bahasa, termasuk pilihan kata, yang keliru.
Membetul ejaan yang salah. Mengimbuhi tanda baca di mana perlu. Dan
memberikan koreksi pada kesalahan ketik secara cermat.
Untuk dapat menulis dengan benar dan menarik sesuai dengan kaidah
bahasa, seseorang tidak harus kuliah bahasa dan sastra. Belajar mandiri akan
jauh lebih banyak menyerap. Bukankah setiap orang adalah pengguna
bahasa? Kebiasaan baik yang dilakukan terus-menerus akan menjadi bagian
yang melekat pada diri Anda.
Karena itu. jadikanlah ensiklopedi, kamus, leksikon, dan buku
penuntun sebagai bagian dari alat yang mendukung keberhasilan Anda
menulis. Dengan bantuan alat itu. Anda jadi mafhum kapan kata "pun"
dalam "sekalipun" ditulis serangkai dan kapan "sekali pun" ditulis terpisah.
Sekalipun yang berarti: meskipun, walaupun, kendatipun: ditulis
serangkai. Contoh penggunaannya dalam kalimat: Sekalipun hujan, dia
datang juga ke pesta itu. Sementara "sekali pun" yang berarti: "tidak pernah
satu kali juga", ditulis terpisah. Contoh penggunaannya dalam kalimat: Tak
pernah sekali pun, tersenyum bibirmu.
Dengan alat bantu kamus Anda tahu manakah penulisan yang benar,
sekadar atau sekedar? Mana pula penulisan yang baku dan mana yang tidak.
Dengan alat bantu, Anda dapat mengecek manakah yang benar, malpraktik
atau malapraktik?
Tulisan Anda menjadi akurat kalau didukung itu semua. Redaktur atau
penerbit akan senang menerima naskah yang sudah malang, tidak hanya
isinya, tapi juga bahasa dan cara penyajian yang baik, benar, sekaligus
menarik. Ibarat petani, itulah pacul, parang, alat bajak, dan pupuk Anda.
Alat yang digunakan untuk pelani dalam proses bertani. Karena itu,
pergunakankah dengan maksimal!
Dalam tulisan fiksi, ada keleluasaan bagi pengarang untuk menabrak
rambu-rambu kebahasaan, tidak sebagaimana tulisan nonfiksi. Bahasa gaul,
terutama dalam dialog, sah-sah saja dalam sebuah karangan. Demikian pula
68
dengan pengkalimatan, tidak harus sebuah kalimat terdiri alas sebuah
kalimat lengkap yang ada subjek, predikat, objek, dan keterangan (SPOK).
Bahkan, sering kita jumpai dalam karangan fiksi, sebuah kalimat, terdiri atas
sebuah kata saja. Hal ini tidak masalah, sebab kadang kala sebuah kala dalam
sebuah kalimat efeknya sangat luar biasa! Sebagai contoh:
Senja turun perlahan, menyingkap kelam. Bukit Zaitun tampak bagai
wanita tua, kusut dan mengkerut. Segalanya jadi serba marut. Kusut! Sekusut
hati DIna.
Sebuah kata dalam satu kalimat "Kusut!" justru sangat luar biasa power-
nya. la dengan penuh daya melukiskan, betapa tak menentunya hati Dina.
Sebuah lukisan, dan perumpamaan, yang mudah ditangkap dan tidak
memerlukan kerja keras untuk mengabstraksinya.
Meskipun dalam karangan fiksi dimungkinkan seorang pengarang
melanggar pakem kebahasaan dan pengkalimatan. ada segi yang tidak bisa
ditoleransi. Tidak ada kompromi dalam pengunaan tanda baca. huruf
kapital, akurasi nama. dan penggunaan ejaan. Tidak dapat dibenarkan, kalau
seorang pengarang tidak bisa membedakan kapan "di" penulisannya dipisah
dan kapan diserangkaikan. Demikian pula. tidak dapat dimaafkan jika
seorang pengarang tidak memahami apakah huruf pertama dalam dua kata
"pisang ambon" ditulis kapital ataukah tidak.
Sekali lagi. alah bisa karena biasa. Karena itu. biasakan diri Anda
mengacu pada kamus kalau ragu-ragu. Jadikan kamus tidak hanya alat keija.
tapi juga teman Anda.
69
4. Sering dittulls menggunakan alur (kaidah 1,2,3) atau kronologis.
5. Tokoh utama (objek) sering diangkat menjadi fokus, lalu dikisahkan juga
tokoh (objek) lain sejauh relevan atau yang bertujuan untuk
mengkontraskan atau menambah hidupnya suasana.
6. Menggunakan teknik tarik-ulur (suspense) untuk mempermainkan
psikologi audience.
7. Akhir (ending) tulisan jelas.
8. Ada pesan (message) yang terkandung di dalamnya,
CERPEN/NOVELETINOVEL
1. Tulisan kreatif, cukup panjang, yang membutuhkan imajinasi.
2. Deskriptif
3. Rangkaian peristiwa tali-temali.
4. Sering tidak selalu ditulis menggunakon alur (kaidah) 1,2,3 atau
kronologis. Namun, kerap menggunakan sorot depan (fore-shadowing]
dan sorot belakang (flash-back).
5. Tokoh utama (objek) sering diangkat menjadi fokus, lalu dikisahkan juga
tokoh (objek penyerta) lain sejauh relevan atau yang bertujuan untuk
mengkontraskan atau menambah hidupnya suasana.
6. Menggunakan teknik tarik-uiur (suspense) untuk mempermainkan
psikologi audience.
7. Akhir (ending) tulisan jelas.
8. Ada pesan (message) yang terkondung di dalamnya.
Perbedaannya:
FEATURE
1. Melulu didasarkan pada fakta yang sesungguhnya, unsur khayalan tidak
boleh ada di dalamnya.
2. Tidak boleh menulis/melukiskan sesuatu yong tidak sungguh nyata dan
tidak sungguh terjadi.
3. Tidak melakukan rekayasa, misalnya memaksakan apa yang ada di kepala
penulis, lalu ditaruh pada mulut orang lain, Misalnyo, agar bagian
tertentu dari feature menarik, si penulis berpikir alangkah baiknya jika
narasumber mengatakan, "Kingkong pun bisa menjadi komisaris
70
perusahaan jika kerjanya cuma begitu" -sebuah feature yang mengangkat
Ihwal perusohaan BUMN yang produknya sangat dibutuhkan, namun
berkinerja buruk. Padahal narasumber tidak menyebut demikian, ketika
pertanyaan yang diajukan si penulis, narasumber cuma diam, atau
mengangguk.
CERPEN/NOVELET/NOVEL
1. Karya fiksi, rekaan,
2. Boleh berbuat sesuka hati. Mau bikin apa sajg, terserah! Pengarang
"mahakuasa" atas karyanya. Di sini kota "penciptaan" menjadi genap,
yakni creare creatio (creationis) to create creation = mencipta,
penciptaan, hasil kreasi. Karena itu, seorang penulis disebut kreatifi dan
karya tulis yang dihasilkannya adalah karya kreatif.
Biasanya, sebelum menulis novel, seorang novelis membuat kerangka
karangan lebih dulu (outline). Namun, novelis yang sudah banyak makan
asam garam, barangkali tidak perlu lagi membuat outline. Outline sudah ada di
kepalanya. Ia sudah tahu seberapa porsi untuk pengantar, pengembangan,
inti cerita, dan simpulannya.
Namun, novelis pemula tetap perlu membuat oret-oretan. atau bagan,
sebelum mengarang sebuah novel. Untuk apa? Kalau dalam sebuah
penjelajahan, bagan berfungsi sebagai kompas. Bagan ialah penunjuk ke arah
mana kita hendak melangkah.
Penulis pemula yang menulis feature pun perlu membuat outline. Dalam
praktiknya. kadang bagan tidak ditaati sepenuhnya. Tatkala menghadap
komputer, atau mesin tik. muncul ide baru. Seorang novelis tergoda untuk
mengembangkan ide yang sudah dibuatnya dalam bagan.
Salahkah tindakan seperti itu? Tidak! Meski melanggar pedoman yang
sudah ditetapkan sendiri, asalkan hasil akhirnya bagus, tidak menjadi
masalah. Asalkan jalinan cerita dirasakan logis, tidak jadi soal. Bagan tidak
hanya diperlukan sebagai arah, tapi kadang juga sebagai pemancing
datangnya ide-ide baru.
Mula-mula, tetapkanlah sebuah tema untuk novel Anda. Lalu. petakan
ide-ide Anda. Tulislah langkah demi langkah adegan yang menurut Anda
menarik. Lalu pilihlah yang paling unik. Telitilah, apakah biasa-biasa saja,
tidak unik. dan tidak punya greget? Apakah menarik? Adakah sesuatu yang
baru?
Sebagai contoh. Anda akan menulis novel dengan setting sekolah.
Tema kisah cinta. Kalau kisah cinta antara siswa dan siswa, sudah biasa—
71
dan Anda tidak mau menulis hal yang biasa. Anda ingin karya Anda unik,
lalu bagaimana?
Untuk itu. Anda dapat membual outline sebagai berikut:
Tema : Cinta antara murid dan guru
Setting : jelas sekolah
Tokoh : siswa SMP (cowok) dan gutu (wanita). Cowok diberi nama Boyce
dan guru Joice Bangun/ bagan cerita:
1. Di hari pertama masuk sekolah. Boyce sudah senang sama Joice. Boyce
belum tahu kalau rasa sukanya ini bernama cinta.
2. Joice suka suka sama Boyce. Wajah Boyce yang eksotik
mengingatkannya podo pacarnya dulu waktu kuliah. Mirip sekali.
Ditinggal sang pacar studi keluar negeri karena mendapat beasiswa. Joice
patah hati, Sampoi kini ia tetap melajang.
3. Bagaimana menyatakan cinta? (konflik) Ibu guru yang mulai
menyatakan? (unik/ agresif). Ataukah harus cowok yang masih anak
ingusan? (juga timbul konflik, bagaimana?)
4. Ada kesempatan waktu kemping. Kebetulan, Bu Joyce jadi salah satu
pembimbing.
5. Bu guru malam harinya masuk angin. Boyce diminta mengerok
badannya di dalam sebuah tenda (suspense). Apa yang terjadi?
6. Ternyata Bu Joyce tidak masuk angin beneran. Hanya pura-pura biar
bisa kencan sama Boyce. Waktu itulah la mengungkapkan perasaannya
pada Boyce.
7. Boyce menyambut, (a suka Bu Guru itu. Namun, tidak tahu apakah ini
cinta namanya? Yang ia tahu, ia suka saja. Barangkali pakar psikologi
menamakannya "cinta platonis".
8. Ending: happy ataukah sod? Kita tidak pilih salah satu. Kalau ' happy,
masak murid menikah dengan guru. Kalau sad kok rasanya gak tega.
Akhirnya, kita buat mengambang saja, biar jpembaca yang meneruskan,
ending-nya terbuka (open ending). Kisah cinta murid dan guru kita tutup,
ketika suatu hari Ayah Boyce datang ke sekolah. Ternyata, ialah mantan
kekasih Joice waktu kuliah. Apakah Joice menyukai Boyce karena mirip
mantan kekasihnya waktu kuliah? Sebaliknya, apakah kesukaan Boyce
pada Bu Guru karena ia mendamba seorang ibu yang kjeal?
Itulah outline, kompas yang menuntun kita menjelajah dunia maya.
72
10.4 Mengail dengan Judul dan Kalimat Pertama
Judul dan kalimat (termasuk alinea) pertama sebuah feature dan novel ibarat
etalase. Ketika sedang berjalan-jalan di mal. atau emperan loko, lentu Anda
tahu betapa etalase sangat penting. Di mana letak pentingnya? Etalase
adalah tempat memamerkan barang-barang, biasanya di depan toko. Kalau
toko sedang tutup, maka barang yang dipamerkan berada dalam kaca yang
jelas kelihatan. Eye catching, sehingga menarik dan memikat orang.
Judul dan kalimat pertama dalam feature dan novel juga demikian.
fungsinya untuk menarik. sekaligus memancing rasa ingin tahu pembaca.
Seperti toko. pembaca pasti tidak akan terpancing dan tertarik untuk masuk,
jika tidak ada yang menarik baginya.
Bagaimana supaya judul feature dan novel menarik? Yang perlu
diketahui, judul tidak dibuat di muka. Pengarang pemula mungkin berpikir
kalau hendak mengarang tentu lebih dulu perlu menentukan judul. Tidak!
Judul justru dibuat paling akhir, setelah menimbang-nimbang, dan setelah
mengalami beberapa kali gonta ganti. Kerap tidak sekali jadi. Bisa berkali-
kali. Bahkan, bisa saja judul novel yang dicerbungkan berbeda dengan yang
dibukukan, meskipun isinya secara keseluruhan sama.
73
c. Simbolis
Judul simbolis, yang menyimbolkan intisari cerita. Misalnya:
Sebersih Bunga Teratai
Terminal Cinta Terakhir
Badai Pasti Berlalu ^ Pelabuhan Hati
Samudera Cinta
Kita dapat membuat judul feature simbolis dengan "Jaka Sembrani: Sebersih
bunga Teratai".
d. Alias
Hampir mirip dengan trik membuat judul pada simbolis, namun
sesungguhnya teknik judul "alias" ini sangat khusus. Dinamakan demikian,
karena merupakan alias, julukan, atau predikat, yang disandangkan pada
sang pelaku ulama. Misalnya:
Miss Jutek adalah julukan, atau alias, nama tokoh ulama novel Yennie
Hardiwidjaja, yakni Salma. Karena Salma wanita tegar, dan kadang jutek,
maka ia digelari Miss Jutek. Judul novel akhirnya dipilih dari nama
julukan sang tokoh.
Sang Nabi. atau The Prophet, adalah predikat. Sebuah predikat yang
dirasa sangat cocok, berkarakter kuat, dan dipilih Kahlil Gibran untuk
novelnya.
Judul feature dapat menggunakan alias, "Jaka Sembrani, sang pemuiigut
yang sukses dari Krukut".
e. Intisari cerita
Judul yang menarik, dapat mengambil dari intisari cerita. Misalnya, novel
Ashadi Siregar yang mengambil setting Kampus Biru UGM. di mana cinta
dua anak manusia bersemi di sana. diberi judul Cintaku di Kampus Biru.
Dalam feature, judul dapat menjadi, "Kaya di Kampus Emas" karena
Jaka Sembrani, permulung jadi kaya karena memulung di kawasan Kampus
Emas, julukan sebuah kampus di daerah Tomang.
Persamaan dan Keindahan Bunyi Ada juga pengarang yang suka memberi judul
novelnya berdasarkan persamaan dan keindahan bunyi. Ia mahirniemainkan
kata-kata. tidak saja indah, tetapi juga majinatif. Sebagai contoh;
Arjuna Mencari Cinta (Yudhistira ANM Massardi) yang memainkan
keindalian bunyi "a" pada akhir setiap kata.
Ali Topan Anak Jalanan (Teguh Esha).
74
Persamaan bunyi dalam judul feature dapat demikian, "Jaka Sembrani, Jejaka
yang punya nyali."
75
"22 Desember 2002,., Bandara Soekorno-Hatta CIIITTT!!!! Rem
diinjak cepat, mobil terpaksa berhenti. Buru-buru Sailma membuka pintu
mobil, Serrttt... Pintu Itu otomatis membuka ke atas." (Yennie Hardiwidjaja
dalam Miss Jutek. Penerbit Gagas Media, 2005:1)
Kalimat dan alinea pertama dalam feature dapat mencontoh itu semua.
Namun, usahakan apa yang dideskripsikan tetaplah suatu yang faktual, tidak
imajinasi.
76
BAB 11
77
Asal usul istilah "rubrikasi", agaknya dimulai ketika tak lama setelah
Gutenberg menemukan mesin cetak, banyak buku diproduksi secara massal.
Pada cetakan awal. buku-buku itu rata-rata tebal. Untuk menandai (book
mark sekarang), buku satu dengan buku lain, disekat dengan pita warna
merah. Dalam bahasa Latin, merah berarti: ruber. Karena itu, hingga kini,
untuk menandai ruang satu dengan ruang lain disebut rubrikasi—dari kata
ruber tadi!
Setelah rubrikasi ditetapkan, persoalan berikutnya adalah: bagaimana
mengelola rubrik? Sebagai pengelola. Anda tidak harus menulis sendiri. Bisa
saja pekerjaan itu diserahkan untuk dilakukan orang lain (rely on other people).
Sebagaimana disinggung di muka. jabrik atau kepala desk bertanggung
jawab mengelola sebuah rubrik. Ia bertugas dan bertanggung jawab
menghadirkan rubrik asuhannya setiap nomor. Jika tidak, maka ia dapat
dianggap tidak cakap untuk tugas itu. Tanggung jawab kemudian dapat
dialihkan pada orang lain yang dipandang lebih mampu.
Apa modal seorang jabrik, sehingga rubrik asuhannya tetap tampil
memikat dan tak kering dengan ide? Pepatah Latin mengatakan. "Nemo dat
quod non habet" (tak seorang pun dapat memberikan sesuatu yang tak
dipunyainya).
Karena itu. agar bisa memberi, seorang jabrik hendaknya terus-
menerus belajar. Seorang jabrik yang baik terus membaca, mencari, dan
mengumpulkan sebanyak-banyaknya informasi yang ada kaitannya dengan
rubrik yang diasuhnya.
Di sisi lain, mengelola rubrik adalah pekerjaan manajemen. Seorang
jabrik tak harus mengisi sendiri rubrik asuhannya. Ia dapat saja meminta
pihak luar untuk mengisinya dengan konsekuensi, mungkin akan ada cost
khusus untuk itu. Agar semuanya berjalan lancar dan transparan, sejak awal
sebaiknya cost tersebut sudah dibicarakan dengan bagian administrasi/
keuangan.
Penting disadari bahwa setiap jabrik adalah manajer. Sebagai manajer,
jabrik wajib melakukan perencanaan, melaksanakan, memantau, dan
mengevaluasi setiap langkah, proses, serta memerhatikan feedback dari
pembaca.
Lazimnya, suatu media membagi desk ke dalam bidang-bidang
tertentu. Pembagiannya sesuai dengan pohon ilmu dan kebutuhan dalam
media yang bersangkutan. Berdasarkan hal itu. desk dapat dibagi menjadi:
1. Desk Politik
2. Desk Hukum/undang-undang
3. Desk Kriminal
78
4. Desk Pendidikan
5. Desk Olah Raga
6. Desk Kesenian
7. Desk Kebudayaan
8. Desk Berita
9. Desk Feature
10. Desk Desk Daerah
11. Desk Nasional
12. Desk Internasional
13. Desk Fiksi
14. Desk Kewanitaan
15. Desk Humaniora
Tentu saja, desk bisa dikembangkan lagi, tergantung kebutuhan. Sama
dengan tujuan organisasi pada umumnya, organisasi dalam sebuah media
dibuat untuk mencapai tujuan tertentu.
79
BAB 12
80
Keterampilan menulis tidak hanya melulu didapat dari teori dan dari
membaca referensi-referensi mengenai writing skilL Namun, yang jauh lebih
penting. ialah menerapkan teori itu ke dalam praktik. Dengan demikian,
seseorang langsung mengalami dan tahu di mana jargon-jargon yang harus
diikuti dan manakah yang perlu untuk dihindari.
Khusus untuk writing skill di perguruan tinggi, termasuk keterampilan
menulis berita, teori saja belum cukup apabila tidak disertai dengan praktik
langsung. Praktik itu dapat melalui empat cara.
Peer tutors. Dosen mata kuliah writing skill sering memberikan
penugasan kepada mahasiswa untuk membuat karya tulis sebagai salah
satu cara meningkatkan keterampilan menulis mahasiswa. Setelah
selesai, sesama mahasiswa -yang sudah dibekali, atau dikuliahi, materi
tertentu, diminta untuk mengoreksi, menilai, serta mendiskusikannya.
Writing teachers. Penugasan yang diberikan kepada mahasiswa, dibahas
oleh dosen.
Learning resource centers. Mahasiswa dapat berlatih dan mengasah
keterampilan menulis melalui pusat-pusat sumber belajar. Di beberapa
perguruan tinggi yang sangat peduli pada keterampilan menulis, biasanya
membentuk sendiri bengkel penulisan kreatif. Di bengkel inilah para
anggota digodok dan langsung mengalami.
Computer-assisted tutorials. Di negeri kita. belum ada situs khusus yang
dapat diakses secara langsung jika seseorang ingin belajar dan berlatih
menulis. Di luar negeri, bimbingan belajar dan berlatih menulis melalui
komputer sudah sangat biasa, seperti yang dikembangkan oleh Purdue
Universily Writing Lab yang setiap saat dapat diakses melalui situs:
http://owl.english.purdue.edu/our-lab/introduction.html
dan di Science Fiction Grammer pada :
http://www.concentric.net/ramcly.gramcont.html
Di muka berkali-kali ditegaskan bahwa menulis adalah keterampilan, bukan
bakat. Jadi. keterampilan menulis dapat diperoleh dari usaha yang tekun dan
berlatih yang terus-menerus. Kebiasaan yang baik akan membuahkan hasil
yang baik pula.
Karena keterampilan menulis tidak semata-mata menuntut adanya
pengertian dan pemahaman, tetapi juga praktik dan mengalami, maka hanya
menguasai trik-trik dan teori mengenai menulis saja tidaklah cukup.
Diperlukan latihan agar sistem syaraf dapat bekerja dengan cepat dan
81
sistematis. Para penulis hebat tentu mengalami proses kepenulisan yang
panjang, dengan perjuangan dan jatuh bangun.
Jika Anda ingin mahir menulis berita dan feature. jangan hanya membaca
dan memahami buku ini. Teknik dan trik-trik menulis memang sudah
diberikan. Namun, satu hal yang masih kurang: Anda belum mempraktikkan
menulis.
Karena itu, mulailah menulis. Sekarang juga!
82
LAMPIRAN
83
Lampiran 1:
KODE ETIK JURNALISTIK
Pasal 1
KEPRIBADIAN WARTAWAN INDONESIA
Wartawan Indonesia adalah Warga Negara Indonesia yang bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berjwa Pancasila, taat pada Undang-undang Dasar
1945, bersifat ksatria dan menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia serta
memperjuangkan emansipasi bangsa dalam segala lapangan dan dengan itu
turut bekerja ke arah keselamatan masyarakat di Indonesia sebagai warga
dari masyarakat bangsa-bangsa di dunia,
Pasal 2
PERTANGGUNGJAWABAN
1. Wartawan Indonesia dengan rasa penuh tanggung jawab dan bijaksana
mempertimbangkan perlu/patut atau tidaknya sesuatu berita atau tulisan
disiarkan. Ia tidak menyiarkan berita atau tulisan yang sifatnya destruktif,
merugikan negara dan rakyatnya, menimbulkan kekacauan atau
menyinggung perasaan susila, kepercayaan agama atau keyakinan
seseorang atau suatu golongan yang dilindungi oleh undang-undang.
2. Wartawan Indonesia melakukan pekerjaan dengan perasaan bebas yang
bertanggung jawab atas keselamatan umum, la tidak menggunakan
jabatan dan kecakapon untuk kepentingan sendiri.
3. Wartawan Indonesia dalam menjalankan tugas jurnalistiknya yang
menyangkut bangsa didasarkan atas kepentingan nasional Indonesia.
Pasal 3
CARA PEMBERITAAN DAN MENYATAKAN PENDAPAT
1. Wartawan Indonesia menempuh jalan dan usaha yang jujur untuk
memperoleh bahan-bahan berita.
2. Wartawan Indonesia meneliti kebenaran sesuatu berita atau keterangan
sebelum menyiarkannya.
3. Di dalam menyusun sesuatu berita, wartawan Indonesia membedakan
antara kejadian (fact) dan pendapat (opinion) sehingga tidak
mencampurbaurkan yang satu dengan yang lain untuk mencegah
penyiaran berita yang diputar balik atau dibubuhi secara tidak wajar,
4. Pemberitaan tentang jalannya pemeriksaan pengadilan bersifat
information dan yang berkenaan dengan seseorang yang tersangkut
84
dalam suatu perkara tetapi belum dinyatakan bersalah oleh pengadilan,
yang dilakukan dengan penuh kebijaksanaannya dengan menitikberatkan
pada rasa tanggung jawab nasional dan sosial, kejujuran, sportivitas dan
toleransi.
Pasal 4
PELANGGARAN HAK JAWAB
1. Tulisan yang berisi tuduhan yang tidak berdasar, hasutan-hasutan yang
membahayakan keselamatan negara, fitnah-fitnahan, pemutarbalikan
kejadian dengan sengaja, penerimaan sesuatu untuk menyiarkan sesuatu
berita atou tulisan, adalah pelanggaran yang berat terhadap profesi.
2. Setiap pemberitaan yang tidak benar atau membahayakan negara,
merugikan kepentingan umum/golongan/perorangan harus dicabut
kembali atau diralat atas keinsyafan wartawan sendiri, sedangkan yang
dirugikan diberi kesempatan untuk menjawab atau memperbaiki
pemberitaan yang dimaksud maksimal sama panjang selama jawaban itu
dilakukan secara wajar.
Pasal 5
SUMBER BERITA
1. Wartawan Indonesia menghargai dan melindungi kedudukan sumber
berita yang tidak mau disebut namanya dan tidak menyiarkan keterangan
yang diberikan secara "off the record".
2. Wartawan Indonesia dengan jujur menyebut sumbernya dalam
mengutip berita atau tulisan dari sesuatu surat kabar atau penerbitan,
untuk kepentingan kesetiakawonan profesi. Ini berarti juga, bahwa
plagiat itu sebagai satu perbuatan yang hina,
3. Penerimaan uang ataupun sesuatu janji untuk menyiarkon sesuatu yang
dapat menguntungkan atau merugikan orang, menyiarkan sesuatu
tulisan yang dapat menguntungkan atau merugikan sesuatu pihak adalah
pelanggaran Kode Etik yang berat.
85
Pasal 6
KEKUATAN KODE
Kode Etik Jurnalistik Wartawan Indonesia ini dibuat atas prinsip, bahwa
pertanggungan jawab tentang pernyataan terutama terletak pada hati nurani
setiap wartawan Indonesia.
Pasal 7
Pengawasan pentaatan Kode Etik Jurnalistik ini dilakukan oleh Dewan
Kehormatan Persatuan Wartawan Indonesia yang menentukan sanksi-sanksi
yang diperlukan.
86
Lampiran 3:
MENGENAL DAN MENERAPKAN KATA BAKU
Sebagai pengguna bahasa, wartawan sebaiknya juga di dalam menulis
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Senarai berikut
memuat berbagai kota baku bahasa Indonesia yang perlu dipraktikkan dan
disosialisasikan wartawan.
87
4) Unsur bawah digunakan untuk menerjemahkan awalan Latin (dan
Iriggris) sub- atau under- yang berarti: di bawah.
Asing Indonesia
subconsciousness bawah sadar
underage bawah umur
subhuman bawah insani
submorine bawah laut
undercharge bawah harga
underhanded bawah tangan
underground bawah tanah
88
3) awalan pra- digunakan untuk menerjemahkan awalan Inggris pre-
Contoh;
Asing Indonesia
prehistory prasejarah
preconditon prasyarat
preview pratinjau
prename pranama
presumption praduga
89
risiko resiko
stasiun setasiun
stratejik strategis
sutera sutra
syahdu sahdu
teknik tehnik
terampil trampil
trotoar trotoir
ubah rubah
wasalam wassalam
wujud ujud
D. Unsur Serapan
Kata bilangan yang diserap dari bahasa Sanskerta berbeda dengan cara
penulisan bilangan dalam bahasa Indonesia. Dalam bahasa Sanskerta, kata
bilangan merupakan unsur terkait, karena itu, penulisannya serangkai.
Contoh:
ekawarna
dwifungsi
90
tridarma
caturwulan
Pancasila
saptamarga
dasadarma
91
Lampiran 4:
NAMA-NAMA KANTOR BERITA
92
AN Agencio Nocionol
Kantor Berita Brosilio
AN Associotion News DInited
Kantor Berita Malta
ANA Aden News Agency
Kantor Berita Aden
ANETA Algemeen Nieuws en Telegroof Agentschap
Kantor Berita Belanda yang pada 1963 berubah menjadi
LKBN Antara (setelah digabung dengan PIA/Persbiro Indonesia Aneta)
AP Associated Press
Kantor Berita Amerika Serikat
APA Austria Press Agentur
Kantor Berita Austria
APN Novosti Press Agency
Kantor Berita Uni Sovyet
APS Algerie Presse Service
Kantor Berita Aljazair
APS Agence de Presee Senegalaiese
Kantor Berita Senegal
ARNA Arab Revolutionary News Agency
Kantor Berita Libia
ATA Agence Telegrafike Shqijatere, Tirana
Kantor Berita Albania
ATP Agence Tshodienne de Presse
Kantor Berita Chad
AVI Agence Vietnamienne d'lnformation
Kantor Berita Vietnam
AZAB Agence Zaire Presse
Kantor Berita Zaire
BAHTAR Bahktar News Agency, Kabul
Kantor Berita Afgoniston
BERNAMA Pertubohon Berita Nasional Malaysia
Kantor Berita Malaysia
CANA Carribean News Agency
Kantor Berita Karibia
CBS Columbia Broadcasting Corporation
Jaringan TV-Radio Kolumbia
CNA Central News Agency Incorporated
Kantor Berita Taiwan
93
CNA Cyprus News Agency
Kantor Berrto Cyprus
CP Canadian Press
Kantor Berita Kanada
CTK Czekoslovensko Tiskovo Koncelar
Kantor Berita Ceko
DPP Deusher Depesctiendienst
Kantor Berita Jerman
EFE Agencio EFE. SA
Kantor Berita Spanyol
FANA Federotion of Arab News Agency
Federasi Kantor-kantor Berita Arab
GIA Guyana Information Service
Kantor Berita Guyana
GNA Ghana News Agency
Kantor Berita Ghana
GNA Gulf News Agencv
Kantor Berita Bahroin
ITIM Associated Isroeli Press
Kantor Berita Isroel
JIJI Jiji Press (Jiji Tsushinsha)
Kantor Berita Jepang
KPL Agency Khodsane Pathet Lao
Kantor Berita Laos
KUNA Kuwait News Agency
Kantor Berita Kuwait
KYODO Kyodo Tsushin News
Kantor Berita Jepang
LATIN Agencio Lotiono American de Informatton
Kantor Berita Argentina
LTDA Agencies Informotives Orbe Chilena
Kantor Berita Chile
MAP Magrep Arab Press
Kantor Berita Maroko
MNA Malawi News Agency
Kantor Berita Molowi
MOGAME Mongolian Telegraphic Agency
Kantor Berita Mongolia
MTl Magyar Travirati Irode
Kantor Berita Hongaria
94
NAB News Agency of Burma
Kantor Berita Burma
NAN News Agency of Nigeria
MCNA Hsinhuo-News China News Agency
Kantor Berita RRC
NHK Nippon Hoso Kyolcoi
Siaran Radio dan TV Jepang
NNA Nationai News Agency
Kantor Berita Lebanon
NOTiMEX Kantor Berita Meksiko
NTB Norsk Telegromyra P/S
Kantor Berita Norwegia
N2PA News Zealand Press Associotion
Kantor Berita Selandia Baru
PA The Press Associaton
Kantor Berita Inggris
PANA Pan Asia Newspaper Ailiance, Hong Kong
Kantor Berita Hong Kong
PAP Polska Agencio Prasiwa
Kantor Berita Polandia
PARS Pars News Agency
Kantor Berita tran
PNA Philipines News Agency
Kantor Berita Filipina
PRELA Prensa Latina
Kantor Berita Kuba
PTI Press Trust of India
Kantor Berita India
QNA Qatar News agency
Kantor Berita Qatar
RB Ritzaus Bureau
Kantor Berita Denmark
SABAA Saboa News Agency
Kantor Berita Yunani Utara
SAMACHAR Somachor Bhavon
Kantor Berita Indio
SANA Syrian Arab News Agency
Kantor Berita Suriah
SHiHATA Tanzania News Agency
Kantor Berita Tanzania
95
SPA Saudi Press Agency
Kantor Berita Saudi
SONNA Somalian National News Agency
TANJUG Telegrafska Agencijo Nov Yugoslavia
Kantor Berita Yugoslavia
TAP Tunnis Afrique Press
Kantor Berita Tunisia
TELAM Periodisitico Telom
Kantor Berita Argentina
UNA Uganda News Agency
Kantor Berita Ugonda
UP Ultra Prensa
Kantor Berita Kolombia
UPl United Press International
Kantor Berita Amerika Serikat yang tersebar di seluruh dunia
VOA Voice of America
Radio Suara Amerika
WAFA Wafo News Agency
Kantor Berita Palestina
WAM United Arab Emirotes News Agency
Kantor Berita Persatuan Emirat Arab
ZANA Zambia News Agency
Kantor Berita Zambia
96
DAFTAR PUSTAKA
Allen Hall, Daryl. 1995. 1101 Businesses You Can Start From Home.
New
York: John Wiley & Sons, Inc.
Atmowiloto, Arswendo. 2004. Mengarang Itu Gampang. Jakarta: PT
Gramedia.
Bertens, K. 1999. Sejarah Filsafat Yunani. Yogyakarta: Kanisius.
Chopra, Deepak. 1994. The Seven Spritual Laws of Success: A Practical
Guide to The Fulfillment of Your Dreams. San Rafael, C,A.: Amber-
-Allen Publising.
Clegg, Brian. 2001. Instant Interviewing. London: Kogan Page.
Corbeil, Jean-Claude/Ariane Archambault. 1995. Kamus Visual (Visual
Dictionary). Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Creme, Phyilis dan Mary R. Lea. 2003. Writing at University. England:
Open Universily Press.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1996. Petunjuk Praktis
Berbahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Departemen Pendidikan
Nasional. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka.
Echols, John M. dan Hassan Shadily. 2003. Kamus Inggris-Indonesia.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Eneste, Pamusuk. Kesusastraan Indonesia Modern. 1990. Jakarta:
Djambatan.
---------------(Editor). (1996). Mengapa & Bagaimana Saya Mengarang.
Jakarta; Penerbit PT Gunung agung.
Hedges, Burke. 2000. Read & Grow Rich. Tampa: Inti Publishing.
Holtz, Herman, 1992. How to Start and Run a Writing & Editing
Business. 1992. New York; John Wiley & Sons, Inc.
Keraf. Gorys. 1981. Eksposisi dan Deskripsi. Ende-Yogyakarta: Nusa
Indah-Kanisius.
Lwin, May, dkk. 2003. How to Multiply Your Child's Intelligence,
Singapore: Prentice Hall.
97
Parera, J.D. 1983. Menulis Tertib dan Sistematik. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Pusat Kurikulum - Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen
Pendidikan Nasional. 2001. Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata
Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia SD-SLTP.
Putra, Masri Sareb. 2002. Menjadi Kaya dengan Menulis. Jakarta: PT
Wahana Dinamika Kana.
------------------. 2005. Menulis: Meningkatkan dan Menjual Kecerdasan
Verbal Linguistik Anda. Malang: Dioma.
Rae. Leslie. 1997. Using Presentotions. London: Kogan Page.
Scheder. Georg. 1985. Perihal Cetak Mencetak. Yogyakarta: Kanisius.
Stine. Jean Marie. 1997. Writing Successful Sefl-Help & How to Book.
New York: John Willey & Sons, Inc.
Stoltz. Paul G 1997. Adversity Quotient. New York: John Wiley& Sons,
Inc.
Wiyanlo, Asul. 2004. Terampil Menulis Paragraf. Jakarta: Grasindo.
Zelinski, Emie J. 2003. The Joy of Not Working. California: Ten Speed
Press.
98