You are on page 1of 11

Alinea

JUDUL MENULIS ESEI


Diskusi 3
2
1
Parlin Pardede
(FKIP-UKI Jakarta)

Kemahiran untuk membuat suatu alinea yang kompak (lengkap, koheren dan
terpadu) merupakan dasar untuk menulis esei. Sebuah esei adalah suatu
karangan yang terdiri dari sekumpulan alinea yang membahas sebuah subyek
(topik). Suatu esei terdiri dari tiga bagian, yakni pendahuluan, isi, dan
penutup. Alinea yang digunakan untuk mengungkapkan bagian pendahuluan
disebut alinea pengantar. Seluruh alinea yang menjelaskan, mengklarifikasi,
mendiskusikan, membuktikan subyek disebut alinea isi. Sedangkan bagian
akhir, yang biasanya berisikan kesimpulan dan saran, disebut alinea penutup.

Bagan 1: Tampilan Bagian-Bagian Sebuah Esei

Judul: Berbentuk sebuah kata atau frasa yang berfungsi untuk


merangsang minat pembaca atau memberikan gambaran tentang
subyek (topik) yang akan dibahas dalam esei.

Pendahuluan: Bagian ini biasanya diawali dengan satu atau lebih


kalimat pengantar, yang kemudian diakhiri dengan satu atau lebih
kalimat tesis, atau kalimat yang mengungkapkan subyek yang akan
dibahas secara umum. Kalimat ini merupakan kalimat yang paling
penting karena memuat ide-ide pokok yang membatasi dan
mengarahkan bagian-bagian esei selanjutnya.

Bagian Isi: Bagian ini sering disebut sebagai tubuh karangan/esei.


Alinea-alinea yang membentuk bagian ini menjelaskan,
menggambarkan, mengklarifikasi atau mendukung kalimat tesis.
Setiap alinea isi mengandung minimal sebuah kalimat topik dan
beberapa kalimat penjelas. Jumlah alinea isi sangat tergantung
pada ide pokok yang dikandung kalimat tesis.

Penutup: Bagian ini,secara umum, mengakhiri sebuat esei dengan


cara mengungkapkan satu atau lebih dari kelima hal berikut: (a)
ringkasan dari materi yang dibahas di dalam alinea, (b) solusi bagi
persoalan yang terungkap dalam alinea, (c) ramalan atau prediksi
potensial dari situasi yang telah dibahas dalam alinea, (d)
rekomendasi yang berhubungan dengan materi yang dibahas di
dalam alinea, atau (e) kesimpulan yang ditarik dari informasi yang
tersaji dalam alinea

A. Menentukan Judul dan Topik


Judul sebuah esei biasanya berbentuk sebuah kata atau frasa yang
berfungsi untuk merangsang minat pembaca atau memberikan gambaran
tentang subyek yang akan dibahas dalam esei. Sebuah judul harus singkat,
tepat dan padat. Oleh karena itu, kata-kata tambahan harus dihilangkan. Di
samping itu, judul harus ditulis dengan menggunakan huruf kapital pada
seluruh kata pada huruf pertama setiap kata utama (selain preposisi yang
terletak di awal judul) tanpa tanda baca apapun dan diletakkan di bagian
tengah-atas esei. Lihat contoh contoh berikut.

Contoh 5-1: Penulisan Judul Esei


Bab 5: Menulis Esei

☑ Krisis Energi
☑ Analisis Penokohan Dalam Tiga Novel Karya William Golding
☑ Masalah-Masalah Sosial di Lima Kota Besar di Indonesia
☑ Manfaat Program Keluarga Berencana di Indonesia
☑ Dampak Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat di Vietnam
☑ KRISIS ENERGI
☑ ANALISIS PENOKOHAN DALAM TIGA NOVEL KARYA WILLIAM GOLDING
☑ MASALAH-MASALAH SOSIAL DI LIMA KOTA BESAR DI INDONESIA
☑ MANFAAT PROGRAM KELUARGA BERENCANA DI INDONESIA
☑ DAMPAK KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DI VIETNAM

Penentuan judul suatu esei biasanya sangat berhubungan dengan


subyek/topik, atau pokok pembicaraan, yang penentuannya tidak berbeda
dengan penentuan topik suatu alinea. Ruang lingkup topik sebuah esei tentu
saja jauh lebih luas. Jika penentuan topik diibaratkan dengan pengambilan
sebuah potret, maka sebuah alinea ekuivalen dengan sebuah gambar
setengah badan (pas-foto), sedangkan sebuah esei bisa ekuivalen dengan
sebuah potret yang memuat gambar seseorang atau sebuah keluarga secara
utuh.
Pembatasan topik sebuah esei harus mengikuti paling tidak dua tahapan,
yaitu mengumpulkan informasi yang diketahui tentang topik, menentukan
aspek-aspek topik yang diperkirakan menarik bagi pembaca, dan memutuskan
aspek-aspek mana saja yang akan diikutsertakan dalam esai. Hasil
pembatasan topik yang telah dilakukan biasanya dapat langsung digunakan
sebagai judul. Gambar berikut dapat dijadikan sebagai sebuah pedoman
praktis untuk membatasi topik sebuah esei.

Bagan 2: Pembatasan
Gaya
Melatih
Binatang
Ikan
Pelestarian
Situasi
Peranan
Pembelajaran
Mahasiswa
Perbedaan
Bahasa
lumba-lumba:
hidup
pembelajaran
anjing
bahasa
mahasiswa
harimau
di
mahasiswa
bahasa
Amerika
sebagai
inggris
mamalia
Sumatera
bahasa
inggris
tradisional
penuntun
sebagai
dalam
di Amerika
yang
Inggris
sebagai
pergaulan
agen
kaum
dan
bersahabat
di
perubahan
sebuah
kontemporer
Indonesia
tunanetra
internasional
bahasadiasing
Amerika
diInggris
Amerika

Dua faktor lain


yang perlu
dipertimbangkan
dalam menentukan
sebuah subyek atau
topik atau pokok
pembicaraan dalam
suatu esei adalah
metode
pengembangan yang
akan digunakan dan
tingkat keabstrakan.
Penentuan metode
pengembangan yang
akan digunakan yang
akan digunakan tentu
saja sangat
tergantung pada
substansi subyek atau
topik yang akan
dibahas dan pembaca
20
Parlin Pardede: Menulis Karya Ilmiah
Bab 5: Menulis Esei

sasaran. Topik “Ikan Lumba-Lumba: Mamalia Yang Bersahabat” diatas,


misalnya sangat sesuai dikembangkan dengan menggunakan metode ‘definisi’
dan ‘sebab-akibat’. Sedangkan topik “Melatih Anjing Sebagai Penuntun Kaum
Tunanetra” dapat dikembangkan dengan metode ‘proses’; dan topik “Peranan
Bahasa Inggris Dalam Pergaulan Internasional” dapat dikembangkan dengan
metode ‘definisi’ dan ‘sebab-akibat’.
Pentingnya mempertimbangkan tingkat keabstrakan sebuah topik
didasarkan pada kenyataan bahwa semakin abstrak sebuah topik, semakin
sulit hal itu dijelaskan atau didukung. Akibatnya, semakin sulit
mempertahankan minat pembaca. Oleh karena itu, topik suatu esei hendaknya
dibuat sekonkrit (senyata) mungkin. Bandingkan kedua kelompok topik
berikut. Kelompok pertama bersifat abstrak, sehingga sulit dideukung atau
dijelaskan. Sebaliknya, kelompok kedua bersifat lebih konkrit sehingga lebih
mudah untuk dijelaskan. Masing-masing topik disertai dengan metode
pengembangan yang paling sesuai.

Contoh 2: Topik yang Abstrak dan Konkrit

Topik yang abstrak:


1. Kasih Tanpa Pamrih: Kebajikan Yang Paling Luhur (Definisi dan Sebab-Akibat)
2. Bagaimana Menilai Mutu Sebuah Karya Seni (Proses)
3. Hakikat Kasih Sayang dan Benci (Definisi dan Perbandingan)
Topik yang konkrit:
1. Empat Kriteria Kasih Tanpa Pamrih (Definisi dan Klasisifikasi)
2. Merakit Sebuah Pesawat Mainan (Proses)
3. Keuntungan dan Kerugian Menikah dan Tidak Menikah (Definisi dan Perbandingan)

Latihan 1
Pilih empat dari suyek-subyek yang tersedia di bawah ini. Tentukan judul,
pembatasan topik, dan metode pengembangan yang sesuai.

1) kebakar 5)panti jompo 9) sahabat


an
hutan
1) lalu 5)pendidikan nilai 10) sastra
lintas
1) musik 5)pekerjaan rumah 11) tetangga
1) olah 8) polusi udara 12) universitas
raga

B. Kalimat Tesis

20
Parlin Pardede: Menulis Karya Ilmiah
Bab 5: Menulis Esei

Setelah topik yang akan dibahas ditentukan, tahap selanjutnya yang harus
dilakukan adalah merumuskan kalimat tesis. Setiap essei yang akan ditulis
harus mengandung sebuah tesis, atau kalimat yang merumuskan tema dasar
esei tersebut. Tesis biasanya berbentuk sebuah kalimat yang berfungsi untuk
mengungkapkan gagasan sentral (topik yang akan dibahas) beserta tujuan
yang akan dicapai melalui gagasan sentral tersebut. Jadi, sebuah tesis harus
mengandung dua hal, yakni: topik dan tujuan penulisan. Kedua kandungan
inilah yang membentuk gagasan sentral. Sehubungan dengan itu, tesis dapat
didefinisikan sebagai tema yang berbentuk sebuah kalimat dengan topik dan
tujuan yang akan dicapai melalui topik tadi dan bertindak sebagai gagasan
sentral dalam suatu esei.
Berikut adalah dua contoh kalimat tesis yang dirumuskan berdasarkan dua
contoh topik yang diambil dari bagan 1.

Contoh 3: Perumusan Kalimat Tesis

1. Topik: Perbedaan mahasiswa tradisional dan kontemporer di Amerika

Kalimat Tesis: Mahasiswa tradisional dan mahasiswa kontemporer di Amerika berbeda


dalam hal usia, tempat tinggal, dan aktivitas non-akademik; gaya belajar;
pengimplementasian fungsi sebagai kekuatan moral; dan kebangsaan.

2. Topik: Peranan Bahasa Inggris Dalam Pergaulan Internasional

Kalimat Tesis: Bahasa Inggris berperan semakin penting dalam pergaulan internasional
karena penggunaannya yang terus meningkat di bidang diplomasi dan
perdagangan antar negara.

C. Mengorganisasikan Esei
Jika kalimat tesis yang menjadi landasan penulisan sudah dirumuskan,
aktivitas selanjutnya adalah merinci topik-topik yang dikandung kalimat tesis
tersebut dan mengorganisasikannya ke dalam sebuah kerangka karangan
yang sistematis. Dalam tahap penulisan, setiap topik akan dikembangkan atau
dijelaskan dalam alinea masing-masing. Seluruh alinea itulah yang akan
menjadi bagian tubuh esei. Disamping itu, perlu juga disiapkan sebuah alinea
pengantar, yang membentuk bagian pendahuluan, sebuah alinea kesimpulan,
yang akan menutup esei. (Lihat profil berikut).

20
Parlin Pardede: Menulis Karya Ilmiah
Bab 5: Menulis Esei

Bagan 3: Profil Kerangka Karangan Pointer Sebuah Esei

(JUDUL)

I. (Pendahuluan): Terdidi dari sebuah alinea pengantar yang diawali oleh satu atau lebih
kalimat pengantar dan diakhiri dengan kalimat tesis.

II. (Tubuh Karangan): Terdidi dari beberapa alinea isi yang jumlahnya disesuaikan dengan
jumlah ide pokok yang dikandung kalimat tesis.

A. Alinea yang membahas ide pokok pertama.


1. Diawali oleh kalimat topik
2. Didukung kalimat-kalimat penjelas yang mendukung atau menjelaskan ide pokok

B. Alinea yang membahas ide pokok kedua


1. Diawali oleh kalimat topik
2.Didukung kalimat-kalimat penjelas yang mendukung atau menjelaskan ide pokok

C. Alinea yang membahas ide pokok ketiga


1. Diawali oleh kalimat topik
2. Didukung kalimat-kalimat penjelas yang mendukung atau menjelaskan ide pokok

III. (Penutup) Terdidi dari sebuah alinea kesimpulan yang diawali oleh ringkasan dari ide
pokok yang telah didiskusikan dan diakhiri dengan solusi, ramalan / prediksi, atau
kesimpulan yang ditarik dari pembahasan yang dilakukan pada bagian tubuh karangan.

Berikut ini adalah kerangka karangan yang dirancang menurut sistematika


pada Bagan 5-3 dan menggunakan kalimat tesis pertama pada Contoh 5-3 di
atas sebagai dasar penulisan.

Contoh 4: Kerangka Karangan Esei Dengan Pointer

21
Parlin Pardede: Menulis Karya Ilmiah
Bab 5: Menulis Esei

I. Pendahuluan
Tesis: Mahasiswa tradisional dan mahasiswa kontemporer di Amerika
berbeda dalam hal usia, tempat tinggal, dan aktivitas non-
akademik; gaya belajar; pengimplementasian sikap sebagai
kekuatan moral; dan kebangsaan.

Ide-Ide Pokok: (1) perbedaan usia, tempat tinggal, partisipasi dalam


aktivitas non-akademik; (2) perbedaan gaya belajar, (3)
perbedaan pengimplementasian fungsi sebagai kekuatan moral;
dan (4) perbedaan kebangsaan.

II. Tubuh Karangan


A. Kalimat Topik: Usia, tempat tinggal, dan aktivitas non-akademik
mahasiswa Amerika lima dekade yang lalu sangat berbeda dengan
usia mahasiswa sekarang.
1. mahasiswa tradisional: 18-22 tahun, tinggal di asrama, dan aktif
dalam kegiatan non-akademik
2. mahasiswa kotemporer: 22-40 tahun, tinggal di luar asrama,
sebagian sudah bekerja dan berkeluarga, dan tidak aktif dalam
kegiatan non-akademik

B. Kalimat Topik: Mahasiswa tradisional dan mahasiswa non-tradisional


di Amerika juga berbeda dalam gaya belajar.
1. hasil tes psikologi: 60% mahasiswa non-tradisional menyukai cara
belajar ‘praktis’
2. mahasiswa non-tradisional yang menyukai cara belajar ‘intuitif’
semakin berkurang.

C. Kalimat Topik: Perbedaan lain antara mahasiswa tradisional dan


mahasiswa non-tradisional adalah pengimplementasian fungsi
sebagai kekuatan moral.
1. mahasiswa 1960-1970-an: berdemonstrasi terhadap kebijakan
pemerintah
2. mahasiswa 1980-an: lebih berkonsentrasi pada studi
3. mahasiswa sekarang: berkonsentrasi pada studi dan sekaligus
menjadi sukarelawan untuk memperbaiki situasi sosial
masyarakat.

D. Kalimat Topik: Bentuk perubahan lain yang terjadi pada mahasiswa


di Amerika dewasa ini berhubungan dengan kebangsaan.
1. disebabkan oleh peningkatan jumlah mahasiswa asing.
a) total mahasiswa asing: 500.000
b) mahasiswa pasca sarjana: 100.000 (25% dari seluruh
mahasiswa pasca sarjana)
2. bidang yang banyak ditekuni: bisnis dan manajemen, teknik,
matematik, ilmu komputer, dan biologi.

D. Alinea Pengantar dan Alinea Kesimpulan


Hingga pada tahap ini, pembahasan dan latihan berfokus pada alinea isi
(diskusi) yang membentuk tubuh karangan. Padahal sebuah esei biasanya
diawali oleh sebuah alinea pegantar/pendahuluan dan diakhiri oleh sebuah
alinea kesimpulan. Alinea pengantar berfungsi untuk mempersiapkan pembaca

20
Parlin Pardede: Menulis Karya Ilmiah
Bab 5: Menulis Esei

untuk mengikuti pembahasan pada bagian tubuh karangan. Hal ini dilakukan
dengan memaparkan latar belakang topik yang akan dibahas, atau dengan
memicu rasa ingin tahu pembaca melalui pernyataan/pertanyaan yang di luar
dugaan. Sedangkan alinea kesimpulan berfungsi untuk mengakhiri esei
dengan cara menghadirkan rangkuman ringkas (bila diperlukan), membuat
prediksi sehubungan dengan hal-hal yang telah didiskusikan, dan/atau
mengungkapkan sebuah pernyataan kulminatif untuk diingat (kalau mungkin).
Disamping perbedaan fungsi seperti terungkap dalam alinea di atas, alinea
pengantar dan alinea kesimpulan memiliki dua perbedaan lainnya dengan
alinea isi. Perbedaan pertama terletak pada panjang/pendeknya alinea. Alinea
pengantar dan alinea kesimpulan pada umumnya hanya terdiri dari tiga
sampai kalimat, sehingga relatif lebih pendek daripada alinea isi (berkisar
antara delapan hingga dua belas kalimat). Alinea pengantar biasanya terdiri
dari satu hingga empat kalimat pengantar dan satu kalimat tesis, dan alinea
kesimpulan terdiri dari satu hingga empat kalimat rangkuman dan satu kalimat
kesimpulan. Perbedaan kedua terletak pada sifat umum atau spesifiknya
informasi yang disajikan. Alinea pengantar dan alinea kesimpulan bersifat lebih
umum. Alinea pengantar hanya mengungkapkan, tanpa membahas, ide-ide
pokok. Sedangkan alinea kesimpulan hanya merangkum dan menyimpulkan
tentang apa yang telah didiskusikan.
Bagian ini diarahkan untuk memberikan gambaran yang lebih konkrit
tentang alinea pengantar dan alinea kesimpulan.

1. Alinea Pengantar
Sebagai bagian pembuka, alinea pengantar merupakan salah satu bagian
penentu dalam suatu karangan. Oleh karena itu, alinea ini perlu dirancang dan
dibuat sedemikian rupa agar dapat menarik minat pembaca. Berikut ini adalah
tiga pedoman yang perlu diingat dalam membuat alinea pengantar: (a) Satu
atau dua kalimat pengantar yang bertujuan menarik dan memfokuskan
perhatian pembaca terhadap subyek atau ide-ide pokok yang disajikan. (b)
Satu atau dua kalimat yang menghadirkan latar belakang, membatasi subyek
yang dibahas, dan/atau menyajikan makna kata-kata kunci yang akan
digunakan. (c) Tuliskan kalimat tesis.
Membuat sebuah alinea pengantar yang efektif bukanlah hal yang mudah.
Sama dengan penulisan alinea diskusi, pembuatan alinea pengantar
membutuhkan latihan-latihan agar dapat dikuasai dengan baik. Sebagai
masukan, berikut ini dijelaskan enam teknik pembuatan alinea pengantar yang
efektif. Setiap alinea pengantar membutuhkan teknik tersendiri, sesuai dengan
subyek yang dibahas dan metode pengembangan yang digunakan.

a) Awali dengan sebuah kutipan! Sebuah kutipan (yang diperoleh dari lagu,
novel, drama, film, surat kabar, atau majalah) yang bisa merangkum
subyek yang dibahas dalam sebuah esei dapat menjadi titik awal yang
sangat menarik dan efektif bagi sebuah karangan. Agar efek yang
diinginkan benar-benar tercapai, perlu diingat bahwa kutipan itu harus
merupakan pernyataan ringkas dan tidak menyimpang dari ide-ide pokok
yang akan dibahas.

b) Mulai dengan sebuah pertanyaan! Salah satu cara yang paling menarik
untuk mengawali sebuah esei adalah dengan mengajukan pertanyaan
retoris, yakni pertanyaan yang jawabannya belum diketahui pembaca, atau
pertanyaan yang jawabannya hanya ada dalam kalimat tesis. Menghadapi
21
Parlin Pardede: Menulis Karya Ilmiah
Bab 5: Menulis Esei

pertanyaan seperti ini, pembaca akan dipaksa memikirkan pertanyaan


tersebut sehingga ‘bersemangat’ membaca bagian-bagian selanjutnya.
c) Ungkapkan latar belakang bagi subyek tulisan! Dalam karangan tertentu,
latar belakang yang disajikan secara berjenjang ke arah klimaks dalam
beberapa kalimat merupakan awal yang efektif. Agar dapat menggunakan
teknik ini, penulis harus memiliki pengetahuan yang luas tentang subyek
yang ditulis.

d) Buat sebuah dramatisasi atau ungkapkan sebuah cuplikan anekdot! Teknik


ini merupakan salah satu cara paling menarik untuk mengawali esei karena
sifatnya yang dramatis. Namun perlu dicatat bahwa cerita singkat atau
anekdot yang disajikan harus selaras dengan subyek tulisan.

e) Gunakan sebuah sudut pandang yang lain dari yang lain! Mengungkapkan
suatu hal yang ditinjau dari sebuah sudut pandang yang tidak lazim
biasanya akan membuat pembaca heran. Hal itu akan membuatnya
memaksa diri untuk menyelesaikan membaca esei atau karangan yang
dihadapinya.

f) Buat teknik kombinasi! Kelima teknik di atas dapat juga dikombinasikan


agar dapat menjadi pengantar yang efektif bagi karangan. Sebagai contoh,
ebuah kutipan dapat disisipkan ke dalam sebuah anekdot; sebuah
pertanyaan retoris dapat mengawali sebuah sudut pengungkapan pandang
yang tidak lazim. Penggunaan teknik kombinasi ini dapat digunakan
dengan tetap mengingat bahwa sebuah alinea pengantar harus sederhana,
singkat, dan efektif, sehingga benar-benar mengarahkan perhatian
pembaca terhadap subyek yang akan dibahas.

2. Alinea Kesimpulan
Sebagai bagian penutup, alinea kesimpulan juga berperan sangat penting
dalam membentuk efektivitas sebuah esei. Oleh karena itu, alinea ini juga
perlu dirancang dan dibuat sedemikian rupa agar ketika tiba di bagian ini
pembaca merasa bahwa ide pokok yang dihadirkan pada kalimat tesis sudah
dibahas dengan tuntas. Berikut ini adalah ... pedoman yang perlu diingat
dalam membuat alinea kesimpulan: (a) Satu atau dua kalimat meringkas
materi yang sudah bibahas. (b) Sebuah kalimat yang menghadirkan solusi dan
atau rekomendasi bagi persoalan yang terungkap dalam pembahasan. (c)
Sebuah kalimat yang menghadirkan kesimpulan yang ditarik dari informasi
yang tersaji dalam alinea

E. Menulis Esei
Setelah membuat kerangka karangan, tahapan selanjutnya yang harus
dilakukan adalah menulis draft berdasarkan kerangka yang ada. Ada
kemungkinan bahwa selama penulisan draf penulis merasa perlu menambah
atau mengurangi poin-poin tertentu agar hasil tulisan yang sedang digarap
jauh lebih baik. Oleh karena itu, proses penulisan draf perlu dilanjukan dengan
tahapan pengeditan—evaluasi—dan penulisan akhir. Langkah-langkah tersebut
mungkin saja terjadi secara berulang-ulang hingga penulis merasa bahwa
karangannya sudah benar-benar mengungkapkan maksudnya dan sudah
menggunakan konvensi penulisan yang benar.

21
Parlin Pardede: Menulis Karya Ilmiah
Bab 5: Menulis Esei

Berdasarkan kerangka karangan yang disajikan pada Contoh 5-4, berikut


ini adalah esei yang ditulis sebagai sebuah produk akhir dari topik “Perbedaan
mahasiswa tradisional dan kontemporer di Amerika”

Contoh 5: Esei

PERBEDAAN MAHASISWA TRADISIONAL


DAN MAHASISWA KONTEMPORER DI AMERIKA

Sebagai sebuah negara paling maju di dunia, Amerika Serikat mengalami Klmt.Pengatar
perubahan yang sangat cepat dalam semua aspek kehidupannya. Salah satu (latar blkg)
perubahan di bidang pendidikan yang menarik untuk diamati adalah perubahan
profil mahasiswa selama empat puluh tahun terakhir. Mahasiswa tradisional dan
mahasiswa kontemporer di Amerika berbeda dalam hal usia, tempat tinggal, dan Klmt Tesis
aktivitas non-akademik; gaya belajar; pengimplementasian fungsi sebagai
kekuatan moral; dan kebangsaan.
Usia, tempat tinggal, dan aktivitas non-akademik mahasiswa Amerika lima Klmt Topik 1
dekade yang lalu sangat berbeda dengan usia mahasiswa sekarang. Hingga
akhir tahun 1960-an, kebanyakan mahasiswa Amerika yang kuliah di program
‘undergraduate’ berusia antara delapan belas hingga dua puluh dua tahun. Pada
umumnya mereka kuliah penuh waktu, tinggal di asrama, dan aktif mengikuti
berbagai aktivitas tambahan, disamping menghadiri kelas. Kebanyakan dari
mereka berpartisipasi aktif dalam tim olah raga, kelompok pencinta alam,
paguyuban keagamaan, kelompok teater, dan organisasi kemahasiswaan lain,
yang menjadi bagian dari kehidupan kebanyakan universitas di Amerika. Namun
profil tersebut mulai berubah sejak tahun 1970-an dan sekarang keadaan sudah
sangat berbeda. Saat ini jumlah mahasiswa ‘tradisional’ tersebut tinggal sekitar
seperempat dari seluruh komunitas mahasiswa. Moyoritas mahasiswa saat ini
merupakan mahasiswa non-tradisional, yang usianya bervariasi antara 22
hingga 40 tahun. Banyak dari mereka yang kuliah secara paruh-waktu karena
mereka sudah berkeluarga dan bekerja. Kebanyakan dari mereka tinggal di luar
kampus. Mereka tidak mengikuti aktivitas-aktivitas non-akademik, seperti
kelompok-kelompok kegiatan mahasiswa yang ditawarkan kampus. Yang
mereka inginkan hanya kelas-kelas berkualitas, siang atau malam, dengan biaya
kuliah yang terjangkau. Mereka juga menginginkan kemudahan memarkir
kendaraan, jalur registrasi yang tidak bertele-tele, dan pelayanan yang ramah.
Waktu dan uang begitu berharga bagi mereka.
Mahasiswa tradisional dan mahasiswa non-tradisional juga berbeda dalam Klmt Topik 2
gaya belajar. Mahasiswa tradisional pada umumnya terbiasa dengan gaya
belajar ‘intuitif.’ Mereka menyenangi ide-ide, belajar dengan metode teori-ke-
praktek dan menyenangi proses berpikir yang independent dan kreatif. Oleh
karena itu, Mereka menuntut ilmu dengan harapan dapat menciptakan hal-hal
yang unik. Berbeda dengan mereka, berbagai hasil tes psikologi
mengungkapkan bahwa disamping perbedaan yang terdapat dalam diri setiap
individu, 60 persen mahasiswa non-tradisional lebih menyukai cara belajar
‘praktis’ (berdasarkan pengalaman). Metode belajar yang mereka senangi
adalah metode praktek-ke-teori—pengalaman mendahului ide. Mereka sering
menemui kesulitan dalam membaca dan menulis serta merasa ragu akan
kemampuan diri sendiri. Motivasi yang mendorong mereka kembali kuliah adalah
untuk memperoleh pekerjaan dan penghasilan yang lebih baik. Sebagian kecil
mahasiswa non-tradisional ada yang lebih menyukai gaya belajar ‘intuitif’, namun
jumlahnya semakin menurun. Kelompok mahasiswa intuitif ini tidak begitu suka
terhadap hal-hal yang praktis. Mereka kuliah untuk menciptakan hal-hal yang
unik. Oleh karena itu, mereka cenderung berkonsentrasi pada jurusan-jurusan
21
Parlin Pardede: Menulis Karya Ilmiah
Bab 5: Menulis Esei

seni, filsafat, atau ilmu-ilmu murni.


Perbedaan lain antara mahasiswa tradisional dan mahasiswa non- Klmt Topik 3
tradisional adalah pengimplementasian fungsi sebagai kekuatan moral.
Mahasiswa era 1960-an hingga 1970-an sering berdemonstrasi mengoreksi
kebijakan-kebijakan pemerintah dan berharap untuk melakukan perubahan
mendasar pada masyarakat. Di era 1980-an, mayoritas mahasiswa lebih
berkonsentrasi terhadap perkuliahan dan karir mereka di masa yang akan
datang. Dewasa ini, terlihat kombinasi dari kedua fenomena itu dalam diri
mahasiswa: di satu sisi mereka menginginkan karir yang bagus kalau sudah
menyelesaikan kuliah, di sisi lain mereka juga perduli terhadap situasi
masyarakat. Banyak mahasiswa masa kini yang menjadi sukarelawan, yang
bekerja membantu masyarakat tanpa memperoleh bayaran. Sebagai contoh,
mengajar anak-anak gelandangan atau bekerja di rumah-rumah penampungan
tunawisma. Dengan melakukan hal-hal seperti itu, mereka berharap dapat
membuat perubahan dalam masyarakat.
Bentuk perubahan lain yang terjadi pada mahasiswa di Amerika dewasa ini Klmt Topik 4
berhubungan dengan kebangsaan. Perubahan ini disebabkan oleh peningkatan
jumlah mahasiswa asing, terutama yang mempelajari bidang-bidang tertentu dan
yang kuliah di program pasca sarjana. Saat ini, mahasiswa asing di Amerika
berjumlah sekitar setengah juta orang, dan lebih dari 100.000 diantaranya
mengikuti kuliah di program pasca sarjana. Hal ini berarti lebih dari 25% peserta
pasca sarjana di Amerika adalah mahasiswa asing. Bidang-bidang yang banyak
mereka pelajari adalah bisnis dan manajemen, teknik, matematik, ilmu komputer,
dan biologi. Jumlah yang menekuni bidang-bidang humaniora, seperti sastra,
seni, linguistik; maupun ilmu-ilmu sosial, seperti psikologi, pendidikan,
antropologi; tidak begitu banyak. Hal itu mungkin didorong oleh keyakinan
mereka bahwa ilmu-ilmu sosial dan humaniora tidak menjanjikan karir yang
menarik atau pekerjaan dengan gaji yang tinggi.
Keempat kelompok perbedaan profil antara mahasiswa tradisional dan
kontemporer di atas pada dasarnya terjadi untuk beradaptasi dengan kebutuhan Rangkuman
dan perubahan zaman. Jika mahasiswa di negera maju seperti Amerika
mengalami atau melakukan begitu banyak perubahan, maka mahasiswa di Kesimpulan
negara-negara lain juga perlu berubah agar dapat tetap dapat mengimbangi
tantangan zaman. 

Latihan 2
Tulis sebuah esei yang baik dengan panjang sekitar 600 kata untuk masing-
masing topik berikut. Awali dengan pembatasan topik, perumusan kalimat
tesis, pembuatan kerangka karangan, dan akhiri dengan penulisan esei.

1. Dampak Positif (atau Negatif) Siaran Televisi


2. Keuntungan (dan / atau Kerugian) Menjadi Seorang Wanita Karir
3. Tokoh Yang Paling Kuhormati
4. Meningkatkan Kemahiran Berbicara dalam Bahasa Inggris
5. Sikap-Sikap yang Paling Tidak Kusukai Dalam Diri Seseorang (Misalnya: pengecut,
sombong, munafik, pessimistik, kasar, gampang menyerah)
6. Karakter Wanita (atau Pria) Yang Paling Kusukai (Misalnya: penyabar, jujur,
lembut, optimistik, suka menolong, ramah, tegas)
7. Kualitas yang Harus Dimiliki Presiden Indonesia di Abad 21
8. Karakter Pemimpin yang Paling Esensial
9. Kualitas Utama Seorang Guru
10. Pendidikan Sebagai Sarana Penyiapan Sumber Daya Manusia
21
Parlin Pardede: Menulis Karya Ilmiah
Bab 5: Menulis Esei

22
Parlin Pardede: Menulis Karya Ilmiah

You might also like