Professional Documents
Culture Documents
Istilah Bahasa
Segarkan ingatan
berbahasa, dan
kenali beragam
istilah yang
belum pernah
kita dengar
! !
" !
" # $
# %
#
&
'
A
adjektiva ekuatif: kata sifat untuk menyatakan tingkat perbandingan ekuatif atau persamaan
antara dua hal, misal:
a. Ary sepandai kakaknya.
b. Ia sama beraninya dengan penjahat.
adjektiva komparatif: adjektiva untuk menyatakan tingkat perbandingan antara dua wujud
yang mempunyai tingkat yang berbeda, misal:
a. Itu lebih mahal daripada ini.
b. Dia kurang rajin daripada Ibunya.
adjektiva superlatif: adjektiva untuk menyatakan bahwa dari sekian hal yang dibandingkan
ada satu hal yang melebihi lainnya, misal:
a. Ia akan segera pulang.
b. Orang itu sangat baik.
c. Ayah saya hanya petani.
d. Sebaiknya engkau minta izin dulu.
aferesis: peristiwa penghilangan sebuah huruf atau lebih di awal sebuah kat, sedangkan
artinya tidak berubah, misal:
1. abang bang
2. adik dik
3. bapak pak
4. kakek kek
afiks: imbuhan; suatu morfem/bentuk yang dalam sebuah kata merupakan unsur langsung,
bukan unsur bebas, dan memiliki kesanggupan melekat pada bentuk-bentuk lain untuk
membentuk kata baru; afiks ada empat macam, yaitu:
a. prefiks (awalan)
b. infiks (sisipan)
c. sufiks (akhiran)
d. konfiks (simulfiks)
afiksasi: proses terbentuknya atau terjadinya morfem atau kata kompleks dengan jalan
melekatkan imbuhan pada bentuk dasarnya, misal:
a. ber + lari = berlari
b. per + tanggung jawab + an = pertanggungjawaban
afiks improduktif: afiks yang tidak banyak menghasilkan kata-kata baru, hanya terbatas pada
beberapa kata saja, misal:
a. - man : seniman, budiman
b. - el - : gelembung, geletar
c. - em - : gemetar, kemuning
d. - er - : seruling, geligi
afiks produktif: afiks yang memiliki kesanggupan besar untuk melekat pada kata-kata,
sehingga banyak menghasilkan kata-kata baru, misal;
afiks ber-, peng, ter-, --wan, per-an, ke-an
akhiran: sufiks; afiks atau imbuhan yang terletak di belakang bentuk dasarnya, misal;
i, kan, an, man, wan, wati, iah, al, isasi, wi
akronim: kata singkatan; singkatan kata yang telah berubah kedudukannya menjadi sebuah
kata; misal:
a. pramuka = praja muda karana
b. osis = organisasi siswa intra-sekolah
c. pelita = pembangunan lima tahun
d. tilang = bukti pelanggaran
e. kodam = komando daerah militer
aksen: unsur bahasa yang dibangun oleh tekanan, nada, dan jangka.
alinea: paragraf; bagian karangan yang terdiri atas kalimat utama yang berisi pikiran utama
dan kalimat-kalimat penjelas yang berisi pikiran penjelas, yang merupakan kesatuan pikiran
dan ditandai oleh baris baru yang agak menjorok ke dalam.
alinea naratif/deskriptif: alinea yang tidak memiliki kalimat utama, pikiran utamanya
tersebar pada seluruh kalimat penjelas; biasanya terdapat dalam karangan narasi atau
deskripsi.
alinea pembuka: alinea yang berfungsi membuka dan menghantarkan karangan, berisi
pokok-pokok pikiran (tema) karangan tersebut.
alinea penghubung: alinea yang terletak di antara alinea pembuka dan penutup.
alinea penuturp: alinea yang berfungsi untuk mengakhiri karangan atau bagian karangan,
berisi pokok-pokok atau kesimpulan yang telah diuraikan dalam semua paragraf penghubung.
alofon: variasi fonem; variasi bunyi yang disebabkan oleh pengaruh lingkungan yang
dimasukinya, misal;
a. /n/ pada kata nyanyi dan mencari (menycari)
b. /y/ pada kata yakin dan pantai (pantay)
alograf: variasi grafem; variasi huruf yang disebabkan oleh pengaruh lingkungan yang
dimasukinya, misal; -peng mempunyai alomorf pen (tulis), pem (bawa), peny (sapu), peng
(atur), pe (lapor), penge (cat)
alfabet: abjad huruf Latin; a, b, c, ...
alveolar: bunyi yang terjadi karena penyempitan antara ujung atau daun lidah dan alveolum,
misal;
/n/, /d/
amelioratif: - - - melioratif.
anafora: peranti dalam bahasa untuk membuat rujuk sialng dengan hal atau kata yang telah
dinyatakan sebelumnya; anafora dapat dibentuk dengan kata ganti persona, nomina tertentu,
konjungsi, atau keterangan tertentu, misal;
a. Ary belum juga pulang, padahal ia berangkat pagi-pagi. (ia beranafora Ary)
b. Pada tahun 1965 terjadi pemberontakan. Waktu itu saya baru berumur satu tahun. (waktu
itu beranafora dengan tahun 1965)
analogi: peristiwa membuat atau membentuk kata-kata baru berdasarkan bentukan yang telah
ada, misal;
a. berdasarkan bentuk sukarelawan dibentuklah kata antariksawan, angkasawan, jutawan, dan
lain-lain.
b. berdasarkan bentuk modernisasi dibentuklah kata kaderisasi, lelemisasi, helmisasi,
pagarisasi, dan lain-lain.
anaptiksis: bunyi antara; bunyi bakti, suara bakti, bunyi pelancar; bunyi yang timbul karena
adanya dua vokal atau dua konsonan yang berdekatan dan saling mempengaruhi, misal;
1. bunyi antara /w/ terdapat di antara vokal
a. o - a : sempoa, joang
b. u - a : tua, juang, dua, semua
c. u - e : kue, duel
d. u - i : kuil, duit
2. bunyi antara /y/ terdapat di antara vokal
a. i - a : dia, setia, ia, manusia
b. i - u : siul, cium, piutang
c. e - a : real
d. e - o : meong, geong, keok, keong
3. bunyi antara /e/ terdapat antara dua konsonan, dan yang merupakan gugus konsonan, misal;
a. pleno, blangko, klasik, global, slogan (p[e]leno, b[e]langko, k[e]lasik, g[e]lobal, s[e]logan)
b. pribadi, obral, sastra, drama, akrab, fragmen
c. spora, spanduk, sponsor, skema, skripsi, dan sebagainya.
aneksi: susunan serangkai; susunan dua patah kata yang erat sekali hubungannya, tetapi tidak
menimbulkan pengertian baru.
aneksi ablatif: aneksi yang kata kedua merupakan asal kejadian kata yang pertama, misal;
patung emas, meja kayu, tegel semen, dll.
aneksi adjektiva: aneksi yang salah satu unsurnya terjadi dari kata keadaan atau kata sifat,
misal;
orang sakit, mobil mewah, rumah indah, dll.
aneksi adverbia: aneksi yang salah satu unsurnya berupa kata keterangan, misal;
sangat baik, indah sekali, terlalu mahal.
aneksi atributif: aneksi yang kata kedua diberi sifat oleh kata pertama, misal;
keindahan alam, kedisiplinan pemain, keberanian pahlawan, kekuasaan pemerintah, dan
sebagainya.
aneksi final: aneksi yang kata kedua menyatakan tujuan atau maksud kata pertama, misal;
jam bicara, uang belanja, sendok makan, dan sebagainya.
aneksi instrumental: aneksi yang kata kedua menyatakan alat untuk melakukan perbuatan
yang tersebut pada kata pertama, misal;
tembakan senapan, permainan bola, pukulan cemeti.
aneksi kata ganti persona: aneksi yang salah satu unsurnya terjadi dari kata ganti persona,
misal;
kebodohan kami, sekuat kamu, adik saya.
aneksi kata ganti penunjuk: aneksi yang salah satu unsurnya terjadi dari kata ganti
penunjuk, misal;
semacam ini, hal ini, seperti itu.
aneksi keahlian: aneksi yang kata kedua merupakan lapangan keahlian/kepandaian kata
pertama, misal;
juru bahasa, ahli hukum, tukang las, dan sebagainya.
aneksi komparatif: aneksi yang kata kedua menyatakan persamaan atau perbandingan,
misal;
bulat telur, semanis madu, semacam itu.
aneksi kopulatif: aneksi yang terjadi dari kata-kata yang sederajat atau setara, misal;
ibu bapak, adik kakak, siang malam.
aneksi kualitatif: aneksi yang kata pertama merupakan sifat yang dimiliki oleh kata kedua,
misal;
sangat baik, ketajaman pikiran, lebih semangat.
aneksi lokatif: aneksi yang kata kedua menyatakan tempat kata pertama, misal;
masyarakat kota, pegawai kantor, udara pegunungan, guru SMP, penjaga gudang.
aneksi numeralia: aneksi yang terjadi karena kat abilangan digabungkan dengan kata
penunjuk jenis, misal;
lima batang, selembar (kertas), tiga orang.
aneksi objektif: aneksi yang kata kedua menjadi objek perbuatan kata yang pertama, misal;
pemugaran mesjid, pemilihan ketua, pengambilan keputusan, peluncuran satelit.
aneksi original: aneksi yang kata kedua menyatakan asal tempat kata pertama, misal;
orang Indonesia, wanita Jepang, ukiran Jepara.
aneksi partitif: aneksi yang kata kesatu merupakan bagian kata kedua, misal;
sisa makanan, akhir tahun, pertengahan bulan.
aneksi posesif: aneksi yang pertama menjadi milik kata kedua, misal;
buku saya, paman Ary, rumah nenek.
aneksi pronomina: aneksi yang salah satu unsurnya berupa kata ganti, misal;
kampung kita, buku mereka, setinggi ini.
aneksi substantif: aneksi yang kedua unsurnya berupa kata benda, misal;
tulisan Mario, korek api, makanan ayam.
aneksi subjektif: aneksi yang kata kedua menyatakan pelaku perbuatan kata pertama atau
menjadi sebab yang menghasilkan sesuatu, misal;
lukisan Shinta, karangan Ja'far, panas mentari.
aneksi verbal: aneksi yang salah satu unsurnya berupa kata kerja, misal
memutar haluan, berlaku bodoh, sedang tidur.
anteseden: kata (pronomina, misalnya) yang mengacu pada kata yang telah disebutkan
sebelumnya atau sesudahnya, - - - anaforis dan kataforis.
antiklimaks: majas penegasan yang berkebalikan dengan majas klimaks; menggunakan kata
secara berurutan dengan makna makin lama makin melemah atau menurun tingkatannya,
misal;
a. Jangankan seribu, atau seratus, serupiah pun aku tak punya.
b. Gubernur, bupati, camat, kepala desa, bahkan semua orang menyayangkan terjadinya
peristiwa itu.
antonomasia: penggunaan kata sifat untuk nama diri atau panggilan, misal;
a. Yang Mahaadil pasti membalasnya.
b. Si gendut belum datang.
c. Si gondrong sudah bercukur, ya?
apex: - - - apeks
apocope: peristiwa menghilangkan sebuah huruf atau lebih di belakang sebuah kata, sedang
artinya tidak berubah, misal:
a. pelangit - - pelangi
b. balik - - (kem) bali
c. selat - - sela
d. saki - - saki
apokop: - - - apocope
aposisi: keterangan pengganti; kata atau kata-kata yang menerangkan kata yang ada di
mukanya dan dapat menggantikannya jika kata yang diterangkannya dihilangkan, misal;
a. Syaiful, kakaknya sudah bekerja
b. Tadi pagi, ketika ibu pergi,adik menangis.
argumentasi: karangan yang didukung dengan alasan-alasan yang kuat dengan tujuan
meyakinkan para pembaca.
arti: - - - makna
artikel: artikula
artikulasi: proses pembentukan bunyi oleh artikulator atau alat ucap; daerah/titik artikulasi
adalah bagian alat ucap yang menjadi tujuan sentuh artikulator.
artikulator: bagian alat ucap yang digerakkan atau digeserkan untuk menimbulkan suatu
bunyi, dalam hal ini lidah dan bagian-bagiannya.
artistik: tujuan artistik berbahasa, untuk mengolah dan mempergunakan bahasa dengan cara
yang seindah-indahnya guna pemuasan rasa keindahan/estetis manusia.
assimilasi: perubahan atau penyaman bunyi karena adanya bunyi yang saling mempengaruhi
dalam sebuah kata atau perkataan.
asimilasi parsial: asimilasi yang terjadi karena adanya sebagian bunyi yang disamakan, yakni
ucapannya, sedang bentuknya masih berlainan, misal;
a. inpas -- impas
b. inport -- import
asimilasi progresif: asimilasi yang terjadi karena bunyi yang de depan mempengaruhi bunyi
yang ada di belakang, misal;
a. singhasana -- singgasana
b. akan aku -- akan daku
asimilasi regresif: asimilasi yang terjadi karena bunyi yang di belakang mempengaruhi bunyi
yang ada di mukanya, misal;
a. alsalam - - assalam
b. mertua - - mentua
c. alrahman - - arrahman
d. inport - - import
asimilasi suara: perubahan atau penyamaan bunyi atau suara karena adanya bunyi yang
saling mempengaruhi, misal;
a. kain, lauk, baur, siul, kue (terdengar bunyi pelancar atau lebuh antara dua vokal tersebut)
b. kitab terdengar kitap, abad terdengar abat
asimilasi tempat: perubahan atau penyamaan tempat mengucapkan bunyi dalam rongga
mulut atau rongga hidung, misal;
a. alsalam -- assalam
b. inpas -- impas
c. inmoral -- immoral
d. inport -- import
asimilasi total: asimilasi yang terjadi karena dua fonem yang disamakan tersebut serupa
betul, baik bunyi maupun tulisannya, misal;
a. alsalam -- assalam
b. inmoral -- immoral
c. alrahman -- arrahman
d. altaubah -- attaubat
asindenton: proses penghilangan kata penghubung dalam frase atau kalimat, misal;
a. Ayah, ibu, adik pergi ke Surabaya. (dan)
b. Rahma pandai, kakaknya bodoh. (tetapi)
asterisk: tanda untuk menyatakan bentuk yang tak berterima atau tidak gramatikal, tidak
diterima berdasarkan bahasa standar; (*...), misal;
a. * peseni, * permenangan, * keperiksaan.
b. * Ada pencuri itu di halaman.
atribut: kata sifat yang menerangkan kata nama dalam frasa nominal, misal;
buku baru, gadis cantik, pedagang kaya.
awalan: afiks atau imbuhan yang dilekatkan di depan bentuk dasar; prefiks, misal;
a. meng, ber, di, ter, per, peng, se, ke
b. a (moral), in-(transitif), anti-(penjajah).
B
bagian bukan inti: bagian kalimat yang dapat dihilangkan, contoh --- lihat bagian inti.
bahasa aglutinatif: bahasa yang pembentukan kata-katanya terjadi dengan cara melekatkan
afiks atau imbuhan pada akar kata maupun kata, misal:
bahasa Indonesia
bahasa asing: bahasa yang bukan milik bangsa sendiri, biasanya dikuasai melalui pendidikan
formal, misal:
bahasa Inggris, bahasa Arab, bahasa Jepang, dan sebagainya
bahasa asli: bahasa lisan, bahasa yang diucapkan, karena seseorang pandai menulis, ia sudah
pandai berkomunikasi dengan bahasa lisan.
bahasa baku: ragam bahasa yang dijadikan pedoman atau tolok bandingan bagi pemakaian
bahasa yang baik dan benar, utamanya dalam situasi resmi.
bahasa bergaya: bahasa yang dengan kesadaran diberi gaya untuk memperbesar daya
gunanya, misal;
ragam sastra, ragam ilmiah, ragam jurnalistik.
bahasa daerah: bahasa yang hanya lazim dipakai di suatu daerah tertentu oleh suku bangsa
tertentu, misal:
bahasa Jawa, Sunda, Bali, Batak, dan sebagainya.
bahasa fleksi: bahasa yang pembentukan kata-katanya terjadi dengan jalan mengubah bunyi
akar-katanya, misal; - - - deklinasi dan konjungsi
bahasa Sanskerta, Inggris, Arab, Jerman, dan sebagainya.
bahasa informal: bahasa yang dipakai dalam situasi yang tidak formal, misal:
bahasa daerah dengan ragam dialeknya.
bahasa inkorporasi: bahasa yang mempunyai sifat memaskkan suatu objek (penderita) ke
dalam bentuk kata kerja, misal;
bahasa pada bangsa-bangsa Indian di Amerika.
bahasa internasional: bahasa yang dianggap sah atau resmi untuk berkomunikasi antar-
manusia siapapun dan dari manapun asalnya, misal;
bahasa Inggris
bahasa kasar: bahasa yang pemakaiannya tidak berdasarkan kaidah bahasa baku, bahasa
tidak baku.
bahasa kedua: bahasa sendiri yang dikuasai bersama bahasa ibu bagi orang Indonesia, dan
bahasa Indonesia biasanya sebagai bahasa kedua.
bahasa lisan: bahasa yang pemakaiannya dengan cara dilisankan atau diucapkan, bukan
dengan tulisan.
bahasa Melayu: bahasa daerah yang dipakai oleh Melayu di Johor, di negara-negara Jasirah
Semenanjung di Riau dan Lingga, sebagian Sumatera Timur, dan yang merupakan asal bahasa
Indonesia.
bahasa monosilabel: bahasa yang kata-katanya hanya terdiri dari suku kata dan tidak
bertasrif (tidak mengalami perubahan bentuk), misalnya;
bahasa Jepang, bahasa Cina.
bahasa nasional: bahasa yang disepakati untuk dijadikan alat komunikasi antar-warga negara
suatu negara; bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional lahir sejak dicetuskannya Sumpah
Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Dalam hal ini bahasa Indonesia berfungsi sebagai:
1. lambang kebanggaan nasional.
2. lambang identitas nasional.
3. alat pemersatu berbagai suku bangsa.
4. alat penghubung antardaerah dan antarbudaya.
bahasa negara: bahasa Indonesia sebagai bahasa negara sesuai dengan ketentuan yang tertera
di dalam UUD 1945, Bab XV, Pasal 36; dalam hal ini bahasa Indonesia berfungsi sebagai;
1. bahasa resmi kenegaraan
2. bahasa pengantar dalam dunia pendidikan
3. alat perhubungan pada tingkat nasional
4. alat pengembangan kebudayaan dan iptek
bahasa perantara: lingua franca; bahasa yang digunakan antara orang yang latar budayanya
berbeda sedang bahasa kebangsaaan dan internasional tidak pernah dibimbing oleh
pertimbangan linguistik, logika, atau estetika, tetapi selalu dibimbing oleh patokan politik,
ekonomi, dan demografi.
bahasa persatuan: bahasa yang digunakan sebagai alat pemersatu; dalam kedudukannya
sebagai bahasa persatuan bahasa Indonesia ada sejak 28 Oktober 1928 dengan dalah satu
bunyi Sumpah Pemuda . . . menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
bahasa pertama: bahasa ibu; bahasa yang pertama kali dikuasai oleh pemakai bahasa di
lingkungan masyarakat bahasanya; dlam hal ini biasanya yang menjadi bahasa ibu/pertama
adalah bahasa daerah.
bahasa tutur: bahasa yang lazim dipakai dalam pergaulan sehari-hari, terutama dalam
percakapan, tetapi dapat pula berbentuk bahasa tulis.
bahasa yang baik dan benar: bahasa yang pemakaiannya sesuai dengan kaidah bahasa yang
baku.
bahuwrihi: kata majemuk yang berfungsi menjelaskan kata benda yang lain, misal;
a. Pohon besar kecil semua ditebang
b. Lantai rumah makan itu bersih sekali
bentuk (-linguistik): morfem; kesatuan-kesatuan yang mengandunga arti, baik arti leksikal
maupun arti gramatikal, misal;
a. marah, rumah, sangat, lima (arti leksikal)
b. peng, ter, wan, el, i, kan (arti gramatikal)
bunyi (bahasa): kesatuan yang terkecil bunyi ujaran yang dapat membedakan arti, misal;
/t/, /m/, /d/, /s/, /l/, /h/, /c/, pada kata-kata tari, mari, dari, sari, lari, hari, cari
- - - fonem
C
casus: perubahan bentuk kata berdasarkan fungsinya dalam kalimat; terdapat dalam bahasa-
bahasa Barat, misalnya Inggris;
a. I (saya) untuk menyatakan subjek
b. me (saya) untuk menyatakan objek
c. my (saya) untuk menyatakan milik
ciri bahasa baku: ciri-ciri yang dimiliki oleh bahasa baku (standar), yaitu;
1. memiliki kemantapan dinamis, berupa kaidah yang tetap
2. bersifat kecendekiaan, dapat digunakan untuk mengungkapkan penalaran yang teratur dan
logis (masuk akal)
3. dalam taraf tertentu mempunyai keseragaman kaidah bahasa, bukan penyamaan ragam
bahasa
ciri suprasegmental: ciri ujaran yang meliputi beberapa segmen ujaran, yaitu tekanan,
jangka, nada intonasi, dan ritme; ciri suprasegmental dinyatakan dengan lambang diakritis
(tanda baca).
cucu kalimat: anak kalimat dari anak kalimat dalam kalimat majemuk bertingkat, misal;
a. Ia mengajari adiknya (kalimat tunggal)
b. Ia mengajari anak berhadiah buku.
(kalimat majemuk bertingkat anak kalimat objek; buku yang merupakan objek anak kalimat
dapat diperluas atau dijadikan cucu kalimat berikut)
Ia mengajari anak berhadiah barang terbungkus rapi dengan kertas biru
induk kal. anak kal. cucu kalimat
D
daktilologi: cara berbahasa isyarat dengan jari
daun lidah: bagian di belakang ujung lidah, salah satu nama alat ucap yang berada di dalam
rongga mulut.
definisi: kata, frase, atau kalimat yang mengungkapkan makna, keterangan, atau ciri utama
dari orang, benda, proses, atau aktivitas; batasan (arti).
deklamasi: perbuatan membaca sajak yang disertai gerak dan mimik yang baik.
deklinasi: perubahan bentuk kata benda berdasarkan fungsi, jumlah dan jenis kelamin kata;
bahasa Indonesia tidak memiliki atau bersifat deklinasi, misal:
Bahasa Inggris Bahasa Indonesia
I strike him Saya memukul dia
He strikes me Dia memukul saya
deiksis: gejala asemantis yang terdapat pada kata atau konstruksi yang hanya dapat
ditafsirkan acuannya dengan memperhitungkan situasi pembicaraan; kata sekarang dalam
kalimat berikut mempunyai cakupan waktu yang tidak sama.
a. kita sekarang harus berangkat
b. Sekarang pemalsuan barang terjadi di mana-mana.
dental: bunyi yang dihasilkan oleh ujung lidah atau daun lidah dengan gigi.
deretan morfologi: suatu deretan atau daftar yang memuat kata-kata yang berhubungan
dengan bentuk dan maknanya, misal;
berpasangan kejauhan
pasangan menjauhkan
pasang dijauhkan
pasangi terjauhkan
memasangi berjauhan
memasang jauhkan
dipasang jauh
desah: bunyi yang timbul akibat menyempit atau tertutupnya rongga mulut.
deskripsi: karangan yang menggambarkan atau melukiskan suatu keadaan, tempat, atau
tingkah laku seseorang dengan kata-kata yang membangkitkan imajinasi sehingga lukisan
menjadi hidup, sehingga pembaca seolah-olah melihat, mendengar, atau merasakan sendiri
hal yang dilukiskan.
diagraf: dua tanda (huruf) untuk melambangkan satu fonem atau bunyi, misal;
huruf ng, ny, sy, kh.
dialek: kumpulan idiolek-idiolek yang ditandai oleh ciri-ciri yang khas dalam tata bunyi,
kata-kata, ungkapan-ungkapan, dan lain-lain, misal;
a. dialek Melayu Jakarta
b. dialek Melayu Medan
c. dialek Jawa Surabaya
d. dialek Jawa Solo
diftong: dua vokal berurutan yang diucapkan dalam satu kesatuan waktu, misal;
a. ai - - - pantai, ramah, pandai
b. au - - - pulau, lampau, kalau
c. oi - - - amboi, koboi, dan lain-lain
diftongisasi: peristiwa pengubahan satu vokal menjadi vokal rangkap atau diftong, sedang
artinya tidak berubah, misal;
a. teladan - - tauladan
b. sentosa - - sentausa
diksi: pemilihan kata yang bermakna tepat dan selaras dengan penggunaannya untuk
mengungkapkan gagasan; pilihan kata.
disimilasi: peristiwa membedakan atau menghilangkan salah satu konsonan di antara dua
buah konsonan yang sama dalam sebuah kata, sedang artinya tidak berubah.
a. corner - - kornel
b. sajjana - - sarjana
c. terrasa - - terasa
d. berkerja - - bekerja
dorsal: bunyi yang dihasilkan oleh belakang lidah (dorsum) sebagai artikulator dan langit-
langit lembut (velum) sebagai titik artikulasinya, misal;
/k/, /g/, /ng/, /kh/
dorsum: bagian belakang lidah, salah satu nama alat ucap berada dalam rongga mulut.
duplikasi: reduplikasi; kata ulang; kata yang mengalami proses perulangan bentuk, baik
keseluruhan maupun sebagian, baik dengan jalan memberi imbuhan maupun dengan variasi
fonem.
1. kata ulang seluruh
a. anak-anak
b. dua-dua
c. kebaikan-kebaikan
d. pemuda-pemuda
2. kata ulang sebagian
a. sama- - -sesama
b. tamu- - -tetamu
c. tertawa-tawa
d. berjauh-jauhan
3. bersambungan
a. orang-orangan
b. kemerah-merahan
c. tali-temali
d. setinggi-tingginya
4. kata ulang berubah bunyi
a. gerak-gerik
b. beras-petas
c. lauk-pauk
d. kacau-balau
durasi: panjang pendeknya (jangka waktu) untuk menyelesaikan suatu tutur atau sebuah
segmen, misal;
a. /tinggi . . . sekali/
b. /ti . . . nggi sekali/
pada contoh pertama gi diucapkan lebih lama, pada contoh kedua ing diucapkan lebih
lama.
ejaan etimologi: ejaan yang memperhitungkan etimologinya atau sejarahnya dengan maksud
menegasikan makna yang berbeda dari bentuk yang berbeda walaupun lafalnya sama, misal;
a. bank dengan bang
b. autolog dengan otologi
ejaan fonemik: ejaan dengan aturan, hanya satuan bunyi yang berfungsi dalam bahasa
(Indonesia) yang dilambangkan dengan huruf, biasa digunakan dalam penulisan istilah, misal;
a. presiden bukan president
b. objek bukan object
c. teks bukan text
ejaan fonetis: ejaan yang berdasarkan fonetik, yakni berusaha menyatakan bunyi bahasa
dalam segala warna bunyinya dengan lambang-lambang (huruf-huruf), setelah mengukur dan
mencatatnya dengan alat-alat yang halus;
kamus-kamus bahasa asing kebanyakan menggunakan ejaan fonetis.
ejaan fonologis: ejaan yang berdasarkan fonologi, yakni mempelajari bagaimana penyadaran
akan bunyi-bunyi bahasa serta kombinasinya itu oleh pemakai bahasa tersebut.
ejaan ideogramatis: ejaan yang lambangnya (tanda) untuk mewakili sepatah kata atau
pengertian, misal;
tulisan idegraf atau logograf;
huruf China
ejaan piktogramatis: tulisan piktograf; ejaan yang melukiskan suatu periswita dengan urutan
beberapa gambar, misal;
tulisan pada orang Indian Mexico.
ejaan silabis: ejaan silabis; tulisan silabis; suatu tanda untuk menggambarkan suatu suku
kata, misal;
tulisan Jepang, Dewa Nagari, dan lain-lain.
eskplisit: hubungan lahiriah; hubungan antar-kata atau kalimat yang dinyatakan dengan kata;
misal;
a. Ayah pergi ke kantor, sedang Ibu memasak di dapur.
b. Orang itu kaya, tetapi kikirnya bukan main.
eksplosif: konsonan yang terjadi karena udara yang keluar dari paru-paru sama sekali
dihalangi, tetapi tiba-tiba hambatan tersebut dilepaskan sehingga terjadi semacam letusan,
misal;
/p/ pada kata pukul dan paling.
eksposisi: paparan; karangan yang menjelaskan menerangkan ide atau gagasan, biasanya
paparan dilengkapi dengan gambar, peta, denah, dan atau grafik; termasuk dalam karangan
eksposisi karya tulis, laporan, surat, berita, dan sebagainya.
enklitis (k): bentuk klisis yang berupa imbuhan akhir, dilekatkan di belakang bentuk dasar,
misal;
ku, mu, nya, da/nda
entri: kata beserta penjelasan maknanya yang termuat di dalam kamus; lema.
epentesis: peristiwa penyisipan sebuah huruf atau lebih, dalam sebuah kata sedang artinya
tidak berubah, misal;
sebarang -- sembarang
upama -- umpama
etimologi: cabang ilmu bahasa yang menyelidiki asal usul kata serta perubahan-perubahan
dalam bentuk dan maknanya.
etnolinguistik: cabang linguistik yang menyelidiki hubungan antara bahasa dan masyarakat
pedesaan atau masyarakat yang belum mempunyai tulisan.
etnologi: ilmu tentang unsur-unsur atau masalah-masalah kebudayaan suku bangsa dan
masyarakat penduduk suatu daerah di seluruh dunia secara komparatif dengan tujuan
mendapat pengertian sejarah dan proses evolusi serta penyebaran kebudayaan umat manusia
di muka bumi.
eufemisme: ungkapan yang lebih halus sebagai pengganti ungkapan yang dirasa kasar, yang
dianggap merugikan atau tidak menyenangkan, misal;
a. meninggal dunia untuk mengganti mati
b. kurang lancar untuk mengganti bodoh, tolol
fleksi: bahasa fleksi; bahasa yang pembentukan kata-katanya terjadi dengan jalan mengubah
bunyi-bunyi akar katanya bila diberi afiks (imbuhan), misalnya;
bahasa Sanskerta, Inggris, Belanda, dan sebagainya.
fonem: bunyi bahasa; bunyi bahasa yang berbeda atau mirip, yang dapat membedakan arti,
misal; /p/ dan /b/ adalah dua fonem karena membedakan arti.
a. pola - - bola
b. peras - - beras
c. parang - - barang
fonemik: cabang ilmu bahasa yang menyelidiki bunyi bahasa dengan mengingat akan arti
bunyi itu.
fonem segmental: fonem yang berwujud bunyi yang digambarkan dalam bentuk lambang
atau huruf/
fonetik: ilmu yang menyelidiki dan menganalisis bunyi-bunyi ujaran yang dipakai dalam
tutur, serta mempelajari bagaimana bunyi-bunyi tersebut dihasilkan oleh alat ucap manusia.
fonologi: ilmu tatabunyi; bagian ilmu bahasa yang mempelajari bunyi-bunyi bahasa pada
umumnya.
formatif: pembentuk; tambahan; tambahan pembentuk kata dasar yang dilekatkan pada akar
kata, misal;
ka, be, ba, sa, te, ge, pu, mu, adalah formatif yang dilekatkan pada akar kata "lut" membentuk
kata kalut, belut, balut, salut, telut, gelut, pulut, mulut.
frase: suatu konstruksi sintaksis yang terdiri atas dua kata atau lebih yang merupakan unsur
langsung kalimat.
frase adjektival: frase yang berintikan adjektiva (kata sifat) ditambah keterangan yang lain,
misal;
putih bersih, indah sekali, sangat mahal.
frase adverbial: frasa yang berintikan adverbia atau kata-kata keterangan, misal;
agak terlalu, tidak selalu, hampir sekali.
frase apositif: frase yang semua unsur langsungnya merupakan inti dan sekaligus tambahan,
misal;
Ponorogo kota reyog, pensil alat menulis.
frase bertingkat: frase yang salah satu unsurnya ada yang menerangkan dan ada yang
diterangkan.
a. DM (Diterangkan Menerangkan): bekerja keras
b. MD (Menerangakn Diterangkan): rajin belajar
c. MDM: akan pergi jauh, lima mobil baru.
frase koordinatif: frase setara, frase yang unsur-unsurnya merupakan unsur inti dan
berkedudukan setara, misal;
tua muda, besar kecil, makan minum.
frase numeralia: frase yang berunsur inti kata bilangan, biasanya dibentuk dengan
menambahkan kata-kata penggolong, misal;
dua ekor, lima orang, tiga (helai).
frase preposisional: frase yang salah satu unsurnya berupa preposisi (kata depan), misal;
di Magetan, ke Bali, untuk Ibu, kepada Paman.
frase verbal: frase yang berunsur inti kata kerja atau verba, misal;
akan pergi, sudah berangkat, menulis cepat.
frikatif: bunyi yang dihasilkan dengan cara arus udara melalui saluran sempit, sehingga
terdengar bunyi berisik (desis), misal;
/f/ dan /s/
fungsi: jabatan, fungsi sintaksis, jabatan kata atau frase dalam kalimat, dalam bahasa
Indonesia ada lima macam jabatan atau fungsi, yaitu:
fungsi subjek : - - - subjek
fungsi predikat : - - - predikat
fungsi objek : - - - objek
fungsi pelengkap : - - - komplemen
fungsi keterangan : - - - keterangan
fungsi semantis: fungsi yang berhubungan dengan arti gramatikal (=nosi), yaitu arti yang
timbul sebagai akibat melekatnya suatu morfem pada morfem yang lain, misal;
arti akhiran -an pada kata kurungan adalah menyatakan alat yang digunakan untuk meng-
fungsi tatabahasa:
1. fungsi tatabahasa bagi bahasa adalah memberikan peraturan-peraturan umum dan dasar-
dasar pengertian, agar bahasa tersebut digunakan orang sebagai alat komunikasi yang dapat
dipahami oleh orang lain dalam pergaulan.
2. fungsi tatabahasa bagi pemakai bahasa adalah memberikan petunjuk bagaimana seharusnya
mempergunakan bahasa dalam bergaul dengan sesama manusia.
G
gabungan huruf: - - - huruf diftong
gatra: penanggalan kalimat yang terdiri atas kata atau kelompok kata yang diapit oleh dua
kesenyapan dan merupakan suatu kesatuan yang menduduki fungsi tertentu dalam kalimat,
misal;
Pagi-pagi benar anak itu sudah mencangkuli sawahnya.
Kalimat di atas terdiri atas empat gatra, yaitu:
1. pagi-pagi benar : gatra keterangan
2. anak itu : gatra subjek
3. sudah mencangkuli : gatra predikat
4. sawahnya : gatra objek
gaya bahasa: kemampuan memilih kata-kata dan memadukan kata dengan kata untuk
memberi bentuk pada lukisan sehingga menjadi lebih hidup dan menimbulkan kesan yang
lebih mendalam.
(mengenai gaya bahasa dan majas serta kesusastraan pada umumnya dibicarakan di buku lain)
generalisasi: suatu pernyataan yang mengatakan bahwa apa yang benar mengenai beberapa
hal yang sama adalah ebrlaku (benar) pula untuk kebanyakan peristiwa atau hal yang sama,
misal;
a. Dalam pengalaman kita yang pertama, ketika sepotong besi dimasukkan dalam api, ternyata
volumenya membesar.
b. Pengalaman-pengalaman berikutnya, tembaga, kuningan, emas, perak, dan alumunium
memperlihatkan hal-hal yang sama dengan besi, yakni volumenya memuai.
c. Berdasarkan kenyataan tersebut kita membuat kesimpulan yang bersifat generalisasi, yaitu
semua logam akan memuai jika dipanaskan.
generik: sesuatu yang mengacu kepada hal yang umum bukan hal tertentu, misal;
a. Harimau itu binatang liar
b. Ikan di sungai itu besar-besar
(harimau dan ikan-ikan bersifat generik, karena tidak mengacu pada harimau atau ikan
tertentu)
getar: bunyi getar, bunyi yang dihasilkan dengan cara ujung lidah menyentuh tempat yang
sama berulang-ulang: /r/: trill/
glotal: bunyi glotal (hamzah); bunyi yang dihasilkan dengan posisi pita suara didekatkan
rapat-rapat sehingga udara (arus udara) dari paru-paru tertahan.
glottis: celah selaput suara, celah antara dua selaput atau pita suara/
grafem: huruf; lambang bunyi atau lambang fonem; asing terbagi menjadi:
a. empat fonem : /l/, /s/, /i/, /n/
b. lima huruf : a, s, i, n, g
gugus konsonan: deretan dua konsonan atau lebih yang tergolong dalam satu kata yang
sama;
-/kl/- pada kata klakson
/br-/ dalam obral
H
haplologi: peristiwa hilangnya suku kata yang terdapat pada suatu kata, sedang artinya tidak
berubah, misal;
a. sahaja - saja
b. tahadi - tadi
c. samanantara - sementara
d. mahardika - merdeka
harfiah: makna lugas, makna yang tersurat, makna sebagai yang tertulis.
hibrida: hibridis; peristiwa percampuran kata dari dua bahasa atau lebih, misal;
a. anak yatim (Indonesia + Arab)
b. kaum keluarga (Arab + Sanskerta)
c. ratu adil (Jawa + Arab)
d. ala kadarnya (Prancis + Arab + Indonesia)
hibridis: hibrida
hiperkorek: peristiwa memperbaiki kata yang sudah benar, yang akhirnya menjadi salah,
misal;
a. asas (benar) azas (salah)
b. insaf (benar) insyaf (salah)
c. empat (benar) ampat (salah)
hiponim: bentuk yang maknanya terangkum oleh bentuk superordinat yang mempunyai
makna yang lebih luas, misal;
a. kata "mawar, melati, cempaka" masing-masing disebut hiponim terhadap kata "bunga"
yang menjadi superordinatnya.
b. kerbau, kelinci, kambing, ayam - - - binatang.
hubungan koordinasi: hubungan sejajar; hubungan antara unsur-unsur yang kedudukannya
sejajar; - - - kata majemuk koordinatif.
hubungan subordinasi: hubungan yang tidak sejajar - - - kata majemuk subordinatif, kalimat
majemuk bertingkat.
hukum DM: hukum susunan gabungan kata yang Diterangkan terletak di depan, dan yang
Menerangkan terletak di belakang, misal;
rumah batu, Ary bekerja, meja tulis, Mario menulis
hukum MD: hukum susunan gabungan kata yang Menerangkan terletak di depan, dan yang
Diterangkan terletak di belakang, misal;
sebuah rumah, kurang jelas, sedang belajar, selembar kertas
hukum R-D-L: hukum yang menetapkan bahwa, fonem-fonem R-D-L dapat saling bertukar,
misal;
R -------------------------------- D --------------------------------- L
a. ari (Jawa Kuno) - adik (Indonesia) - alek (Madura)
b. rwa (Jawa Kuno) - dua (Indonesia) - lua (Samoa)
hukum R-G-H: hukum yang menetapkan bahwa fonem-fonem R-G-H dapat saling bertukar,
misal;
R -------------------------------- G --------------------------------- H
a. beras (Indonesia) - bigas (Tagalok) - bahas (Bali)
b. nyiur (Indonesia) - niug (Ibanag) - nyiuh (Bali)
hukum R-G-H-D-L: hukum yang menetapkan bahwa fonem-fonem R-G-H-D-L dapat saling
bertukar, misal;
R -- irung (Jawa) -- pari (Jawa)
G -- igung (Filipina) -- page (Batak)
H -- ihung (Madagaskar) -- pahi (Sangir)
D -- Hidung (Indonesia) -- padi (Indonesia)
L -- elong (Madura) -- pale (Gorontalo)
hukum van der Tuuk: hukum bunyi yang ditemukan dan dikemukakan oleh Dr. H. van der
Tuuk seorang ahli bahasa berkebangsaan Eropa yang pernah melakukan perbandingan
bahasa-bahasa Nusantara;
- - - lihat hukum R-D-L, R-G-H, R-G-H-D-L.
homograf: bentuk yang sama ejaannya, tetapi berbeda ucapan (lafalnya), misal;
sedan (sedu, rintih) -- sedan (mobil)
mental (terpelanting) -- mental (jiwa)
semi (tunas) -- semi (setengah)
homofon: bentuk yang sama lafalnya, namun berbeda ejaan (tulisan)-nya, misal
bank (tempat) -- bang (abang, kakak)
sanksi (hukuman) -- sangsi (ragu)
massa (berat) -- masa (waktu)
homonim: bentuk yang sama lafalnya dan sama ejaannya, namun artinya berbeda, misal
bisa (dapat) -- bisa (racun)
bagi (untuk) -- bagi (membagi)
bala (celaka) -- bala (kumpulan)
homorgan: bunyi yang dihasilkan oleh artikulator dan titik artikulasi yang sama, misal;
/p/ dan /b/,
/c/ dan /j/,
/t/ dan /d/,
/k/ dan /g/
huruf besar: huruf yang bukan hanya besar bentuknya dibandingkan dengan huruf kecilnya,
tetapi juga mempunyai bentuk yang unik, contoh;
abcdefghijklmnopqrstuvwxyz
ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWZYZ
z - (Huruf kecil)
Z - (Huruf besar)
huruf miring: huruf yang dicetak miring untuk keperluan tertentu (aturan pemakaiannya
terdapat dalam Pedoman Umum EYD), dalam tulisan tangan atau ketikan, huruf atau kata
yang akan dicetak miring diberi garis di bawahnya.
I
idiom: kata atau kelompok kata yang maknanya tidak sama dengan gabungan makna unsur-
unsur pembentuknya, misal;
a. tertulang, terbuka, meninggal
b. Dokter itu sudah banyak makan garam (makan garam = berpengalaman)
c. Perampok itu dibawa ke meja hijau (meja hijau = pengadilan)
imbuhan bahasa: ilmu yang menyelidiki seluk-beluk bahasa; ada dua macam sifat ilmu
bahasa, yakni bersifat intrinsik dan ekstrinsik.
ilmu bahasa ekstrinsik: ilmu yang mempelajari bahasa dengan memperhatikan faktor-faktor
yang ada di luar bahasa.
ilmu bahasa intrinsik: ilmu yang mempelajari bahasa itu sendiri, tanpa memperhatikan
faktor luar.
imbuhan: - - - afiks.
implikasi konvensional: implikasi yang didasarkan pada pengetahuan kita tentang dunia,
misal;
Alex orang Aceh, karena itu ia berani dan konsekuen.
Implikasi "ia berani dan konsekuen: didasarkan pada pengetahuan kita tentang orang Aceh
pada umumnya.
implikasi percakapan: implikasi yang didasarkan pada data kalimat dalam percakapan,
misal;
a. si A : Perutku sudah keroncongan.
b. si B : Kan ada warung di ujung jalan ini!
Pembicaraan si B beranggapan bahwa si A ingin makan, dan si B menyarankan agar si A
makan di warung, meskipun kalimatnya tidak memuat kata makan.
implisit (hubungan): hubungan secar batiniah; hubungan yang merupakan satu pola kalimat
yang berkedudukan sebagai unsur pusat;
induk kalimat : klausa induk
anak kalimat : klausa anak
inferensi: proses yang harus dilakukan oleh pendengar atau pembaca untuk memahami
makna yang secara harfiah tidak terdapat dalam wacana yang diungkapkan oleh pembicara
atau penulis, misal;
Tanggal tua seperti ini repot sekali, Pak. Gaji bulan lalu sudah habis, istri tidak bisa bekerja,
dan anak-anak pada sakit. Yang paling berat yang bungsu, Pak. Panas dia naik turun terus
selama empat hari ini. Saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan.
Dari wacana tersebut jelas tidak ada pernyataan bahwa orang itu mau meminjam uang.
Namun, pesapa, kita dapat mengambil inferensi apa yang dimaksudkannya.
interferensi: gangguan percampuran pemakaian bahasa yang sebenarnya tidak perlu terjadi,
misal;
Agar nampak terpelajarnya, para pelajar sering berbicara dengan bahasa Indonesia yang
disisipi banyak kata/istilah asing yang sebenarnya tidak perlu.
interjeksi: kata seru; kata tugas yang mengungkapkan perasaan hati manusia, biasa dipakai di
awal kalimat dan diikuti tanda koma (,).
inti kalimat: bagian inti; bagian kalimat yang tidak dapat dihilangkan, misal;
a. Kami kemarin sore mendatangi pertemuan itu.
Kami mendatangi pertemuan itu (inti kalimat) kemarin sore (bagian bukan inti)
b. Ia tidur di kamar saya.
bagian inti bagian bukan inti
intonasi: urutan perubahan nada dalam untaian tuturan yang membagi suatu tuturan (kalimat)
dalam satuan yang secara gramatikal bermakna dan menyatakan informasi sintaksi tersendiri;
- - - bandingkan dengan kelompok ton.
istilah: kata atau gabungan kata yang dengan cermat mengungkapkan suatu konsep, proses,
keadaan atau sifat yang khas dalam bidang tertentu.
istilah khusus: istilah yang pemakaiannya dan/atau maknanya terbatas pada bidang tertentu.
istilah umum: istilah yang menjadi unsur bahasa yang digunakan secara umum, misal;
istilah khusus
diagnosis dan pidana
istilah umum
daya dan penilaian
istilah singkatan: istilah yang dibentuk dengan menanggalkan satu bagian atau lebih, misal;
(kereta api) ekpres
(surat kabar) harian
(surat) kawat
lab (oratorium)
istilah akronim: istilah yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, atau
gabungan kombinasi huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata,
misal;
radar (radio detecting and ranging)
rudal (peluru kendali)
tilang (bukti pelanggaran)
J
jamak: pluralis; menyatakan jumlah yang lebih dari satu;
pronomina persina jamak; kata ganti orang yang menyatakan jumlah lebih dari seorang.
jangka: lamanya waktu yang dipergunakan untuk mengucapkan suku kata, kata, atau frase
dalam sebuah kalimat, - - - bandingkan dengan ritme.
jangka waktu dialektis: lamanya waktu yang dikandung oleh sebuah kata atau konstruksi
yang hanya dapat ditafsirkan acuannya dengan memperhitungkan situasi pembicaraan, misal;
a. Pak Ary sudah mulai menanam jagung sekarang.
b. Dalam zaman sekarang segala sesuatu serba cepat.
c. Sekarang mari kita bertepuk tangan!
("sekarang" pada tiga kalimat tersebut mempunyai jangka waktu yang berbeda).
jeda: kesenyapan, hentian; pemberian jeda yang tidak tepat dapat menimbulkan arti yang
berbeda dengan maksud atau tujuan, misal;
a. Menurut cerita/ayah si Ira sakit.
(yang sakit adalah ayah Ira)
b. Menurut cerita ayah/si Ira sakit/
(yang sakit adalah Ira)
jeda panjang: kesenyapan yang waktunya agak panjang; ditandai dengan #; biasanya
terdapat di akhir kalimat, misal;
Pergilah! #
Di mana? #
jeda pendek: hentian atau kesenyapan yang waktunya cukup singkat atau pendek; ditandai
dengan /; biasanya terdapat dalam kalimat yang panjang, misal;
a. Kucing makan tikus/mati
(tikus dan kucingnya mati)
b. Kucing/makan/tikus mati
(tikusnya mati, kemudian dimakan kucing)
c. Kucing makan/tikus mati
(ada tikus mati dimakan kucing, atau ada kucing makan dan ada tikus mati)
jenis kata: golongan kata berdasarkan kesamaan sifat-sifatnya dalam kalimat, ada beberapa
tokoh yang mengemukakan penggolongan jenis kata bahasa Indonesia.
jenis kelamin kata: jenis laki-laki atau perempuan sebuah kata, pada dasarnya bahasa
Indonesia tidak memiliki jenis kelamin kata, kalau ada itupun dalam jumlah kecil dan dari
kata-kata serapan, misal;
jenis kelamin bahasa bahasa bahasa
Arab Inggris Indonesia
laki-laki huwa he dia
perempuan hiya she dia
judul: nama karangan atau buku, dan sebagainya, itni persoalan yang ditampilkan dalam
bentuk yang menarik; judul yang baik memenuhi syarat-syarat berikut:
1. relevan: judul harus sesuai dengan isi karangan atau topik pembicaraan.
2. provokatif: judul karangan hendaknya menarik, dapat membangkitkan rasa ingin tahu
orang yang membacanya.
3. judul karangan hendaknya singkat dan mudah diingat.
4. judul karangan sebaiknya tidak berupa pertanyaan.
jumlah:
1. nomina berjenis dan berjumlah; misal:
muslimat (muslim perempuan banyak)
muslimin (muslim laki-laki banyak)
hadirat (menyatakan perempuan)
hadirin (menyatakan jamak)
2. numeralia jumlah: kata bilangan yang menyatakan jumlah.
K
kaidah: hukum atau aturan tatabahasa maupun lafal yang harus diikuti. misal ada kaidah yang
berbunyi "jika meng- ditambahkan pada kata dasar yang bersuku satu, bentuknya berubah
menjadi menge",
a. meng + tik - - - mengetik - - - bukan mentik
b. meng + bom - - - mengebom - - - bukan membom
c. meng + rem - - - mengerem - - - bukan mengrem
kalimat: bagian terkecil ujaran atau teks (wacana) yang mengungkapkan pikiran yang utuh
secara ketatabahasaan;
a. dalam wujud lisan, kalimat diiringi oleh alunan titinada, disela oleh jeda, diakhiri oleh
intonasi selesai, dan diikuti oleh kesenyapan yang memustahilkan adanya perpaduan atau
asimilasi bunyi.
b. dalam wujud tulisan huruf Latin, kalimat dimulai dengan huruf besar atau kapital dan
diakhiri dengan tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru; sementara itu disertai pula di
dalamnya berbagai tanda baca yang berupa spasi atau ruang kosong, koma, titik koma, titik
dua dan atau sepasang garis pendek yang mengapit bentuk tertentu.
kalimat bebas: kalimat yang dapat dipahami tanpa memerlukan kehadiran kalimat yang lain,
misal;
Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain.
kalimat berita: kalimat yang isinya memberitakan atau menceritakan suatu kejadian,
keadaan atau hal, misal;
Ia tidak mengikuti darmawisata karena tidak punya uang.
Termasuk golongan kalimat berita adalah kalimat penyesalan, kekecewaan, ejekan, makian,
teguran, nasihat, peringatan, ancaman, tantangan, pengakuan, keheranan, pengandaian, pujian,
menyangkal, keraguan, dan kalimat ucapan selamat.
kalimat bervariasi: kalimat mantap berpola subjek predikat yang telah mengalami perubahan
pola, misal;
- - - kalimat inversi
kalimat dasar: kalimat yang menjadi dasar untuk menimbulkan atau membentuk kalimat
transformasi, misal;
- - - kalimat inti.
kalimat deponen: kalimat aktif yang tidak dapat dijadikan kalimat pasif atau sebaliknya,
misal;
1. Adik tertidur di lantai.
2. Anna berlari-lari pagi.
3. Kertas-kertas itu dibakar habis.
kalimat efektif: kalimat yang dengan tepat dapat menggambarkan pikiran dan perasaan
pembicara atau penulis serta menunjukkan kehematan pemakaian bahasa, misal;
a. Menurut daripada pendapat saya itu benar (kalimat tidak efektif)
b. Menurut saya itu benar (kalimat efektif)
kalimat elips: kalimat yang tidak bersubjek atau tida berpredikat; atau tidak bersubjek dan
tidak berpredikat, misal;
a. Pergi sekarang juga! (tidak bersubjek)
b. E, tukang copet! (tidak berpredikat)
c. Besok! Baik! (tidak bersubjek dan tidak berpredikat)
kalimat emfatik: kalimat yang memberikan penegasan khusus kepada subjek, dengan
menambahkan partikel -lah pada subjek dan kata sambung yang di belakang subjek, misal;
a. Dialah yang memulai pertengkaran itu
b. Siswa itulah yang akan menghadap kepala sekolah.
kalimat inti: kalimat yang hanya terdiri atas dua unsur pusat, misal;
a. Ary menulis
b. Mario makan
kalimat koordinasi: kalimat yang predikatnya terjadi dari lebih satu kata, misal;
a. Ary menyanyi sambil berjalan
b. Penyeleweng itu ditindak dan dihukum
kalimat kualitatif: kalimat yang memiliki keterangan kualitas atau keadaan, misal;
a. Hujan turun sangat lebat
b. Anak itu cerdas hebat sekali!
kalimat kuantitatif: kalimat yang memiliki keterangan kuantitas atau jumlah, misal;
a. Saya pernah juara delapan kali
b. Intan tidak masuk kelas lima hari
kalimat luas: kalimat yang selain memiliki subjek dan predikat, dilengkapi pula dengan
keterangan (apapun bentuk, sifat dan fungsinya).
kalimat majemuk: kalimat-kalimat yang terdiri atas lebih dari satu klausa yang saling
berhubungan, baik hubungan koordinasi maupun hubungan subordinasi.
kalimat majemuk setara: kalimat majemuk yang terdiri atas lebih dari satu klausa yang
kedudukannya setara; terbagi menjadi:
1. hubungan penjumlahan: hubungan yang menyatakan penjumlahan atau penggabungan
kegiatan, kegiatan, peristiwa, dan atau proses, misal;
a. Sudah sebulan kami mengarungi larutan dan kami amat merindukan daratan yang
sejuk. (klausa kedua merupakan akibat)
b. Shinta hanya mengangguk-angguk dan air matanya terus mengarlir (menyatakan
urutan waktu tanpa sebab akibat)
c. Dia satu pihak kita menganjurkan kesalehan dan di pihak lain banyak orang
melanggarnya. (menyatakan pertentangan)
2. hubungan perlawanan: hubungan yang menyatakan bahwa yang dinyatakan dalam klausa
pertama berlawanan atau tidak sama dengan apa yang dinyatakan dalam klausa kedua, misal;
a. Pencopet itu tidak hanya dipukuli orang, tetapi (ia) juga diserahkan kepada polisi
(menyatakan penguatan)
b. Anna belum bersekolah, tetapi dia sudah bisa membaca surat kabar. (menyatakan
implikasi)
c. Adat dipertahankan agar tidak berubah, tetapi unsur-unsur baru dari luar yang
dianggap baik dimasukkan ke dalamnya.
(menyatakan peluasan)
3. hubungan pilihan: hubungan yang menyatakan pilihan di antara dua kemungkinan yang
dinyatakan oleh kedua klausa yang dihubungkan.
a. Dia sedang melamun ataukah berfikir?
b. Adik harus belajar atau membantu Ayah?
kalimat majemuk rapatan: kalimat majemuk yang terjadi dari beberapa kalimat tunggal
(klausa) yang mempunyai bagian yang sama dan bagain kalimat yang sama itu dirapatkan,
yakni cukup disebut sekali saja, misal;
1. kalimat majemuk rapatan sama subjek
a. Buku itu sangat tebal, tetapi tidak berisi.
b. Adik membaca buku sambil mendengarkan radio.
c. Dia sedang melamun atau berfikir?
d. Aku melompat dari anak tangga dan kemudian berlari ke halaman.
2. kalimat majemuk rapatan sama predikat
*) Ayah menanam padi, sedang paman tembakau.
*) Ary belajar bahasa sedang Mario komputer.
*) Farisya membaca novel, dan Aris surat kabar.
3. kalimat majemuk rapatan sama objek
*) Saya baru dibujuk Riel, sedang Ary sudah ditipu.
*) Ary baru menangkap burung, tetapi adiknya melepaskan dari sangkarnya
*) Ibu sangat sayang kepada adik, sedang kakak sangat benci.
4. kalimat majemuk rapatan sama keterangan
*) Tadi pagi, ayah pergi ke kantor, sedang saya berangkat ke kampus.
*) Di Bali ayah berlibur, sedang paman mencari pekerjaan.
Berdasarkan tatabahasa buku bahasa Indonesia:
1. kalimat majemuk rapatan tidak dikelompokkan tersendiri, tetapi dimasukkan ke dalam
golongan kalimat majemuk setara, atau bertingkat;
2. dipergunakan istilah pelepasan untuk mengganti istilah rapatan.
3. pelepasan atau rapatan predikat, objek, dan karangan seperti contoh kalimat nomor 2, 3, 4
(di depan) adalah bentuk tidak berterima atau tidak baku;
4. pelepasan pada predikat, objek, atau keterangan harus diikuti pula pelepasan subjeknya;
5. jadi, pelepasan dapat dilakukan, jika subjek-subjek klausanya sama;
6. contoh:
a. Ayah menanam padi (?)
b. Ayah menanam jaguh (?)
c. Ayah menanam padi dan (atau) jagung (?)
*) berdasarkan tatabahasa baku bentuk-bentuk kalimat tersebut tidak
berterima (tidak baku).
d. Ibu memotong kain
e. Ibu menjahit kain
f. Ibu memotong dan menjahit kain
g. Di Bali kakak berlibur
h. Di Bali kakak mencari pekerjaan
i. Di Bali kakak berlibur dan mencari pekerjaan.
7. kalimat majemuk campuran tidak terpisah menjadi kelompok tersendiri tetapi juga
digabungkan, hanya saja menjadi golongan kalimat majemuk bertingkat.
kalimat majemuk bertingkat: kalimat majemuk yang terdiri dari beberapa kalimat tunggal
(klausa) yang kedudukannya tidak setara/sederajat, yakni, yang satu menjadi bagian yang
lainnya, misal, kalimat majemuk bertingkat dengan:
1. anak kalimat pengganti subjek Anak berkaca mata itu menulis surat.
2. anak kalimat pengganti predikat Cincin itu bahannya terbuat dari logam mulia.
3. anak kalimat pengganti objek penderita Ia memukul binatang makan ayam.
4. anak kalimat pengganti objek pelaku Ia dikejar oleh binatang berkaki empat.
5. anak kalimat pengganti objek penyerta Ary berkirim surat kepada anak berkulit hitam
manis.
6. anak kalimat pengganti objek berkata depan Ia rindu kepada wanita yang melahirkannya
7. anak kalimat pengganti objek pasangan Ina berbicara dengan guru berjenggot
8. anak kalimat pengganti objek alat Dia menulis dengan alat berujung pena
9. anak kalimat pengganti keterangan tempat Eliana pergi ke tempat temannya meminjam
buku
10. anak kalimat pengganti keterangan waktu Paman datang ketika adik belajar
11. anak kalimat pengganti keterangan sebab Ia tidak bersekolah sebab kesehatannya
terganggu
12. anak kalimat pengganti keterangan alasan Aku tidak datang karena suasana tidk
mengizinkan
13. anak kalimat pengganti keterangan akibat Ia digantung sehingga jiwanya melayang
14. anak kalimat pengganti keterangan asal Kertas itu terbuat dari bahan berkualitas
15. anak kalimat pengganti keterangan alat Perampok itu menikamnya dengan senjata
bermata dua
16. anak kalimat pengganti keterangan syarat Ayah menghadiahinya, jika adik naik kelas
17. anak kalimat pengganti keterangan syarat Adik rajin belajar agar cita-cita tercapai
dengan memuaskan
18. anak kalimat pengganti keterangan kualitas Ia tersenyum seperti yang kita lihat
19. anak kalimat pengganti keterangan perlawanan Ia berangkat juga, meskipun cuaca
memburuk
20. anak kalimat pengganti keterangan perihal Ia menjawab dengan mulut terbuka lebar
21. anak kalimat pengganti keterangan derajat Udara ini dingin tak terperikan rasanya
22. anak kalimat pengganti keterangan kuantitas Ia berjalan jauh sekali jaraknya
23. anak kalimat pengganti keterangan perbandingan Ary lebih rajin daripada anak yang
berkaca mata tebal itu
24. anak kalimat pengganti keterangan modalitas Desas-desus tersiar ia meninggal di sana
25. anak kalimat pengganti keterangan perwatasan Semuanya dihukum, kecuali anak taat
yang selalu patuh.
kalimat mayor: kalimat yang sekurang-kurangnya terdiri (mengandung) dua unsur inti;
a. Ia mengambil buku
b. Kakak membaca
kalimat minim: kalimat yang tidak dapat dipecah atas kontur-kontur yang lebih kecil lagi,
misal;
a. Diam!
b. Pergi!
c. Kamu!
kalimat minor: kalimat yang hanya mengandung satu unsur inti, misal;
a. Pulang!
b. Sangat mahal!
c. Sudah makan?
kalimat panjang: kalimat yang masih dapat dibagi-bagi lagi atas kontur-kontur yang lebih
kecil;
a. Ia mengambil buku itu
b. Kami akan belajar kelompok
kalimat penjelas: kalimat yang merupakan bagian dari paragraf/alinea yang berisi pikiran
penjelas, contoh: - - - kalimat utama
kalimat perintah: kalimat yang maknanya memberikan perintah untuk melakukan sesuatu,
misal;
a. Pergilah dari sini! (perintah kasar)
b. Antarkan surat ini ke rumah paman! (suruh)
c. Mudah-mudahan Ibu segera datang! (pengharapan)
d. Biarlah dia bermain! (pembiaran)
e. Sudilah kiranya Bapak menerima permohonan saya ini! (permohonan)
f. Ya Allah tunjukilah diri ini jalan yang lurus (kalimat doa)
g. Jangan pergi sekarang! (larangan)
kalimat retoris: kalimat tanya yang tidak memerlukan jawaban dan digunakan oleh para
pengarang;
a. Patutkah air susu dibalas air tuba?
b. Siapa yang akan kita sembah, kalau bukan Allah?
kalimat ringkas: - - - kalimat elips.
kalimat sederhana: kalimat yang hanya terdiri atas subjek dan predikat saja, misal;
a. Adik tidur
b. Ibu sedang pergi
kalimat sisipan: kalimat yang diletakkan di antara dua kalimat atau frase atau klausa tanpa
pengantar kata penghubung, dalam bahasa tulis kalimat sisipan ditulis di antara dua tanda
sekat; kalimat sisipan bersifat lepas, misal;
Kira-kira pukul dua malam---kami sudah tidur nyenyak---datanglah tiga orang laki-laki
mengetuk pintu.
kalimat tak bebas: kalimat yang tidak dapat dipahami tanpa bantuan kalimat lain, misal;
a. Iwan. (Siapa nama anak itu?)
b. Sedikit. (Berapa banyak uangmu?)
(biasa digunakan dalam bahasa lisan)
kalimat tak langsung: kalimat yang isinya menceritakan ucapan seseorang, misal;
a. Ia berkata, bagus benar buku ini
b. Orang itu menyuruhku agar aku pergi dari sini
kalimat topik sebutan: kalimat yang subjeknya terdiri atas dua unsur dan kedua unsur itu
memiliki hubungan posesif (milik) dan dapat diubah urutan pada subjeknya, misal;
a. Istri pak Ma'ruf meninggal tadi pagi.
Pak Ma'ruf, istrinya meninggal tadi pagi
b. Halaman rumah itu luas sekali.
Rumah itu, halamannya luas sekali.
kalimat transformasional: perubahan dari struktur kalimat inti menjadi suatu struktur yang
baru, misal;
- - - transformasi kalimat
kalimat transitif: kalimat yang mempunyai objek penderita, misal; - - - verba transitif.
kalimat transitif-taktransitif: kalimat yang secara maknawi tidak mengharuskan adanya
objek pada bentuk aktifnya; - - - verba transitif-taktransitif.
kalimat tunggal: kalimat yang terdiri atas satu klausa; kalimat yang memiliki satu subjek dan
satu predikat serta merupakan satu kesatuan.
a. Dia akan pergi
b. Pekerjaannya mengawasi narapidana di sini.
kalimat utama: kalimat di dalam paragraf yang mengungkapkan pikiran utama, misal;
Bahasa Belanda ternyata juga berpengaruh terhadap bahasa Indonesia. Telah kita maklumi,
Belanda lebih dari tiga abad lamanya di Indonesia. Bersamaan dengan itu bahasa Belanda
tertanam kuat pemakaiannya dalam kehidupan. Hingga kini banyak sekali istilah asing yang
berasal dari bahasa Belanda. Malahan, sudah tidak terasa lagi asal istilah yang kita
pergunakan itu. (kalimat yang dicetak miring adalah kalimat utama, selainnya adalah kalimat
penjelas).
kamus: buku yang berisi daftar inventarisasi kosa kata yang dimiliki oleh suatu bahasa.
kamus ekabahasa: kamus yang hanya memakai satu bahasa, batasan-batasan dan penjelasan
dari leksem-leksemnya ditulis dalam bahasa yang sama; kamus ekabahasa dibedakan menjadi;
1. berdasarkan pemakaiannya
a. Kamus Besar : memuat seluruh kata suatu bahasa
b. Kamus Baku : memuat kosa kata yang baku
c. Kamus Umum : memuat kosa kata yang dipakai oleh seluruh lapisan
masyarakat.
d. Kamus Pelajar : memuat kata-kata yang terbatas, sedikit melebihi kosa kata
yang diperoleh pelajar.
e. Kamus Perguruan Tinggi : memuat kosa kata yang dapat membantu para ilmuwan
dalam penelitian, penjelasannya secara ilmiah.
f. Kamus Sekolah Dasar : memuat kosa kata sedikit di atas kosa kata yang diperoleh
anak-anak sekolah dasar.
g. Kamus Bergambar : memuat gambar-gambar yang menarik perhatian anak-anak
dengan kata-kata di bawahnya.
h. Tesaurus: berisikan kata-kata yang dipilih diberi penjelasan, sinonim, antonimnya.
2. berdasarkan kebahasaaannya.
a. Kamus Ejaan
b. Kamus Antonim
c. Kamus Peribahasa
d. Kamus Sinonim
e. Kamus Ungkapan
f. Kamus Akronim dan Singkatan
kamus multibahasa: kamus yang memakai lebih dari dua bahasa; misal;
a. Kamus Indonesia-Inggris-Arab
b. Kamus Arab-Inggris-Indonesia
kata: bentuk yang mempunyai arti leksikal dan dapat berdiri sendiri dalam kalimat
kata asal: kata yang sama sekali belum berubah dari bentuknya, dan merupakan bentuk yang
paling kecil dan menjadi asal kata kompleks/jadian.
aju, bom, tik, tua, tahu, dan sebagainya
kata bantu bilangan: kata yang berfungsi membantu menyatakan jumlah dan jenis benda,
misal;
a. batang : pohon, rokok
b. bentuk : cincin, gelang
c. biji : sawi, gandum
d. butir : telur, padi
e. carik : kertas, kain
f. helai : daun, kertas
g. utas : tali, benang
kata berimbuhan: kata jadian yang terjadi dari proses afiksasi (pemberian imbuhan), misal;
a. ber + jalan = berjalan
b. halang + an = halangan
kata benda: nomina; kata yang mengacu pada manusia, binatang, benda, dan konsep atau
pengertian
kata benda abstrak: nama benda yangt ak dapat ditangkap dengan indera, misal;
agama, perangai, pengajaran, kekayaan, dan sebagainya
kata benda berwujud: kata benda yang dapat ditangkap dengan indera, atau yang dapat
dilukiskan dalam angan-angan, misal; besi, meja, buku, angin, dan lain sebagainya.
kata benda himpunan: kata benda yang menyatakan himpunan sesuatu, misal;
rakyat, tentara, daratan, pepohonan.
kata benda nama diri: kata benda untuk menyatakan nama yang sudah tertentu, misal;
Ali, Wati, Jakarta, Bandung, Merapi, dan sebagainya
kata benda nama zat: nama benda yang menjadi zat atau bahan sesuatu, misal;
emas, perak, besi, air, batu
kata benda umum: kata benda yang mempunyai cakupan makna yang luas, sedangkan yang
mempunyai cakupan makna sempit disebut kata benda khusus, misalnya,
a. kata benda umum: gambar, ksatria, rumah
b. kata benda khusus: atas, minggu, itu
kata dasar: kata (baik berupa kata asal maupun kata jadian) yang menjadi dasar bagi suatu
bentuk kompeks, misal;
a. kata asal b. kata dasar c. kata kompleks
aju aju mengajukan
aju maju memajukan
jalan berjalan berjalan-jalan
halang halang halangan
halang halangan berhalangan
kata depan: preposisi; kata tugas yang bertugas sebagai unsur pembentuk frase
preposisional; preposisi terletak di bagian awal frase dan unsur yang mengikutinya dapat
berupa nomina, adjektiva, atau verba. Misal;
a. bagi bangsa
b. di Manhattan
c. untuk temannya
d. pada hari ini
kataforis (hubungan): hubungan antara pronomina dengan anteseden yang ada di depannya;
hubungan kataforis terdapat dalam klausa, bukan antar-klausa; misal:
a. Dengan sepedanya itu, Aris pergi ke pusat kota
b. Bersama temannya, Ary berangkat.
kata ganti: pronomina; kata yang dipakai untuk mengacu ke nomina (kata benda) yang lain;
berdasarkan tatabahasa baku, pronomina bahasa Indonesia ada tiga macam berikut ini.
kata ganti orang: pronomina persona; pronomina yang dipergunakan untuk mengacu ke
orang.
kata ganti penanya: pronomina penanya; kata ganti yang digunakan untuk pemerkah
pertanyaan.
kata ganti petunjuk: pronomina penunjuk; kata ganti yang dipergunakan untuk menunjuk
sesuatu; dibedakan menjadi tiga, yaitu penunjuk umum, penunjuk tempat, penunjuk ihwal/
kata kejadian kata: kata yang telah berubah dari bentuk asli (asalnya); terdiri atas kata
berimbuhan, kata sedang, dan kata majemuk.
kata kerja absolutum: kata kerja yang bersifat sebagai kata keadaan dan mengandung
pengertian:
1. suatu perbuatan yang telah selesai
a. Buku itu tercetak di Surabaya
b. Ia ketinggalan kereta api
2. suatu pekerjaan yang mungkin (dapat) dilakukan
a. Akhirnya terhitung juga orang sebanyak itu
b. Batu seberat itu terangkat oleh Sigit.
kata kerja aktif: kata kerja yang menyatakan bahwa subjek kalimat melakukan pekerjaan;
- - - kalimat aktif
kata kerja aus: kata kerja yang dalam pemakaiannya sering tidak memerlukan imbuhan,
misal;
bangkit, banun, tidur, pergi, makan, mandi, dan sebagainya
kata kerja bantu: kata kerja yang tidak pernah berdiri sendiri, berfungsi membantu kata
kerja yang lain dan menyatakan modalitas, misal;
akan, dapat, hendak, dan sebagainya
kata kerja finit: kata kerja yang menyatakan perbuatan yang tertentu dan waktu berlakunya
terbatas, yang menjadi batas waktu adalah waktu sedang, waktu akan, dan waktu selesai;
a. Aku sedang membaca buku
b. Buku itu akan dibacanya
c. Buku itu selesai kubaca
kata kerja gabung: kata ekrja yang berfungsi sebagai pengantar nomina (kata benda), misal;
a. Kakaknya jadi guru
b. Anak itu bernama Syailendra
kata kerja infinit: kata kerja yang menyatakan perbuatan tak tentu dan waktu berlakunya
tidak terbatas; dalam pemakaiannya kata kerja infinit dibedakan menjadi masdar, partisitif,
dan absolutum.
kata kerja intransitif: kata kerja yang tidak dapat disertai objek penderita;
- - - verba intransitif; kalimat intransitif
kata kerja masdar: kata kerja yang berfungsi sebagai kata benda dan menduduki subjek
kalimat; - - - kalimat masdar.
kata kerja partisitif: kata kerj ayang bersifat adjektif (bertindak sebagai kata keadaan);
misal;
a. Dia dalam keadaan mengkhawatirkan
b. Dari kawah itu keluarlah air mendidih
kata kerja pasif: kata kerja yang menyatakan bahwa subjeknya dikenai pekerjaan; - - -
kalimat pasif.
kata kerja resiprok: kata kerja yang menytakan perbuatan atau pekerjaan yang dilakukan
oleh kedua belah pihak, misal;
- - - bertinju, bertengkar, lempar-melempar.
kata kerja refleksif: kata kerja yang menyatakan perbuatan atau pekerjaan yang ditujukan
untuk diri sendiri, misal;
berhias, bersolek, membanting-tulang.
kata kompleks: kata yang terjadi dari dua morfem atau lebih; - - - kata jadian.
kata majemuk: gabungan morfem dengan kata atau kata dengan kata yang menimbulkan
pengertian baru dan khusus, dibedakan berikut ini.
kata majemuk koordinatif: kata majemuk yang komponennya berkedudukan setara (yang
satu tidak menerangkan yang lain), misal;
tanah air, darah daging, anak cucu, penyebarluasan, kelipatgandaan, kesatupaduan
kata majemuk subordinatif: kata majemuk yang komponennya berkedudukan tidak setara,
yakni ada komponen yang menjadi induk dan ada komponen yang menjadi pewatasnya,
misal;
kutu buku, lomba puisi, pedagang eceran, uang muka, sekolah menengah
kata majemuk yang berupakan gabungan bentuk bebas dan bentuk terikat, misal;
antarbangsa, mahaadil, paranormal, swadaya
kata peniru bunyi: kata seru yang berasal dari tiruan bunyi tertentu, misal;
dor, ting, byur, krak, tik, gung, dsb.
kata sapaan: kata benda untuk menyatakan hubungan kekerabatan, gelar, jabatan yang
dipergunakan untuk menyapa orangnya dalam kalimat langsung;
a. Dokter, anak saya sakit apa?
b. Apa yang kau bawa itu, Dik?
c. Tuan, saya akan pulang dahulu.
kata tugas: kata atau gabungan kata yang tugasnya semata-mata memungkinkan kata lain
berperan dalam kalimat; termasuk kelas kata tugas adalah preposisi, konjungsi, interjeksi,
artikel dan partikel.
kata tunggal: kata yang hanya terdiri atas satu morfem; misal;
rumah, sepeda, kantor, buku
kelompok ton: bagian kalimat tempat berlaku suatu pola perubahan nada tertentu, misal;
Dia berbaring di kursi, sambil membaca
2-33/ 2- 3 3/ 2- 3 1 #
kerancuan: - - - kontaminasi
keterangan akibat: keterangan yang menyatakan akibat yang dinyatakan oleh predikatnya,
misal;
Mereka belajar keras sampai lelah
keterangan apositif: keterangan suatu benda yang dapat menggantikannya apabila yang
diterangkan tersebut tidak disebutkan (dihilangkan), misal;
Kakaknya, David, telah lama meninggal
keterangan aspek: keterangan yang menjelaskan terjadinya suatu proses secara objektif;
dibedakan menjadi: keterangan aspek.
1. duratif: peristiwa yang tengah berlangsung
Farisya sedang (tengah) menulis.
2. frekuentatif: peristiwa yang terjadi berulang-ulang, selalu, sering, kadang-kadang
3. futuratif: peristiwa yang akan berlangsung
Ia akan pergi ke Solo
4. inkoatif: peristiwa atau keadaan mulai terjadi
Sawah itu mulai ditanami padi
5. inkompletif: peristiwa yang belum selesai - - - duratif
6. kompletif: peristiwa telah selesai/berakhir
Dia sudah berangkat
7. repetitif: peristiwa terjadi sekali lagi
Farisya menulis lagi dengan tinta merah
8. Spontanitas: peristiwa terjadi dengan tidak disangka-sangka
Tiba-tiba Nia jatuh pingsan
keterangan komitatif: keterangan yang menjelaskan ikut sertanya seseorang dalam suatu
tindakan:
Ahmad belajar kelompok bersama temannya
keterangan kuantitatif: keterangan yang menyatakan berapa kali suatu peristiwa terjadi,
misal;
Kakek sakit rematik sudah tiga kali
keterangan modalitas: keterangan yang menyatakan bahwa suatu proses berlaku secara
subjektif, yakni sebagai sebagai yang dikehendaki atau ditafsirkan oleh pembicara; dibedakan
menjadi keterangan modalitas;
1. desideratif; menginginkan, mengharapkan terjadinya suatu peristiwa;
Semoga kau lulus ujian
2. dubiatif; meragukan terjadinya suatu peristiwa
Barangkali ia berhalangan hadir
3. final; hasil perbuatan/tujuan yang sengaja dikehendaki atau ingin dicapai;
Ann rajin belajar agar lulus ujian
4. kondisional; syarat berlangsungnya peristiwa;
Saya akan datang kalau tidak hujan
5. optatif: desideratif; keterangan harapan
6. potensial; peristiwa mungkin terjadi
Mungkin ia berani pergi sendirian
keterangan objek: kata-kata yang menerangkan objek dan bersama-sama objek membentuk
fase; misal:
Ayah memelihara ayam ras
keterangan perwatasan: keterangan yang menyatakan perkecualian dari sesuatu yang telah
dinyatakan sebelumnya, misal;
Semuanya telah dibakar habis, kecuali yang ini
keterangan syarat: keterangan yang menyatakan syarat berlakunya sesuatu dalam predikat,
misal;
Kamu boleh ikut asal tidak nakal
Eva baru datang dari Bali
keterangan tujuan: keterangan yang menjelaskan tujuan perbuatan dalam predikat, misal;
Dia tekun beribadah agar dekat Tuhan
Ia cepat-cepat berangkat agar tidak terlambat
klausa: gabungan kata yang minimal mempunyai unsur subjek dan predikat, dan merupakan
bagian dari kalimat majemuk.
klausa anak: klausa yang merupakan bagian atau pola bawahan klausa induk.
klausa koordinatif: klausa yang bekedudukan setara dengan frase lain dalam kalimat
majemuk setara
Nia rajin belajar, tetapi (ia) tidak terampil
(klausa koordinatif) (klausa koordinatif)
klausa selipan: klausa yang diselipkan atau dimasukkan dalam kalimat tunggal, misal;
a. Pohon itu ditanam oleh ayah (kalimat tunggal)
b. yang ada di tepi kebun (klausa)
c. Pohon yang ada di tepi kebun itu ditanam oleh ayah (klausa selipan)
klausa sematan: klausa subordinatif yang menjadi bagian frase atau klausa yang lain.
klausa relatif: klausa yang merupakan perpaduan klausa sematan dengan bagian frase yang
diterangkannya, misal;
a. Ayah anak berambut panjang itu seorang polisi.
b. Ayah (Farisya) itu seorang polisi (klausa induk)
c. anak berambut panjang (klausa subordinatif) juga klausa sematan karena menerangkan
subjek "ayah" membentuk frase
d. Ayah anak berambut panjang (klausa relatif).
klausa utama: klausa pokok yang mendasari terbentuknya kalimat majemuk; dalam kalimat
majemuk setara semua klausanya adalah klausa utama, sedangkan dalam kalimat majemuk
bertingkat klausa utamanya adalah klausa induk.
klitika (klisik): bentuk ringkas yang berasal dari kata ganti persona, berupa imbuhan awal
(proklisis) dan imbuhan akhir (enklisis).
- - - proklisis dan enklisis.
kohesi: keserasian hubungan antara unsur yang satu dengan unsur yang lain dalam wacana
sehingga tercipta perngertian yang apik atau koheren.
koherensi: hubungan yang harmonis, yang memperlihatkan kesatuan dan kebersamaan antara
satu kalimat dengan kalimat lain dalam sebuah wacana.
komplemen: keterangan predikat yang erat sekali hubungannya, tetapi tidak mutlah
diperlukan, hanya sekedar melengkapi; misal;
a. Dia mendagangkan barang-barang elektronik di pasar (sebagai objek)
b. Dia berdagang barang-barang elektronik di pasar (sebagai komplemen atau pelengkap)
konfiks: - - - simulfiks
konjugasi: perubahan bentuk kata kerj aberdasarkan persona, ragam, kala, cara; terapat dalam
bahasa-bahasa fleksi; misal;
a. studying - study - studie - studied (belajar)
b. writing - write - writes - wrote (menulis)
konjungsi: kata sambung; kata tugas yang berfungsi menghubungkan dua klausa atau lebih;
konjungsi dibagi menjadi lima kelompok berikut.
konjungsi antarkalimat: konjungsi yang menghubungkan satu kalimat dengan kalimat yang
lain; selalu terletak di awal kalimat dan ditulis dengan huruf kapital; misal;
Kami tidak sependapat dengan dia. Biarpun begitu, kami tidak akan menghalanginya.
konjungsi koordinatif: konjungsi yang menghubungkan dua unsur atau lebih dan kedua
unsur itu memiliki status sintaksi (kalimat) yang sama; misal;
a. dan : menandai hubungan penambahan
b. atau : menandai hubungan pemilihan
c. tetapi : menandai hubungan perlawanan
konjungsi korelatif: konjungsi yang mengubungkan dua kata, frase, atau klausa, dan kedua
unsur itu memiliki status sintaksis yang sama; terdiri atas dua bagian yang dipisahkan oleh
kedua unsur yang dihubungkan, misal;
a. baik... maupun... (maupun)
b. tidak hanya..., tetapi (...) juga (...)
c. demikian (rupa) ... sehingga ...
d. apa (kah) ... atau ...
e. entah ... entah...
f. jangkan..., ... pun ...
konjungsi subordinatif: konjungsi yang menghubungkan dua klausa datu lebih dan klausa-
klausa itu tidak memiliki status sintaksis yang sama; satu klausa merupakan anak kalimat dari
kalimat induknya.
konsonan: bunyi bahasa yang dihasilkan oleh arus udara yang mengalami rintangan.
konsonan frikatif alveolar bersuara: /z/; dihasilkan dengan menempelkan ujung lidah pada
gusi bawah sambil melepaskan udara lewat samping lidah sehingga menimbulkan bunyi desis
dengan pita suara bergetar.
konsonan frikatif alveolar tak bersuara: /s/; dihasilkan atau dibentuk sama dengan
pembentukan /z/ tetapi pita suara tidak bergetar.
konsonan frikatif glotal tak bersuara: /h/; dibentuk dengan melewatkan arus udara pita
suara yang menyempit sehingga menimbulkan bunyi desis tanpa dihambat di tempat lain.
konsonan frikatif labiodental: /f/; dibentuk dengan bibir bawah didekatkan pada bagian
bawah gigi atas sehingga udara dari paru-paru dapat melewati lubang yang sempit antara gigi
dan bibir dengan menimbulkan bunyi desis.
konsonan frikatif palatal tak bersuara: /s/ dilambangkan dengan sy, dibentuk dengan
menempelkan depan lidah pada langit-langit keras, tetapi udara dapat melewati samping lidah
dan menimbulkan geseran.
konsonan frikatif verbal tak bersuara: /x/; dibentuk dengan mendekatkan punggung lidah
ke langit-langit lunak yang dinaikkan agar udara keluar tidak melalui hidung.
konsonan getar alveolar: /r/; dibentuk dengan menempelkan ujung lidah pada gusi
kemudian menghembuskan udara sehingga lidah tersebut secara berulang-ulang menempel
pada dan lepas dari gusi.
konsonan hambat alveolar: /t/ dan /d/; dilafalkan dengan menempelkan ujung lidah pada
gusi untuk menahan udara dari paru-paru dan kemudian melepaskan udara itu.
konsonan hambat bilabial: /p/ dan /b/; dilafalkan dengan bibir atas dan bibir bawah terkatup
rapat dan udara dari paru-paru tertahan untuk sementara waktu sebelum katupan itu
dilepaskan.
konsonan hambat glotal: /?/ ada yang dilambangkan dengan k ada pula yang tidak;
diucapkan dengan kedua pita suara merapat untuk menghambat udara dari paru-paru, dan
kemudian dibukan secara tiba-tiba; misal: /pa?/ - - - pak, /sa?at/ - - - saat.
konsonan hambat palatal: /c/ dan /j/; dilafalkan dengan daun lidah menempel pada langit-
langit keras untu menghambat udara dari paru-paru dan kemudian dilepaskan.
konsonan hambat velar: /k/ dan /g/; dihasilkan dengan menempelkan belakang lidah pada
langit-langit lunak, udara dihambat dan kemudian dilepaskan secara mendadak.
konsonan lateral alveolar: /l/; dihasilkan dengan menempelkan daun lidah pada gusi dan
mengeluarkan udara melewati samping lidah, sedang pita suara dalam keadaan bergetar.
konsonan nasal alveolar: /n/; dibuat dengan menempelkan ujung lidah pada gusi untuk
menghambat udara dari paru-paru, kemudian udara dikeluarkan lewat hidung.
konsonan nasal bilabial: /m/; dibuat dengan dua bibir dikatupkan, kemudian udara
dikeluarkan melalui rongga hidung.
konsonan nasal palatal: /n/; yang dilambangkan ny; dibentuk dengan menempelkan ujung
lidah pada langit-langit keras untuk menahan udara dari paru-paru, kemudian udara
dikeluarkan melalui rongga hidung sehingga terjadi persengauan.
konsonan nasal velar: /n/ yang dilambangkan ng; dibentuk dengan menempelkan belakang
lidah pada langit-langit lunak dan kemudian udara dilepaskan melalui hidung.
konstituen: kata atau kelompok kata yang membentuk suatu kesatuan kalimat; misal;
Kami mendatangi pertemuan itu tadi malam
(kalimat tersebut terdiri atas empat konstituen)
konstruksi: pertemuan morfem dengan morfem lain yang mengandung arti dalam sebuah
frase atau kalimat.
konstruksi eksosentrik: konstruksi yang salah satu unsurnya mempunyai fungsi yang tidak
sama dengan unsur yang lainnya dalam sebuah kalimat atau kesatuan bahasa yang lebih besar;
konstruksi ini terdiri atas:
1. konjungtif: salah satu unsurnya berupa konjungsi (kata sambung) Anak laki-laki itu
marah sekali sebab dihina.
2. objektif: salah satu unsurnya berupa objek Kakak pergi bersama adik.
3. predikatif: salah satu unsurnya predikat dan merupakan hubungan subjek-predikat Anak
itu menangis ketika ibunya pergi.
4. preposisional: salah satu unsurnya berupa preposisi (kata depan) Saudara kembar saya
tinggal di Norwegia.
konstruksi endosentrik: konstruksi kelompok kata yang dalam kalimat atau satuan bahasa
yang lebih besar, unsur-unsurnya mempunyai fungsi yang sama; konstruksi ini terdiri atas;
1. apositif: unsur-unsurnya berupa unsur inti dan dapat saling menggantikan bila salah satu
unsurnya dihilangkan.
Sam, tetanggaku, rajin bekerja.
2. atribut: unsur-unsurnya berupa unsur inti dan keterangan (atribut).
Cita-citanya ingin jadi seorang poliglot.
3. koordinatif: unsur-unsurnya berupa unsur inti dengan hubungan setara atau koordinatif.
Paman pulang pergi naik kereta api.
konstruksi morfologi: pertemuan morfem dengan morfem lain yang membentuk sebuah
kata, misal;
a. meng + tembak = menembak
b. (per-an) + baik = perbaikan
konstruksi sintaksis: pertemuan morfem dengan morfem yang lain yang menimbulkan
kelompok kata (frase) atau kalimat; misal;
a. perbaikan jalan raya (frase)
b. Ia menangis tersedu-sedu (kalimat)
kontraksi: peristiwa memendekkan kata dengan jalan memadatkan beberapa kata sehingga
menjadi sebuah kata, sedang artinya tidak berubah; misal:
a. Tapia na uli = Tapanuli
b. parama iswai = permaisuri
c. maha erdhika = merdeka
kontur: suatu arus ujaran yang diapit oleh dua kesenyapan, misal;
a. Kemarin/ hujan lebat. (dua kontur)
b. Kakak Eva/ belajar membaca/ di taman. (3 kontur)
kutipan langsung: pernyataan yang intinya menirukan pengujarnya; dalam kalimat langsung,
kutipan langsung ditulis di antara dua tanda petik;
"Bulan depan saya akan pulang," tulis Arya.
Pak Guru menasihatiku, "Ar, rajinlah belajar"
L
labial: - - - bilabial
labium: bibir; nama salah satu alat ucap yang terdapat di bagian mulut.
labio dental: bunyi yang dihasilkan dengan mempertemukan gigi atas dengan bibir bawah;
bunyi /f/ dan /v/.
lagu kalimat: lagu yang dimiliki oleh kalimat yang ditandai oleh jeda/perhentian yang berupa
naik turunnya suara pada waktu kalimat tersebut diucapkan; dalam bahasa tulis, lagu kalimat
ditandai oleh tanda baca.
lagu kalimat berita: lagu yang dimiliki oleh kalimat berita; umumnya mempunyai lagu
dengan suara naik pada permulaan, kemudian terdapat jeda sebentar, yang diikuti oleh suara
menurun pada akhir kalimat, misal;
lagu kalimat perintah: lagu yang dimiliki oleh kalimat perintah; dibedakan menjadi:
1. lagu dasar kalimat perintah pendek; suara dari nada tinggi dengan cepat meluncur menuju
ke nada rendah; misal:
2. lagu dasar kalimat perintah panjang; pada permulaan kalimat sura naik, sedang pada
akhirnya suara menurun dengan agak rata.
lagu kalimat tanya: pada permulaan kalimat suara naik, diikuti jeda, dilanjutkan suara agak
naik dan mempunyai getar tanya pada akhir kalimat.
larynx: - - - laring.
lateral: bunyi yang dihasilkan dengan mengangkat lidah ke langit-langit sehingga udara
terpaksa diaduk dan keluar melalui kedua sisi lidah; bunyi /l/.
leksem: satuan kata terkecil yang menjadi entri dari leksikon (kosa kata).
likuida: - - - lateral.
lingua franca: bahasa perantara, perhubungan, dan pergaulan; bahasa Indonesia berasal dari
bahasa Melayu yang telah menjadi lingua franca di kepulauan Nusantara.
logograf: suatu tanda atau lambang mewakili sepatah kata atau pengertian, misal;
huruf China - - - ideograf.
M
majemuk: jamak; lebih dari satu.
- - - morfem majemuk, kata majemuk, kalimat majemuk, kata ganti orang jamak.
makna: hubungan antara tanda yang berupa lambang bunyi ujaran dengan hal atau barang
yang dimaksudkan.
makna adversatif: makna yang menyatakan peristiwa yang tidak menyenangkan subjeknya,
misal;
a. Paijo kejatuhan kelapa.
b. Perbuatan itu ketahuan (oleh) ayahnya.
c. Ia kecurian sendal
makna asli: makna sebenarnya; arti yang memang sudah terkandung pada kata yang tersurat;
kebalikan makna kias; contoh:
meja hijau = meja yang berwarna hijau
jago merah = jago yang berbalung merah
makna benefaktif: makna "untuk orang lain: pada kalimat dwitransitif, contoh:
a. Kamu harus membuatkan Pak X laporan tahunan
b. Ia sedang mencarikan pekerjaan untuk adiknya.
makna denotatif: arti inti, arti umum yang terkandung pada suatu kata;kebalikan makna
konotatif.
a. melihat, mengerling, menatap, mempunyai arti denotatif melihat.
b. kerdil, kurus, ramping bermakna denotasi kecil.
makna gramatikal: arti yang timbul sebagai akibat melekatnya suatu morfem kepada
morfem yang lain.
a. makan + an = yang dimakan
b. langit-langit = menyerupai langit
c. terbesar = paling besar.
makna khusus: makna yang sifatnya berlaku untuk semua hal; contoh:
- - - arti atau makna umum.
makna kiasan: makna yang tidak sewajarnya terdapat pada suatu kata yang tersurat, karena
mempunyai makna lain yang tersirat, contoh:
a. meja hijau = pengadilan
b. jago merah = api, kebakaran
- - - bandungkan dengan makna asli
makna konotatif: arti tambahan; arti yang memberikan tafsiran khusus dan mempunyai nilau
rasa tertentu; contoh:
macam kata arti inti/makna denotatif arti tambahan/makna konotatif
a. melihat melihat --
mengerling melihat dengan ekor mata
menatap melihat dengan pandangan yang tetap
b. kumpulan kumpulan --
kelompok kumpulan nilai rasanya baik
gerombolan kumpulan nilai rasanya jelek
makna leksikal: arti yang sudah tetap terkandung dalam sebuah kata, makna seperti dalam
kamus/;
a. kuda : nama sejenis binatang
b. pensil : nama alat untuk menulis
makna pokok: arti yang mula-mula terdapat pada suatu kata, contoh: - - - makna turunan.
makna struktural: makna kata sesuai dengan kedudukan dalam sebuah kalimat, contoh:
a. Adik sudah bisa berjalan (=dapat)
b. Bisa ular itu berbahaya (=racun)
makna tersurat: arti kata atau kalimat seperti yang tertulis; - - - bandingkan dengan makna
tersebut.
makna tersirat: makna yang harus dipahami dari kata atau kalimat karena makna tersebut
tidak tertulis atau tidak diucapkan oleh penuturnya.
makna turunan: arti kata yang timbul di kemudian waktu karena pergeseran dan
perkembangan bahasa atau kata pada makna pokoknya, misal;
a. arti pokok b. arti turunan
Pisau itu tajam Perkataannya tajam.
Pikirannya tajam
Katanya tajam
makna umum: arti yang sifatnya berlaku untuk semua hal yang sifatnya lebih khusus,
contoh:
a. arti umum b. arti khusus
mengambil mencuri, menjambret, merampok, merampas, dll.
binatang kunang-kunang, komodo, ikan, dll.
melioratif: amelioratif; perubahan makna suatu kata-kata yang semua dirasakan rendah
nilainya menjadi lebih baik atau lebih tinggi nilainya.
makna wanita dan istri dirasakan nilainya lebih tinggi dari kata perempuan dan bini.
mesagog: - - - epentesis.
metatesis: peristiwa mengubah letak susunan huruf dalam sebuah kata, sedang artinya kadang
berubah, kadang tidak, contoh:
a. yang berubah arti b. yang tidak berubah arti
beting - tebing rontal - lontar
jalur - lajur kerikil - kelikir
padma - padam banteras - berantas
monograf: satu fonem (bunyi) dilambangkan dengan satu tanda (huruf); misal;
/a/ - - - a /u/ - - - u
/c/ - - - c /j/ - - - j
/?/ - - - k /e terbalik/ - - - e
morfem: kesatuan bentuk terkecil yang mengandung arti (makna gramatikal dan atau makna
leksikal)
morfem afiks: morfem yang berupa afiks atau imbuhan, bentuk yang tak dapat berdiri
sendiri, contoh:
- - - afiks (prefiks, infiks, sufiks, konfiks) atau imbuhan.
morfem bebas: morfem yang berupa bentuk bebas; bentuk yang dalam ucapannya yang biasa
sebagai bentuk lepas dan dapat berdiri sendiri, misal;
Ia makan nasi. (kalimat ini terdiri atas 3 morfem bebas).
morfem dasar: morfem yang berupa bentuk dasar, baik tunggal maupun majemuk, misal;
contoh morfem dasar morfem afiks
berhalangan halangan ber-
(majemuk) (tunggal)
halangan halang -an
(tunggal) (tunggal)
morfem majemuk: morfem yang berupa bentuk majemuk, bentuk yang terdiri atas bentuk-
bentuk yang lebih kecil, misal:
a. bertemu terdiri atas morfem ber dan temu.
b. halangan terdiri atas morfem halang dan an.
morfem setengah bebas: morfem yang berupa bentuk seterngah bebas, bentuk yang dalam
ucapan bisa berupa bentuk terikat, tetapi secara gramatikal mempunyai sifat kebebasan; misal:
lah, kah, tah, ku, mu, nya.
morfem terikat: morfem yang berupa bentuk terikat, bentuk yang dalam ucapan biasa tidak
dapat berdiri sendiri sebagai bentuk lepas, selalu terikat pada bentuk yang lain; misal:
morfem bertemu dan berhenti terdiri atas morfem terikat ber-, temu dan henti, karena
ketiganya tak pernah digunakan secara lepas atau terpisah.
morfem tunggal: morfem yang berupa bentuk tunggal; bentuk yang tidak terdiri atas bentuk-
bentuk yang lebih kecil; misal:
- - - morfem dasar dan morfem majemuk.
morfofonemis: - - - proses morfofonemis.
morfologi: ilmu tata bentuk kata; ilmu yang menyelidiki bentuk morfem dan hubungan-
hubungan antara morfem-morfem itu dalam bentuk kata.
N
nada: tinggi rendahnya suara dalam pengucapan, misal;
ibu biasa diucapkan dengan nada tinggi bila, misalnya, seorang anak memanggil ibu dari
kejauhan.
ibu biasa diucapkan dengan nada rendah bila, misalnya, seorang anak menyapa ibunya yang
sedang sakit.
gila, dengan nada tinggi bila orang menyatakan kemarahan atau kekecewaan.
gila, dengan nada terendah jika orang berkelakar dengan sahabatnya.
narasi: cerita; karangan yang merupakan rangkaian peristiwa yang saling berkaitan disusun
menurut urutan kejadian atau waktu; isi cerita berupa kejadian nyata atau hanya sekedar
imajinasi pengarangnya; termasuk dalam jenis narasi antara lain novel, cerpen, hikayat,
dongeng, kisah, dan drama.
nasal (bunyi-): bunyi sengau; bunyi bahasa yang udaranya keluar melalui hidung; misal:
/n/, /m/, /ny/, /ng/
nilai rasa: kesan yang berupa rasa yang ditimbulkan oleh suatu kata; makna konotasi, misal:
a. tiga belas = bilangan bulat setengah dua belas
nilai rasa : kesialan, kecelakaan.
b. tolol; mampus = bodoh; mati.
nilai rasa : penghinaan.
nosi: makna yang timbul akibat peristiwa morfologis (proses penggabungan morfem); misal;
a. Kakinya terinjak. (ter = tidak sengaja)
b. Julius anak terpandai. (ter = paling)
c. pohon-pohonan = bermacam-macam pohon
d. tolong-menolong = saling menolong.
numeralia: kata bilangan; kata yang menyatakan jumlah benda atau menunjukkan tempat
suatu benda dalam deretan benda-benda yang lain.
numerila distributif: kata bilangan yang terbentuk dari pengulangan kata bilangan dan
mempunyai ariti "demi" atau "masing-masing"; misal;
a. satu - - - satu-satu
b. dua - - - dua-dua
c. empat - - empat-empat
numeralia induk (pokok atau utama): kata bilangan asli dan masih menyatakan jumlah,
misal;
a. satu, dua, empat, sepuluh, seratus, satu juta
b. 28 = dua puluh delapan, tidak boleh diucapkan dua delapan
c. 304 = tiga ratus empat, tidak boleh diucapkan tiga nol empat
numeralia kolektif: kata bilangan kumpulan atau himpunan; kata bilangan yang menyatakan
kumpulan atau himpunan; misal;
a. Kedua anak itu pergi ke Yogyakarta.
b. Kami berempat belajar kelompok.
c. Bertiga saja mereka mengail ikan.
numeralia pecahan: kata bilangan yang menyatakan hasil bagi dua bilangan, misal;
1. 2/3 dan 5/7 dibaca dua pertiga dan lima pertujuh; 2 dan 5 disebut pembilang, sedangkan 3
dan 7 disebut penyebut.
2. pecahan campuran: pecahan bercampur dengan bilangan bulat:
2 3/4 = dua tiga perempat
7 5/6 = tujuh lima perenam
3. pecahan desimal; pecahan persepuluhan
0,3 = 3/10 = tiga persepuluh
0,27 = 27/100 = dua puluh tujuh perseratus
4. pecahan dengan tanda % dan %o
5% = 5/100 = lima perseratus
25%o = 25/1000 = dua puluh lima perseribu
numeralia tak tentu: kata bilangan yang menyatakan jumlah tak tentu, misal;
segala, sekalian, seluruh, semua, sedikit para, banyak, beberapa, tiap-tiap.
numeralia tingkat: kata bilangan yang menyatakan urutan dan tingkat suatu benda dalam
perbandingannya dengan benda yang lainnya, misal;
a. Ia menjadi juara pertama
b. Anak kedua Pak Julian naik kelas
c. Anak yang kelima sakit keras
O
objek: keterangan yang erat sekali hubungannya dengan predikat, tetapi menduduki jabatan
tersendiri, tidak menjadi satu dengan predikat dalam frase.
objek alat: objek yang merupakan alat yang diperlukan subjek untuk menyatakan sesuatu
yang tersebut dalam predikatnya, misal;
a. Bangunan itu berlapiskan emas.
b. Anak itu bertudung dengan daun pisang.
c. Rakyat bersenjata dengan panah dan golok.
objek berkata depan: objek yang di mukanya terdapat kata depan yang tetap karena
diperlukan oleh predikatnya, misal;
a. Lupalah ia akan kedua orang tuanya.
b. Saya berterima kasih atas bantuan Anda.
c. Ia setia terhadap janjinya.
objek pasangan: objek yang membentuk pasangan dengan subjek, dan selalu didahului oleh
kata depan "dengan"; misal;
a. Ayah berunding dengan paman.
b. Program kerja koperasi itu selaras dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
objek pelaku: objek yang melakukan pekerjaan dalam kalimat pasif; misal;
a. Adik dinasihati oleh ayah.
b. Upacara itu dihadiri oleh para guru dan siswa.
objek penderita: objek yang menderita pekerjaan, baik langsung maupun tidak langsung,
atau yang menyatakan hasil atau akibat pekerjaan yang dinyatakan oleh predikatnya, misal;
a. Paman mendirikan rumah baru
b. Daerah itu menghasilkan damar, rotan dan karet.
objek penyerta: objek berkepentingan; objek yang ikut serta melengkapi pekerjaan yang
dinyatakan oleh predikatnya dan berkepentingan karena memperoleh suatu pemberian, misal;
a. Kakek membelikan dia sebuah sepatu.
b. Paman menghadiahi saya, kakak, dan adik sebuah buku.
c. Guru membagikan rapor kepada para siswa.
oral (bunyi-): bunyi bahasa yang arus udaranya keluar melalui mulut; bandingkan dengan - -
- bunyi nasal.
orang II: orang yang diajak bicara - - - kata ganti orang II (kedua)
orang III: orang yang dibicarakan - - - kata ganti orang III (ketiga)
orasi: pidato
oratoris (kalimat-): kalimat tanya yang tidak memerlukan jawaban dan dipakai oleh orator,
misal;
a. Patutkah air susu dibalas dengan air tuba?
b. Kepada siapa lagi kita beribada jika bukan kepada Allah?
ortografi: gambaran bunyi bahasa yang berupa tulisan atau lambang; sistem ejaan.
outline: kerangka karangan atau wacana yang merupakan wacana kerja karangan secara
keseluruhan; manfaatnya adalah:
a. memudahkan penyusunan karangan yang utuh dan benar
b. pengarang selalu ingat akan apa-apa yang akan ditulisnya.
c. jika ada yang salah atu kurang tepat dapat diganti atu dihilangkan sebelumnya.
P
padanan: bentuk (kata atau frase) yang sama maknanya dengan bentuk (kata atau frase)
dalam bahasa lain; misal:
a. medication = pengobatan
b. samenwerking = kerja sama
c. balanced budget = anggaran berimbang
palatal: bunyi yang dihasilkan oleh bagian tengah lidah sebagai artikulatornya dan langit-
langit keras sebagai titik artikulasinya, yaitu bunyi: /c/, /j/, /sy/, /ny/, /y/
palatum: langit-langi tkeras dalam rongga mulut sebagai salah satu alat ucap.
parafrase: penyajian kembali suatu ungkapan gagasan dengan bahasa yang sama, tetapi
dengan cara yang berbeda; misal: penyajian karya puisi menjadi bentuk prosa.
paragoge: peristiwa menambahkan sebuah huruf atau lebih di belakang kata, sedang artinya
tetap.
a. pen - - pena
b. ria - - riang
c. hulubala - - hulubalang
d. lamp - - lampu
paragraf: bagian karangan yang merupakan kesatuan pikiran yang terjadi dari kalimat utama
(kalau ada) dan kalimat penjelas, biasanya ditandai dengan menjorok ke dalam 1-2 cm;
- - - alinea.
partikel: alat bahasa yang merupakan bagian kalimat yang bersifat efektif (menyatakan
perasaan) yang merupakan morfem setengah bebas atau kadang-kadang berupa morfem
terikat; misal;
lah, kah, tah, dan pun.
pelengkap: - - - komplemen.
pembakuan bahasa: usaha mencari ragam bahasa yang bersifat mantap, dinamis,
mempunyai kaidah yang tetap serta dapat mengungkapkan penalaran yang cermat.
pembinaan bahasa: usaha memantapkan pemakaian bahasa yang baik dan benar di kalangan
penutur atau pemakai bahasa.
penyaduran: hal mengalihbahasakan secara bebas suatu wacana yang biasanya diikuti atau
disertai perubahan-perubahan.
perluasan makna: perubahan makna sehingga maknanya mempunyai cakupan yang lebih
luas daripada makna yang sebelumnya; misal:
pengertian bapak,
dahulu: ayah dari anak
sekarang: untuk arti semua orang laki-laki yang dianggap lebih tua.
adik, kakak, saudara, dan sebagainya.
persuasi: karangan yang mengemukakan gagasan, pendapat atau keyakinan dengan alasan,
pembuktian fakta dengan tujuan untuk mempengaruhi atau membujuk pembaca agar
mengikuti pendapat atau gagasan si pengarang, misal;
karangan-karangan yang berbentuk pidato, iklan slide, dan sebagainya.
peyoratif: proses perubahan makna yang menunjukkan bahwa arti yang baru dirasakan lebih
rendah daripada arti yang lama, misal;
a. perempuan ; arti lama : baik
arti baru : kasar
b. kaki tangan ; arti lama : pembantu (baik)
baru : mata-mata (tidak baik)
pharynx: rongga tekak; tenggorokan atas; ruang di atas pita suara hingga perbatasan rongga
hidung.
pikiran penjelas: pikiran dalam paragraf yang merupakan penjelas pikiran pokok yag
dituangkan dalam kalimat penjelas.
pikiran pokok: gagasan pokok; ide sentral yang terdapat dalam paragraf, ada yang
dituangkan dalam kalimat pokok (utama), ada pula yang cukup dituangkan dalam kalimat-
kalimat penjelasnya saja.
piktograf, tulisan piktograf: tulisan yang menggunakan urutan beberapa gambar untuk
melukiskan suatu peristiwa, misal; tulisan yang digunakan oleh orang Indian Meksiko atau
tulisan China pada awal mulanya.
pita suara: selaput suara; alat ucap yang berupa dua buah pita elastis yang terdapat di ujung
atas tenggorok (larynx).
plural: bentuk jamak, untuk menyatakan bentuk jamak dalam satu bahasa mungkin sama,
mungkin pula berbeda dengan bahasa lain; misal;
Bahasa Inggris Bahasa Belanda Bahasa Indonesia
a book een boek sebuah buku
two books twee boeken dua buah buku
many books veel boeken banyak buku
pluralis majestatis: bentuk jamak kebesaran; kata kami (kata ganti orang pertama tunggal)
yang dipakai oleh orang-orang besar; seseorang atas nama pimpinan, atau oleh pengarang;
misal:
Kami, Presiden Republik Indonesia, dengan ini menyampaikan pidato pertanggungjawaban di
hadapan sidang Dewan dan Majelis Permusyawaratan Rakyat, dan seterusnya.
pola alinea: susunan letak kalimat utama dan kalimat penjelas dalam alinea/paragraf; - - -
alinea deduktif, deduktif-induktif, induktif, dan naratif atau deskriptif.
pola frase: susunan letak unsur-undur frase (unsur D/yang diterangkan dan unsur M/yang
menerangkan) dalam sebuah frase; misal:
pola DM : Saya tertidur
pola PS : Tertidurlah saya
pola SPO : Farisya menanam bunga
pola SPOK, SPK, dan sebagainya.
POLA KANONIK: dwirangkai antara subjek-predikat yang merupakan dua unsur inti yang
harus ada dalam kalimat sempurna; - - - kalimat sempurna.
pola suku kata: susunan vokal dan konsonan menurut urutan dan aturan tertentu; setiap suku
kata bahasa Indonesia ditandai oleh sebuah vokal dan vokal tersebut dapat didahului atau
diikuti konsonan; - - - suku kata.
polisemi: banyak makna; satu kata yang mempunyai makna lebih dari satu, dalam KUBI
beberapa makna yang tercakup di dalam polisemi ditempat di bawah satu topik yang sama;
misal: korban dapat berarti:
1. pemberian untuk menyatakan kebaktian
2. orang yang menderita kecelakaan
3. orang yang meninggal karena bencana
predikat: bagian kalimat yang memberi penjelasan tentang subjek, yang berupa kata benda,
kata kerja, kata sifat, kata bilangan, kata keterangan, atau kata ganti; - - - berikut macam-
macam predikat.
predikat berkata kerja bantu: predikat verbal yang memakai kata kerja bantu untuk
menyatakan atau menunjukkan waktu, kemungkinan, atau keinginan, misal;
a. Ibu akan pergi
b. Siapa saja boleh datang
c. Ia hendak beristirahat
d. Ary telah bekerja
e. Buku ini harus dibawa
predikat berkata kerja gabung: predikat nominal yang memakai kata kerja gabung, misal;
Ibu risa ialah Sari
a. Adik Risa adalah Asri dan Aris
b. Ayahnya menjadi guru
c. Yang kumaksudkan yaitu kakaknya
d. Kedua orang tuanya yakni Sari dan Irsam
predikat bertingkat: predikat yang mempunyai predikat bawahan, hanya terdapat dalam
kalimat majemuk bertingkat dengan anak kalimat pengganti predikat, misal;
S P
Novi/anak tekun belajar di mana saja
S P K
predikat intransitif: predikat kalimat yang tidak memerlukan objek penderita, misal;
a. Anak-anak menyanyi
b. Mereka bergurau saja setiap hari
predikat majemuk: predikat kalimat (baik tunggal maupun majemuk) yang berjumlah lebih
dari satu:
a. Kang Ja'far makan dan minum di warung
b. Nita mencatat dan mengerjakan soal, sedang Tina membaca dan menghafalkan rumus.
predikat nominal: predikat yang berjenis kata nama (selain kata kerja); misal:
a. Rumah itu batu. (kata benda)
b. Anak itu rajin. (kata sifat)
c. Uangnya banyak. (kata bilangan)
d. Berangkatnya tadi pagi. (kata keterangan)
e. Gambar di foto itu dia. (kata ganti)
predikat panjang: predikat yang terdiri atas lebih dari dua kata, misal;
a. Rumah itu bertingkat lima model terbaru
b. Ibunya seorang wanita yang ramah dan sopan
predikat sederhana: predikat yang hanya terdiri atas satu atau dua kata saja, misal;
Ibu memasak
Bahan tikar itu daun nipah
predikat tunggal: predikat kalimat (baik kalimat tunggal maupun kalimat majemuk) yang
hanya satu.
a. Kerjanya hanya tidur
b. Adik pandai, tetapi kakaknya bodoh
predikat verbal: predikat yang berjenis kata kerja; misal:
a. Ia belajar
b. Ayah membaca koran
c. Vira menulis surat
d. Yahya memperbaiki sepeda
prefiks: - - - awalan
preposisi: kata depan; kata yang bertugas menghubungkan dua kata yang berbeda jabatannya
dalam kalimat, misal;
1. kata depan asli : di, ke, dari
2. kata depan tak asli : pada, muka, guna, dsb
3. kata depan tunggal : contoh 1 dan 2
4. kata depan majemuk : kepada, daripada, dsb
proklitis(sis): bentuk klisis ang berupa imbuhan awal, dilekatkan di muka bentuk dasar,
misal;
a. Buku itu telah kubaca semua
b. Jangan kauseberangi jalan yang ramai itu
proses fonologis: proses perubahan-perubahan fonem yang disebabkan oleh hubungan antara
dua morfem, misal;
a. ber + ajar = belajar
b. meng + kapur = mengapur
proses morfologis: proses terbetnuknya morfem majemuk dari morfem-morfem yang lebih
kecil; proses morfologis dalam bahasa Indonesia ada tiga:
1. proses afiksasi = proses pembuluhan afiks
2. proses duplikasi = proses perulangan
3. proses komposisi = proses penggabungan
proses nasalisasi: proses terbentuknya bunyi nasal (sengau) akibat hubungan antara dua
morfem:
1. meng + sabun = menyabun
2. meng + beri = memberi
3. meng + tulis = menulis
protesis: peristiwa menambah sebuah huruf atau lebih di muka sebuah kata, sedang artinya
tidak berubah, misal;
a. lang - - - elang
b. aju - - - maju
c. bom = ebom
d. undur = mundur
prototipe: bentuk yang dijadikan acuan atau dasar dalam pembentukan istilah.
ragam lisan: ragam bahasa tutur; ragam bahasa yang digunakan dalam bentuk lisan atau
percakapan, bukan dalam bentuk tulisan.
ragam pers: ragam bahasa yang digunakan dalam bidang persuratkabaran yang mempunyai
sifat ringkas, padat, dan sederhana.
ragam pidato: ragam bahasa yang digunakan untuk berpidato, ragam lisan yang digunakan
dalam situasi resmi.
ragam rendah: ragam bahasa yang digunakan dalam situasi tidak resmi; di dalam percakapan
yang akrab di lingkungan keluarga atau teman sebaya, di pasar dalam tawar-menawar, dalam
surat pribadi kepada yang karib.
ragam resmi: ragam bahasa yang digunakan dalam suasana resmi atau formal, baik dalam
bentuk lisan maupun tulisan.
ragam santai: ragam bahasa yang digunakan dalam suasana santai, bukan resmi - - - ragam
rendah.
ragam standar: ragam bahasa yang diterima sebagai pedoman bagi pemakaian bahasa yang
baik dan benar.
ragam tulis: ragam bahasa yang dipergunakan dengan menggunakan sarana tulisan, bukan
lisan.
recipoque: - - - resiprok.
reduplikasi: peristiwa mengulang suku pertama kata dasar; peristiwa ini sebenarnya berasal
dari kata ulang utuh melalui proses ablaut; misal;
a. sama -- sama-sama -- sasama -- sesama
b. jaka -- jaka-jaka -- jajaka -- jejaka
c. tamu -- tamu-tamu -- tatamu -- tetamu
referensi: pengacuan; pemilihan kata serta penempatannya secara benar sehingga membentuk
wacana yang kohesif dan koheren; misal;
Rahma duduk termenung di serambi muka, wajahnya sayu dan matanya tergenang oleh air
mata kepedihan. Kata terakhir dari Kang Ja'far telah menyobek-nyobek kepingan hatinya
yang makin hari makin menipis.
resensi: timbangan buku: karangan yang memberikan pertimbangan atau penilaian terhadap
suatu buku.
resiprok: peristiwa yang terdapat pada kata-kata yang menyatakan perbuatan atau pekerjaan
yang dilakukan oleh kedua belah pihak, misal;
a. bertinju, bergelut, bertikam-tikaman
b. pukul-memukul, tembak-menembak, dan sebagainya
ritme: pola pemberian aksen pada kata dakam untaian tuturan (kalimat); pemberian aksen
untuk beberapa bahasa tertentu dilakukan dengan selang waktu yang sama, misal;
a. Julius's / here / now
b. The professor's / in Bandung / this evening
Kedua kalimat tersebut diucapakan dengan jangka waktu yang agak sama.
ritme bahasa Indonesia: ritme yang berdasarkan jumlah suku kata, semakin banyak jumlah
suku kata, makin lam apula waktu untuk melafalkannya, contoh;
a. Julius /di sini /sekarang
b. Guru besar itu /di Bandung /malam ini
Kalimat kedua dilafalkan dengan waktu yang lebih lama dibandingkan kalimat pertama.
rumpun bahasa: segolongan besar bahasa yang sama asal dan jenisnya, misal;
rumpun bahasa Austronesia meliputi:
bahasa-bahasa Oceania, Indonesia, dan Nostrat
S
salah umum: salah kaprah (=Jawa); peristiwa terjadinya pengertian yang salah, tetapi sudah
menjadi umum pemakaiannya dalam masyarakat, misal;
obat nyamuk, memeras santan, menanak nasi, dan sebagainya
serapan: kata serapan; kata pinjaman dari kata bahasa lain; misal:
a. elektron dari electron (Inggris)
b. analog dari analoog (Belanda)
simulfiks: gabungan prefiks dan sufiks yang secara bersama-sama bergabung dengan kata
dasar; misal:
a. ke-an pada kata kemanusiaan, ketidakadilan
b. per-an pada kata perbukitan, pertekstilan
c. peng-an pada kata penghentian, penyempitan
d. ber-an pada kata bertaburan, berdatangan
e. se-nya pada kata sebaik-baiknya, dan sebagainya
sinestesia: pergeseran makna kata yang disebabkan oleh pertukaran tanggapan dua indera;
misal:
a. namanya harum, pendengarannya tajam
b. kritiknya pedas, dll
singkatan kata: suatu bentuk yang diperoleh dari menyingkat sebuah atau beberapa kata,
singkatan kata bahasa Indonesia dibedakan menjadi:
1. singkatan kata yang berasal dari satu kata:
no = nomor
Sdr. = saudara
dr. = dokter
ttd. = tertanda
2. singkatan kata yang beraasl dari dua kata atau lebih; terdiri atas:
a. singkatan yang menggunakan titik
a.n = atas nama
dll. = dan lain-lain
s.d = sampai dengan
sbb. = sebagai berikut
b. singkatan yang tidak menggunakan titik
RI = Republik Indonesia
KUD = Koperasi Unit Desa
DPR = Dewan Perwakilan Rakyat
sinkop: peristiwa memendekkan kata dengan jalan menghilangkan sebuah huruf atau lebih
dalam sebuah kata, sedang artinya tidak berubah, misal;
a. telah --- tlah
b. cahari --- cari
c. sahaya --- saya
d. tahadi --- tadi
sinonim: kata-kata yang bentuknya berbeda, tetapi arti denotasinya sama, misal;
a. senang--suka---ria---riang---gembira
b. pakar---ahli---ilmuwan
sintaksis: ilmu tata kalimat; bagian ilmu tata bahasa yang mempelajari dasar-dasar dan
proses-proses pembentukan kalimat dalam suatu bahasa.
sisipan: - - - infiks
situasi diglosia: keadaan yang dapat disaksikan di dalam masyarakat bahasa jika dua ragam
pokok bahasa dipakai secara berdampingan untuk fungsi kemasyarakatan yang berbeda-beda.
slang: ragam bahasa tak resmi yang dipakai di kalangan tertentu untuk alat komunikasi intern
agar tidak dipahami oleh kelompok lainnya, misal;
bahasa prokem di kalangan remaja
suara bakti: bunyi yang terdengar akibat adanya dua vokal ataupun konsonan yang
berdekatan yang saling mempengaruhi; misal;
a. suara bakti /e/ : sutra, mantra, putra
b. suara bakti /w/ : dua, kue, kuil, sempoa
c. suara bakti /y/ : dia, siul, real, siang
subjek: bagian kalimat yang menjadi dasar kalimat sehingga menjadi bagian yang penting
sebagai pangkal pembicaraan dan yang terjadi dari kata benda atau sesuatu yang dianggap
benda.
subjek bertingkat: subjek yang mempunyai subjek bawahan; terdapat dalam kalimat
majemuk bertingkat dengan anak kalimat pengganti subjek.
S P
Anak berkaca mata itu sedang belajar
s p
subjek majemuk: subjek suatu kalimat yang lebih dari satu (jumlahnya); misal;
a. Iwan, Ivn dan Inung berangkat ke sekolah.
b. Ayah dan ibu berangkat ke kantor, sedang saya dan adik ke sekolah.
subjek panjang: subjek yang terdiri atas satu atau dua kata saja, misal;
a. Hamid seorang guru.
b. Ayah Toni petani berhasil
subjek sempit: subjek yang tidak memiliki keterangan subjek, hanya terdiri satu kata saja.
a. Rinn bermain volly di halaman
b. Kakek pulang kampung
subjek tunggal: subjek suatu kalimat yang jumlahnya hanya satu, misal;
a. Ary sedang menulis
b. Adiknya rajin, tetapi kakaknya malas.
sufiks: - - - akhiran
suku kalimat: bagian kalimat yang diapit oleh dua kesenyapan; - - - gatra, kontur.
suku kata: bagian suatu kata yang ditandai adanya vokal sebagai puncak kenyaringan bunyi;
bahasa Indonesia mengenal pola suku kata berikut ini:
1. V : anak, i-bu
2. VK : ar-ti, ma-in
3. KV : ra-kit, ki-ta
4. KVK : ma-kan, pin-tu
5. KKV : sas-tra
6. KKVK : trak-tor, prak-tis
7. VKK : eks, ons
8. KVKK : teks, pers
9. KKVKK : kompleks, tri-pleks
10. KKKV : stra-te-gi, in-stru-men
11. KKKKVK : struk-tur, in-struktur
suku terbuka: suku kata yang berakhir dengan volkal termasuk suku terbuka adalah pola
suku kata yang; ke-1, ke-3, ke-5, dan ke-10 - - - suku kata.
suku tertutup: suku kata yang berakhir dengan konsonan; termask dalam suku tertutup
adalah pola-pola suku kata yang selain tersebut di atas, ketujuh pola yang lain - - - suku kata.
superordinat: kata-kata yang menduduki kelas lebih atas, yang maknanya mencakup makna
kata yang lebih sempit, yaitu hiponimnya, misal;
a. kerbau, kambing, kelinci adalah hiponimnya kata hewan
b. hewan adalah superordinatnya kata kerbau, kambing, kelinci.
T
tak gramatikal: tidak benar menurut tata bahasa yang baku; misal:
a. Hal itu saya sudah katakan (salah)
Hal itu sudah saya katakan (benar)
b. Buku itu akan dibaca oleh aku (salah)
Buku itu akan kubaca (benar)
tata bahasa: ilmu yang mengatur bahasa; himpunan kaidah-kaidah umum berdasarkan
struktur bahasa yang meliputi fonologi, morfologi, sintaksis.
tatabahasa diakronis: tatabahasa yang menyelidiki suatu bahasa, tetapi meliputi pelbagai
zaman.
tatabahasa historis: tatabahasa yang meliputi urutan pelbagai zaman pemakaian bahasa,
untuk mengetahui perkembangan sistem pemakaian bahasa dari pangkal zaman
pemakaiannya hingga zaman tertentu.
tatabahasa sinkronis: tatabahasa yang menyelidiki satu bahasa dalam satu zaman tertentu
saja.
tata istilah: kaidah-kaidah pembentukan istilah dan kumpulan istilah yang dihasilkannya.
tekanan: unsur bahasa untuk menyatakan suku kata atau kata penting dalam kata atau
kalimat.
tekanan dinamik: tekanan yang memperhatikan keras lembutnya suara pada waktu
mengucapkannya.
tekanan kalimat: tekanan yang terdapat pada sebuah suku kata dalam suatu kata.
tekanan nada: tekanan melodis; tekanan musikal; tekanan yang memperhatikan tinggi
rendahnya suara pada waktu mengucapkannya.
tekanan temporal: tekanan yang memperhatikan panjang pendek suara pada waktu
mengucapkannya.
tema: pokok pikiran yang dicetuskan pengarang yang menjadi jiwa dan dasar cerita
(karangan atau pembicaraan)
temporal: tekanan temporal, misal;
a. Silakan Anda datang, kubuka pintuku (panjang)
b. Anak-anak harap diam! (pendek)
topik: - - - tema.
trachea: batang tenggorok, salah satu alat suara atau pembentuk bunyi.
transformasi kalimat: perubahan suatu struktur kalimat menjadi struktur baru, misal;
a. Adik menggambar (kalimat inti)
b. Adik menggambar? (kalimat transformasional)
c. Menggambar adik (kalimat transformasional)
trema: tanda titik dua ke samping di atas huruf; pernah digunakan dalam ejaan van Ophuysen
untuk membedakan antara diftong dan urutan dua vokal; misal:
a. Ibu sedang menggulai ayam.
b. Risa menggulai tehnya yang masih pahit.
tujuan artistik berbahasa: untuk mengolah dan mempergunakan bahasa dengan cara yang
seindah-indahnya guna pemuasan rasa estetis manusia.
tujuan filologis berbahasa: untuk mempelajari naskah-naskah kuno guna menyelidiki latar
belakang sejarah manusia, sejarah kebudayaan dan adat-istiadat serta perkembangan bahasa
itu sendiri.
tujuan praktis berbahasa: untuk mengadakan komunikasi atau hubungan sehari-hari dalam
pergaulan; tujuan ini mencakup tiga fungsi, yaitu:
1. fungsi produktif: untuk menyampaikan isi hatinya kepada orang lain.
2. fungsi reseptif: untuk menerima dan memahami isi hati orang lain yang disampaikan
kepadanya.
3. fungsi reproduktif: untuk menyatakan isi hatinya setelah menerima pernyataan isi hati
orang lain.
tulisan fonemis: suatu tanda untuk melambangkan satu fonem (bunyi), misal;
tulisan Latin, Jerman, Yunani
tulisan silabis: satu tanda untuk melambangkan suatu suku kata; misal;
tulisan Jepang, Sansekerta.
U
ujaran: kalimat atau bagian kalimat yang diucapkan (dilisankan)
unsur: sesuatu yang menjadi bagian dari suatu bentuk yang lebih besar; unsur dibedakan
menjadi; unsur kata, unsur kalimat, unsur antarwacana.
unsur kalimat: kata atau kelompok kata yang menjadi bagian suatu kalimat, misal;
1. unsur inti/pokok dan bukan inti
Ary pergi + sejak kemarin
2. unsur pendamping dan unsur pusat
Ary pergi
(berperan mendampingi unsur pusat) (mempunyai peran yang lebih dibandingkan unsur
yang lainnya).
unsur kata: morfem atau kata yang menjadi bagian suatu kata; dibedakan menjadi unsur
bawahan terdekat, unsur kalimat, unsur unik.
unsur bawahan terdekat: unsur yang secara langsung membentuk suatu bentuk yang lebih
besar.
unsur ultimat: morfem-morfem yang menjadi bagian dari suatu bentuk yang lebih besar;
misal:
a. berpakaian terdiri atas:
b. ber + pakaian : unsur langsung
c. ber + pakai + an : unsur ultimat
unsur unik: unsur yang hanya dapat berkombinasi dengan satu kata atau morfem tertentu,
misal;
a. frase simpang siur terdiri atas
b. simpang + siur : unsur langsung
c. morfem "siur" : unsur unik
urutan waktu: rentetan peristiwa yang terjadi tanpa ada hubungan sebab akibat, misal;
a. Ia hanya mengangguk-angguk, kemudian air matanya terus mengalir.
b. Ia berlari ke tempat tidur, dan kemudian merebahkan tubuhnya.
urutan-urutan penurunan kata: urutan yang ditempuh untuk menentukan bentuk dasar kata
berimbuhan atau morfem majemuk, dengan syarat;
1. keterpaduan antara prefiks dan sufiks bersifat mutlak (serentak dilekatkan bentuk dasar)
berdatangan - - - ber + datang + an
- - - berdatang + an (salah)
- - - ber + datangan (salah)
2. pemenggalan salah satu afiks tidak akan meninggalkan bentuk masih berwujud kata yang
berhubungan maknanya masih dapat ditelusuri; misal:
berhalangan - - - ber + halangan , urutan I
--- halang + an , urutan II
--- halang , urutan III
V
verba: kata kerja
verba bitransitif: verba transitif yang mengungkapkan hubungan antara tiga maujud; misal:
a. Dia memberi Herlia bunga
b. Ibu membelikan adik mainan
verba ekatransitif: verba transitif yang mengungkapkan hubungan antara dua maujud, misal;
a. Ann menyapu lantai.
b. Ia memperbaiki sepedanya
verba semitransitif: verba yang mengungkapkan peristiwa yang melibatkan dua maujud,
tetapi sudut pandang yang diungkapkan hanya satu, yaitu dengan berpijak pada sumber
peristiwa; kalimat aktifnya tidak dapat diungkapkan dalam bentuk kalimat pasif, misal:
a. Rayya menyerupai ibunya * Ibunya diserupai Rayya
b. Ayah Hermawan menjadi polisi * Polisi dijadi ayah Hermawan
verba taktransitif: verba yang tidak dapat berobjek atau tidak memerlukan pelengkap, misal;
a. Ia sedang duduk
b. Arman berjalan kaki ke toko buku
verba transitif: verba yang menyatakan peristiwa yang melibatkan dua atau tiga maujud,
masing-masing pada bentuk aktif dan pasif verbanya; misal;
Anak itu menghormati orang tuanya
Orang tua anak itu dihormati olehnya
velar: bunyi yang dihasilkan oleh belakang lidah sebagai artikulator dan langit-langit lembut
(velum) sebagai titik artikulasinya; yaitu fonem k, g, ng, kh.
velum: langit-langit lembut; nama alat ucap yang terdapat di dalam rongga mulut.
vocal chords: selaput suara, pita suara, yang terdapat pada bagian pangkal tenggorok.
vokal: bunyi yang dihasilkan tanpa mengalami rintangan; dalam bahasa Indonesia ada enam
vokal;
/i/, /e/, / /, /a/, /u/, dan /o/
vokal berdasarkan parameter depan-belakang lidah dibedakan menjadi:
1. vokal depan : /l/ dan /e/
2. vokal tengah : / / dan /a/
3. vokal belakang : /u/ dan /o/
W
wacana: rentetan kalimat yang berkaitan, yang menghubungkan proposisi yang satu dengan
proposisi yang lain yang membentuk kesatuan; apapun bentuknya, wacana mengandaikan
adanya penyapa dan pesapa.
wacana lisan: wacana yang terjadi karena penggunaan bahasa dalam komunikasi lisan yang
berbentuk percakapan; penyapanya ialah pembicara dan pesapanya ialah pendengar, misal;
tanya jawab antara pasien dengan dokter, polisi dengan tersangka, hakim dengan terdakwa,
pidato ceramah, dakwah, deklamasi, dan sebagainya.
wacana tulisan: wacana yang terjadi karena penggunaan bahasa dalam komunikasi yang
berwujud tulisan: penyapanya ialah penulis dan pesapanya adalah pembaca, misal;
polemik, surat-menyurat, iklan, undangan, makalah, esai, novel, dan sebagainya.
waktu:
- - - keterangan waktu.
- - - urutan waktu.
Z
zero: bentuk kosong, dilambangkan dengan tanda Ø, misal:
Ø + apa - - - apa
si + apa - - - siapa
meng + apa - - - mengapa