You are on page 1of 67

Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxp;;;;;;;;;;;;;;;;;;;

;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;

MAHKAMAH KONSTITUSI
REPUBLIK INDONESIA
---------------------

RISALAH SIDANG
PERKARA NOMOR 140/PUU-VII/2009

PERIHAL
PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1
TAHUN 1965 TENTANG PENYALAHGUNAAN
DAN/ATAU PENODAAN AGAMA
TERHADAP
UNDANG-UNDANG DASAR
NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

ACARA
MENDENGARKAN KETERANGAN
AHLI YANG DIHADIRKAN MK, SAKSI DARI
PEMOHON, AHLI DARI PEMERINTAH DAN PIHAK
TERKAIT
(VII)

JAKARTA
RABU, 3 MARET 2010
MAHKAMAH KONSTITUSI
REPUBLIK INDONESIA
--------------
RISALAH SIDANG
PERKARA NOMOR 140/PUU-VII/2009

PERIHAL

Pengujian Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1965 tentang


Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama terhadap Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

PEMOHON

Perkumpulan Inisiatif Masyarakat Partisipatif untuk Transisi Berkeadilan


(Imparsial) dkk.

ACARA

Mendengarkan Keterangan Ahli yang dihadirkan MK, Saksi dari Pemohon,


Ahli dari Pemerintah dan Pihak Terkait (VII)

Rabu, 3 Maret 2010, Pukul 10.00 – 15.35 WIB


Ruang Sidang Pleno Gedung Mahkamah Konstitusi RI,
Jl. Medan Merdeka Barat No. 6, Jakarta Pusat.

SUSUNAN PERSIDANGAN

1) Prof. Dr. Moh. Mahfud MD., S.H. (Ketua)


2) Prof. Dr. Achmad Sodiki, S.H. (Anggota)
3) Prof. Dr. Maria Farida Indrati, S.H., M.H. (Anggota)
4) Dr. H.M. Akil Mochtar, S.H., M.H. (Anggota)
5) Hamdan Zoelva, S.H., M.H. (Anggota)
6) Dr. Muhammad Alim, S.H., M.Hum. (Anggota)
7) Dr. H.M. Arsyad Sanusi, S.H., M.Hum. (Anggota)
8) Dr. Harjono, S.H., MCL. (Anggota)
9) Drs. Ahmad Fadlil Sumadi, S.H., M.Hum. (Anggota)

Fadzlun Budi SN, S.H., M.Hum. Panitera Pengganti

1
Pihak yang Hadir:

Pemohon:

- Muhammad Nur Khoiron (Desantara Foundation)


- Margaretha (Demos)

Kuasa Hukum Pemohon:

- Uli Parulian Sihombing, S.H., LL.M.


- Nurkholis Hidayat, S.H.
- Zainal Abidin, S.H.
- Siti Aminah, S.H.
- Judianto Simanjuntak, S.H.
- Muhammad Isnur, S.H.
- Vicky Silvanie, S.H.
- Adam. M. Pantauw, S.H.
- Putri Kanesia, S.H.
- M. Chairul Anam, S.H.

Saksi dari Pemohon:

- Sardy

Ahli yang dihadirkan MK

- Prof. Dr. Andi Hamzah


- Dr. Eddy O.S. Hiariej

Pemerintah:

- Prof. Dr. IBG. Yudha Triguna, MS. (Dirjen Bimas Hindu)


- Drs. Budi Setiawan, M. Sc. (Dirjen Bimas Budha)
- H. Mubarok (Kepala Biro Hukum Departemen Agama)
- Ahmad Johari (Direktur Penerangan dari Departeman Agama)
- Cholilah, S.H., M.H. (Direktur Litigasi Dephukham)
- Mashuri.
- Dr. Mualimin Abdi, S.H., M.H. (Kasubdit Dephukham untuk Penyiapan
dan Pendampingan Sidang MK)

Ahli dari Pemerintah:

- K.H. Hafidz Usman


- Philipus K. Wijaya

2
Pihak Terkait (PBNU):

- Asrul Sani

Pihak Terkait (Majelis Ulama Indonesia/MUI):

- Drs. H. Amidhan (Koordinator)


- H.M. Lutfi Hakim, S.H., M.H. (Anggota)
- Hj. Aisyah Amini, S.H., M.H. (Anggota)
- Wirawan Adnan (Anggota)

Ahli dari Pihak Terkait (Majelis Ulama Indonesia/MUI):

- Amin Djamaluddin

Kuasa Hukum Pihak Terkait PPP:

- Muhammad Naril Ilham, S.H.

Kuasa Hukum Pihak Terkait (Dewan Dakwah Islamiyah):

- Abdul Rahman Tardjo, S.H.


- Azham, S.H.

Pihak Terkait (Ittihadul Muballighin):

- Drs. H. Ningram Abdullah, M.Ag. (Sekretaris Jenderal)


- Ahmad Michdan, S.H. (Kuasa Hukum)

Pihak Terkait (Yayasan Irene Center):

- Hj. Irene Handoyo


- Hj. Navitri
- Sally Setianingsih
- Endar Kusuma

Kuasa Hukum Pihak Terkait (Yayasan Irene Center):

- Muhammad Ichsan, S.H., M.H.


- Akhmad Henry Setiawan, S.H., M.H.

Ahli dari Pihak Terkait (Yayasan Irene Center):

- K.H. Sulaiman Zachawerus


- Dra. Hj. Nurdiati Akma

3
Pihak Terkait (BASSRA):

- K.H. Nairul Rochman


- Dr. Eggy Sudjana, S.H., M.Si. (Kuasa Hukum)

Pihak Terkait (BKOK):

- Ir. Engkus Ruswana, M.M


- Arnold Panahal

Pihak Terkait (HPK):

- Aa. Sudirman
- Hadi Prajoko

Pihak Terkait (KWI):

- Rudi Pratikno

4
SIDANG DIBUKA PUKUL 10.00 WIB

1. KETUA : PROF. DR. MOH. MAHFUD MD., S.H.

Assalamualaikum wr. wb.


Sidang Pleno Mahkamah Konstitusi untuk mendengar keterangan
Saksi dan keterangan Ahli serta tangapan dari Pihak Terkait yaitu Irena
Center, Ittihadul Muballighin dan Bassra dalam Perkara Nomor 140/PUU-
VII/009 dinyatakan dibuka dan terbuka untuk umum.

KETUK PALU 3 X

Silakan Pemohon untuk memperkenalkan siapa yang hadir dan


dihadirkan. Anda mewakili yang lain saja, disebut satu-satu, tidak perlu
bicara sendiri-sendiri agar cepat, silakan.

2. KUASA HUKUM PEMOHON : ULI PARULIAN SIHOMBING, S.H.,


LL.M.

Selamat pagi Yang Mulia, selamat pagi hadirin sekalian.


Terima kasih. Pada hari ini kami dari Pemohon yang hadir adalah
Kuasa Hukum Pemohon, kemudian juga Pemohon Prinsipal dari Yayasan
Desantara diwakili oleh Direktur Eksekutifnya, Saudara Nur Khoiron yang
di sebelah kiri saya. kemudian ada juga Saksi Sardy, kemudian untuk
Saksi Korban, kemudian juga untuk Pemohon Prinsipal yang lain adalah
Demos yaitu Saudara Margaretha, yang sebelah kiri saya paling ujung,
Wakil Direktur Eksekutif Demos, kemudian untuk Ahli hari ini Prof.
Sutandyo Widyo Subroto itu kebetulan berhalangan karena mengajar di
UNDIP dia minta waktu minggu depan tanggal 10, Yang Mulia.
Untuk Kuasa Hukum saya sendiri Uli Parulian Sihombing, di
sebelah kiri saya, M. Choirul Anam, kemudian ini Nurkholis, kemudian
Zainal Abidin di sebelah kanannya, yang paling belakang ini Adam M.
Pantauw, kemudian di sampingnya Putri Kanesia, kemudian Vicky,
kemudian Muhammad Isnur, kemudian Judianto Simanjuntak dan yang
terakhir Siti Aminah.
Itu saja Yang Mulia, terima kasih.

3. KETUA : PROF. DR. MOH. MAHFUD MD., S.H.

Pemerintah, silakan.

5
4. PEMERINTAH : DR. MUALIMIN ABDI, S.H., M.H. (KABAG
PENYAJIAN DAN PENYIAPAN KETERANGAN PEMERINTAH PADA
SIDANG MK)

Terima kasih, Yang Mulia.


Assalamualaikum wr. wb. Selamat pagi, salam sejahtera untuk
kita semua. Dari Pemerintah dalam perjalanan Pak Menteri Agama
Suryadharma Ali, Kemudian ada Pak Yuda Triguna dari Dirjen Indung,
kemudian ada Pak Mubarok…, Pak Budi Setiawan, ya terima kasih.
Selamat datang, Bapak. Dirjen Budha, kemudian ada Pak Mubarok,
Kepala Biro Hukum Departeman Agama, kemudian ada Pak Ahmad
Johari Direktur Penerangan dari Departeman Agama, kemudian ada Pak
Mashuri, kemudian ada Ibu Cholilah dari Direktorat Litigasi Perundang-
undangan, kemudian saya sendiri Mualimin Abdi.
Kemudian Yang Mulia, Pemerintah juga menghadirkan Ahli, yang
sekarang hadir ada dua yaitu Pak K.H. Hafidz Usman dan Pak Philip K.
Wijaya. Jadi nanti yang sesuai daftar kemungkinan akan kita susulkan
atau untuk minggu depan, Yang Mulia.
Terima kasih.

5. KETUA : PROF. DR. MOH. MAHFUD MD., S.H.

Pihak Terkait, Ittihadul Muballighin.

6. PIHAK TERKAIT(ITTIHADUL MUBALLIGHIN) : DRS. H. NINGRAM


ABDULLAH, M. AG.

Assalamualaikum wr. wb.


Dari Ittihadul Muballighin, kami nama Ningram Abdullah dengan
penasihat hukum Bapak Ahmad Michdan.
Terima kasih,
Wassalamualaikum wr. wb.

7. KETUA : PROF. DR. MOH. MAHFUD MD., S.H.

Baik berikutnya dari Yayasan Irena Center.

8. KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT (YAYASAN IRENE CENTER) :


MUHAMMAD ICHSAN, S.H., M.H.

Terima kasih, Yang Mulia.


Assalamualaikum wr. wb.
Kami hadir lengkap, yang sebelah kanan saya Hj. Irene Handoyo
pendiri Yayasan Irene Center. Kemudian ketuanya Ibu Hj. Navitri,
kemudian ada dua orang pengurus lainnya Sally Setianingsih dan Endar
Kusuma di belakang. Kemudian kami menghadirkan 2 Ahli, yang sebelah

6
kiri saya K.H. Sulaiman Zachawerus dan kemudian Ahli yang satu lagi
Dra. Hj. Nurdiati Akma. Sementara saya Kuasa Muhammad Ichsan.
Ya, terima kasih.

9. KETUA : PROF. DR. MOH. MAHFUD MD., S.H.

Bassra.

10. PIHAK TERKAIT (BASSRA) : K.H. NAIRUL ROCHMAN

Assalamualaikum wr.wb.
Bapak Majelis yang saya muliakan, saya dari Badan Silaturahmi
Ulama Pesantren Madura, nama saya K.H. Nairul Rochman dan Kuasa
Hukum dari kami adalah Bapak Eggy Sudjana, terima kasih.
Assalamualaikum wr. wb.

11. KETUA : PROF. DR. MOH. MAHFUD MD., S.H.

Dari NU?

12. PIHAK TERKAIT (PBNU) : ASRUL SANI

Terima kasih, Yang Mulia.


Assalamualaikum wr. wb.
Saya Asrul Sani, mewakili Pengurus Besar Nadhatul Ulama, terima
kasih.

13. KETUA : PROF. DR. MOH. MAHFUD MD., S.H.

Majelis Ulama Indonesia, silakan.

14. PIHAK TERKAIT (MUI) : M. LUTFI HAKIM, S.H., M.H.

Terima kasih, Yang Mulia.


Dari Majelis Ulama hadir di sini Koordinator Bapak Amidhan,
kemudian saya anggota, M. Lutfi Hakim, dan anggota lagi ada di
belakang Ibu Aisyah Amini, serta kami akan hadirkan Saksi pada pagi
hari ini yaitu Bapak Amin Djamaluddin.
Terima kasih.

15. KETUA : PROF. DR. MOH. MAHFUD MD., S.H.

Bapak Amin Djamaluddin, ya? Oke, sebentar.


Dewan Da’wah, silakan.

7
16. IKUASA HUKUM PIHAK TERKAIT (DEWAN DAKWAH
ISLAMIYAH) : ABDUL RAHMAN TARDJO, S.H., M.H.

Assalamualaikum wr. wb.


Hadir di Dewan Da’wah, saya Kuasa Hukum, Abdul Rahman
Tardjo, dan di sebelah saya Pak Azam, hadir juga beberapa Pengurus
Dewan Da’wah berada di belakang.
Terima kasih.
Wassalamualaikum wr. wb.

17. KETUA : PROF. DR. MOH. MAHFUD MD., S.H.

Oke.
Sudah lengkap, ya?
Darimana, Pak?

18. KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT (PPP) : M. NARIL ILHAM

Terima kasih, Yang Mulia.


Saya Muhammad Naril Ilham dari Partai Persatuan Pembangunan,
Kuasa Hukum, terima kasih.

19. KETUA : PROF. DR. MOH. MAHFUD MD., S.H.

Baik. Silakan ini Ahli yang didatangkan oleh Mahkamah Konstitusi


memperkenalkan satu-satu, Prof. Andi Hamzah, sudah kenal tapi perlu
memperkenalkan diri juga, Pak.

20. AHLI (YANG DIHADIRKAN MK) : PROF. DR. ANDI HAMZAH

Assalamualaikum wr. wb.


Nama saya Andi Hamzah, lahir di Senkang 14 Juni 1933. Saya
menjabat Jaksa 1 Mei 1954 sampai 1994, sesudah itu menjadi Guru
Besar Universitas Trisakti sampai sekarang sejak pensiun 1994 sampai
sekarang. Sekarang juga saya menjadi Tim Pakar Departemen
Pertahanan, Anggota Balai Pertimbangan Pemasyarakatan dan juga
Anggota Penyusun KUHP dan Ketua Penyusun KUHAP.
Sekian, terima kasih.

21. KETUA : PROF. DR. MOH. MAHFUD MD., S.H.

Dr. Eddy Hiariej.

8
22. AHLI (YANG DIHADIRKAN MK) : DR. EDDY O.S. HIARIEJ, S.H.,
M.H.

Assalamualaikum wr. wb.,


Salam sejahtera dan selamat pagi, perkenalkan saya Eddy OS
Hiariej, staf pengajar Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, terima
kasih.

23. KETUA : PROF. DR. MOH. MAHFUD MD., S.H.

Baik, mari kita memulai pada (…,)

24. KUASA HUKUM PEMOHON : ULI PARULIAN SIHOMBING, S.H.,


LL.M.

Maaf Yang Mulia, ada para pihak yang juga belum


memperkenalkan diri dari yang lain.

25. KETUA : PROF. DR. MOH. MAHFUD MD., S.H.

Darimana? Dipersilakan.
Ada yang belum dipersilakan?

26. PIHAK TERKAIT (BKOK) : IR. ENGKUS RUSWANA, M.M.

Terima kasih, Yang Mulia.


Kami dari BKOK.

27. KETUA : PROF. DR. MOH. MAHFUD MD., S.H.

Oh BKOK, ya.

28. KETUA : PROF. DR. MOH. MAHFUD MD., S.H.

Baik, ada lagi?

29. PIHAK TERKAIT(HPK) : SUDIRMAN

Rahayu.
Saya Sudirman dari Himpunan Penghayat Kepercayaan bersama
Mas Hadi Prajoko terima kasih
Rahayu.

30. KETUA : PROF. DR. MOH. MAHFUD MD., S.H.

Baik, masih ada lagi?

9
31. PIHAK TERKAIT (KWI) : RUDI PRATIKNO

Terima kasih, Yang Mulia


Saya Rudi Pratikno mewakili dari KWI, terima kasih.

32. KETUA : PROF. DR. MOH. MAHFUD MD., S.H.

Baik, KWI, ya.


Baik, jadi pagi ini kita akan mendengarkan Ahli dan Saksi. Lalu
nanti setelah Sholat Dzuhur, Pihak Terkait. Nah, Ahli dan Saksi kalau
tidak terselesaikan pagi ini kita sambung nanti sedikit sesudah habis
Sholat Dzuhur. Nah, untuk itu dimohon Saksi Sardy supaya maju untuk
mengambil sumpah dulu. Yang saksi satunya Amin Djamaluddin mana?
Tadi menghadirkan Saksi?

33. PIHAK TERKAIT (MUI) : M. LUTFI HAKIM, S.H., M.H.

Maaf, Yang Mulia, masih dalam perjalanan.


Terima kasih.

34. KETUA : PROF. DR. MOH. MAHFUD MD., S.H.

Oh ya. Baik, Saudara Sardy, Saudara Penghayat Kepercayaan mau


bersumpah dengan apa?

35. SAKSI DARI PEMOHON : SARDY

Pancasila.

36. KETUA : PROF. DR. MOH. MAHFUD MD., S.H.

Tidak ada sumpah Pancasila. Berjanji saja, ya? Oke, silakan Pak
Harjono, ini Saksi.

37. HAKIM ANGGOTA : DR. HARJONO, S.H., MCL.

Cukup dengan mengatakan saya berjanji. Sampaikan, ya.


“Saya berjanji akan menerangkan yang sebenarnya tidak lain dari
yang sebenarnya”. Terima kasih.

38. SAKSI DARI PEMOHON : SARDY

“Saya berjanji akan menerangkan yang sebenarnya tidak lain dari


yang sebenarnya”.

10
39. KETUA : PROF. DR. MOH. MAHFUD MD., S.H.

Silakan duduk. Kemudian sekarang para Ahli yang beragama


Islam dahulu, K.H. Hafidz Usman, mohon maju. Kemudian Dr. Edward
Hiariej, kemudian Prof. Andi Hamzah, kemudian K.H. Sulaiman
Zachawerus. Ini saja saya kira, apa ada lagi Ahli yang sekarang di
datangkan?

40. KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT (YAYASAN IRENE CENTER) :


MUHAMMAD ICHSAN, S.H., M.H.

Mohon maaf, Yang Mulia, Ahli kami ada satu lagi, Dra. Hj. Nurdiati
Akma.

41. KETUA : PROF. DR. MOH. MAHFUD MD., S.H.

Ya, silakan. Ini Ahli apa Saksi? Nurdiati ini Ahli apa Saksi?

42. KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT (YAYASAN IRENE CENTER) :


MUHAMMAD ICHSAN, S.H., M.H.

Ahli, Yang Mulia.

43. KETUA : PROF. DR. MOH. MAHFUD MD., S.H.

Terus maju, sini, kalau Ahli. Ahli beneran, ya? Masih ada lagi yang
belum dipanggil? Baik, ada lima.
Pak Fadlil.

44. HAKIM ANGGOTA : DRS. AHMAD FADLIL SUMADI, S.H., M.HUM.

Untuk pengucapan sumpah, ikuti kata yang saya pandukan.


“Bismillahirrahmanirrahiim, demi Allah saya bersumpah, sebagai
Ahli akan memberikan keterangan yang sebenarnya, sesuai dengan
keahlian saya.
Terima kasih, cukup.

45. AHLI-AHLI:

“Bismillahirrahmanirrahiim, demi Allah saya bersumpah, sebagai


Ahli akan memberikan keterangan yang sebenarnya, sesuai dengan
keahlian saya”.

11
46. KETUA : PROF. DR. MOH. MAHFUD MD., S.H.

Silakan duduk kembali. Baik, akan lebih efektif penggunaan


waktu, jadi semua Saksi dan Ahli ini kita dengarkan dulu semuanya, baru
nanti tanya jawab. Karena kalau selesai satu tanya, selesai satu tanya,
bisa seperti kemarin, dua orang saja habis waktu dua setengah jam.
Sekarang semuanya, lalu nanti tanya silang, toh sebenarnya banyak
substansi yang sama. Nah, untuk itu saya persilakan dulu Saudara Sardy
sebagi Saksi.

47. SAKSI DARI PEMOHON : SARDY

Terima kasih, selamat pagi, Salam Rahayu.


Yang Mulia, mendengarkanlah kami seorang penghayat yang
gagal menjadi tentara. Gara-gara jadi penghayat, saya sebagai
penghayat kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa tidak bisa
mendaftarkan jadi tentara, waktu itu ABRI.
Majelis sidang yang mulia.
Perkenankanlah saya, nama Sardy, umur 35 tahun, alamat Bojong
Menteng, RW 5, RT 5 Kelurahan Bojong Menteng, Rawa Lumbu, Bekasi.
Untuk menceritakan pengalaman pribadi saya mengenai kegagalan
menjadi calon ABRI akibat identitas saya sebagai penghayat
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dengan kornologi sebagai
berikut, sejak kecil saya bercita-cita jadi ABRI yang sekarang namanya
TNI. Untuk itu saya rajin berolah raga terutama olah raga lari, lari
siangpun saya lakoni agar fisik saya kuat dan belajar dengan tekun agar
bekal pendidikan saya cukup untuk melamar jadi calon ABRI.
Ketika saya lulus SMA, ketika saya di SMA untuk jurusan yang
berkaitan dengan pendaftaran ABRI, sudah saya siapkan yaitu A2
biologi, karena waktu itu ABRI itu menerima cuma A1 dan A2. Ketika
saya lulus SMA pada tanggal 28 Mei 1994, cita-cita saya untuk jadi ABRI
ingin segera saya wujudkan. Ketika ada pengumuman untuk pendaftaran
calon ABRI maka segera saya mencari informasi dan mengurus segala
persyaratan yang dibutuhkan untuk menjadi calon ABRI.
Ketika saya mengurus surat kelakuan baik yang menjadi salah
satu syarat untuk melamar calon ABRI surat dari RT, RW, dan Desa
waktu itu, yang sekarang sudah menjadi kelurahan, lancar tidak ada
masalah apa-apa. Kemudian saya mendatangi Kantor Koramil yaitu
Kantor Koramil Bantar Gebang, saya diberikan surat rekomendasi untuk
melanjutkan ke Polsek Bantar Gebang, Bekasi. Selanjutnya saya
mengajukan berkas persyaratan untuk kelakukan baik ke Kantor Polsek
Bantar Gebang karena untuk mendaftarkan calon ABRI menurut staf sipil
pembuat kelakukan baik yang berhak mengeluarkan adalah Polres Bekasi
dan selanjutnya staf sipil membuatkan surat pengantar lengkap dengan
stempel Polsek untuk ke Polres Bekasi.

12
Selanjutnya berkas pengajuan kelakukan baik yang saya
masukkan ke bagian pembuatan surat kelakuan baik di Kantor Polres
Bekasi ketika sedang antri saya dipanggil ke dalam oleh petugas sipil
Polres dan beliau mengatakan bahwa orang penghayat itu tidak bisa jadi
calon ABRI. Dan beliau menyarankan agar identitas agama saya
dirubah. Kemudian semua berkas dikembalikan kepada saya. Karena
besarnya keinginan saya menjadi ABRI, walaupun dengan berat hati
selanjutnya saya mengurus perubahan identitas saya dalam KTP di Desa
atau Kelurahan dan Kecamatan menjadi pemeluk salah satu agama.
Beberapa hari kemudian setelah selesai merubah identitas, berkas
itu saya ajukan lagi, dan saya masukkan ke loket pembuatan kelakukan
baik. Dalam suasana mengantri saya dipanggil kembali untuk masuk ke
dalam ruangan. Setelah di dalam saya di jemput polisi yang berpakaian
seragam dan di bawa ke ruangan penyidik, di sana saya diinterogasi
tentang semua kegiatan Penghayat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang
Maha Esa. Saya jelaskan dengan panjang lebar, ketika polisi itu
menanyakan keberadaan orang penghayat di Bekasi, saya menjawab di
Bekasi Penghayat Terhadap Tuhan Yang Maha Esa sudah ada
pengurusnya dari Desa, Kecamatan sampai Kabupaten/Kota. “Kalau
Bapak masih menanyakan kepada saya, kenapa Bapak seorang polisi
setahu saya polisi itu sangat dekat dengan masyarakat, kalau Bapak
tidak tahu keberadaan orang penghayat di Bekasi kalau begitu Bapak
kurang informasi”. Polisi itu marah dan memukul saya, kepala saya, yang
tepat di telinga kanan saya menggunakan berkas pengajuan kelakuan
baik saya.
Setelah melakukan pemukulan itu polisi itu meninggalkan saya
sendiri di ruangan. Beberapa menit kemudian polisi itu kembali menemui
saya dan membawa saya ke suatu ruangan, mungkin itu ruangan
atasannya karena di sana ada seseorang yang berpakaian safari. Di sana
saya ditanya dengan pertanyaan yang sama, tetapi kali ini saya tidak
menjawab atau tidak mengatakan Bapak kurang informasi, saya takut
kena pukul yang kedua kalinya. Kemudian polisi itu menelpon, tidak tahu
saya, nelpon kemana, yang jelas mungkin ke Kodam Jaya atau ke Mabes
Polri. Setelah telepon itu di tutup polisi itu mengatakan, “Penghayat
Kepercayaan Tehadap Tuhan Yang Maha Esa tidak bisa mendaftar calon
ABRI dan kalau pun dipaksakan percuma hanya untuk membuang-buang
uang”.
Selanjutnya saya pulang tetapi tidak ke rumah melainkan ke
rumah pengurus penghayat yang ada di Bekasi, tempat tinggal di
Kampung Melayu Jakarta Timur, untuk mendapatkan kejelasan mengapa
orang Pengayat Terhadap Tuhan Yang Maha Esa tidak bisa
mendaftarkan calon ABRI. Setalah sesampainya di rumah beliau saya
langsung mengatakannya, menanyakannya, beliau mengatakan, “Yang
sabar, kita sedang berjuang, memang orang Penghayat Kepercayaan
Terhadap Tuhan Yang Maha Esa selalu didiskriminasikan tetapi untuk
bela negara berbakti kepada nusa dan bangsa bukan jadi ABRI saja,

13
masih banyak menurut ajaran leluhur kita Indonesia”, beliau menasehati
saya. Saya berpikir tidak bisa begitu karena cita-cita datang dari hati
yang sangat dalam dan saya pun pamitan untuk pulang.
Dalam perjalanan pulang saya sangat kecewa sekali. Sesampainya
di Bekasi saya istirahat untuk menghilangkan lelah di pintu air Bekasi. Di
sana saya merenung dan teringat waktu libur semester saya, kala itu
saya aktif di organisasi pencinta alam sekolah. Kami membuat acara
pendakian, pendakian gunung di Serang Banten. Di sana tidak
menemukan gunung yang tinggi, tetapi di sana saya menemui suku
pedalaman yang tinggal di tiga bukit, namanya Suku Baduy. Saya
sempat berbincang-bincang dengan mereka. Bahasa yang mereka
gunakan Bahasa Sunda.
Saya bertanya kepada mereka, agama apa yang mereka anut?
Mereka menjawab Sunda Wiwitan. Yang sangat mengherankan bagi saya
di sana tidak ada satupun anak Suku Baduy yang sekolah, dan saya pun
kembali bertanya “Kenapa anak-anak Bapak Ibu tidak ada yang
sekolah?” Ada satu orang yang menjawab, “kami dengan bercocok
tanam, sandang pangan sudah tercukupi, kami tidak mau yang
berlebihan dan kami sambil menjalankan ajaran leluhur kami yaitu
kerukunan hidup, kalau anak-anak kami sekolah pasti bisa pintar, cerdas,
tambah wawasan dan pasti punya cita-cita, kalau cita-cita anak saya,
pemerintah bisa menyalurkan atau melayani, kalau tidak, akan sakit hati
kepada pemerintah, sementara ini pemerintah tidak mau memberikan
kebebasan kepada kaum adat, Penghayat Kepercayaan Terhadap Tuhan
Yang Maha Esa dan sebagainya”.
Ternyata pembicaraan orang Badui waktu itu betul juga. Dengan
emosi, saya, tas, dan isinya, berkas kelakuan baik yang tidak jadi dan
ijazah SMA asli saya, saya lemparkan ke Kalimalang, pintu air Bekasi.
Jadi sia-sia pengorbanan saya sekolah selama 12 tahun, karena dengan
kecewanya saya. Hampir selama 5 tahun saya mengalami kegoncangan
kekecewaaan, sangat berat, dan tidak mengerti kenapa orang Penghayat
Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang menjalankan ajaran
leluhur bangsa sendiri dan memegang teguh nilai-nilai Pancasila, yang
mengajarkan kedamaian dan kerukunan hidup tidak bisa mengabdikan
diri untuk bela negara menjadi ABRI. Bukankah kami juga warga negara,
Pak? Tapi kenapa kami sebagai penghayat kepercayaan selalu
didiskriminasikan?
Majelis Hakim yang mulia, pengalaman ini sangat membawa
trauma terhadap diri saya, apalagi anak-anak saya sekarang sudah
mengatakan bercita-cita menjadi TNI. Yang takut, saya takut akan
nantinya akan menghadapi kekecewaan yang sama seperti saya. Sudah
saya kasih pilihan, mau jadi pengacara, mau jadi insinyur, tetapi tetap
anak saya memilih untuk menjadi TNI.
Demikian pengalaman saya sebagai korban perlakuan
diskriminasi, karena sebagai Penghayat Kepercayaan Terhadap Tuhan
Yang Maha Esa. Semoga Majelis Hakim yang mulia dalam menentukan

14
keputusan nanti, Majelis Hakim dalam keadaan sehat, sehat lahir, dan
sehat batin. Sehat lahir kecukupan sandang, pangan, dan papan. Sehat
batin mempunyai tenggang rasa. Semoga Majelis Hakim dalam keadaan
baik, bijak, dan bajik, lahir tidak bohong, dan tidak dusta, batin tulus dan
jujur. Semoga Majelis Hakim dalam keadaan benar, benar lahir, tahu hak
dan kewajiban, benar batin mempunyai harga diri. Semoga Majelis
Hakim dalam keadaan pintar, pintar lahir nyata, dalam tekad ucap dan
lampah yang baik, pintar batin, panutannya semua hidup. Semoga
Majelis Hakim dalam keadaan selamat, selamat lahir, tidak melakukan
perbuatannya yang mencelakaan orang lain, selamat batin hidup sebagai
kawula gusti yang kumawula kepada gustinya.
Semoga pengalaman saya ini dapat menjadi bahan pertimbangan
majelis Hakim Mahkamah Konstitusi yang mulia dalam menentukan
keputusan yang seadil-adilnya mengenai Undang-Undang Nomor
1/PNPS/1965 yang sangat tidak sesuai dengan Pembukaan Undang-
Undang Dasar RI Tahun 1945 tentang kecerdasan bangsa alenia
keempat yang berbunyi, “kemudian daripada itu, untuk membentuk
suatu pemerintahan negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
dan mencerdaskan umum, mencerdaskan bangsa, untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan seterusnya...”.
Terima kasih, Rahayu, Rahayu.

48. KETUA : PROF. DR. MOH. MAHFUD MD., S.H.

Saudara Sardy belum menyerahkan CV ke sini, ya, riwayat hidup?


Saudara usianya berapa sekarang?

49. SAKSI DARI PEMOHON : SARDY

Umur saya 35 tahun.

50. KETUA : PROF. DR. MOH. MAHFUD MD., S.H.

35 ya, oke. Nanti identitas yang agak lengkap diserahkan ke PP


ya. Baik (…)

51. PIHAK TERKAIT (MUI) : M. LUTFI HAKIM, S.H., M.H.

Maaf Yang Mulia, melaporkan dari MUI, Saksi dari MUI telah hadir
di persidangan. Terima kasih.

15
52. KETUA : PROF. DR. MOH. MAHFUD MD., S.H.

Ya, baik. Saya minta Ahli maju dulu, Bapak Philipus K. Wijya tadi
belum diambil sumpah. Silakan Bapak maju. Rohaniawan ini…, silakan
Rohaniawan ini …, beragama Budha, Bapak ya, silakan.
Bu Maria, ini Ahli dari Pemerintah.

53. HAKIM ANGGOTA: PROF. DR. MARIA FARIDA INDRATI, S.H.,


M.H.

Ucapkan lafal janji yang saya ucapkan.


Namu sakya muni budaya, demi Yang Budha saya bersumpah
sebagai Ahli akan memberikan keterangan yang sebenarnya sesuai
dengan keahlian saya, sadu sadu sadu.”

54. AHLI DARI PEMERINTAH : PHILIPUS K. WIJAYA

Namu sakya muni budaya, demi Yang Budha saya bersumpah


sebagai Ahli akan memberikan keterangan yang sebenarnya sesuai
dengan keahlian saya, sadu sadu sadu.”

55. KETUA : PROF. DR. MOH. MAHFUD MD., S.H.

Silakan kembali, Bapak.


Mana yang dari Majelis Ulama? Maju, Pak. Namanya siapa?

56. PIHAK TERKAIT (MUI) : M. LUTFI HAKIM, S.H., M.H.

Pak Amin Djamaluddin.

57. KETUA : PROF. DR. MOH. MAHFUD MD., S.H.

Amin Djamaluddin, oke silakan Pak Amin Djamaluddin.


Pak Akil, disumpah Bapak.

58. HAKIM ANGGOTA : DR. H.M. AKIL MOCHTAR, S.H., M.H.

Baik Saudara Saksi, ikuti lafal sumpah yang saya ucapkan.


Bismillahirrahmanirrahim, demi Allah saya bersumpah, akan
menerangkan yang sebenarnya, tidak lain dari sebenarnya.

59. AHLI DARI MUI : AMIN DJAMALUDDIN

Bismillahirrahmanirrahim, demi Allah saya bersumpah, akan


menerangkan yang sebenarnya, tidak lain dari sebenarnya.

16
60. KETUA : PROF. DR. MOH. MAHFUD MD., S.H.

Silakan kembali ke tempat, Bapak.


Sekarang kita dengarkan dulu keterangan Ahli Prof. Andi Hamzah.
Boleh ke podium, Bapak. Tetapi boleh juga duduk.

61. AHLI (YANG DIHADIRKAN MK) : PROF. DR. ANDI HAMZAH

Yang Mulia Majelis Hakim, pertama saya kemukakan di sini bahwa


saya akan memberikan keterangan sesuai keahlian saya, jadi dari sudut
hukum pidana khususnya berkaitan dengan Penetapan Presiden Republik
Indonesia Nomor 1/PNPS/1965 ini, jadi ada kaitannya dengan rumusan
delik di dalam hukum pidana. Jadi tentu di sini agak bersifat teknis
yuridis.
Setelah saya membaca kira-kira 20 KUHP negara-negara asing,
bahkan telah menerjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, maka saya
menarik kesimpulan bahwa pada umumnya ada delik-delik atau tindak
pidana yang bersifat netral, artinya sama saja seluruh dunia itu,
pencurian, perkosaan, pembunuhan, pemalsuan surat, penghinaan,
semua ada di dalam KUHP di negara manapun juga. Mungkin ancaman
pidananya agak sedikit berbeda, misalnya pencurian di sini 5 tahun, di
Belanda 4 tahun di Pakistan 3 tahun. Tetapi semua sama saja. Jadi
dalam masalah ini tidak ada masalah kolonial atau tidak kolonial. Jadi
waktu menyusun KUHP, Rancangan KUHP, saya anggota, saya ditugasi
menyusun delik lingkungan hidup dengan mentah-mentah saya salin dari
KUHP Belanda saja, karena sama saja.
Ada 3 hal menurut saya yang tidak netral, artinya setiap negara
mungkin berbeda, dan kenyataannya juga berbeda, tidak netral, jadi
dalam hal ini mesti hati-hati:
Yang pertama, Delik Kesusilaan, itu akan berbeda antar negara.
Jadi di Belanda misalnya, Jepang, Perancis dan lain-lain itu makin hari
makin lunak delik kesusilaan itu. Sedangkan Indonesia semakin hari
semakin kencang dengan dikeluarkannya Undang-Undang Pornografi
misalnya itu.
Yang kedua, Delik Agama, ini juga tidak netral. Jadi Indonesia ini
dengan…, tentu seperti Pempres ini dengan keras mengatur tentang
delik agama. Ada negara yang tidak memidana orang yang menghina
agama, seperti RRC, jadi orang bisa berteriak di Tiananmen menghina
agama apapun tidak dipidana. Sedangkan di sini agak keras. Sedangkan
ada yang sedang, seperti Belanda, ternyata kawan saya ada, di bawah
KUHP baru dari Belanda, ada delik, ada agama di sana, menghalangi
pemujaan agama dan sebagainya, ada di Belanda. Ternyata ada tiga
pasal yang juga ada dalam Rancangan KUHP. Jadi andaikata Rancangan
KUHP yang sudah 28 tahun, tidak ada negara di dunia membuat
Rancangan KUHP demikian lama tidak keluar-keluar. Andaikata itu sudah
berlaku tidak ada masalah ini, karena di sana sudah diatur 3 pasal kalau

17
tidak salah, mengenai penodaan agama. Mirip-mirip dengan…, ternyata
mirip-mirip dengan yang sudah diatur di KUHP Belanda yang baru.
Jadi, yang ketiga, tidak netral ideologi, delik ideologi. Hampir
semua negara tidak mengatur delik ideologi. Apa mau faham apa
terserahlah, tidak dipidana, karena prinsip nya pikiran orang tidak bisa
dipidana. Hanya dua negara yang mengatur delik ideologi, yang justru
saling hitam putih, yaitu RRC. RRC delik yang terberat adalah
merongrong komunisme, marxisme, leninisme, maoisme itu. Merongrong
komunisme adalah tindak pidana paling berat di RRC. Terbalik Indonesia,
tahun 1998 dimasukkan dalam KUHP larangan penyebaran komunisme,
marxisme dan segala bentuknya. Pasti terbalik, hitam-putih. Itu dua
negara, yang menganut, yang mencantumkan ideologi. Kabarnya juga
Jerman sebenarnya melarang nazisme. Jadi itu tiga negara…, yang tidak
netral.
Kemudian, cara merumuskan delik ini, bahwa kita KUHP Indonesia
mengikuti Belanda, mengikuti Perancis, bahwa KUHP Indonesia itu
rumusan deliknya harus sesuai dengan asas legalitas. Jadi, nullum
delictum nulla poena sine praevia lege poenali, harus ada undang-
undang pidana, perundang-undangan pidana yang ada sebelumnya
perbuatan, baru orang dapat dipidana. Perundang-undangan pidana,
wettelijke strafbepaling, jadi Perda boleh, orang bisa dipidana dengan
Perda, karena memakai istilah wettelijke strafbepaling, ketentuan
perundang-undangan pidana. Lain kalau KUHAP, KUHAP itu haas wet,
harus dengan undang-undang. Jadi orang yang ditangkap, ditahan dan
seterusnya harus dengan undang-undang. Tidak boleh dengan Perda.
Kemudian, ternyata bahwa asas legalitas nullum delictum itu
dianggap kurang memadai. Karena apa gunanya ada undang-undang
sebelumnya, tapi undang-undang karet. Undang-undang karet, semua
orang bisa menafsirkan semaunya undang-undang tersebut. Jadi sudah
ada undang-undang sebelumnya, tapi bersifat karet, itu percuma, maka
muncul rumus baru yaitu nullum crimen sine lege scripta, tidak ada delik
tindak pidana tanpa ada undang-undang yang ketat sebelumnya. Nullum
crimen sine lege strigta, Bahasa Belandanya geen delict zonder een
preciese wettelijk bepaling, harus ada undang-undang persis tidak boleh
ditafsirkan menjadi karet.
Itulah dianut di dalam KUHP Indonesia karena mengikuti Belanda,
sehingga kalau teliti membaca KUHP Indonesia itu, semua definisi itu,
kecuali satu, ‘penganiayaan’. ‘Mencuri’ definisi, “mengambil suatu barang
kepunyaan orang lain, de maksud memilikinya dengan melawan hukum”.
Di luar itu bukan pencurian. Lain misalnya dengan Malaysia yang tidak
menganut scripta itu, “barang siapa mencuri barang orang lain”, begitu
saja. Jadi, mencuri barang orang lain di Malaysia, kembalikan lagi
dihukum, mencuri. Indonesia tidak, jadi kalau saya, ada orang memakai
barang orang, mobil, keliling-keliling untuk coba-coba baru kembali ke
garasi, tidak mungkin dihukum pencurian karena tidak memenuhi
definisi, “maksud memilikinya”. Kecuali penganiayaan tadi, karena tidak

18
mungkin orang membuat definisi penganiayaan, karena ratusan, ribuan
cara untuk menganiaya orang.
Oleh karena itu, kita Indonesia ini sudah melenceng dari itu,
karena terlalu banyak membuat undang-undang di luar KUHP yang
ternyata banyak bukan definisi, tidak definisi, remang-remang. Dan ini
perundang-undangan di luar KUHP, ada dua macam yaitu Undang-
undang pidana, memang undang-undang pidana, tindak pidana
ekonomi, tindak pidana korupsi, money laundering, Pengadilan HAM,
kekerasan rumah tangga, pornografi, itu memang Undang-undang
Pidana.
Tetapi di samping itu ada Perundang-undangan Administrasi yang
bersanksi pidana. Perundangan Administrasi yang bersanksi pidana
ukurannya itu tidak boleh mencantumkan pidana berat, jadi maksimum
kurungan 1 tahun atau denda sekian. Karena maksud itu, itu disebut
ordening strafrecht hukum pidana pemerintahan, bukan untuk
menghukum orang benar-benar, hanya untuk menakut-nakuti, menaati
ketentuan administrasi itu. Lain dari Undang-Undang Pidana. Maka itu di
Belanda kalau orang mau dihukum lebih dari 1 tahun harus dibuat baju
Undang-Undang Pidana atau masukkan KUHP, yang di Belanda cuma
satu Undang-Undang di luar KUHP yaitu Undang-Undang Tindak Pidana
Ekonomi. Jadi, semua masuk KUHP, money laundering masuk,
Penodaan Agama masuk, semua masuk KUHP. Yang Perundangan
Administrasi bersanksi pidana ini tidak boleh lebih pidananya dari 1
tahun kurungan, ini kita langgar.
Banyak sekali Perundang-undangan Administrasi Indonesia
menghukum dan mengancam pidana berat sekali. Jadi Undang-Undang
Kehutanan itu Perundang-undangan Administrasi pidananya 10 tahun,
karena itu sudah menyalahi, harus membuat Undang-Undang Tindak
Pidana Kehutanan. Undang-Undang Narkotika, pidana mati, padahal
Undang-Undang Administrasi itu cara mendatangkan narkoba,
mendistribusi narkotika pidananya mati, harus membuat Undang-Undang
Tindak Pidana Narkotika atau masukkan dalam KUHP .
Inilah menjadi kesulitan dan dikaitkan dengan Pempres ini
ternyata dua- duanya ada, jadi ada ketentuan di sini Perundang-
undangan Administrasi yaitu Pasal 1, “Setiap orang dilarang dengan
sengaja di muka umum menceritakan, mengajurkan atau
mengusahakan dukungan umum untuk melakukan penafsiran tentang
sesuatu agama yang dianut di Indonesia atau melakukan kegiatan-
kegiatan keagamaan yang menyerupai kegiatan keagamaan dari agama
itu penafsiran tentang kegiatan mana menyimpang dari pokok-pokok
agama itu”, tidak ada sanksi kan? Lalu Pasal 2, “Barang siapa yang
melanggar ketentuan tersebut pada Pasal 1 diberi perintah peringatan
keras untuk menghentikan perbuatan itu”. Jadi teguran dari Menteri
Agama, Menteri Jaksa Agung, Menteri Dalam Negeri.
Ketentuan ini saya tau betul, kenapa? Ini rancangan ini di buat
oleh Kejaksaan Agung, waktu saya masih jaksa, jadi saya tahu betul, jadi

19
ceritanya Jaksa Agung Gunawan waktu itu ketakutan ada isu dia mau
disantet orang, maka itu dia membuat ini, larangan kepercayaan agama
takut di santet. Lalu di Kejaksaan Agung dibentuklah PAKEM (Pengawas
Aliran Kepercayaan dalam Masyarakat). Lalu di ayat (2) di sini, “Apabila
pelanggaran tersebut dalam ayat (1) dilakukan oleh organisasi atau
sesuatu aliran kepercayaan maka Presiden Republik Indonesia dapat
membubarkan organisasi itu dan menyatakan sebagai organisasi atau
aliran tersebut sebagai orsati aliran terlarang”. Satu dan lain setelah
presiden mendapat kiriman dari Menteri Agama, Menteri Jaksa Agung,
dan Menteri Dalam Negeri. Jadi ini teguran, ini sanksi pembubaran
administrasi . Tapi tiba-tiba pada Pasal 3, “Apabila setelah dilakukan
tindakan oleh Menteri Agama bersama-sama Menteri Jaksa Agung dan
Menteri Dalam Negeri dan oleh Presiden Republik Indonesia menurut
ketentuan dalam Pasal 2 terhadap orang orsati atau aliran kepercayaan
mereka masih terus melanggar ketentuan dalam Pasal 1, terus
melakukan penafsiran bertentangan pada ajaran pokok agama, orang
yang bersangkutan dari aliran itu dipidana dengan pidana penjara
selama-lamanya 5 tahun. Ini sudah menyalahi, karena apa? Ini
ketentuan administrasi yang mestinya ancaman pidananya itu hanya 1
tahun kurungan atau denda. Kemudian juga ini tidak memenuhi
persyaratan nullum crimen sine lege scripta karena di sini bisa
multitafsir.
Menafsirkan sesuatu agama yang dianut di Indonesia
bertentangan dengan pokok-pokok ajaran itu. Jadi seorang misalnya
Suni menafsirkan..., membuat penafsiran pasti bertentangan dengan
pokok-pokok ajaran aliran Syiah. Saya tidak ambil contoh Indonesia,
nanti tidak enak. Dipakai orang di luar negeri saja. Jadi kalau ini bisa
menjadi karet, yaitu mengenai aliran administrasi yang bersanksi
pidana. Kemudian di dalam Pasal 4 tidak ada masalah karena dia
menambah KUHP. Jadi Pempres ini 2 sifatnya, satu Perundang-undangan
Administrasi, baru ada sanksi administrasi, baru ada alternatifnya sanksi
pidana 5 tahun, tapi juga ada Perundangan Pidana yaitu memasukkan
pasal baru di dalam KUHP, “Dipidana dengan pidana penjara selama-
lamanya 5 tahun barang siapa dengan sengaja di muka umum
mengeluarkan perasaan atau melakukan perbuatan yang pada pokoknya
bersifat permusuhan, penyalahgunaan, atau penodaan terhadap suatu
agama di Indonesia dengan maksud agar supaya orang tidak menganut
agama apapun juga yang bersendikan Ketuhanan Yang Maha Esa”. Jadi
menurut saya Pasal 156A ini, khususnya A masih lumayan, artinya masih
memenuhi nullum crimen sine lege scripta, tapi B nya B nya juga bisa
multitafsir, dengan maksud agar supaya orang tidak menganut suatu
agama apapun juga yang bersendikan Ketuhanan Yang Maha Esa,
agama mana yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa itu bisa ditafsirkan
macam-macam lagi.
Kesimpulan saya, andaikata KUHP yang rancangan itu sudah jadi,
masalah ini tidak ada semua karena di sana juga sudah diatur mengenai

20
delik agama dan juga ternyata Belanda yang negara sekuler juga sudah
menambah KUHP-nya di sini bahwa 3 pasal tadi menghalang-halangi …,
tapi semuanya bersifat definisi tidak seperti yang kita Indonesia susun,
sehingga mereka itu, apa namanya, menyebut kita Sarjana Hukum
Indonesia sangat menghina dengan mengatakan stomme hond / anjing
blo’on, oleh karena itu buku saya tidak pakai S.H. karena buku saya dari
perpustakaan Belanda juga, nanti dia bilang S.H. ini stomme hond /
anjing blo’on.
Sekian, wasslamualikum wr. wb.

62. KETUA : PROF. DR. MOH. MAHFUD MD., S.H. MD

Baik, sebelum ke Pak Eddy Hiariej, karena Pak Andi Hamzah ini
Ahli yang diundang oleh Mahkamah Konstitusi, bukan oleh pihak, Pak
saya minta penegasan saja bahwa ancaman pidana di dalam Hukum
Administrasi itu ya, harus ringan tidak lebih dari 1 tahun itu ada undang-
undangnya tidak yang menyatakan bahwa harus itu, atau itu hanya
karena kebiasaan?

63. AHLI (YANG DIHADIRKAN MK) : PROF. DR. ANDI HAMZAH

Kebiasaan itu.

64. KETUA : PROF. DR. MOH. MAHFUD MD., S.H. MD

Kebiasaan saja, oke.


Baik, silakan sekarang Pak Eddy Hiariej.

65. AHLI (YANG DIHADIRKAN MK) : DR. EDDY O.S. HIARIEJ, S.H.,
M.H.

Terima kasih, Majelis yang mulia.


Selamat pagi, Assalamualaikum wr. wb.
Dan salam sejahtera, Majelis yang mulia, kami akan membaca
yang sudah sebetulnya kami serahkan ke Panitera, sudah kami tuangkan
dalam slide, yaitu mengenai permohonan Pengujian Undang-Undang
Nomor 1/PNPS/1965 tentang Pencegahan, Penyalahgunaan dan/atau
Penodaan Agama. Sebagai pengantar keberadaan Undang-Undang
Nomor 1/PNPS/1965 tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan/atau
Penodaan Agama memang menimbulkan kontroversi.
Ada pendapat bahwa undang-undang a quo bertentangan dengan
sejumlah pasal dalam Undang-Undang Dasar 1945. Sejumlah pasal
tersebut adalah Pasal 1 ayat (3) tentang negara hukum, Pasal 28D ayat
(1) tentang kepastian hukum yang adil dan persamaan di hadapan
hukum, Pasal 28E ayat (1) dan ayat (2) tentang kebebasan memeluk
agama dan beribadah menurut agama serta kebebasan menyakini

21
kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap sesuai dengan hati
nuraninya, Pasal 28I ayat (1) hak beragama dan Pasal 29 ayat (2)
tentang jaminan untuk memeluk agama dan beribadat sesuai dengan
agama dan kepercayaannya. Ada juga yang berpendapat bahwa undang-
undang a quo tidaklah bertentangan dengan Undang-Undang Dasar
1945 dan memberi perlindungan terhadap pemeluk agama.
Setelah kami mencermati betul isi dari undang-undang a quo dan
kami sesuaikan dengan bidang keahlian kami di bidang hukum pidana
maka tanggapan kami adalah sebagai berikut, dalam praktek penegakan
hukum tidaklah dapat dipungkiri bahwa dalam praktek penegakan
hukum undang-undang a quo selalu digunakan untuk mengadili
pemikiran dan keyakinan seseorang, hal ini bertentangan dengan
postulat cogitationis poenam nemo partitur, hukum tidak bisa atau
seseorang tidak bisa dihukum atas apa yang ada dalam pikirannya atau
sesuatu yang diyakini atau sesuatu yang dipercayai.
Mengapa sampai terjadi dalam praktek hukum yang demikian?
Tadi banyak sudah disinggung oleh Ahli Prof. Dr. Andi Hamzah bahwa
memang dalam asas legalitas itu ada 4 prinsip yang melekat, yang
pertama adalah nullum crimen nulla poena sine lege praevia, tidak ada
perbuatan pidana tidak ada pidana tanpa undang-undang sebelumnya.
Yang kedua adalah nullum crimen nulla poena sine lege scripta tidak ada
perbuatan pidana tidak ada undang-undang pidana tanpa undang-
undang pidana tertulis, yang ketiga adalah nullum crimen nulla poena
sine lege certa tidak ada perbuatan pidana, tidak ada pidana tanpa
Undang-Undang Pidana yang jelas, dan yang keempat adalah Nullum
crimen, nulla poena sine praevia lege stricta tidak ada perbuatan
pidana, tidak ada pidana tanpa undang-undang yang ketat. Dalam
berbagai literatur sering disingkat bahwa asas legalitas dalam hukum
pidana harus menganut lex praevia, lex certa, lex scripta, dan lex stricta.
Jadi sekali lagi bahwa dalam penegakkan hukum pasal-pasal ini sering
kali disalahgunakan oleh aparat penegak hukum.
Akan tetapi bila kita mencermati substansi dengan berbagai
interpretasi terhadap ketentuan atau dalam undang-undang a quo, maka
pendapat ahli sebagai berikut; pertama adalah interpretasi doktriner.
Interpretasi doktriner ini adalah memperkuat argumentasi dengan
merujuk pada suatu doktrin tertentu yang dalam hal ini adalah doktrin
mengenai keberadaan hukum pidana. Kepentingan yang harus dilindungi
oleh hukum pidana ada tiga. Yang pertama adalah individuale belangen
atau kepentingan-kepentingan individu, yang kedua adalah social of
maatshcappelijke belangen kepentingan-kepentingan sosial atau
kepentingan-kepentingan masyarakat, dan yang berikut adalah staats
belangen kepentingan-kepentingan negara. Sebagaimana fungsi umum
hukum pidana het strafrecht zich richt tegen min of meer abnormale
gedragingen, jadi fungsi hukum pidana adalah melakukan atau
mencegah atau menanggulangi kelakuan-kelakuan yang tidak normal.
Tindakan-tindakan yang tidak normal yang dimaksud adalah yang

22
tindakan-tindakan yang menyerang kepentingan individu, kepentingan
masyarakat, maupun kepentingan negara.
Yang berikut, yang kedua, Ahli melihat dari segi interpretasi
tradisional. Interpretasi tradisional adalah interpretasi dengan cara
melihat suatu perilaku dalam tradisi hukum masyarakat. Tidaklah dapat
dipungkiri bahwa masalah beragama adalah masalah yang sangat
sensitif bagi kehidupan bermasyarakat dan bernegara di Indonesia
sehingga dapat menimbulkan konflik horisontal. Keberadaan undang-
undang a quo masih tetap dibutuhkan sebagai prevensi generale atau
prevensi umum agar tidak terjadi konflik yang dimaksud.
Yang ketiga adalah berdasarkan interpretasi sistematis gramatical,
bahwa hukum pidana dalam undang-undang a quo tidak diberlakukan
secara serta merta bilamana terjadi pelanggaran terhadap Pasal 1
undang-undang a quo. Tadi sudah dijelaskan oleh Ahli Prof. Dr. Andi
Hamzah, ada ketentuan dalam Pasal 2 yang mengatakan bahwa jika
terjadi pelanggaran terhadap Pasal 1, pemerintah memberi peringatan
untuk menghentikan perbuatannya. Jika dilakukan oleh suatu organisasi
maka organisasi tersebut dapat dibubarkan atau dinyatakan sebagai
organisasi terlarang. Hukum pidana baru berfungsi jika ketentuan dalam
Pasal 2 undang-undang a quo tidak lagi berfungsi.
Menurut pendapat Ahli bahwa ketentuan-ketentuan tersebut
mengindikasikan bahwa fungsi umum hukum pidana dalam undang-
undang a quo adalah bersifat ultimum remedium, artinya hukum pidana
adalah sarana yang paling akhir yang digunakan untuk menegakkan
hukum bilamana instrumen penegakan hukum lainnya tidak lagi
berfungsi.
Yang berikut, yang keempat, yang digunakan oleh Ahli adalah
interpretasi historis. Keberadaan undang-undang a quo adalah untuk
melindungi kepentingan umat beragama di Indonesia. Atas dasar Pasal 4
undang-undang a quo kemudian disisipkan ketentuan tersebut ke dalam
KUHP sehingga menjadi Pasal 156 a yang berada di bawah bab tentang
kejahatan terhadap ketertiban umum. Pasal-pasal tersebut dikenal
dengan haatzai artikelen atau pasal-pasal penyebar kebencian. Menurut
sejarahnya pasal-pasal tersebut berasal dari Code British yang
diberlakukan oleh penjajah Inggris di India. Pasal-pasal itu kemudian
diadopsi oleh Belanda dan diterapkan secara concordantie beginselen di
daerah jajahannya Indonesia.
Yang kelima adalah interpretasi futuristik, yang tadi juga sudah
disinggung oleh Prof. Andi Hamzah, substansi undang-undang a quo
lebih rinci telah dimasukkan ke dalam RUU KUHP Bab 7 tentang Tindak
Pidana Terhadap Agama dan Kehidupan Beragama. Bab 7 tersebut
terdiri dari bagian ke-1, yakni tindak pidana terhadap agama yang
meliputi penghinaan terhadap agama dan penghasutan untuk
meniadakan keyakinan terhadap agama, bagian ke-2 yaitu tindak pidana
terhadap kehidupan beragama dan sarana ibadah yang mencakup
gangguan terhadap penyelenggaraan ibadah dan kegiatan keagamaan

23
serta perusakan tempat ibadah. Dengan dimasukkannya pasal-pasal
tersebut dalam RUU KUHP memberi indikasi yang kuat bahwa para ahli
pidana di Indonesia cenderung mempertahankan undang-undang a quo.
Yang terakhir yang dipakai oleh Ahli adalah interpretasi
komparatif. Interpretasi komparatif adalah interpretasi dengan
membandingkan ketentuan tersebut di negara lain. Negara yang dipakai
sebagai perbandingan di sini adalah Belanda. Mengapa Ahli
menggunakan Belanda? Pertama, sistem hukum di Indonesia secara
mutatis mutandis sama dengan sistem hukum di Belanda, dan yang
kedua Hukum Pidana Indonesia kalau boleh dikatakan adalah anak
kandung dari Hukum Pidana Belanda. Pasal-pasal tersebut diadopsi oleh
Belanda dari Code British yang diberlakukan oleh penjajah Inggris di
India pada saat Inggris menguasai Belanda berdasarkan Traktat London.
Pasal-pasal penyebar kebencian yang terdapat dalam Wetboek
van Strafrecht di Belanda identik dengan Pasal 154, Pasal 155, Pasal 156
dan Pasal 157 KUHP Indonesia. Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 156A KUHP Indonesia tidak terdapat dalam Wetboek van Strafrecht
di Belanda, bahkan pasal-pasal penyebar kebencian ini telah dihapus
lebih dari 50 tahun di Belanda sebagai pengejawantahan kritik hukum
para pakar hukum pidana Belanda antara lain van Bemmelen yang
menyatakan bahwa pasal-pasal tersebut merintangi kehidupan
berdemokrasi.
Majelis yang mulia, dalam pembaharuan Wetboek van Strafrecht
di Belanda pada tahun 1983 Twee de Kammer atau parlemen
memasukkan pasal-pasal menyangkut tindak pidana terhadap agama
dan kehidupan beragama.
Pasal 145 WvS mengenai menghalang-halangi, menghentikan
atau menghalang-halangi upacara keagamaan yang dikenal dengan
istilah Verhendering godsdienstige bijeenkomst.
Pasal 146 WvS membuat keributan dalam upacara keagamaan
atau Storing godsdienstige bijeenkomst. Pasal 147 WvS tentang
Penodaan atau Penghinaan terhadap Tuhan, Nabi atau Rasul yang
diterjemahkan sebagai Smalende godslastering.
Pasal 147A adalah pasal tambahan yang baru saja dimasukkan
pada awal tahun 2000 di negeri Belanda yaitu penyebarluasan penodaan
atau penghinaan terhadap Tuhan, Nabi atau Rasul yang dikenal dengan
istilah Verspreiding smalende godslastering.
Kemudian dalam Pasal 137 WvS di negeri Belanda terkait
penghinaan golongan penduduk atau belediging van groep mensen
ditambahkan Pasal 137C WvS menyangkut penghinaan terhadap
golongan penduduk termasuk di dalamnya adalah golongan agama.
Pasal-pasal tersebut di atas di dalam WvS diletakkan di bawah
Bab V dengan judul Misdrijven Tegen de Openbare Orde atau kejahatan
terhadap ketertiban umum.
Kesimpulan ahli, berdasarkan keseluruhan uraian di atas
keberadaan Undang-Undang Nomor 1/PNPS/1965 masih tetap relevan

24
dan tidak bertentangan dengan konstitusi tetapi sebagai instrumen
pengaman untuk melindungi kehidupan beragama dalam rangka
menjaga ketertiban umum.
Yang kedua, pelaksanaan undang-undang tersebut harus
dilakukan secara hati-hati sehingga tidak mengarah kepada pengadilan
terhadap pemilikiran, pendapat atau keyakinan seseorang.
Demikian Yang Mulia, terima kasih.

66. KETUA : PROF. DR. MOH. MAHFUD MD., S.H.

Terima kasih, Saudara Ahli.


Lalu Ahli berikutnya yang dihadirkan oleh Pemerintah Kiai Hafidz
Usman, bisa maju ke podium.

67. AHLI DARI PEMERINTAH : K.H. HAFIDZ USMAN

Assalamualaikum wr. wb.


Yang saya muliakan Ketua Mahkamah dan Anggota Mahkamah
Konstitusi. Izinkanlah saya untuk menyampaikan beberapa poin
pandangan mengenai uji materiil Undang-Undang Nomor 1 PNPS Tahun
1965.
Saya kebetulan lahir tetangganya orang Baduy, Banten dan saya
sekarang tinggal di Bandung dam pernah punya pengalaman juga di
Senayan, anggota DPR dan pensiun Departemen Agama.
Teringat waktu kecil karena rumah saya d ipinggir jalan besar
sering dapat tamu orang Baduy orang tua saya menjamu seperti biasa
dan tidak pernah ditanyakan bagaimana dan bagaimananya. Dan orang
Baduy sekarang sudah ada yang menjadi anggota DPRD Kabupaten
Lebak dan ada juga yang sudah pergi haji.
Saya kebetulan di Bandung juga punya pengalaman mendirikan
IAIN yang sekarang menjadi UIN Sunan Gunung Jati dan saya
mempunyai kegiatan setelah pensiun menjadi Ketua Majelis Ulama
Indonesia Jawa Barat dan menjadi Ketua Forum Kerukunan Umat
Beragama.
Dalam kaitan uji materiil undang-undang ini kami telah
menyampaikan sikap baik dari MUI seluruh Jawa Barat maupun juga dari
Forum Kerukunan Umat Beragama seluruh Jawa Barat, dua minggu
yang lalu kami datang ke sini.
Ketua Mahkamah yang saya muliakan.
Saya berpendapat bahwa bangsa Indonesia mencatat
perkembangan dirinya sejak juga zaman kesultanan di berbagai daerah
mengakui komponen masyarakat yang terdiri dari berbagai suku yang
menganut agama masing-masing. Tidak diketemukan keterangan yang
menunjukkan pernah terjadi konflik keberagamaan, karena agama. Hal
ini merupakan kekayaan bangsa Indonesia Bhinneka Tunggal Ika. Jadi

25
kalaupun, katakanlah ada konflik bukan karena agama, karena
kepentingan.
Masih perlu dijelaskan apa yang dimaksud Pemohon dengan
kebebasan beragama. Apakah kebebasan dalam mengikuti salah satu
agama atau bebas beragama, dalam arti bebas menerjemahkan dan
menafsirkan norma agama? Jika mengikuti hal yang kedua, tentu akan
timbul kerancuan tentang eksistensi agama itu sendiri.
Pertumbuhan bangsa Indonesia sekarang sungguh telah mantap
dalam kehidupan beragama, dengan dibuktikan perubahan Undang-
Undang Dasar, walaupun sudah empat kali, akan tetapi tidak merubah
Bab XI, Agama Pasal 29 ayat (1) dan (2).
Dalam hal kebebasan yang sekarang diekspos sebagai hak asasi
manusia, sebagai penjabaran dari Pasal 28 Undang-Undang Dasar 1945,
sungguh sudah jelas belaka termuat dalam Pasal 28J sebagai hasil
perubahan kedua yang tidak diubah pada perubahan ketiga dan
perubahan keempat Undang-Undang Dasar.
Ketua Mahkamah yang saya muliakan.
Izinkan saya membaca ulang Pasal 28J Undang-Undang Dasar
ayat (1) “setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain,
dalam tertib kehidupan bermasyarakat dan bernegara.” Dan ayat (2)
“dalam menjalankan hak dan kebebasannya setiap orang wajib tunduk
kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang, dengan
maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan
atas kebebasan hak orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil
sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan dan
ketertiban umum dalam satu masyarakat demokratis.” Saya ulangi, Pasal
28J ini dilahirkan pada perubahan kedua Undang-Undang Dasar. Yang
tidak dilakukan perubahan lagi pada perubahan ketiga dan keempat.
Kita mengakui adanya agama-agama yang dipeluk oleh penduduk
di Indonesia. Kita bisa sebut ialah Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha,
Konfusius Yahudi, Shinto, atau lainnya.
Ketua Mahkamah yang saya muliakan.
Kalau boleh, saya ingin membacakan penjelasan dari Undang-
Undang PNPS Nomor 1 Tahun 1965, pada penjelas pasal demi pasal.
Pasal 1 “dengan kata-kata di muka umum dimaksudkan apa yang
lazim diartikan dengan kata-kata itu dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana. Agama-agama yang dipeluk oleh penduduk di Indonesia ialah
Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Buddha dan Konfusius.” Kemudian
dimuat, ini tidak berarti bahwa agama-agama lain misalnya Yahudi,
Zarasustrian, Shinto, Toism, dilarang di Indonesia. Mereka mendapat
jaminan penuh seperti yang diberikan oleh Pasal 29 ayat (2) dan mereka
dibiarkan adanya, asal tidak melanggar ketentuan-ketentuan yang
terdapat dalam peraturan ini atau peraturan perundangan lain. Demikian
penjelasan Pasal 1 dari Undang-Undang Nomor 1 PNPS Tahun 1965.
Dalam Islam dikenal adanya nilai-nilai agama, yang termasuk
dalam kategori maklumun minnna dinni bidharurah. Yakni nilai-nilai

26
agama yang sangat jelas dari sumbernya, baik Al-quran maupun sunnah
Rosulullah Saw.
Dalam terapnnya dikenal sebagai hal-hal yang mujmali, tercapai
konsensus dan disepakati bersama, atau ada hal-hal yang mukfalakhi,
diakui sebagai ranah perbedaaan dan yang ditolerir.
Perlu dijelaskan, seperti umat Islam mengakui Muhammad bin
Abdullah adalah Rasulullah dan Khatamun Nabiyin. Baik itu Suni
mauopun Syiah sama. Sedikit saya ingin saya menyampaikan
perbedaan, Suni mengakui khillafah dari Khalafaur Rasyidin yang
empat. Siah hanya merokomendir pengakuan kepada Ali Kaharamallah
Wajah. Suni dan Syiah sama shoalatnya, tidak ada tambahan shalat
lima kali sehari semalam. Hanya bedanya mungkin, yang perlu karena
tadi soalnya disinggung oleh yang ahli supaya kita ada umat Islam bisa
memilah mana sesungguhnya hal-hal yang dapat dijadikan nilai baku
untuk membina ketertiban umum di tengah-tengan masyarakat kita.
Seperti Suni mengakui shalat Jumat dengan tidak harus diatur siapa
imam siap khatib tetapi atas kesepakatan bersama. Syiah imam dan
khatib Jumat harus dari pihak pemerintah, sehingga ada kelompoknya
yang mengatakan kalau yang ditugaskan tidak datang maka Jumat bisa
dirubah shalat dzuhur saja.
Ini dikemukakan supaya kita berpikir proposional, mana nilai
agama yang memang maklumun minnna dinni bidharurah, mana yang
mujmali, dan mana yang.mukftalafi.
Sedikit menyinggung tentang pidana, kebetulan saya dulu ikut
menyusun KUHAP. Anggota DPR tahun 1977-1982. Kami sesungguhnya
ada semacam komitmen, seandainya bisa dilaksanakan setelah KUHAP
selesai diundangkan maka segera ada revisi KUHP-nya. Sebab di situ
ada nilai-nilai yang perlu disesuaikan dengan budaya yang beragama di
Indonesia, seperti defisi zina dan perzinahan. Harus disesuaikan
sepanjang persetubuhan dilakukan di luar pernikahan adalah itu
perzinahan, dalam hukum Islam. Dan itu termasuk dalam kelompok
hukum hudud {sic}. Tidak bisa dipandang pendekatan lain. Dalam
Islam dikenal mana yang sifatnya Jinayat karena jelas dalam Al-Quran
dan Sunnah Rosul mana yang sifatnya Ta’jir pelajaran.

68. KETUA : PROF. DR. MOH. MAHFUD MD., S.H.

Kiai bisa terfokus ke masalah PNPS ini?

69. AHLI DARI PEMERINTAH : KH. HAFIDZ USMAN

Ya, ini saya terundang karena tadi ingin membedakan.

70. KETUA : PROF. DR. MOH. MAHFUD MD., S.H.

Ya.

27
71. AHLI DARI PEMERINTAH : KH. HAFIDZ USMAN

Kemudian saya ingin menambahkan Pemerintah dalam hal ini,


kepala negara sebagai penyelenggara negara perlu menegaskan
kewenangannya dalam menjamin dan melakukan perlindungan
kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-
masing. Arti kata memeluk agama adalah beribadat, dalam arti
beragama yakni, itulah makna beragama. Artinya Pemerintah sebagai
penyelenggara negara harus menjaga eksistensi orang beragama,
beribadat menurut agamanya.
Ketua Mahkamah yang saya muliakan, saya berkeyakinan dengan
beberapa pertimbangan pemikiran yang sebagian saya kemukakan di
sini. Tetapi keyakinan saya mantap bahwa Undang-undang Nomor 1
PNPS Tahun 1965 masih tetap relevan dan tidak bertentangan dengan
rasa keadilan hukum masyarakat, bangsa Indonesia. Dan cita-cita
proklamasi dan Undang-Undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Itulah yang ingin saya sampaikan dan sedikit ditulis formal, hati
nurani saya sesungguhnya berbicara lebih dari ini. Karena kecintaan
kepada bangsa dan negara Indonesia. Bagi kami, bagi saya Indonesia
adalah negara yang sah. Orang yang akan menggangu eksistensi
keutuhan NKRI sesungguhnya pihak-pihak ini perlu diluruskan
pemikirannya.
Demikian, wabilahitaufikwalhidayah, wassalamualaikum wr. wb.

72. KETUA : PROF. DR. MOH. MAHFUD MD., S.H.

Berikutnya Bapak Philipus K. Wijaya.

73. AHLI DARI PEMERINTAH : PHILIPUS K. WIJAYA

Mohon izin, Yang Mulia, untuk disampaikan di tempat duduk.


Selamat siang Yang Mulia, Ketua Mahkamah dan Anggota
Mahkamah Konstitusi, dan yang terhormat semua yang hadir dalam
sidang ini.
Salam sejahtera, nama saya Philip Kuncoro Wijaya, saya sebagai
Ahli dari Pemerintah. CV saya mungin belum disampaikan, nanti akan
saya susulkan.
Sehari-hari saya adalah pengajar di program pasca di Universitas
Airlangga Surabaya, juga di sebagai pembina akademik dari beberapa
universiatas, seperti Majong, Universitas Majong yang ada di Malang,
Universitas Jinan yang ada di Guangzhau dan sebagainya.
Di dalam kehidupan beragama, saya selaku Wakil Sekjen Walubi
Indonesia dan Ketua Walubi Jawa Timur dan juga sebagai pembina di
FKUBm yaitu, Forum Kerukunan Antar Beragama di Jawa Timur.

28
Di bidang-bidang interfaith yang lainnya saya hampir mengikuti
seluruh rangkaian dialog interfaith yang diselenggarakan di manca
negara, kemudian juga masih sebagai anggota dari WCRP yang salah
satu ketuanya adalah Bapak Kiai Hasyim Muzadi, saya juga masih duduk
sebagai governing code di WCRP yaitu skala yang lebih kecil daripada
WCRP untuk wilayah Asia, kemudian juga sebagai pembina di CDCC, IRC
dan banyak lagi.
Saya ingin menyampaikan secara lebih singkat, karena banyak
hal-hal yang disampaikan di pembicara sebelumnya dan juga yang telah
disampaikan oleh ahli dari Pemerintah Bapak K.H. Hafidz, sehingga saya
menyampaikan yang belum disampaikan saja.
Menurut saya adanya Undang-undang Nomor 1 Tahun 1965
tentang Penodaan Agama, paling tidak bisa menjadi pegangan dari
aparat hukum dalam bertindak, karena kasus-kasus yang terjadi kalau
saya melihat di Jawa Timur sendiri, sering sekali terjadi kasus-kasus
penodaan agama yang aneh-aneh. Yang baru beberapa hari yang lalu
yaitu ada yang mengaku sebagai nabi di Pulau Kangean, dan ini sudah
diurus oleh aparat pemerintah, sehingga dampaknya tidak meluas.
Sebuah undang-undang, tadi sudah dibahas sangat mendalam
karena saya bukan orang hukum. Tapi menurut saya sebuah undang-
undang diperlukan itu tidak bisa disetarakan satu negara dengan negara
yang lain, paling tidak ada bedanya karena perbedaan budaya atau
mungkin tingkat pendidikan, tingkat kematangan dan sebagainya yang
membedakan, sehingga pada akhirnya mungkin bisa disetarakan kalau
hal-hal yang lain bisa disetarakan. Jadi banyak sekali kearifan lokal untuk
setiap negara, setiap bangsa, setiap daerah harusnya juga menjadi titik-
titik yang perlu diperhatikan di dalam penerapan undang-undang itu
sendiri.
Namun tadi kasus pertama yang disampaikan oleh Saudara kita,
yang memeluk sebuah kepercayaan yang belum diakui secara formal,
itu seharusnya kemungkinan karena terjadi kesalahan tafsir tentang
Undang-Undang Nomor 1 ini, karena Undang-Undang Nomor 1 ini tidak
menghalangi adanya kepercayaan yang lain. Bahkan beberapa contoh
diajukan itu dengan kata di depannya “misalnya” artinya tidak hanya
yang disebut saja, bahkan yang lain-lain harusnya diakui sepanjang
tidak menodai agama yang lain, iya poinnya kira-kira seperti itu.
Kita sangat memperhatikan adanya Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1965 ini dan juga perkembangan belakangan ini. Kita telah
diskusikan, kita adakan dialog khusus di dalam FKUB Jawa Timur, kita
adakan dialog internal di dalam umat agama Buddha sendiri dan juga
saya sempat melakukan dialog beberapa.., 2 bulan yang lalu kira-kira
sebelum Pak K.H. Hasyim Muzadi diajukan sebagai saksi ahli di sidang
yang terhormat ini. Jadi sempat kita berdua berdiskusi panjang lebar,
satu jam lebih mengenai poin ini.
Di dalam agama yang saya peluk, agama Budha juga tidak
kurang kasus-kasus yang dengan tanda kutip penodaan agama

29
bermunculan. Saya kira yang lebih tahu Bapak Dirjen Pembina Umat
Buddha yang kebetulan hadir di sini. Tapi sebagai minoritas kita mungkin
kekurangan kemampuan untuk bereaksi sehingga banyak sekali kasus-
kasus yang dibiarkan begitu saja lewat.
Kasus yang mungkin belakangan cukup menghebohkan tapi juga
belum mendapatkan penyelesaiaan yang tuntas yaitu berdirinya “Buddha
Bar” di Jakarta, jadi itu nama orang suci dalam agama kita itu dibuat
nama sebuah bar itu yang terjadi.
Memang di dalam agama Buddha, kita punya banyak penafsiran
sehingga di dalam agama Buddha juga mempunyai banyak sekali sekte-
sekte. Namun yang paling penting adalah tidak menodai yang sudah
ada dan bisa saling mendukung dengan hidup rukun, damai dan
sebagainya. Tidak kalah dengan Pak Kyai yang duduk di sebelah saya
yang sangat concern kepada NKRI kita ini. Saya juga pernah menjalani
pendidikan bela negara dan saya diangkat sebagai jadi Ketua Alumni
Bela Negara di Indonesia.
Tentu saja kita sangat yakin bahwa Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1965 ini saat ini masih dibutuhkan.
Terima kasih Yang Mulia.

74. KETUA : PROF. DR. MOH. MAHFUD MD., S.H.

Baik, terima kasih, Bapak.


Singkat tetapi jelas. Mudah-mudahan juga Bapak Amin
Djamaluddin bisa singkat dan jelas seperti beliau ini.
Dipersilakan maju, Bapak.

75. SAKSI DARI PIHAK TERKAIT (MUI) : AMIN DJAMALUDDIN

Assalamualaikum wr. wb.


Yang Mulia Mahkamah Konstitusi, pada kesempatan ini secara
ringkas saya sebagai Saksi akan bacakan pokok-pokok ajaran sesat yang
selama ini saya hadapi terutama sekali di Jakarta ini. Saya meghimpun
banyak tetapi Karena mengingat waktu, saya ringkas saja dan insya
Allah materi lengkapnya akan kami serahkan Kepaniteraan Mahkamah
Konstitusi Yang Mulia ini.
Pertama-tama kami katakan bahwa Undag-Undang Nomor 1
Tahun 1965 ini adalah sangat dibutuhkan. Berdasarkan pengalaman
kami selama ini, menghadapi banyaknya aliran-aliran sesat yang muncul
di Indonesia ini. Contohnya yang pertama adalah ingkar sunnah, yaitu
kelompok yang tidak percaya sama hadist Nabi Muhammad Saw dan
menuduh Imam Bukhari itu adalah orang komunis yang pura-pura
masuk Islam untuk membikin hadits yang sebanyak-banyaknya untuk
menyesatkan umat Islam. Yang diikuti mereka hanyalah Al-quran saja.
Seperti contoh, umpamanya tadi pagi tanggal 1 Ramadhan, ustadznya
ini datang bersama pengurus masjid bertanya, kamu puasa? Jawabnya

30
puasa, kamu lihat bulan? Jawabnya tidak, bodoh tidak lihat bulan kok
puasa, tidak paham Al-quran. Al-Quran mengatakan Faman Syahida
minkum musyahrafal Yahsuhu. Siapa yang melihat bulan itu yang puasa,
yang tidak melihat bulan tidak wajib puasa bodoh dasar.
Semua pengurus mesjid dihubungi ditanya yang sama, akhirnya
karena ini ustadz kita, guru hadits kita pantasan semua tidak puasa
karena tidak lihat bulan. Itu diceramahkan di mic masjid tiap hari Jumat.
Allah kata ustadz kita ini Haji Sanwani, tidak akan salah memasukan
orang ke dalam surga atau neraka. Kalau dia orang beriman dibuang di
laut, dimakan ikan tetap saja masuk surga, tidak bakalan salah itu
dimakan ikan tetap saja masuk surga. Tetapi orang kafir dimandikan,
dikafankan, dishalatkan, dikuburkan baik-baik tetap saja masuk neraka.
Jadi mereka itu kalau ada orang meninggal tidak perlu dimandikan, tidak
perlu dikafankan, ditanam begitu atau di buang kelaut dimakan ikan, ya
Allah tidak akan salah memasukkan orang ke dalam surga atau neraka.
Itu ingkar sunnah itu. Akhirnya masyarakat kesal, tidak sabar
mendengar Imam Bukhari komunis itu lagi mereka mengaji akhirnya
masyarakat berkumpul ditangkap saja, cuma tidak dipukul digotong
saja, dipikul ramai-ramai ustadznya, dibawa ke Koramil, akhirnya
diserahkan Koramil, orang ini orang sesat. Karena menuduh orang
komunis, orang Rusia yang pura-pura masuk Islam untuk membikin
hadist yang sebanyak-banyaknya, kemudian untuk menyesatkan umat
Islam. Itu ingkar sunnah itu.
Dua, tokohnya yang lain Teguh Esha. Teguh Esha ini menulis di
“Panji Emas Ali Topan Anak Jalanan.” Setelah belajar Islam, Ali Topan
Santri Jalanan. Setelah itu dia mengangkat dirinya menjadi rasul.
Shalatnya bukan mengikut rasul, tetapi mengikut burung, maaf seperti
burung dara itu kalau shalat itu, begitu shalatnya. Akhirnya lagi Shalat
di Bandung sana ditangkap orang karena shalatnya mengikuti burung
begitu. Dan Tegu Esha ini akhirnya Tempo memuat berita Teguh Esha
nabi jalanan, kata majalah Tempo itu, ada semua datanya ini. Itu
contoh yang lain tentang ingkar sunnah itu.
Ketiga, Lia Aminuddin, malaikat Jibril. Macam-macam ini ajaran
Lia Aminuddin ini. Ini mereka itu, maaf , mereka itu mebuat agama baru
telah lahir agama baru sallamullah. Dia mau menyatukan semua agama,
Islam dihapus, Kristen dihapus, Hindu di hapus, Buddha dihapus,
bergabunglah kepada agama sallamullah ini. Kirim wahyunya itu ke
kantor kami, tiap wahyunya yang turun itu bertumpuk di kantor kami
itu. Ya, kalau mau bukti ya bisa di anu. Wahyu dia turun, berkembang
terus pemikirannya akhirnya tadi Lia Aminuddin berganti Lia Eden karena
hidup di surga, bersuamikan malaikat jibril dan berhubungan seks seperti
manusia biasa ini dengan malaikat Jibril di surga. Akhirnya saya laporkan
ke kepolisian ini penodaan agama, kemudian masyarakat yang tidak
sabaran akhirnya Surga Eden yang di rumah dia di Bungur sana
dikepung, akhirnya ditangkap polisi, dibawa ke Komdak dengan anjing-
anjingnya itu.

31
Menurut ajaran Agama Salamullah, yang mentukan suci atau
kotornya seseorang itu adalah anjing. Kalau datang ke rumahnya ajing
menggonggong itu orang kotor itu tamu itu. Kalau datang ke rumahnya
anjingnya diam, ini orang suci. Jadi anjing itu yang menentukan suci
atau kotornya seseorang begitu, hanya dengan anjing itu Aminudin
sama Nabi Muhammad Abdurahman diangkut semua oleh polisi di bawah
ke Polda dan saya diperiksa juga sebagai pelapor dan pengadilan juga
saya hadir, pembelanya lima puluh pengacara, bayangkan. Lima puluh
pengacara pembela Lia Aminuddin.
Kemudian HMA Bijak Bestari. Ini tamatan Akabri Udara, tamat
HMA ini. Dia mengangkat dirinya Tuhan tertinggi di atas Allahu Akbar.
Allahu Akbar setingkat di bawah dia, mengetahui semua yang ghaib,
bisa memerintahkan malaikat semua malaikat itu patuh dan tunduk sama
dia. Datanya ada semuanya, jadi mengangkat Tuhan dirinya Tuhan
tertinggi di atas Allahu Akbar, Allahu Akbar setingkat di bawah dia, suatu
saat utusanya datang ke kantor minta damai, jangan LPPI buat brosur
tentang sesatnya HMA Bijak Bestari, ya saya tolak sebab Bijak Bestari ini
saya katakan, Bijak Bestari itu lebih dari Firaun, Firaun hanya dirinya
Tuhan tertinggi. Tapi Bijak Bestari adalah setingkat di atas Allahu Akbar.
Jadi ini contohnya, Bijak Bestari.
Kemudian Nabi Musadek. Nabi Musadek ini saya terima datang ke
kantor saya, ini Nabi itu bersama saya mengajak saya untuk masuk dan
membisikkan sama saya dapat wahyu itu dipanggil oleh semua pengikut
di kantor itu, ya rasul, ya rasul, ya rasul. Di kantor ini saya, kemudian
mengajarkan syahadat ashadu alla illahailallah waashadu anna almasih
almaud rasulullah, tidak wajib puasa, belum wajib puasa, belum wajib
sholat, belum wajib zakat, belum wajib haji, hanya sholat malam dua
rakaat, yang tidak sholat malam harus lapor sama rasul, lihat orang
lapor kalau kayak bisa satu juta tebusan dosanya tapi kalau miskin ya
tergantung daripada keadaan orang yang lapor itu. Kalau orang Bintaro
di sana bisa yang banyak pengikutnya bisa di atas satu juta itu tebusan
dosa karena tidak shalat malam itu.
Saya lapor ke Mabes Polri, akhirnya diproses dan sekarang itu
dihukum empat tahun penjara. Jadi sekarang ini itu di Indonesia ini
Malaikat Jibril di penjara, Rasul Muhammad Abdurahaman penjara tiga
tahun, Rasul Musadek penjara empat tahun. Jadi Malaikat Rasul dua
Rasul dalam penjara ini Indonesia ini.
Kemudian di Kudus ada rasul baru Sabda Kusumo namanya.
Ganti syahadat ashadu alla ilaha illahlah washadu anna sabda kusumo
rasullulah. Ada silsilahnya dari Nabi Adam sampai dia itu ada lengkap,
saya lampirkan juga ini sebagai bahan.
Kemudian Surga Eden dan sekarang itu sudah jadi tersangka di
Polda Bandung, di Cirebon, dia ini mengaku dirinya Tuhan. Ada Jibril,
ada bidadari tinggal dalam surga ini. Dan sudah sekian lama praktiknya
ini.

32
Tanggal 4 Januari 2010 datang ke kantor LPPI, orang melaporkan
tentang adanya Surga Eden ini. Korban, yang mana dia ini resmi nikah
di catatan sipil di KUA Allahnya, juga hadir Tuhannya juga hadir ada
fotonya, semua fotonya Tuhannya di sini. Setelah nikah resmi
Tuhannya ini melarang berhubungan suami istri selama enam bulan,
tapi istrinya ini dikerjain terus oleh dia. Dikerjain terus oleh Tuhan ini,
istrinya berpikir kok saya sudah nikah resmi di KUA, suaminya juga
berpikir saya sudah nikah resmi kenapa tidak boleh berhubungan? Tapi
Tuhan terus berhubungan dengan istrinya itu. Akhirnya kedua-duanya
keluar dari tata kerajaan Eden ini dan datang ke kantor saya diantar oleh
teman-teman “Garis” dan tanggal 10 Januari 2010 saya ke Cirebon
mengatur strategi, setelah saya pelajari tentang situasi di Cirebon itu
saya perintahkan mereka “Ini dilaporkan ke Polda, karena sudah berada
di beberapa daerah di luar Cirebon”.
Akhirnya tanggal 12 Januari 2010, mereka lapor ke Polda,
kemudian diintelin oleh pihak kepolisian, ternyata benar, hidup mereka
itu telanjang bulat, maaf. Jadi Tuhan itu suruh memerintah bidadari ini
untuk telanjang bulat tidak berpakaian, kapan harus disetubuhi, boleh.
Jadi semua disetubuhi, sehingga koran-koran banyak juga yang memuat
ini. Pengikut disetubuhi, ditonton ramai-ramai, betul. Ditonton ramai-
ramai, telanjang, disetubuhi, dan di CD-kan lagi. Saya ketemu di Polda,
saya tanya sama Tuhan ini. Ini kan urusan kamar, sama urusan.., saya
tidak panggil Tuhan, Bapak dan istri Bapak. Kenapa difoto, kenapa di
CD-kan? Diam Tuhan itu, tidak bisa jawab dia.
Jadi kalau umpanyanya orang yang disetubuhi oleh Tuhan ini
melahirkan anak. Apa harus bangga bahwa itu anak Tuhan. Harus
bangga bahwa itu anak Tuhan? Dikumpulkan anak Tuhan ini, jadi
keluarga Imran dalam Al-quran ini, jadi keluarga Imran dalam al-Quran
ini. Ibunya, perempuan-perempuan yang sudah disetubuhi itu, itu
keluarga Mariam. Jadi ini luar biasa ini ajaran Rahmat Tontowi ini.

76. KETUA : PROF. DR. MOH. MAHFUD MD., S.H.

Baik Pak baik. Tadi sudah banyak contoh, lalu apa yang ingin
Bapak katakan kaitannya dengan PNPS (…)

77. SAKSI DARI PIHAK TERKAIT (MUI) : AMIN DJAMALUDDIN

Maaf Yang Mulia, JIL yang belum saya katakan.

78. KETUA : PROF. DR. MOH. MAHFUD MD., S.H.

Apa?

33
79. SAKSI DARI PIHAK TERKAIT (MUI) : AMIN DJAMALUDDIN

Jaringan Islam Liberal.

80. KETUA : PROF. DR. MOH. MAHFUD MD., S.H.

Silakan, tapi dipersingkat saja.

81. SAKSI DARI PIHAK TERKAIT (MUI) : AMIN DJAMALUDDIN

Ya, JIL ini menggugat Al-quran. Ratusan ayat quran yang salah,
saya kutip semua ayat yang salah. Ratusan ayat, yang paling besar
salahnya itu menurut JIL ayat yang berbunyi inna dinna indallahi islam,
itu salah. Yang benar, “inna dinna indallahi hanafiah. Jadi mereka itu
lagi memperjuangkan menerbitkan Al-quran ala Indonesia. Al-quran versi
mereka itu, ratusan ayat Al-quran yang dikatakan salah, itu JIL.
Penghinaannya yang luar biasa terhadap umat Islam. Orang yang
meyakini bahwa Al-quran itu adalah wahyu suci, itu keledai semua. Jadi
kita ini keledai semua menurut mereka.
Jadi ini data-datanya ada semua di sini tentang JIL ini. Ayat
quran yang dibuat juga saya kutip semua. Jadi mereka itu tokohnya itu
adalah Ulil Abtar Abdallah sebagai koordinator. Di sini, Ulil di wawancarai
oleh wartawan. Dia itu mendapat 1,4 miliar satu tahun tapi itu kecil
katanya. Jadi mendapat biaya dari Asia Foundation 1,4 miliar tapi itu
kecil kata Ulil. Jadi ini mereka ini, berbuat ini untuk kepentingan luar.
Jadi, itulah yang dapat saya sampaikan dalam kesempatan ini.
Oleh sebab itu, kalau umpamanya PNPS Nomor 1 Tahun 1965 ini dicabut
dan tidak ada sandaran hukumnya ini selama ini. Saya kira Lia
Aminuddin, Musadek dan Bijak Bestari sudah dibunuh orang, sudah
dibunuh. Untung ada undang-undang ini, yang menyelamatkan mereka
itu. Jadi tidak bertindak liar, tidak main hakim sendiri, diserahkan sama
polisi, polisi diproses sesuai dengan kesalahannya. Kemudian polisi
serahkan kepada kejaksaan, kejaksaaan dibawa ke pengadilan dan
dituntut berdasarkan pasal ini. Kalau pasal ini dicabut berarti Bapak-
Bapak Yang Mulia di sini, Mahkamah Konstitusi ini menyuruh kami di
lapangan ini untuk bermain hakim sendiri, jangan salahkan kami nanti
kalau orang yang ngaku dirinya Tuhan, saya tangkap, digebuk, karena
tidak ada payung hukum lagi.
Maaf, Karena saksi ini adalah pelaksana di lapangan. Sudah
banyak sekali ini, sudah banyak sekali hal-hal kesesatan semacam ini
saksi alami tapi tidak pernah di sakiti, tidak pernah dipukul, tapi
diserahkan kepada pihak yang berwajib untuk diadili sesuai dengan pasal
ini.
Jadi sekali lagi, kalau pasal ini dicabut akan menyuruh kami ini
untuk bertindak main hakim sendiri. Ya, berarti kami insya Allah tidak
salah salah karena selama ini tidak pernah kami pukul, tapi setelah ini

34
dicabut, ya, kami pukul saja ini orang-orang, orang-orang sesat. Kami ini
bukan orang-orang kuliah di perguruan tinggi Pak, kami ini orang
lapangan, mengalami ini. Jadi bahan bagi kami untuk membela Islam

82. KETUA : PROF. DR. MOH. MAHFUD MD., S.H.

Baik.

83. SAKSI DARI PIHAK TERKAIT (MUI) : AMIN DJAMALUDDIN

Lebih kurangnya minta maaf.


Wabillahitaufik walhidayah, wassalamualikum wr. wb.

84. KETUA : PROF. DR. MOH. MAHFUD MD., S.H.

Untuk sesi ini yang terakhir Ibu Nurdiati tadi. Siapa tadi? Kalau
Pak Zaenuddin nanti sesudah Sulaiman Zachawerus itu nanti sesudah
Pihak Terkait bicara dulu baru memberi kesaksian atau keahlian.
Silakan.

85. AHLI DARI PIHAK TERKAIT (YAYASAN IRENE CENTER) : DRA.


HJ. NURDIATI AKMA

Assalamualaikum wr. wb.


Yang Mulia, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1965 ini ternyata
memberi berkah kepada seluruh Bangsa Indonesia ini. Paling tidak
setelah kita beberapa kali mengikuti sidang di Mahkamah Konstitusi ini,
terbongkar banyak hal yang terselamatkan. Di beberapa tempat setelah
saya menghadiri pengajian atau taklim, ada yang sempat marah tatkala
tetangganya bercanda, hanya bercanda tetapi karena sudah berbeda
agama bercandanya dianggap keterlaluan. Masak Bu, dibilang malaikat
memakai celana gombrang, masak Bu, Nabi Muhammad dibilang
wajahnya mirip Alain Delon dan sebagainya.
Apakah kita pukul apa kita apakan? Untung ada undang-undang
ini, sehingga saya sempat katakan. Sekarang kita punya ajaran Islam,
udhu’u illa sabili rabikka bil hikmah warma idzatan hasanah wajadilhum
illa bill aksan. Ajak ngomong dulu dia baik-baik, ajak dia diskusi dulu dia
baik-baik, tatkala dia sudah tidak bisa diajak baik-baik, dikasih nasihat,
kita punya suatu payung hukum. Negeri ini, negeri yang berdasarkan
hukum. Semua rakyat terlindungi.
Dengan adanya undang-undang ini sebetulnya, bagi umat Islam
diperbolehkan untuk kita adu-adu otot. Tentu yang akan kecewa adalah
mereka yang lemah. Justru undang-undang mengatur negeri ini menjadi
negeri yang tenteram, paling tidak sedikit tentram. Karena apa? Karena
yang telah tadi dikemukakan dari kelompok Budha dari kelompok yang
lain mereka merasa terayomi. Tatkala umat yang begitu besar. Saya

35
ingat beberapa tahun yang lalu majalah “Monitor”, itu sempat saya
meredam satu kelurahan yang ingin mencari kantor itu untuk membakar,
untuk membunuh siapa yang melakukan itu. Karena apa? Karena ini
sudah menyinggung, menodai nilai-nilai agama yang mereka anut dan
mereka sangat patuhi. Oleh karena itu kami berkesimpulan, agar
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1965 ini tetap harus dipertahankan,
bahkan dipertegas dan diperbanyak sosialisasinya. Karena mungkin yang
terjadi adalah sosilisasi yang kurang. Kalau rakyat bawah, menengah ke
bawah.., pendidikannya rendah mereka dengan mudah mereka diberi
pencernaan. Tetapi yang kelompok menengah ke atas ini, jangan-
jangan you tidak mengerti dan mungkin pura-pura tidak mengerti.
Negeri kita negeri yang memang bukan berdasarkan agama,
berdasarkan Pancasila. Tetapi tidak dibenarkan orang di dalamnya tidak
beragama. Bayangkan kalau di satu rumah boleh memeluk agama
sesukanya, tanpa melihat koridor agama yang dibenarkan di Indonesia.
Saya tidak bisa membayangkan Bapak yang tadi diangkat sumpah untuk
menjadi saksi? Bingung mau pakai demi apa? Demi Tuhan, demi apa?
Akhirnya jadi bingung sendiri. Bayangkan kalau di satu rumah sepuluh
keluarga, di satu RW ada seratus. Betapa bingungnya kita?
Oleh karena itu bahwa ada aturan di negeri ini, bahwa ada agama
yang dibenarkan dan tidak boleh orang yang tidak beragama. Kalau
tidak beragama silakan cari negeri yang lain yang bisa memayungi
mereka.
Akhirnya saya berkesimpulan memohon kepada Mejelis Hakim dan
Yang Mulia semuanya untuk kita bersepakat agar undang-undang ini
tetap dipertahankan, terutama masalah yang disebutkan oleh Saksi Ahli
yang terakhir sebelum saya, tentang Jaringan Islam Liberal. Ini banyak
pertanyaan berkali-kali kami datang di pengajian, tiap kali kami datang
kepada di majelis taklim. Bagaimana ini Bu, Islam kita ini diapain,
diobok-obok? Apa kita umat Islam ini diam saja. Apa kita harus
bergerak, apa kita harus apa? Apa iya saya harus membenarkan
gerakan-gerakan mereka? Untung ada undang-undang seperti ini.
Barangkali kerja keras dari lembaga hukum untuk
mensosialisasikan undang-undang ini dan menyebarkan, memberikan
pemahaman bahwa negeri ini, negeri yang beragama dan agama yang
telah disepakati adalah agama ini, ini, ini.
Terima kasih.
Wabilahitaufik walhidayah, wassalamualaikum. wr. wb..

86. KETUA : PROF. DR. MOH. MAHFUD MD., S.H.

Baik, semua Saksi dan Ahli sudah tampil kecuali nanti Pak
Sulaiman. Itu nanti karena beliau dihadirkan sebagai Ahli dari Irena
Center, sehingga Irena bicara dulu baru Bapak nanti.

36
Saya berikan kesempatan di sana satu, di sana satu. Khusus-
khusus untuk Ahli dari MK, karena dari MK ini setelah ini tidak balik lagi.
Ini undangan MK, Bapak Prof. Andi Hamzah dan Pak Eddy Hiariej (…)

87. PIHAK TERKAIT (MUI) : M. LUTFI HAKIM, S.H., M.H.

Dari MUI akan bertanya pada Ahli yang di MK, mohon juga diberi
kesempatan.

88. KETUA : PROF. DR. MOH. MAHFUD MD., S.H.

Ya, boleh, 1 saja dari Pihak Terkait. Ada ndak dari sini? Singkat
saja, ya? Pengalaman saya kalau Anda bicara terlalu panjang, tanya saja
langsung apa. Di sana juga, di sana juga. Kita biasanya jam 12:00
istirahat untuk sholat dzuhur dan makan siang.
Silakan.

89. KUASA HUKUM PEMOHON : ULI PARULIAN SIHOMBING, S.H.,


LL.M.

Terima kasih, Yang Mulia.


Pertanyaan kami dari Kuasa Hukum Pemohon kepada Saksi Dr.
Eddy O.S. Hiariej. Untuk Dr. Eddy O.S. Hiariej, Anda, saya bingung
seperti itu, penjelasan Anda di satu sisi Anda mendukung kebebasan
berpikir, beragama dan lain-lain. Kemudian di kesimpulan tiba-tiba Anda
menyatakan, ini relevan. Padahal dalam fakta bahwa banyak kasus
Undang-Undang PNPS ini justru masuk ke wilayah pemidanaan
pemikiran.
Nah, yang saya ingin tanyakan, bagaimana membuktikan
khususnya mengenai mens rea dari penodaan agama ini? Kita tahu
bahwa sangat abstrak sekali membuktikan penodaan agama khususnya
dalam bentuk mens rea -nya.
Terima kasih.

90. KETUA : PROF. DR. MOH. MAHFUD MD., S.H.

Dari Pemerintah ada? Cukup.


Dari Majelis Ulama.

91. PIHAK TERKAIT (MUI) : M. LUTFI HAKIM, S.H., M.H.

Terima kasih, Yang Mulia.


Sedikit pertanyaan kepada Saudara Saksi dari..., Saudara Saksi
Sardy boleh Yang Mulia, ya. Selaku penghayat kepercayaan apakah
Saudara ataupun organisasi Saudara pernah diberi perintah atau
peringatan keras untuk menghentikan perbuatannya dalam suatu

37
keputusan bersama, Menteri Agama atau menteri, atau Jaksa Agung
atau Menteri Dalam Negeri?
Kemudian untuk Ahli, Bapak Prof. Dr. Andi Hamzah. Apakah
pidana penjara dalam Pasal 3 PNPS yang selama-lamanya 5 tahun ini,
Saudara katakan menyalahi ancaman satu tahun maksimal. Apakah
dalam pengertian yang lain, Ahli masih setuju, atau tetap setuju adanya
suatu hukuman pidana mati..,hukuman pidana administrasi, kendati
hukuman maksimalnya tidak 5 tahun tapi 1 tahun? Mohon penegasan.
Kemudian yang kedua, Ahli mengatakan Pasal 4 PNPS a quo pada
dasarnya tidak ada masalah karena telah dimasukkan ke dalam KUHP.
Sedangkan Ahli dari Pemohon yaitu Prof. Sahetapy mengatakan adalah
sangat mengherankan bagaimana suatu undang-undang yang
direkayasa di zaman tirani dan kemudian dengan prosedur yang tidak
jelas di-simsalabim menjadi Pasal 156A KUHP. Pertanyaannya adalah
secara ilmu hukum pidana, apakah lazim memasukkan suatu pasal
pidana tertentu ke dalam suatu kodifikasi hukum pidana? Pertanyaan
serupa mohon juga dijawab oleh Saudara ahli Eddy Hiariej.
Kemudian untuk Saudara Ahli Dr. Eddy O.S Hiariej. Yang pertama,
tadi Ahli menjelaskan tentang historis PNPS. Pemohon mendalilkan
bahwa produk PNPS Nomor 1 Tahun 1965 dibuat pada masa
pemberlakukan hukum darurat perang. Apakah benar dibuat di dalam
suatu masa hukum darurat perang? Mohon kepastiannya.
Kemudian yang kedua, Pemohon juga mendalilkan Pasal 3
Undang-Undang PNPS bertentangan dengan asas kepastian hukum,
karena tidak jelas dimengerti dan tidak dapat diperkirakan, misalnya
tentang yang dimaksud pokok-pokok ajaran agama dan lain-lain. Apa
pendapat Ahli tentang pernyataan Pemohon dalam permohonannya ini?
Yang terakhir, tadi Ahli menjelaskan adanya pengaturan penodaan
agama juga dalam KUHP Belanda. Setahu saya, setahu kami, Partai
Kristen Demokrat atau PKD di Belanda praktis hampir selalu menguasai
parlemen. Bisakah Saudara menjelaskan apa latar belakang Partai PKD
mengusung undang-undang yang mengatur penodaan agama ini?
Terima kasih.
Terima kasih, Yang Mulia.

92. KETUA : PROF. DR. MOH. MAHFUD MD., S.H.

Ya baik, cukup.
Jadi begini Saudara Sardy tidak usah menjawab. Nanti sore saja
kalau menjawab. Sekarang, masing-masing 2,5 menit untuk Ahli.
Silakan Prof. Andi!

93. AHLI (YANG DIHADIRKAN MK) : PROF. DR. ANDI HAMZAH

Jawabannya saya mengenai 1 tahun tadi, sebenarnya saya lupa


tadi menyampaikan kepada Yang Mulia Ketua. Bahwa ada kaitan dengan

38
penahanan. Bahwa yang satu tahun itu tidak bisa ditahan kan menurut
KUHAP.
Di dalam Undang-Undang Administrasi ini umumnya pegawai
negeri sipil (...)

94. PIHAK TERKAIT (MUI) : M. LUTFI HAKIM, S.H., M.H.

Mohon menggunakan mic, Yang Mulia.

95. AHLI (YANG DIHADIRKAN MK) : PROF. DR. ANDI HAMZAH

....adalah penyidik, Departemen Kehutanan, Departemen


Perikanan, itu ada penyidik semua itu. Jadi kalau diancam 5 tahun dia
akan bisa menahan orang, ya kan? Dimana dia tahan? Apa penjara mau
terima kalau ada orang surat perintah penahanan yang bukan dari polisi
atau kejaksaan. Ini menjadi persoalan kan? Maka itu minimumnya satu
tahun, artinya dia tidak bisa melakukan penahanan. Kalau ditaruh 5
tahun, dia bisa melakukan penahanan. Ini praktisnya seperti itu. Jadi
kalau mau lebih dari 1 tahun harus dikasih baju Undang-Undang Pidana,
atau masukkan dalam KUHP. Ya, jadi seperti Undang-Undang
Lingkungan Hidup, itu kan kalau kita 10 tahun. Kalau Belanda dia
masukkan ke Undang-Undang Tindak Pidana Ekonomi, supaya mendapat
baju, payung Undang-Undang Pidana.
Begitu, saya kira itu. Masih ada yang ditanya tadi?

96. KETUA : PROF. DR. MOH. MAHFUD MD., S.H.

Oke, Saudara Eddy Hiariej.

97. AHLI (YANG DIHADIRKAN MK) : DR. EDDY O.S. HIARIEJ, S.H.,
M.H.

Terima kasih, Majelis yang mulia.


Yang pertama dari Pemohon mengenai kebebasan berpikir dan
berkeyakinan yang saya maksudkan adalah yang seperti yang Saudara
ajukan tadi adalah saksi yang menganut aliran kepercayaan. Ini tidak
bisa diadili atau dihukum karena itu ialah keyakinan dan kepercayaan
yang bersangkutan.
Kemudian pertanyaan Saudara mengenai mens rea. Kalau kita
berbicara mengenai mens rea berarti kita berbicara mengenai subjektive
onrecht element, melawan hukum yang subjektif. Dalam hukum pidana
kita menggunakan teori yang namanya kesengajaan yang diobjektifkan.
Artinya apa? Subjektive onrecht element itu hanya bisa dilihat, hanya
bisa diketahui kalau ada subjektive onrecht element. Saudara bisa
kembali mempelajari bukunya Moelyatno, mengenai elemen-elemen
perbuatan pidana.

39
Yang berikut pertanyaan dari Pihak Terkait, bahwa penambahan
pasal seperti 156A atau misalnya Pasal 136B itu adalah hal yang wajar
dalam pemberharuan KUHP. Kalau membuka Wetboek van Strafrecht di
Belanda itu biasanya di setiap tambahan Pasal 156A,15..., apa,
tambahan-tambahan dengan mengunakan huruf.
Kemudian yang kedua mengenai pertanyaan keadaan darurat
perang. Saya kira keadaan darurat perang tidak ada hubungannya tidak
ada hubungannya dengan Undang-Undang Nomor 1 PNPS 1965.
Keadaan darurat perang itu diumumkan oleh Nasution pada tahun 1957
ketika sidang konstituante di Bandung ingin mengubah dasar negara
Pancasila dan keadaan darurat perang itu sudah di cabut pada Tahun
1963, ketika Irian Barat kembali ke dalam pangkuan wilayah RI.
Pada Tahun 1965, tadi yang sudah dikatakan oleh Prof. Andi
Hamzah, pada saat itu adalah Jaksa Agung Gunawan waktu itu yang
kemudian untuk membasmi aliran kepercayaan yang dianggap sesat.
Tetapi jangan juga dilupakan bahwa pada saat itu banyak terjemahan-
terjemahan sesat yang dilakukan oleh Partai Komunis Indonesia sekitar
tahun 1964-1965 antara lain yang diplesetkan oleh PKI itu bahwa orang
Islam itu tidak perlu shalat sesuai surat Al-Ma’un ayat, fawailul
lilmusholin, celakalah bagi orang-orang yang shalat.” Tapi tidak
meneruskan ayat itu. lha, ini kemudian asbamul nuzul adanya Undang-
Undang Nomor 1 PNPS 1965.
Yang berikut adalah mengenai yang didalilkan oleh Pemohon
bahwa dalam pasal tersebut tidak mengandung kepastian hukum.
Memang kalau kita kembali pada prinsip pada asas legalitas lex praevia,
lex certa, lex stricta dan lex scripta ini memang antara yang satu
dengan yang lain saling bersinggungan.
Sebagai satu contoh, tadi dikatakan bahwa tidak ada pidana,
tidak ada perbuatan pidana tanpa ada Undang-Undang Pidana yang
ketat. Kalau Undang-Undang Pidana yang ketat itu berarti tidak boleh
dilakukan analogi, tetapi terjadi analogi di dalam hukum pidana itu sudah
terjadi di Belanda sejak tahun 1921. Artinya apa? Perkembangan hukum
itu selalu dia selalu sesuai zaman dan masanya. Jadi betul di satu sisi
memang ada satu postulat dasar yang di kemukakan oleh Immanuel
Kant “súmmum ius, summa iniuria” suatu hukum yang semakin pasti
semakin tidak adil. Terserah kepada Majelis, mau memilih kepada
kepastian hukum ataukah kepada keadilan. Dan konsep dasar hukum
pidana itu selalu mengantinomikan antara juctice versus kepastian
hukum.
Yang terakhir, bahwa yang menarik bahwa memang Partai
Kristen Demokrat selalu menguasai Twee de Kammer atau parlemen di
Belanda dan dalam memorie van toelichting dimasukkan pasal-pasal
penodaan agama dalam Wetboek Van Strafrecht di negeri Belanda
semata-mata adalah untuk melidungi golongan minoritas.
Sekian dan terima kasih.

40
98. KUASA HUKUM PEMOHON : ULI PARULIAN SIHOMBING, S.H.,
LL.M.

Yang Mulia, mohon 10 detik.

99. KETUA : PROF. DR. MOH. MAHFUD MD., S.H.

Ya, baik. Dengan demikian sidang akan ditutup dan akan dibuka
kembali jam 14.00.

KETUK PALU 3X

SIDANG DISKORS PUKUL 12.05 WIB

SIDANG DIBUKA KEMBALI PUKUL 14.00 WIB

100. KETUA : PROF. DR. MOH. MAHFUD MD., S.H. MD

Assalamualaikum wr. wb.


Dengan mencabut skors, sidang pleno untuk Perkara Nomor
140/PUU-VII/2009 dinyatakan dibuka kembali.

KETUK PALU 3X

Berikutnya kita akan mendengarkan tanggapan atau keterangan


dari Pihak Terkait yaitu Yayasan Irena Center
Silakan.

101. PIHAK TERKAIT (YAYASAN IRENE CENTER) : HJ. IRENE


HANDOYO

Assalamualaikum wr. wb.


Yang Mulia Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi, Pemerintah, DPR,
Terkait, Pemohon dan hadirin seluruhnya.
Ruang sidang ini, perlu diketahui sebenarnya bukan panggung
saya. Saya bukan ahli hukum, saya hanya seorang Ibu yang menangis
karena kegelisahan anak-anak, bangsa terutama yang beragama Islam.
Mereka merintih dan menangis karena maraknya penodaan agama yang
menimpa diri mereka.

41
Saya tampil di sini untuk melengkapi, menyajikan yang belum
terungkap. Itu sebabnya saya hadir di sini.
Yang Mulia Majelis Hakim.
Sebagaimana yang kita ketahui, bukti-bukti penodaan agama
yang dilakukan oleh orang-orang yang mengaku beragama Islam dan
menodai agama Islam. Contohnya Mirza Gulam Ahmad, nabi dari aliran
Ahmadiyah. Kesesatan Ahmadiyah adalah dia mengaku sebagai nabi dan
rasul, kitab sucinya tazkirah ibadah hajinya gharabwah dan qodhiyan.
Berikutnya adalah Lia Aminuddin yang mengaku sebagai
penguasa kerajaan Tuhan. Pada tahun 1997 dia mengaku sebagai Imam
Mahdi, maaf mengaku sebagai Jibril. Tahun 1998 mengaku sebagai
Imam Mahdi dan setelah menggunduli rambutnya mengaku sebagai,
mendapat maaf, agak terputus, mengaku sebagai Jibril roh kudus.
Ini adalah fotonya Lia Aminuddin, ini adalah jamaahnya
salamullah dan ini ketika Lia Aminuddin mengaku mendapatkan wahyu
dari Allah.
Berikutnya, akan saya sajikan bukti-bukti penodaan agama oleh
pihak luar Islam dengan cara melakukan penafsiran yang menyimpang.
Adapun yang dimaksud perbuatan di depan umum, bisa dilaksanakan
lewat lisan, tulisan lewat media cetak, media elektronik, buku, brosur,
koran, VCD, website. Akan saya tunjukkan buktinya masing-masing
tentang penodaan itu.
Buku, pada tahun 2004 beredar buku The Islamic Invasion yang
ditulis oleh Robert Morey dengan edisi lux, dijual di kaki lima hanya
dengan harga 5000 rupiah untuk setebal 300 halaman, luar biasa
kejinya.
Kita lihat fotonya Robert Morey, itulah dia dan bukunya The
Islamic Invasion, apa yang dia katakan? Dia mengatakan bahwa Allah
adalah dewa bulan, dan itu tercantum pada halaman 58.
Berikutnya lagi, dia menyatakan bahwa Allah SWT adalah
sebesar-besarnya penipu dan itu tercantum dalam halaman 76.
Berikutnya lagi, dia menyatakan bahwa Rasullulah SAW kesurupan dan
kemungkinan besar epilepsi. Dan itu tercantum dalam halaman 85. Lebih
lanjut lagi dia mengatakan ajaran Rasullulah SAW absurd, tidak ada
peluang untuk benar dan itu tercantum dalam halaman 93.
Berikutnya lagi, dia menyatakan bahwa ajaran-ajaran setan ada
dalam kitab suci Al-qurannya orang Islam, Nabi Muhammad SAW
dikatakan mendapat inspirasi dari syaitan. Hal itu bisa dilihat pada
halaman 30.
Kejeniusan Rasulullah mengubah ibadah penyembahan dewa
bulan menjadi dewa Islam, menjadi agama Islam, maaf. Dan agama
Islam adalah agama terbesar di dunia, itu kata Robert Morey yang
tercantum pada halaman 109.
Dia menyatakan shalat adalah pemaksaan kultural dan sekaligus
dia menyatakan imperialisme budaya sudah terjadi di dalam Islam, itu

42
pun dinyatakan oleh Robert Morey. Kemudian kita saksikan lagi,
dikatakan juga bahwa Islam menindas wanita, itu ada di halaman 52.
Muhammad melakukan pembunuhan, perampokan terhadap
orang yang dianggap kafir atas nama Allah, itu yang dikatakannya dalam
buku Robert Morey ini.
Berikut lagi, Islam mengadopsi simbol ritus agama dan nama
tuhan dari agama pagan kuno, itu adalah tuduhan Robert Morey.
Berikutnya, maka kata Robert Morey orang-orang muslim harus menolak
kitab suci Al-Quran dan Al-Quran bukan bersumber dari wahyu.
Berikutnya kita saksikan foto-foto ini, menurut Robert Morey, foto dewa
bulan yang dia temukan di Hazor, dia katakan umat Islam adalah
penyembah berhala yaitu dewa matahari.
Bagaimana penodaan lewat buku? Selain Robert Morey kita bisa
lihat juga di dalam buku yang di tulis oleh Drs. H. Amos, entah “H” itu
singkatan apa, mungkin Himar. Namanya sendiri adalah Purnomo
Winangun, dia mengatakan bahwa ibadah haji adalah ibadah mainan
anak kecil. Dia menyatakan bahwa Allah itu bukan dzat tapi z-a-t zat
,benda. Berikutnya lagi dia menyatakan Allah itu lebih dari satu, bukan
Allahu Ahad, dia menyatakan bahwa Muhammad itu itu tidak selamat
bahkan minta diselamatkan, minta di doakan oleh umatnya supaya
selamat. Dia menyatakan Hajar Aswad itulah berhala yang disembah
oleh umat Islam. Dia menyatakan upacara ibadah haji sebagai ibadah
penyembahan berhala. Maka dia mengatakan umat Islam
memberhalakan Makkah dan Ka’bah. Hajar Aswad sangat di dewa-dewa
kan dan dianggap sebagai Allah Yang Maha Besar, itulah kata terjemah
kata Purnomo Winangun, itulah terjemah daripada kalimat Allahu Akbar.
Siapapun yang tidak mau mencium Hajar Aswad, katanya
Purnomo Winangun maka bagi orang Islam dia adalah kafir. Sekarang
kita saksikan penodaan lewat brosur. Banyak brosur-brosur penodaan,
dalam kesempatan ini saya tampilkan contohnya saja, Insya Allah sekitar
lima brosur.
Brosur ini kalau dilihat sekilas sepertinya brosur umat Islam, tapi
ternyata bukan brosur umat Islam. Bahkan brosur-brosur ini
membandingkan antara Al-Quran dengan kitab suci agama yang lain.
Dan disebutkan disitu ayat-ayat dan juga suratnya.
Allah disebut sebagai nama dewa bangsa Arab yang mengairi
bumi. Jadi Allah adalah dewa zaman pra Islam.
Berikutnya disebutkan, Isa AS ruh Allah, maka Isa adalah Allah.
Berikutnya siapakah yang bernama Allah itu? Isinya jadi yang bernama
Allah itu adalah dewa.
Berikutnya lagi adalah brosur yang berjudul keselamatan. Dia
menyatakan shiratal mustaqim adalah Isa anak Maryam yang harus
diikuti dan ditaati, memakai ayat Al-Quran yaitu surat Zukruf ayat 61 tapi
disimpangkan maknanya. Manusia bisa memperoleh keselamatan jika
ikuti shiratal mustaqim. Siapa shiratal mustaqim? Maka dikatakan Isa
A.S.

43
Demikian pula rahasia jalan ke surga. Seolah pembuatnya Islam
karena ditulis pembuatnya adalah Dakwah Ukhuwah lengkap dengan P
Box-nya. Isinya adalah agar manusia dapat mencapai surga harus
mengikuti Isa A.S, dan kemudian dia pun mengutip dari surat Maryam
ayat 19, ayat Al-quran dipelencengkan penafsirannya di sini dan
memakai ayat dari kitab suci yang lain.
Bagaimana penodaan dalam bentuk VCD? Penodaan dalam
bentuk VCD kita bisa saksikan, saya akan perdengarkan kepada Ibu dan
Bapak hanya dalam waktu 3 menit atau 2 menit, klip penodaan terhadap
Al-quran. Ini peristiwa ini terjadi di Batu, Malang. Dan inilah
pembuktian-pembuktiannya.

(PEMUTARAN VIDEO)

Yang diangkat itu adalah kitab suci Al-Quran


Insya Allah Ibu dan Bapak seluruhnya, Yang Mulia Majelis Hakim
juga mendengar dan melihat dengan saksama apa yang diletakkan di
lantai itu, dan apa yang dihujat, apa yang mereka katakan mengusir roh
setan dari kitab suci Al-Quran.
Inilah bentuk konkrit pembuktian dari penodaan agama yang
Saudara pertanyakan.
Kita lanjutkan, ada kemudian orang yang mengaku bernama Ali
Makrus. Dia mengaku mantan muslim, dia mengaku mantan Ketua FPI
Surabaya. Apa kemudian yang dia katakan

(PEMUTARAN VIDEO)

Ibu dan Bapak bisa menyaksikan betapa biadab, kejam, keji atau
lain yang lebih tepat daripada ungkapan ini. Ini jelas fitnah dan kita
semua tahu bahwa mereka melakukan fitnah itu. Peristiwa itu sampai
hari ini tetap berlangsung, saya buktikan harian Republika, Jumat
tanggal 19 Februari 2010 masih juga memberitakan tentang Makrus Ali
atau Ali Makrus itu. Apa yang dia perbuat menghina ajaran dan ibadah
umat Islam, menimbulkan kebencian pada pihak lain karena terlihat
simbol dari kegiatan penceramah di tempat ibadah agama tertentu.
Diduga ini merupakan upaya provokasi terhadap umat Islam
Ibu dan Bapak yang dirahmati Allah.
Bukan hanya itu saja, mereka juga melakukannya di website.
Coba kita lihat dan saya mohon kepada Saudara-Saudara saya seiman
dan seakidah, jangan terpancing emosi, di dalam ruangan ini kita
membuktikan seperti permintaan dari pihak Pemohon, apa ukuran
penistaan atau penodaan agama. Ini saya akan beberkan
pembuktiannya, silakan diukur kalau Anda masih punya hati nurani.
Forum blog ini oleh Forum Murtadin Indonesia, bisa dibaca blog-
nya. Isinya menggambarkan surga dan nikmatnya pesta seks dalam
Islam. Berikutnya kebohongan Islam. Silakan, web-nya. Isi

44
menggambarkan Rasulullah yang dimuliakan oleh umat Islam meminta
dituangkan minuman keras atau khamer.
Berikutnya kebohongan Islam, isinya adalah Allah dan Rasulullah
memperbolehkan sodomi. Kata mereka sodomi dihalalkan Allah dan
Rasulullah. Kemudian Laskar Murtadin, isinya, mereka menggunakan
foto ulama Islam tapi mengajak kepada gerakan pemurtadan. Siapa foto
beliau yang tercantum di sini, Habib Riziq dan Abu Bakar Ba’asir. Maaf
Dja’far Umar Thalib. “Kami laskar murtadin mengajak Saudara-Saudara
sekalian untuk meninggalkan Islam dan bergabung bersama kami dalam
misi pemurtadan.” Omong kosong, bohong dan sekaligus fitnah, bukan
hanya penodaan.
Berita muslim shahih, namanya demikian, tapi isinya apa?
Menyatakan Allah adalah Tuhan abal-abal. Berita muslim shahah lebih
lanjut menyatakan tiga bukti logis dan faktual, Allah SWT bukan Tuhan.
Disebut saya katakan muslim itu goblok, Allah bukan Tuhan tapi berhala.
Berita muslim shahih mengatakan Islam agama sakit, Muhammad tidak
sinting tapi sakit jiwa. Berita muslim shahih berikutnya mengatakan,
nilai moral nabi yang meniduri gadis 9 tahun. Islam expose menyatakan
menyebut nama Allah sebagai Ouwlah, ini lebih kurang ajar lagi.
Mohon tidak emosi Saudara seiman dan seakidah karena kita
dalam pembuktian.
Islam expose menggambar sosok lelaki jelek dengan menyatakan
itu adalah Rasulullah sebagai pemakai kondom merek “durex,” itu dalam
bahasa Belanda.
The gangster of Muhammed, kemudian berita muslim shahih
mengatakan isi gambar kartun Allah, Nabi Muhammad dan muslim
digambarkan dalam adegan yang sangat menghina.
Sekali lagi karena ini pembuktian, coba kita ukur sampai dimana
ukuran obyektif para Pemohon.
Klik publication, gambar kartun muslim melakukan sholat
dikatakan menyembah dewa bulan. Itu pertanyaannya, sholat sama
dengan menyembah dewa bulan dan mereka gambarkan dewa bulan
yang ada di Azhor.
Berikut lagi kita saksikan, mereka katakan nabi Muhammad SAW
masuk neraka, maka dikelilingi oleh api neraka sujud menyembah
kepada Yesus Kristuslah Tuhan katanya. Lihat mereka memasang ayat-
ayat bibelnya di. Yohanes Pasal 1 ayat (10), Yohanes Pasal 5 ayat (27),
Filipi Pasal 2 ayat (11).
Kemudian merekapun menyatakan bahwa Allah adalah setan,
lengkap dengan ayat Bibelnya, kembali tadi ayat Bibelnya, Lukas Pasal 9
ayat (23) dan (24).
Berikutnya faithfreedom.com, tidak kurang biadabnya, isinya
adalah gambar komik tentang perzinahan dia sebut nama Muhammad
dan Zainab. faithfreedom.com, faithfreedom-Indonesia, dia
menyatakan, dia membuat komik tentang Rasullah dengan Hafsa.
Padahal Nabi Muhammad SAW tidak boleh untuk digambarkan, umut

45
Islam tidak pernah mencoba-coba untuk menggambar beliau. Tapi
mengapa umat di luar Islam, pihak ketiga membuat seperti ini? Dan di
situ dikatakan gambar komik tentatang Al Azl, ngeseks islamiyah
katanya, dan masih ada lebih dari 100 website situs atau blog lain yang
berisi penodaan terhadap ajaran dan simbol-simbol agama Islam.
Nah, sekarang coba kita mempersilakan pada pihak Pemohon,
apakah Saudara masih punya hati nurani melihat ini semua? Kita
sekarang membuat pembuktian terbalik. Kalau agama Anda
diperlakukan seperti ini apakah Anda juga terima dan nyatakan ini
kebebasan beragama? Siapkah? Elton John dia orang Kristen dia
mengatakan “Jesus was a gay Lord ”
Berikut, Michael Elton John menyebut Yesus seorang gay,
penyanyi Kristen asal Inggris dikutuk oleh Amerika. Ternyata Amerika
juga mengenal pengutukan. Masih ada yang lain kalau Anda ingin tahu.
Kalau undang-undang ini dihapuskan apa yang terjadi? Yesus merokok
dan minum bir, gegerkan Kristen di India sampai menimbulkan
kerusuhan di sana.
Berikutnya, ini coba Anda lihat bagaimana kalau salib Anda dibuat
seperti ini? Salib kodok hijau, katak hijau. Maka sebelah tangan kanan
dan kiri memegang mug dan kemudian telur. Jangan terkejut, ini juga
sudah ada. Tapi umat Islam tidak pernah mau berbuat seperti ini,
selama sekian tahun kami tetap diam dan sabar, karena kami taat
hukum, lihatlah, siaplah untuk melihat gambar ini. Bagaimana kalau
Tuhan Anda diperbuat seperti ini, siapkah? Sampai dimana hati nurani
Anda? detik.com ini juga menimpa Budha, dikatakan patung Budha
berwajah mendiang Gus Dur menuai protes umat Budha. Ini yang
dilakukan, inilah kalau tidak ada Undang-Undang tentang Penodaan
Agama dan itukah yang Anda inginkan? Sampai dimana hati nurani
Anda? Undang-Undang Nomor 1 justru untuk membentengi agar supaya
umat beragama tetap dalam keadaan aman, apakah ada agenda
tersendiri dari pihak Anda untuk kemudian membuat bangsa ini menjadi
carut marut dan ribut? Kami sejak lama sudah menahan diri. Sampai
ketika peristiwa Mei tahun 1978 umat Islam dituduh dengan fitnah yang
sangat keji. Teriak Allahu Akbar kemudian memperkosa dan teriak dan
fitnahan itu menyebar seluruh dunia yang sampai hari ini Anda-Anda
hanya bisa memfitnah dan tidak mampu membuktikan.
Barangkali Majelis Hakim, saya mohon Yang Mulia mendengarkan
apa yang disampaikan berikutnya beberapa menit oleh penasihat hukum
kami.
Terima kasih.

102. KETUA : PROF. DR. MOH. MAHFUD MD., S.H.

Tidak usah, terlalu panjang.

46
Berikutnya Ittihadul Muballighin, nanti saja. Gantian biar kalau
waktunya habis tersisa nanti boleh. Yang sudah terdaftar dulu, kuota
waktunya biar tepat.

103. PIHAK TERKAIT(ITTIHADUL MUBALLIGHIN) : DRS. H. NINGRAM


ABDULLAH, M. AG.

Assalamualaikum wr. wb.


Yang Mulia Ketua dan Anggota Hakim Mahkamah Konstitusi.
Kami akan bacakan pendapat Ittihadul Muballigin tentang
terhadap permohonan pengujian materil Undang-Undang Nomor 1 PNPS
1965 tentang Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama oleh tim
advokasi kebebasan beragama.
Assalamualikum wr.wb
Dengan memanjatkan puji dan syukur kepada Allah Swt atas
segala rahmat dan nikmat serta shalawat dan salam semoga tercurah
kepada Nabi Muhammad Saw semoga kita dapat memperjuangkan
ajaran sunnahnya.
Yang Mulua Ketua dan Anggota Hakim Mahkamah Konstitusi yang
berbahagia,
Islam adalah agama yang mendambakan perdamaian. Hal ini
tergambar yang dianjurkannya kita setiap bertemu mengucapkan
assalamualaikum, damai untuk Anda. Demikian juga ketika selesai
sholat kita, mengucapkan salam kedamaian yang didambakan bukan
hanya untuk diri sendiri tapi untuk pihak lain. Sehingga kata Nabi
seorang muslim adalah siapa yang menyelamatkan orang lain, yang
mendapatkan kedamaian dari gangguan lidah dan tangannya.
Jadi perdamaian merupakan salah satu ciri utama agama Islam,
karenanya agama Islam mengharusakan adanya kedamaian bagi seluruh
mahluk, sehingga dalam perang pun kalau mereka cenderung kepada
kedamaian maka sambutlah kecenderungan itu dan berserah dirilah
kepada Allah.
Bahwa dalam rangka mewujudkan perdamaian itu dengan pihak
lain Islam pun mengajarkan dialog yang baik. Dan dialog itu pun ada
keputusannya, dalam As-sabba dikatakan, “katakanlah kamikah yang
benar atau Anda yang benar, kamikah yang salah atau Anda yang
salah?”
Para Hakim yang mulia, dalam perkara yang kita sidangkan hari
ini tentu berpedoman dengan ini. Kami pendukung Undang-Undang
Nomor 1 ini yang benar atau Pemohon, Tim Advokasi Kebebasan
Beragama? Jawabannya tentu adalah dari isi permohonan yang diajukan,
dari terungkap dari sidang-sidang terdahulu, maka sebenarnya kamilah
yang benar, kami dan pendukung inilah yang benar, sedangkan mereka
adalah sesat yang sesesat-sesatnya. Karena mereka tidak mau
kedamaian.

47
Untuk itu Hakim yang mulia, kalau pada sidang dahulu ada dari
Saksi Pemohon mengatakan bahwa, undang-undang ini perlu
dimasukkan kantong sampah, justru permohonan merekalah yang perlu
dimasukkan kantong sampah, kenapa? Karena mereka tidak berhak uji
materiil, karena mereka tidak bergerak dalam bidang keagamaan.
Karena ini Undang-Undang Penodaan Agama dan empat Pemohon yang
perorangan itu juga tidak tergangu aktivitasnya.
Yang Mulia Hakim Mahkamah Konstitusi, berbicara soal
kerukunan dan toleransi, Islam merupakan agama yang paling menjaga
kerukunan dan toleransi. Islam datang tidak hanya berjuang
mempertahankan eksistensinya sebagai agama tetapi juga mengakui
eksistensi agama lain, tidak seperti tadi yang kita dengar. Oleh karena
itu maka jelas Al-Quran mengatakan, lha iqraha fidin, ada paksaan
dalam agama Islam.” Lakum diinukum waliyadin, “bagimu agamamu dan
bagiku agamaku.” Dan orang Islam diperintahkan untuk memberi
perlindungan terhadap non muslim yang meminta perlindungan, surat
At-taubah ayat 6 “dan jika seorang diantara orang musyrik itu minta
perlindungan kepadamu, lindungilah ia supaya ia mendengar firman
Allah, kemudian antarkan ia ke tempat yang aman baginya, demikian
itu disiapkan mereka kaum yang tidak mengetahui".
Sungguh seorang muslim dilarang menodai agama lain, karenanya
orang Islam tidak pernah menodai agamanya, kenapa? Karena
berpedoman kepada Al- quran surat Al-anam ayat 108, walla tasibu
ladzina yada’una mindunillah,fayasubullaha ad wabighairil ilm. Dan
janganlah kamu memaki-maki, menghina sembahan-sembahan yang
mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki-maki
Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan.” Yang terjadi tadi itu
adalah mereka memaki-maki tanpa pengetahuan dan tanpa batas.
Umat Islam tidak akan menodai agama lain, kalau agamanya
tidak dinodai. Umat Islam tidak akan mengganggu aliran-aliran yang
menyimpang dari Islam jika tidak mengatasnamakan Islam dan tidak
menjelekkan Islam. Oleh karenanya jangan coba-coba agama lain atau
aliran lain mengaku Islam mengubah-ngubah ajaran Islam, keimanan
seorang muslim akan melawannya siapapun yang merubah-rubah ajaran
Islam.
Oleh karena itu Hakim yang mulia, di sinilah urgensinya di sinilah
pentingnya negara melindungi umat beragama dari siapa saja yang
merong-rong keberagaman seorang muslim.
Maka Undang-Undang PNPS Nomor 1 Tahun 1965 ini harus
dipertahankan. Pemohon selalu mengatasnamakan kebebasan, padahal
kebebasan yang kami garisbawahi adalah yang seperti dikatakan oleh
Ibnu Koldun, kebebasan sesorang dibatasi oleh kebebasan orang lain
khuriyatun mar’ii mahdhotun bidhatun khairi, hak seorang pun dibatasi
oleh hak orang lain . Dengan dalih kebebasan, apakah bebas menghina,
menodai, apakah undang-undang ini tidak diperlukan? Kami bertanya
kepada Pemohon dan Kuasa Pemohon, apakah Anda beragama? Kalau

48
Pemohon dan Kuasa Hukum Pemohon beragama, apakah rela agama
Anda dihina? Apakah rela agama Anda dinodai? Kalau Pemohon dan
Kuasa Hukum Pemohon tidak beragama, maka tidak berhak menguji ini,
karena Indonesia berdasar pada Tuhan Yang Maha Esa.
Sekali lagi undang-undang ini perlu dipertahankan. Kita tidak bisa
bayangkan kalau undang-undang ini dicabut, sebagai ilustrasi saja jika
ada seorang dari sebuah desa dipukul oleh desa lain maka akan terjadi
tawuran masal, kenapa? Menjaga kehormatan desa, mereka tidak
mempertimbangkan benar dan salahnya. Apalagi agama yang sakral ini,
dihina, dinodai, maka apa yang terjadi kira-kira kita bayangkan. Itulah
mutlaknya, perlunya Undang-Undang PNPS ini.
Para Hakim Konstitusi yang mulia, sebagaimana kita pelajari dulu
di sekolah, pembuka Undang-undang Dasar, batang tubuh dan
penjelasan adalah merupakan suatu kesatuan yang tidak bisa dipisah-
pisahkan. Ternyata kalau kita baca mengenai memisah-misahkan bahkan
memotong, bahkan menyembunyikan, sudah jelas tadi dibacakan oleh
Pak kyai kita bahwa, Pasal 28 itu jelas. Ayat (1) “setiap orang wajib
menghormati hak asasi manusia orang yang lain dalam tertib kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Ayat (2) di dalam
menjalankan hak dan kebebasannya setiap orang wajib tunduk kepada
pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang, dengan maksud
semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak
dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil
sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan,
ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis
Jadi jelas adanya pembatasan yang dikatakan undang-undang,
maka Undang-Undang PNPS ini adalah konstitusional yang harus
dipertahankan.
Hakim Yang Mulia, kalau kami amati semua fenomena yang
terjadi di Indonesia ini, baik bidang politik, bidang sosial, agama yang
serba kontroversi ini adalah akibat dari liberalisme dan HAM yang
dipahami oleh sementara kelompok semau gue kata orang Jakarta
Betawi.
Mereka yang mengajukan kebebasan agama lewat undang-
undang ini adalah mereka yang terpengaruh dari liberalisme dan HAM
yang ada di Barat. Kami bertanya kepada Hakim yang mulia, apakah
sama liberalisme dan HAM yang ada di Barat dengan liberalisme dan
HAM yang ada di Indonesia? Kalau sama tentunya free sex bebas,
mabuk-mabukan bebas, judi bebas, menghina agama bebas, memilih
agama bebas. Oleh karena itu maka, Hakim yang mulia, liberalisme dan
HAM di Indonesia ini harus dibatasi oleh Pancasila, harus dibatasi oleh
norma etika dan agama. Nah, karena itu maka bisalah ini nampaknya
terjadi adalah karena ideologi lama yang berbaju baru. Oleh karena itu
maka ya untuk bidang ke hukum kami serahkan kepada dari kuasa
hukum kami Achmad Michdan.
Terima kasih, wassalamualaikum, wr. wb.

49
104. KETUA : PROF. DR. MOH. MAHFUD MD., S.H.

Selanjutnya dari Bassra.

105. PIHAK TERKAIT (BASSRA) : K.H. NAIRUL ROCHMAN

Assalamualaikum, wr. wb.


Bapak Ketua Mahkamah yang kami muliakan, kami dari Bassra
akan menyerahkan sikap Bassra secara tertulis melalui Majelis
Mahkamah kepada Panitera nanti dan selanjutnya mungkin nanti akan
sikap kami akan dijabarkan oleh advokat kami Dr. Eggy Sudjana, S.H.,
M.Si.
Hanya kami akan menggarisbawahi, apalagi setelah mendengar
banyak penodaan-penodaan terhadap agama terutama kepada umat
Islam, maka sebetulnya dengan adanya PNPS kita menahan diri.
Menurut ajaran kami Allah sudah berfirman waqotilu fii sabilillahi ladzi
adyuqotiluna adnakum {sic}........ “dan perangilah di jalan Allah orang-
orang yang memerangi kamu tetapi janganlah kamu melampaui batas.”
Itu Islam. Jadi kalau ada yang orang memerangi pasti akan diperangi
oleh orang Islam tapi jangan sampai melampaui batas. Mengapa?
Karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
melampaui batas.
Orang-orang di luar sudah sepakat, seandainya jaminan ini, PNPS
ini dicabut akan ada fatwa ulama untuk menekan ayat ini. Kita tidak
boleh dibodohin yang tadi masya Allah, mau menangis hati saya. Allah
dibegitukan, Muhammad Saw dibegitukan dan menurut kami 5 tahun itu
sedikit. Mengapa saya katakan sedikit? Saya punya alasan, satu nilai
akidah dan iman serta pokok-pokok ajaran agama lebih mahal dari nilai
atau harga jiwa, raga, dan dunia serta isinya. Lebih baik mati kita kalau
seumpamanya ajaran Islam diinjak-injak, mahal nilai akidah menurut
kita. Kita hidup di dunia ini sementara 70 paling banyak kalau kita umur
70. Selanjutnya berabad-abad. Naudzubillah kalau kita di penjara, di
azab oleh Allah di neraka naudzubillah himindzalik tidak ada artinya di
dunia. Dunia hanya sementara tidak artinya, hidup yang menipu.
Apapun kenikmatannya, dua hari, tiga hari, seminggu, setahun biasa.
Bapak (kurang jelas) mungkin sudah merasakan, itu biasa menjadi
hakim itu kalau sudah setahun, dua tahun awal-awalnya Masya Allah,
itulah dunia menipu. Maka nomor dua, alasannya orang yang
membunuh semua sesamanya bisa di pidana penjara belasan tahun
sampai seumur hidup atau dihukum mati. Orang yang menghancurkan
akal dan jasad orang lain dengan narkoba bisa dipidana penjara sampai
belasan tahun atau seumur hidup atau hukum mati, maka orang atau
kelompok yang menghancurkan akidah dan iman, orang atau kelompok
lain dengan melakukan permusuhan, penyalahgunaan dan penodaan
terhadap pokok-pokok ajaran agamanya seharusnya dipidana orang atau

50
kelompok itu lebih berat, atau setidaknya lebih sama dengan pidananya
orang yang membunuh dan orang yang mengedarkan narkoba. Justru
itu Islam sebenarnya sudah sempurna. Firman Allah alyaumal akmakum,
dinukun, wathoalaikum ni’mati waladziril islammadina {sic} “pada hari
ini semenjak 14 abad tahun yang lalu Allah berfirman, hari ini telah
kusempurnakan untuk kamu agamamu dan telah kucukupkan kepadamu
nikmatku lantaran telah kuridhai Islam itu jadi agama bagimu.” Maka
orang atau kelompok dari umat Islam yang mempunyai paham atau
penafsiran atau kegiatan yang tidak sesuai dengan ajaran Islam yang
telah sempurna dan telah final semenjak 14 abad lalu, khususnya
adalah masalah-masalah pokok bukanlah masalah-masalah fura’i atau
khilafiah, orang atau kelompok tersebut sudah keluar dari Islam atau
sudah bukan orang Islam lagi murtad dan sudah menganut aliran sesat.
Maka Islam di Indonesia ada NU, Muhammadiyah, Persis dan
lain-lainnya yang kesemuanya itu hidup berdampingan dengan rukun
dan harmonis disebabkan karena mereka tidak menyimpang dari pokok-
pokok ajaran Islam. Tetapi kalau orang atau kelompok tersebut masih
ngotot dan bersikukuh dengan paham atau penafsiran-penafsiran atau
kegiatan-kegiatan yang tidak sesuai dengan pokok-pokok ajaran Islam,
maka dipersilakan keluar dari agama Islam dengan membentuk agama
sendiri di luar Islam dengan tidak mengembel-embeli kata-kata Islam
pada agama tersebut. Itulah yang dinamakan kebebasan beragama,
kebebasan meyakini kepercayaan dan kebebasan menyatakan pikiran
atau sikap sesuai dengan hati nuraninya. Bukan yang dikatakan
kebebasan meyakini, kebebasan beragama, kebebasan meyakini
kepercayaan, dan kebebasan menyatakan pikiran atau sikap sesuai
dengan hati nuraninya bukan dimaksud seseorang atau sekelompok
yang menganut suatu agama khususnya agama Islam dengan paham
atau penafsiran atau ajaran yang dia buat sendiri, sesuai dengan hati
nuraninya sendiri dan menyimpang dari pokok-pokok agama itu tetapi
justru hal yang demikian itu adalah pelecehan atau penodaan terhadap
agama.
Maka bentuk apa saja baik dikelompok maupun perorangan yang
melakukan penafsiran agama Islam atau agama lainnya yang dianut di
Indonesia atau melakukan kegiatan-kegiatan keagamaan yang
menyerupai kegiatan-kegiatan keagamaan itu sedangkan penafsiran atau
kegiatan-kegiatan yang menyimpang dari ajaran pokok-pokok ajaran
agama tersebut, berarti kelompok atau orang itu telah melecehkan dan
menodai agama tersebut, dan kelompok itu atau orang itu telah
melanggar HAM.
Dengan ini Bassra mengatakan seandainya Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1965 tentang Penyalahgunaan atau Penodaan Agama
dicabut pasti akan terjadi penodaan suatu agama yang dilakukan oleh
seseorang atu kelompok maupun agama lain. Dua, penyelewengan
agama yang ada di Indonesia untuk kepentingan tertentu yang
menyimpang dari pokok-pokok agama itu. Tiga, berkembangnya aliran

51
sesat secara bebas. Empat, merebaknya orang melanggar HAM dengan
leluasa. Yang kesemuanya ini akan menimbulkan:
1. Keresahan umat dalam memeluk agamanya selama hidup di
Indonesia.
2. Tidak adanya ketentraman menunaikan ibadah menurut agamanya
masing-masing.
3. Tidak ada jaminan dari Pemerintah bagi rakyatnya untuk
menikmati ketentraman menunaikan agamanya.
4. Tidak ada jaminan dari Pemerintah bagi rakyatnya untuk
menunaikan ibadah dengan murni, utuh menurut agamnya masing-
masing. Sehingga akan terjadi kekacauan dan keributan yang
ujung-ujungnya pertengkaran dan perang antara umat dan bangsa
kita sendiri.

Kalau keadaannya sudah seperti ini, akan merambat kepada


lenyapnya persatuan dan kesatuan yang akhirnya NKRI pasti akan
pecah.
Maka dengan hal-hal tersebut di atas pengurus Bassra memohon
kepada Mahkamah Konstitusi agar mengabaikan permohonan pihak
Pemohon dan jangan membatalkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1965 ini.
Demikian dan akan diteruskan penjabarannya oleh advokat kami,
wassalamualaikum wr. wb.

106. KETUA : PROF. DR. MOH. MAHFUD MD., S.H.

Baik, kami beri waktu masing-masing 5 menit untuk panasihat


hukum.
Dari Irene Center.

107. KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT (YAYASAN IRENE CENTER) :


MUHAMMAD ICHSAN, S.H., M.H.

Terima kasih Yang Mulia.


Assalamualaikum wr. wb.
Hanya tiga poin. Yang pertama adalah pada permohonan
Pemohon, di samping mempergunakan legal standing-nya berdasarkan
Pasal 51 ayat (1) juga menyebutkan hak gugat LSM atau NGO standing
Tusu. Dan ini tidak tepat, karena tidak ada di anggaran dasar atau
akte pendirian yang menyebutkan menyebutkan aspek keagamaan.
Mereka bukan wali dari orang-orang yang mengalami kerugian
konstitusional, oleh Karena faktor penodaan agama. Jadi artinya, di
samping dalam aspek kerugian konstitusional menurut Pasal 51 ayat (1),
karena tidak mengalami kerugian secara nyata, tidak mengalami
kerugian dalam aspek potensional, sebagaimana yang
diargumentasikan, didalilkan oleh mereka maka tentunya kalaupun ini

52
menjadikan sebuah ketegasan bagi mereka tentu mereka harus
membuktikan di persidangan ini.
Yang kedua kalaupun mereka mempergunakan hak gugat LSM
atau NGO standing Tusu ini juga tidak tepat. Karena mereka tidak ada di
dalam akte pendirian atau anggaran dasar mereka. Menyebutkan nilai-
nilai keagamaan yang mereka usung di dalam akte pendirian. Dan
mereka bukan wali dari orang-orang yang mengalami kerugian secara
konstitusional berdasarkan unsur penodaan agama.
Oleh karena itu berkaitan dengan pokok posita mereka, ada dua
hal yang sangat bertentangan di sini adalah persoalan unsur pada Pasal
1 ayat (1) undang-undang, sebagaimana yang kemudian dipersoalkan
dalam pengujian ini. Dua unsur yang penting adalah persoalan yakni
berkaitan dengan masalah penodaan, tetapi yang dikembangkan dalam
positanya adalah berkaitan dengan aspek kebebasan sebagaimana yang
pernah dijelaskan oleh rekan kami dari MUI Lutfi. Ini terjadi sebuah
upaya manipulatif obscuur libel, kabur di dalam hal positanya. Tidak
ada relevansi antara persoalan posita dengan tuntutan yang ada di
dalam permohonan itu sendiri. Oleh karena itu singkat saja kami
katakan bahwa kami menolak legal standing , yang kedua untuk
menyatakan bahwa menolak pengujian permohonan pengujian yang
diajukan sebelas orang Pemohon melalui kuasa hukumnya, dan yang
ketiga adalah, mohon kembali untuk menyatakan bahwa undang-
undang itu tetap berlaku dan kekuatan hukum yang mengikat.
Terimah kasih, wassalamualaikum, wr. wb.

108. KETUA : PROF. DR. MOH. MAHFUD MD., S.H.

Dari Bassra

109. KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT (BASSRA) : DR. EGGY SUDJANA,


S.H., M.SI.

Terimah kasih assalamualaikum, wr. wb.


Dalam perspektif hukum yang kita persoalkan sekarang, saya
ingin sampaikan Yang Mulia Majelis Hakim dari Mahkamah Konstitusi.
Bahwa ada dua unsur saja yang ingin saya stressing atau tekankan.
Pertama ketidakseriusan dari Pemohon yang Prinsipal bukan
lawyer-nya tidak hadir pada umumnya saya lihat. Yang sesungguhnya
menunjukkan ketidakseriusan dan agenda apa yang kita tidak mengerti.
Karena kalau soal serius tidak serius, ini soal agama sangat prinsipil,
kita semua serius, soal apa namanya kesibukan kita juga banyak
kesibukan. Nah, untuk itu perlu catatan saja untuk Majelis Hakim,
permohonan dari mereka yang tidak serius ini seyogianya jangan juga
ditanggapi serius. Artinya harus diabaikan.
Yang kedua, dalam konteks apa namanya pasal-pasal yang
dikemukakan oleh Pemohon. Kalau kita perhatikan hanya dibenturkan

53
dari Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 PNPS 1965 ini dengan Pasal 28D
dan juga kaitannya dengan Pasal 156 KUHP dan sifatnya teknis yang
tidak prinsipal menurut pemahaman hukum dan tidak mengerti secara
substansi hukum yang sesungguhnya di Indonesia berlaku Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945.
Kita mengerti di dalam Undang-Undang Dasar 1945 mukadimah
alenia ketiga mengatakan “berkat rahmat Allah, dinyatakan
kemerdekaan bangsa Indonesia di batang tubuhnya Pasal 29 “Negara
Indonesia berdasarkan kepada Ketuhanan, “ dulu masih ada koma
dengan kewajiban menjalankan syariat Islam tapi dipotong. Tapi
sekarang masih ada Pasal 29 ayat (1) itu.
Kemudian di Pasal 5 Undang-Undang Dasar 1945 juga, bahwa
pembuat undang-undang itu Presiden dan DPR, kemudian lebih fokus
lagi di Pasal 9 Undang-Undang Dasar 1945 Presiden dan Wakil Presiden
bersumpah demi Allah, maka logika hukum ini kalau kita mau sangat
mencermati dengan baik adalah seyogianya, karena negara Republik
Indonesia dasarnya adalah Tuhan, Tuhan yang dimaksud adalah Allah,
Allah itu punya hukum namanya hukum Islam harusnya di negeri ini
berlaku hukum Islam. Dengan pendekatan ini tidak perlu pendekatan ini
tidak perlu istilah negara Islam segala macam. Cuma persoalannya
Presiden kita dari Soekarno sampai SBY Islamnya disfungsional,
Islamnya tidak dalam konteks yang sesungguhnya, komitmen kepada
Islam itu sendiri. Begitu juga DPR-nya maka tidak lahir kejelasan dari
hukum Islam.
Karena undang-undang ini lahir, kita mengerti ilmunya kita sama,
mengerti bahwa lahirnya undang-undang itu paling tidak historisnya
jelas, sosiologis, baru yuridisnya. Tambahan dari saya adalah harus
dimengerti, psikologisnya dan filosofisnya. Nah, Undang-Undang Nomor
1 PNPS Tahun 1965 ini kita harus ingat pergolakan pada waktu itu yang
luar biasa, satu juta setengah atau satu setengah juta orang meninggal
proses pembunuhan dari gejolak ideologi ini, yang tadi kita dengar soal
ideologi berbeda dari negara-negara dari Professor Andi Hamzah. Jadi
dengan pemahaman yang lengkap seperti ini, Undang-Undang PNPS ini
bukan saja relevan tetapi ini harus diperkuat lagi menjadi masuk KUHP,
sebagaimana yang disarankan Prof. Andi Hamzah, itu menjadi klausul
yang harus jelas.
Kemudian yang lebih fokusnya lagi, aliran-aliran yang seperti ini
tidak mengurangi rasa hormat saya kepada yang aliran kepercayaan
yang Rahayu-Rahayu tadi itu saya sarankan itu bukan kerugian
konstitusional, karena itu tidak termasuk kategori agama. Dia masuk ke
Departemen Pariwisata dan Kebudayaan. Nah, ke sanalah diurus diri kau
itu supaya jelas. Karena tidak ada urusannya dengan agama. Dia bukan
agama, begitu juga dengan yang lain-lain. Yang agama sudah
dinyatakan enam ya, yang ada dalam konteks negara Republik
Indonesia.

54
Nah, dengan demikian Majelis Hakim Yang Mulia, negara kita
adalah dasarnya Tuhan. Tuhannya adalah Allah, Allah punya hukum,
dan hukum itu namanya hukum Islam. Para hakim wajib menjalankan
hukum Islam.
Saya kira itu. Assalamualaikum wr.wb

110. KETUA : PROF. DR. MOH. MAHFUD MD., S.H.

Baik, terima kasih. Persis 5 menit 5 menit. Dan Terakhir masih


mendengarkan dulu sebelum nanti sebelum tanya jawab dipersilakan
untuk mengajukan pertanyaan…’

111. KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT (ITTIHADUL MUBALLIGHIN) :


AHMAD MICHDAN, S.H.

Majelis, ini dari Ijtihadiyah belum.

112. KETUA : PROF. DR. MOH. MAHFUD MD., S.H.

Ya, (suara tidak terdengar jelas). Oh, tadi masih ada juga ya. Ya,
dipersilakan.

113. KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT (ITTIHADUL MUBALLIGHIN) :


AHMAD MICHDAN, S.H.

Baik, Majelis yang terhormat.


Pada prinsipnya kami berkesimpulan bahwa permohonan
Pemohon tidak mempunyai legal standing. Dan yang kedua bahwa
terkait, kami Pihak Terkait, mensomir para Pemohon untuk membuktikan
kerugian sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 1 tentang PNPS
Tahun 1965 ini.
Yang ketiga, bahwa kami Pihak Terkait menyimpulkan, Pemohon
telah mencoba mengadili umat atau penganut agama Islam dengan cara
mengadu domba dengan pemahaman Islam yang dangkal. Oleh karena
itu, kami menyimpulkan permohonan Pemohon harus ditolak secara
keseluruhan. Tentu Undang-Undang Nomor 1 PNPS Tahun 1965 sesuai
dengan pendapat para ahli perlu di sempurnakan.
Demikian, billahitaufik walhidayah wassalamualaikum wr. wb.

114. KETUA : PROF. DR. MOH. MAHFUD MD., S.H.

Ya, formulasi hukumnya tidak jelas ya. Katanya tadi tidak punya
legal standing. Tidak punya legal standing, tidak bisa di tolak, iya kan?
Tidak punya legal standing berarti kita tidak masuk ke perkara. Selesai
perkara ini ditutup, tapi boleh mengajukan lagi. Tapi kalau ditolak berarti
kita nilai perkaranya itu.

55
Saudara mau minta ditolak apa minta di..., tidak punya legal
standing?

115. KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT (ITTIHADUL MUBALLIGHIN) :


AHMAD MICHDAN, S.H.

Di tolak, Majelis.

116. KETUA : PROF. DR. MOH. MAHFUD MD., S.H.

Minta di tolak, berarti perkara ini jalan kan? Kalau tidak punya
legal standing itu artinya dia tidak berhak berperkara dan perkara
ditutup kan gitu. Ini berhak dia berperkara. Nanti kita nilai perkaranya.
Baik, saya persilakan kepada K.H. Sulaiman Zachawerus.

117. AHLI DARI PIHAK TERKAIT (YAYASAN IRENE CENTER) : K.H.


SULAIMAN ZACHAWERUS

Assalamuaalaikum wr.wb.
Majelis hakim yang saya muliakan, saya bernama Sulaiman
Zachawerus, putra dari seorang Ibu dari Ternate dan ayah dari Sanger
Talaud, yang tadinya Kristen, dan marga Zachawerus itu adalah marga
Kristen. Satu-satunya Zachawerus yang muslim adalah saya.
Pada saat ini posisi saya adalah selaku Ketua MUI Kabupaten
Bekasi juga Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama Kabupaten Bekasi
sekaligus penasihat di Irene Center.
Ingin mengomentari tentang Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1965 tentang PNPS ini. Setelah digugat oleh para Pemohon, bagi kami ini
merupakan blessing in disguise. Karena selama ini Undang-Undang
Nomor 1 tahun 1965 ini tenggelam entah dimana. Sebagai blessing in
disguise artinya orang awam kemudian semuanya menjadi tahu bahwa
negara ini punya Undang-Undang Anti Penodaan Agama. Padahal kita
tahu, bahwa agama itu adalah the ultimate concern of human artinya
kepedulian yang paling tinggi dari setiap manusia adalah agama. Jadi,
kalau agama di nodai, maka taruhannya adalah nyawa.
Kalau tidak dilindungi oleh Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1965
di negeri ini, kita lihat tadi presentasi yang disampaikan oleh Irene
Center tentang bagaimana Nabi Muhammad yang sedang ereksi melihat
anak kecil, bagaimana Allah yang digambarkan seperti setan,
kemaluannya diperlihatkan sedang mensodomi Nabi Muhammad,
kemudian Nabi Muhammad mensodomi umatnya muslim, tapi
digambarkan seperti babi. Hati siapa yang tidak akan marah? Kami tahu
situs-situs itu dimana alamatnya, tapi kami tau kami ini berbangsa dan
bernegara, kita tidak perlu memerintahkan laskar Islam untuk
menyerang mereka sehingga pendek kata saja Majelis Hakim, terutama
Ketua Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi, kami mohon agar Undang-

56
Undang Nomor 1 Tahun 1965 ini, tidak saja masih relevan tetapi harus
dibukukan dan diberlakukan implemantasinya dengan lebih ketat agar
tidak adalagi blog-blog atau website, tulisan, majalah dan brosur yang
bisa seenaknya menghina dan menodai agama, rasul, kitab suci kita Al-
Quran. Karena itu, tugas kita semua menjaga ketentraman hidup
beragama di negeri ini. Dengan adanya undang-undang itu, maka
sekali lagi kami harapkan kepada Majelis Hakim untuk fokus bahwa
undang-undang ini bukan harus terus diberlakukan tetapi harus lebih
disosialisasikan untuk lebih kukuh diberlakukan agar tidak terjadi hal-hal
yang kita tidak sama inginkan.
Demikian, assalamualaikum wr. wb.

118. KETUA : PROF. DR. MOH. MAHFUD MD., S.H.

Baik, Saudara kita punya waktu kalau mau dipakai semua, waktu
yang tersisa 53 menit untuk semacam tanya jawab atau saling minta
penjelasan. Tapi kalau sampai tidak selama itu sidang ini selesai ya
selesai.
Nah, untuk itu saya persilakan kepada Pemohon, kepada
Pemerintah, kepada Pihak Terkait yang ingin menyampaikan pertanyaan-
pertanyaan, kemana saja silang saja begitu ya? Dewan Dakwah ya?
Dewan Dakwah ya? Bapak darimana?

119. PIHAK TERKAIT (HPK) : SUDIRMAN

HPK.

120. KETUA : PROF. DR. MOH. MAHFUD MD., S.H.

Himpunan Penghayat Kepercayaan, baik.


Dewan Dakwah dulu, Silakan.

121. KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT (DEWAN DAKWAH ISLAMIYAH):


AZAM, S.H.

Terima kasih Yang Mulia Majelis Hakim yang kami hormati.


Assalamualaikum, wr. wb. .
Saya hanya sedikit mau menanyakan kepada Saksi Sardy yaitu
penghayat kepercayaan. Ada satu hal lagi yang tadi dikatakan oleh
Saksi Sardy yang seringkali diucapkan di depan sidang bahwa Penghayat
Kepercayaan mengatakan Ketuhanan Yang Maha Esa dan itu berulang-
ulang. Padahal kalau kita bicara Ketuhanan Yang Maha Esa, saya pikir
semuanya sudah tahulah. Ini saya pikir nyambung-nya kemana kalau dia
seringkali berbicara begitu? Dan perlu saya ingin tegaskan di sini dan
menjadi sebuah catatan saya dan juga Majelis Hakim, bahwa memang..,
saya katakan ini aliran bukan agama penghayat kepercayaan apa yang

57
sudah dijelaskan tadi oleh Bung Eggy, memang harus lari ke parawisata,
betul. Ini platformnya juga tidak jelas, kitabnya juga apa? Tahu-tahu
datang, dengan susah sekali MK tadi mau menyiapkan
penyumpahannya, terpaksa ya harus Hakim Majelis sendiri yang harus
turun-tangan sendiri untuk menyumpah, yang setahu saya setiap
penyumpahan itu mesti harus ada Panitera atau siapapun yang di luar
hakim langsung. Itu saja yang perlu saya sampaikan.
Yang Kedua ini, saya sedikit lebih mempertegas lagi kepada Bapak
Profesor. Philip ya dari Budha. Tadi Bapak Profesor itu, Anda tadi yang
saya tangkap itu sedikit mengeluh tentang keminoritasan Anda sebagai
orang Buddha. Di sini Anda mengatakan bahwa, apalagi yang dikaitkan
dengan adanya penodaan dan penghinaan terhadap agama Anda. Anda
sudah tadi menjelaskan dengan contoh bahwa saya setelah melakukan
sesuatu terhadap adanya penodaan terhadap agama saya itu dengan
contoh Budha Bar yang sampai sekarang prosesnya itu tidak, tidak
ditindaklanjuti secara hukum.
Saya pikir walaupun Anda minoritas, Insya Allah kaum mayoritas
akan ikut membantu, kalau itu menyangkut penodaan agama. Dan
itulah dari pihak kami sebagai orang Islam, bahwa Islam itu adalah
agama rahmatan lil alamin dan siap untuk membantu yang lemah. Kalau
reposisinya sudah benar. Apalagi sudah dikaitkan dengan adanya
Undang-Undang Nomor 1 PNPS Tahun 1965.
Saya pikir itu saja yang nanti yang perlu harus di pertegas lagi
nanti dari Pak Prof.
Terima kasih.

122. KETUA : PROF. DR. MOH. MAHFUD MD., S.H.

Himpunan Penghayat Kepercayaan, silakan.

123. PIHAK TERKAIT(HPK) : SUDIRMAN

Rahayu, selamat sore Yang Mulia Hakim Mahkamah Konstitusi.


Saya mendengarkan berbagai macam Ahli yang disampaikan
segala macam pihak baik itu dari Saksi/Ahli dari MK yang dihadirkan,
maupun Saksi/Ahli dari MUI dan Saudara-Saudara saya dari umat
muslim.
Pertama-pertama saya berterima kasih kepada Saudara Eggy
Sudjana yang sudah mau bicara Rahayu, kita cukup terbiasa dengan
kata-kata seperti itu.
Saksi Ahli dari MUI telah menjelaskan fakta-fakta empiris yang
begitu banyak di masyarakat. Rasanya saya juga miris, kelihatan bahwa
ada pihak ketiga yang ingin memprovokasi terhadap keberadaan
kerukunan umat beragama. Saling menjatuhkan antara umat beragama,
sebagaimana tadi sudah disampaikan oleh beberapa ahli, bahwa
nuansanya adalah kepentingan politik, perebutan umat beragama saja.

58
Bahwa apa yang saya tangkap, Pemerintah memang perlu memberi
saluran yang tepat untuk kondisi yang demikian.
Tetapi saya masih ingat sekali dalam kaum kami, karena saya
dulu adalah anggota Fordem dimana Presiden yang saya cintai Guus Dur
bersama-sama saya sekitar tahun 1999-2000, dia menyampaikan bahwa
teman-teman Konghucu diakui sebagai agama negara. Pada saat makan
bersama dengan beliau, saya menyampaikan, “Guus, mengapa
Konghucu yang dari Cina diakui sebagai agama negara, kami yang dari
masyarakat adat punya keberadaan religi adat, belum diakui.” Jawaban
Guus Dur!, “nggowo rene kabeh gung, mumpung aku jadi Presiden !”.
Apa yang saya lakukan tahun 2000? Kemudian apa yang disampaikan
oleh Presiden Guus Dur yang saya cintai, saya lakukan. Ternyata tidak
sampai setahun Guus Dur jatuh. Sehingga kami belum bisa berinteraksi
panjang. Tetapi apa yang dilakukan Presiden hari ini, Abdurrahman
Wahid. Saya sangat hormat dan sangat cintai, beliau melakukan gugatan
tersebut.
Ada dua pandangan dari para saksi yang diajukan dari MUI,
bahwa, penerjemahan, “penodaan agama” itu ada dua persepsi. Yang
kami tanyakan kepada Ibu Nurdiati Akma. Dia menerjemahkan
“penodaan agama” itu adalah orang-orang yang bertuhan tapi tidak
beragama.
Yang kedua, bahwa undang-undang ini tidak boleh satu pun
orang yang tidak beragama sebagaimana diakui oleh negara hidup di
negeri ini. Kalau memang pengertiannya seperti ini, kami ini dimana
sebagai bagian dari pada negeri ini asli, pribumi asli untuk bisa
merefleksi terhadap pencipta jagat raya ini, yaitu Tuhan Yang Maha Esa.
Kami tidak mempermasalahkan. Bahkan kami tidak pernah
mengambil sendiri-sendiri agama-agama yang datang dari negeri luar.
Kami sangat menghormati agama-agama yang datang dari negeri luar di
negeri ini untuk hidup bersama-sama dalam proses kehidupan
bermasyarakat dan bernegara.
Tetapi, kami ingin kesetaraan menjalankan kepercayaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa. Itu perlu adanya proteksi dan perlindungan yang
jelas. Ini kami sampaikan kepada Bu Nurdiati Akma, bagaimana
menterjemahkan prinsip-prinsip dari penodaan agama itu sendiri.
Yang kedua, ada kesimpulan yang telah disampaikan oleh para
saksi ahli dari MK. Yaitu Pak Andi Hamzah, bahwa untuk delik pidana di
dunia ini masih multitafsir, masih sangat subjektif tergantung kebijakan
negara, terutama delik susila, delik agama dan delik ideologi. Apa yang
disampaikan oleh Pak Andi Hamzah, ternyata juga dijelaskan secara rinci
oleh Saksi/Ahli yang lain namanya Pak Eddy. Dia menjelaskan bahwa,
undang-undang tidak boleh subyektif, harus obyektif pada intinya
begitu. Tapi dia lupa, bahwa norma-norma hukum yang harus dipegang
itu adalah tiga prinsip dasar, yaitu kesetaraan di bidang hukum,
kepastian hukum, dan keadilan hukum itu beliaunya tidak bisa

59
menyampaikan kesimpulan yang betul-betul kongkrit untuk
menterjemahkan pengertian penodaan agama atas agama-agama.
Saya sepakat dengan PBNU bahkan Bassra, kalau ingin
mendirikan agama sendiri tidak masalah, jangan sampai sendi-sendi
agama yang sudah ada itu ditafsirkan sedemikian rupa mengaku Islam
tapi beribadah bersholat mengahap timur, ini kan kejadian seperti ini
sering terjadi dianggapnya ini adalah bagian daripada kami. Padahal
kami tidak pernah mengambil satu pun sendi sendi agama yang ada di
dalam agama kan sudah ada.
Kami berharap ada kejelasan yang real atas undang-undang ini
sehingga tidak ada lagi multitafsir. Kalau keberadaan multitafsir
diteruskan implementasinya di masyarakat menjadi problem yang luar
biasa dan kami berharap undang-undang ini dicabut dan diajukan lagi
dalam bentuk yang saling melindungi dan saling keseteraan di dalam
kehidupan masyarakat.
Barangkali itu yang bisa kami sampaikan ke Hakim Konstitusi
sangkalangkong, rahayu, rahayu.

124. KETUA : PROF. DR. MOH. MAHFUD MD., S.H.

Terima kasih juga, sangkalangkong itu artinya terima kasih, dari


BKOK.

125. PIHAK TERKAIT (BKOK) : IR. ENGKUS RUSWANA, M.M.

Yang Mulia Bapak Ketua dan Majelis Hakim Konstitusi.


Setelah mendengarkan keterangan para Saksi dan Terkait tadi
sebenarnya kami sudah mengatakan bahwa seakan-akan tidak ada
ruang untuk hidup bagi kami hidup di negara ini, untuk itu kami
bertanya. Apakah negara ini hanya untuk pemeluk agama, jadi
persoalan tadi.
Kedua jika tidak ada hubungan dengan kami, undang-undang ini
telah membuat kami tersingkir bahwa dari Pasal 2 ayat (2), Pasal (3),
Pasal (4) itu ditegas, dinyatakan itu melayang aliran kepercayaan. Apa
sebenarnya tidak terkait pada persoalan ini.
Cukup sekian, Rahayu.

126. KETUA : PROF. DR. MOH. MAHFUD MD., S.H.

Cukup, Saudara Sardy.


Tadi Saudara mendapat beberapa pertanyaan. Tapi kalau
sifatnya pertanyaan konseptual itu tidak harus dijawab karena Saudara
sebagai Saksi. Saksi itu hanya apa yang dialami, dilihat, didengar. Kalau
ditanya konsep ilmiahnya apa itu serahkan saja ke kuasa hukumnya
kalau mau menjawab, tapi kalau tidak mau menjawab tidak apa.
Kemudian ya, silakan Saudara Saksi.

60
127. SAKSI DARI PEMOHON : SARDY

Mungkin masalah pertanyaan tadi bukan untuk saya, saya


serahkan saja. Terima kasih.

128. KETUA : PROF. DR. MOH. MAHFUD MD., S.H.

Baik, Ahli dari Budha, Bapak tadi ada pertanyaan untuk Bapak
atau tidak persis pertanyaan sebenarnya. Tapi ada hal yang di singgung,
silakan.

129. AHLI DARI PEMERINTAH : PHILIPUS K. WIJAYA

Terima kasih, Yang Mulia.


Saya juga berterima kasih kepada Saudara-Saudara dari umat
muslim yang bersedia membantu, itu sesuatu yang luar biasa. Semoga
kerukunan seperti ini yang bisa dijaga. Jadi, ada saling menghormati dan
saling membantu dan sebagainya. Mungkin ini sedikit di luar topik kali
ini jadi saya tidak memperpanjang, terima kasih.

130. KETUA : PROF. DR. MOH. MAHFUD MD., S.H.

Baik, lalu ada pertanyaan-pertanyaan yang tidak jelas


ditunjukkan kepada siapa. Ya..dari HPK dari kepada ya, ahli yang dari
Majelis Ulama tadi Bu Nur ya?
Bu Nurdiati, silakan Bu Nur. Pertanyaan tadi yang sempat saya
tangkap memang tampaknya ada upaya adu domba. Ada pertanyaan
baru, apakah dari HPK dan BKOK itu hampir sama, apakah orang tidak
boleh kalau tidak beragama tetapi bertuhan. Percaya pada Tuhan tapi
tidak menganut pada agama, apakah tidak boleh di Indonesia seperti itu
atau kalau istiah BKOK itu apakah negara Indonesia ini hanya untuk
pemeluk agama? Bagaimana aliran kepercayaan yang sesudahnya tidak
ada misalnya.
Silakan, Bu.

131. AHLI DARI PIHAK TERKAIT (YAYASAN IRENE CENTER) : DRA.


HJ. NURDIATI AKMA

Terima kasih.
Barangkali kalau kita runtut kenapa keluarnya undang-undang ini?
Ini adalah juga berkaitan tentang terjadinya G30/SPKI, kemudian
adanya apa namanya, penistaan agama dari komunis. Kemudian
pembubaran dari PKI itu sendiri, maka negara ini, Negara Republik
Indonesia yang berlandaskan Pancasila Berketuhanan Yang Maha Esa
memang hanya diperuntukan untuk orang yang beragama. Dan agama

61
itu sudah jelas ada 6 agama , apakah itu namanya aliran kepercayaan
apapun namanya, silakan ada naungannya. Naungannya adalah salah
satu dari agama tersebut.
Alangkah kalang kabutnya tadi Saudara dari yang “Rahayu” tadi
akan mengangkat sumpah. Sumpahnya cara apa? Negara kita punya
ada aturan, kalau negara ini tidak ada aturan, tidak ada koridor harus
hanya enam agama, bayangkan apa yang kita lakukan dalam ruangan ini
dengan berbagai-bagai macam keyakinan kalau itu tidak ada payungnya,
payungnya adalah agama. Jadi saya rasa jelas sekali kalau undang-
undang ini, Undang-Undang Penistaan terhadap agama. Jadi beda
dengan yang pertanyaannya tadi.
Kalau selama warga negara Indonesia tidak melakukan penistaan,
tidak melakukan penghinaan, penodaan terhadap satu agama saya rasa
tidak ada masalah, ini kan timbulnya undang-undang ini karena
banyaknya penodaan-penodaan. Masih kurangkah data-data dan fakta
yang tadi sudah dikemukakan, apa lagi oleh Ibu Irene, bagaimana
diungkap mulai dari buku, dari majalah, dari brosur sampai dari kata
bahkan masih ada yang disimpan dan tidak sempat dikeluarkan. SMS
yang mereka masukkan ke dalam HP kita umat islam yang isinya adalah
kotor dan malu sekali untuk digambarkan di sini. Ini yang undang-
undang. Jadi konteks pembicaraan kita pada saat ini adalah Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1965 ini sangat-sangat dibutuhkan. Sebetulnya
yang membutuhkan bukan kami umat Islam yang mayoritas jumlahnya
besar dan tadi Saudaraku dari Buddha mengatakan terima kasih pada
umat Islam memang patut sekali. Kita baca pada sejarah dunia, kita
baca di media, dimana umat Islam mayoritas agama lain terlindungi,
karena Islam itu damai. Islam itu datang membawa kedamaian,
keselamatan. Bagaimana Nabi Muhammad Saw pada waktu
futuhulMakkah, beliau memegang kemenangan dengan 10.000 umat
Islam masuk kota Mekah, tidak terjadi balas dendam, tidak terjadi
pembunuhan. Bahkan beliau mengayomi siapa yang masuk kerumah Abu
Sofyan, siapa yang masuk…, semua dilindungi dan mereka semua aman
selama mereka tidak merusak umat Islam.
Tapi coba kita lihat dimana umat Islam yang sedikit, umat islam
dikejar dibunuh, disakiti karena Islam tidak mengajarkan seperti itu.
Alhamdullilah mudah-mudahan Saudara terbuka terutama yang
beragama Islam, sadarlah bahwa Islam itu mengantarkan kedamaian
jadi kalau, rahmatan lil alamin memberikan kerahmatan bagi seluruh
alam, bukan untuk umat Islam saja. Andai yang beragana di luar islam
terlindungi, terayomi.
Jadi saya kembalikan lagi kepada Majelis Hakim bahwa tolong
untuk Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1965 ini perlu untuk diperkuat,
dikokohkan dan lebih banyak lagi disosialisasikan, dibuka mata-mata
mereka untuk juga ikut, berterima kasih kepada negara yang telah
mengeluarkan undang-undang ini karena berarti mereka bisa selamat
hidup di negeri yang tercinta ini. Terima kasih.

62
132. KETUA : PROF. DR. MOH. MAHFUD MD., S.H.

Baik, cukup ya masih ada lagi?

133. KUASA HUKUM PEMOHON : ULI PARULIAN SIHOMBING, S.H.,


LL.M.

Instrupsi, Majelis Hakim.

134. KETUA : PROF. DR. MOH. MAHFUD MD., S.H.

Pak EggY Sudjana sama dari HPK.


Silakan, Pak Eggy.

135. KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT (BASSRA) : DR. EGGY SUDJANA,


S.H., M.SI.

Iya, mau klarifikasi. Satu Saudaraku, saya kurang tahu namanya


tadi, pak siapa.
Tadi, saya menyebut Rahayu tidak ada maksud penistaan, kalau
Anda anggap itu penistaan demi Allah, demi Rasul saya mohon maaf.
Ya, artinya saya tidak ada itu, cuma saya kan tidak tahu siapa nama
Anda dan siapa saksi itu.
Jadi jelas, yang ingin dipertegas disini adalah Islam itu rahmatan
lil alamin, Islam bukan kelompok, Islam bukan golongan, Islam adalah
tata nilai yang muatannya keadilan, kedamaian, kesejahteraan,
ketertiban, keselamatan for everybody buat siapa saja.
Jadi oleh karena itu, negara ini dasarnya Tuhan, Tuhannya adalah
Allah, Allah itu punya hukum namanya hukum Islam, ya dalam teori
demokrasi juga yang mayoritas itu adalah yang menentukan. Maka
seyogianya teman-teman yang non muslim ya berbesar hati, lega dan
tidak ada masalah untuk pengertian seperti ini.
Di samping itu menurut ketentuan yang ada makanya tadi saya
sebut Departemen Pariwisata dan Kebudayaan, memang koridornya
diarahkan di situ bagi yang bukan katagori agama. Dalam Islam bahkan
mau kafir juga boleh kok, setan saja diciptakan Allah untuk melawan
dirinya, untuk oposisi sama dirinya boleh kok. Apa lagi diantara kita,
kalau tidak sejalan ya tidak ap-apa lakum din nukum waliyaddin, sudah
jelas kalau dalam Islam, tadi kan Anda tanya sebagai warga negara
tempatnya ya dimana kita ini, di Indonesia jelas dilindungi hukum yang
luar biasa, rakmatan lil alamin-nya gitu lho. Kita hargai Anda, kita
bersaudara sebangsa setanah air. Kalau soal agama lakum dinukum
waliyaddin, Anda-Anda kita kita tapi posisinya jelas.
Maka oleh karena itu tegas Majelis Hakim Yang Mulia, karena
katagori yang dipersoalkan ini soal penodaan agama dan mereka-mereka

63
dalam konteks definisi hari ini bukan masuk katagori agama, maka
seyogianya tidak perlu dipersoalkan dalam persoalan ya penistaan
agama atau bukan begitu lho atau saya kira. Keberatan mereka tidak
ada urusan.
Kalau pikiran saya begitu, Majelis Hakim.
Terima kasih.

136. KETUA : PROF. DR. MOH. MAHFUD MD., S.H.

Baik, dari HPK ya?

137. PIHAK TERKAIT (HPK) : HADI PRAJOKO

Terima kasih kesempatannya, Yang Mulia.


Sebelum lupa saya ucapkan terima kasih sekali kepada Saudara
Eggy Sudjana yang sudah dengan sejuk mengucapkan permohonan
maaf. Kami terima dan kita sama-sama satu bangsa, satu tanah air, luar
biasa.
Khusus buat Ibu yang sebelum Saudara Eddy mengatakan, ini
saya kaget luar biasa kaget dan sejatinya pekan lalu kami dari Himpunan
Penghayat Kepercayaan sudah memberi penjelasan. Dan sejatinya
mustinya diketahui, tapi ini mungkin bukti kenyataan betapa di Republik
ini, di gedung yang sangat terhormat dengan 9 pilar yang demikian
berwibawa menggambarkan 9 Majelis Hakim Konstitusi, ternyata masih
ada warga negara yang belum mengetahui bahwa ada Penghayat
Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa, mereka-mereka yang
mengikuti jejak ajaran keyakinan leluhur bangsanya jauh sebelum ada
sistem keyakinan dari luar datang.
Dan sejatinya pula Republik ini sudah memberi secercah harapan.
Yang pertama pekan lalu sudah saya katakan, untuk yang pertama
kalinya penghayat kepercayaan yang selalu dihina dan di nomorduakan,
kami merasa dan bukan bergenit-genit diberi kesempatan untuk
didengar suaranya. Dan negarapun sejatinya sudah memberikan sedikit
terang bagi kami, dan Ibu bisa baca bersama-sama mungkin, sudah
ada Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kyang
dilanjutkan dengan PP Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan
Undang-Undang Administrasi Kependudukan Nomor 23, itu sejatinya
merupakan pengakuan.
Tapi kembali ke pokok pembahasan kita tentang Undang-Undang
Nomor 1 PNPS Tahun 1965, seperti Saudara Eddy katakan. Bisa jadi
tidak ada kaitannya, urusannya di Departemen Kebudayaan dan
Pariwisata.
Sejatinya undang-undang ini sangat berkaitan dengan kami,
sebagaimana kami telah jelaskan pekan lalu. Dari pasal-pasal yang
demikian sedikit, mungkin lima atau empat dari Uundang-Undang Nomor
1 itu, pada intinya bisa dibagi dua, perlindungan bagi mereka yang

64
beragama dan ancaman-ancaman bagi mereka pemeluk penghayat
kepercayaan. Jadi jelaslah sudah kami sangat berkepentingan dalam
konteks persidangan kali ini. Sekali lagi kami mengucapkan terima kasih
dan kami tidak akan lupakan para penghayat kepercayaan ini untuk
pertama kalinya dalam sejarah Republik ini penghayat dimintai
keterangan dan diberi kesempatan untuk berbicara di forum ini.
Terima kasih, Rahayu.

138. KETUA : PROF. DR. MOH. MAHFUD MD., S.H.

Cukup ya?
Baiklah kalau begitu sidang ini bisa dianggap cukup, silakan dari
Irena Center.

139. KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT (YAYASAN IRENE CENTER) :


MUHAMMAD ICHSAN, S.H., M.H.

Pertanyaan yang saya ke Kuasa Hukum Pemohon.


Saya agak sedikit memperdalam persoalan masalah legal standing
mereka, karena setahu saya (…)

140. KETUA : PROF. DR. MOH. MAHFUD MD., S.H.

Saudara mau tanya soal legal standing ya?

141. KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT (YAYASAN IRENE CENTER) :


MUHAMMAD ICHSAN, S.H., M.H.

Maksud saya lebih mempertegas, keberadaan daripada yayasan-


yayasan sebagai Pemohon dalam persoalan ini.

142. KETUA : PROF. DR. MOH. MAHFUD MD., S.H.

Yayasan Pemohon?

143. KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT (YAYASAN IRENE CENTER) :


MUHAMMAD ICHSAN, S.H., M.H.

Para Pemohon mereka.

144. KETUA : PROF. DR. MOH. MAHFUD MD., S.H.

Kalau para Pemohon itu nanti keberadaannya kan menyangkut


soal legal standing. Legal standing itu nanti menjadi pertimbangan
Hakim saja. Tidak usah di ini, kecuali mau substansi perkara. Kalau
eksistensi Pemohon sudah dibahas terus sejak minggu lalu dan itu sudah

65
kami catat, nanti menjadi bagian awal dari Putusan Mahkamah ini. Ya
soal legal standing.
Baik, ada yang lain?

145. KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT (YAYASAN IRENE CENTER) :


MUHAMMAD ICHSAN, S.H., M.H.

Tidak, terima kasih.

146. KETUA : PROF. DR. MOH. MAHFUD MD., S.H.

Cukup, baik, kalau begitu kita akan bertemu lagi sidang tanggal
10 hari Rabu yang akan datang jam 10.00. Dan secara resmi nanti
Kepaniteraan akan menyampaikan (…)

147. KUASA HUKUM PEMOHON : ULI PARULIAN SIHOMBING, S.H.,


LL.M.

Interupsi Yang Mulia, sidangnya Jumat atau Rabu?

148. KETUA : PROF. DR. MOH. MAHFUD MD., S.H.

Jumat depan kosong, nanti Jumat depannya lagi. Jadi tanggal 17


dan 19 bagaimana?

149. KUASA HUKUM PEMOHON : ULI PARULIAN SIHOMBING, S.H.,


LL.M.

Jadi Jumat besok kosong ya? Jumat besok kosong.

150. KETUA : PROF. DR. MOH. MAHFUD MD., S.H.

Baik dengan demikian sidang dinyatakan selesai dan ditutup.

KETUK PALU 3X

SIDANG DITUTUP PUKUL 15.35 WIB

66

You might also like