You are on page 1of 31

BATUK DARAH

Seorang laki-laki, 34 thn, datang ke Puskesmas dengan keluhan batuk darah


sebanyak kurang lebih ¼ gelas air mineral setiap kali batuk, dalam sehari pasien batuk
lebih kurang 10 kali. Gejala sudah dirasakan oleh pasien sejak tiga bulan yang lalu,
berupa batuk berdahak yang disertai demam dan berkeringat terutama malam hari.
Riwayat penyakit pada keluarga: istri pasien menderita TBC paru aktif.
Pada pemeriksaan fisisk didapatkan: kesadaran komposmentis, lemah, TD
100/70 mmHg, frekuensi nadi 90x/mnt, frekuensi nafas 26x/mnt, suhu 36 0 C, habitus
asteniku. Hemitoraks kanan: fremitus taktil dan vokal meningkat, perkusi sonor dan
ronkhi basah kasar di apeks paru. Jantung dan abdomen dalam batas normal.
Pemeriksaan laboratorium: Hb 11 g/dL, LED 60 mm/jam, Leukosit 9000/ L,

BTA sputum (+/+/+). Pemeriksaan rontgen thoraks: infiltrat dan cavitas pada 1/3 atas
paru-paru kanan. Dokter meyimpulkan pasien menderita Tuberkulosis Paru dengan
Hemoptoe dan akan memberi terapi OAT kategori I sesuai dengan prinsip dasar
pengobatan P2M TB di Pusekesmas, karena riwayat alamiah perjalanan penyakit TBC
bersifat kronis, maka dokter menganjurkan untuk dilakukan screening pada anak-
anaknya. Serta menunjuk anggota keluarganya untuk menjadi pengawas menalan obat
(PMO).

Skenario II “Batuk Darah” 1


SASARAN BELAJAR

1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Makroskopik dan Mikroskopik Paru-paru


2. Memahami dan Menjelaskan Mekanisme Pernafasan
3. Memahami dan menjelaskan Bakteri Mycobacterium tubercolusis
4. Memahami dan Menjelaskan Epidemiologi dan Riwayat Alamiah Perjalanan Penyakit
TBC Paru
5. Memahami dan Menjelaskan Patogenesis, Morfologi Tuberculosis Paru
6. Memahami dan Menjelaskan Diagnosis, Komplikasi, dan Prognosis TBC Paru
7. Memahami dan Menjelaskan Hukum Merokok Menurut Agama Islam.

Skenario II “Batuk Darah” 2


1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Makroskopik dan Mikroskopik Paru-paru

Jantung dan Pru-paru tampak dari depan

Mikroskopik lobulus sekunder dari kedalaman paru dan lobulus primer

Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari sel-sel
epitel dan dan endotel. O2 masuk ke dalam darah dan CO2 dikeluarkan dari darah.
Paru-paru dibagi menjadi dua, yakni :

Paru-paru kanan, terdiri dari 3 lobus (belah paru):

o Lobus pulmo dekstra superior


o Lobus medial
o Lobus inferior.

Skenario II “Batuk Darah” 3


Paru-paru kiri, terdiri dari:

o pulmo sinister lobus superior


o pulmosinister lobus inferior.

Tiap-tiap lobus terdiri atas belahan-belahan yang lebih kecil (segmentalis):

Paru-paru kiri mempunyai 10 segment yaitu :

 5 buah segment pada lobus superior, dan


 5 buah segment pada inferior

Paru-paru kanan mempunyai 10 segmet yakni :

 5 buah segment pada lobus inferior


 2 buah segment pada lobus medialis
 3 buah segment pada lobus inferior

Tiap-tiap segment ini masih terbagi lagi menjadi belahan-belahan yang bernama
lobulus. Diantara lobulus yang satu dengan yang lainnya dibatasi oleh jaringan ikat yang
berisi pembuluh-pembuluh darah geteh bening dan saraf-saraf, dalam tiap-tiap lobulus
terdapat sebuah bronkiolus. Di dalam lobulus, bronkiolus ini bercabang - cabang banyak
sekali, cabang-cabang ini disebut duktus alveolus. Tiap-tiap duktus alveolus berakhir
pada alveolus yang diameternya antara 0,2 – 0,3 mm.

Letak paru-paru

Paru-paru terletak pada rongga dada, datarannya menghadap ke tengah rongg


dada/kavum mediastinum. Pada bagian tengah itu terdapat tampuk paru-paru atau
hilus. Pada mediastinum depan terletak jantung. Paru-paru dibungkus oeh selaput
selaput yang bernama pleura. Pleura dibagi menjadi dua :

 Pleura viseral (selaput dada pembungkus), yaitu selaput paru yang langsung
membungkus paru-paru.
 Pleura parietal, yaitu selaput paru yang melapisi bagian dalam dinding dada.

Skenario II “Batuk Darah” 4


Antara kedua pleura ini terdapat rongga (kavum) yang disebut kavum pleura.
Pada keadaan normal kavum pleura ini vakum/hampa udara sehingga paru-paru dapat
berkembang kempis dan juga terdapat sedikit cairan (eksudat) yang 1. Serabut
symphaticus: truncus sympaticus

pandangan dorsal jantung dan paru-paru yang telah dibelah

Paru kanan dan kiri

pleura parietalis berdasarkanletaknya terbagi atas:

a. Pleura costalis
b. Pleura diaphragmtica
c. Pleura mediatinalis
d. Pleura cervicalis

Skenario II “Batuk Darah” 5


Pada hillus terdapat ligamentum pulmonale yng berfungsi untuk mengatur
pergerakan alat dalam hillus selama proses respirasi.

Alat yang masuk pada hillus pulmonalis: (brouncus primer, arteri pulmonalis,
arteri brounchialis, dan syaraf). Alat yang keluar pada hillus pulmonalis: (vena
pulmonalis, vena bronchialis, dan vasa limfatisi)

Persarafan Paru:

Serabut aferrent dan eferrent visceralis berasal dari truncus sympaticus dan
serabut parasympatiscus berasal dari nervus vagus.

1. Serabut symphatis

Truncusympaticus kanan dan kiri memberikan cabang – caang pada paru


membentuk plexus pulmonalis yang terletak didepan dan dibelakang broncus prim.
Fungsi saraf sympatis untuk merelaxasi tunica muscularis dan menghambat sekresi
bron cus.

2. Serabut para sympatikus

Nervus vagus kanan dan kiri juga memberikan cabang – cabang pada plexus
pulmonalis kedepan dan kebelakang. Fungsi saraf parasympaticus untuk konstraksi
tunica muscularis akibatnya lumen menyempit dan merangsang sekresi boncus.

MIKROSKOPI

Broncus

 Broncus extrapulmonal sangat mirip dengan trakea


 Tidak terdapat tulang rawberbentuk huruf “C”
 Epitel bertingkat torak dengan silia dan sel goblet
 Terdapat kelenjar campur
 Pada lamina propia terdapat berkas – berkas otot polos.
 Mucosa tidak rata, terdapat lipatan longitudinal karena kontraksi otot polos.

Skenario II “Batuk Darah” 6


BRONCHIOLUS

 Tidak mempunyai tulang rawan dan pada lamina propia tidak terdapat kelenjar
 Lamina propia terdapat otot polos dan serat elastin
 Pada bronkiolus besar masih terdapat sel goblet.
 Pada bronkiolus kecil, mucosa dilapisi sel – sel kuboid atau toraks renda, terdapat
sel tanpa silia, tidak terdapat sel goblet.
 Pada bronkiolus kecil terdapat sel clara yang menghasilkan surfaktan.

BRONCUS TERMINALIS

 Mucosa dilapisi oleh selapis sel kuboid.


 Pada dinding tidak terdapat alveolus
 Pada lamina dapat dilihat serat – serat otot polos

BRONCUS RESPIRATORIUS

 Epitel terdiri dari sel torak rendah atau kuboid


 Epitel terputus – putus, karena pada dinding terdapat alveolus.
 Tidak terdapat sel goblet
 Terdapat serat otot polos, kolagen, dan elastin.

DUCTUS ALVEOLARIS

 Ductus alveolaris adalah saluran berdinding tipis, bebentuk kerucut.


 Epitel selapis gepeng
 Diluar epitel, dindingnya dibentuk oleh jaringan fiboelastis.
 Alveoli dipisahkan septum interalveolaris

ATRIA, SACCUS ALVEOLARIS dan ALVEOLI

 Ductus alveolaris bermuara keatria.


 Alveolus berupa kantung dilapisis epitel selapis epitel selapis gepeng yang sanagt
tipis.
 Pada septum interalveolare terdapat serat retikular dan serat elastin.

Skenario II “Batuk Darah” 7


Tiga jenis sel utama terletak didalam septum alveolaris

1. Sel alveolar gepeng 9 tipe 1) atau sel epitel ppermukaan.

 Inti sel yang gepeng


 Sitoplasmanya sulit dilihat

2. Sel alveolar besar ( tipe II) atau sel septa

 Sel ini tampa seperti sendiri – sendiri atau sebagai kelompok – kelompok kecil
 Sel Epitel gepeng akan membentuk taut kedap.
 Bentuk selnya kubis dan menonjol kedala ruanganalveol tetapi biasanya
terletak di sudut dinding alveol.
 Lapisan mengandug surfaktan
 Mempunyai kemampuan mitosis
 Sel anak dianggap dapat menjadi sel tipe I, jadi dapat merupakan sumber
utama pembentukan sel baru yang melapisi alveoli.

SEL DEBU

Makrofag alveolar atau fagosit, memiliki ciri seperti makrofag di tempat ini.
Fagosit alveolar terdapat dalam jaringan interstisial septa interalveolaris, bebas dalam
rongga alveol. Banyak dari sel tersebut tidak diragukan lagi berasal dari monosit yang
berasal dari sum-sum tulang, tetapi sumbernya tetap dalam perdebatan.beberapa sel
nampaknya bervakuol yaitu bekas tempat lemak pada sitoplasma, mungkin kolestrol,
dan lainnya mengandung karbon yang difagositosis. Salah satu jenis yaitu siderofag atau
sel gagal jantung. Umumnya dijumpai bila ada bendungan aliran darah merah memasuki
alveoli (diapedesis), dalam keadaan ini makrofag memakan sel darah merah sehingga
akan mengandung hemosiderin. Fagosit relatif cepat diganti dan hampir seluruhnya
dikeluarkan kedalam sputum melalui percabangan bronkus. Beberapa sel yang terletak
didalam jaringan ikat septa interalveolaris, didalam pleura, dan sekitar pembuluh darah
serta saluran bronkial, relatif statis.

(buku ajar histologi & Anatomo Kedokteran YARSI)

Skenario II “Batuk Darah” 8


2. Memahami dan Menjelaskan Mekanisme Pernafasan

Pada pernapasan melalui paru-paru atau pernapasan externa, oksigen dipungut


melalui hidung dan mulut, pada waktu bernapas; oksigen masuk melalui trakheadan
pipa bronkhial ke alveoli, dan dapat erat hubungan dengan darah di dalam kapiler
pulmonaris.
Hanya satu lapis membran, yaitu membran alveoli-kapiler, memisahkan oksigen
dari darah. Oksigen menembus membran ini dan dipungut oleh hemoglobin sel darah
merah dan dibawa ke jantung. Dari sini dipompa di dalam arteri ke semua bagian tubuh.
Darah meninggalkan paru-paru pada tekanan oksigen 100 mmHg dan pada tingat ini
hemoglobinnya 95% jenuh oksigen.
Di dalam paru-paru, karbon dioksida, salah satu hasil buangan metabolisme,
menembus membran alveolar-kapiler dari kapiler darah ke alveoli dan setelah melalui
pipa bronkhial dan trakhea, dinapaskan keluar melalui hidung dan mulut.
 4 proses yang berhubungan dengan pernapasan pulmoner atau pernapasan
externa:
1) Ventilasi pulmoner, atau gera pernapasan yang menukar udara dalam alveoli
dengan udara luar
2) Arus darah melalui paru-paru
3) Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian sehingga jumlah tepat dari
setiapnya dapat mencapai semua bagian tubuh
4) Difusi gas yang menembusi membran pemisah alveoli dan kapiler. Karbon
dioksida lebih mudah berdifusi dari pada oksigen.

Semua proses ini diatur sedemikian sehingga darah yang meninggalkan paru-
paru menerima jumlah tepat CO2 dan O2. Pada waktu gerak badan lebih banyak darah
datang di paru-paru membawa terlalu banyak CO2 dan terlampau sedikit O2; jumlah
CO2 itu tidak dapat dikeluarkan, maka konsentrasinya dalam darah arteri bertambah.
Hal ini merangsang pusat pernapasan dalam otak untuk memperbesar kecepatan dan
dalamnya pernapasan. Penambahan ventilasi yang dengan demikian terjadi
mengeluarkan CO2 dan memungut lebih banyak O2.
Udara cenderung bergerak dari daerah bertekanan tinggi ke daerah bertekanan
rendah, yaitu menuruni gradien tekanan. Udara mengalir masuk dan keluar paru selama
proses bernapas dengan mengikuti penurunan gradien tekanan yang berubah
berselang-seling antara alveolus dan atmosfer akibat aktivitas siklik otot-otot
pernapasan. Terdapat 3 tekanan berbeda yang penting pada ventilasi:

Skenario II “Batuk Darah” 9


 Tekanan atmosfer (barometrik) adalah tekanan yang ditimbulkan oleh berat
udara di atmosfer terhadap benda-benda di permukaan bumi.
 Tekanan intra-alveolus (intra-pulmonalis) adalah tekanan di dalam alveolus.
 Tekanan intrapleura (tekanan intratoraks) adalah tekanan di dalam kantung
pleura; tekanan yang terjadi di luar paru di dalam rongga toraks. Tekanan
intrapleura biasanya lebih kecil daripada tekanan atmosfer, rata-rata 756 mmHg
saat istirahat.
Karena udara mengalir mengikuti penurunan gradient tekanan, maka tekanan
intra alveolus harus lebih rendah daripada tekanan atmosfer agar udara mengalir
masuk ke paru selama inspirasi. Demikian juga, tekanan intra alveolus harus lenih
besaru daripada tekanan atmosfer agar udara mengalir keluar dari paru selama
ekspirasi. Tekanan intra alveolus dapat diubah dengan mengubah volume paru sesuai
hukum boyle.

Mekanisme inspirasi
Sebelum inspirasi dimulai, otot-otot pernapasan melemas, tidak ada udara yang
mengalir, dan tekanan intra alveolus setara dengan tekanan atmosfer. Pada awitan
inspirasi, otot-otot inspirasi (diaphragma dan otot antariga eksternal) terangsang untuk
berkontraksi, sehingga terjadi pembesaran rongga toraks. Diafragma dipersarafi oleh
saraf frenikus. Diafragma bergerak ke bawah dan memperbesar volume rongga toraks.
Otot-otot antariga diaktifkan oleh saraf interkostalis.
Pada saat rongga toraks mengembang, paru juga dipaksa mengembang untuk
mengisi rongga toraks yang membesar. Sewaktu paru mengembang, tekanan intra
alveolus menurun karena molekul dalam jumlah yang sama kini menempati volume
paru yang lebih besar. Karena tekanan intra alveolus sekarang lebih rendah daripada
tekanan atmosfer, uadar mengalir masuk ke paru mengikuti penurunan gradient
tekanan dari tekanan tinggi ke tekanan rendah. Udara terus mengalir sampai tidak ada
lagi gradient.

Mekanisme ekspirasi
Pada akhir inspirasi, otot-otot inspirasi melemas. Saat melemas, diafragma
kembali ke bentuknya, sewaktu otot antariga melemas, sangkar iga yang terangkat
turun, dan dinding dada dan paru yang teregang kembali menciut ke ukuran inspirasi
karena adanya sifat elastic.

Skenario II “Batuk Darah” 10


Sewaktu paru menciut dan berkurang volumenya, tekanan intra alveolus
meningkat, karena jumlah molekul udara yang lebih besar yang terkandung di dalam
volume paru yang besar pada akhir inspirasi sekarang terkompresi ke dalam volume
yang lebih kecil. Udara sekarang keluar paru mengikuti penurunan gradient tekanan
dari tekanan alveolus yang tinggi ke tekanan atmosfer yang lebih rendah. Aliran keluar
udara berhenti jika tekanan intra alveolus menjadi sama dengan tekanan atmosfer dan
tidak lagi terdapat gradient tekanan.
Dalam keadaan normal, ekspirasi adalah suatu proses pasif karena terjadi akibat
penciutan elastic paru saat otot-otot inspirasi melemas tanpa memerlukan kontraksi
otot atau pengeluaran energi.
 Volume paru dan kapasitas paru dapat ditentukan oleh:
 Isi Alun Nafas / tidal volume/ volume pasang surut:
adalah udara yg keluar dan masuk paru pada pernafasan biasa. Pada keadaan
istirahat besarnya 500 cc.
 Volume Cadangan Inspirasi /Inspiratory reserve volum /IRV
adalah volume udara yg masih dapat masuk kedalam paru pada inspirasi
maksimal, setelah inspirasi biasa. Pria :3.300 cc, Wanita :1.900 cc
 Volume Cadangan Ekspirasi /Expiratory Reserve Volume/ERV
Adalah : jumlah udara yang dapat dikeluarkan secara aktif dari dalam paru
melalui kontraksi otot otot ekspirasi setelah ekspirasi biasa. P 1.000 cc dan W:
700 cc
 Volume Residu/ Residual Volume/ RV adalah udara yg masih tersisa dalam
paru setelah ekspirasi maksimal. Pria :1.200 cc Wanita :1.100 cc
Volume residu tidak dapat diukur secara langsung dgn spirometer karena
udara ini tidak keluar masuk paru,pengukuran dengan difusi gas.
Dapat dibagi dua :
Volume kollaps , udara yg masih dapat keluar dari paru ,setelah ekspirasi
maksimal dan hanya mungkin terjadi bila paru mengalami kollaps.
Volume minimal , udara yg masih tertinggal dalam paru setelah paru
kollaps dan tidak dapat dikeluarkan dgn cara apapun.

Skenario II “Batuk Darah” 11


 Kapasitas Inspirasi / CI:
Jumlah udara maksimal yg dapat dimasukkan kedalam paru setelah akhir
ekspirasi biasa. CI = IRV + TV
 Kapasitas Residu Fungsional /FRC, Jumlah udara didalam paru pada akhir
ekspirasi biasa. FRC = ERV + RV
Bermakna dalam mempertahankan kadar O2 dan CO2 yg relatif stabil dlm
alveol pada saat inspirasi dan ekspirasi.
 Kapasitas Vital / Vital Capacity
VC adalah volume udara maksimal yg dapat keluar masuk paru selama satu
siklus pernafasan yaitu setelah inspirasi maksimal sampai ekspirasi maksimal.
VC = IRV + TV + ERV . Kemampuan pengembangan paru dan dada dan
dipengaruhi kebugaran seseorang.
 Kapasitas Paru Total / Total Lung Capacity / TLC:
Jumlah udara maksimal yg dapat ditampung paru.
TLC = VC + RV Pria =6000 cc Wanita =4.200 cc
 volume ekspirasi paksa dalam 1 detik (forced expiratory volume, FEV1).
Volume udara yang dapat diekspirasi selama detik pertama ekspirasi pada
penentuan KV. Biasanya FEV1 adalah 80 % yaitu, dalam keadaan normal 80 %
udara yang dapat dipaksa keluar dari paru yang mengembang maksimum
dapat dikeluarkan dalam satu detik pertama.
VentPulmonal =TV X Frek nafas
Vent Pulm (ml/menit),TV (ml/nafas),Frek nafas (nafas/mnt)
[Lauralee Sherwood]

Skenario II “Batuk Darah” 12


3. Memahami dan Menjelaskan Bakteri Mycobacterium tubercolusis

 Bentuk.
 berbentuk batang lurus atau agak bengkok dengan ukuran 0,2- 0,4 x 1-4 um.
 Pewarnaan Ziehl-Neelsen dipergunakan untuk identifikasi bakteri tahan
asam.
 Tidak dapat digolongkan gram negatif atau gram positif
 Biakan
 Kuman ini tumbuh lambat, koloni tampak setelah lebih kurang 2 minggu
bahkan kadangkadangsetelah 6-8 minggu.
 Suhu optimum 37°C, tidak tumbuh pada suhu 25°C atau lebihdari 40°C.
 Medium padat yang biasa dipergunakan adalah Lowenstein-Jensen. PH
optimum 6,4-7,0.
 Terdapat 3 formulasi umu yang dapat di gunakan;
1. medium agar semi sintetik
medium ini mengandung garam, vitamin, kofaktor, asam oleat, albumin,
katalase, gliserol, glukosa, dan malakit hijau. Medium ini digunakan
untuk mengobservasi morfologi koloni, untuk uji sensitifitas, dan
menambahkan antibiotik sebagai medium selektif.
2. medium telur inspissated
medium ini mengandung garam, gliserol, dan substansi organik
kompleks. Medium ini digunakan sebagai medium selektif dengan
menambahkan antibiotik
3. medium kaldu
medium ini mendorong prolifersi inokulum kecil.
 Sifat-sifat.
 Mycobacterium tidak tahan panas, akan mati pada 6°C selama 15-20 menit.
 Biakan dapatmati jika terkena sinar matahari lansung selama 2 jam.
 Dalam dahak dapat bertahan 20-30p jam.
 Basil yang berada dalam percikan bahan dapat bertahan hidup 8-10 hari.
 Biakan basil inidalam suhu kamar dapat hidup 6-8 bulan dan dapat disimpan
dalam lemari dengan suhu20°C selama 2 tahun.
 Myko bakteri tahan terhadap berbagai khemikalia dan disinfektanantara lain
phenol 5%, asam sulfat 15%, asam sitrat 3% dan NaOH 4%.

Skenario II “Batuk Darah” 13


 Basil ini dihancurkanoleh jodium tinctur dalam 5 minit, dengan alkohol 80 %
akan hancur dalam 2-10 menit.
 Bersifat aerob obligat

(Mikrobiologi Kedokteran Jawet)

Skenario II “Batuk Darah” 14


4. Memahami dan Menjelaskan Epidemiologi dan Riwayat Alamiah Perjalanan TBC Paru

Faktor risiko Tuberkulosis:


1. Infeksi Tuberkulosis
 Orang-orang yang lahir di negara asing dari negara-negara yang
berinsiden tinggi
 Orang-orang miskin dan sangat miskin, terutama di kota-kota besar
 Penghuni penjara sekarang atau sebelumnya
 Orang tunawisma
 Pengguna obat injeksi
 Pekerja perawat kesehatan yang merawat penderita berisiko tinggi
 Anak yang terpajan pada orang dewasa berisiko tinggi
2. Penyakit Tuberkulosis bila Terinfeksi
 Koinfeksi dengan virus imunodefisiensi manusia (HIV)
 Penyakit gangguan imun lain, terutama keganasan
 Pengobatan imunosupresif
 Bayi dan anak ≤ 3 tahun
[Nelson]

Epidemiologi Global
Pada bulan Maret 1993, WHO mendeklarasikan TB sebagai global health
emergency. TB dianggap sebagai masalah kesehatan dunia yang penting karena lebih
kurang 1/4 penduduk dunia terinfeksi oleh mikobakterium TB. Pada tahun 1998 ada
4.617.047 kasus TB yang tercatat di seluruh dunia.
Sebagian besar kasus TB ini (95%) dan kematiannya (98%) terjadi di Negara-
negara yang sedang berkembang. Di antara mereka 75% berada pada usia produktif
yaitu 20-49 tahun. Karena penduduk yang padat dan tingginya prevalensi maka lebih
dari 65% dari kasus-kasus TB yang baru dan kematian yang muncul terjadi di Asia.
Alasan utama munculnya atau meningkatnya beban TB global ini antara lain
disebabkan: 1. kemiskinan pada berbagai penduduk, tidak hanya pada Negara yang
sedang berkembang tetapi juga pada penduduk perkotaan tertentu di Negara maju. 2.
adanya perubahan demografik dengan meningkatnya penduduk dunia dan perubahan
dari struktur usia manusia yang hidup. 3. perlindungan kesehatan yang tidak mencukupi
pada penduduk di kelompok yang rentan terutama di negeri-negeri miskin. 4. tidak
memadainya pendidikan mengenai TB di antara para dokter. 5. terlantar dan kurangnya
biaya untuk obat, sarana diagnostic, dan pengawasan khusus TB dimana terjadi deteksi

Skenario II “Batuk Darah” 15


dan tatalaksana kasus yang tidak adekuat. 6. adanya epidemic HIV terutama di Afrika
dan Asia.

Epidemiologi TB di Indonesia
Indonesia adalah negeri dengan prevalensi TB ke-3 tertinggi di dunia setelah
China dan India. Perkiraan kejadian BTA di sputum yang positif di Indonesia adalah
266.000 tahun 1998. berdasarkan survei kesehatan rumah tangga tahun 1985 dan
survey kesehatan nasional 2001, TB menempati ranking nomor 3 sebagai penyebab
kematian tertinggi di Indonesia. Prevalensi nasional terakhir TB paru diperkirakan
0,24%. Sampai sekarang angka kejadian TB di Indonesia relative terlepas dari angka
pandemic infeksi HIV karena masih relative rendahnya infeksi HIV, tapi hal ini mungkin
akan berubah di masa dating melihat semakin meningkatnya laporan infeksi HIV dari
tahun ketahun.

Cara penularan TB
Lingkungan hidup yang sangat padat dan pemukiman di wilayah perkotaan
kemungkinan besar telah mempermudah proses penularan dan berperan sekali atas
peningkatan jumlah kasus TB. Proses terjadinya infeksi M. tuberculosis biasanya secara
inhalasi, sehingga TB paru merupakan manifestasi klinis yang paling sering disbanding
organ lainnya. Penularan penyakit ini sebagian besar melalui inhalasi basil yang
mengandung droplet nuclei, khusunya yang didapat dari pasien TB paru dengan batuk
berdarah atau berdahak yang mengandung basil tahan asam (BTA).
[IPD II]

Cara mencegah TB:


1. sinar ultraviolet embasmi bakteri, bias digunakan di tempat-tempat dimana
sekumpulan orang dengan berbagai penyakit harus duduk bersama-sama selama
beberapa jam (misalnya di rumah sakit, ruang tunggu gawat darurat). Sinar ini bias
membunuh bakteri yang terdapat di dalam udara.
2. Isoniazid sangat efektif jika diberikan kepada orang-orang dengan risiko tinggi
tuberculosis, misalnya petugas kesehatan dengan hasil tes tuberculin positif, tetapi
hasil roentgen tidak menunjukkan adanya penyakit. Isoniazid diminum setiap hari
selama 6-9 bulan.

Skenario II “Batuk Darah” 16


3. penderita tuberculosis pulmoner yang sedang menjalani pengobatan tidak perlu
diisolasi lebih dari beberapa hari karena obatnya bekerja secara cepat sehingga
mengurangi kemungkinan terjadinya penularan. Tetapi penderita yang mengalami
batuk dan tidak menjalani pengobatan secara teratur, perlu diisolasi lebih lama
karena bias menularkan penyakitnya. Penderita biasanya tidak lagi dapat
menularkan penyakitnya setelah menjalani pengobatan selama 10-14 hari.
4. Di Negara-negara berkembang, vaksin BCG digunakan untuk mencegah infeksi oleh
Mycobacterium tuberculosis.

PMO (Pengawas Menelan Obat)


1. Persyaratan PMO
 Seseorang yang dikenal, dipercaya dan disetujui baik oleh petugas
kesehatan maupun penderita.
 Disegani dan dihormati oleh penderita.
 Seseorang yang tinggal dekat dengan penderita.
 Bersedia membantu penderita dengan sukarela.
 Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan
penderita.
2. Siapa yang bisa jadi PMO?
Sebaiknya adalah petugas kesehatan, misalnya bidan di desa, perawat,
pekarya sanitarian, juru imunisasi, dan lain-lain. Bila tidak ada petugas
kesehatan yang memungkinkan, PMO dapat berasal dari kader kesehatan,
guru, anggota PPTI, PKK atau tokoh masyarakat lainnya atau anggota
keluarga.
3. Tugas seorang PMO
 Mengawasi penderita TBC agar menelan obat secara teratur sampai
selesai pengobatan.
 Memberi dorongan kepada penderita agar mau berobat teratur.
 Mengingatkan penderita untuk pemeriksaan ulang dahak pada
waktu yang telah ditentukan.
 Memberi penyuluhan pada anggota keluarga penderita TBC yang
mempunyai gejala-gejala tersangka TBC untuk segera memeriksakan
diri ke unit pelayanan kesehatan.
[www.medicastore.com]

Skenario II “Batuk Darah” 17


5. Memahami dan Menjelaskan Patogenesis, Morfologi TBC Paru

PATOGENESIS

Jalan masuk awal bagi basilus tuberkel ke dalam paru atau tempat Iainnya pada
individu yang sebelumnya sehat menimbulkan respons peradangan akut nonspesifik
yang jarang diperhatikan dan biasanya disertai dengan sedikit atau sama sekali tanpa
gejala. Basilus kemudian ditelan oleh makrofag dan diangkut ke kelenjar limfe regional.
Bila penyebaran organisme tidak terjadi pada tingkat kelenjar Iimfe regional, lalu
basilus tuberkel lalu mencapai aliran darah dan terjadi diseminata yang Iuas.
Kebanyakan lesi tuberkulosis diseminata menyembuh, sebagaimana lesi paru primer,
walaupun tetap ada fokus potensial untuk reaktivasi selanjutnya. Diseminasi dapat
mengakibatkan tuberkulosis meningeal atau miliaris, yaitu penyakit dengan potensial
terjadinya morbiditas dan mortalitas yang utama, terutama pada bayi dan anak kecil.

Selama 2 hingga 8 minggu setelah infeksi primer, saat basilus terus berkembang
biak di lingkungan intraselulernya, timbul hipersensitivitas pada pejamu yang terinfeksi.
Limfosit yang cakap secara imunologik memasuki daerah infeksi, di situ limfosit
menguraikan faktor kemotaktik, interleukin dan limfokin. Sebagai responsnya, monosit
masuk ke daerah tersebut dan mengalami perubahan bentuk menjadi makrofag dan
selanjutnya menjadi sel histiosit yang khusus, yang tersusun menjadi granuloma.
Mikobakterium dapat bertahan dalam makrofag selama bertahun-tahun walaupun
terjadi peningkatan pembentukan lisozim dalam sel ini, namun multiplikasi dan
penyebaran selanjutnya biasanya terbatas. Kemudian terjadi penyembuhan, seringkali
dengan kalsifikasi granuloma yang lambat yang kadang meninggalkan lesi sisa yang
tampak pada foto rontgen paru. Kombinasi lesi paru perifer terkalsifikasi dan kelenjar
limfe hilus yang terkalsifikasi dikenal sebagai kompleks Ghon.

Tuberkulosis—sebagai penyakit klinis—timbul pada sebagian kecil individu


yang tidak mengalami infeksi primer. Pada beberapa individu, tuberkulosis timbul
dalam beberapa minggu setelah infeksi primer; pada kebanyakan orang, organisme
tetap dormant selama bertahun-tahun sebelum memasuki fase multiplikasi
eksponensial yang menyebabkan penyakit. Di antara banyak keadaan, usia dapat
dianggap sebagai faktor bermakna yang menentukan jalannya penyakit tuberkulosis.
Pada bayi, infeksi tuberkulosis seringkali cepat berkembang menjadi penyakit, dan
berisiko tinggi menderita penyakit diseminata, antara lain meningitis dan tuberkulosis

Skenario II “Batuk Darah” 18


miliaris. Pada anak di atas usia 1 atau 2 tahun sampai sekitar usia pubertas, lesi
tuberkulosis primer hampir selalu menyembuh; sebagian besar akan menjadi
tuberkulosis pada masa akil balig atau dewasa muda. Individu yang terinfeksi pada masa
dewasa memiliki resiko terbesar untuk terjadinya tuberkulosis dalam waktu sekitar 3
tahun setelah infeksi. Penyakit tuberkulosis lebih sering pada perempuan dewasa muda,
sementara pada laki-laki lebih sering pada usia yang lebih tua.

http://medis.web.id/penyakit-dalam/tuberkulosis-paru.html

Skenario II “Batuk Darah” 19


6. Memahami dan Mejelaskan Diagnosis, Komplikasi, dan Prognosis TBC Paru

DIAGNOSIS
Gejala klinis:
 Demam. Serangan demam pertama dapat sembuh sebentar, tetapi kemudian
dapat timbul kembali.
 Batuk / batuk darah. Batuk terjadi karena adanya iritasi bronkus. Batuk darah
karena terdapat pembuluh darah yang pecah.
 Sesak napas
 Nyeri dada
 Malaise (anoreksia, tidak ada nafsu makan, badan makin kurus, sakit kepala,
meriang, nyeri otot, keringat malam, dll.)

Pemeriksaan Fisis
Pemeriksaan pertama terhadap keadaan umum pasien mungkin ditemukan
konjungtiva mata atau kulit yang pucat karena anemia, suhu demam (subfebris), badan
kurus atau berat badan menurun. Secara anamnesis dan pemeriksaan fisis, TB paru sulit
dibedakan dengan pneumonia biasa. Dalam penampilan klinis, TB paru sering
asimptomatik dan penyakit baru dicurigai dengan didapatkannya kelainan radiologis
dada pada pemeriksaan rutin atau uji tuberkulin yang positif.

Pemeriksaan Radiologis
Pada awal penyakit, lesi masih merupakan sarang-sarang pneumonia, gambaran
berupa bercak-bercak seperti awan dengan batas yang tidak tegas. Bila lesi sudah
diliputi jaringan ikat, bayangan terlihat berupa bulatan dengan batas tegas
(tuberkuloma). Pada cavitas, bayangan berupa cincin, mula-mula berdinding tipis, lama-
lama dinding jadi sklerotik dan terlihat menebal. Pada kalsifikasi, bayangan tampak
bercak-bercak padat dengan densitas tinggi. Gambaran radiologis lain yang sering
menyertai adalah penebalan pleura, efusi pleura (empiema), pneumotoraks.
Pemeriksaan radiologis lain adalah bronkografi, CT scan, dan MRI.

Skenario II “Batuk Darah” 20


Pemeriksaan Laboratorium
 Darah. Pada saat tuberkulosis baru mulai akan didapatkan jumlah leukosit yang
sedikit meninggi dengan hitung jenis pergeseran ke kiri. Jumlah limfosit masih di
bawah normal. Laju endap darah mulai meningkat. Bila penyakit mulai sembuh,
jumlah leukosit kembali normal dan jumlah limfosit masih tinggi. Laju endap darah
mulai turun ke arah normal lagi.
 Sputum. Pemeriksaan sputum adalah penting karena dengan ditemukannya kuman
BTA, diagnosis tuberkulosis sudah dapat dipastikan. Dalam hal ini dianjurkan satu
hari sebelum pemeriksaan sputum, pasien dianjurkan minum air sebanyak + 2 liter
dan ajarkan melakukan refleks batuk. Dapat juga dengan memberikan tambahan
obat-obat mukolitik ekspektoran atau dengan inhalasi larutan garam hipertonik
selama 20-30 menit. Bila masih sulit,sputum masih dapat diperoleh dengan cara
bronkoskopi. BTA dari sputum bisa juga didapat dengan cara bilasan lambung. Hal
ini sering dikerjakan pada anak-anak karena mereka sulit mengeluarkan dahaknya.
Sputum yang akan diperiksa hendaknya sesegar mungkin. Pemeriksaan sputum
dilakukan dengan menggunakan metode pewarnaan Ziehl-Neelsen. Penderita yang
dicurigai TB paru, harus melakukan pemeriksaan sputum S (sewaktu), P (pagi), S
(sewaktu).
 Tes Tuberkulin. Pemeriksaan ini masih banyak dipakai untuk membantu
menegakkan diagnosis tuberkulosis terutama pada anak-anak (balita). Biasanya
dipakai tes Mantoux yakni dengan menyuntikkan 0,1 cc tuberculin P.P.D (Purified
Protein Derivative) intrakutan berkekuatan 5 intermediet strength. Tes tuberkulin
hanya menyatakan apakah seseorang individu sedang atau pernah mengalami
infeksi M. Tuberculosis, M. Bovis, vaksinasi BCG dan Mycobacterium patogen
lainnya. Dasar tes tuberkulin ini adalah reaksi berupa alergi tipe lambat. Setelah 48-
72 jam disuntikkan, akan timbul reaksi berupa indurasi kemerahan yang terdiri
dari limfosit, yakni reaksi persenyawaan antara antibody seluler dengan antigen
tuberkulin. Banyak sedikitnya reaksi persenyawaan antara antibody seluler dan
antigen tuberculin amat dipengaruhi oleh antibody humoral, makin besar pengaruh
antibody humoral, makin kecil indurasi yang ditimbulkan. Hasil tes Mantoux:
o Indurasi 0-5 mm: Mantoux negatif = golongan no sensitivity. Di sini peran
antibody paling menonjol.
o Indurasi 6-9 mm: hasil meragukan = golongan low grade sensitivity. Di sini
peran antibody humoral masih menonjol.
o Indurasi 10-15 mm: Mantoux positif = golongan normal sensitivity. Di sini peran
kedua antibody seimbang.

Skenario II “Batuk Darah” 21


o Indurasi > 15 mm: Mantoux positif kuat = golongan hypersensitivity. Di sini
peran antibody seluler paling menonjol.
[IPD II]

KOMPLIKASI
 Komplikasi dini: pleuritis, efusi pleura, laringitis, usus, Poncet’s arthropathy
 Komplikasi lanjut: obstruksi jalan napas -> SOFT (Sindrom Obstruksi Pasca
Tuberkulosis), kerusakan parenkim berat -> SOPT / fibrosis paru, kor pulmonal,
amiloidosis, karsinoma paru, sindrom gagal napas dewasa (ARDS), sering terjadi
pada TB milier dan kavitas TB.
[IPD II]

PROGNOSIS
Prognosis umumnya baik jika infeksi terbatas di paru, kecuali jika disebabkan
oleh strain resisten obat atau terjadi pada pasien berusia lanjut, dengan debilitas, atau
mengalami gangguan kekebalan, yang berisiko tinggi menderita tuberkulosis milier
[Patologi vol. 2, Robbins, dkk]

Skenario II “Batuk Darah” 22


7. Memahami dan Menjelaskan Penatalaksanaan TBC Paru

Tujuan pengobatan pada TB Paru selain untuk mengobati juga mencegah


kematian, mencegah kekambuhan atau resistensi terhadap OAT serta memutuskan mata
rantai penularan.
Pengobatan Tuberkulosis dilakukan dengan prinsip-prinsip sbb:
 OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat. Tidak OAT
tunggal (monoterapi). Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT-KDT) lebih
menguntungkan dan sangat dianjurkan.
 Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan langsung
(DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO).
 Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif (2-3 bulan) dan
lanjutan (4-7 bulan)
 Tahap intensif: obat diberikan setiap hari,dan diawasi langsung untuk
mencegah resistensi obat. Jika diberikan secara tepat, yang awalnya menular
bisa men jadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian besar TB
BTA positif menjadi BTA negatif dalam 2 bulan
 Tahap lanjutan: diberikan obat lebih sedikit dengan jangka waktu yang lama.
Tahap ini penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah
kekambuhan.

Dosis yang Direkomendasikan (mg/kg)


Jenis OAT Sifat
Harian 3x seminggu
Isoniazid (H) Bakterisid 5 (4-6) 10 (8-12)
Rifampicin (R) Bakterisid 10 (8-12) 10 (8-12)
Pyrazinamid (Z) Bakterisid 25 (20-30) 35 (30-40)
Streptomycin (S) Bakterisid 15 (12-18) 15 (12-18)
Ethambutol (E) Bakteriostatik 15 (15-20) 30 (20-35)

Obat yang digunakan untuk TBC digolongkan atas dua kelompok, yaitu:
 Obat primer / Lini pertama: Isoniazid (INH), Rifampisin, Etambutol, Streptomisin,
Pirazinamid. Memperlihatkan efektifitas yang tinggi dengan toksisitas yang masih
dapat ditolerir, sebagian besar dapat dipisahkan dengan obat-obatan ini.
 Obat sekunder / Lini kedua: Etionamid, Paraaminosalisilat, Sikloserin, Amikasin,
Kapreomisin, Kanamisin.

Skenario II “Batuk Darah” 23


Isoniazid (INH)
Efek antibakteri: bersifat tuberkulostatik dan tuberkulosid. Efek bakterisidnya hanya
terlihat pada kuman yang sedang tumbuh aktif. Isoniazid dapat menembus ke dalam sel
dengan mudah.
Mekanisme kerja: menghambat biosintesis asam mikolat (mycolic acid) yang merupakan
unsur penting dinding sel mikobakterium.
Farmakokinetik: mudah diabsorbsi pada pemberian oral maupun parenteral. Mudah
berdifusi ke dalam sel dan semua cairan tubuh. Antar 75-95% diekskresikan melalui
urin dalam waktu 24 jam dan hampir seluruhnya dalam bentuk metabolit.
Efek samping: reaksi hipersensitivitas menyebabkan demam, berbagai kelainan kulit.
Neuritis perifer paling banyak terjadi. Mulut terasa kering, rasa tertekan pada ulu hati,
methemoglobinemia, tinnitus, dan retensi urin.
Sediaan dan posologi: terdapat dalam bentuk tablet 50, 100, 300, dan 400 mg serta sirup
10 mg/mL. Dalam tablet kadang-kadang telah ditambahkan B6. biasanya diberikan
dalam dosis tunggal per orang tiap hari. Dosis biasa 5 mg/kgBB, maksimum 300
mg/hari. Untuk TB berat dapat diberikan 10mg/kgBB, maksimum 600 mg/hari, tetapi
tidak ada bukti bahwa dosis demikian besar lbih efektif. Anak < 4 tahun dosisnya
10mg/kgBB/hari. Isoniazid juga dapat diberikan secara intermiten 2 kali seminggu
dengan dosis 15 mg/kgBB/hari.

Rifampisin
Aktivitas antibakteri: menghambat pertumbuhan berbagai kuman gram-positif dan
gram-negatif.
Mekanisme kerja: terutama aktif terhadap sel yang sedang tumbuh. Kerjanya
menghambat DNA-dependent RNA polymerase dari mikrobakteria dan mikroorganisme
lain dengan menekan mula terbentuknya (bukan pemanjangan) rantai dalam sintesis
RNA.
Farmakokinetik: pemberian per oral menghasilakn kadar puncak dalam plasma setelah
2-4 jam. Setelah diserap dari saluran cerna, obat ini cepat diekskresi melalui empedu
dan kemudian mengalami sirkulasi enterohepatik. Penyerapannya dihambat oleh
makanan. Didistribusi ke seluruh tubuh. Kadar efektif dicapai dalam berbagai organ dan
cairan tubuh, termasuk cairan otak, yang tercermin dengan warna merah jingga pada
urin, tinja, ludah, sputum, air mata, dan keringat.
Efek samping: jarang menimbulkan efek yang tidak diingini. Yang paling sering ialah
ruam kulit, demam, mual, dan muntah.

Skenario II “Batuk Darah” 24


Sediaan dan posologi: tersedia dalam bentuk kapsul 150 mg dan 300 mg. Terdapat pula
tablet 450 mg dan 600 mg serta suspensi yang mengandung 100 mg/5mL rifampisin.
Beberapa sediaan telah dikombinasi dengan isoniazid. Biasanya diberikan sehari sekali
sebaiknya 1 jam sebelum makan atau dua jam setelah makan. Dosis untuk orang dewasa
dengan berat badan kurang dari 50 kg ialah 450 mg/hari dan untuk berat badan lebih
dari 50 kg ialah 60 mg/hari. Untuk anak-anak dosisnya 10-20 mg/kgBB/hari dengan
dosis maksimum 600 mg/hari.

Etambutol
Aktivitas antibakteri: menghambat sintesis metabolit sel sehingga metabolisme sel
terhambat dan sel mati. Hanya aktif terhadap sel yang tumbuh dengan khasiat
tuberkulostatik.
Farmakokinetik: pada pemberian oral sekitar 75-80% diserap dari saluran cerna. Tidak
dapat ditembus sawar darah otak, tetapi pada meningitis tuberkulosa dapat ditemukan
kadar terapi dalam cairan otak.
Efek samping: jarang. Efek samping yang paling penting ialah gangguan penglihatan,
biasanya bilateral, yang merupakan neuritis retrobulbar yaitu berupa turunnya
ketajaman penglihatan, hilangnya kemampuan membedakan warna, mengecilnya
lapangan pandang, dan skotom sentral maupun lateral. Menyebabkan peningkatan
kadar asam urat darah pada 50% pasien.
Sediaan dan posologi: tablet 250 mg dan 500 mg. Ada pula sediaan yang telah dicampur
dengan isoniazid dalam bentuk kombinasi tetap. Dosis biasanya 15 mg/kgBB, diberikan
sekali sehari, ada pula yang menggunakan dosis 25 mg/kgBB selama 60 hari pertama,
kemudian turun menjadi 15 mg/kgBB.

Pirazinamid
Aktivitas antibakteri: mekanisme kerja belum diketahui.
Farmakokinetik: mudah diserap usus dan tersebar luas ke seluruh tubuh. Ekskresinya
terutama melalui filtrasi glomerulus.
Efek samping: yang paling umum dan serius adalah kelainan hati. Menghambat ekskresi
asam urat. Efek samping lainnya ialah artralgia, anoreksia, mual, dan muntah, juga
disuria, malaise, dan demam.
Sediaan dan posologi: bentuk tablet 250 mg dan 500 mg. Dosis oral 20-35 mg/kgBB
sehari (maksimum 3 g), diberikan dalam satu atau beberapa kali sehari.

Skenario II “Batuk Darah” 25


Streptomisin
Aktivitas antibakteri: bersifat bakteriostatik dan bakterisid terhadap kuman TB. Mudah
masuk kavitas, tetapi relatif sukar berdifusi ke cairan intrasel.
Farmakokinetik: setelah diserap dari tempat suntikan, hampir semua streptomisin
berada dalam plasma. Hanya sedikit sekali yang masuk ke dalam eritrosit. Kemudian
menyebar ke seluruh cairan ekstrasel. Diekskresi melalui filtrasi glomerulus.
Efek samping: umumnya dapat diterima dengan baik. Kadang-kadang terjadi sakit
kepala sebentar atau malaise. Bersifat nefrotoksik. Ototoksisitas lebih sering terjadi
pada pasien yang fungsi ginjalnya terganggu.
Sediaan dan posologi: bubuk injeksi dalam vial 1 dan 5 gram. Dosisnya 20 mg/kgBB
secara IM, maksimum 1 gr/hari selama 2 sampai 3 minggu. Kemudian frekuensi
berkurang menjadi 2-3 kali seminggu.

Etionamid
Aktivitas antibakteri: in vitro, menghambat pertumbuhan M. tuberculosis jenis human

pada kadar 0.9-2.5 g/mL.

Farmakokinetik: pemberian per oral mudah di absorpsi. Kadar puncak 3 jam dan kadar
terapi bertahan 12 jam. Distribusi cepat, luas, dan merata ke cairan dan jaringan.
Ekskresi cepat dalam bentuk utama metabolit 1% aktif.
Efek samping: paling sering anoreksia, mual da muntah. Sering terjadi hipotensi
postural, depresi mental, mengantuk dan asthenia.
Sediaan dan posologi: dalam bentuk tablet 250 mg. Dosis awaln 250 mg sehari, lalu
dinaikan setiap 5 hari dengan dosis 125 mg – 1 g/hr. Dikonsumsi waktu makan untuk
mengurangi iritasi lambung.

Paraaminosalisilat
Aktivitas bakteri: in vitro, sebagian besar strain M. tuberculosis sensitif dengan kadar 1

g/mL.

Farmakokinetik: mudah diserap melalui saluran cerna. Masa paruh 1 jam. Diekskresi
80% di ginjal dan 50% dalam bentuk asetilasi.
Efek samping: gejala yang menonjol mual dan gangguan saluran cerna. Dan kelianan
darah antara lain leukopenia, agranulositopenia, eosinofilia, limfositosis, sindrom
mononukleosis atipik, trombositopenia.
Sediaan dan posologi: dalam bentuk tablet 500 mg dengan dosis oral 8-12 g sehari.

Skenario II “Batuk Darah” 26


Sikloserin
Aktifitas bakteri: in vitro, menghambat M.TB pada kadar 5-20 g/mL dengan

menghambat sintesis dinding sel.


Farmakokinetik: baik dalam pemberian oral. Kadar puncak setelah pemberian obat 4-8
jam. Ditribusi dan difusi ke seluruh cairan dan jaringan baik. Ekskresi maksimal dalam
2-6 jam, 50% melalui urin dalam bentuk utuh.
Efek samping: SSP biasanya dalam 2 minggu pertama, dengan gejala somnolen, sakit
kepala, tremor, vertigo, konvulsi, dll.
Sediaan dan posologi: bentu kapsul 250 mg, diberikan 2 kali sehari. Hasil terapi paling

baik dalam plasma 25-30 g/mL.

Kanamisin dan Amikasin


Menghambat sintesis protein bakteri. Efek pada M. tb hanya bersifat supresif.
Farmakokinetik: melalu suntikan intramuskular dosis 500 mg/12 jam (15mg/kgBB/hr,
atau dengan intravena selama 5 hr/mgg selama 2 bulan,dan dilanjutkan dengan 1-1.5
mg 2 atau 3 kali/mgg selama 4 bulan.

Kapreomisin
Efek samping: nefrotoksisitas dengan tanda nnaiknya BUN, menurunnya klirens
kreatinin dan albuminuria. Selain itu bisa terjadi hipokalemia, uji fungsi hati buruk,
eosinogilia, leukositosis, leukopenia, dan trombositopenia.

Efek samping ringan OAT


Efek Samping Penyebab Penatalaksanaan
Tidak nafsu makan, mual, Semua OAT diminum malam sebelum
Rifampisin
sakit perut tidur
Nyeri sendi Pirasinamid Beri Aspirin
Kesemutan s/d rasa terbakar
INH
pada kaki Beri Vitamin B6 (Piridoxin) 100mg/hr
Kemerahan pada air seni Rifampisin Perlu penjelasan ke pasien

Skenario II “Batuk Darah” 27


Efek samping berat OAT
Efek Samping Penyebab Penatalaksanaan
Gatal dan Kemerahan Semua jenis OAT Ikuti petunjuk pelaksanaan
Tuli streptomisin Hentikan,ganti dengan Etambutol
Gangguan Keseimbangan streptomisin Hentikan,ganti dengan Etambutol
Ikterus tanpa sebab lain Hampir semua OAT Hentikan,sampai menghilang
Bingung dan muntah-
Hampir semua OAT
muntah Hentikan,segera tes fungsi hati
Gangguan Penglihatan Etambutol Hentikan
Purpura dan renjatan (syok) Rifampisin Hentikan

a) OAT kategori 1 (2HRZE/ 4H3R3)


Panduan OAT ini diberikan untuk:
o Pasien baru TB paru BTA positif
o Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif
o Pasien TB ekstra paru

Dosis panduan OAT-KDT kategori 1


Tahap intensif tiap hari selama Tahap lanjutan 3 kali seminggu
Berat Badan
56 hari RHZE (150/75/400/275) selama 16 minggu RH (150/150)
30-37 kg 2 tablet 4KDT 2 tablet 2KDT
38-54 kg 3 tablet 4KDT 3 tablet 2KDT
55-70 kg 4 tablet 4KDT 4 tablet 2KDT
≥70 kg 5 tablet 4KDT 5 tablet 2KDT

Dosis panduan OAT-Kombipak kategori 1


Dosis /hr/kali
Tahap Lama Tablet Kaplet Tablet Tablet
pengobatan pengobatan Isoniazid Rifampisin Pirazinamid Etambutol
@300mgr @450mgr @500mgr @250mgr
Intensif 2 bulan 1 1 3 3
Lanjutan 4 bulan 2 1 - -

b) OAT kategori 2 (2HRZES/ HRZE/ 5H3R3E3)


Panduan OAT ini diberikan untuk BTA positif yang telah diobati sebelumnya:
o Kambuh
o Gagal
o Dengan pengobatan setelah putus berobat

Skenario II “Batuk Darah” 28


Dosis panduan OAT-KDT kategori 2
Tahap intensif tiap hari RHZE Tahap lanjutan 3 x smgg RH
BB (150/75/400/275)+S (150/150)+E(400)
56 hari 28 hari 20 mgg
2 tab 4KDT+750mg
30-37 kg 2 tab 4KDT 2 tab 2KDT+2 tab Etambutol
streptomisin inj.
3 tab 4KDT+500mg
38-54 kg 3 tab 4KDT 3 tab 2KDT+3 tab Etambutol
streptomisin inj.
4 tab 4KDT+1000mg
55-70 kg 4 tab 4KDT 4 tab 2KDT + 4 tab Etambutol
streptomisin inj.
5 tab 4KDT+ 1000mg
5 tab 4KDT 5 tab 2KDT + 5 tab Etambutol
≥71 kg streptomisin inj.

Dosis panduan OAT-Kombipak kategori 2


Tablet Kaplet Tablet Etambutol
Strep
Tahap Lama Iso Rifam Pirazi jmlh hr/X
Tablet Tablet tomisin
peng- Peng- niazid pisin namid menelan
@250 @400 injeksi
obatan obatan @300 @450 @500 obat
mgr mgr  
mgr mgr mgr
Intensif 2 bulan 1 1 3 3 - 0,75 gr 56
(Dosis
1 bulan 1 1 3 3 - - 28
harian)
Lanjutan
(Dosis
4 bulan 2 1 - 1 2 - 60
3x
smgg)

(Farmakologi dan Terapi UI; Kuliah Farmako UI)

Skenario II “Batuk Darah” 29


8. Memahami dan Menjelaskan Hukum Merokok Menurut Agama Islam
a. Merokok itu sesuatu yang khobits (buruk).

(Sudah kami jelaskan di atas dari segi kedokteran dan ilmu pengetahuan, dan akan
kami jelaskan dari segi Islam di bawah) Sedangkan Robb-mu di dalam Al Quran
mengatakan : ”Dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan
bagi mereka segala yang buruk.” {QS Al-A’raaf: 157).

b. Merokok termasuk perbuatan mubadzir.

Sedang Rabb-mu subhanahu wataala telah berfirman : ”Dan janganlah kamu


menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-
pemboros itu adalah saudara-saudara syaithan dan syaitan itu adalah sangat ingkar
kepada Rabb-nya.” {QS Al-Israa’: 26-27).

c. Merokok adalah perbuatan yang berlebih-lebihan / melampaui batas.

Sedangkan Alloh subhanahu wataala berfirman : ”Sesungguhnya Alloh tidak


menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” {QS Al-’Araaf: 31}

d. Merokok sama saja bunuh diri.

(Merokok meningkatkan risiko keseluruhan kematian sebesar 70% dibandingkan


kepada bukan perokok, dan perokok meninggal 5-8 tahun lebih awal dibandingkan
bukan perokok).

Sedangkan Alloh tabaroka wa ta’ala berfirman : ”Dan janganlah kamu membunuh


dirimu; sesungguhnya Alloh adalah Maha Penyayang kepadamu. Dan barangsiapa
berbuat demikian dengan melanggar hak dan aniaya, maka Kami kelak akan
memasukannya ke dalam neraka, Yang demikian itu adalah mudah bagi Alloh.” {QS
An-Nisa’: 29-30}

e. Merokok sama saja melemparkan diri dalam jurang kebinasaan.

Padahal Alloh subhanahu wata’ala berfirman : ”Dan janganlah kamu menjatuhkan


dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Alloh
menyukai orang-orang yang berbuat baik.” {QS Al-Baqoroh: 195}

f. Merokok dapat menimbulkan bahaya.

Sedangkan Rosululloh bersabda : ”Tidak boleh membahayakan diri sendiri maupun


orang lain.” {HR Malik dalam ”Al-Muwatho” Kitabul Aqdliyah, Kitabul Qodla’ fil
Mirfaq (31), Ibnu Majah (2/75-85) dishohihkan dan disepakati oleh Adz-Dzahabi}

g. Kemudian wahai saudaraku tercinta, bagaimana kamu menyenangkan dirimu


dengan cara mengganggu hamba-hamba Alloh tatkala Anda merokok, Engkau
cemari udara, Engkau lukai perasaan orang lain, Engkau ganggu mereka
dengan bau tidak sedap, Engkau bahayakan mereka dengan asap rokok-mu
bahkan dua kali lebih berisiko terkena penyakit, terlebih lagi kalau Anda
merokok di tempat umum.

Skenario II “Batuk Darah” 30


Apakah Anda belum pernah mendengar firman Alloh tabaroka wata’ala : ”Dan
orang-orang yang menyakiti orang-orang yang mukmin dan mukminat tanpa
kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul
kebohongan dan dosa yang nyata.” {QS Al Ahzab: 58}

h. Istri anda yang tercinta yang telah mempersembahkan cinta sucinya kepada
Anda, harus menanggung akibatnya sehingga dia tidak bisa mendapatkan
nafkah biologis (maaf, karena mungkin Anda impotensi), begitu juga dia
tercemari bau yang tidak sedap dari Anda.

Apakah Anda belum mendengar firman Alloh subhanahu wata’ala : ”Dan para
wanita itu mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang
ma’ruf.” {QS Al-Baqoroh: 228}

i. Anak adalah dambaan setiap orang tua, memiliki keturunan akan selalu
diusahakan oleh orang-orang yang berakal. Namun, Anda telah memutus
keberadaan mereka, bahkan rokok dapat merusak kehamilan.
j. Kesehatan anak merupakan kenikmatan yang sangat nampak dan pemberian
yang sangat agung. Apabila mereka sehat, maka menjadi sebab kebahagian
bagi orang tuanya.

Tapi apa yang Engkau lakukan, Engkau menjadi sebab timbulnya penyakit pada
diri-diri mereka.

k. Kehidupan sangatlah berharga. Kehidupan itu sendiri amatlah singkat.


Namun, Engkau mengurangi waktu kehidupan yang singkat tersebut. Orang
yang tidak merokok lebih panjang umurnya dari pada perokok.

Ada pertanyaan : Bagaimana mungkin rokok bisa mengurangi umur padahal


Alloh telah menentukan dan mencatat takdir seluruh makhluk sebelum Alloh
menciptakan langit dan bumi. Lalu bagaimana dengan firman Alloh : ”Tiap-tiap umat
mempunyai batas waktu (aja); maka apabila telah datang waktunya (ajalnya), mereka
tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat pula memajukannya?

Maka jawabannya : Asy Syaikh Muhammad bin Ibrohim Al-Hamd menjawab,


tidak ada pertentangan dalam masalah ini. Sebagaimana Alloh subhanahu wata’ala telah
menetukan dan menulis takdir seluruh makhluk, yang diantaranya Alloh mentakdirkan
ajal mereka dengan waktu dan umur tertentu. Maka demikian juga Alloh mengaitkan
antara sebab dan akibatnya.

Sebagaimana sehat, bagusnya makanan dan udara, serta mengkonsumsi barang-


barang yang bisa menguatkan badan dan hati termasuk sebab yang bisa memanjangkan
umur. Maka demikian pula hal yang berkebalikan dari hal tersebut. Termasuk di
dalamnya merokok yang tergolong sebagai sebab yang bisa mengurangi umur. Dengan
demikian tidak ada pertentangan antara takdir Alloh yang telah mendahului dengan
hubungan antara akibat dan sebab.Bahkan disana ada beberapa perkara robbaniah
maknawiah yang dengannya bisa bertambah umur seseorang, seperti silaturrohmi,
istighfar, dan amalan-amalan secara umum

(http://ackogtg.wordpress.com/2009/02/19/merokok-dilihat-dari-sudut-pandang-kedokteran-
dan-islam/)

Skenario II “Batuk Darah” 31

You might also like