You are on page 1of 51

MAKALAH

MATA KULIAH EVALUASI PENDIDIKAN


DOSEN PENGAMPU : Prof. DR. H ABDUL MADJID LATIF, MM, M.Pd

EVALUASI PENDIDIKAN

Oleh:

Nama : ENDIN HAERUDIN


NIM : 0808036032
Program Studi :MAP
Kelas : 19.1

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
JAKARTA
2009
TUGAS MAKALAH
MATA KULIAH EVALUASI PENDIDIKAN
DOSEN PENGAMPU : Prof. DR. H ABDUL MADJID LATIF, MM, M.Pd

EVALUASI PENDIDIKAN

KELAS 19.1

ENDIN HAERUDIN NIM 0808036032


ELFI NORITA NIM 08080360
ANIS SETIAWATI NIM 0808036044

PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI MAGISTER ADMINISTRASI PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
JAKARTA
2009
MATERI PEMBAHASAN :

 JENIS EVALUASI

 FUNGSI EVALUASI FORMATIF DAN SUMATIF


DALAM PROGRAM PROGRAM PENDIDIKAN

 INSTRUMEN EVALUASI

 KETERKAITAN EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN


DENGAN POLITIK DAN KEBIJAKAN PENDIDIKAN
(DISERTAI CONTOH)
A. Pendahuluan

A.1. Latar Belakang

Undang-undang sistem pendidikan nasional nomor 20 tahun 2003


pasal 11 ayat 1 mengamanatkan kepada pemerintah dan pemerintah
daerah untuk menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu
(berkualitas) bagi setiap warga negara. Terwujudnya pendidikan yang
bermutu membutuhkan upaya yang terus menerus untuk selalu
meningkatkan kualitas pendidikan. Upaya peningkatan kualitas pendidikan
memerlukan upaya peningkatan kualitas pembelajaran (instructional
quality) karena muara dari berbagai program pendidikan adalah pada
terlaksananya program pembelajaran yang berkualitas. Oleh karena itu,
usaha meningkatkan kualitas pendidikan tidak akan tercapai tanpa adanya
peningkatan kualitas pembelajaran.

Peningkatan kualitas pembelajaran memerlukan upaya peningkatan


kualitas program pembelajaran secara keseluruhan karena hakikat kualitas
pembelajaran adalah merupakan kualitas implementasi dari program
pembelajaran yang telah dirancang sebelumnya. Upaya peningkatan
kualitas program pembelajaran memerlukan informasi hasil evaluasi
terhadap kualitas program pembelajaran sebelumnya. Dengan demikian,
untuk dapat melakukan pembaharuan program pendidikan, termasuk di
dalamnya adalah program pembelajaran kegiatan evaluasi terhadap
program yang sedang maupun telah berjalan sebelumnya perlu dilakukan
dengan baik. Untuk dapat menyusun program yang lebih baik,  hasil
evaluasi program sebelumnya merupakan acuan yang tidak dapat
ditinggalkan.

A.2. Konsep Dasar Evaluasi


 
         Ada tiga istilah yang sering digunakan dalam evaluasi, yaitu tes,
pengukuran, dan penilaian. (test, measurement,and assessment). Tes
merupakan salah satu cara untuk menaksir besarnya kemampuan
seseorang secara tidak langsung, yaitu melalui respons seseorang
terhadap stimulus atau pertanyaan 1.Tes merupakan salah satu alat untuk
melakukan pengukuran, yaitu alat untuk mengumpulkan informasi
karakteristik suatu objek. Objek ini bisa berupa kemampuan peserta didik,
sikap, minat, maupun motivasi. Respons peserta tes terhadap sejumlah
pertanyaan menggambarkan kemampuan dalam bidang tertentu. Tes
merupakan bagian tersempit dari evaluasi.
Pengukuran (measurement) dapat didefinisikan sebagai the process
by which information about the attributes or characteristics of thing are
determinied and differentiated 2. Guilford mendefinisi pengukuran dengan
3
“assigning numbers to, or quantifying, things according to a set of rules”
Pengukuran dinyatakan sebagai proses penetapan angka terhadap individu
atau karakteristiknya menurut aturan tertentu 4. Allen & Yen mendefinisikan
pengukuran sebagai penetapan angka dengan cara yang sistematik untuk
menyatakan keadaan individu 5.
Dengan demikian, esensi dari pengukuran adalah kuantifikasi atau
penetapan angka tentang karakteristik atau keadaan individu menurut
aturan-aturan tertentu.  Keadaan individu ini bisa berupa kemampuan
kognitif, afektif dan psikomotor. Pengukuran memiliki konsep yang lebih
luas dari pada tes. Kita dapat mengukur karakateristik suatu objek tanpa
menggunakan tes, misalnya dengan pengamatan, skala rating atau cara
lain untuk memperoleh informasi dalam bentuk kuantitatif.
        

1
Djemari Mardapi, 2008,Teknik penyusunan instrumen tes dan non tes. Yogyakarta: Mitra
Cendekia, hal 67.
2
Oriondo, Oriondo, L. L. & Antonio, E. M.D. 1998, Evaluating educational outcomes (Test,
measurement and evaluation). Manila: Rex Book Store hal.2
3
Griffin, P. & Nix, 1991. Educational assessment and reporting. Sydney: Harcout Brace
Javanovich, Publisher. Hal. 3.
4
Ebel, R.L. & Frisbie, D.A.1986. Essentials of educational measurement. Englewood Cliffs:
Prentice- Hall, Inc. hal. 14
5
Djemari Mardapi, 2000: 1
Penilaian (assessment) memiliki makna yang berbeda dengan
6
evaluasi. Popham mendefinisikan asesmen dalam konteks pendidikan
sebagai sebuah usaha secara formal untuk menentukan status siswa
berkenaan dengan berbagai kepentingan pendidikan. Boyer & Ewel
mendefinisikan asesmen sebagai proses yang menyediakan informasi
tentang individu siswa, tentang kurikulum atau program, tentang institusi
atau segala sesuatu yang berkaitan dengan sistem institusi. “processes
that provide information about individual students, about curricula or
programs, about institutions, or about entire systems of institutions” 7.
Berdasarkan berbagai uraian di atas dapat disimpulkan bahwa assessment
atau penilaian dapat diartikan sebagai kegiatan menafsirkan data hasil
pengukuran.
Evaluasi memiliki makna yang berbeda dengan penilaian,
pengukuran maupun tes. Menurut Stufflebeam dan Shinkfield menyatakan
bahwa : Evaluation is the process of delineating, obtaining, and providing
descriptive and judgmental information about the worth and merit of some
object’s goals, design, implementation, and impact in order to guide
decision making, serve needs for accountability, and promote
understanding of the involved phenomena 8.
Evaluasi merupakan suatu proses menyediakan informasi yang
dapat dijadikan sebagai pertimbangan untuk menentukan harga dan jasa
(the worth and merit) dari tujuan yang dicapai, desain, implementasi dan
dampak untuk membantu membuat keputusan, membantu pertanggung
jawaban dan meningkatkan pemahaman terhadap fenomena. Menurut
rumusan tersebut,  inti dari evaluasi adalah penyediaan informasi yang
dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan.
         Komite Studi Nasional tentang Evaluasi (National Study Committee
6
Popham, W. J. 1995. Classroom assessment. Boston: Allyn and Bacon.
Oriondo, L. L. & Antonio, E. M.D. (1998). Evaluating educational outcomes (Test,
measurement and evaluation). Manila: Rex Book Store hal.3
7
Stark, J.S. & Thomas, A. 1994. Assessment and program evaluation. Needham Heights: Simon
& Schuster Custom Publishing. Hal. 46.
8
Ibid. Hal. 159
on Evaluation) dari UCLA, menyatakan bahwa : Evaluation is the process
of ascertaining the decision of concern, selecting  appropriate information,
and collecting and analyzing information in order to report summary data
useful to decision makers in selecting among alternatives 9.
Evaluasi merupakan suatu proses atau kegiatan pemilihan,
pengumpulan, analisis dan penyajian informasi yang sesuai untuk
mengetahui sejauh mana suatu tujuan program, prosedur, produk atau
strategi yang dijalankan telah tercapai, sehingga bermanfaat bagi
pengambilan keputusan serta dapat menentukan beberapa alternatif
keputusan untuk program selanjutnya.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi
merupakan proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk
mengumpulkan, mendeskripsikan, mengintepretasikan dan menyajikan
informasi untuk dapat digunakan sebagai dasar membuat keputusan dan
atau menyusun kebijakan. Adapun tujuan evaluasi adalah untuk
memperoleh informasi yang akurat dan objektif tentang suatu program.
Informasi tersebut dapat berupa proses pelaksanaan program,
dampak/hasil yang dicapai, efisiensi serta pemanfaatan hasil evaluasi yang
difokuskan untuk program itu sendiri, yaitu untuk mengambil keputusan
apakah dilanjutkan, diperbaiki atau dihentikan. Selain itu, juga
dipergunakan untuk kepentingan penyusunan program berikutnya maupun
penyusunan kebijakan yang terkait dengan program.

B. PEMBAHASAN

9
Op.Cit. hal. 12
B.1. JENIS EVALUASI

Berdasarkan tujuan, evaluasi dibedakan atas lima jenis :

1. Evaluasi diagnostik
Evaluasi diagnostik adalah evaluasi yang di tujukan untuk menelaah
kelemahan-kelemahan siswa beserta faktor-faktor penyebabnya.
2. Evaluasi selektif
Evaluasi selektif adalah evaluasi yang di gunakan untuk memilih siswa
yang paling tepat sesuai dengan kriteria program kegiatan tertentu.
3. Evaluasi penempatan
Evaluasi penempatan adalah evaluasi yang digunakan untuk menempatkan
siswa dalam program pendidikan tertentu yang sesuai dengan karakteristik
siswa.
4. Evaluasi formatif
Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilaksanakan untuk memperbaiki
dan meningkatan proses belajar dan mengajar.
6. Evaluasi sumatif
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan untuk menentukan hasil
dan kemajuan bekajra siswa.

B. Berdasarkan sasaran, jenis evaluasi dibedakan atas :

1. Evaluasi konteks
Evaluasi yang ditujukan untuk mengukur konteks program baik mengenai
rasional tujuan, latar belakang program, maupun kebutuhan-kebutuhan
yang muncul dalam perencanaan
2. Evaluasi input
Evaluasi yang diarahkan untuk mengetahui input baik sumber daya
maupun strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan.
3. Evaluasi proses
Evaluasi yang di tujukan untuk melihat proses pelaksanaan, baik mengenai
kalancaran proses, kesesuaian dengan rencana, faktor pendukung dan
faktor hambatan yang muncul dalam proses pelaksanaan, dan sejenisnya.
4. Evaluasi hasil atau produk
Evaluasi yang diarahkan untuk melihat hasil program yang dicapai sebagai
dasar untuk menentukan keputusan akhir, diperbaiki, dimodifikasi,
ditingkatkan atau dihentikan.
5. Evaluasi outcom atau lulusan
Evaluasi yang diarahkan untuk melihat hasil belajar siswa lebih lanjut,
yankni evaluasi lulusan setelah terjun ke masyarakat.

C. Berdasarkan lingkup kegiatan pembelajaran, jenis evaluasi dibedakan


atas :

1. Evaluasi program pembelajaran


Evaluais yang mencakup terhadap tujuan pembelajaran, isi program
pembelajaran, strategi belajar mengajar, aspe-aspek program
pembelajaran yang lain.
2. Evaluasi proses pembelajaran
Evaluasi yang mencakup kesesuaian antara peoses pembelajaran dengan
garis-garis besar program pembelajaran yang di tetapkan, kemampuan
guru dalam melaksanakan proses pembelajaran, kemampuan siswa dalam
mengikuti proses pembelajaran.
3. Evaluasi hasil pembelajaran
Evaluasi hasil belajar mencakup tingkat penguasaan siswa terhadap tujuan
pembelajaran yang ditetapkan, baik umum maupun khusus, ditinjau dalam
aspek kognitif, afektif, psikomotorik.
D. Jenis evaluasi berdasarkan objek dan subjek evaluasi

Berdasarkan objek :

1. Evaluasi input
Evaluasi terhadap siswa mencakup kemampuan kepribadian, sikap,
keyakinan.
2. Evaluasi tnsformasi
Evaluasi terhadao unsur-unsur transformasi proses pembelajaran anatara
lain materi, media, metode dan lain-lain.
3. Evaluasi output
Evaluasi terhadap lulusan yang mengacu pada ketercapaian hasil
pembelajaran.

Berdasarkan subjek :

1. Evaluasi internal

Evaluasi yang dilakukan oleh orang dalam sekolah sebagai evaluator,


misalnya guru.

2. Evaluasi eksternal

Evaluasi yang dilakukan oleh orang luar sekolah sebagai evaluator,


misalnya orangtua, masyarakat.

B.2. FUNGSI EVALUASI FORMATIF DAN SUMATIF DALAM


PROGRAM PROGRAM PENDIDIKAN

Tujuan evaluasi adalah untuk melihat dan mengetahui proses yang


terjadi dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran memiliki 3 hal
penting yaitu, input, transformasi dan output. Input adalah peserta didik
yang telah dinilai kemampuannya dan siap menjalani proses pembelajaran.
transformasi adalah segala unsur yang terkait dengan proses pembelajaran
yaitu ; guru, media dan bahan belajar, metode pengajaran, sarana
penunjang dan sistem administrasi. Sedangkan output adalah capaian
yang dihasilkan dari proses pembelajaran.

Jenis-jenis Evaluasi Belajar

Sehubungan dengan 4 (empat) tujuan sebagaimana dituangkan di dalam


sub bab yang terdahulu, selanjutnya evaluasi prestasi belajar siswa di
sekolah menjadi 4 (empat) jenis yaitu:
1. Evaluasi Formatif
Adalah evaluasi yang ditujukan untuk memperbaiki proses belajar
mengajar. Jenis evaluasi wajib dilaksanakan oleh guru bidang studi setelah
selesai mengajarkan satu unit pengajaran tertentu.
2. Evaluasi Sumatif
Adalah evaluasi yang ditujukan untuk keperluan penentuan angka
kemajuan atau hasil belajar siswa. Jenis evaluasi ini dilaksanakan setelah
guru menyelesaikan pengajaran yang diprogramkan untuk satu semester.
Dan kawasan bahasanya sama dengan kawasan bahan yang terkandung
di dalam satuan program semester.
3. Evaluasi Penempatan
Adalah evaluasi yang ditujukan untuk menempatkan siswa dalam situasi
belajar atau program pendidikan yang sesuai dengan kemampuannya.

4. Evaluasi Diagnostik
Adalah evaluasi yang ditujukan guna membantu memecahkan kesulitan
belajar yang dialami oleh siswa tertentu. Jenis evaluasi formatif dan sumatif
terutama menjadi tanggungjawab guru (guru bidang studi), evaluasi
penempatan dan diagmostik lebih merupakan tanggungjawab petugas
bimbingan penyuluhan. Oleh karena itu wajar apabila dalam tulisan ini
hanya mengaksentuasi pada jenis penilaian yang pertama dan jenis yang
kedua.

Evaluasi Formatif dan Evaluasi Sumatif

Sebagai salah satu perwujudan dari usaha pembaharuan bidang


pendidikan di Indonesia, ialah dibakukannya Kurikulum 1975, yang di
dalamnya tersurat juga suatu pedoman guru dalam melaksanakan
penilaian atau evaluasi hasil belajar siswa. Karena di atas telah disinggung
bahwa evaluasi yang menjadi tanggungjawab guru bidang studi adalah
evaluasi formatif dan evaluasi sumatif, maka untuk memberikan gambaran
yang jelas dan tegas, berikut akan diuraikan batasan pengertian dan teknik
pelaksanaannya.
Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan oleh guru selama
dalam perkembangan atau dalam kurun waktu proses pelaksanaan suatu
Program Pengajaran Semester. Dengan maksud agar segera dapat
mengetahui kemungkinan adanya penyimpang-penyimpangan, ketidak
sesuaian pelaksanaan dengan rencana yang telah disusun sebelumnya.
Karena dilaksanakan setelah selesai mengajarkan satu unit pengajaran
(mungkin sesuatu topik atau pokok bahasan), maka ternyata apabila ada
ketidaksesuaian dengan tujuan segera dapat dibetulkan. Oleh karena itu,
fungsi dari pada evaluasi ini terutama ditujukan untuk memperbaiki proses
bolajar mengajar. Dan karena scope bahannya hanya satu unit pengajaran,
dan dalam satu semester terdiri dari beberapa unit, maka pelaksanaan
evaluasi ini frekuensinya akan lebih banyak dibanding evaluasi sumatif.
Umumnya frekuensi tes formatif ini berkisar antara 2 - 4 kali dalam satu
semester.
Sedangkan yang dimaksud dengan evalusi sumatif adalah evaluasi
yang dilaksanakan oleh guru pada akhir semester. Jadi guru baru dapat
melakukan evaluasi sumatif apabila guru yang bersangkutan selesai
mengajarkan seluruh pokok bahasan atau unit pengajaran yang merupakan
forsi dari semester yang bersangkutan. Oleh karena itu evaluasi ini
dimaksudkan untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang dicapai siswa
selama satu semester. Jadi fungsinya untuk mengetahui kemajuan anak
didik. Akhirnya, untuk menambah kejelasan didalam pelaksanaannya,
berikut penulis rumuskan perbedaan dari kedua jenis evaluasi tersebut.
Evaluasi formatif digunakan untuk membantu peserta dalam belajar
dari pengalaman dan perubahan tindakan yang terjadi. Adapun evaluasi
summative digunakan untuk mengembangkan gagasan dari keseluruhan
impact yang timbul dalam mencapai keputusan tertentu.

1. Formatif

Perbedaan Evaluasi Formatif dan Evaluasi Sumatif


Evaluasi formatif digunakan untuk memperoleh informasi yang dapat
membantu memperbaiki program. Evaluasi formatif dilaksanakan pada saat
implementasi program sedang berjalan. Fokus evaluasi berkisar pada
kebutuhan yang dirumuskan oleh karyawan atau orang orang program.
Evaluator sering merupakan bagian dari pada program dan kerja sama
dengan orang orang program. Strategi pengumpulan informasi mungkin
juga dipakai tetapi penekanan pada usaha memberikan informasi yang
berguna secepatnya bagi perbaikan program
Evaluasi sumatif dilaksanakan untuk menilai manfaat suatu program
sehingga dari hasil evaluasi akan dapat ditentukan suatu program tertentu
akan diteruskan atau dihentikan. Pada evaluasi sumatif difokuskan pada
variabel yang dianggap penting bagi sponsor program maupun fihak
pembuat keputusan. Evaluator luar atau tim revieu sering dipakai karena
evaluator internal dapat mempunyai kepentingan yang berbeda. Waktu
pelaksanaan evaluasi sumatif terletak pada akhir implementasi program.
Strategi pengumpulan informasi akan memaksimalkan validitas eksternal
dan internal yang mungkin dikumpulkan dalam waktu yang cukup lama.
(Jurnal, Evaluasi Program Pelatihan, Eko Putro widoyoko, 2009)
Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir
pembahasan suatu pokok bahasan / topik, dan dimaksudkan untuk
mengetahui sejauh manakah suatu proses pembelajaran telah berjalan
sebagaimana yang direncanakan. Winkel menyatakan bahwa yang
dimaksud dengan evaluasi formatif adalah penggunaan tes-tes selama
proses pembelajaran yang masih berlangsung, agar siswa dan guru
memperoleh informasi (feedback) mengenai kemajuan yang telah dicapai.
Sementara Tesmer menyatakan formative evaluation is a judgement of the
strengths and weakness of instruction in its developing stages, for purpose
of revising the instruction to improve its effectiveness and appeal. Evaluasi
ini dimaksudkan untuk mengontrol sampai seberapa jauh siswa telah
menguasai materi yang diajarkan pada pokok bahasan tersebut. Wiersma
menyatakan formative testing is done to monitor student progress over
period of time.
Ukuran keberhasilan atau kemajuan siswa dalam evaluasi ini
adalah penguasaan kemampuan yang telah dirumuskan dalam rumusan
tujuan (TIK) yang telah ditetapkan sebelumnya. TIK yang akan dicapai
pada setiap pembahasan suatu pokok bahasan, dirumuskan dengan
mengacu pada tingkat kematangan siswa. Artinya TIK dirumuskan dengan
memperhatikan kemampuan awal anak dan tingkat kesulitan yang wajar
yang diperkiran masih sangat mungkin dijangkau/ dikuasai dengan
kemampuan yang dimiliki siswa. Dengan kata lain evaluasi formatif
dilaksanakan untuk mengetahui seberapa jauh tujuan yang telah ditetapkan
telah tercapai.
Dari hasil evaluasi ini akan diperoleh gambaran siapa saja yang
telah berhasil dan siapa yang dianggap belum berhasil untuk selanjutnya
diambil tindakan-tindakan yang tepat. Tindak lanjut dari evaluasi ini adalah
bagi para siswa yang belum berhasil maka akan diberikan remedial, yaitu
bantuan khusus yang diberikan kepada siswa yang mengalami kesulitan
memahami suatu pokok bahasan tertentu. Sementara bagi siswa yang
telah berhasil akan melanjutkan pada topik berikutnya, bahkan bagi mereka
yang memiliki kemampuan yang lebih akan diberikan pengayaan, yaitu
materi tambahan yang sifatnya perluasan dan pendalaman dari topik yang
telah dibahas.

2. Sumatif

Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir satu
satuan waktu yang didalamnya tercakup lebih dari satu pokok bahasan, dan
dimaksudkan untuk mengetahui sejauhmana peserta didik telah dapat berpindah
dari suatu unit ke unit berikutnya. Winkel mendefinisikan evaluasi sumatif sebagai
penggunaan tes-tes pada akhir suatu periode pengajaran tertentu, yang meliputi
beberapa atau semua unit pelajaran yang diajarkan dalam satu semester, bahkan
setelah selesai pembahasan suatu bidang studi.

Wirawan10 menyampaikan model evaluasi formatif dan sumatif


sebagai berikut :

10
Wirawan,2008. Pengantar Evaluasi program (Modul Kuliah), PPS Uhamka, hal 38
Formatif and Summatif Evaluation Model.

Evaluasi formatif: adalah evaluasi yang dilaksanakan ketika program


sedang dilaksanakan dari mulai sampai akhir program.

Penyimpangan
pelaksanaan Koreksi
program mengembalikan
program ke
treknya

Penyimpangan Trak Penyimpangan


yang terjadi trak yang terjadi

Trak seharusnya

1 2 3 Trak
seharusnya
3

Pelaksanaan Evaluasi formatif ketika Evaluasi sumatif pada Evaluasi


Program dimulai program dilaksanakan akhir program Sumatif pada
akhir program

Selanjutnya fungsi evaluasi formatif menurut Wirawan, adalah sebagai


alat kontrol pelaksanaan program :

1. Apakah target pelaksanaan secara periodic tercapai ?


2. Apakah penggunaan sumber sesuai dengan rencana ?
3. Apakah terjadi penyimpangan kuantitas dan kualitas ?
4. Koreksi apa yang perlu dilakukan agar pelaksanaan program
tetap berada di traknya ?

Sedangkan evaluasi sumatif untuk mengukur hasil akhir pelaksanaan


program.

1. Apakah tujuan akhir program tercapai secara kualitatif dan


kuantitatif ?
2. Apakah pengaruh, efek, impak, atau akibat program yang
diharapkan tercapai ?
3. Keputusan apa yang harus diambil mengenai program ?

3. Diagnostik

Evaluasi diagnostik adalah evaluasi yang digunakan untuk


mengetahui kelebihan-kelebihan dan kelemahan-kelemahan yang ada
pada siswa sehingga dapat diberikan perlakuan yang tepat. Evaluasi
diagnostik dapat dilakukan dalam beberapa tahapan, baik pada tahap awal,
selama proses, maupun akhir pembelajaran. Pada tahap awal dilakukan
terhadap calon siswa sebagai input. Dalam hal ini evaluasi diagnostik
dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal atau pengetahuan prasyarat
yang harus dikuasai oleh siswa. Pada tahap proses evaluasi ini diperlukan
untuk mengetahui bahan-bahan pelajaran mana yang masih belum
dikuasai dengan baik, sehingga guru dapat memberi bantuan secara dini
agar siswa tidak tertinggal terlalu jauh. Sementara pada tahap akhir
evaluasi diagnostik ini untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa atas
seluruh materi yang telah dipelajarinya.

Perbandingan Tes Diagnostik, Tes Formatif, dan Tes Sumatif

Ditinjau Tes Diagnostik Tes Formatif Tes Sumatif


dari
Fungsinya  mengelompokkan siswa  Umpan balik bagi  Memberi tanda telah mengikuti
berdasarkan kemampuannya siswa, guru maupun suatu program, dan menentukan
 menentukan kesulitan belajar yang program posisi kemampuan siswa
dialami  untuk menilai dibandingkan dengan anggota
pelaksanaan suatu kelompoknya
unit program
cara memilih  memilih tiap-tiap keterampilan  Mengukur semua  Mengukur tujuan
tujuan yang tujuan instruksional instruksional umum
prasarat
dievaluasi khusus
 memilih tujuan setiap program
pembelajaran secara berimbang
 memilih yang berhubungan dengan
tingkah laku fisik, mental dan
perasaan
Skoring (cara  menggunakan standar mutlak dan  menggunakan  menggunakan standar relatif
menyekor) standar mutlak
relatif

E. Kriteria Evaluasi

Sebagaimana telah kita ketahui bahwa evaluasi adalah merupakan


kegiatan yang meliputi pengumpulan bukti-bukti yang kemudian dijadikah
dasar dalam pengambilan keputusan tentang keberhasilan siswa
mengikuti pelajaran. Agar pengambilan keputusan tidak merupakan
perbuatan yang subyektif, maka diperlukan patokan tertentu. Kriteria
tersebut berfungsi sebagai ukuran, apakah seseorang telah memenuhi
persyaratan untuk digolongkan sebagai siswa yang berhasil, pandai, baik,
naik kelas, lulus atau tidak. Kriteria penilaian itu disebut dengan istilah
“Standar Penilaian”. Dan standar penilaian yang dimaksud dibedakan
menjadi 2 (dua) jenis, yaitu:
1. Standar Penilaian Yang mutlak.
2. Standar Perilaian Yang Relatif.
Standar Penilaian Yang Mutlak.
Kriteria ini lebih dikenal dengan istilah “Penilaian Acuan Patokan”
atau disingkat PAP. Dan istilah ini merupakan terjemahan dari istilah asing
“Criterion Referenced”. Standar ini bersifat tetap atau bahkan tidak dapat
ditawar. Dalam artian bahwa kriteria keberhasilan siswa itu tidak
dipengaruhi oleh prestasi suatu kelompok siswa. Apabila kita
menggunakan standar ini, maka keberhasilan atau kegagalan siswa dalam
mengikuti pelajaran ditentukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan
sebelumnya (sebelum evaluasi dilaksanakan). Pelaksanaan standar PAP
ini dapat diberikan contoh sebagai berikut: Misalnya untuk dapat
dinyatakan lulus, siswa harus dapat menjawab dengan betul paling sedikit
70% dari pernyataan yang disediakan. Ini berarti bahwa siswa yang
menjawab benar kurang dari 70% dari jumlah soal yang disediakan,
dinyatatan tidak berhasil atau tidak lulus. Langkahnya dapat didiskripsikan
sebagai berikut:
1. Menetapkan kualifikasi nilai minimal yang dapat diterima,
misalnya: 5,50; 6,0; atau 7,0 dan sebagainya, sebagai batas lulus atau
passing grade. Atau batas kesalahan minimal yang masih dapat dimaafkan
dalam suatu penilaian. Ketentuan tersebut terserah kepada guru.
2. Membandingkan angka nilai (prestasi) setiap siswa dengan nilai
passing grade tersebut. Secara teoritis maka mereka yang angka nilai
prestasinya berada di bawah batas lulus, dinyatakan tidak berhasil.

Standar Yang Relatif


Standar Yang Relatif Kriteria ini lebih dikenal dengan istilah
“Penilaian Acuan Normal”atau disingkat PAN. Dan istilah ini merupakan
alih bahasa dari istilah asing “Norm Referenced”. Berbeda dengan standar
mutlak, pada standar yang relatif ini keberhasilan siswa ditentukan oleh
posisinya di antara kelompok siswa yang mengikuti evaluasi.
Dengan lain perkataan, bahwa keberhasilan seseorang siswa
dipengaruhi oleh tempat relatifnya dibandingkan dengan prestasi rata-rata
kelompok. Dengan menggunakan standar relatif, dapat terjadi bahwa siswa
yang prosentasi (%) jawaban yang benar hanya 50% dapat dinyatakan
lulus atau berhasil, karena kebanyakan teman-teman yang lain mencapai
angka prosentasi yang lebih rendah. Sebagai contoh misalnya: Dalam
suatu kelas, ujian tulis IPS yang diikuti oleh 30 orang siswa diberikan 100
buah soal. Ternyata kebanyakan siswa hanya berhasil menjwab 56 soal
dengan betul, dan dapat dinyatakan lulus. Pada kelas lain, dari 100 soal
yang diujikan rata rata siswa berhasil menjawab dengar benar 90 soal,
sehingga si Badu yang berhasil menjawab dengan benar 65 soal,
dinyatakan tidak berhasil atau gagal.
Dengan demikian kriteria keberhasilan masing-masing kelas tidak
sama. Sehingga keberhasilan seseorang siswa baru dapat ditentukan
setelah prestasi kelompoknya diketahui. Dan jenis standar ini tepat dipakai
oleh guru, apabila ia akan mengetahui kedudukan siswa dalam kelompok/
kelasnya. Mengingat karakteristik dari masing-masing standar itu, dan
sesuai dengan prinsip ketuntasan belajar, bahwa “pengolahan skor yang
diperoleh siswa diperlakukan dengan menggunakan standar mutlak atau
Penilaian Acuan Patokan (PAP)”. Misalnya: Item soal yang harus
dikerjakan siswa adalah 40 buah. Setiap butir soal yang dapat dijawab
benar oleh siswa diberi skor 1 (satu). Jadi skor maksimal yang mungkin
dicapai adalah 40. Ani memperoleh skor 24. Ini berarti Ani menguasai
tujuan/bahan pelajaran, maka nilai untuk Ani adalah 6,00 tujuan/bahan
pelajaran, maka Budi akan mendapat nilai 9,00
Disamping itu pula, skala nilai yang dipergunakan dalam buku raport
dan STTB adalah skala 0 - 10. Sehingga taraf penguasaan 60% sama
dengan nilai 6,00 (enam), dan taraf penguasaan 90% sama dengan nilai
9,00 (sembilan), dan seterusnya.

B.3. INSTRUMEN EVALUASI


TEKNIK EVALUASI

Teknik evaluasi digolongkan menjadi 2 yaitu teknik tes dan teknik non Tes

1. teknik non tes meliputi ; skala bertingkat, kuesioner, daftar cocok,


wawancara, pengamatan, riwayat hidup.

a. Rating scale atau skala bertingkat menggambarkan suatu nilai


dalam bentuk angka. Angka-angak diberikan secara bertingkat dari
anggak terendah hingga angkat paling tinggi. Angka-angka tersebut
kemudian dapat dipergunakan untuk melakukan perbandingan
terhadap angka yang lain.

b. Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang terbagi dalam beberapa


kategori. Dari segi yang memberikan jawaban, kuesioner dibagi
menjadi kuesioner langsung dan kuesioner tidak langsung.
Kuesioner langsung adalah kuesioner yang dijawab langsung oleh
orang yang diminta jawabannya. Sedangkan kuesiioner tidak
langsung dijawab oleh secara tidak langsung oleh orang yang dekat
dan mengetahui si penjawab seperti contoh, apabila yang hendak
dimintai jawaban adalah seseorang yang buta huruf maka dapat
dibantu oleh anak, tetangga atau anggota keluarganya. Dan bila
ditinjau dari segi cara menjawab maka kuesioner terbagi menjadi
kuesioner tertutup dan kuesioner terbuka. Kuesioner tertututp adalah
daftar pertanyaan yang memiliki dua atau lebih jawaban dan si
penjawab hanya memberikan tanda silang (X) atau cek (√) pada
awaban yang ia anggap sesuai. Sedangkan kuesioner terbuka
adalah daftar pertanyaan dimana si penjawab diperkenankan
memberikan jawaban dan pendapat nya secara terperinci sesuai
dengan apa yang ia ketahui.

c. Daftar cocok adalah sebuah daftar yang berisikan pernyataan


beserta dengan kolom pilihan jawaban. Si penjawab diminta untuk
memberikan tanda silang (X) atau cek (√) pada awaban yang ia
anggap sesuai.

d. Wawancara, suatu cara yang dilakukan secara lisan yang berisikan


pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan tujuan informsi yang
hendak digali. wawancara dibagi dalam 2 kategori, yaitu pertama,
wawancara bebas yaitu si penjawab (responden) diperkenankan
untuk memberikan jawaban secara bebas sesuai dengan yang ia
diketahui tanpa diberikan batasan oleh pewawancara. Kedua adalah
wawancara terpimpin dimana pewawancara telah menyusun
pertanyaan pertanyaan terlebih dahulu yang bertujuan untuk
menggiring penjawab pada informsi-informasi yang diperlukan saja.

e. Pengamatan atau observasi, adalah suatu teknik yang dilakuakn


dengan mengamati dan mencatat secara sistematik apa yang
tampak dan terlihat sebenarnya. Pengamatan atau observasi terdiri
dari 3 macam yaitu : (1) observasi partisipan yaitu pengamat terlibat
dalam kegiatan kelompok yang diamati. (2) Observasi sistematik,
pengamat tidak terlibat dalam kelompok yang diamati. Pengamat
telah membuat list faktor faktor yang telah diprediksi sebagai
memberikan pengaruh terhadap sistem yang terdapat dalam obejek
pengamatan.

f. Riwayat hidup, evaluasi ini dilakukan dengan mengumpulkan data


dan informasi mengenai objek evaluasi sepanjang riwayat hidup
objek evaluasi tersebut.

2. Teknik tes. Dalam evaluasi pendidikan terdapat 3 macam tes yaitu :


a. tes diagnostik

b. tes formatif

c. tes sumatif

PROSEDUR MELAKSANAKAN EVALUASI

Dalam melaksanakan evaluasi pendidikan hendaknya dilakukan secara


sistematis dan terstruktur. Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya bahwa
evaluasi pendidikan secara garis besar melibatkan 3 unsur yaitu input, proses dan
out put. Apabila prosesdur yang dilakukan tidak bercermin pada 3 unsur tersebut
maka dikhawatirkan hasil yang digambarkan oleh hasil evaluasi tidak mampu
menggambarkan gambaran yang sesungguhnya terjadi dalam proses pembelajaran.
Langkah-langkah dalam melaksanakan kegiatan evaluasi pendidikan secara umum
adalah sebagai berikut :

a. perencanaan (mengapa perlu evaluasi, apa saja yang hendak dievaluasi,


tujuan evaluasi, teknikapa yang hendak dipakai, siapa yang hendak
dievaluasi, kapan, dimana, penyusunan instrument, indikator, data apa
saja yang hendak digali, dsb)

b. pengumpulan data ( tes, observasi, kuesioner, dan sebagainya sesuai


dengan tujuan)

c. verifiksi data (uji instrument, uji validitas, uji reliabilitas, dsb)

d. pengolahan data ( memaknai data yang terkumpul, kualitatif atau


kuantitatif, apakah hendak di olah dengan statistikatau non statistik,
apakah dengan parametrik atau non parametrik, apakah dengan manual
atau dengan software (misal : SAS, SPSS )

e. penafsiran data, ( ditafsirkan melalui berbagai teknik uji, diakhiri dengan


uji hipotesis ditolak atau diterima, jika ditolak mengapa? Jika diterima
mengapa? Berapa taraf signifikannya?) interpretasikan data tersebut
secara berkesinambungan dengan tujuan evaluasi sehingga akan tampak
hubungan sebab akibat. Apabila hubungan sebab akibat tersebut muncul
maka akan lahir alternatif yang ditimbulkan oleh evaluasi itu.

Penyusunan Instrumen Nontes


Teknis nontes adalah suatu alat penilaian yang biasanya
dipergunakan untuk mendapatkan informasi tertentu tentang keadaan
peserta tes (Inggris: testee) dengan tidak menggunakan tes. Hal ini berarti
bahwa jawaban yang diberikan oleh peserta tes tidak bisa dikategorikan
sebagai jawaban benar atau salah sebagaimana interpretasi jawaban tes.
Dengan teknik nontes maka penilaian atau evaluasi hasil belajar peserta
didik dilakukan tanpa “menguji” peserta didik melainkan dilakukan dengan
cara tertentu.

Penilaian yang dilakukan dengan teknis nontes terutama bertujuan


untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan evaluasi hasil belajar
peserta didik dari segi ranah sikap hidup (affective domain) dan ranah
ketrampilan (psychomotoric domain). David Krathwohl (1974),
sebagaimana dikutip Anas Sudijono (2005 : 54) mengembangkan
taksonomi mengenai ranah afektif ini dengan membaginya kedalam lima
jenjang yaitu : (1) receiving (menerima) (2) responding (merespon) (3)
valuing (menilai atau memaknai), (4) organization (mengorganisasi) dan (5)
characterization by a value or value complex (karakterisasi dengan suatu
nilai atau nilai yang kompleks).

Kemampuan psikomotor (psychomotoric domain) adalah


kemampuan yang berhubungan dengan gerak yaitu kemampuan dalam
menggunakan otot-otot seperti berjalan, lari, melompat, berenang, melukis,
membongkar dan memasang peralatan dan lain sebagainya. Dalam dunia
psikologi, kemampuan psikomotor dibagi kedalam lima tingkatan yaitu
gerak refleks, gerakan dasar, kemampuan perseptual, kemampuan fisik,
gerakan trampil dan komunikasi nondiskursip (Sax, 1980: 76).

Gerak reflek adalah gerakan yang muncul tanpa sadar. Gerakan


dasar adalah gerakan yang mengarah pada ketrampilan kompleks yang
khusus seperti berlari dan berjalan. Kemampuan perseptual merupakan
kombinasi kemampuan kognitif dan kemampuan motor, kemampuan fisik
adalah kemampuan untuk mengembangkan gerakan yang paling terampil
seperti gerakan tari ataupun olahrega ekstrim tertentu. Sedangkan
komunikasi nondiskursip adalah kemampuan berkomunikasi dengan
menggunakan bahasa gerakan. Kemampuan terakhir ini berhubungan
dengan kemampuan mengucapkan kata-kata berbahasa asing.

Dalam dunia pendidikan teknik nontes yang sering digunakan adalah


pengamatan (observasi), dan terkadang, seorang guru juga menggunakan
wawancara. Dalam penelitian-penelitian sosial, teknik nontes biasanya juga
digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai keadaan obyek
penelitian. Teknik nontes yang sering digunakan dalam penelitian-
penelitian sosial penelitian adalah kuesioner.

Teknik pengamatan atau observasi merupakan salah satu bentuk


teknik nontes yang biasa dipergunakan untuk menilai sesuatu melalui
pengamatan terhadap objeknya secara langsung, seksama dan sistematis.
Pengamatan memungkinkan untuk melihat dan mengamati sendiri
kemudian mencatat perilaku dan kejadian yang terjadi pada keadaan
sebenarnya.

Menurut Moleong pengamatan dapat dibedakan menjadi dua yaitu


pengamatan berperanserta dan tidak berperanserta. Dalam pengamatan
yang tidak berperanserta, seseorang hanya melakukan satu 11 fungsi yaitu
mengamati tetapi pada pengamatan berperanserta seseorang disamping
mengamati juga menjadi anggota dari obyek yang diamati .
11
Moleong, 2005, Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya, hal 176.
Pengamatan dapat pula dibagi atas pengamatan terbuka dan
tertutup. Terbuka jika obyek yang diamati mengetahui bahwa mereka
sedang diamati dan sebaliknya. Selain itu pengamatan juga dibagi pada
latar alamiah (pengamatan tak terstruktur) dan latar buatan (pengamatan
terstruktur). Pengamatan ini biasanya dapat dilakukan pada eksperimen.
Dalam pengamatan berstruktur, kegiatan pengamatan itu telah diatur
sebelumnya. Isi, maksud, objek yang diamati, kerangka kerja, dan lain-lain,
telah ditetapkan sebelum kegiatan pengamatan dilaksanakan. Oleh karena
itu, kegiatan pencatatan hanya dilakukan terhadap data-data yang sesuai
dengan cakupan bidang kebutuhan seperti yang telah ditetapkan sejak
semula.

Lain halnya dengan pengamatan tak berstrukur, dalam melakukan


pengamatannya, si pengamat tidak dibatasi oleh kerangka kerja yang telah
dipersiapkan sebelumnya. Setiap data yang muncul yang dianggap relevan
dengan tujuan pengamatannya langsung dicatat. Dengan demikian, data
yang diperoleh lebih mencerminkan keadaan yang sesungguhnya. Perilaku
siswa dalam keadaan seperti itu bersifat wajar, apa adanya dan tidak
dibuat-buat.

Teknik pengamatan jika dilakukan untuk melihat apakah perbuatan


siswa sudah benar atau tidak dapat dikategorikan sebagai teknik tes.
Misalnya jika dalam praktek olahraga seorang guru akan melihat apakah
cara melempar lembing seseorang sudah sesuai dengan teori atau tidak,
maka pengamatan jenis ini terkategori sebagai teknik tes. Tetapi jika
pengamatan dilakukan terhadap aspek afektif seperti cara seorang siswa
bersikap terhadap guru, menjaga kebersihan, perhatian terhadap tugas-
tugas sekolah dan sebagainya, maka teknik ini termasuk teknik nontes.

Wawancara atau interview merupakan salah satu alat penilaian


nontes yang dipergunakan untuk mendapatkan informasi tertentu tentang
keadaan responden dengan jalan tanya-jawab sepihak. Dikatakan sepihak
karena pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam kegiatan wawancara
itu hanya berasal dari pihak pewawancara saja, sementara responden
hanya bertugas sebagai penjawab. Maksud diadakan wawancara
sebagaimana dikutip Moleong dari Lincoln dan Guba (1985 : 266) antara
lain mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan,
motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain sebagainya.

Ada banyak pembagian wawancara yang dilakukan para ahli. salah


satu diantaranya adalah membagi wawancara kedalam dua bentuk yaitu
wawancara bebas dan wawancara terpimpin. Yang dimaksud wawancara
terpimpin adalah suatu kegiatan wawancara yang pertanyaan-pertanyaan
serta kemungkinan-kemungkinan jawabannya itu telah dipersiapkan pihak
pewawancara, responden tinggal memilih jawaban yang sudah
dipersiapkan pewawancara. Sebaliknya dalam wawancara bebas,
responden diberi kebebasan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
pewawancara sesuai dengan pendapatnya tanpa terikat oleh ketentuan-
ketentuan yang telah dibuat pewawancaranya.

Kuesioner merupakan bentuk lain dari teknik nontes. Secara umum,


ada dua jenis kuesioner yaitu kuesioner tertutup dan terbuka. Kuesioner
tertutup adalah kuesioner yang telah disediakan alternatif jawabannya
sehingga responden tinggal memilih yang sesuai dengan keadaan dirinya.
Sedangkan kuesioner terbuka adalah kuesioner yang jawabannya belum
disediakan sehingga responden bebas menuliskan apa yang dia rasakan.
Satu hal yang menjadi ciri utama kuesioner adalah dalam kuesioner tidak
ada jawaban benar atau salah.

Salah satu contoh kuesioner tertutup adalah :Umur anda saat ini adalah :
a. 15 – 20 tahun
b. 20 – 25 tahun
c. 25 – 30 tahun
d. 35 – 35 tahun

Adapun contoh kuesioner terbuka adalah :

Setiap idul fitri tiba tiba, ribuan orang seperti digerakkan untuk
beridulfitri di kampung halamannya. Uraikanlah menurut pendapat anda
apa yang menjadi penyebab pulangkampungnya orang yang ada
diperantauan ketika Idul Fitri.

Ada beberapa alasan kenapa kuesioner sering dipergunakan orang


dalam mengumpulkan informasi tertentu yaitu : (1) butir-butir kuesioner
dapat diberikan kepada responden secara serentak sehingga lebih efektif,
(2) butir-butir dalam kuesioner lebih menjamin keseragaman baik
perumusan kata, isi maupun urutannya serta kuesioner lebih memudahkan
dalam memberikan jawaban, (3) kuesioner memudahkan sumber data
dalam memberikan jawaban serta kepraktisan serta relative lebih murah
dibandingkan metode nontes yang lain.

DESAIN EVALUASI

Sebelum melakukan desain evaluasi maka terlebih dahulu harus


dilakukan fokus evaluasi yaitu mengkhususkan apa dan bagaimana
evaluasi akan dilakukan. Bila evaluasi sudah terfokus, maka ini berarti
proses dan desain dimulai. Ada tiga elernen dalam proses pemfokusan,
yaitu : mempertemukan pengetahuan dan harapan, mengumpulkan
informasi, dan merumuskan rencana evaluasi.
Penyusunan desain evaluasi program merupakan langkah pertama
dan menyangkut aspek perencanaan. Di dalam tahap perencanaan ini
diuraikan garis garis besar mengenai hal hal lain yang berkaitan dengan
kegiatan evaluasi tersebut. Evaluasi program merupakan pelayanan
bantuan kepada pelaksana program untuk memberikan input bagi
pengambilan keputusan tentang kelangsungan program tersebut. Oleh
karena itu, maka pelaksana evaluasi program harus memahami seluk beluk
program yang dinilai.

1. Pengambilan keputusan mengeluarkan kebijakan mengenai


pelaksanaan suatu program.
2. Kepala Sekolah menunjuk evaluator program (dapat dari bagian dalam
pengelola ataupun orang luar dari program) untuk melaksanakan
evaluasi program setelah melaksanakan selama jangka waktu tertentu.
3. Penilai program melaksanakan kegiatan penilaiannya, mengumpulkan
data, menganalisis dan menyusun laporan.
4. Penilai program menyampaikan penernuannya kepada pengelola
program.

Adapun komponen komponen evaluasi program, sebagai berikut:

1. Tujuan yang ditetapkan oleh pengambil keputusan dan diberitahukan


kepada pelaksana program.
2. Kegiatan semua aktifitas yang dilakukan untuk mencapai tujuan. Oleh
karena itu, kegiatan harus relevan benar dengan tujuan
3. Sarana fasilitas penunjang kegiatan
4. Person pelaksana kegiatan
5. Hasil keluaran sebagai akibat dari kegiatan,
Efektifitas program ditentukan oleh sejauh mana hasil ini telah
mendekati tujuan. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan tersebut
diperlukan seorang evaluator dalam penyusunan desain evaluasi program.
Sebelum evaluator menyusun desain terlebih dahulu harus mengetahui
betul apa tugasnya. Secara garis besar terdapat tiga hal yang harus
ditangani oleh seorang evaluator, yaitu :
1. Keberhasilan pencapaian tujuan:
Hubungan antara tujuan dengan hasil merupakan hal utama yang
harus ditangani oleh seorang evaluator. Mereka harus memusatkan
perhatiannya terhadap keberhasilan ini. Namun, evaluator tidak boleh
terpaku terlalu erat dengan tujuan. Hal ini disebabkan, ada beberapa
program mencanturnkan dengan jelas apa yang ingin dicapai dengan
kegiatannya akan tetapi ada pula yang ticlak merumuskannya sama sekali.
Pada kondisi ini, evaluator harus mencari informasi mengenai tujuan
program tersebut karena ticlak mungkin seorang evaluator bekerja tanpa
mengetahui tujuan apa yang ingin dicapai.

2. Tujuan program, yang dirumuskan oleh pengembang program.


Tujuan umum suatu program akan dijadikan titik awal kegiatan evaluator
dalam menyusun desain evaluasi.

3. Proses yang terjadi dalam program, meliputi kegiatan, sarana penunjang


dan personil pelaksana program.

Dalam hal ini, kegiatan merupakan aktualisasi yang ditentukan oleh


para pengembang program. Kegiatan menunjukkan pada aktivitas yang
diperhitungkan dari prosedur, teknik dan proses lain yang berkaitan dengan
sumber pencapaian tujuan. Banyak evaluator program hanya terpaku pada
hasil pencapaian dan kurang memperhatikan kegiatan yang menghasilkan
pencapaian tujuan tersebut. Sarana biasanya terwujud pada peralatan,
ruangan, biaya dan hal hal lain yang diperhitungkan antara lain: Apakah
sarana yang digunakan sudah tepat ? Apakah program itu mahal ? Apakah
ada biaya yang belum diperhitungkan ? sedangkan Person adalah
pelaksana program baik yang tergolong sebagai tenaga edukatif,
administratif maupun pengelola.
Langkah Penyusunan Desain
Sesudah memahami tentang isi yang terdapat di dalam program yang
merupakan objek evaluasi, maka langkah selanjutnya adalah melakukan
penyusunan desain. Adapun hal hal yang perlu dilaksanakan, antara lain:

1 . Latar belakang.
2. Problematika (yang akan dicari jawabannya).
3. Tujuan evaluasi.
4. Populasi dan sampel
5. Instrumen dan sumber data
6.Teknik analisis data.

Langkah Penyusunan Instrumen

Adapun langkah langkah yang harus dilalui dalam menyusun instrumen,


adalah :
1. Merumuskan tujuan yang akan dicapai dengan instrumen yang akan
disusun. Bagi para peneliti pemula, merumuskan tujuan seperti ini tidak
lazim. Padahal sebenarnya langkah ini sangat perlu. Ticlak mungkin
kiranya, atau apabila mungkin akan sukar sekali dilakukan, menyusun
instrumen tanpa tahu untuk apa data terkumpul, apa yang harus
dilakukan sesudah itu, apa fungsi setiap jawab dalam setiap butir bagi
jawaban problematika dan sebagainya.
2. Membuat kisi kisi yang mencanangkan tentang perincian variabel dan
jenis instrumen yang akan digunakan untuk mengukur bagian variabel
yang bersangkutan.
3. Membuat butir butir instrumen.
Sesudah memiliki kisi kisi seperti contoh di atas, langkah penilai
berikutnya adalah membuat butir butir instrumen.
Menyusun instrumen bukanlah pekerjaan yang mudah. Bagi peneliti
pemula atau orang yang kurang tertarik pada pekerjaan evaluasi, tugas
menyusun instrumen merupakan pekerjaan yang membutuhkan ketelitian
dan kesabaran yang tinggi.

Kriteria Evaluator
Untuk memperoleh hasil evaluasi yang akurat, maka diperlukan kriteria
keberhasilan dan kriteria tertentu terutama bagi evaluator program, di
bawah ini diuraikan kriteria tersebut

Memahami mated
Memahami mated yaitu memahami tentang seluk beluk program yang
dievaluasi, antara lain :

1 . Tujuan program yang telah ditentukan sebelum dimulai kegiatan


2. Komponen komponen program
3. Variabel yang akan diujicobakan atau dilaksanakan
4. Jangka waktu dan penjadualan kegiatan
5. Mekanisme pelaksanaan program
6. Pelaksanaan program
7. Sistem monitoring kegiatan program

Kriteria keberhasilan yang ditetapkan adalah dilihat dari mated,


maka Evaluator membuat format pencapaian materi program yang
direncanakan
dibandingkan dengan yang telah digapai berdasarkan penjabaran point 1
sampai dengan 7.

Menguasai Teknik
Menguasai teknik yaitu menguasai cara cara atau teknik yang digunakan di
dalarn melaksanakan evaluasi program. Karena kegiatan evaluasi program
mengenai sejumlah evaluasi, maka evaluator program dituntut agar
menguasai metodologi evaluasi, yang meliputi

1. Cara membuat perencanaan evaluasi


2. Teknik menentukan populasi dan sampel
3. Teknik menyusun instrumen
4. Prosedur dan teknik pengumpulan data
5. Penguasaan teknik pengolahan data
6. Cara menyusun laporan evaluasi

Untuk metodologi yang terakhir ini evaluator program harus


menguasai sesuatu yang lebih dibandingkan dengan peneliti karena apa
yang disampaikan akan sangat menentukan kebijaksanaan yang terkadang
memiliki resiko lebih besar.

Kriteria keberhasilannya adalah seorang evaluator harus dapat membuat


point 1 sampai dengan 6 secara opersional.

Objektif dan Cermat


Tim evaluator adalah sekelompok orang yang mengemban tugas
mengevaluasi program serta ditopang oleh data yang dikumpulkan secara
cermat dan objektif. Atas dasar tersebut mereka diharapkan,
mengklasifikasikan, mentabulasikan, mengolah dan sebagainya secara
cermat dan objektif pula. Khususnya di dalam menentukan pengambilan
strategi penyusunan laporan, evaluator tidak boleh memandang satu atau
dua aspek sebagai hal yang istimewa dan tidak boleh pula memihak.
Kriteria keberhasilan yang dipakai adalah apabila hasil penilaian dari
evaluator dapat menunjukkan hasil yang objektif dengan alasan rasional
dan didukung oleh data data yang akurat.

Jujur dan Dapat Dipercaya


Evaluator adalah orang yang dipercaya oleh pengelola dan
pengambil keputusan, oleh karena itu mereka harus jujur dan dapat
dipercaya. Mereka harus dapat memberikan penilaian yang jujur, tidak
membuat baik dan jelek, menyajikan data apa adanya. Dengan demikian
pengelola dan pengambil keputusan tidalk salah membuat treatment akan
programnya.

Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan oleh seorang


evaluator agar dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara
tepat, yaitu :

1. Evaluator hendaknya merupakan evaluator yang otonom artinya orang


luar yang sama sekali tidak ada ikatan dengan pengambilan
kebijaksanaan maupun pengelola dan pelaksanaan program.
2. Ada hubungan baik dengan responden dalam arti dapat memahami
sedalam dalamnya watak, kebiasaan dan cara hidup klien yang akan
dijadikan sumber data evaluasi.
3. Tanggap akan masalah politik dan sosial karena tujuan evaluasi adalah
pengembangan program.
4. Evaluator berkualitas tinggi, dalarn arti jauh dari biasa. Evaluator adalah
orang yang mempunyai self concept yang tinggi, tidak mudah
terombang-ambing.
5. Menguasai teknik untuk membuat desain dan metodologi penelitian
yang tepat untuk program yang dievaluasi.
6. Bersikap terbuka terhadap kritik. Untuk mengurangi dan menahan diri
dari bias, maka evaluator memberi peluang kepada orang luar untuk
melihat apa yang sedang dan telah dilakukan
7. Menyadari kekurangan dan keterbatasannya serta bersikap jujur,
menyampaikan (menerangkan) kelemahan dan keterbatasan tentang
evaluasi yang dilakukan.
8. Bersikap pasrah kepada umum mengenai penemuan positif dan negatif.
Evaluator harus berpandangan luas dan bersikap tenang apabila
menemukan data yang tidak mendukung program dan berpendapat
bahwa penemuan negatif sama pentingnya dengan penemuan positif.
9. Bersedia menyebarluaskan hasil evaluasi. Untuk program kegiatain
yang penting dan menentukan, hasil evaluasi hanya pantas dilaporkan
kepada pengambil keputusan dalam sidang tertutup atau pertemuan
khusus. Namun untuk program yang biasa dan dipandang bahwa
masyarakat dapat menarik manfaat dari evailuasinya, sebaiknya hasil
evaluasi disebarluaskan, khususnya bagi pihak pihak yang
membutuhkan.
10. Tidak mudah membuat kontrak. Evaluasi yang tidak memenuhi
persyaratan persyaratan yang telah disebutkan sebaiknya tidak dengan
mudah menyanggupi menerima tugas karena secara etis dan moral
akan merupakan sesuatu yang kurang dapat dibenarkan.

B.4. KETERKAITAN EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN DENGAN


POLITIK DAN KEBIJAKAN PENDIDIKAN (DISERTAI CONTOH)

CONTOH DESAIN EVALUASI

Latar belakang :
Dari pengamatan beberapa tahun diketahui bahwa program program
peningkatan pendapatan dan ketrampilan ternyata kurang berhasil dari
yang diharapkan. Dit. Diktentis sebagai lembaga yang menangani
pembinaan teknis edukatif ingin mencoba program baru EMPE di SKB.
Pedoman disusun oleh tim Dit. Diktentis yang dikoordinasikan oleh Direktur
Diktentis dan dikirim langsung ke SKB dalam bentuk jadi, disertai dengan
biaya penunjang.
Setelah program tersebut berlangsung beberapa bulan, Balitbang
Dikbud ingin mengetahui efektifitas modul, untuk menentulkan
kebijaksanaan selanjutnya: karena dipikirkan kelangsungan dan
penyebarannya untuk sekolah sekolah lain.

Problematika :
Sebagai problematika umum yang akan dicari jawabannya adalah
"apakah program EMPE dapat meningkatkan ketrampilan dan pendapatan
anggotanya dalarn kurun waktu tertentu ? untuk mempermudah mencari
jawaban, maka dirinci sebagai berikut:

1. Aspek Warga Belajar, antara lain


a. Apakah warga belajar aktif dalam kegiatan EMPE ?
b, Apakah tiap warga belajar mempunyai peran aktif ?
2. Aspek kegiatan EMPE, antara lain :
a. Apakah kegiatan EMPE berjalan sesuai rencana ?
b. Apakah fasilitator dan pengelola aktif dalam kegiatan EMPE ?
c. Apakah kegiatan EMPE dapat dilaksanakan secara lancar ? Bila tidak
apa sebabnya ?
d. Bagaimanakah kegiatan pemasaran hasil EMPE ?
e. Bagaimanakah manajemen EMPE ?
f. Hambatan apa dalam kegiatan EMPE ?

3. Aspek sarana, antara lain :


a. Sesuaikah dan kurangkah sarana/alat yang disediakan untuk
keperluan kegiatan EMPE ?
b. Apakah warga belajar tidak mengalami kesulitan dalam menggunakan
sarana / alat tersebut ?
4. Aspek Fasilitator dan pengelola, antara lain
a. Apakah fasilitator dan pengelola, tidak mengalami kesulitan dalam
membina dan mengelola EMPE ?
b. Bagaimana hubungan antara Fasilitator dan Pengelola dengan warga
belajar dalam kegiatan EMPE ?
5. Aspek Hasil Belajar, antara lain :
a. Secara keseluruhan apakah kegiatan EMPE dapat meningkatkan
ketrampilan dan pendapatan warga belajar ?
b. Kalau dapat berapa prosen kenaikan tersebut ? dan kalau tidak apa
sebabnya ?
berapa prosen ketidakmeningkatan tersebut ?
6. Aspek Tujuan Evaluasi :
Tujuan umum: tujuan evaluasi program adalah mengumpulkan informasi
mengenai efektifitas pelaksanaan kegiatan EMPE.

Tujuan khusus : dari tujuan umum tersebut dapat dirinci atas tujuan-tujuan
khusus sebagai berikut :
a) Untuk mengetahui tanggapan warga belajar, pengelola, tutor, fasilitator
dan penanggung jawab program terhadap kegiatan EMPE.
b) Untuk mengetahui hal hal yang berhubungan dengan kegiatan EMPE.
c) Untuk mengetahui ketepatan sarana dalam menunjang pelaksanaan
kegiatan EMPE.
d) Untuk mengetahui kesulitan yang dihadapi pengelola, fasilitator,
penanggung jawab dan orang yang terlibat dalam kegiatan EMPE.
e) Untuk mengetahui prosentase peningkatan ketrampilan dan pendapat
warga belajar.
7. Populasi dan sampel
Evaluasi dilakukan pada SKB yang dilaksanakan EMPE. SKB yang akan
dijadikan tempat evaluasi dilakukan terhadap populasi maupun sampel,
menurut variabel yang dinilai.
8. Instrumen dan sumber data :
Khusus evalusi program ini cukup banyak dan komprehensif, oleh karena
itu instrumen untuk rnengumpulkan data perlu bervariasi.
a. Untuk rnengetahui tanggapan warga belajar tentang kegiatan EMPE
dengan modul digunakan wawancara dan pengamatan dengan sumber
data para warga belajar yang aktif dalam kelompok.
b. Untuk mengetahui hal hal yang berhubungan dengan kegiatan
pengelola digunakan :
1. Pengamatan di dalam kelompok dengan sumber data kegiatan
langsung dari aktifitas yang diamati.
2. Wawancara dengan sumber data yaitu : pengelola, tutor dan orang
orang yang terlibat aktif.
3. Dokumentasi tentang pelaksanaan kegiatan EMPE dengan sumber
data buku pengelolaan, buku kerja, buku laporan tugas, dan catatan
catatan lain (paper).
4. Angket tentang pengelolaan sarana / alat kepada pengelola.
5. Untuk mengetahui ketetapan sarana yang digunakan dalam
kegiatan, data dikumpulkan melalui pengamatan, wawancara, dan
dokumentasi, sumber data dapat laboratorium, kegiatan praktikum
warga belajar dan pengelola.
6. Untuk mengetahui kesulitan yang dihadapi dalam pelaksanaan
sistem EMPE data dikumpulkan melalui wawancara dengan
fasilitator, warga belajar pengelola dan tanggung jawab.
7. Untuk mengetahui peningkatan ketrampilan dan pendapatan warga
belajar, datanya dikumpulkan melalui : dokumentasi pembukuan,
pengamatan terhadap kegiatan warga belajar, wawancara kepada
warga belajar mengenai hasilnya. Sedangkan untuk mengetahui
pengelolaan sistem EMPE, datanya dikumpulkan melalui wawancara
dengan para pengelola kelompok.

9. Teknik analisis data


Teknik yang digunakan untuk menganafisis data disesuaikan
dengan bentuk problematika dan jenis data.
a. Problematika yang mengandung variabel tunggal, dianalisis secara
diskriptif kualitatif.
b. Problematika komparasi atau korelasi dijawab dengan jawaban dari data
yang diolah dengan teknik statistik korelasi, t-test, ANAVA.

BENEFIT MONITORING AND EVALUATION (BME)

Sistem Evaluasi dan Monitoring Benefit atau biasa disebut sebagai


Benefit Monitoring and Evaluation (BME) adalah kegiatan monitoring dan
evaluasi terhadap suatu program atau proyek dalarn rangka mengetahui
sejauh mana program atau proyek tersebut memberikan manfaat sesuai
dengan tujuan yang telah direncanakan.

Salah satu pihak yang mempromosikannya adalah ADB (ASIAN


DEVELOPMENT BANK). BME dirnaksudkan untuk menghimpun berbagai
informasi berkaitan dengan impact sebuah proyek dan atau nilai guna
(benefit).
Pengertian tentang benefit ini sendiri sangat beragam, ada yang
mengartikannya sebagai keuntungan/laba/profit (berkaitan dengan uang),
ada pula yang memberi arti lebih fieksibel yaitu nilai manibatinilai guna
(tidak harus berupa uang), dari sebuah hasil produksi (barang, jasa, tenaga
manusia). Kegunaannya antara lain, untuk meningkatkan kebijakan tentang
efektifitas dari sebuah proses produksi.
Monitoring dan evaluasi dinilai sebagai himpunan kegiatan penting
yang memungkinkan para pihak (stakeholders) untuk mernperkirakan
perkembangan sebuah proyek selarna kegiatannya termasuk di dalarnnya
adalah intervensi intervensi tentang keberhasilan atau kegagalan.
Monitoring meliputi pengurnpulan data selarna pengernbangan bila
intervensi diberlakukan. Adapun evaluasi biasanya terkait dengan impact
yang meliputi lingkungan hidup, misalnya peningkatan akses kepada
sumber daya dan asset untuk kelornpok khusus kaum miskin, perubahan
tentang kerniskinan dan kesejahteraan atau tentang kapasitas tertentu
(latihan, skill, pengetahuan). Evaluasi biasanya dilakukan pada
pertengahan proyek berjalan (melalui intervensi), pada akhir proyek,
ataupun setelah proyek dinyatakan selesai. Evaluasi yang dilakukan dapat
berbentuk formative atau summative.
Evaluasi formative digunakan untuk membantu peserta dalam
belajar dari pengalaman dan perubahan tindakan yang terjadi. Adapun
evaluasi summative digunakan untuk mengembangkan gagasan dari
keseluruhan impact yang timbul dalam mencapai keputusan tertentu.
Evaluasi yang dilakukan juga dapat dipandang secara subyektif atau
obyektif, dapat pula menggunakan indikator kualitatif atau kuantitatif.
Indikator kualitatif misalnya persepsi tentang inequality, derajat
ketidakamanan pangan/food insecurity, persepsi tentang kekuatan dan
kelemahan. Adapun Indikator kuantitatif misalnya pendapatan, belanja dan
tabungan, tingkat produksi pertanian, stok populasi ternak.
Dengan kata lain, kegiatan evaluasi dan monitoring benefit terhadap
suatu program atau proyek dilakukan secara komprehensif dan dinamis,
mencakup pengkajian berbagai komponen input, process, output (hasil)
dan outcome (dampak) dari program atau proyek yang dilaksanakan. Dari
hasil pengkajian terhadap seluruh kornponen tersebut diharapkan dapat
diketahui seberapa jauh manfaat suatu program atau proyek, dibandingkan
dengan tujuan yang telah direncanakan sebelumnya.
Namun, terdapat tiga area kesulitan yang menurut Eric Diggest
sering terjadi dalam supervisi dan pengendalian pada pendidikan tinggi,
yaitu :
1. Ukuran, pengalaman inventory, chek list, hasil riset yang tak sepadan
dapat melernahkan reliabilitas dan validitas.
2. Trainee bidang konseling bebas untuk mengembangkan kernampuan
konseling tetapi tidak mendapat gelar akadernik.
3. Para supervisor tidak dapat mengartikulasikan sasaran supervisi yang
diinginkan oleh administratur pendidikan tinggi karena kurang
menguasai teori supervisi.

Hal yang menjadi penyebab di atas, dikarenakan BME itu sendiri terdiri dari
tiga kegiatan yang berbeda, yaitu:

1. Persiapan dan analisis benchmark (baseline) informasi. Benchmark


informasi meliputi info yang bersifat kualitatif dan kuantitatif tentang arti
pentingnya karakter sosial ekonomi individu dan atau kelompok yang
terkait dengan proyek. Informasi ini bermanfaat untuk merancang
sebuah proyek agar sesuai dengan kebutuhan dan kemanfatannya bagi
user/customer.

2. Monitoring benefit rneliputi penyampaian pelayanan, kapan dan


bagaimana pelanggan memanfaatkannya, efek segera dari pelayanan
yang disediakan melalui proyek.

3. Tiga Iangkah utama evaluasi benefit meliputi penyiapan TOR (terms of


reference) untuk organisasi evaluasi, seleksi organisasi dan supervisi
selama evaluasi beriangsung.

Dalam bidang pendidikan, kegiatan benefit monitoring and


evaluating telah banyak dilakukan di Indonesia, terutama terhadap program
atau proyek yang selama ini sudah dilaksanakan seperti proyek pendidikan
dasar atau Basic Education Project (BEP), baik di lingkungan Departemen
Pendidikan Nasional untuk tingkat sekolah dasar dan sekolah menengah,
dan di Iingkungan Departemen Agama untuk tingkat madrasah lbtidaiyah
dan Tsanawiyah.
Sebagai contoh, untuk kegiatan BME BEP di Iingkungan
Departemen Agama telah dilakukan sejak tahun 2000 sampai tahun 2002
untuk mengkaji proyek BEP yang sudah dijalankan pada madrasah
Ibtidaiyah dan Tsanawiyah. Proyek BEP itu sendiri telah berlangsung mulai
tahun 1995/1996 sampai tahun 2001. Melalui kegiatan BME, dilakukan
pengkajian apakah proyek BEP di Departemen Agama tersebut dapat
memberikan manfaat bagi peningkatan mutu pendidikan dasar khususnya
di madrasah Ibtidaiyah dan Tsanawiyah. Pengkajian dalam hal ini
mencakup kelancaran distribusi bantuan yang disampaikan dan manfaat
bantuan proyek BEP bagi sekolah, pembelajar, tenaga pendidik, kepala
madrasah, pengelola madrasah, yayasan, pengelola proyek, lembaga
pelatihan, dan masyarakat pada umumnya.

Daftar Pustaka

Oriondo, L. L. & Antonio, E. M.D. (1998). Evaluating educational outcomes


(Test, measurement and evaluation). Manila: Rex Book Store

Djemari Mardapi. ( 2008). Teknik penyusunan instrumen tes dan non tes.
Yogyakarta: Mitra cendekia

Griffin, P. & Nix, P. (1991). Educational assessment and reporting. Sydney:


Harcout Brace Javanovich, Publisher.

Ebel, R.L. & Frisbie, D.A. (1986). Essentials of educational measurement.


Englewood Cliffs: Prentice- Hall, Inc.

Popham, W. J. (1995). Classroom assessment. Boston: Allyn and Bacon.


Oriondo, L. L. & Antonio, E. M.D. (1998). Evaluating educational
outcomes (Test, measurement and evaluation). Manila: Rex Book
Store

Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan


Nasional.

Stark, J.S. & Thomas, A. (1994). Assessment and program evaluation.


Needham Heights: Simon & Schuster Custom Publishing.
Stufflebeam, D.L. & Shinkfield, A.J. (1985). Systematic evaluation. Boston:
Kluwer Nijhof Publishing.

buangan

Evaluasi pendidikan memiliki beberapa fungsi yaitu ;


1. Fungsi selektif
2. Fungsi diagnostik
3. Fungsi penempatan
4. Fungsi keberhasilan

Maksud dari dilakukannya evaluasi adalah ;


1. Perbaikan sistem
2. Pertanggungjawaban kepada pemerintah dan masyarakat
3. Penentuan tindak lanjut pengembangan
PRINSIP PRINSIP EVALUASI
1. Keterpaduan
2. evauasi harus dilakukan dengan prinsip keterpaduan antara tujuan intrusional
pengajaran, materi pembelajaran dan metode pengjaran.
3. Keterlibatan peserta didik
4. prinsip ini merupakan suatu hal yang mutlak, karena keterlibatan peserta didik
dalam evaluasi bukan alternatif, tapi kebutuhan mutlak.
5. Koherensi
6. evaluasi harus berkaitan dengan materi pengajaran yang telah dipelajari dan
sesuai dengan ranah kemampuan peserta didik yang hendak diukur.
7. 4. Pedagogis
8. Perlu adanya tool penilai dari aspek pedagogis untuk melihat perubahan sikap
dan perilaku sehingga pada akhirnya hasil evaluasi mampu menjadi motivator bagi
diri siswa.
9. Akuntabel
10. Hasil evaluasi haruslah menjadi aalat akuntabilitas atau bahan
pertnggungjawaban bagi pihak yang berkepentingan seeprti orangtua siswa,
sekolah, dan lainnya.

TUJUAN DAN FUNGSI EVALUASI

segala sesuatu yang di lakukan pasti mempunyai tujuan dan

fungsi yang akan di capai, pastinya semua aktifitas tidak

ingin hasilnya sia-sia, begitupun dengan evaluasi, ada

tujuan dan fungsi yang ingin di capai, Evaluasi telah

memegang peranan penting dalam pendidikan antara lain

memberi informasi yang dipakai sebagai dasar untuk :

Membuat kebijaksanaan dan keputusan

Menilai hasil yang dicapai para pelajar

Menilai kurikulum

Memberi kepercayaan kepada sekolah

Memonitor dana yang telah diberikan

Memperbaiki materi dan program pendidikan


Dr.muchtar buchori Med. Mengemukakan bahwa tujuan

khusus evaluasi pendidikan ada 2  yaitu :

 Untuk mengetahui kemajuan peserta didik setelah ia

mengalami pendidikan selam jangka waktu tertentu

 Untuk mengetahui tingkat efisiensi metode-metode

pendidikan yang dipergunakan pendidik selam jangka

waktu tertentu tadi.

Maju dan mundurnya belajar peserta didik, dapat diketahui

pula kedudukan mereka dalam kelompoknya dan juga dapat

dipakai pula untuk mengadakan perencanaan yang realistik

dalam mengarahkan dan mengembangkan masa depan mereka.

Selanjutnya dengan diketahuinya efektifitas dan efisiensi

metode-metode yang digunakan dalam pendidikan, guru telah

mendapatkan pelajaran yang cukup berharga untuk

menyempurnakan metode-metode yang sudah baik, dan

memperbaiki kekurangan-kekurangan metode yang tidak efektif.

FUNGSI EVALUASI BERSIFAT EVALUATIF

 Fungsi prognostik yaitu meramalkan sesuatu dalam

menghadapi langkah selanjutnya

 Fungsi diagnostik yaitu evaluasi yang bertujuan yang

untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa serta

penyebabnya

 Fungsi judgement yaitu evaluasi yang dilakukan untuk

menetukan keberhasilan siswa atau tes penentuan akhir.

Fungsi evaluasi bagi siswa


Bagi siswa, evaluasi digunakan untuk mengukur pencapaian

keberhasilannya dalam mengikuti pelajaran yang telah

diberikan oleh guru. Dalam hal ini ada dua kemungkinan :

bagi siswa yang memuaskan

Jika siswa memperoleh hasil yang emuaskan, tentunya

kepuasan ini ingin diperolehnya kembali pada waktu yang

akan datang. Untuk ini siswa akan termotifasi untuk

belajar lebih giat agar perolehannya sama bahkan meningkat

pada masa yang akan datang. Namun, dapat pula terjadi

sebaliknya, setelah memperoleh hasil yang memuaskan siswa

tidak rajin belajar sehingga pada waktu berikutnya

hasilnya menurun.

Hasil bagi siswa yang tidak memuaskan

Jika siswa memperoleh hasil yang tidak memuaskan, maka

pada kesempatan yang akan datang dia akan berusaha

memperbaikinya. Oleh karena itu, siswa akan giat belajar.

Tetapi bagi siswa yang kurang motivasi atau lemah

kemauannya akan menjadi putus asa

Fungsi evaluasi bagi guru

Dapat mengetahui siswa manakah yang menguasai pelajran dan

siswa mana pula yang belum. Dalam hal ini hendaknya guru

memberikan perhatian kepada siswa yang belum berhasil

sehingga pada akhirnya siswa mencapai keberhasilan yang

diharapkan.

Dapat mengetahui apakah tujuan dan materi pelajaran yang

telah disampaikan itu dikuasai oleh siswa atau belum.


Dapat mengetahui ketepatan metode yang digunakan dalam

menyajikan bahan pelajaran tersebut.

Bila dari hasil evaluasi itu tidak berhasil, maka dapat

dijadikan bahan remidial. Jadi, evaluasi dapat dijadikan

umpan balik pengajaran.

Fungsi evaluasi bagi sekolah

Untuk mengukur ketepatan kurikulum atau silabus. Melalui

evaluasi  terhadap pengajaran yang dilakukan oleh guru,

maka akan dapat diketahui apakah ketepatan kurikulum telah

tercapai sesuai dengan target yang telah ditentukan atau

belum. Dari hasil penilaian tersebut juga sekolah dapat

menetapkan langkah-langkah untuk perencanaan program

berikutnya yang lebih baik.

Untuk mengukur tingkat kemajuan sekolah. Sudah barang tentu

jika hasil penilaian yang dilakukan menunjukkan tanda-

tanda telah terlaksananya kurikulum sekolah dengan baik,

maka berarti tingkat ketepatan dan kemajuan telah tercapai

sebagaimana yang diharapkan. Akan tetapi sebaliknya jika

tand-tanda itu menunjukkan tidak tercapainya sasaran yang

diharapkan, maka dapat dikatakan bahwa tingkat ketepatan

dan kemajuan sekolah perlu ditingkatkan.

Mengukur keberhasilan guru dalam mengajar. Melalui evaluasi

yang telh dilaksanakan dalam pengajaran merupakan bahan

informasi bagi guru untuk mengetahui tingkat keberhasilan

dalam melaksanakan pengajaran.


Untuk meningkatkan prestasi kerja. Keberhasilan dan

kemajuan yang dicapai dalm pengajaran akan mendorong bagi

sekolah atau guru untuk terus meningkatkan prestasi kerja

yang telah dicapai dan berusaha memperbaiki kelemahan dan

kekurangan yang mungkin terjadi.

Dalam evaluasi semua komponen dalam pendidikan layak dan

harus dijadikan sebagai objek dan subjek evaluasi

pendidikan, yaitu :

Siswa, dapat menjadi subjek evaluasi bagi dirinya sendiri

dan bagi guru serta sekolahnya dan dapat juga menjadi

bagian dari objek evaluasi yang dilakukan oleh guru dan

sekolahnya.

Guru, dapat menjadi subjek evaluasi bagi program dan cara-

cara dia mengajar, keberhasilannya dan juga dpat

menjadi objek evaluasi oleh siswa dan sekolahnya.

Sekolah, dapat menjadi subjek evaluasi bagi siswa dan

guru-guru yang ada didalamnya serta dapat juga menjadi

sasaran atau objek evaluasi dari siswa dan guru yang

bernaung  didalamnya.

Setelah semua tugas evaluasi kita lakukan kita akan banyak

memetik manfaat dari evaluasi itu, baik bagi siswa, guru

maupun sekolah yang seandainya kita mengambil benang merah

dari nya kita akan mengetahui apa-apa yanga harus dan yang

tidak harus lagi kita lakukan untuk kedepannya.

Perbedaan Evaluasi Formatif dan Evaluasi Sumatif


Evaluasi formatif Evaluasi Sumatif
Tujuannya untuk memperbaiki Tujuannya untuk mengetahui PBM
atau hasil kemajuan belajar siswa
Dilaksanakan setelah

Evaluasi Formatif
Evaluasi Sumatif
Tujuannya untuk memperbaiki Tujuannya untuk mengetahui
PBM.
hasil atau tingkat kemajuan
belajar siswa.
1. Dilaksanakan setelah
1. Dilaksanakan setelah selesai
mengajarkan seluruh unit
mengajarkan suatu unit
pengajaran, yang menjadi
pengajaran tertentu.
forsi sesuatu semester.
2. Frekuensinya 1 x dalam satu
2. Frekuensi 2 – 4 kali dalam
semester.
satu semester.
3. Lingkup atau scope
3. Lingkup atau scope
bahannya luas.
bahannya sempit.
4. Obyeknya meliputi berbagai
4. Obyeknya hanya terdapat
aspek perilaku.
suatu aspek perilaku.
Bobot atau kadar nilainya
5. Bobot atau kadar nilainya
tinggi.
rendah.

TEKNIK EVALUASI

Teknik evaluasi digolongkan menjadi 2 yaitu teknik tes dan teknik non Tes

1. teknik non tes meliputi ; skala bertingkat, kuesioner,daftar cocok, wawancara,


pengamatan, riwayat hidup.

a. Rating scale atau skala bertingkat menggambarkan suatu nilai dalam bentuk
angka. Angka-angak diberikan secara bertingkat dari anggak terendah hingga
angkat paling tinggi. Angka-angka tersebut kemudian dapat dipergunakan untuk
melakukan perbandingan terhadap angka yang lain.
b. Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang terbagi dalam beberapa kategori. Dari
segi yang memberikan jawaban, kuesioner dibagi menjadi kuesioner langsung dan
kuesioner tidak langsung. Kuesioner langsung adalah kuesioner yang dijawab
langsung oleh orang yang diminta jawabannya. Sedangkan kuesiioner tidak
langsung dijawab oleh secara tidak langsung oleh orang yang dekat dan
mengetahui si penjawab seperti contoh, apabila yang hendak dimintai jawaban
adalah seseorang yang buta huruf maka dapat dibantu oleh anak, tetangga atau
anggota keluarganya. Dan bila ditinjau dari segi cara menjawab maka kuesioner
terbagi menjadi kuesioner tertutup dan kuesioner terbuka. Kuesioner tertututp
adalah daftar pertanyaan yang memiliki dua atau lebih jawaban dan si penjawab
hanya memberikan tanda silang (X) atau cek (√) pada awaban yang ia anggap
sesuai. Sedangkan kuesioner terbuka adalah daftar pertanyaan dimana si penjawab
diperkenankan memberikan jawaban dan pendapat nya secara terperinci sesuai
dengan apa yang ia ketahui.
c. Daftar cocok adalah sebuah daftar yang berisikan pernyataan beserta dengan
kolom pilihan jawaban. Si penjawab diminta untuk memberikan tanda silang (X)
atau cek (√) pada awaban yang ia anggap sesuai.
d. Wawancara, suatu cara yang dilakukan secara lisan yang berisikan pertanyaan-
pertanyaan yang sesuai dengan tujuan informsi yang hendak digali. wawancara
dibagi dalam 2 kategori, yaitu pertama, wawancara bebas yaitu si penjawab
(responden) diperkenankan untuk memberikan jawaban secara bebas sesuai dengan
yang ia diketahui tanpa diberikan batasan oleh pewawancara. Kedua adalah
wawancara terpimpin dimana pewawancara telah menyusun pertanyaan pertanyaan
terlebih dahulu yang bertujuan untuk menggiring penjawab pada informsi-
informasi yang diperlukan saja.
e. Pengamatan atau observasi, adalah suatu teknik yang dilakuakn dengan
mengamati dan mencatat secara sistematik apa yang tampak dan terlihat
sebenarnya. Pengamatan atau observasi terdiri dari 3 macam yaitu : (1) observasi
partisipan yaitu pengamat terlibat dalam kegiatan kelompok yang diamati. (2)
Observasi sistematik, pengamat tidak terlibat dalam kelompok yang diamati.
Pengamat telah membuat list faktor faktor yang telah diprediksi sebagai
memberikan pengaruh terhadap sistem yang terdapat dalam obejek pengamatan.
f. Riwayat hidup, evaluasi ini dilakukan dengan mengumpulkan data dan informasi
mengenai objek evaluasi sepanjang riwayat hidup objek evaluasi tersebut.

2. Teknik tes. Dalam evaluasi pendidikan terdapat 3 macam tes yaitu :

a. tes diagnostik
b. tes formatif
c. tes sumatif
Dirangkum dari berbagai sumber Copyright © 2008 Mixing Blogging

You might also like