You are on page 1of 14

LAPORAN PRAKTIKUM

METODE PEMULIAAN TANAMAN

ACARA I
METODE PEMULIAAN TANAMAN MENYERBUK SILANG

Disusun oleh :
Nama : Bagus Herwibawa
NIM : 07/253617/PN/11143
Gol/Kel : C1/4
Hari/tanggal : Rabu, 18 November 2009
Asisten : Sayid Ibrahim

LABORATORIUM GENETIKA DAN PEMULIAAN TANAMAN


JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2009
ACARA I
METODE PEMULIAAN TANAMAN MNYERBUK SILANG

I. INTISARI
Praktikum acara I yang berjudul “Metode Pemuliaan Tanaman Menyerbuk Silang”
dilaksanakan pada hari Rabu, 18 November 2009, bertempat di Kebun Percobaan Tri
Dharma, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Tujuan
dilaksanakannya praktikum ini adalah untuk mengetahui mengetahui dan membandingkan
metode-metode pemuliaan yang diterapkan pada tanaman menyerbuk silang, serta
mengetahui pengaruh seleksi terhadap keragaman dan membandingkan keragaman yang
ada dalam masing-masing populasi hasil seleksi. Bahan yang digunakan adalah 50 tongkol
jagung (Zea mays) dari koleksi tongkol yang ada. Alat yang digunakan yaitu perlengkapan
standar budidaya, alat ukur panjang dan alat tulis. Berdasarkan hasil pengamatan dapat
diketahui bahwa pada seleksi massa memberikan kemajuan seleksi bernilai positif atau
berpengaruh baik terhadap tongkol panjang. Sedangkan, pada tongkol pendek seleksi ear to
row yang memberikan kemajuan seleksi bernilai positif atau berpengatuh baik. Dari hasil
pengujian terhadap rerata 2 populasi (uji t) didapatkan perbedaan yang nyata antara rerata
populasi seleksi massa dengan seleksi ear to row untuk tongkol panjang, sedangkan untuk
tongkol pendek tidak terdapat beda nyata antar dua metode seleksi tersebut.

II. PENDAHULUAN

A. Tujuan
1. Mengetahui dan membandingkan metode-metode pemuliaan yang
diterapkan pada tanaman menyerbuk silang.
2. Mengetahui pengaruh seleksi terhadap keragaman dan membandingkan
keragaman yang ada dalam masing-masing populasi hasil seleksi.

A. Latar Belakang
Keragaman dalam populasi dapat terjadi secara alami dan buatan. Hal
ini akan menimbulkan ciri populasi tertentu, sebagai akibat dari komposisi
genotipe-genotipe penyusunnya, banyaknya bentuk genotipe dan
frekuensinya, serta nilai dari masing-masing genotipe. Banyak bentuk
genotipe yang dihasilkan dipengaruhi oleh status genotipe individu-individu
anggota populasi semula dan mekanisme yang terjadi akibat cara
perkembangbiakan seksual.
Metode pemuliaan tanaman yang tepat diterapkan pada suatu jenis
tanaman bergantung pada sistem reproduksinya. Oleh karena itu metode
pemuliaan tanaman dapat dipisahkan menjadi metode pemuliaan tanaman
menyerbuk sendiri dan metode pemuliaan tanaman menyerbuk silang. Salah
satu metode pemuliaan tanaman yang banyak digunkan adalah metode seleksi.
Seleksi bekerja berdasarkan penilaian karakteristik tanaman yang
dapat dilihat berdasarkan kenampakan fenotipenya. Nilai seleksi sangat
dipengaruhi oleh pengetahuan mengenai hubungan genotipe dan fenotipe, atau
hubungan gen dengan faktor lingkungan yang bekerja bersama dan
berpengaruh pada penampilan yang nampak dari suatu sifat.

B. Landasan Teori
Biji yang diperoleh dari penyerbukan silang antara tanaman berbeda
akan mempunyai susunan genetik yang berbeda. Program genetik adalah suatu
susunan untaian genetik yang akan diekspresikan pada suatu fase atau
keseluruhan fase pertumbuhan yang mencakup bentuk dan fungsi tanaman
yang menghasilkan keragaman pertumbuhan tanaman (Sitompul dan Guritno,
1995).
Adanya keragaman genetik, yang berarti tingkat perbandingan nilai
antara individu genotipe dalam populasi merupakan syarat keberhasilan seleksi
terhadap sifat yang diinginkan. Keberhasilan program pemuliaan tanaman
sangat tergantung pada keragaman genetik dari karakter yang dapat diwariskan
dan kemampuan memilih genotipe-genotipe unggul dalam proses seleksi
(Rosmini, 1998).
Sebelum menetapkan metode seleksi yang akan digunakan dan kapan
seleksi akan dimulai perlu diketahui berapa besar variabilitas genetik, karena
variabilitas genetik sangat mempengaruhi keberhasilan sutau proses seleksi
dalam program pemuliaan tanaman. Selain melihat variabilitas genetik perlu
juga diketahui nilai heritabilitas karena heritabilitas merupakan parameter
genetik yang memilih sistem seleksi yang efektif (Pinaria et al., 1995).
Nilai duga heritabilitas juga sangat penting artinya dalam
menentukan efektivitas metode seleksi. Seleksi akan efektif bila nilai duga
heritabilitas dan kemajuan genetik harapan tinggi (Johnson et al., 1995). Untuk
memperkecil kekeliruan seleksi berdasarkan fenotipe tanaman perlu
memperhatikan: (1) korelasi genotipe dan fenotipe antar sifat, (2) lingkungan
yang cocok untuk seleksi sifat yang diinginkan, (3) ciri genetik sifat yang
diseleksi, (4) cara seleksi (langsung atau tidak langsung) dan keragaman
genetic (Vela dan Frey, 1972).
Pelaksanaan seleksi massa secara visual yaitu dengan memilih
fenotipe yang baik dalam memberikan hasil memuaskan tanpa berpedoman
pada nilai parameter genetik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa parameter
yang mempunyai heritabilitas tinggi dan variasi genetik tinggi pada umumnya
akan mempunyai kegunaan tinggi untuk masing-masing karakter tertentu
(Anonim, 1998). Pada seleksi massa variabilitas genetik dan heritabilitas
merupakan parameter genetik dalam program seleksi yang sangat menetunkan
keberhasilan program pemuliaan. Dalam program seleksi untuk memperbesar
peluang mendapatkan genotipe unggul perlu diuji galur sebanyak mungkin
(Pinaria et al,. 1995).
Seleksi ear to row merupakan modifikasi dari seleksi massa. Pada
seleksi massa tanaman yang terpilih (tongkol) langsung dicampur dan
digunakan untuk pertanaman seleksi musim berikutnya. Padahal tongkol
terpilih tersebut merupakan hasil persilangan secara acak sehingga sulit diduga
susunan genotipenya. Untuk memperbaiki kelemahan ini tongkol – tongkol
tersebut diuji terlebih dahulu sebelum diuji. Cara pengujian tersebut disebut
pengujian keturunan (progeny test). Perbedaan seleksi ear to row dengan
seleksi saudara tiri dan saudara kandung adalah material seleksi yang
digunakan. Pada seleksi saudara tiri, meterial yang digunakan adalah tongkol
– tongkol jagung satu ayah sedangkan pada seleksi saudara kandung dilakukan
persilangan secara sepasang –sepasang sehingga diperoleh meterial seleksi
berupa tongkol – tongkol satu ayah dan satu ibu (Borojevic, 1990).
Setiap genotipe tanaman memiliki kemapuan berkompetisi dengan
tanaman lain yang berbeda-beda genotipe yang mampu mengatasi kompetisi
ditunjang antara lain oleh penampilan karakter-karakternya yang ungul atau
kecilnya penyimpangan keunggulan karkter-karakternya yang unggul (Meddy
et al., 1996).

I. METODOLOGI

Praktikum acara I yang berjudul “Metode Pemuliaan Tanaman Menyerbuk


Silang” ini dilakukan pada hari Rabu, 18 November 2009, bertempat di Kebun
Percobaan Tri Dharma, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta. Bahan yang dipergunakan pada praktikum ini adalah 50 tongkol
jagung (Zea mays) dari koleksi tongkol yang ada. Alat yang digunakan yaitu
perlengkapan standar budidaya, alat ukur panjang dan alat tulis.
Cara kerja dalam praktikum ini adalah praktikan dalam satu golongan,
dibagi menjadi empat kelompok dengan tugas kelompok I : metode seleksi massa
dengan kriteria seleksi tongkol panjang, kelompok II : metode seleksi massa
dengan seleksi tongkol pendek, kelompok III : metode seleksi ear to row dengan
kriteria seleksi tongkol panjang, kelompok IV : metode seleksi ear to row dengan
kriteria tongkol pedek. Kemudian, dari ke-50 puluh tongkol jagung yang tersedia
diukur panjang tongkolnya, nilai rerata dan variannya dihitung, dan data awal
disimpan untuk dibandingkan dengan data hasil pengamatan. Langkah
selanjutnya, dipilih 10 tongkol jagung dengan ukuran panjang tongkol terpendek
(Kel. II dan Kel. IV) dan dipilih 10 tongkol jagung dengan ukuran panjang
tongkol terpanjang (Kel. I dan Kel. III). Lalu, seluruh biji pada tongkol jagung
dipipil dan dipisahkan dalam kantung per tongkol (10 kantung tongkol panjang
dan 10 kantung tongkol pendek). Kemudian, lahan pertanaman diolah sesuai
standar pengolahan tanag dan dibuat lubang tanam dengan jarak 75cm X 40cm,
sebanyak 10 baris dengan 10 lubang tanamn per baris (total ada 100 lubang
tanam) (Langkah ini dikerjakan masing-masing kelompok). Khusus untuk
kelompok seleksi massa (Kel. I dan II), dari masing-masing kantung tongkol
diambil 20 biji dan ditanaman secara acak (2 biji per lubang tanam). Khusus untuk
kelompok seleksi ear to row (Kel. III dan IV), dari masing-masing kantung
tongkol diambil 20 biji dan ditanam per baris (1 tongkol ditanam dalam 1 baris,
dan 2 biji per lubang tanam). Langkah selanjutnya, dipelihara sesuai dengan cara
budidaya jagung yang sering dilakukan dan tongkol yang telah tua dipanen untuk
pengamatan. Kemudian, dihitung nilai rerata dan variannya. Sealanjutnya
dibandingkan rerata dan variannya dari masing-masing populasi hasil seleksi juga
populasi tetuanya, berikut dibandingkan pula kelemahan dan kelebihan metode
seleksi yang digunakan.

II. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
a. Tabel Rerata daan Simpangan Baku

Jenis Seleksi Rerata ± Simpangan Baku (µ ± δ)


Tetua 12,1 ± 1,41
Seleksi Massa Tongkol Panjang 10,69 ± 4,23
Seleksi Massa Tongkol Pendek 9,59 ± 3,88
Seleksi Ear to Row Tongkol
12,88 ± 3,46
Panjang
Seleksi Ear to Row Tongkol Pendek 9,26 ± 3,82

b. Tabel Kemajuan Seleksi


Jenis Seleksi Selisih Rerata (µ0 - µ1)
Seleksi Massa Tongkol Panjang 1,41
Seleksi Massa Tongkol Pendek 2.52
Seleksi Ear to Row Tongkol
-0,78
Panjang
Seleksi Ear to Row Tongkol Pendek 2,48

Keterangan :
µ = rerata populasi

δ = simpangan baku

µ0 = rerata tetua
µ1 = rerata seleksi
Uji Rerata 2 Populasi (Uji t)
a. Uji t Tongkol Jagung Panjang
t hitung = 2,84
t tabel =2
Kesimpulan : t hitung > t tabel , maka ada beda nyata antara seleksi ear to
row dengan seleksi massa.

b. Uji t Tongkol Jagung Pendek


t hitung = 0,45
t tabel = 1,95
Kesimpulan : t hitung < t tabel , maka tidak ada beda nyata antara seleksi
ear to row dengan seleksi massa.

A. Pembahasan
Syarat utama yang diperlukan untuk merakit varietas unggul baru
adalah tersedianya genotipe-genotipe yang memilki variabilitas genetik yang
luas. Pada tanaman menyerbuk silang, terdapat istilah kawin acak (random
mating). Random mating adalah suatu perkawinan di mana setiap individu
dalam populasi memiliki kesempatan yang sama untuk kawin dengan individu
lain dalam populasi tersebut. Struktur populasi yang terjadi setelah mengalami
random mating, akan mengikuti hukum Hardey-Weinberg.
Hukum Hardey-Weinberg menyatakan bahwa, bila tidak ada faktor-
faktor yang berpengaruh pada suatu populasi dan populasi tersebut mengalami
random mating secara terus menerus dari generasi ke generasi berikutnya,
maka frekuensi gen dan genotipenya tidak mengalami perubahan setelah satu
kali random mating. Namun random mating yang diikuti seleksi, mutasi dan
migrasi dapat mengubah frekuensi gen.
Proses seleksi pada tanaman menyerbuk silang, bertujuan untuk
memperbaiki keragaman populasi hasil random mating. Seleksi pada tanaman
menyerbuk silang terbagi menjadi beberapa metode, yaitu seleksi massa (mass
selection) dan seleksi tanaman secara individual yang meliputi seleksi satu
tongkol satu baris (ear to row selection), modifikasi seleksi satu tongkol satu
baris (modified ear to row selection), seleksi saudara kandung (full sib family
selection), seleksi keturunan S-1 (S-1 progeny selection), seleksi berualang
untuk daya gabung umum (recurrent selection for general combining ability),
seleksi berulang untuk daya gabung khusus (recurrent selection for specific
combining ability), dan seleksi berulang timbal balik (reciprocal recurrent
selection-RRS).
Pada praktikum ini, metode seleksi yang digunakan adalah seleksi
massa dan seleksi ear to row. Seleksi massa pada tanaman menyerbuk silang
adalah pemilihan individu tanaman yang berdasarkan pada fenotipe dari
populasi hasil random mating. Pemilihan hanya didasarkan pada kenampakan
individu tanaman induk (female) karena tanaman jantan (male) yang
menyerbuki tidak diketahui secara pasti.
Pelaksanaan seleksi massa ini, mula-mula dari populasi tanaman
dipilih individu-individu tanaman hasil panen dari tanaman terpilih dicampur
untuk dipakai sebagai bahan pertanaman musim berikutnya. Pada pertanaman
musim berikutnya akan terjadi random mating dari tanaman terpilih tersebut.
Kemudian proses pemilihan dilakukan kembali sampai beberapa generasi atau
sampai tujuan seleksi yang diinginkan tercapai. Areal pertanaman dengan
kondisi lahan yang tidak homogen dapat menimbulkan kesulitan dalam
pengamatan pemilihan karena keragaan heterogen. Suatu individu tanaman
yang secara genetik kurang baik dapat memberikan penampilan baik bila
tumbuh pada lahan yang subur, dan sebaliknya.
Sedangkan seleksi ear to row merupakan modifikasi dari seleksi
massa. Pengujian seleksi ini dilakukan pada sejumlah tanaman (tongkol)
sesuai dengan kriteria seleksi yang diinginkan. Tongkol yang terpilih
kemudian dipipil, kemudian diberi nomor sendiri untuk setiap tongkolnya.
Pada tahun (tahun kedua seleksi), dilakukan evaluasi terhadap tongkol-tongkol
terpilih tersebut dengan cara menanam sebagian biji dari nomor terpilih
dengan menggunakan rancangan yang baik. Evaluasi dilakukan terutama
terhadap kemampuan berproduksi dan sifat-sifat lainnya, sesuai dengan tujuan
yang telah ditentukan sebelumnya.
Pada praktikum ini, yang menggunakan tanaman jagung sebagai
contoh, guna menerapkan metode seleksi untuk tanaman menyerbuk silang.
Keefektifan daripada metode seleksi yang digunakan, dapat dianalisis dengan
uji rerata 2 populasi dengan data tidak berpasangan (uji t). Berdasarkan uji t
tersebut, didapatkan hasil yang menyatakan bahwa antara populasi seleksi
massa dengan populasi seleksi ear to row terhadap tongkol jagung panjang
didapatkan hasil yang berbeda nyata (t hitung > t tabel). Hal ini menunjukkan
bahwa untuk seleksi terhadap tongkol jagung panjang menunjukkan adanya
perbedaan nilai yang dihasilkan pada populasi seleksi massa dan seleksi ear to
row tersebut. Pada seleksi ear to row, nilai rerata populasi lebih besar (12,88)
dibandingkan dengan rerata populasi seleksi massa (10,69). Sehingga dapat
disimpulkan bahwa untuk menyeleksi tanaman terhadap tongkol jagung
panjang, yang lebih efektif adalah menggunakan seleksi ear to row, selain itu
pada seleksi ini, tetua yang digunakan lebih jelas bila dibandingkan dengan
seleksi massa yang merupakan hasil persilangan secara acak sehingga sulit
diduga susunan genotipenya.
Dari uji t untuk tongkol jagung pendek, tidak menunjukkan beda
nyata (t hitung < t tabel) antara metode seleksi massa dan ear to row, sehingga
dapat dikatakan bahwa antara kedua metode tersebut dapat memberikan
tingkat keefektifan yang tidak jauh berbeda atau hampir sama. Hal ini
ditunjukkan pada rerata dari kedua populasi dengan nilai yang tidak berbeda
nyata, yaitu sebesar 9,59 untuk metode seleksi massa dan 9,26 untuk metode
ear to row terhadap tongkol pendek.
Seleksi dilakukan terhadap suatu populasi tanaman, dengan harapan
tanaman yang dipilih akan memberikan hasil yang lebih baik daripada
populasi sebelumnya. Besarnya kenaikan hasil yang akan diperoleh dapat
diperkirakan dengan menghitung kemajuan genetiknya secara
teoritis.Kemajuan genetik secara praktis, dapat diartikan sebagai kemajuan
seleksi yang dilakukan. Kemajuan seleksi (Δµ = R) merupakan selisih rerata
populasi awal dengan rerata populasi seleksi (µ0- µ1 = R), dimana µ0
merupakan rerata populasi awal (tetua) dan µ1 merupakan rerata populasi
seleksi.
Berdasarkan data pengamatan, dapat dihitung kemajuan seleksi
untuk metode seleksi massa pada tongkol panjang maupun pendek, masing-
masing bernilai positif sebesar 1,41 dan 2,52. Nilai positif menunjukkan
adanya kemajuan seleksi atau memberikan pengaruh yang baik, sehingga
dapat dikatakan bahwa seleksi massa yang dilakukan pada praktikum kali ini
menunjukkan kemajuan terhadap populasi awal. Secara teoritis, dapat
dijelaskan bahwa hasil dari seleksi massa terhadap tetuanya memberikan
bentuk adaptasi yang lebih luas terhadap lingkungan pada keturunannya.
Seleksi massa diharapkan memberikan suatu bentuk populasi anakan yang
memiliki fenotipe yang lebih baik dari indukan dengan menggabungkan antara
genotipe dan lingkungan. Hal ini dbuktikan bahwa dengan adanya seleksi
massa, akan terbentuk suatu populasi anakan yang memiliki genotipe yang
baik dan memiliki sifat adaptasi, kestabilan dan ketahanan yang tinggi
terhadap lingkungan.
Sedangkan pada seleksi ear to row terdapat perbedaan kemajuan
seleksi untuk tongkol panjang dan pendek. Seleksi memberikan pengaruh baik
pada populasi tongkol pendek yang ditandai dengan nilai positif, yaitu sebesar
2,84. Sedangkan pada populasi tongkol panjang, seleksi ear to row kurang
memberikan pengaruh yang baik atau bernilai negatif, yaitu sebesar -0,78. Hal
ini terjadi, besar kemungkinannya dipengaruhi oleh genotipe tetua, karena
pada seleksi ear to row penanaman anakan dilakukan per baris sesuai dengan
masing-masing tetuanya, sehingga memberikan bentuk adaptasi lingkungan
yang berbeda-beda, menyebabkan hasil yang didapatkan pada seleksi ear to
row tidak seutuhnya baik.
Seleksi adalah hal yang penting untuk membentuk suatu populasi
yang memiliki fenotipe yang baik berdasarkan genotipe dan pengaruh
lingkungan yang baik pula. Metode seleksi yang digunakan sangat bergantung
pada jenis tanaman serta tujuan seleksi. Pada praktikum ini, tanaman yang
digunakan adalah tanaman jagung, yang merupakan contoh tanaman
menyerbuk silang. Sedangkan tujuan dari seleksinya ialah mendapatkan
populasi tanaman yang memiliki ukuran tongkol berfenotipe baik. Metode
pemuliaan tanaman yang digunakan adalah metode seleksi massa dan seleksi
ear to row.
Hasil seleksi massa banyak memberikan keuntungan seperti,
memiliki daya adaptasi luas karena lebih dapat menyesuaikan diri terhadap
lingkungan yang beragam, memberikan kestabilan yang cukup stabil pada
kondisi lingkungan yang beragam, lebih tahan terhadap kerusakan secara
menyeluruh terhadap serangan suatu penyakit, namun memiliki kelemahan
karena tidak diketahui secara pasti tetuanya. Sedangkan seleksi ear to row
memiliki keuntungan untuk dapat menduga susunan genotipenya karena
diketahui tetuanya, dan memilki kelemahan dalam hal adaptasi terhadap
lingkungan karena sangat dipengaruhi oleh penurunan sifat tetuanya terhadap
lingkungan sehingga dalam pertanamannya perlu diperhatikan kondisi fisik
lingkungannya untuk mendapatkan suatu populasi yang seragam.

I. KESIMPULAN

1. Berdasarkan uji t, populasi untuk tongkol panjang pada tanaman jagung


menunjukkan beda nyata antara metode seleksi massa dan ear to row,
sedangkan untuk tongkol pendek tidak menunjukkan adanya beda nyata.
2. Kemajuan seleksi bernilai positif untuk seleksi massa tongkol panjang dan
pendek serta seleksi ear to row tongkol pendek, sedangkan seleksi ear to row
tongkol panjang bernilai negatif.
3. Metode seleksi yang paling baik digunakan untuk tongkol panjang adalah
seleksi massa, sedangkan untuk tongkol pendek adalah seleksi ear to row.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1998. Simposium Pemuliaan Tanaman I.


<http//:www.daunhijau.blogspot.com>. Diakses 16 Februari 2010

Borojevic, S. 1990. Principles and Metods of Plant Breeding. Elsevier Sci. Pub.
Co. Amsterdam.

Johnson, H. W., H. F. Robinson,and R. E. Comstock. 1995. Estimate of genetic


and environmental variability in soybeans. Agronomy Journal. 47: 314-
318

Meddy, R., Ahmad Baihaki, Ridwan Setiamihardja dan Sulya Djaka Sutami.
1996. Seleksi beberapa genotipe kedelai untuk lingkungan tercekam
tumpang sari dengan singkong. Zuriat 7(2): 68-75
Pinaria, A., A. Baihaki, R. Setia Mihardja dan a.a. Daradjat. 1995. Variabilitas
genetik dan heritabilitas karakter dan biomassa 53 genotip kedelai. Zuriat
6(2): 88-92

Rosmini, H. 1998. Seleksi galur-galur padi pada lahan pasang surut aktual dan
semi potensial. Kalimantan Agricultura 5(1): 67-71

Sitompul, S.M. dan B. Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah


Mada University Press. Yogyakarta.

Vela, C.M. dan K.J. Frey. 1972. Optimum environment for maximizing
heritability and genetic gain from selection. Iowa State J.Sci. 46 : 381-394

LAMPIRAN

You might also like