You are on page 1of 123

i

KONSTITUEN PASCAVERBA INTRANSITIF


BERAFIKS BE(R)- DALAM BAHASA INDONESIA:
SUATU KAJIAN SINTAKSIS

SKRIPSI

diajukan untuk dipertahankan dalam Sidang Sarjana


pada Program Strata Satu Jurusan Sastra Indonesia

Oleh

Heru Pratikno
H1A050035

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS PADJADJARAN

JATINANGOR

2009
i

KONSTITUEN PASCAVERBA INTRANSITIF


BERAFIKS BE(R)- DALAM BAHASA INDONESIA:
SUATU KAJIAN SINTAKSIS

SKRIPSI

diajukan untuk dipertahankan dalam Sidang Sarjana


pada Program Strata Satu Jurusan Sastra Indonesia

Oleh

Heru Pratikno
H1A050035

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS PADJADJARAN

JATINANGOR
i
ii

2009
iii

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Konstituen Pascaverba Intransitif Berafiks Be(R)- dalam Bahasa

Indonesia: Suatu Kajian Sintaksis

Nama : Heru Pratikno

NPM : H1A050035

Jatinangor, 9 November 2009

Pembimbing utama, Pembimbing Pendamping,

H. Agus Nero Sofyan, M.Hum. Hardiati, M.Hum.

NIP 196606171992031002 NIP 196010091985082001

Disahkan Disetujui

Dekan Fakultas Sastra Ketua Program Studi

iii
iv

LEMBAR PERSEMBAHAN

Tuhanmu lebih mengetahui


apa yang ada dalam hatimu;
jika kamu orang-orang yang baik,
maka sesungguhnya Dia Maha Pengampun
bagi orang-orang yang bertaubat.
(AL ISRAA’: 25)

“Kebenaran tidak datang dari langit,


dia mesti diperjuangkan
untuk menjadi benar…”
-Pramoedya Ananta Toer-

Sebuah karya kecil ini kupersembahkan untuk

Ayah, Ibu, dan Adik-adikku yang senantiasa berdoa,

semoga Allah swt selalu membimbing dan menuntun mereka

iv
v

ke jalan kebenaran.
vi

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Konstituen Pascaverba Intransitif Berafiks Be(R)-


dalam Bahasa Indonesia: Suatu Kajian Sintaksis”. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode deskriptif yang bertujuan memberikan gambaran data
secara sistematis, faktual, dan akurat.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah surat kabar
Media Indonesia, Republika, dan Kompas. Selain itu, penulis juga menelusuri
majalah Tempo untuk dijadikan bagian dari sumber data.
Kajian teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah kajian sintaksis,
meliputi konstituen pascaverba, klasifikasi verba, afiksasi, kata, frasa, dan klausa.
Permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini adalah fungsi, kategori, serta
konstruksi sintaktis sebagai konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)-.
Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa konstituen
pascaverba intransitif berafiks be(R)- dapat diisi oleh fungsi pelengkap dan
keterangan. Selanjutnya, konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- dapat
pula diisi oleh kategori sintaktis berupa nomina atau frasa nominal, verba atau
frasa verbal, adjektiva atau frasa adjektival, frasa numeralia, dan farasa
preposisional. Selain itu, konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- dapat
diisi oleh konstruksi sintaktis yang berupa kata, frasa, dan klausa.

vi
vii
viii

ABSTRACT

The title of this research is “Konstituen Pascaverba Intransitif Berafiks


Be(R)- dalam Bahasa Indonesia: Suatu Kajian Sintaksis”. The research uses a
descriptive method, whose purpose is to systematically, factually, and accurately
describe and prtray the data acquired.
The sources used in this research are newspapers, which include Media
Indonesia, Republika, and Kompas. Besides, in this research, the writer also
makes use of the Tempo magazine as a data supply.
The theory used in this research is syntax. The problems identified here
are functions, categories, and syntactic constructions as post-verb intransitive
constituents with affix be(R)-.
From the research it can be observed that post-verb intransitive
constituents with affix be(R)- can be filled by complement functions and adverbs.
Next, post-verb intransitive constituents with affix be(R)- can also be filled by
syntactic categories, nominal or nominal phrases, verb or verb phrases, adjectival
or adjectival phrases, numeral phrases, and prepositional phrases. More to the
point, post-verb intransitive constituents with affix be(R)- can also be filled by
syntactic constructions of words, phrases, and clauses.

viii
ix
x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah subhanahuwataala

karena atas rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi ini

berjudul “Konstituen Pascaverba Intransitif Berafiks Be(R)- dalam Bahasa

Indonesia: Suatu Kajian Sintaksis”.

Skripsi ini diajukan untuk dipertahankan dalam Ujian Sidang Sarjana

Strata Satu pada Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas

Padjadjaran.

Pada kesempatan ini, rasa terima kasih penulis sampaikan kepada pihak-

pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini, di antaranya sebagai

berikut.

1. Rektor Universitas Padjadjaran, Prof. Dr. Ganjar Kurnia, Ir., DEA.,

2. Dekan Fakultas Sastra, Prof. Dr. Dadang Suganda, M.Hum.,

3. Ketua Program Studi Sastra Indonesia, Baban Banita, M.Hum.,

4. dosen pembimbing utama, H. Agus Nero Sofyan, M.Hum.,

5. dosen pembimbing pendamping, Hardiati, M.Hum.,

6. dosen wali, Hj. Yeti Setianingsih, Dra.,

7. seluruh pengajar Program Studi Sastra Indonesia, dan

8. teman-teman seperjuangan Sastra Indonesia angkatan 2005.

Semoga Allah subhanahuwataala memberikan balasan atas segala jasa

dan bantuan yang telah diberikan dengan tulus dan ikhlas kepada penulis.
x
xi

Seluruh isi skripsi ini merupakan hasil karya penulis sendiri dan bukan

merupakan jiplakan atau saduran semata. Oleh sebab itu, penulis berani

bertanggung jawab atas segala isi yang terkandung di dalamnya.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu

pengetahuan linguistik dan memberikan pengetahuan khususnya pada kajian

sintaksis.

Jatinangor, 9 November 2009

Penulis
xii

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

Penulisan Singkatan

MI : Media Indonesia

K : Kompas

R : Republika

T : Majalah Tempo

Penulisan Lambang

* : menandai bentuk yang tidak grmatikal/ tidak berterima

(/) : menandai hadir atau tidak hadir unsur gramatikal (morfem terikat)

Penulisan Sumber Data

(xx, xx/xx/xx-xx-xxxx)

nama surat kabar

halaman

kolom

tanggal

bulan

tahun

xii
xiii
xiv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………………………………………… i


LEMBAR PENGESAHAN ……………………………………………. ii
LEMBAR PERSEMBAHAN …………………………………………. iii
ABSTRAK ……………………………………………………………… iv
ABSTRACT ……………………………………………………………. v
KATA PENGANTAR …………………………………………………. vi
DAFTAR SINGKATAN ………………………………………………. viii
DAFTAR ISI …………………………………………………………… ix

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah …………………………...…… 1
1.2 Pembatasan Masalah ……………………………………. 13
1.3 Identifikasi Masalah …………………………………….. 13
1.4 Tujuan Penelitian ……………………………………...… 14
1.5 Kegunaan Penelitian …………………………………….. 14
1.6 Metode dan Teknik Penelitian ……………..………….... 15
1.7 Sumber Data Penelitian …………………………………. 16

BAB II LANDASAN TEORI


2.1 Konstituen ……………………………………………..….. 17
2.2 Konstituen Pascaverba …………………………………… 18
2.3 Batasan Verba ……….…………………………………… 18
2.3.1 Verba dari Segi Perilaku Morfologis …………….. 19
2.3.2 Verba dari Segi Perilaku Sintaktis ………………. 19
2.3.2.1 Verba Transitif ……………………………. 20
2.3.2.2 Verba Intransitif ……………………….….. 21
2.3.3 Verba dari Segi Perilaku Semantis ………………. 22

xiv
xv

2.4 Proses Morfologis ………………………………………… 22


2.4.1 Afiksasi …………………………………………….. 23
2.4.2 Reduplikasi ………………………………………… 25
2.4.3 Komposisi ………………………………………….. 26
2.5 Fungsi Sintaktis ………………………………………….. 26
2.5.1 Subjek ……………………………………………… 27
2.5.2 Predikat ……………………………………………. 27
2.5.3 Objek ………………………………………………. 28
2.5.4 Pelengkap ………………………………………….. 29
2.5.4.1 Pelengkap Wajib .……………………….. 30
2.5.4.2 Pelengkap Tidak Wajib ………………… 30
2.5.5 Keterangan ………………………………………… 30
2.5.5.1 Keterangan Wajib ………………………. 31
2.5.5.2 Keterangan Tidak Wajib ………………. 31
2.6 Kategori Sintaktis ………………………………………... 30
2.6.1 Nomina …………………………………………….. 32
2.6.2 Verba ………………………………………………. 33
2.6.3 Adjektiva …………………………………………... 35
2.6.4 Pronomina …………………………………………. 36
2.6.5 Numeralia ………………………………………….. 36
2.6.6 Adverbia …………………………………………… 37
2.6.7 Preposisi ……………………………………………. 37
2.6.8 Konjungsi …………………………………………... 37
2.7 Konstruksi Sintaktis …………………………………….... 38
2.7.1 Kata ………………………………………………… 38
2.7.2 Frasa ……………………………………………….. 39
2.7.2.1 Frasa Endosentrik ………………………… 40
2.7.2.1.1 Frasa Endosentrik Koordinatif … 40
2.7.2.1.2 Frasa Endosentrik Atributif ……. 41
2.7.2.1.3 Frasa Endosentrik Apositif …….. 41
2.7.2.2 Frasa Eksosentrik …………………………. 41
xvi

2.7.2.2.1 Frasa Eksosentrik Direktif ……... 41


2.7.2.2.2 Frasa Eksosentrik Objektif …….. 42

2.7.3 Klausa ……………………………………………… 42


2.7.3.1 Klausa Bebas ………………………………. 43
2.7.3.2 Klausa Terikat …………………………….. 43
2.7.4 Kalimat …………………………………………….. 44

BAB III ANALISIS KONSTITUEN PASCAVERBA INTRANSITIF


BERAFIKS BE(R)- DALAM BAHASA NDONESIA
3.1 Fungsi Sintaktis Konstituen Pascaverba Intransitif
Berafiks Be(R)- ………………………………………….. 46
3.1.1 Konstituen dengan Fungsi Pelengkap …………… 46
3.1.1.1 Pelengkap Wajib ………………………….. 46
3.1.1.2 Pelengkap Tidak Wajib …………………... 48
3.1.2 Konstituen dengan Fungsi Keterangan ………….. 49
3.1.2.1 Keterangan Wajib ………………………… 50
3.1.2.2 Keterangan Tidak Wajib …………………. 51
3.2 Kategori Sintaktis Konstituen Pascaverba Intransitif
Berafiks Be(R)- ………………………………………….. 53
3.2.1 Konstituen dengan Kategori Nomina atau Frasa
Nominal ………………………………………….. 54
3.2.2 Konstituen dengan Kategori Verba atau Frasa
Verbal ……………………………………………. 55
3.2.3 Konstituen dengan Kategori Adjektiva atau
Frasa Adjektival ……………………………….... 56
3.2.4 Konstituen dengan Frasa Numeralia ………….. 57
3.2.5 Konstituen dengan Frasa Preposisional ………. 58
3.3 Konstruksi Sintaktis Konstituen Pascaverba
Intransitif Berafiks Be(R)- ……………………………... 59
3.3.1 Konstituen Berupa Kata …………………………. 59
xvii

3.3.1.1 Bentuk Dasar ……………………………... 59


3.3.1.2 Bentuk Turunan ………………………….. 60

3.3.2 Konstituen Berupa Frasa ………………………… 61


3.3.2.1 Frasa Endosentrik ………………………… 61
3.3.2.1.1 Frasa Endosentrik Koordinatif … 62
3.3.2.1.2 Frasa Endosentrik Atributif …….. 64
3.3.2.1.3 Frasa Endosentrik Apositif ……… 66
3.3.2.2 Frasa Eksosentrik ………………………….. 68
3.3.2.2.1 Frasa Eksosentrik Direktif ……….68
3.3.2.2.2 Frasa Eksosentrik Objektif ……… 70
3.3.3 Konstituen Berupa Klausa ………………………… 73
3.3.3.1 Konstituen Berupa Klausa Bebas ………….73
3.3.3.2 Konstituen Berupa Klausa Terikat ……….. 75

BAB IV PENUTUP
4.1 Simpulan …………………………………………………… 78
4.2 Saran ……………………………………………………….. 79

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………… 80


DAFTAR KAMUS ……………………………………………………… 81
DAFTAR SITUS ………………………………………………………… 82
RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN
xviii
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh

para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan

mengidentifikasikan diri. Bahasa mempunyai peranan penting dalam kehidupan

sehari-hari karena melalui bahasa manusia dapat menyampaikan pikiran,

perasaan, dan idenya kepada orang lain. Dengan adanya bahasa, baik itu bahasa

lisan, tulis, maupun isyarat orang akan melakukan suatu komunikasi dan kontak

sosial.

Bahasa yang digunakan baik lisan maupun tulis terdiri atas satuan-satuan

yang berisi tentang pernyataan yang memiliki intonasi final. Satuan-satuan bahasa

itulah yang kita kenal dengan kalimat. Kalimat memiliki struktur sintaktis yang

unsur-unsurnya saling berkaitan. Unsur-unsur tersebut mencakup fungsi sintaktis,

kategori sintaktis, dan konstruksi sintaktis.

Yang termasuk ke dalam fungsi sintaktis yaitu subjek, predikat, objek,

pelengkap, dan keterangan. Kategori sintaktis berkaitan dengan kelas kata, antara

lain, nomina, verba, adjektiva, pronomina, adverbia, numeralia, pronomina, dan

kata tugas. Konstruksi sintaktis, misalnya, kata, frasa, dan klausa. Ketiga unsur

sintaktis memiliki kaitan yang erat dan tidak dapat dipisahkan dalam konstruksi

sebuah kalimat.
1
2

Berbicara tentang kategori sintaktis verba merupakan satu di antara bagian

yang dibicarakan dalam kategori sintaktis. Dalam tataran fungsi sintaktis, verba

pada umumnya mengisi fungsi predikat. Jika dilihat berdasarkan segi bentuknya,

Alwi, dkk. (2003: 98) mengelompokkan verba menjadi verba asal dan verba

turunan. Verba asal adalah verba yang dapat berdiri sendiri tanpa afiks dalam

konteks sintaktis, contohnya mandi, sakit, pergi, minum, dan sebagainya. Verba

turunan adalah verba yang harus atau dapat memakai afiks, bergantung pada

tingkat keformalan bahasa pada posisi sintaktisnya. Verba turunan dapat dibentuk

melalui afiksasi (pengimbuhan), reduplikasi (pengulangan), dan komposisi

(pemajemukan).

Ramlan (1985: 55) mengatakan pengimbuhan atau afiksasi adalah suatu

satuan gramatik terikat yang di dalam suatu kata merupakan unsur yang bukan

kata atau pokok kata, yang sanggup melekat pada satuan-satuan lain untuk

membentuk kata atau pokok kata baru. Berkaitan dengan verba turunan yang

berafiks, contohnya berlari pada awalnya berupa verba dasar lari kemudian

mengalami penambahan afiks yang berupa prefiks (awalan) be(R)-.

Dilihat berdasarkan banyaknya nomina yang mendampingi, Kridalaksana

(1994: 52) membedakan verba menjadi dua.

A. Verba transitif ialah verba yang bisa mempunyai atau harus mendampingi

objek.

Misalnya:

(1) Lukman membeli hati dan lidah. (R, 5/3/23-3-2009/www.republika.co.id)


3

(2) Pemerintah Malaysia masih membutuhkan tenaga kerja Indonesia (TKI)

asal Provinsi Nangroe Aceh Darussalam (NAD) untuk bekerja di

sejumlah perusahaan di negara tetangga itu. (K, 1/1/22-12-2008/

www.kompas.com)

Pada kedua contoh kalimat di atas terdapat objek sebagai konstituen

pascaverba, kalimat seperti itulah yang dinamakan kalimat berverba transitif.

Yang menjadi objek dalam kalimat di atas adalah pada kalimat (1) hati dan lidah,

sedangkan pada kalimat (2) tenaga kerja Indonesia (TKI) asal Provinsi Nangroe

Aceh Darussalam (NAD). Objek tersebut dapat dipindahposisikan menjadi subjek

dalam kalimat pasif seperti berikut.

(1a) hati dan lidah dibeli (oleh) Lukman.

(2b) tenaga kerja Indonesia (TKI) asal Provinsi Nangroe Aceh Darussalam

(NAD) masih dibutuhkan (oleh) Pemerintah Malaysia untuk bekerja di

sejumlah perusahaan di negara tetangga itu.

Kalimat seperti pada nomor (1a) dan (2b) adalah kalimat pasif dalam

bahasa Indonesia yang beracuan pada kalimat aktif sebelumnya. Kalimat tersebut

maknanya tetap sama, tetapi ada perubahan struktur dan fungsi kalimatnya.

Perubahan dari kalimat sebelumnya adalah struktur predikat membeli menjadi

dibeli; membutuhkan menjadi dibutuhkan; dan fungsi objek hati dan lidah,

tenaga kerja Indonesia (TKI) asal Provinsi Nangroe Aceh Darussalam (NAD)

berpindah menjadi fungsi subjek.

B. Verba intransitif ialah verba yang menghindarkan objek.

Misalnya:
4

(3) Uji coba itu berjalan mulus. (R, 1/1/12-11-2008/www.republika.co.id)

(4) Anjing gila berkeliaran di sekitar tempat tinggal mereka. (MI, 1/1/19-5-

2009/www.mediaindonesia.com)

Konstituen pascaverba yang ada dalam kedua kalimat (3) dan (4) bukan

merupakan objek karena tidak dapat dipindahposisikan menjadi subjek dalam

kalimat pasif. Konstruksi semacam inilah yang dinamakan kalimat berverba

intransitif.

Afiksasi be(R)- pada contoh (3) merupakan bentuk dasar verba satu di

antara proses yang menghasilkan verba intransitif. Verba intransitif yang

diturunkan oleh prefiks be(R)- contohnya sangat produktif, sedangkan pada

contoh (4) verba be(R)- + ke-an berkategori nomina sangat terbatas jumlahnya

karena tidak semua bentuk ke-an bisa dilekati afiks be(R)-.

Konfiks ke-an yang membentuk verba tidak bisa dilekati prefiks be(R)-.

Perhatikan ekspresi berikut.

(a) ketiduran, kehilangan, kejatuhan, dan ketinggalan.

(b)* berketiduran, berkehilangan, berkejatuhan, dan berketinggalan.

Kata mulus sebagai konstituen pascaverba intrasitif berafiks be(R)- pada

kalimat (3) mengisi fungsi pelengkap yang bersifat wajib, artinya apabila

pelengkap yang ada setelah verba intrasitif berafiks be(R)- dilesapkan kalimat

tersebut menjadi tidak lengkap dan keberterimaannya pun menjadi terganggu.

Berikut kalimat (3) apabila fungsi pelengkapnya dilesapkan.

(3)* Uji coba itu berjalan


5

Kemudian pada kalimat (4) konstituen pascaverba intrasitif berafiks

be(R)-mengisi fungsi keterangan yang sifatnya mobil atau dinamis, keadaan

seperti itu menunjukkan keterangan yang ada setelah verba dapat berpindah

tempat dan kalimatnya pun masih bisa berterima. Berikut kalimat (4) apabila

fungsi keterangannya diputarbalikkan.

(4a) Di sekitar tempat tinggal mereka anjing gila berkeliaran.

(4b) Anjing gila di sekitar tempat tinggal mereka berkeliaran.

Sifat yang dinamis dari fungsi keterangan dapat dipindahposisikan ke

depan bagian kalimat atau di antara bagian konstituen yang ada. Akan tetapi,

fungsi keterangan yang ada tidak berubah; dengan kata lain konsisten atau tetap

sebagai keterangan. Selain sifat yang dinamis kalimat (4) fungsi keterangannya

tidak wajib, artinya ketika keterangan dihilangkan kalimat tersebut masih dapat

berterima. Berikut kalimat (4) apabila fungsi keterangannya dilesapkan.

(4c) Anjing gila berkeliaran

Kridalaksana (2001: 100) mengatakan kategori adalah golongan satuan

bahasa yang anggotanya mempunyai perilaku sintaksis dan sifat hubungan yang

sama. Berdasarkan kategori sintaktisnya konstituen pascaverba intrasitif berafiks

be(R)- pada kalimat (3), yaitu fungsi pelengkap kata mulus mengisi kategori

adjektiva karena bisa diuji dengan adverbial sangat, agak, lebih, dsb.

Berbicara tentang bentuk sintaktis antara lain mengenai kata, frasa, dan

klausa. Konstituen pascaverba intrasitif berafiks be(R)- pada kalimat (4) mengisi

fungsi keterangan, yaitu di sekitar tempat tinggal mereka. Konstruksi seperti itu

dinamakan dengan frasa preposisional.


6

Verba sebagai konstituen yang utama dalam sebuah kalimat sangat

berperan untuk menentukan kehadiran fungsi-fungsi sintaktisnya. Verba secara

sintaktis lebih mendominasi kehadiran satuan-satuan fungsional dalam kalimat,

yaitu subjek, objek, pelengkap, dan keterangan dalam sebuah kalimat. Penentuan

fungsi kalimat sangat ditentukan oleh pemakaian verba, baik yang menyertai

maupun yang disertainya bergantung pada sifat ketransitifan verba.

Dalam realisasinya pada kalimat, verba memiliki kemungkinan

didampingi oleh konstituen. Konstituen pendamping verba tersebut bisa berada di

sebelah kiri atau di sebelah kanan. Konstituen sebelah kanan verba penulis

namakan konstituen pascaverba. Konstituen pascaverba intransitif bisa berupa

pelengkap dan keterangan. Kehadiran konstituen lain dalam sebuah konstruksi

kalimat bergantung pada verba dalam konstruksi tersebut. Berikut ini adalah

beberapa contoh analisis kalimat yang memiliki verba be(R)- + disertai konstituen

pendamping kanan.

(5) Pemerintah pusat berkeinginan untuk membeli saham 2008 sekaligus 2009.

(T, 4/3/2-7-2009/www.tempointeraktif.com)

(6) Tito berkeberatan dengan putusan terhadap dirinya. (K, 1/2/2-3-2009/

www.kompas.com)

Pada kalimat (5) dan (6) apabila kita lihat berdasarkan fungsi sintaktisnya,

yaitu Pemerintah pusat dan Tito mengisi fungsi subjek; berkeinginan dan

berkeberatan mengisi fungsi predikat; untuk membeli saham 2008 sekaligus 2009

dan dengan putusan terhadap dirinya mengisi fungsi keterangan. Kata


7

berkeinginan dan berkeberatan merupakan jenis verba yang intransitif karena

tidak memerlukan objek sebagai pendamping kanannya.

Fungsi sintaktis konstituen pascaverba intrasitif berafiks be(R)- pada

kalimat (5) diisi oleh fungsi keterangan. Keterangan yang hadir pada verba

berkeinginan dapat dibuktikan dengan munculnya kata untuk dalam kelas kata

bahasa Indonesia kita kenal dengan istilah preposisi atau kata depan. Kehadiran

konstituen keterangan pada kalimat (5) menunjukkan keharusan dalam sebuah

konstruksi kalimat. Itu artinya, apabila keterangan dihilangkan dalam kalimat (5)

maka kalimat itu menjadi tidak lengkap. Berikut kalimat (5) apabila fungsi

keterangannya dilesapkan.

(5)* Pemerintah pusat berkeinginan

Hilangnya konstituen pascaverba intrasitif berafiks be(R)- pada kalimat

(5)* dapat menimbulkan pertanyaan karena tidak adanya tujuan dari subjek.

Keterangan sebagai konstituen pascaverba intrasitif berafiks be(R)- yang hadir

pada konstruksi kalimat (5) berperan sebagai tujuan yang menerangkan subjek.

Konstituen pendamping kanan verba intrasitif berafiks be(R)- pada kalimat

(6) juga diisi oleh fungsi keterangan. Akan tetapi, kehadiran konstituen

keterangan yang ada pada verba intransitif berafiks be(R)- tidak menjadi

keharusan atau dengan kata lain opsional. Berikut kalimat (6) apabila fungsi

keterangannya dilesapkan.

(6a) Tito berkeberatan

Tidak menjadi masalah ketika fungsi keterangan dihilangkan pada kalimat

(6a) di atas. Secara penalaran kalimat tersebut masih berterima dan bisa
8

dimengerti. Munculnya partikel dengan pada kalimat (6) merupakan preposisi

atau kata depan. Berdasarkan kategori sintaktis partikel dengan biasanya

tergolong dalam keterangan yang menyatakan cara.

Fungsi imbuhan be(R)- pada kedua verba di atas berlainan, di antaranya

pada kata berkeinginan membentuk kata kerja aktif, sedangkan pada kata

berkeberatan membentuk kata sifat. Ketentuan itu bisa kita lihat dari bentuk

dasarnya yakni ingin dan berat.

Makna bentuk verba berkeinginan dan berkeberatan pada kalimat di atas

berbeda, tetapi imbuhan yang menyertai kata dasarnya sama yaitu be(R)- + ke-an.

Alwi, dkk. (2003: 139) membedakan makna verba be(R)-, yakni bila dasarnya

berupa nomina akan menghasilkan makna mempunyai, menggunakan, dan

menghasilkan. Jadi, pada verba berkeinginan maknanya adalah mempunyai

keinginan, sedangkan pada verba berkeberatan maknanya yaitu merasa keberatan

karena kata sifat.

Pada kata keinginan dan keberatan juga terdapat imbuhan yakni ke-an,

fungsi dari konfiks ke-an yakni membentuk nomina abstrak. Kridalaksana (2005:

785) mengatakan, “Nomina abstrak adalah nomina yang biasanya berasal dari

adjektiva dan verba yang tidak menunjuk pada sebuah objek, tetapi pada suatu

kejadian atau pada suatu abstraksi”.

Kedua bentukan verba intrasitif berafiks be(R)- di atas sama-sama

memiliki tiga morfem, yakni satu morfem bebas dan dua morfem terikat secara

morfologis. Badudu (1987: 66) menyatakan, “Morfem yang dapat berdiri sendiri

disebut morfem bebas, sedangkan morfem terikat adalah morfem yang tidak dapat
9

berdiri sendiri dan selalu muncul bersama-sama dengan morfem lain”. Morfem

terikat secara morfologis artinya morfem tersebut harus bergabung dengan bentuk

lain, sehingga menjadi bentuk yang lebih kompleks dan akhirnya memiliki makna

secara gramatikal.

Verba berkeinginan terdiri atas satu morfem bebas yakni ingin dan dua

morfem terikat yakni ke-an dan be(R)-. Begitu pula dengan verba berkeberatan

terdiri atas satu morfem bebas yakni berat dan dua morfem terikat yakni ke-an

dan be(R)-. Dalam kaidah pembentukan kata, verba-verba tersebut harus

mengalami proses sebelum menjadi bentuk yang lebih kompleks. Urutannya

adalah ingin, berat menjadi keinginan, keberatan kemudian menjadi

berkeinginan, berkeberatan.

Setelah menganalisis kalimat intransitif verba be(R)- dengan fungsi

sintaksis berupa keterangan sebagai konstituen pascaverba dan kategori sintaksis

berupa preposisi juga sebagai konstituen pascaverba. Selanjutnya penulis masih

akan menganalisis konstituen pascaverba be(R)- berdasarkan fungsi, kategori, dan

konstruksi sintaktisnya.

Berikut ini adalah jenis kalimat yang memiliki verba intransitif berafiks

be(R)-.

(7) Orang Cina berkegiatan ekonomi di kota-kota, orang Melayu di luar wilayah

kota. (T, 9/3/17-3-2008/www.tempointeraktif.com)

(8) Anggaran 2009 dan 2010 Harus Berkesinambungan (R, 14-4-2009/

www.republika.co.id)
10

(9) Penumpang itu berkewarganegaraan Indonesia. (T, 1/2/7-1-2005/

www.tempointeraktif.com)

Kalimat (7), (8), dan (9) berdasarkan fungsi sintaksisnya adalah Orang

Cina, Anggaran 2009 dan 2010, dan Penumpang itu mengisi fungsi subjek;

berkegiatan, berkesinambungan, dan berkewarganegaraan mengisi fungsi

predikat; ekonomi, Ø, dan Indonesia mengisi fungsi pelengkap. Kata berkegiatan,

berkesinambungan, dan berkewarganegaraan merupakan jenis verba yang

intransitif karena tidak memerlukan objek sebagai pendamping kanannya.

Lebih khusus untuk kalimat (8) tidak memiliki konstituen pascaverba,

keadaan seperti itu kita sebut dengan Ø (zero). Ø (zero ) artinya keadaan kosong

setelah verba be(R)-. Pada kata berkesinambungan merupakan akhir dari intonasi

sebuah kalimat. Kalimat seperti nomor (8) itu tetap saja bisa kita pahami dan tidak

terganggu keberterimaannya karena secara sintaktis dan semantis maknanya tetap

ada.

Fungsi sintaktis konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- pada

kalimat (7) diisi oleh fungsi pelengkap. Pelengkap yang hadir pada verba

berkegiatan yakni ekonomi. Kata ekonomi dalam kalimat itu bukan termasuk

sebagai fungsi objek, melainkan mengisi fungsi pelengkap karena secara distribusi

tidak dapat diputarbalikkan menjadi subjek dalam kalimat pasif. Pelengkap dalam

kalimat (7) dapat dibuktikan dengan verba yang ada, yakni terdapat imbuhan

be(R)-. Dalam bahasa Indonesia imbuhan be(R)- termasuk dalam jenis verba yang

tidak memerlukan objek atau verba intransitif.


11

Kehadiran konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- yang berupa

pelengkap pada kalimat (7) menunjukkan keharusan dalam sebuah konstruksi

kalimat atau yang kita sebut dengan pelengkap wajib. Itu artinya, apabila

pelengkap dihilangkan dalam kalimat (7) maka kalimat itu menjadi tidak jelas

maksudnya dan kurang lengkap untuk membentuk sebuah kontruksi. Berikut

kalimat (7) apabila fungsi pelengkapnya dilesapkan.

(7)* Orang Cina berkegiatan

Sama halnya seperti pada kalimat (5), ketika konstituen pascaverba

intransitif berafiks be(R)- dihilangkan kalimat tersebut menjadi tidak sempurna.

Kehadiran fungsi pelengkap pada kalimat (7) sangat diperlukan karena sebagai

penjelas predikat. Kesempurnaan kalimat juga bergantung pada predikat yang

mengikutinya.

Konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- pada kalimat (9) juga

diisi oleh fungsi pelengkap. Pelengkap yang ada pada verba berkeberatan sangat

diperlukan kehadirannya, sebab apabila dihilangkan konstituen kanannya

keberterimaan kalimat itu menjadi terganggu. Munculnya kata Indonesia pada

kalimat (9) dalam kelas kata bahasa Indonesia tergolong nomina. Nomina yang

seperti itu termasuk jenis nomina bernyawa karena sebagai pengganti nama

kelompok manusia.

Fungsi imbuhan be(R)- pada verba di atas adalah kata berkegiatan dan

berkesinambungan membentuk verba aktif, sedangkan pada kata

berkewarganegaraan membentuk nomina abstrak. Terbentuknya nomina bisa

diuji dengan memakai adverbial bukan. Ketentuan untuk menggolongkan fungsi


12

imbuhan be(R)- bisa kita lihat dari bentuk dasarnya yakni giat, sambung, dan

warga negara.

Makna bentukan verba berkegiatan, berkesinambungan, dan

berkewarganegaraan pada kalimat di atas berbeda, imbuhan yang menyertai kata

dasarnya pun berbeda. Pada verba berkegiatan maknanya adalah melakukan

kegiatan, sedangkan pada verba berkesinambungan dan berkewarganegaraan

maknanya adalah memiliki kesinambungan, dan memiliki kewarganegaraan.

Pada kata kegiatan, kesinambungan, dan kewarganegaraan juga terdapat

imbuhan, yakni ke-an, fungsi dari konfiks ke-an adalah membentuk nomina

abstrak. Nomina yang demikian belum memiliki bentuk konkret atau wujud yang

nyata.

Ketiga bentukan verba tersebut memiliki jumlah morfem yang berbeda-

beda. Verba berkegiatan terdiri dari satu morfem bebas yakni giat, dan dua

morfem terikat yakni ke-an dan be(R)-. Pada verba berkesinambungan terdiri atas

satu morfem bebas yakni sambung, dan tiga morfem terikat yakni -in-, ke-an, dan

be(R)-. Dalam afiksasi morfem terikat seperti -in- dinamakan infiks atau sisipan.

Selanjutnya, pada verba berkewarganegaraan terdiri dri dua morfem bebas yakni

frasa nomina warga negara, dan dua morfem terikat juga yakni ke-an dan be(R)-.

bentuk kewarganegaraan harus dirangkaikan menjadi kesatuan kerena

melekatnya konfiks ke-an.

Dalam kaidah pembentukan kata, verba-verba tersebut harus mengalami

proses sebelum menjadi bentuk yang lebih kompleks. Urutannya adalah sebagai

berikut.
13

A. giat, menjadi kegiatan, kemudian menjadi berkegiatan;

B. sambung, menjadi sinambung, kemudian menjadi kesinambungan, dan

selanjutnya menjadi berkesinambungan; dan

C. warga negara, menjadi kewarganegaraan, kemudian menjadi

berkewarganegaraan.

Analisis kalimat intransitif verba be(R)- dengan konstituen pendamping

kanan membuktikan kehadiran fungsi sintaktisnya hanya berupa pelengkap dan

keterangan. Kemudian kategori sintaksis sebagai pendamping kanan berupa

nomina, adjektiva, dan frasa preposisional.

1.2 Pembatasan Masalah

Melihat jumlah verba yang berafiks dalam bahasa Indonesia cukup

banyak, penulis membatasi permasalahan dengan hanya menganalisis verba

intransitif berafiks be(R)-. Penulis tertarik membahas masalah ini karena verba

intransitif berafiks be(R)- dalam bahasa Indonesia memiliki beragam konstituen

kanannya. Yang menjadi konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- juga

dibatasi, yaitu hanya pada fungsi, kategori, dan konstruksi sintaktis.

1.3 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan dalam latar belakang masalah.

Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Apa saja yang menjadi fungsi sintaktis sebagai konstituen pascaverba

intransitif berafiks be(R)-?


14

2. Apa saja yang menjadi kategori sintaktis sebagai konstituen pascaverba

intransitif berafiks be(R)-? dan

3. Apa saja yang menjadi konstruksi sintaktis sebagai konstituen pascaverba

intransitif berafiks be(R)-?

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah yang dikemukakan, tujuan penelitian ini

adalah sebagai berikut.

1. mendeskripsikan fungsi sintaktis sebagai konstituen pascaverba intransitif

berafiks be(R)-;

2. mendeskripsikan kategori sintaktis sebagai konstituen pascaverba

intransitif berafiks be(R)-; dan

3. mendeskripsikan konstruksi sintaktis sebagai konstituen pascaverba

intransitif berafiks be(R)-.

1.5 Kegunaan Penelitian

Penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi perkembangan

linguistik, khususnya dalam pembahasan mengenai fungsi, kategori, dan

konstruksi sintaksis yang menjadi konstituen pascaverba intransitif berafiks

be(R)- dalam bahasa Indonesia. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat

memberikan sumbangan informasi untuk penelitian berikutnya.


15

1.6 Metode dan Teknik Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

Djajasudarma (2006: 9) mengatakan, “Metode penelitian deskriptif adalah metode

yang bertujuan membuat deskripsi; maksudnya membuat gambaran, lukisan

secara sistematis, faktual dan akurat mengenai data, sifat-sifat serta hubungan

fenomena-fenomena yang diteliti.”

Penelitian ini memberikan gambaran tentang konstituen pascaverba

intransitif berafiks be(R)- melalui data-data kebahasaan yang ada pada saat ini,

sehingga data yang dicatat bersifat paparan sebagaimana mestinya.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut.

1. studi kepustakaan merupakan pembacaan berbagai buku referensi yang

berkaitan dengan masalah yang diteliti;

2. pengumpulan data merupakan pencarian untuk mendapatkan data-data

yang diperlukan dari sumber data yang telah ditentukan, antara lain dari surat

kabar dan majalah;

3. penyeleksian data merupakan pemilihan data yang sesuai dengan sifat dan

ciri setiap data;

4. pengklasifikasian data merupakan pengelompokan data yang telah

terkumpul untuk memudahkan penganalisisan;

5. penganalisisan data merupakan proses analisis dan mendeskripsikan data

yang ada;
16

6. penyimpulan hasil penelitian merupakan penarikan simpulan berdasarkan

analisis data sekaligus jawaban tujuan penelitian; dan

7. penyusunan laporan merupakan penyusunan hasil penganalisisan data

yang diteliti dalam bentuk karya tulis ilmiah.

1.7 Sumber Data Penelitian

Data penelitian ini bersumber dari bahasa tulis, yakni media masa dan

majalah yang berbahasa Indonesia. Sumber data yang penulis gunakan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Surat Kabar Media Indonesia,

2. Surat Kabar Kompas,

3. Surat Kabar Republika, dan

4. Majalah Tempo.

Sumber data tersebut dapat memberikan data-data sesuai dengan objek

yang diteliti dan dianggap dapat mewakili data-data dalam penelitian yang

dilakukan. Alasan dipilihnya sumber data dari media masa dan majalah tersebut

karena mempunyai cakupan yang luas untuk mencari kalimat yang memiliki

konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)-.


17

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Konstituen

Konstituen dapat dikatakan sebagai bagian terpenting atau pendukung dari

suatu konstruksi. Berikut ini ahli tata bahasa Indonesia mengemukakan

pendapatnya tentang konstituen.

Kridalaksana (2001: 118) mengatakan, “Konstituen adalah unsur bahasa

yang merupakan bagian dari satuan yang lebih besar; bagian dari sebuah

konstruksi”. Misalnya dalam konstruksi kalimat Ia dinobatkan menjadi sultan

Yogyakarta pada 8 Februari 1921. Yang menjadi konstituen dalam konstruksi

kalimat tersebut adalah Ia, dinobatkan, menjadi sultan Yogyakarta, dan 8

Februari 1921.

Selanjutnya, Alwi, dkk. (2003: 314) mengatakan, “Konstituen adalah

satuan-satuan yang membentuk suatu konstruksi”. Misalnya dalam konstruksi

kalimat berikut Para demonstran memprotes tindakan Israel menyerang Jalur

Gaza, Palestina. Konstituen-konstituen dalam kalimat tersebut adalah Para

demonstran, memprotes, dan tindakan Israel menyerang Jalur Gaza, Palestina.

Konstituen tersebut masih terdiri atas konstituen yang lebih kecil lagi, yaitu Para

dan demonstran untuk Para demonstran, me(N)- dan protes untuk memprotes, dan

tindak, -an, Israel, me(N)-, serang, Jalur, Gaza, dan Palestina untuk tindakan

Israel menyerang Jalur Gaza, Palestina.


17
18

2.2 Konstituen Pascaverba

Berbiacara tentang pascaverba berarti ada dua unsur yang harus dipahami,

yaitu pasca dan verba. Secara morfologis pasca merupakan bentuk terikat atau

yang dikenal dengan klitika. Artinya, bentuk pasca tidak dapat berdiri sendiri dan

harus dilekatkan dengan bentuk lainnya. Berdasarkan kamus Alwi, dkk. (2005:

834) makna pasca adalah sesudah atau setelah. Selanjutnya, verba adalah kategori

sintaktis yang biasanya berfungsi sebagai predikat dalam kalimat. Jadi, dapat

diartikan pascaverba adalah setelah atau berada di sebelah kanan verba.

Berdasarkan pengertian yang telah diungkapkan dapat disimpulkan bahwa

konstituen pascaverba ialah bagian dari satuan unsur bahasa yang letaknya setelah

atau berada di sebelah kanan verba. Dalam skripsi ini dijelaskan apa yang menjadi

konstituen pascaverba.

2.3 Batasan Verba

Verba merupakan satu di antara kelas kata yang dibacarakan dalam bahasa

Indonesia. Verba biasanya juga sering dikaitkan dengan predikat dalam kalimat.

Kridalaksana (1994: 46) mengatakan bahwa verba diberi tempat pertama tidaklah

berarti bahwa proses derivasi, misalnya, nomina ke verba atau kategori kata lain

ke verba diingkari.

Alwi, dkk. (2003: 88-117) menjelaskan, verba dapat dilihat berdasarkan

beberapa perilakunya, di antaranya verba berdasarkan perilaku morfologis, verba


19

berdasarkan perilaku sintaktis, dan verba berdasarkan perilaku semantis. Berikut

ini merupakan penjelasan tentang verba dilihat berdasarkan segi perilakunya.

2.3.1 Verba dari Segi Perilaku Morfologis

Klasifikasi verba berdasarkan dari segi perilaku morfologis berarti

mengamati verba dari segi bentuknya. Alwi, dkk. (2003: 98-117) mengatakan,

dalam pembentukannya verba dibedakan menjadi dua bagian, yaitu verba asal dan

verba turunan. Berikut ini penjelasan mengenai verba dilihat dari bentuknya.

A. Verba asal adalah verba yang dapat berdiri sendiri tanpa bantuan afiks dalam

konteks sintaktis, misalnya, pergi, datang, tidur, mandi, naik, turun, suka,

tiba, dan tinggal.

B. Verba turunan adalah verba yang harus atau dapat memakai afiks, bergantung

pada tingkat keformalan bahasa pada posisi sintaktisnya. Verba turunan

digolongkan lagi menjadi beberapa bagian, di antaranya, (1) verba afiks wajib

dengan dasar bebas, misalnya, bersuami, membesar, bersepeda, bertelur, dan

mendarat; (2) verba afiks manasuka dengan dasar bebas, misalnya,

(men)dengar, (mem)beli, dan (ber)jualan; (3) verba afiks wajib dengan dasar

terikat, misalnya, berjuang, menganga, mengungsi, dan bertemu; (4) verba

berulang, misalnya, bangun-bangun, bernyanyi-nyanyi, dan menari-nari; dan

(5) verba majemuk, misalnya, siap tempur, terjun payung, dan jatuh bangun.

2.3.2 Verba dari Segi Perilaku Sintaktis

Verba merupakan unsur yang sangat penting dalam kostruksi kalimat

karena dalam kebanyakan hal verba berpengaruh besar terhadap unsur-unsur lain
20

yang harus atau boleh ada dalam kalimat tersebut. Berdasarkan dari segi perilaku

sintaktisnya Alwi, dkk. (2003: 90-95) mengemukakan verba terdiri atas verba

transitif dan verba taktransitif. Berikut ini penjelasan mengenai verba dilihat dari

perilaku sintaktisnya.

2.3.2.1 Verba Transitif

Alwi, dkk. (2003: 90) mengemukakan, “Verba transitif adalah verba yang

memerlukan nomina sebagai objek dalam kalimat aktif dan objek tersebut dapat

berfungsi sebagai subjek dalam kalimat pasif”. Berikut ini contoh kalimat berupa

verba transitif.

(1) Pemerintah akan menaikkan harga bahan bakar minyak bulan depan.

(2) Rani sedang membersihkan halaman rumah.

Verba yang dicetak miring pada kalimat nomor (1) dan (2) adalah verba

transitif. Setiap verba transitif tersebut diikuti pendampingnya berupa frasa

nominal, yaitu harga bahan bakar minyak dan halaman rumah. Frasa nominal

tersebut berfungsi sebagai objek dalam konstruksi kalimat, objek tersebut dapat

dijadikan subjek dalam kalimat pasif. Berikut ini merupakan kalimat apabila

objeknya dipindahposisikankan menjadi subjek.

(1a) Harga bahan bakar minyak akan dinaikkan (oleh) pemerintah.

(2a) Halaman rumah sedang dibersihkan (oleh) Rani.

Kridalaksana (1994: 52-53) menyatakan, “Verba transitif ialah verba yang

bisa mempunyai atau harus mendampingi objek”. Berdasarkan banyaknya objek

verba dapat dibagi atas


21

A. verba monotransitif adalah verba yang hanya mempunyai satu objek.

Misalnya dalam kalimat Mahasiswa menyampaikan orasi.

B. verba bitrasitif adalah verba yang mempunyai dua objek. Misalnya, Ibu

membelikan adik sepeda.

C. verba ditransitif adalah verba transitif yang ojeknya tidak muncul. Misalnya,

Adik sedang menangis.

2.3.2.2 Verba Taktransitif

Alwi, dkk. (2003: 93) mengemukakan, “Verba taktransitif adalah verba

yang tidak memiliki nomina di belakangnya yang dapat berfungsi sebagai subjek

dalam kalimat pasif”. Berikut ini merupakan kalimat berupa verba taktransitif.

(3) Mobil Pak Herman berjumlah lima belas buah.

(4) Musa sudah bekerja di perusahaan asing.

Verba yang dicetak miring pada kalimat nomor (3) dan (4) adalah verba

taktransitif. Verba berjumlah dan sudah bekerja dikatakan taktransitif karena

tidak dapat diikuti objek. Dilihat berdasarkan fungsi dan kategori konstituen

pascaverba pada kalimat tersebut adalah lima belas buah sebagai fungsi

pelengkap dan di perusahaan asing sebagai kategori frasa preposisional.

Konstituen pascaverba yang berupa pelengkap dan frasa preposisional tersebut

tidak dapat dipindahposisikan dalam konstruksi kalimat.

2.3.3 Verba dari Segi Perilaku Semantis


22

Setiap verba memiliki makna inhern yang terkandung di dalamnya. Makna

inhern verba dapat kita ketahui dari segi semantisnya. Alwi, dkk. (2003: 98-117)

mengatakan, verba dilihat berdasarkan segi perilaku semantisnya dapat dibedakan

menjadi empat bagian, yaitu verba perbuatan (aksi), verba proses, verba keadaan,

dan verba pengalam. Berikut ini penjelasan mengenai verba dilihat dari perilaku

semantisnya.

A. Verba perbuatan biasanya dapat menjadi jawaban untuk pertanyaan Apa yang

dilakukan oleh subjek? misalnya, dalam kalimat Polisi itu berlari kencang.

Verba berlari merupakan jenis verba perbuatan karena dapat diuji dengan

pertanyaan Apa yang dilakukan Polisi itu?

B. Verba proses biasanya dapat menjadi jawaban untuk pertanyaan Apa yang

terjadi pada subjek? misalnya, Mobil itu terbakar setelah tertabrak truk.

Verba terbakar merupakan jenis verba proses karena dapat diuji dengan

pertanyaan Apa yang terjadi pada Mobil itu?

C. Verba keadaan menyatakan bahwa acuan verba berada dalam situasi tertentu.

Misalnya pada kata sakit, suka, dan sedih. Verba tersebut merupakan jenis

verba keadaan karena menunjukkan dalam situasi dan kondisi tertentu.

2.4 Proses Morfologis

Proses morfologis merupakan cara pembentukan suatu kata. Berikut ini

para ahli tata bahasa Indonesia mengemukakan pendapatnya tentang proses

morfologis.
23

Ramlan (1987: 51) mengatakan, “Proses morfologis adalah proses

pembentukan kata-kata dari satuan lain yang merupakan bentuk dasarnya”.

Misalnya, menjual, berlari-lari, dan rumah sakit ketiganya merupakan kata yang

sudah terbentuk berdasarkan intinya. Yang menjadi inti dari bentuk tersebut

adalah jual, lari, dan rumah sakit.

Kridalaksana (2009: 12) mengatakan, “Proses morfologis adalah proses

yang mengubah leksem menjadi kata. Dalam hal ini leksem merupakan input dan

kata merupakan output”.

Samsuri (1985: 190) mengatakan, “Proses morfologis adalah cara

penggabungan kata-kata dengan menghubungkan morfem yang satu dengan

morfem yang lain; proses penggabungan morfem-morfem menjadi kata”.

Berdasarkan definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa proses

morfologis adalah pembentukan kata yang mengubah leksem menjadi kata dari

satuan lain yang merupakan bentuk dasarnya dengan menghubungkan morfem

satu dengan morfem lainnya. Proses morfologis dalam bahasa Indonesia meliputi

tiga jenis, yaitu afiksasi, reduplikasi, dan komposisi.

2.4.1 Afiksasi

Afiksasi merupakan proses pelekatan afiks pada kata. Berikut ini adalah

pendapat tentang pengertian afiksasi yang dikemukakan para ahli tata bahasa

Indonesia.

Kridalaksana (2009: 28) mengatakan, “Afiksasi adalah proses yang

mengubah leksem menjadi kata kompleks”. Dalam proses ini, leksem (1) berubah
24

bentuknya; (2) menjadi kategori tertentu, sehingga berstatus kata; dan (3) sedikit

banyak berubah maknanya.

Ramlan (1987: 54) mengatakan, “Afiksasi adalah suatu satuan gramatik

terikat yang di dalam suatu kata merupakan unsur yang bukan kata atau pokok

kata, yang sanggup melekat pada satuan-satuan lain untuk membentuk kata atau

pokok kata baru”. Afiksasi dapat dibagi-bagi lagi menjadi prefik, infiks, sufiks,

simulfiks, konfiks, dan kombinasi afiks.

Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa afiksasi adalah

proses atau penambahan kata dasar dengan afiks, sehingga menimbulkan kata

kompleks. Dalam hal ini leksem berubah bentuknya menjadi kategori tertentu,

sehingga berstatus kata.

A. Prefiks ialah afiks yang terletak dilajur paling depan bentuk dasar. Prefiks

dalam bahasa Indonesia, antara lain be(R)-, me(N)-, pe(R)-, pe(N)-, dan te(R)-

B. Infiks adalah afiks yang disisipkan di tengah kata. Infiks dalam bahasa

Indonesia dapat dibagi menjadi empat, yaitu -el-, -em-, -er-, dan -in-.

C. Sufiks adalah afiks yang diimbuhkan pada posisi akhir bagian bentuk dasar.

Sufiks dalam bahasa Indonesia, antara lain -an, -i, -kan, dan -nya.

D. Simulfiks menurut Badudu (1986: 89) adalah afiks yang berbentuk nasalisasi.

Dalam bahasa Jawa dikenal simulfiks N (nasal), misalnya, pada kata

nanggung, ngelas, nyasar, dan ngetik.

E. Konfiks menurut Keraf (1984: 115) ialah gabungan afiks berupa prefiks dan

sufiks merupakan satu afiks yang tidak terpisah-pisah. Konfiks dalam bahasa

Indonesia, yaitu pe(R)-an, pe(N)-an, per-i, per-kan, ke-an, dan be(R)-an.


25

F. Imbuhan gabung menurut Kridalaksana (1993: 114) adalah gabungan afiks

yang mempunyai bentuk dan makna gramatikal sendiri-sendiri yang

dibubuhkan pada bentuk dasar. Imbuhan gabung dalam bahasa Indonesia

meliputi me(N)-i, me(N)-kan, di-i, di-kan, memper-i, memper-kan, diper-,

diper-i, diper-kan, ter-kan, dan ter-i.

Dalam penelitian ini penulis memfokuskan pada afiks be(R)- yang

membentuk verba intransitif sebagai pengisi fungsi predikat dalam suatu

konstruksi kalimat.

2.4.2 Reduplikasi

Ramlan (1987: 63) mengatakan, “Reduplikasi atau proses pengulangan

adalah pengulangan satuan gramatik, baik seluruhnya maupun sebagiannya, baik

dengan variasi fonem maupun tidak. Hasil pengulangan disebut kata ulang,

sedangkan satuan yang diulang merupakan bentuk dasarnya”.

Dalam linguistik Indonesia reduplikasi dapat diklasifikasikan menjadi

beberapa bagian, antara lain (1) reduplikasi penuh, misalnya, sepeda-sepeda,

buku-buku, dan makan-makan, (2) reduplikasi sebagian, misalnya, lelaki, tetamu,

dan tetangga, (3) reduplikasi berubah bunyi, misalnya, bolak-balik, sayur-mayur,

dan lauk-pauk, dan (4) reduplikasi berimbuhan, misalnya, kereta-keretaan,

rumah-rumahan, dan secantik-cantiknya.

2.4.3 Komposisi
26

Ramlan (1987: 76) mengatakan, “Kata majemuk ialah kata yang terdiri

dari dua kata sebagai unsurnya”. Di samping itu, ada juga kata majemuk yang

terdiri dari satu kata dan satu pokok kata sebagai unsurnya, misalnya kolam

renang, dan daya tahan; ada pula yang terdiri dari pokok kata semua, misalnya,

jual beli, simpan pinjam, dan lomba lari; dan kata majemuk dengan unsur yang

berupa morfem unik, misalkan simpang siur dan sunyi senyap.

Menurut Ramlan ciri-ciri kata majemuk, yaitu salah satu atau semua

unsurnya berupa pokok kata, unsur-unsurnya tidak mungkin dipisahkan atau tidak

bisa diubah strukturnya, tidak bisa disisipi kata lain seperti yang, itu, dan dan.

2.5 Fungsi Sintaktis

Verhaar (2006: 167) mengatakan, “Fungsi sintaktis adalah konstituen yang

formal belaka tidak terikat pada unsur semantis tertentu dan tidak terikat pada

unsur kategorial tertentu”. Dapat dikatakan fungsi sintaktis ialah peran sebuah

unsur bahasa dalam satuan kalimat yang lebih luas.

Kridalaksana (2001: 62) mengatakan, “Fungsi sintaktis adalah hubungan

antara unsur-unsur bahasa dilihat dari sudut pandang penyajinya dalam ujaran;

masalah subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan bersangkutan dengan

fungsi sintaktis”.

Chaer (2009: 20) mengatakan, “Fungsi sintaktis adalah semacam kotak-

kotak atau tempat-tempat dalam struktur sintaktis yang kedalamannya akan

diisikan kategori tertentu”.


27

Berdasarkan definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa fungsi

sintaktis ialah konstituen yang mengisi bagian unsur bahasa, seperti subjek,

predikat, objek, pelengkap, dan keterangan.

2.5.1 Subjek

Subjek adalah unsur pokok yang terdapat pada sebuah kalimat di samping

unsur predikat. Kridalaksana (2001: 204) mengatakan, “Subjek adalah bagian

klausa berujud nomina; atau frasa nominal yang menandai apa yang dikatakan

oleh pembicara”.

Subjek dalam kalimat bahasa Indonesia memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. merupakan jawaban berwujud kata atau kelompok kata atas pertanyaan apa

dan siapa;

b. dapat disertai kata ini dan itu (takrif);

c. dapat diperluas dan disertai frasa atau klausa;

d. tidak dapat didahului kata depan (di, ke, dan dari); dan

e. berupa kata benda atau kelompok kata benda atau kelas kata lain yang dapat

memiliki salah satu ciri di atas.

(5) Rani mengendarai mobil barunya.

2.5.2 Predikat

Kridalaksana (2001: 177) mengatakan, “Predikat adalah bagian klausa

yang menandai apa yang dikatakan oleh pembicara tentang subjek”. Predikat juga

merupakan unsur utama suatu kalimat di samping subjek.


28

Ciri-ciri predikat di dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:

a. merupakan jawaban berwujud kata atau kelompok kata atas pertanyaan

mengapa dan bagaimana;

b. berupa kata adalah, ialah, atau merupakan;

c. dapat disertai kata pengingkar tidak atau bukan;

d. dapat disertai kata seperti ingin, hendak, mau, akan, belum, sudah, telah; dan

e. berupa kata kerja atau kelompok kata kerja, kata benda atau kelompok kata

benda, kata sifat atau kelompok kata sifat, kata bilangan atau kelompok kata

bilangan, serta kelompok kata atau frasa preposisional.

(6) Para buruh bekerja bagaikan sapi perah.

2.5.3 Objek

Kridalaksana (2001: 148) mengatakan, “Objek adalah nomina atau

kelompok nomina yang melengkapi verba-verba tertentu dalam klausa”. Ciri-ciri

yang dimiliki oleh objek dalam kalimat bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:

a. terdapat dalam kalimat aktif transitif;

b. langsung mengikuti predikat (kata kerja transitif);

c. tidak didahului kata depan;

d. dapat menjadi subjek dalam kalimat pasif (dalam oposisi aktif); dan

e. berupa kata benda, kelompok kata benda, atau anak kalimat.

(7) Presiden SBY akan menaikkan harga BBM.

2.5.4 Pelengkap
29

Kridalaksana (2001: 114) mengatakan, “Pelengkap sebagai komplemen

adalah kata atau frasa yang secara gramatikal melengkapi kata atau frasa lain

dengan menjadi subordinat padanya”. Pelengkap dan objek memiliki kesamaan.

Kesamaan kedua unsur kalimat ini adalah sebagai berikut:

1. bersifat wajib ada karena melengkapi makna verba predikat kalimat;

2. menempati posisi di belakang predikat; dan

3. tidak didahului preposisi.

Perbedaannya terletak pada kalimat pasif. Pelengkap tidak menjadi subjek

dalam kalimat pasif. Jika terdapat objek dan pelengkap dalam kalimat aktif,

objeklah yang menjadi subjek kalimat pasif, bukan pelengkap.

Berikut ciri-ciri pelengkap kalimat dalam bahasa Indonesia.

a. terdapat pada kalimat dengan predikat berupa kata adalah, ialah, merupakan,

atau menjadi; atau predikat berupa kata kerja berimbuhan be(R)- atau ke-an;

b. berada langsung di belakang predikat (pada kalimat semitransitif) atau di

belakang objek (pada kalimat dwiransitif);

c. tidak didahului kata depan; dan

d. tidak dapat dijadikan subjek dalam kalimat pasif.

Pelengkap berdasarkan posisinya ada yang bersifat wajib dan ada yang

bersifat tidak wajib. Berikut ini penjelasannya.

2.5.4.1 Pelengkap Wajib

Pelengkap wajib ialah unsur sintaktis yang harus hadir dalam konstruksi

kalimat. Pelengkap wajib apabila dilesapkan dari konstruksi menyebabkan


30

ketidakberterimaan suatu kalimat dari segi struktur dan makna. Berikut ini

merupakan contohnya.

(8) Andri berkebangsaan Brasil.

2.5.4.2 Pelengkap Tidak Wajib

Pelengkap tidak wajib ialah unsur sintaktis yang bersifat manasuka hadir

dalam konstruksi kalimat. Pelengkap tidak wajib apabila dilesapkan dari

konstruksi menyebabkan suatu kalimat masih berterima dari segi struktur dan

makna. Berikut ini merupakan contohnya.

(9) Gandar tertidur pulas setelah bermain seharian.

2.5.5 Keterangan

Kridalaksana (2001: 107) mengatakan, “Keterangan adalah kata atau

kelompok kata yang dipakai untuk meluaskan atau membatasi makna subjek atau

predikat dalam klausa”. Keterangan merupakan unsur kalimat yang memberikan

informasi lebih lanjut tentang suatu yang dinyatakan dalam kalimat; misalnya,

memberi informasi tentang tempat, waktu, cara, sebab, dan tujuan. Keterangan

yang berupa frasa ditandai oleh preposisi, seperti di, ke, dari, dalam, pada,

kepada, terhadap, tentang, oleh, dan untuk. Keterangan yang berupa anak kalimat

ditandai dengan kata penghubung, seperti ketika, karena, meskipun, supaya, jika,

dan sehingga.

Ciri-ciri unsur keterangan kalimat dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:

a. memberikan informasi tentang tempat, waktu, cara, alat, sebab, akibat,


31

tujuan, dan sejenisnya;

b. memiliki keleluasaan posisi (awal, akhir, atau di antara subjek dan predikat.);

c. didahului kata depan atau kata penghubung; dan

d. berupa kata atau kelompok kata (frasa preposisi) atau anak kalimat.

2.5.5.1 Keterangan Wajib

Keterangan wajib ialah unsur sintaktis yang harus hadir dalam konstruksi

kalimat. Keterangan wajib apabila dilesapkan dari konstruksi menyebabkan

ketidakberterimaan suatu kalimat dari segi struktur dan makna. Berikut ini

merupakan contohnya.

(10) Rinaldi tinggal di Banjaran.

2.5.5.2 Keterangan Tidak Wajib

Keterangan tidak wajib ialah unsur sintaktis yang bersifat manasuka hadir

dalam konstruksi kalimat. Keterangan tidak wajib apabila dilesapkan dari

konstruksi menyebabkan suatu kalimat masih berterima dari segi struktur dan

makna. Berikut ini merupakan contohnya.

(11) Jumadi sedang mengerjakan tugas di kamar .

Dalam penelitian ini yang menjadi fungsi sintaktis sebagai konstituen

pascaverba intransitif berafiks be(R)- ialah pelengkap dan keterangan. Kedua

fungsi sintaktis tersebut ada yang bersifat wajib dan ada yang bersifat tidak wajib

atau manasuka.

2.6 Kategori Sintaktis


32

Verhaar (2006: 170) mengatakan, “Kategori sintaktis adalah apa yang

sering disebut kelas kata, seperti nomina, verba, adjektiva, adverbial, adposisi

artinya preposisi atau posposisi, dan sebagainya”. Dalam analisisnya kategori

lazim ditentukan kata demi kata.

Kridalaksana (2001: 101) mengatakan, “Kategori sintaktis adalah

golongan yang diperoleh suatu satuan sebagai akibat hubungan dengan kata-kata

lain dalam konstruksi sintaktis”. Berbicara tentang kategori tidak terlepas

mengenai kelas kata. Kelas kata sendiri ialah golongan kata yang mempunyai

kesamaan dalam perilaku formalnya.

Kategori dalam bahasa Indonesia, Kridalaksana (1994: 51-104)

menggolongkannya menjadi beberapa bagian, antara lain: verba, adjektiva,

nomina, pronomina, numeralia, adverbia, interogativa, demonstrativa, artikula,

preposisi, konjungsi, kategori fatis, dan interjeksi. Dalam penjelasan berikut

penulis hanya memaparkan kategori sintaktis yang berkaitan dengan penelitian, di

antaranya nomina, verba, adjektiva, pronominal, adverbial, konjungsi, numeralia,

dan preposisi.

2.6.1 Nomina

Kridalaksana (1994: 68) mengatakan, “Nomina adalah kategori yang

secara sintaktis (1) tidak mempunyai potensi untuk bergabung dengan partikel

tidak; (2) mempunyai potensi untuk didahului oleh partikel dari, bukan dan

beberapa”. Secara garis besar nomina terdiri atas (1) nomina bernyawa, dan (2)

nomina takbernyawa.
33

Alwi, dkk. (2003: 213) mengatakan nomina sering juga disebut dengan

kata benda. Dalam bukunya Alwi memberikan keterangan mengenai ciri-ciri

nomina dilihat dari segi semantis, segi sintaktis, dan segi morfologisnya. Dari segi

semantisnya, dapat kita katakan nomina adalah kata yang mengacu pada manusia,

binatang, benda, dan konsep atau pengertian.

Dari segi sintaktisnya, nomina mempunyai ciri sebagai berikut, yaitu dapat

menduduki fungsi subjek, objek, atau pelengkap; tidak dapat diingkarkan dengan

kata tidak, kata pengingkarnya ialah bukan; dan dapat diikuti adjektiva seperti

yang. Dari segi morfologisnya, nomina dapat diturunkan melalui afiksasi,

perulangan, atau pemajemukan. Berikut ini merupakan contoh.

(12) Persija unggul 2-0 atas Persela Lamongan.

2.6.2 Verba

Verba dapat dikatakan sebagai kelas kata yang biasanya berfungsi sebagai

predikat dalam suatu bahasa dalam hal ini bahasa Indonesia. Berikut ini para ahli

tata bahasa Indonesia mengemukakan pendapatnya tentang verba.

Menurut Kridalaksana (dalam Putrayasa, 2008: 45) mengatakan, “Verba

adalah subkategori kata yang memiliki ciri dapat bergabung dengan partikel tidak,

tetapi tidak dapat bergabung dengan partikel di, ke, dari, sangat, lebih, atau agak.

Selain itu, verba juga dapat dicirikan oleh perluasan kata tersebut dengan rumus V

+ dengan kata sifat”. Misalnya, berjuang dengan sangat gigih, melaju dengan

lambat, dan berpikir dengan cepat. Kata berjuang, melaju, dan berpikir

merupakan verba.
34

Alwi, dkk. (2005: 1260) mengatakan, “Verba adalah kata yang

menggambarkan proses, perbuatan, atau keadaan; kata kerja”. Ciri-ciri verba

dapat diketahui, antara lain berfungsi utama sebagai predikat dalam kalimat

walaupun dapat juga memiliki fungsi lain dan pada umumnya verba tidak dapat

bergabung dengan kata-kata yang menyatakan makna kesangatan, seperti agak,

sangat, dan sekali. Misalnya, *agak mandi, *sangat makan, dan *lari sekali. Di

samping itu, ada juga bentuk verba yang dapat didekatkan dengan kata yang

menyatakan makna kesangatan, seperti agak berbahaya, sangat mengecewakan,

dan menginginkan sekali.

Chaer (2008: 74) mengatakan, “Ciri-ciri utama verba atau kata kerja dapat

dilihat dari adverbia yang mendampinginya, yaitu (1) dapat didampingi oleh

adverbia negasi tidak dan tanpa, misalnya, tidak minum dan tanpa menabung; (2)

tidak dapat didampingi adverbia negasi bukan, misalnya, *bukan tidur, tetapi

negasi bukan dapat berterima bila berada dalam konstruksi konstrastif, misalnya

dalam kalimat Intan bukan menangis karena sedih, melainkan karena gembira;

(3) dapat didampingi oleh semua adverbia frekuensi, misalnya, sering makan,

kadang-kadang pulang, dan jarang pulang; (4) tidak dapat didampingi oleh kata

bilangan dengan penggolongannya, misalnya, *sebuah menulis dan *dua butir

pulang; (5) dapat didampingi semua adverbia jumlah, misalnya, kurang menulis,

sedikit makan, dan kurang menarik; (6) tidak dapat didampingi oleh semua

adverbia derajat, misalnya, *agak datang, *cukup pergi, dan *paling lompat; dan

(7) dapat didampingi semua adverbial kala, misalnya, sudah mandi, sedang

membaca, dan akan pergi.”. Berikut ini merupakan contoh.


35

(13) Marwoto akan datang setelah adiknya pulang.

Berdasarkan pengertian-pengertian yang telah diungkapkan dari para ahli

bahasa dapat disimpulkan bahwa verba adalah kategori kata yang

menggambarkan proses, perbuatan, atau keadaan; verba disebut juga sebagai kata

kerja dan mengisi fungsi predikat dalam kalimat; dan verba memiliki ciri-ciri

dapat bergabung dengan partikel tidak, sering, kurang, dan sedang, tetapi tidak

dapat bergabung dengan partikel bukan, di, ke, dari, sebuah, sangat, lebih, atau

agak.

2.6.3 Adjektiva

“Adjektiva adalah kategori yang ditandai oleh kemungkinannya untuk (1)

bergabung dengan partikel tidak; (2) mendampingi nomina; (3) didampingi

partikel seperti lebih, sangat, agak; (4) mempunyai ciri-ciri morfologis seperti -er

(dalam honorer), -if (dalam sensitif), dan -i (dalam alami); atau (5) dibentuk

menjadi nomina dengan konfiks ke-an, seperti keadilan, kehalusan, dan

keyakinan.” (Kridalaksana, 1994: 59). Adjektiva juga sering disamakan atau

disejajarkan dengan kata sifat.

Alwi, dkk. (2003: 171) mengatakan, “Adjektiva adalah kata yang

memberikan keterangan yang lebih khusus tentang sesuatu yang dinyatakan oleh

nomina dalam kalimat”. Adjektiva yang memberikan keterangan terhadap nomina

itu berfungsi atributif. Adjektiva juga dapat berfungsi sebagai predikat dan

adverbial dalam kalimat. Fungsi predikatif dan adverbial itu mengacu pada suatu

keadaan. Berikut ini merupakan contoh.


36

(14) Dewi siswa tercantik di kelasnya..

2.6.4 Pronomina

Pronomina adalah kategori yang berfungsi menggantikan nomina.

Pronomina itu terdiri atas saya, aku, kami, kita, Anda, engkau, kalian, dia, ia,

beliau, dan mereka. Kategori ini tidak bisa berafiks, tetapi beberapa di antaranya

bisa direduplikasikan, yaitu kami-kami, dia-dia, beliau-beliau, mereka-mereka,

dengan pengertian ‘meremehkan’ atau ‘merendahkan’.

2.6.5 Numeralia

Kridalaksana (1994: 79) mengatakan, “Numeralia adalah kategori yang

dapat (1) mendampingi nomina dalam konstruksi sintaktis; (2) mempunyai

potensi untuk mendampingi numeralia lain; dan (3) tidak dapat bergabung dengan

tidak atau dengan sangat.

Numeralia berdasarkan subkategorisasinya Kridalaksana (1994: 79)

menggolongkan atas (1) numeralia takrif ialah numeralia yang menyatakan

jumlah yang tentu, misalnya, dua, satu perempat, kelima, ribuan, dan (2)

numeralia taktakrif ialah numeralia yang menyatakan jumlah yang taktentu,

misalnya, beberapa, tiap-tiap, dan semua.

2.6.6 Adverbia
37

Adverbia adalah kategori yang dapat mendampingi kategori lain,

misalnya, adjektiva (belum rapi), numeralia (bukan dua), dan verba (tidak

makan).

2.6.7 Preposisi

Kridalaksana (1994: 95) mengatakan, “Preposisi adalah kategori yang

terletak di depan kategori lain (terutama nomina), sehingga terbentuk frasa

eksosentris direktif”. Preposisi dibagi menjadi tiga jenis, antara lain

A. preposisi dasar, preposisi yang tidak mengalami proses morfolgis;

B. preposisi turunan, terbagi lagi atas;

i. gabungan preposisi dan preposisi

ii. gabungan preposisi dan nonpreposisi

C. preposisi yang berasal dari kategori lain, misalnya pada, tanpa, selain,

semenjak, sepanjang, sesuai, dan sebagainya.

2.6.8 Konjungsi

Konjungsi adalah kategori yang berfungsi meluaskan satuan yang lain

dalam konstruksi hipotaktis dan selalu menghubungkan dua satuan lain atau lebih

dalam konstruksi miliknya, misalnya, adapun, agar, tetapi, dan jika.

Dalam penelitian ini yang menjadi kategori sintaktis sebagai konstituen

pascaverba intransitif berafiks be(R)- ialah nomina, verba, adjektiva, dan

numeralia.
38

2.7 Konstruksi Sintaktis

“Konstruksi sintaktis adalah pengelompokan satuan-satuan yang sesuai

dengan kaidah-kaidah sintaktis suatu bahasa.” (Kridalaksana, 2001: 120). Maksud

dari pengertian di atas ialah konstruksi sintaktis itu merangkaikan dari unsur-

unsur sintaktis yang ada, sehingga membentuk bangunan kalimat yang lengkap

dan memiliki makna.

Konstruksi sintaktis tersusun secara hierarki dibedakan menjadi lima

macam satuan sintaktis, yaitu kata, frasa, klausa, kalimat, dan wacana. Artinya,

kata merupakan satuan terkecil yang membentuk frasa; frasa membentuk klausa,

klausa membentuk kalimat; dan kalimat membentuk wacana. Beriku ini hanya

dijelaskan konstruksi sintaktis berupa kata, frasa, dan klausa.

2.7.1 Kata

Kata merupakan satu di antara konstruksi sintaktis yang paling kecil.

Berikut ini para ahli tata bahasa Indonesia mengemukakan pendapatnya tentang

kata.

Kridalaksana (2001: 98) mengatakan, “Kata adalah morfem atau

kombinasi morfem yang oleh bahasawan dianggap sebagai satuan terkecil yang

dapat diujarkan sebagai bentuk yang bebas; satuan bahasa yang dapat berdiri

sendiri”.

Selanjutnya, Kentjono (2002: 56) berpendapat, “Kata disebut sebagai

satuan gramatikal bebas terkecil dengan kata lain kata mempunyai potensi untuk
39

berdiri sendiri”. Misalnya sebagai kalimat jawaban atau sebagai kalimat suruhan

mau., pergi!.

Chaer (2009: 37) mengemukakan, kata sebagai satuan terbesar dalam

tataran morfologi dan sebagai satuan terkecil dalam tataran sintaksis. Berdasarkan

bentuknya kata dibedakan atas bentuk dasar dan bentuk turunan. Kata yang

berbentuk turunan terjadi akibat pengimbuhan, pengulangan, dan pemajemukan.

Berikut ini merupakan contoh.

(15) Sepeda merupakan alat transportsi.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kata adalah satuan

terkecil yang dapat berdiri sendiri dan diujarkan bebas, kata juga berpotensi

menjadi kalimat minor.

2.7.2 Frasa

Frasa merupakan satu di antara konstruksi sintaktis yang dibentuk dari

kata. Berikut ini para ahli tata bahasa Indonesia mengemukakan pendapatnya

tentang frasa.

Kridalaksana (2001: 59) mengatakan, “Frasa adalah gabungan dua kata

atau lebih yang sifatnya tidak predikatif; gabungan itu dapat rapat dan dapat

renggang”. Contohnya gunung tinggi, mobil baru, dan orang sakit.

Ramlan (1987: 151) mengemukakan, “Frasa adalah satuan gramatik yang

terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas unsur klausa”.

Chaer (2009: 39) mengemukakan, “Frasa adalah satuan sintaksis yang

tersusun dari dua buah kata atau lebih yang di dalam klausa menduduki fungsi-
40

fungsi sintaktis”. Dengan kata lain, frasa dibentuk dari dua buah kata atau lebih

dan mengisi salah satu fungsi sintaktis. Frasa bila dilihat dari hubungan kedua

unsurnya dalam kalimat Chaer (2009: 120) membedakannya atas frsa endosentrik

dan frasa koordinatif.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa frasa adalah gabungan

dua kata atau lebih yang sifatnya tidak predikatif dan biasanya menempati satu

unsur fungsi di dalam kalimat.

2.7.2.1 Frasa Endosentrik

Chaer (2009: 40) mengemukakan, “Frasa endosentrik adalah frasa yang

salah satu unsurnya dapat menggantikan kedudukan keseluruhannya”. Apabila

salah satu unsurnya ditanggalkan kedudukannya sebagai pengisi fungsi sintaksis

masih bisa berterima.

Ramlan (1987: 155) membedakan frasa endosentrik menjadi tiga

golongan, di antaranya, frasa endosentrik koordinatif, frasa endosentrik atributif,

frasa endosentrik apositif.

2.7.2.1.1 Frasa Endosentrik Koordinatif

Frasa endosentrik koordinatif ialah frasa yang unsur-unsurnya setara.

Frasa endosentrik koordinatif dapat ditandai dengan hadirnya konjungsi dan dan

atau. Berikut ini merupakan contoh kalimatnya.

(16) Kami pergi bersama ayah dan ibu.


41

2.7.2.1.2 Frasa Endosentrik Atributif

Frasa endosentrik atributif ialah frasa yang unsur-unsurnya tidak setara.

salah satu unsurnya ada yang berupa inti dan unsur lainnya disebut atribut.

Berikut ini merupakan contoh kalimatnya.

(17) Raharjo membeli mobil baru.

2.7.2.1.3 Frasa Endosentrik Apositif

Frasa endosentrik apositif ialah frasa yang unsur-unsurnya saling

menggantikan. Antara unsur yang satu dengan unsur yang lainnya memiliki

kaitan. Berikut ini merupakan contoh kalimatnya.

(18) Jembatan Suramadu diresmikan Presiden RI SBY.

2.7.2.2 Frasa Eksosentrik

Chaer (2009: 40) mengemukakan, “Frasa eksosentrik adalah frasa yang

hubungan kedua unsurnya sangat erat, sehingga kedua unsurnya tidak bisa

dipisahkan sebagai pengisi fungsi sintaksis”.

Dalam kaitan antarunsurnya, frasa eksosentrik memiliki hubungan

semantis tertentu, di antaranya, frasa eksosentrik direktif dan frasa eksosentrik

objektif.

2.7.2.2.1 Frasa Eksosentrik Direktif

Frasa eksosentrik direktif ialah frasa yang salah satu unsurnya berbentuk

preposisi. Berikut ini merupakan contoh kalimatnya.


42

(19) Perkulian semester pendek akan dilaksanakan di gedung kuliah bersama.

2.7.2.2.2 Frasa Eksosentrik Objektif

Frasa eksosentrik objektif ialah frasa yang memiliki objek. Berikut ini

merupakan contoh kalimatnya.

(20) Kami berniat merencanakan sesuatu.

Dalam penelitian ini frasa yang hadir sebagai konstituen pascaverba

intransitif berafiks be(R)- ialah frasa endosentrik koordinatif, frasa endosentrik

atributif, frasa endosentrik apositif, frasa eksosentrik direktif, dan frasa

eksosentrik objektif.

2.7.3 Klausa

Klausa merupakan satu di antara konstruksi sintaktis yang dibentuk dari

kata dan frasa. Berikut ini beberapa para ahli tata bahasa Indonesia

mengemukakan pendapatnya tentang klausa.

Kridalaksana (2001: 59) mengatakan, “Klausa adalah satuan gramatikal

berupa kelompok kata yang sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat;

dan mempunyai potensi untuk menjadi sebuah kalimat”. Sifat dari klausa yaitu

predikatif, contohnya hujan turun, angin ribut, dan sebagainya.


43

Kentjono (2002: 58) berpendapat, “Klausa adalah satuan gramatikal yang

disusun oleh kata atau frasa dan yang mempunyai satu predikat”. Klausa pada

umumnya merupakan konstituen sebuah konstruksi kalimat.

Chaer (2009: 41) mengemukakan, “Klausa adalah satuan sintaksis yang

berada di atas satuan frasa dan di bawah satuan kalimat, berupa runutan kata-kata

berkonstruksi predikatif”. Dengan kata lain, di dalam konstruksi itu ada

komponen berupa kata atau frasa yang berfungsi sebagai predikat.

Klausa bila dilihat dari kedudukannya di dalam kalimat Chaer (2009: 43)

membedakannya atas klausa bebas dan klausa terikat. Berikut ini penjelasan

tentang klausa bebas dan klausa terikat.

2.7.3.1 Klausa Bebas

Klausa bebas adalah klausa yang mempunyai potensi untuk menjadi

kalimat bebas. Artinya, fungsi-fungsi sintaktis yang dimiliki harus lengkap dan

apabila diberi intonasi final akan menjadi kalimat yang dapat berdiri sendiri serta

tidak terikat dengan kalimat lain.

2.7.3.2 Klausa Terikat

Klausa terikat adalah klausa yang tidak mempunyai potensi untuk menjadi

kalimat bebas. Jenis klausa ini ditandai dengan munculnya konjungsi subordinatif,

seperti ketika, meskipun, dan karena.

(21) Ayah sudah pergi ketika kami datang.


44

Kalimat tersebut terdiri dari dua klausa, yaitu klausa pertama Ayah sudah

pergi disebut dengan klausa bebas karena dapat berdiri sendiri, sedangkan klausa

kedua ketika kami datang disebut dengan klausa terikat karena tidak dapat

mandiri dan posisinya harus selalu melekat dengan klausa pertama.

Dari beberapa pendapat yang ada mengenai klausa dapat disimpulkan

bahwa klausa adalah satuan bahasa yang minimal terdiri atas subjek dan predikat

dan berkemampuan untuk menjadi sebuah kalimat.

Dalam penelitian ini klausa yang hadir sebagai konstituen pascaverba

intransitif berafiks be(R)- ialah klausa bebas dan klausa terikat.

2.7.4 Kalimat

Kridalaksana (1993: 92) mengatakan, “(1) Kalimat adalah satuan bahasa

yang secara relaitf berdiri sendiri, mempunyai intonasi final, dan secara aktual

maupun potensial terdiri dari klausa; (2) klausa bebas yang menjadi bagian

kognitif percakapan; satuan proposisi yang merupakan gabungan klausa atau

merupakan satu klausa, yang membentuk satuan yang bebas; jawaban minimal,

seruan, dan salam”.

Putrayasa (2008: 20) mengatakan, “Kalimat adalah satuan gramatikal yang

dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir naik dan turun”.

Berdasarkan jumlah klausanya Putrayasa (2008: 20-55) mengklasifikasi

kalimat menjadi (1) kalimat tunggal dan (2) kalimat majemuk. Berikut ini

penjelasan tentang klasifikasi kalimat berdasarkan klausanya.


45

Kalimat tunggal ialah kalimat yang hanya terdiri dari satu klausa atau satu

konstituen. Unsur inti kalimat tunggal ialah subjek dan predikat. Selanjutnya,

kalimat majemuk ialah kalimat yang terdiri atas dua klausa atau lebih. Perhatikan

bedanya contoh antara kalimat tunggal dan kalimat majemuk berikut ini.

(22) Mahasiswa Mendiskusikan pemilihan umum 2009.

(23) Sarang teroris itu dikepung dan ditembaki Densus 88 pada malam hari.

Dalam penelitian ini konstituen-konstituen pascaverba intransitif berafiks

be(R)- itu terdapat pada kalimat tunggal dan majemuk.


46

BAB III

ANALISIS KONSTITUEN PASCAVERBA INTRANSITIF

BERAFIKS BE(R)- DALAM BAHASA NDONESIA

3.1 Fungsi Sintaktis Konstituen Pascaverba Intransitif Berafiks Be(R)-

Pada dasaranya fungsi sintaktis terdiri atas subjek, predikat, objek,

pelengkap, dan keterangan. Dapat diketahui bahwa verba intransitif adalah verba

yang tidak menghadirkan objek setelah predikatnya. Jadi, dalam penelitian ini

dibahas mengenai fungsi sintaktis yang menjadi konstituen pascaverba intransitif

berafiks be(R)-. Fungsi sintaktis setelah verba intransitif berafiks be(R)- hanya

berupa pelengkap dan keterangan.

3.1.1 Konstituen dengan Fungsi Pelengkap

Konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- dapat diisi dengan fungsi

pelengkap dalam konstruksi kalimat. Berdasarkan distribusi dalam kalimat,

pelengkap ada yang bersifat wajib dan ada yang bersifat opsional atau manasuka.

Berikut ini analisis data konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- dengan

fungsi pelengkap.

3.1.1.1 Pelengkap Wajib

Konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- dapat diisi dengan

pelengkap wajib dalam konstruksi kalimat. Berikut ini data pelengkap wajib
46
47

sebagai konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- dalam konstruksi

kalimat.

(1) Sementara itu, sang ibu Marija berkebangsaan Slovenia. (MI, 1/1/7-5-2008)

(2) Konvensi ini berpotensi memicu perpecahan. (MI, 1/1/11-12-2008)

(3) Dalam kehidupan sosial, ia berkepribadian hangat. (R, 1/1/3-5-2009)

(4) APBD DKI Berindikasi Korupsi (R, 1/1/27-2-2008)

(5) Selama persidangan ayah pesinetron Fachri Albar itu berkelakuan baik. (MI,

1/1/25-6-2008)

Pada kalimat nomor (1) sampai dengan (5) konstituen pascaverba

intransitif berafiks be(R)- mengisi fungsi sebagai pelengkap. Fungsi pelengkap

pada kalimat tersebut secara berturut-turut adalah Slovenia, memicu perpecahan,

hangat, Korupsi, dan baik. Fungsi pelengkap yang hadir pada kalimat tersebut

bersifat wajib. Artinya, pelengkap tersebut sebagai unsur dalam konstruksi

kalimat sangat terikat dan kehadirannya sangat diperlukan.

Fungsi pelengkap sebagai konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)-

apabila dilesapkan dalam konstruksi kalimat akan menjadi tidak berterima baik

struktur dan maknanya. Hal itu dapat dibuktikan dengan melesapkan unsur

pelengkapnya sebagai berikut.

(1a)* Sementara itu, sang ibu Marija berkebangsaan.

(2a)* Konvensi ini berpotensi.

(3a)* Dalam kehidupan sosial, ia berkepribadian.

(4a)* APBD DKI Berindikasi.

(5a)* Selama persidangan ayah pesinetron Fachri Albar itu berkelakuan.


48

3.1.1.2 Pelengkap Tidak Wajib

Konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- dapat diisi dengan

pelengkap tidak wajib dalam konstruksi kalimat. Berikut ini data pelengkap tidak

wajib sebagai konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- dalam konstruksi

kalimat.

(6) Ratusan Karyawan Freeport Berjalan Kaki ke Timika. (MI, 1/1/25-7-2009)

(7) Di puncuk pohon cempaka Burung ketilang bernyanyi Bersiul-siul

sepanjang hari Dengan tak jemu-jemu. (R, 1/1/23-10-2008)

(8) Warga berteriak histeris, karena tak ada suara gemuruh mesin pesawat

bernomor registrasi A-1325, namun terdengar suara benda keras yang

menerjang rerimbunan pohon bambu. (R, 1/1/22-5-2009)

(9) Jumlah pengangguran bertambah banyak setiap tahunnya karena

pabrik/industri banyak yang gulung tikar/bangkrut. (MI, 1/1/19-5-2008)

(10) Menurut laporan terakhir, jelas Ari, Soeharto sudah bisa bernafas sendiri

meskipun alat bantu pernafasan masih dipasang. (T, 1/1/20-1-2008)

Konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- pada kalimat nomor (6)

sampai dengan (10) berfungsi sebagai pelengkap. Pelengkap sebagai fungsi

konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- pada kalimat tersebut secara

berturut-turut adalah Kaki, Bersiul-siul, histeris, banyak, dan sendiri.

Pelengkap-pelengkap yang hadir pada kalimat nomor (6) sampai dengan

(10) sifatnya tidak wajib atau manasuka. Dikatakan demikian karena kehadiran

konstituen-konstituen yang berupa fungsi pelengkap itu boleh hadir atau pun tidak

hadir dalam konstruksi kalimat. Pelengkap yang bersifat manasuka sebenarnya


49

hanya sebagai penjelas predikat kalimat. Jika, konstituen yang berfungsi sebagai

pelengkap tersebut dilesapkan, kalimat-kalimat tersebut tidak terganggu baik

struktur dan informasi yang diberikan masih dapat berterima. Akan tetapi,

informasi yang diberikan kalimat tersebut menjadi kurang lengkap.

Ketidakhadiran pelengkap-pelengkap itu masih dapat teratasi oleh hadirnya fungsi

keterangan dalam kalimat. Hal itu dapat dibuktikan dengan melesapkan unsur

pelengkapnya sebagai berikut.

(6a) Ratusan Karyawan Freeport Berjalan ke Timika.

(7a) Di puncuk pohon cempaka Burung ketilang bernyanyi sepanjang hari

Dengan tak jemu-jemu.

(8a) Warga berteriak, karena tak ada suara gemuruh mesin pesawat bernomor

registrasi A-1325, namun terdengar suara benda keras yang menerjang

rerimbunan pohon bambu.

(9a) Jumlah pengangguran bertambah setiap tahunnya karena pabrik/industri

banyak yang gulung tikar/bangkrut.

(10a) Menurut laporan terakhir, jelas Ari, Soeharto sudah bisa bernafas

meskipun alat bantu pernafasan masih dipasang.

3.1.2 Konstituen dengan Fungsi Keterangan

Konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- dapat pula diisi fungsi

keterangan dalam konstruksi kalimat. Berdasarkan distribusinya dalam kalimat,

keterangan ada yang bersifat wajib dan ada yang bersifat tidak wajib atau
50

manasuka. Berikut ini analisis data konstituen pascaverba intransitif berafiks

be(R)- dengan fungsi keterangan.

3.1.2.1 Keterangan Wajib

Konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- dapat diisi dengan

keterangan wajib dalam konstruksi kalimat. Berikut ini data keterangan wajib

sebagai konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- dalam konstruksi

kalimat.

(11) Proyek ambisius ini bakal berlokasi di Ibu Kota Tallin atau kota besar

lainnya. (R, 1/1/18-5-2009)

(12) Forum yang dibentuk pada 5 Juli 2008 ini berkantor di Wisma Batavia. (R,

1/1/14-8-2009)

(13) Selanjutnya, Maya dan kawan-kawan harus berhadapan dengan tim

Thailand. (T, 1/1/6-9-2009)

(14) Pemerintah dan DPR berkesempatan untuk membuat UU tentang

Pengadilan Tipikor hingga 19 Desember 2009. (MI, 1/1/30-6-2008)

(15) Presiden Yudhoyono akan bertindak sebagai inspektur upacara

pemakaman Ali Alatas. (R, 1/1/11-12-2008)

Konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- pada kalimat nomor (11)

sampai dengan (15) berfungsi sebagai keterangan. Keterangan sebagai konstituen

pascaverba intransitif berafiks be(R)- pada kalimat tersebut secara berturut-turut

adalah di Ibu Kota Tallin atau kota besar lainnya, di Wisma Batavia, dengan tim

Thailand, untuk membuat UU tentang Pengadilan Tipikor, dan sebagai inspektur


51

upacara pemakaman Ali Alatas. Konstituen pengisi keterangan itu ditandai

hadirnya preposisi di, dengan, untuk, dan sebagai.

Keterangan pada kalimat (11) sampai dengan (15) memiliki sifat yang

wajib. Maksud pernyataan tersebut adalah fungsi keterangan yang hadir dalam

kalimat tidak dapat dilesapkan dari posisinya. Apabila fungsi keterangan pada

kalimat dilesapkan, kalimat tersebut berdasarkan struktur dan maknanya menjadi

tidak berterima. Hilangnya konstituen keterangan pada konstruksi kalimat tersebut

akan menyebabkan ketidakgramatikalan kalimat. Jadi, pada intinya konstituen

sebagai fungsi keterangan dalam kalimat tersebut kehadirannya sangat terikat dan

diperlukan pada konstruksi kalimat.

Berikut ini kalimat nomor (11) sampai dengan (15) apabila fungsi

keterangannya dilesapkan.

(11a)* Proyek ambisius ini bakal berlokasi.

(12a)* Forum yang dibentuk pada 5 Juli 2008 ini berkantor.

(13a) * Selanjutnya, Maya dan kawan-kawan harus berhadapan.

(14a)* Pemerintah dan DPR berkesempatan.

(15a)* Presiden Yudhoyono akan bertindak.

3.1.2.2 Keterangan Tidak Wajib

Konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- dapat diisi dengan fungsi

keterangan tidak wajib dalam konstruksi kalimat. Berikut ini data keterangan

tidak wajib sebagai konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- dalam

konstruksi kalimat.
52

(16) Ia sempat berdiskusi dengan pengurus masjid dan bersilaturahmi dengan

jamaah. (T, 1/1/29-7-2009)

(17) Puluhan Kader Partai Penegak Demokrasi Indonesia (PPDI)

berdemonstrasi di depan kantor Komisi Pemilihan Umum, Jakarta,

kemarin. (MI, 1/1/5-11-2008)

(18) Ketua KPU Abdul Hafiz Anshary sedang berkegiatan di Balikpapan,

Kalimantan Timur, dan Pontianak, Kalimantan Barat, untuk mengikuti

acara Kementerian Komunikasi dan Informatika. (MI, 1/1/5-11-2008)

(19) Kini, jumlah pemeluk Islam semakin bertambah dengan kehadiran para

imigran dari Timur Tengah, Afrika Utara, dan negara-negara Islam di

Asia. (R, 1/1/18-5-2009)

(20) Para pengendara harus berhati-hati saat melewati Jalan Otto

Iskandardinata karena terdapat galian perbaikan jalan di Jakarta Timur,

kemarin. (MI, 1/1/11-12-2008)

Konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- pada kalimat nomor (16)

sampai dengan (20) berfungsi sebagai keterangan. Fungsi keterangan yang

dimunculkan adalah dengan pengurus masjid, di depan kantor Komisi Pemilihan

Umum, Jakarta, di Balikpapan, Kalimantan Timur, dan Pontianak, Kalimantan

Barat, dengan kehadiran para imigran dari Timur Tengah, Afrika Utara, dan

negara-negara Islam di Asia, dan saat melewati Jalan Otto Iskandardinata.

Konstituen pengisi fungsi keterangan tersebut ditandai dengan hadirnya preposisi

dengan, di, dan saat.


53

Keterangan yang hadir pada kalimat (16) sampai dengan (20) sifatnya

tidak wajib atau manasuka. Maksudnya adalah kehadiran fungsi keterangan

sebagai konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- boleh hadir atau pun

tidak hadir dalam konstruksi kalimat. Jika, konstituen yang berfungsi sebagai

keterangan tersebut dilesapkan, kalimat-kalimat tersebut tidak terganggu dan

masih dapat berterima dari segi struktur dan maknanya. Berikut ini merupakan

kalimat apabila konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- yang berupa

keterangannya dilesapkan.

(16a) Ia sempat berdiskusi dan bersilaturahmi dengan jamaah.

(17a) Puluhan Kader Partai Penegak Demokrasi Indonesia (PPDI)

berdemonstrasi.

(18a) Ketua KPU Abdul Hafiz Anshary sedang berkegiatan.

(19a) Kini, jumlah pemeluk Islam semakin bertambah.

(20a) Para pengendara harus berhati-hati karena terdapat galian perbaikan jalan

di Jakarta Timur, kemarin.


54

Tabel 1. Fungsi Sintaktis Konstituen Pascaverba Intransitif Berafiks Be(R)-

Fungsi Sintaktis Kalimat Konstituen Pascaverba


1. Sementara itu, sang ibu Marija berkebangsaan Slovenia. Slovenia
Pelengkap 2. Konvensi ini berpotensi memicu perpecahan.
Wajib memicu perpecahan
3. APBD DKI Berindikasi Korupsi.
Korupsi
4. Ratusan Karyawan Freeport Berjalan Kaki ke Timika. Kaki
5. Menurut laporan terakhir, jelas Ari, Soeharto sudah bisa bernafas sendiri
sendiri
Pelengkap meskipun alat bantu pernafasan masih dipasang.
Tidak Wajib 6. Di puncuk pohon cempaka Burung ketilang bernyanyi Bersiul-siul sepanjang
hari Dengan tak jemu-jemu
Bersiul-siul
7. Forum yang dibentuk pada 5 Juli 2008 ini berkantor di Wisma Batavia. di Wisma Batavia
8. Presiden Yudhoyono akan bertindak sebagai inspektur upacara pemakaman sebagai inspektur upacara
Keterangan Ali Alatas. pemakaman Ali Alatas
Wajib 9. Selanjutnya, Maya dan kawan-kawan harus berhadapan dengan tim Thailand.
dengan tim Thailand
Keterangan 10. Ia sempat berdiskusi dengan pengurus masjid dan bersilaturahmi dengan dengan pengurus masjid
Tidak Wajib jamaah.
11. Puluhan Kader Partai Penegak Demokrasi Indonesia (PPDI) berdemonstrasi
di depan kantor Komisi Pemilihan Umum, Jakarta, kemarin. di depan kantor Komisi
12. Para pengendara harus berhati-hati saat melewati Jalan Otto Iskandardinata Pemilihan Umum, Jakarta,
karena terdapat galian perbaikan jalan di Jakarta Timur, kemarin. saat melewati Jalan Otto
54

54
55

Iskandardinata

Bagan 1.

Fungsi Sintaktis Konstituen Pascaverba Intransitif Berafiks Be(R)-


56

55
57

3.2 Kategori Sintaktis Konstituen Pascaverba Intransitif Berafiks Be(R)-

Dalam penelitian ini dibahas mengenai kategori sintaktis yang menjadi

konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)-. Hasil penelitian kategori

sintaktis setelah verba intransitif berafiks be(R)- berupa nomina atau frasa

nominal, verba atau frasa verbal, adjektiva atau frasa adjektival, frasa numeralia,

dan frasa preposisional.

3.2.1 Konstituen dengan Kategori Nomina atau Frasa Nominal

Konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- dapat diisi dengan

kategori nomina atau frasa nominal dalam konstruksi kalimat. Berikut ini data

kategori nomina atau frasa nominal sebagai konstituen pascaverba intransitif

berafiks be(R)- dalam konstruksi kalimat.

(21) Sebanyak 23 orang berkebangsaan Thailand, 3 orang lainnya

berkebangsaan Indonesia. (T, 1/1/1-4-2008)

(22) Ketika itu, Estonia belum berbentuk negara. (R, 1/1/18-5-2009)

(23) Mereka beragama Nasrani, tapi bertoleransi terhadap umat agama lain. (R,

1/1/18-5-2009)

(24) Papan itu bergambar sepasang polisi laki-laki dan perempuan dalam sikap

hormat. (K, 1/1/14-8-2008)

(25) Lontongnya berbentuk segitiga lebar dan pipih. (K, 1/1/3-7-2008)

(26) Jika kasus itu berindikasi tindak pidana korupsi, selanjutnya dilakukan gelar

perkara. (MI, 1/1/6-10-2008)


58

Konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- pada kalimat nomor (21)

sampai dengan (26) berkategori sebagai nomina. Nomina sebagai kategori

konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- pada kalimat tersebut secara

berturut-turut adalah Thailand, negara, dan Nasrani. Selanjutnya, Konstituen

pascaverba intransitif berafiks be(R)- pada kalimat nomor (21) sampai dengan

(26) berkategori sebagai frasa nominal. Frasa nominal sebagai kategori

pascaverba intransitif berafiks be(R)- pada kalimat tersebut secara berturut-turut

adalah sepasang polisi laki-laki dan perempuan, segitiga lebar dan pipih, dan

tindak pidana korupsi.

3.2.2 Konstituen dengan Kategori Verba atau Frasa Verbal

Konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- dapat diisi dengan

kategori verba atau frasa verbal dalam konstruksi kalimat. Berikut ini data

kategori verba atau frasa verbal sebagai konstituen pascaverba intransitif berafiks

be(R)- dalam konstruksi kalimat.

(27) Lulusan PT Berkesempatan Kerja di Perusahaan Jepang. (R, 1/1/11-7-2009).

(28) Saya nggak bisa berhenti menangis. (R, 1/1/14-7-2009)

(29) Malam ini Presiden berencana datang bersama dengan PM Badawi. (R,

1/1/11-12-2008)

(30) Pemprov DKI Tak Berkewajiban Ganti Rugi Monorel. (K, 1/1/14-5-2009)

(31) Saya tidak bermimpi mencetak gol di final. (MI, 1/1/24-8-2008)

(32) Sementara itu, seluruh penyusun Undang-Undang yang berasal dari parpol

sudah berkonsentrasi menghadapi Pemilu 2009. (MI, 1/1/30-6-2008)


59

Konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- pada kalimat nomor (27)

sampai dengan (32) berkategori sebagai verba. Verba sebagai kategori konstituen

pascaverba intransitif berafiks be(R)- pada kalimat tersebut secara berturut-turut

adalah Kerja, menangis, dan datang. Selanjutnya, Konstituen pascaverba

intransitif berafiks be(R)- pada kalimat nomor (27) sampai dengan (32)

berkategori sebagai frasa verbal. Frasa verbal sebagai kategori pascaverba

intransitif berafiks be(R)- pada kalimat tersebut secara berturut-turut adalah Ganti

Rugi Monorel, mencetak gol, dan menghadapi Pemilu 2009.

3.2.3 Konstituen dengan Kategori Adjektiva atau Frasa Adjektival

Konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- dapat diisi dengan

kategori adjektiva atau frasa adjektival dalam konstruksi kalimat. Berikut ini data

kategori adjektiva atau frasa adjektival sebagai konstituen pascaverba intransitif

berafiks be(R)- dalam konstruksi kalimat.

(33) Dari Indonesia, Amin Suryana berkesempatan besar untuk menyalip Hardi

karena selisih catatan waktu keduanya amat tipis. (T, 1/1/25-8-2003)

(34) Saat menuju landasan, pesawat berkecepatan rendah sehingga tidak bisa

bermanuver, (R, 1/1/10-3-2009)

(35) Siswi kelas I SMP ini sudah berkegiatan normal seperti rekan-rekan

sebayanya. (T, 1/1/19-1-2009)

(36) Pelapis dinding atau wallcover ruang tamunya berwarna merah bata,

bergaya retro, dengan motif polkadot seukuran bola pingpong dengan garis-

garis vertikal. (T, 1/1/20-7-2009)


60

(37) Sedangkan perabotnya berwarna cokelat kayu. (T, 1/1/20-7-2009)

(38) RUU MA Beraroma "Tak Sedap". (K, 1/1/23-9-2008)

Konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- pada kalimat nomor (33)

sampai dengan (38) berkategori sebagai adjektiva. Adjektiva sebagai kategori

konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- pada kalimat tersebut secara

berturut-turut adalah besar, rendah, dan normal. Selanjutnya, Konstituen

pascaverba intransitif berafiks be(R)- pada kalimat nomor (33) sampai dengan

(38) berkategori sebagai frasa adjektival. Frasa adjektival sebagai kategori

pascaverba intransitif berafiks be(R)- pada kalimat tersebut secara berturut-turut

adalah merah bata, cokelat kayu, dan Tak Sedap.

3.2.4 Konstituen dengan Frasa Numeralia

Konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- dapat diisi dengan

kategori frasa numeralia dalam konstruksi kalimat. Berikut ini data kategori frasa

numeralia sebagai konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- dalam

konstruksi kalimat.

(39) Penyerang (Satpol PP) berjumlah 150 orang. (T, 1/1/10-9-2008)

(40) Biaya yang dibutuhkan para calon TKI berkisar Rp 5 juta. (K, 1/1/22-12-

2008)

(41) Angin dari tenggara-selatan itu berkecepatan 5-22 knot. (MI, 1/1/27-9-2008)

(42) Satu porsi full berisi dua lontong. (K, 1/1/3-7-2008)

(43) Pimpinan MPR berjumlah lima orang yang terdiri dari 3 anggota DPR dan

2 anggota DPD. (MI, 1/1/3-7-2008)


61

Konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- pada kalimat nomor (39)

sampai dengan (43) berkategori sebagai frasa numeralia. Frasa numeralia sebagai

kategori konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- pada kalimat tersebut

secara berturut-turut adalah 150 orang, Rp 5 juta, 5-22 knot, dua lontong, dan

lima orang.

3.2.5 Konstituen dengan Frasa Preposisional

Konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- dapat diisi dengan

kategori frasa numeralia dalam konstruksi kalimat. Berikut ini data kategori frasa

numeralia sebagai konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- dalam

konstruksi kalimat.

(44) Kalla sudah berkegiatan sejak pagi hari. (R, 1/1/29-7-2009)

(45) Kompetisi Liga Singapura berakhir pada 4 November 2009. (MI, 1/1/26-9-

2009)

(46) Beberapa perusahaan besar Thailand beroperasi di Kamboja. (R, 1/1/16-10-

2008)

(47) Kapal jetfoil itu berlayar dari Pelabuhan Boom Baru, Palembang, dan

mengalami kecelakaan pada jalur pelayaran Bui Merah, Bangka, sekitar pkl.

15.00 hingga 16.00 WIB. (MI, 1/1/27-1-2009)

(48) Diah Defawati telah berpindah ke PDIP sekaligus menjadi Caleg partai

pimpinan Megawati Soekarnoputri ini. (MI, 1/1/26-8-2008)

Konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- pada kalimat nomor (44)

sampai dengan (48) berkategori sebagai frasa preposisional. Frasa preposisional


62

sebagai kategori konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- pada kalimat

tersebut secara berturut-turut adalah sejak pagi hari, pada 4 November 2009, di

Kamboja, dari Pelabuhan Boom Baru, Palembang, dan ke PDIP. Frasa

preposisional dalam kalimat tersebut ditandai dengan hadirnya preposisi sejak,

pada, di, dari, dan ke.


63

Tabel 2. Kategori Sintaktis Konstituen Pascaverba Intransitif Berafiks Be(R)-

Kategori Sintaktis Kalimat Konstituen Pascaverba


1. Sebanyak 23 orang berkebangsaan Thailand, 3 orang lainnya berkebangsaan Thailand
Indonesia.
Nomina
2. Mereka beragama Nasrani, tapi bertoleransi terhadap umat agama lain.
Nasrani
3. Papan itu bergambar sepasang polisi laki-laki dan perempuan dalam sikap sepasang polisi laki-laki
Frasa
hormat. dan perempuan
Nomina
4. Lontongnya berbentuk segitiga lebar dan pipih. segitiga lebar dan pipih
5. Lulusan PT Berkesempatan Kerja di Perusahaan Jepang. Kerja
Verba
6. Saya nggak bisa berhenti menangis. menangis
Frasa 7. Pemprov DKI Tak Berkewajiban Ganti Rugi Monorel. Ganti Rugi Monorel
Verba 8. Saya tidak bermimpi mencetak gol di final. mencetak gol
9. Siswi kelas I SMP ini sudah berkegiatan normal seperti rekan-rekan normal
sebayanya. rendah
Adjektiva
10. Saat menuju landasan, pesawat berkecepatan rendah sehingga tidak bisa
bermanuver,
Frasa 11. Sedangkan perabotnya berwarna cokelat kayu. cokelat kayu
Adjektiva 12. RUU MA Beraroma "Tak Sedap". Tak Sedap
Frasa 13. Penyerang (Satpol PP) berjumlah 150 orang. 150 orang
Numeralia 14. Satu porsi full berisi dua lontong. dua lontong
Frasa 15. Kalla sudah berkegiatan sejak pagi hari. sejak pagi hari
Preposisional 16. Beberapa perusahaan besar Thailand beroperasi di Kamboja. di Kamboja
64

62
65

Bagan 2.

Kategori Sintaktis Konstituen Pascaverba Intransitif Berafiks Be(R)-


66

3.3 Konstruksi Sintaktis Konstituen Pascaverba Intransitif Berafiks Be(R)-

Konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- dalam bahasa Indonesia

memiliki konstruksi sintaktis beragam. Pada dasaranya konstruksi sintaktis terdiri

atas kata, frasa, klausa, kalimat, dan wacana. Berikut ini diuraikan jenis konstruksi

sintaktis sebagai konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- dalam bahasa

Indonesia.

3.3.1 Konstituen Berupa Kata

Konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- dapat diisi dengan bentuk

kata dalam konstruksi kalimat. Berdasarkan bentuknya kata dibedakan atas bentuk

dasar dan bentuk turunan. Berikut ini data berupa kata sebagai konstituen

pascaverba intransitif berafiks be(R)- dalam konstruksi kalimat.

3.3.1.1 Bentuk Dasar

Konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- dapat diisi dengan

konstruksi kata yang berbentuk dasar dalam kalimat. Berikut ini data berupa

konstruksi kata yang berbentuk dasar sebagai konstituen pascaverba intransitif

berafiks be(R)-.

(49) Saya berpenyakit asma, bisa mati kalau pakai ekstasi. (T, 1/1/11-5-1999)

(50) Pembahasan RUU MA Berindikasi Suap (R, 1/1/17-12-2008)

(51) LBI juga bersifat profesional, (T, 1/1/16-6-2003)


67

(52) Para petinju wanita ini berkemauan besar untuk mewakili negara di tingkat

dunia. (K, 1/1/13-11-2009)

(53) Ketiganya memang berprilaku normal namun semuanya kurang pergaulan.

(R, 1/1/14-7-2009)

Konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- pada kalimat nomor (49)

sampai dengan (53) berkonstruksi sebagai kata yang berupa bentuk dasar. Kata

yang berbentuk dasar sebagai konstruksi konstituen pascaverba intransitif berafiks

be(R)- pada kalimat tersebut secara berturut-turut adalah asma, Suap, profesional,

besar, dan normal.

3.3.1.2 Bentuk Turunan

Konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- dapat diisi dengan

konstruksi kata yang berbentuk turunan dalam kalimat. Berikut ini data berupa

konstruksi kata yang berbentuk turunan sebagai konstituen pascaverba intransitif

berafiks be(R)-.

(54) Para santriwati juga berkesempatan berorganisasi melalui kegiatan

ekstrakurikuler. (R, 1/1/23-12-2008)

(55) Selama kurang lebih 30 menit lamanya aparat polsek Abepura berusaha

bertahan dari serangan ratusan warga asal Wamena itu. (MI, 1/1/9-4-2009)

(56) Mobil baru berhenti melaju kala menabrak tiang listrik. (R, 29/9/2009)

(57) Menurut hitungannya, 68 persen siswa berkemampuan rata-rata. (T, 1/1/1-

2-1999)

(58) Tujuh partai berasaskan Pancasila; hanya PKS dan PPP. (R, 1/1/30-4-2009)
68

Konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- pada kalimat nomor (54)

sampai dengan (58) berkonstruksi sebagai kata yang berupa bentuk turunan. Kata

yang berbentuk turunan sebagai konstruksi konstituen pascaverba intransitif

berafiks be(R)- pada kalimat tersebut secara berturut-turut adalah berorganisasi,

bertahan, melaju, rata-rata, dan Pancasila.

Bentuk turunan berorganisasi, bertahan, dan melaju merupakan hasil dari

afiksasi be(R)- + kata dasar (organisasi, tahan, dan laju). Bentuk turunan rata-

rata merupakan hasil dari reduplikasi kata dasar rata. Bentuk turunan Pancasila

merupakan gabungan kata antara panca dengan sila yang satu di antaranya

merupakan bentuk terikat atau biasa disebut klitika.

3.3.2 Konstituen Berupa Frasa

Konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- dapat diisi dengan bentuk

frasa dalam konstruksi kalimat. Frasa dilihat berdasarkan distribusinya dapat

terbagi atas frasa endosentrik dan frasa eksosentrik. Berikut ini data berupa frasa

sebagai konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- dalam konstruksi

kalimat.

3.3.2.1 Frasa Endosentrik

Dalam kaitan antarunsurnya, frasa endosentrik memiliki hubungan

semantis tertentu, di antaranya, frasa endosentrik koordinatif, frasa endosentrik

atributif, dan frasa endosentrik apositif. Berikut ini data konstruksi frasa
69

endosentrik sebagai konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- dalam

kalimat.

3.3.2.1.1 Frasa Endosentrik Koordinatif

Konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- dapat diisi dengan frasa

endosentrik koordinatif dalam konstruksi kalimat. Berikut ini data frasa

endosentrik koordinatif sebagai konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)-

dalam konstruksi kalimat.

(59) Ajak anak berbelanja sayur dan buah. (K, 1/1/23-7-2008)

(60) Ia berkali-kali menggerakkan atau menggigit bibir. (K, 1/1/17-6-2008)

(61) Semua berpakaian rapi dan trendy. (K, 1/1/10-3-2008)

(62) “Golkar tidak berpikir soal menang-kalah, tapi lebih menginginkan

terciptanya pemerintahan yang kuat dan stabil.” (R, 1/1/16-4-2009)

(63) Guru harus berpenampilan menarik dan penuh percaya diri. (R, 1/1/24-2-

2009)

(64) Mereka cocok bekerja sebagai artis, dekorator interior, atau pemandu

wisata. (MI, 1/1/24-9-2009)

Konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- pada kalimat nomor (59)

sampai dengan (64) berkonstruksi sebagai frasa endosentrik koordinatif. Frasa

endosentrik koordinatif sebagai konstruksi konstituen pascaverba intransitif

berafiks be(R)- pada kalimat tersebut secara berturut-turut adalah sayur dan buah,

menggerakkan atau menggigit, rapi dan trendy, menang-kalah, menarik dan

penuh percaya diri, dan sebagai artis, dekorator interior, atau pemandu wisata.
70

Kalimat pada nomor (59) sampai dengan (64) frasa endosentriknya

bersifat koordinatif. Dengan kata lain, unsur-unsur pembentuk frasa tersebut

memiliki kedudukan yang setara dan bersifat penambahan atau pemilihan. Hal itu

dapat dibuktikan dalam kalimat dengan munculnya konjungsi dan dan atau. Frasa

endosentrik yang koordinatif kedua unsurnya merupakan inti dan mempunyai

peranan yang sama penting, sehingga apabila salah satu unsurnya dilesapkan tidak

akan menjadi masalah dalam konstruksi kalimat baik dari segi struktur dan

maknanya.

Berikut ini kalimat apabila unsur-unsur pembentuk frasa endosentriknya

yang bersifat koordinatif dipisahkan.

(59a) Ajak anak berbelanja sayur.

(59b) Ajak anak berbelanja buah.

(60a) Ia berkali-kali menggerakkan bibir.

(60b) Ia berkali-kali menggigit bibir.

(61a) Semua berpakaian rapi.

(61b) Semua berpakaian trendy.

(62a) “Golkar tidak berpikir soal menang, tapi lebih menginginkan terciptanya

pemerintahan yang kuat dan stabil.”

(62b) “Golkar tidak berpikir soal kalah, tapi lebih menginginkan terciptanya

pemerintahan yang kuat dan stabil.”

(63a) Guru harus berpenampilan menarik.

(63b) Guru harus berpenampilan penuh percaya diri.

(64a) Mereka cocok bekerja sebagai artis.


71

(64b) Mereka cocok bekerja sebagai dekorator interior.

(64c) Mereka cocok bekerja sebagai pemandu wisata.

3.3.2.1.2 Frasa Endosentrik Atributif

Konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- dapat diisi dengan frasa

endosentrik atributif dalam konstruksi kalimat. Berikut ini data frasa endosentrik

atributif sebagai konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- dalam

konstruksi kalimat.

(65) Matahari bersinar sangat terik. (R, 1/1/6-11-2008)

(66) Selama ini, lanjut dia, istri dan ibu HC berjualan nasi kuning. (T, 1/1/20-8-

2008)

(67) Ia sebenarnya berpenampilan sangat baik untuk ukurannya. (MI, 1/1/23-10-

2009)

(68) Pagi hari, ia sudah berolahraga selama 30 menit di sebuah gimnasium dekat

rumahnya di Chicago. (K, 1/1/30-6-2008)

(69) Biasanya, orang seperti ini suka berkelakuan sedikit centil untuk

memamerkan ponselnya. (K, 1/1/7-7-2008)

Konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- pada kalimat nomor (65)

sampai dengan (69) berkonstruksi sebagai frasa endosentrik atributif. Frasa

endosentrik atributif sebagai konstruksi konstituen pascaverba intransitif berafiks

be(R)- pada kalimat tersebut secara berturut-turut adalah sangat terik, nasi

kuning, sangat baik, selama 30 menit, dan sedikit centil.


72

Kalimat pada nomor (65) sampai dengan (69) frasa endosentriknya

bersifat atributif. Artinya, unsur-unsur pembentuk frasa tersebut berlainan ada

yang berupa unsur pusat atau penting dan ada yang berupa unsur penambah atau

atribut. Berdasarkan data frasa endosentrik atributif pada kalimat tersebut yang

menjadi unsur pusat atau terpenting adalah terik, nasi. baik, 30 menit, dan centil.

Frasa endosentrik atributif apabila salah satu unsurnya dilesapkan dalam

kalimat akan menjadi tidak berterima baik struktur dan maknanya. Berikut ini

kalimat apabila unsur-unsur pembentuk frasa endosentriknya yang bersifat

atributif dipisahkan.

(65a)* Matahari bersinar sangat.

(65b) Matahari bersinar terik.

(66a) Selama ini, lanjut dia, istri dan ibu HC berjualan nasi.

(66b)* Selama ini, lanjut dia, istri dan ibu HC berjualan kuning.

(67a)* Ia sebenarnya berpenampilan sangat untuk ukurannya.

(67b) Ia sebenarnya berpenampilan baik untuk ukurannya.

(68a)* Pagi hari, ia sudah berolahraga selama di sebuah gimnasium dekat

rumahnya di Chicago.

(68b) Pagi hari, ia sudah berolahraga 30 menit di sebuah gimnasium dekat

rumahnya di Chicago.

(69a)* Biasanya, orang seperti ini suka berkelakuan sedikit untuk memamerkan

ponselnya.

(69b) Biasanya, orang seperti ini suka berkelakuan centil untuk memamerkan

ponselnya.
73

3.3.2.1.3 Frasa Endosentrik Apositif

Konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- dapat diisi dengan frasa

endosentrik apositif dalam konstruksi kalimat. Berikut ini data frasa endosentrik

apositif sebagai konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- dalam konstruksi

kalimat.

(70) Selain itu, Sarkozy juga bertemu dengan Perdana Menteri Israel Ehud

Olmert di Yerusalem, kemudian pada Selasa (6/1) mengunjungi Suriah dan

Lebanon. (K, 1/1/9-1-2009)

(71) Di sini ia berjumpa Sukri, ustad yang tinggal di Desa Senembah Ujung

Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. (T, 1/1/6-7-

2009)

(72) Di putaran keempat nanti, Senin (30/6), Jankovic akan berhadapan dengan

petenis Thailand, Tamarine Tanasugarn, untuk memperebutkan tiket ke

perempat final. (K, 1/1/28-6-2008)

(73) Bintang berusia 50 tahun ini mulai berpacaran dengan "si brondong"

Chase Dreyfous, pada Juni silam setelah bertemu dalam sebuah acara amal.

(T, 1/1/19-11-2008)

(74) Usai sholat, ia bersama sang adik, Ahmad Maulana, 9, yang setia menemani

setiap hari, bermain di halaman masjid. (K, 1/1/25-7-2008)

Konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- pada kalimat nomor (70)

sampai dengan (74) berkonstruksi sebagai frasa endosentrik apositif. Frasa

endosentrik apositif sebagai konstruksi konstituen pascaverba intransitif berafiks

be(R)- pada kalimat tersebut secara berturut-turut adalah Perdana Menteri Israel
74

Ehud Olmert, Sukri, ustad yang tinggal di Desa Senembah Ujung Tanjung

Morawa, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, petenis Thailand, Tamarine

Tanasugarn, "si brondong" Chase Dreyfous, dan sang adik, Ahmad Maulana, 9.

Kalimat pada nomor (70) sampai dengan (74) frasa endosentriknya

bersifat apositif. Artinya, unsur-unsur pembentuk frasa endosentrik hubungannya

menjelaskan dan peranannya sebagai pengganti bagian yang dijelaskan, sehingga

apabila salah satu unsurnya digantikan dalam konstruksi kalimat secara struktur

dan makna masih berterima. Berikut ini kalimat apabila unsur-unsur pembentuk

frasa endosentriknya yang bersifat apositif dipisahkan.

(70a) Selain itu, Sarkozy juga bertemu dengan Perdana Menteri Israel di

Yerusalem, kemudian pada Selasa (6/1) mengunjungi Suriah dan Lebanon.

(70b) Selain itu, Sarkozy juga bertemu dengan Ehud Olmert di Yerusalem,

kemudian pada Selasa (6/1) mengunjungi Suriah dan Lebanon.

(71a) Di sini ia berjumpa Sukri.

(71b) Di sini ia berjumpa ustad yang tinggal di Desa Senembah Ujung Tanjung

Morawa, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara.

(72a) Di putaran keempat nanti, Senin (30/6), Jankovic akan berhadapan dengan

petenis Thailand, untuk memperebutkan tiket ke perempat final.

(72b) Di putaran keempat nanti, Senin (30/6), Jankovic akan berhadapan dengan

Tamarine Tanasugarn, untuk memperebutkan tiket ke perempat final.

(73a) Bintang berusia 50 tahun ini mulai berpacaran dengan "si brondong", pada

Juni silam setelah bertemu dalam sebuah acara amal.


75

(73b) Bintang berusia 50 tahun ini mulai berpacaran dengan Chase Dreyfous,

pada Juni silam setelah bertemu dalam sebuah acara amal.

(74a) Usai sholat, ia bersama sang adik, 9, yang setia menemani setiap hari,

bermain di halaman masjid.

(74b) Usai sholat, ia bersama Ahmad Maulana, 9, yang setia menemani setiap

hari, bermain di halaman masjid.

3.3.2.2 Frasa Eksosentrik

Konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- dapat diisi dengan

konstruksi frasa eksosentrik dalam kalimat. Dalam kaitan antarunsurnya, frasa

eksosentrik memiliki hubungan semantis tertentu, di antaranya, frasa eksosentrik

direktif dan frasa eksosentrik objektif. Berikut ini data konstruksi frasa

eksosentrik sebagai konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- dalam

kalimat.

3.3.2.2.1 Frasa Eksosentrik Direktif

Konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- dapat diisi dengan frasa

eksosentrik direktif dalam konstruksi kalimat. Berikut ini data frasa eksosentrik

direktif sebagai konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- dalam konstruksi

kalimat.

(75) Biasanya, ia berjualan di Pancoran. (K, 1/1/18-6-2008)

(76) Selain itu, GM kemungkinan akan kembali berproduksi di Indonesia. (K,

1/1/14-8-2008)
76

(77) Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Jumat (15/5) siang langsung

bertolak ke Bandung, Jawa Barat, setibanya di Jakarta setelah kunjungan

kerja selama tiga hari ke Manado, Sulawesi Utara. (MI, 1/1/15-5-2009)

(78) Wasit dan Juri Chris John Berasal dari AS. (R, 1/1/15-10-2009)

(79) Sebenarnya aku ingin berkolaborasi dengan Glen Fredly, tapi Afghan lebih

tepat karakter suaranya. (R, 1/1/29-4-2009)

Konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- pada kalimat nomor (75)

sampai dengan (79) berkonstruksi sebagai frasa eksosentrik direktif. Frasa

eksosentrik direktif sebagai konstruksi konstituen pascaverba intransitif berafiks

be(R)- pada kalimat tersebut secara berturut-turut adalah di Pancoran, di

Indonesia, ke Bandung, Jawa Barat, dari AS, dan dengan Glen Fredly. Frasa

eksosentrik direktif yang ada pada kalimat tersebut ditandai dengan hadirnya

preposisi di, ke, dari, dan dengan.

Frasa eksosentrik direktif pada kalimat nomor (75) sampai dengan (79)

mempunyai distribusi yang tidak sama dengan salah satu unsurnya. Hubungan

antarunsur pembentuk frasa tersebut bersifat terikat dan keduanya sangat penting

untuk hadir dalam kalimat. Jadi, apabila salah satu unsur pembentuk frasa

eksosentrik direktif pada kalimat dilesapkan, kalimat tersebut secara struktur dan

informasi tidak berterima. Hal itu dapat dibuktikan dengan melesapkan salah satu

unsurnya sebagai berikut.

(75a)* Biasanya, ia berjualan di.

(75b)* Biasanya, ia berjualan Pancoran.

(76a)* Selain itu, GM kemungkinan akan kembali berproduksi di.


77

(76b)* Selain itu, GM kemungkinan akan kembali berproduksi Indonesia.

(77a)* Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Jumat (15/5) siang langsung

bertolak ke setibanya di Jakarta setelah kunjungan kerja selama tiga hari

ke Manado, Sulawesi Utara.

(77b)* Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Jumat (15/5) siang langsung

bertolak Bandung, Jawa Barat, setibanya di Jakarta setelah kunjungan

kerja selama tiga hari ke Manado, Sulawesi Utara.

(78a)* Wasit dan Juri Chris John Berasal dari.

(78b)* Wasit dan Juri Chris John Berasal AS.

(79a)* Sebenarnya aku ingin berkolaborasi dengan, tapi Afghan lebih tepat

karakter suaranya.

(79b)* Sebenarnya aku ingin berkolaborasi Glen Fredly, tapi Afghan lebih tepat

karakter suaranya.

3.3.2.2.2 Frasa Eksosentrik Objektif

Konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- dapat diisi dengan frasa

eksosentrik objektif dalam konstruksi kalimat. Berikut ini data frasa eksosentrik

objektif sebagai konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- dalam konstruksi

kalimat.

(80) Sekitar pukul 07.15 WIB dia berniat ingin membersihkan kamar motel

nomor 47. (MI, 1/1/3-10-2009)

(81) Manajer Arsene Wenger pun berharap bisa menambah kekuatan di lini

depan dengan mendatangkan Mario Balotelli dari Inter. (R, 1/1/23-10-2009)


78

(82) Itu artinya dia sedang berusaha mengeluarkan isi pikirannya. (K, 1/1/17-6-

2008)

(83) Perdana Menteri Inggris, Gordon Brown, berencana akan mengirim sekitar

500 tentara ke Afghanistan. (R, 1/1/14-10-2009)

(84) Maskapai penerbangan Lion Air berencana akan melayani pengangkutan

jamaah haji Indonesia tahun 2009 ini. (R, 1/1/13-1-2009)

Konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- pada kalimat nomor (80)

sampai dengan (84) berkonstruksi sebagai frasa eksosentrik objektif. Frasa

eksosentrik objektif sebagai konstruksi konstituen pascaverba intransitif berafiks

be(R)- pada kalimat tersebut secara berturut-turut adalah ingin membersihkan

kamar motel nomor 47, bisa menambah kekuatan di lini depan, mengeluarkan isi

pikirannya, akan mengirim sekitar 500 tentara, dan akan melayani pengangkutan

jamaah haji Indonesia.

Data tersebut dikatakan frasa eksosentrik objektif karena unsur-unsur

pembentuknya memiliki verba transitif yang memerlukan objek sebagai

konstituennya. Verba-verba transitif yang ada dalam frasa eksosentrik objektif

tersebut adalah ingin membersihkan, bisa menambah, mengeluarkan, akan

mengirim, dan akan melayani. Di samping itu, yang menjadi unsur objek dalam

frasa eksosentrik objektif, yaitu kamar motel nomor 47, kekuatan di lini depan, isi

pikirannya, sekitar 500 tentara, dan pengangkutan jamaah haji Indonesia.

Frasa eksosentrik objektif sebagai konstituen pascaverba intransitif

berafiks be(R)- pada kalimat nomor (80) sampai dengan (84) juga mempunyai

distribusi yang tidak sama dengan salah satu unsurnya. Hubungan antarunsur
79

verba dan objek pembentuk frasa bersifat terikat dan keduanya sangat penting

untuk hadir dalam kalimat. Jadi, apabila salah satu unsur pembentuk frasa

eksosentrik objektif pada kalimat dilesapkan, kalimat tersebut secara struktur dan

informasi tidak berterima. Hal itu dapat dibuktikan dengan melesapkan salah satu

unsurnya sebagai berikut.

(80a)* Sekitar pukul 07.15 WIB dia berniat ingin membersihkan.

(80b)* Sekitar pukul 07.15 WIB dia berniat kamar motel nomor 47.

(81a)* Manajer Arsene Wenger pun berharap bisa menambah dengan

mendatangkan Mario Balotelli dari Inter.

(81b)* Manajer Arsene Wenger pun berharap kekuatan di lini depan dengan

mendatangkan Mario Balotelli dari Inter.

(82a)* Itu artinya dia sedang berusaha mengeluarkan.

(82b)* Itu artinya dia sedang berusaha isi pikirannya.

(83a)* Perdana Menteri Inggris, Gordon Brown, berencana akan mengirim ke

Afghanistan.

(83b)* Perdana Menteri Inggris, Gordon Brown, berencana sekitar 500 tentara ke

Afghanistan.

(84a)* Maskapai penerbangan Lion Air berencana akan melayani tahun 2009 ini.

(84b)* Maskapai penerbangan Lion Air berencana pengangkutan jamaah haji

Indonesia tahun 2009 ini.


80

3.3.3 Konstituen Berupa Klausa

Konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- dapat diisi dengan bentuk

klausa dalam konstruksi kalimat. Dilihat berdasarkan kemandiriannya klausa

terdiri atas dua bagian, yakni klausa bebas dan klausa terikat. Berikut ini data

berupa klausa sebagai konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- dalam

konstruksi kalimat.

3.3.3.1 Konstituen Berupa Klausa Bebas

Konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- dapat diisi dengan bentuk

klausa bebas dalam konstruksi kalimat. Berikut ini data klausa bebas yang

menjadi konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- dalam konstruksi

kalimat.

(85) Ia tetap beranggapan Bank Century terlalu kecil dan tak signifikan untuk

diselamatkan. (T, 1/1/7-9-2009)

(86) Saya berkeyakinan suatu saat Kereta Api akan menjadi andalan

transportasi di Jakarta. (K, 1/1/8-11-2008)

(87) Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri I ndonesia (Kadin) MS Hidayat

berpendapat, Bank Indonesia seharusnya bisa lebih keras memaksa bank-

bank untuk melaksanakan fungsi intermediasi. (T, 1/1/3-8-2009)

(88) Bisa-bisa, si dia malah berpikir Anda masih mencintai dan belum bisa

melupakan mantan kekasih. (MI, 1/1/6-6-2009)


81

(89) Ketua Asosiasi Produsen Gula dan Terigu Indonesia Natsir Mansur

berpendapat, merek kemasan murah untuk gula hanya akan

menguntungkan konsumen. (K, 1/1/11-5-2009)

Konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- pada kalimat nomor (85)

sampai dengan (89) berkonstruksi sebagai klausa bebas. Klausa bebas sebagai

konstruksi konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- pada kalimat tersebut

secara berturut-turut adalah Bank Century terlalu kecil dan tak signifikan untuk

diselamatkan, suatu saat Kereta Api akan menjadi andalan transportasi di

Jakarta, Bank Indonesia seharusnya bisa lebih keras memaksa bank-bank untuk

melaksanakan fungsi intermediasi, Anda masih mencintai dan belum bisa

melupakan mantan kekasih, dan merek kemasan murah untuk gula hanya akan

menguntungkan konsumen.

Konstruksi kalimat tersebut dikatakan memiliki klausa bebas karena unsur

pembentuk kalimat yang minimal terdiri atas subjek dan predikat dapat berdiri

sendiri. Bentuk klausa bebas tersebut sebagai konstituen pascaverba intransitif

berafiks be(R)- dapat dipisahkan dalam konstruksi kalimat karena tidak terikat

dengan klausa sebelumnya. Hubungan antara klausa pertama dengan klausa kedua

bersifat bebas dalam arti dapat menjadi kalimat tersendiri. Jadi, apabila salah satu

unsur pembentuk klausa pada konstruksi kalimat dipisahkan, kalimat tersebut

secara struktur dan informasi masih berterima. Hal itu dapat dibuktikan dengan

memisahkan salah satu unsur klausanya sebagai berikut.

(85a) Ia tetap beranggapan.

(85b) Bank Century terlalu kecil dan tak signifikan untuk diselamatkan.
82

(86a) Saya berkeyakinan.

(86b) Suatu saat Kereta Api akan menjadi andalan transportasi di Jakarta.

(87a) Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri I ndonesia (Kadin) MS Hidayat

berpendapat.

(87b) Bank Indonesia seharusnya bisa lebih keras memaksa bank-bank untuk

melaksanakan fungsi intermediasi.

(88a) Bisa-bisa, si dia malah berpikir.

(88b) Anda masih mencintai dan belum bisa melupakan mantan kekasih.

(89a) Ketua Asosiasi Produsen Gula dan Terigu Indonesia Natsir Mansur

berpendapat.

(89b) Merek kemasan murah untuk gula hanya akan menguntungkan konsumen.

3.3.3.2 Konstituen Berupa Klausa Terikat

Konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- dapat diisi dengan bentuk

klausa terikat dalam konstruksi kalimat. Berikut ini data klausa terikat yang

menjadi konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- dalam konstruksi

kalimat.

(90) SFC tidak berkeberatan andaikata Duric berlaku seperti Precious. (MI,

1/1/26-9-2009)

(91) Perilaku Ryan banyak berubah ketika ia duduk di bangku SMP. (K, 1/1/25-

7-2008)

(92) Nyamuk sudah bisa berkembang biak setelah curah hujan relatif kecil. (T,

1/1/15-2-2007)
83

(93) Bolehlah polisi bergembira karena telah melenyapkan Noordin M Top. (MI,

1/1/19-9-2009)

(94) Banyak orang bersedih karena tidak mendapatkan anak yang sangat

mereka impikan. (MI, 1/1/11-8-2009)

Konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- pada kalimat nomor (90)

sampai dengan (94) berkonstruksi sebagai klausa terikat. Klausa terikat sebagai

konstruksi konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- pada kalimat tersebut

secara berturut-turut adalah andaikata Duric berlaku seperti Precious, ketika ia

duduk di bangku SMP, setelah curah hujan relatif kecil, karena telah

melenyapkan Noordin M Top, dan karena tidak mendapatkan anak yang sangat

mereka impikan. Klausa terikat yang terdapat pada kalimat tersebut ditandai

dengan hadirnya konjungsi, seperti andaikata, meski, bahwa,dan karena.

Konstruksi kalimat tersebut dikatakan memiliki klausa terikat karena unsur

pembentuk kalimat yang minimal terdiri atas subjek dan predikat tidak dapat

berdiri sendiri. Bentuk klausa terikat tersebut tidak dapat dipisahkan dalam

konstruksi kalimat karena merupakan bagian yang dianggap penting sebagai

penjelas klausa pertama. Hubungan antara klausa pertama dengan klausa kedua

yang menjadi penjelas bersifat terikat dan sangat penting untuk hadir dalam

kalimat. Jadi, apabila salah satu unsur pembentuk klausa pada konstruksi kalimat

dipisahkan, kalimat tersebut secara struktur dan informasi tidak berterima. Hal itu

dapat dibuktikan dengan memisahkan salah satu unsur klausanya sebagai berikut.

(90a) SFC tidak berkeberatan.

(90b)* Andaikata Duric berlaku seperti Precious.


84

(91a) Perilaku Ryan banyak berubah.

(91b)* Ketika ia duduk di bangku SMP.

(92a) Nyamuk sudah bisa berkembang biak.

(92b)* Setelah curah hujan relatif kecil.

(93a) Bolehlah polisi bergembira.

(93b)* Karena telah melenyapkan Noordin M Top.

(94a) Banyak orang bersedih.

(94b)* Karena tidak mendapatkan anak yang sangat mereka impikan.


85

Tabel 3. Konstruksi Sintaktis Konstituen Pascaverba Intransitif Berafiks Be(R)-

Konstruksi Sintaktis Kalimat Konstituen Pascaverba


Bentuk Dasar 1. Pembahasan RUU MA Berindikasi Suap Suap
Kata
Bentuk Turunan 2. Mobil baru berhenti melaju kala menabrak tiang listrik. melaju
Koordinatif 3. Semua berpakaian rapi dan trendy. rapi dan trendy
Atributif 4. Matahari bersinar sangat terik. sangat terik
Frasa Endosentrik 5. Usai sholat, ia bersama sang adik, Ahmad Maulana, 9, sang adik, Ahmad
Apositif yang setia menemani setiap hari, bermain di halaman Maulana, 9,
Frasa
masjid.
Direktif 6. Biasanya, ia berjualan di Pancoran. di Pancoran.
Frasa Eksosentrik 7. Itu artinya dia sedang berusaha mengeluarkan isi mengeluarkan isi
Objektif
pikirannya. pikirannya.
8. Ia tetap beranggapan Bank Century terlalu kecil dan tak Bank Century terlalu
Klausa Bebas signifikan untuk diselamatkan. kecil dan tak signifikan
Klausa untuk diselamatkan.
9. Perilaku Ryan banyak berubah ketika ia duduk di ketika ia duduk di
Klausa Terikat
bangku SMP. bangku SMP.

83
86

Bagan 3.

Konstruksi Sintaktis Konstituen Pascaverba Intransitif Berafiks Be(R)-


87

84
88

BAB IV

PENUTUP

4.1 Simpulan

Berdasarkan analisis data pada bab III dapat disimpulkan bahwa

konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- dalam kalimat bahasa Indonesia

adalah sebagai berikut.

(1) Fungsi sintaktis sebagai konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)-

dapat berupa pelengkap dan keterangan. Pelengkap sebagai konstituen

pascaverba intransitif berafiks be(R)- dapat berupa pelengkap wajib dan

pelengkap tidak wajib. Keterangan sebagai konstituen pascaverba intransitif

berafiks be(R)- juga dapat berupa keterangan wajib dan keterangan tidak

wajib.

(2) Kategori sintaktis sebagai konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)-

terdiri atas nomina atau frasa nominal, verba atau frasa verbal, adjektiva atau

frasa adjektival, frasa numeralia, dan frasa preposisional.

(3) Konstruksi sintaktis sebagai konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)-

yang terdapat dalam kalimat dapat berupa kata, frasa, dan klausa. Kata

sebagai konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- dapat berupa bentuk

dasar dan bentuk turunan. Frasa sebagai konstituen pascaverba intransitif

berafiks be(R)- dapat berupa frasa endosentrik dan frasa eksosentrik. Frasa

endosentrik sebagai konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- dapat

88
89

berupa frasa endosentrik koordinatif, frasa endosentrik atributif, dan frasa

endosentrik apositif. Frasa eksosentrik sebagai konstituen pascaverba

intransitif berafiks be(R)- dapat berupa frasa eksosentrik direktif dan frasa

eksosentrik objektif. Selanjutnya, klausa sebagai konstituen pascaverba

intransitif berafiks be(R)- dapat berupa kalusa bebas dan klausa turunan.

4.2 Saran

Penelitian konstituen pascaverba intransitif berafiks be(R)- dalam kalimat

bahasa Indonesia ini belum lengkap atau menyeluruh karena data yang ada

terbatas. Oleh karena itu, penelitian selanjutnya masih perlu dilakukan agar lebih

komprehensif dengan didukung data-data yang lebih beragam. Penelitian

selanjutnya dapat dilakukan, di antaranya, terhadap sifat kehadiran pelengkap

wajib dan keterangan wajib yang dihubungkan dengan ketransitifan verba,

konstruksi verba, dan kategori pelengkap begitu pula dengan keterangan itu

sendiri. Pengkajian selain ditunjang dari sisi morfologi, sintaksis, dan semantik,

perlu juga dari sisi wacana, sehingga dihasilkan klasifikasi yang lebih lengkap

mengenai sifat kehadiran pelengkap dan keterangan tersebut.


90

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Babdudu, J.S. 1987. Pelik-Pelik Bahasa Indonesia. Bandung: Pustaka Prima.

Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

__________. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

__________. 2009. Sintaksis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Kentjono, Djoko. 2002. Dasar-Dasar Linguistik Umum. Jakarta: Fasa UI

Keraf, Gorys. 1994. Komposisi. Flores: Nusa Indah.

__________. 2009. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka.

Kridalaksana, Harimurti. 1994. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta:

Gramedia.

__________. 2009. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta:

Gramedia

Kushartanti, dkk. 2007. Pesona Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka.

Parera, J.D. 1990. Morfologi. Jakarta: Gramedia Pustaka.

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdiknas RI. 2007. Pedoman

Umum EYD dan Pembentukan Istilah. Bandung: Yrama Widya.

Putrayasa, Ida Bagus. 2008. Analisis Kalimat. Bandung: Refika Aditama.

__________. 2008. Kajian Morfologi. Bandung: Refika Aditama.

__________. 2006. Tata Kalimat Bahasa Indonesia. Bandung: Refika Aditama.

Ramlan. 1987. Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: Karyono.


91

__________. 1987. Sintaksis. Yogyakarta: Karyono.

Samsuri. 1981. Analisis Bahasa. Jakarta: Erlangga.

Verhaar, J.W.M. 1996. Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press.
92

DAFTAR KAMUS

Alwi, dkk. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Kridalaksana, Harimurti. 2001. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka.


93

DAFTAR SITUS

http://www.google.co.id

http://www.kompas.com

http://www.mediaindonesia.com

http://www.republika.co.id

http://www.tempointeraktif.com
94

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Heru Pratikno

Tempat tanggal lahir : Jakarta, 10 Desember 1986

Agama : Islam

Alamat : Jalan Anggrek 1 Blok J No. 235 RT 13/11 Desa Jatimulya

Kecamatan Tambun Selatan Kabupaten Bekasi Jawa Barat

17510

No. telepon : 085624624592

Pendidikan Formal : TK Islam Putri Kembar Bekasi 1992-1993

SD Negeri Mulya Jaya Bekasi 1993-1999

SMP Negeri 4 Tambun Selatan 1999-2002

SMA Negeri 1 Tambun Selatan 2002-2005

Sastra Indonesia Universitas Padjadjaran 2005-2009

Nama Bapak : Sugino

Pekerjaan : PNS

Nama Ibu : Ratna Mulyati

Pekerjaan : PNS

Alamat : Jalan Anggrek 1 Blok J No. 235 RT 13/11 Desa Jatimulya

Kecamatan Tambun Selatan Kabupaten Bekasi Jawa Barat

17510
95

LAMPIRAN

1. Sementara itu, sang ibu Marija berkebangsaan Slovenia. (MI, 1/1/7-5-2008)

2. Konvensi ini berpotensi memicu perpecahan. (MI, 1/1/11-12-2008)

3. Dalam kehidupan sosial, ia berkepribadian hangat. (R, 1/1/3-5-2009)

4. APBD DKI Berindikasi Korupsi (R, 1/1/27-2-2008)

5. Selama persidangan ayah pesinetron Fachri Albar itu berkelakuan baik. (MI,

1/1/25-6-2008)

6. Ratusan Karyawan Freeport Berjalan Kaki ke Timika. (MI, 1/1/25-7-2009)

7. Di puncuk pohon cempaka Burung ketilang bernyanyi Bersiul-siul sepanjang

hari Dengan tak jemu-jemu. (R, 1/1/23-10-2008)

8. Warga berteriak histeris, karena tak ada suara gemuruh mesin pesawat

bernomor registrasi A-1325, namun terdengar suara benda keras yang

menerjang rerimbunan pohon bambu. (R, 1/1/22-5-2009)

9. Jumlah pengangguran bertambah banyak setiap tahunnya karena

pabrik/industri banyak yang gulung tikar/bangkrut. (MI, 1/1/19-5-2008)

10. Menurut laporan terakhir, jelas Ari, Soeharto sudah bisa bernafas sendiri

meskipun alat bantu pernafasan masih dipasang. (T, 1/1/20-1-2008)

11. Proyek ambisius ini bakal berlokasi di Ibu Kota Tallin atau kota besar

lainnya. (R, 1/1/18-5-2009)

12. Forum yang dibentuk pada 5 Juli 2008 ini berkantor di Wisma Batavia. (R,

1/1/14-8-2009)
96

13. Selanjutnya, Maya dan kawan-kawan harus berhadapan dengan tim

Thailand. (T, 1/1/6-9-2009)

14. Pemerintah dan DPR berkesempatan untuk membuat UU tentang Pengadilan

Tipikor hingga 19 Desember 2009. (MI, 1/1/30-6-2008)

15. Presiden Yudhoyono akan bertindak sebagai inspektur upacara pemakaman

Ali Alatas. (R, 1/1/11-12-2008)

16. Ia sempat berdiskusi dengan pengurus masjid dan bersilaturahmi dengan

jamaah. (T, 1/1/29-7-2009)

17. Puluhan Kader Partai Penegak Demokrasi Indonesia (PPDI) berdemonstrasi

di depan kantor Komisi Pemilihan Umum, Jakarta, kemarin. (MI, 1/1/5-11-

2008)

18. Ketua KPU Abdul Hafiz Anshary sedang berkegiatan di Balikpapan,

Kalimantan Timur, dan Pontianak, Kalimantan Barat, untuk mengikuti acara

Kementerian Komunikasi dan Informatika. (MI, 1/1/5-11-2008)

19. Kini, jumlah pemeluk Islam semakin bertambah dengan kehadiran para

imigran dari Timur Tengah, Afrika Utara, dan negara-negara Islam di Asia.

(R, 1/1/18-5-2009)

20. Para pengendara harus berhati-hati saat melewati Jalan Otto Iskandardinata

karena terdapat galian perbaikan jalan di Jakarta Timur, kemarin. (MI,

1/1/11-12-2008)

21. Sebanyak 23 orang berkebangsaan Thailand, 3 orang lainnya berkebangsaan

Indonesia. (T, 1/1/1-4-2008)

22. Ketika itu, Estonia belum berbentuk negara. (R, 1/1/18-5-2009)


97

23. Mereka beragama Nasrani, tapi bertoleransi terhadap umat agama lain. (R,

1/1/18-5-2009)

24. Papan itu bergambar sepasang polisi laki-laki dan perempuan dalam sikap

hormat. (K, 1/1/14-8-2008)

25. Lontongnya berbentuk segitiga lebar dan pipih. (K, 1/1/3-7-2008)

26. Jika kasus itu berindikasi tindak pidana korupsi, selanjutnya dilakukan gelar

perkara. (MI, 1/1/6-10-2008)

27. Lulusan PT Berkesempatan Kerja di Perusahaan Jepang. (R, 1/1/11-7-2009).

28. Saya nggak bisa berhenti menangis. (R, 1/1/14-7-2009)

29. Malam ini Presiden berencana datang bersama dengan PM Badawi. (R,

1/1/11-12-2008)

30. Pemprov DKI Tak Berkewajiban Ganti Rugi Monorel. (K, 1/1/14-5-2009)

31. Saya tidak bermimpi mencetak gol di final. (MI, 1/1/24-8-2008)

32. Sementara itu, seluruh penyusun Undang-Undang yang berasal dari parpol

sudah berkonsentrasi menghadapi Pemilu 2009. (MI, 1/1/30-6-2008)

33. Dari Indonesia, Amin Suryana berkesempatan besar untuk menyalip Hardi

karena selisih catatan waktu keduanya amat tipis. (T, 1/1/25-8-2003)

34. Saat menuju landasan, pesawat berkecepatan rendah sehingga tidak bisa

bermanuver, (R, 1/1/10-3-2009)

35. Siswi kelas I SMP ini sudah berkegiatan normal seperti rekan-rekan

sebayanya. (T, 1/1/19-1-2009)


98

36. Pelapis dinding atau wallcover ruang tamunya berwarna merah bata, bergaya

retro, dengan motif polkadot seukuran bola pingpong dengan garis-garis

vertikal. (T, 1/1/20-7-2009)

37. Sedangkan perabotnya berwarna cokelat kayu. (T, 1/1/20-7-2009)

38. RUU MA Beraroma "Tak Sedap". (K, 1/1/23-9-2008)

39. Penyerang (Satpol PP) berjumlah 150 orang. (T, 1/1/10-9-2008)

40. Biaya yang dibutuhkan para calon TKI berkisar Rp 5 juta. (K, 1/1/22-12-

2008)

41. Angin dari tenggara-selatan itu berkecepatan 5-22 knot. (MI, 1/1/27-9-2008)

42. Satu porsi full berisi dua lontong. (K, 1/1/3-7-2008)

43. Pimpinan MPR berjumlah lima orang yang terdiri dari 3 anggota DPR dan 2

anggota DPD. (MI, 1/1/3-7-2008)

44. Kalla sudah berkegiatan sejak pagi hari. (R, 1/1/29-7-2009)

45. Kompetisi Liga Singapura berakhir pada 4 November 2009. (MI, 1/1/26-9-

2009)

46. Beberapa perusahaan besar Thailand beroperasi di Kamboja. (R, 1/1/16-10-

2008)

47. Kapal jetfoil itu berlayar dari Pelabuhan Boom Baru, Palembang, dan

mengalami kecelakaan pada jalur pelayaran Bui Merah, Bangka, sekitar pkl.

15.00 hingga 16.00 WIB. (MI, 1/1/27-1-2009)

48. Diah Defawati telah berpindah ke PDIP sekaligus menjadi Caleg partai

pimpinan Megawati Soekarnoputri ini. (MI, 1/1/26-8-2008)

49. Saya berpenyakit asma, bisa mati kalau pakai ekstasi. (T, 1/1/11-5-1999)
99

50. Pembahasan RUU MA Berindikasi Suap (R, 1/1/17-12-2008)

51. LBI juga bersifat profesional, (T, 1/1/16-6-2003)

52. Para petinju wanita ini berkemauan besar untuk mewakili negara di tingkat

dunia. (K, 1/1/13-11-2009)

53. Ketiganya memang berprilaku normal namun semuanya kurang pergaulan.

(R, 1/1/14-7-2009)

54. Para santriwati juga berkesempatan berorganisasi melalui kegiatan

ekstrakurikuler. (R, 1/1/23-12-2008)

55. Selama kurang lebih 30 menit lamanya aparat polsek Abepura berusaha

bertahan dari serangan ratusan warga asal Wamena itu. (MI, 1/1/9-4-2009)

56. Mobil baru berhenti melaju kala menabrak tiang listrik. (R, 29/9/2009)

57. Menurut hitungannya, 68 persen siswa berkemampuan rata-rata. (T, 1/1/1-2-

1999)

58. Tujuh partai berasaskan Pancasila; hanya PKS dan PPP. (R, 1/1/30-4-2009)

59. Ajak anak berbelanja sayur dan buah. (K, 1/1/23-7-2008)

60. Ia berkali-kali menggerakkan atau menggigit bibir. (K, 1/1/17-6-2008)

61. Semua berpakaian rapi dan trendy. (K, 1/1/10-3-2008)

62. “Golkar tidak berpikir soal menang-kalah, tapi lebih menginginkan

terciptanya pemerintahan yang kuat dan stabil.” (R, 1/1/16-4-2009)

63. Guru harus berpenampilan menarik dan penuh percaya diri. (R, 1/1/24-2-

2009)

64. Mereka cocok bekerja sebagai artis, dekorator interior, atau pemandu

wisata. (MI, 1/1/24-9-2009)


100

65. Matahari bersinar sangat terik. (R, 1/1/6-11-2008)

66. Selama ini, lanjut dia, istri dan ibu HC berjualan nasi kuning. (T, 1/1/20-8-

2008)

67. Ia sebenarnya berpenampilan sangat baik untuk ukurannya. (MI, 1/1/23-10-

2009)

68. Pagi hari, ia sudah berolahraga selama 30 menit di sebuah gimnasium dekat

rumahnya di Chicago. (K, 1/1/30-6-2008)

69. Biasanya, orang seperti ini suka berkelakuan sedikit centil untuk

memamerkan ponselnya. (K, 1/1/7-7-2008)

70. Selain itu, Sarkozy juga bertemu dengan Perdana Menteri Israel Ehud

Olmert di Yerusalem, kemudian pada Selasa (6/1) mengunjungi Suriah dan

Lebanon. (K, 1/1/9-1-2009)

71. Di sini ia berjumpa Sukri, ustad yang tinggal di Desa Senembah Ujung

Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. (T, 1/1/6-7-

2009)

72. Di putaran keempat nanti, Senin (30/6), Jankovic akan berhadapan dengan

petenis Thailand, Tamarine Tanasugarn, untuk memperebutkan tiket ke

perempat final. (K, 1/1/28-6-2008)

73. Bintang berusia 50 tahun ini mulai berpacaran dengan "si brondong" Chase

Dreyfous, pada Juni silam setelah bertemu dalam sebuah acara amal. (T,

1/1/19-11-2008)

74. Usai sholat, ia bersama sang adik, Ahmad Maulana, 9, yang setia menemani

setiap hari, bermain di halaman masjid. (K, 1/1/25-7-2008)


101

75. Biasanya, ia berjualan di Pancoran. (K, 1/1/18-6-2008)

76. Selain itu, GM kemungkinan akan kembali berproduksi di Indonesia. (K,

1/1/14-8-2008)

77. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Jumat (15/5) siang langsung bertolak

ke Bandung, Jawa Barat, setibanya di Jakarta setelah kunjungan kerja selama

tiga hari ke Manado, Sulawesi Utara. (MI, 1/1/15-5-2009)

78. Wasit dan Juri Chris John Berasal dari AS. (R, 1/1/15-10-2009)

79. Sebenarnya aku ingin berkolaborasi dengan Glen Fredly, tapi Afghan lebih

tepat karakter suaranya. (R, 1/1/29-4-2009)

80. Sekitar pukul 07.15 WIB dia berniat ingin membersihkan kamar motel nomor

47. (MI, 1/1/3-10-2009)

81. Manajer Arsene Wenger pun berharap bisa menambah kekuatan di lini

depan dengan mendatangkan Mario Balotelli dari Inter. (R, 1/1/23-10-2009)

82. Itu artinya dia sedang berusaha mengeluarkan isi pikirannya. (K, 1/1/17-6-

2008)

83. Perdana Menteri Inggris, Gordon Brown, berencana akan mengirim sekitar

500 tentara ke Afghanistan. (R, 1/1/14-10-2009)

84. Maskapai penerbangan Lion Air berencana akan melayani pengangkutan

jamaah haji Indonesia tahun 2009 ini. (R, 1/1/13-1-2009)

85. Ia tetap beranggapan Bank Century terlalu kecil dan tak signifikan untuk

diselamatkan. (T, 1/1/7-9-2009)

86. Saya berkeyakinan suatu saat Kereta Api akan menjadi andalan transportasi

di Jakarta. (K, 1/1/8-11-2008)


102

87. Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri I ndonesia (Kadin) MS Hidayat

berpendapat, Bank Indonesia seharusnya bisa lebih keras memaksa bank-

bank untuk melaksanakan fungsi intermediasi. (T, 1/1/3-8-2009)

88. Bisa-bisa, si dia malah berpikir Anda masih mencintai dan belum bisa

melupakan mantan kekasih. (MI, 1/1/6-6-2009)

89. Ketua Asosiasi Produsen Gula dan Terigu Indonesia Natsir Mansur

berpendapat, merek kemasan murah untuk gula hanya akan menguntungkan

konsumen. (K, 1/1/11-5-2009)

90. SFC tidak berkeberatan andaikata Duric berlaku seperti Precious. (MI,

1/1/26-9-2009)

91. Perilaku Ryan banyak berubah ketika ia duduk di bangku SMP. (K, 1/1/25-7-

2008)

92. Nyamuk sudah bisa berkembang biak setelah curah hujan relatif kecil. (T,

1/1/15-2-2007)

93. Bolehlah polisi bergembira karena telah melenyapkan Noordin M Top. (MI,

1/1/19-9-2009)

94. Banyak orang bersedih karena tidak mendapatkan anak yang sangat mereka

impikan. (MI, 1/1/11-8-2009)


103

RASA TERIMA KASIH

Kebahagian yang luar biasa kurasakan karena pada akhirnya skripsi ini

dapat terselesaikan dengan baik. Segala sesuatu itu terjadi semata-mata atas izin

dan kehendak Allah swt. Oleh karena itu, rasa syukur yang sedalam-dalamnya

selalu kutujukan kepada Allah swt. Aku hanya bisa berusaha dengan sungguh-

sungguh dan selalu berserah diri pada-Nya.

Untuk kedua orang tuaku yang takhenti-hentinya memberikan doa dan

tenaganya agar anaknya kelak mendapat kesuksesan. Berkat keringat dan kerja

keras Ayahanda Sugino akhirnya aku bisa menjadi seorang sarjana sastra seperti

sekarang ini. Begitu juga Ibundaku Ratna Mulyati yang selalu memberikan

nasihat dan wejangannya, sehingga aku bisa menyelesaikan studi strata satu

dengan tepat waktu. Untuk Bapak dan Ibuku terima kasih yang sebesar-besrnya

atas seluruh jasa dan pengorbananmu, semua itu akan selalu kuingat dan

kukenang selamanya.

Kepada adik-adikku tercinta Henda Hernawan dan Winda Sulistyawati

yang selalu memberikan motivasi bagiku hingga aku dapat mencapai nilai terbaik

dalam menyelesaikan studi sarjana pertama ini. Semoga nanti engkau dapat

menjadi lebih baik dari padaku dan berhasil mendapatkan apa yang kau cita-

citakan.

Teruntuk kasihku Intan Julides yang takjemu-jemu memberikan bantuan

berupa pikiran dan semangat hidup, sehingga dalam waktu yang relatif cepat

skripsiku ini dapat selesai dengan menyandang predikat mendapat pujian. Segala
104

keikhlasan dan kesabaranmu semoga dapat menjadi kebaikan di kemudian hari.

Amin..

Staf Perpustakaan Fakultas Sastra yang telah berkenan memberikan

prasarana untuk bernaung ketika mengerjakan skripsi ini, sehingga dalam proses

mengerjakan skripsi dari awal sampai akhir mengalami kelancaran.

Bapak Andi sebagai Staf Program Studi Sastra Indonesia yang telah

membantu dalam mempersiapkan administrasi dalam menempuh ujian sidang

sarjana, sehingga pelaksanaan sidang sarjana dapat berjalan dengan tertib dan

memuaskan hati.

Seluruh warga Joko Tarub society, semua saudaraku Sastra Indonesia

2005, kawan-kawan Teater Musim Dingin, rumahku Blue Hikers, panitia PFS,

dan barudak KKNM Ciptarasa kalian itu adalah warna dan bumbu dalam hidupku

selama menjadi mahasiswa Unpad.

-sekian-

You might also like