Professional Documents
Culture Documents
BAB I
TEHNIK RADIOGRAFI
SINAR - X :
I. Pengaturan Penderita :
TERBATAS
TERBATAS
2
1. Posisi penderita
TERBATAS
TERBATAS
3
TERBATAS
TERBATAS
4
Yang dimaksud dengan posisi obyek adalah letak atau kedudukan dari
sebagian dari tubuh penderita yang perlu diatur dalam suatu pemotretan.
Misalnya seorang penderita akan di foto tangannya, maka yang disebut
obyek adalah posisi dari tangan penderita yang akan di foto. Pada
umumnya untuk mengatur posisi obyek perlu dilakukan suatu pergerakan
agar obyek tersebut berada pada posisi yang dikehendaki. Beberapa istilah
pergerakan yang penting antara lain :
Inversion
Eversion
TERBATAS
TERBATAS
5
Jarak antara sumber sinar ( Focus ) ke Film, perlu diatur pada setiap
melaksanakan pemotreta oleh karena hal tersebut akan berpengaruh
terhadap kualitas gambar, factor eksposi dan lain sebagainya. Pada
umumnya FFD untuk pemotretan Radiografi berkisar antara (40 – 200) cm,
tergantung dengan jenis pemeriksaan yang dilakukan.
FFD
FOD
TERBATAS
TERBATAS
6
OFD
Yang dimaksud dengan Central Ray adalah pusat dari berkas sinar
yang digunakan dalam pemotretan. Central ray merupakan garis lurus
tengah-tengah berkas sinar yang menunjukan arah/ jalannya sinar tersebut.
Selanjutnya istilah-istilah arah sinar selalu disebut sesuai dengan arah
datangnya dan perginya sinar. Contohnya sebagai berikut :
Trans – Lateral : sinar dari tepi yang satu ke tepi yang lain
TERBATAS
TERBATAS
7
1. Ketebalan obyek : Semakin tebal obyek yang di foto, semakin tinggi factor
eksposi yang di butuhkan dalan pemotretan tersebut.
Dalam radiografi ada dua jenis film, Screen Film dan Non Screen Film,
dimana peda pemakaian jenis screen film menggunakan kaset radiografi. Baik
secara screen film maupun non screen film, pengaturan didalam pemotretan di
tempatkan di belakang obyek dengan urutan : sumber sinar obyek film.
Sinar diarahkan ke obyek, kemudian menembus obyek mengenai film sehingga
terbentuklah bayangan Latent.
TERBATAS
TERBATAS
8
/ ALASAN …..
ALASAN-ALASAN PEMOTRETAN :
1. Fraktura ( ruda paksa ); yaitu patah atau retak tulang akibat benturan/
kekerasan. Foto Roentgen yang di butuhkan harus dapat memperlihatkan
lokasi, bentuk serta kedudukan dari faktura tersebut.
3. Corpus alienum ( foreign body ); yaitu adanya benda asing di dalam tubuh.
Foto Roentgen yang dibutuhkan harus dapat mamperlihatkan letak benda
asing tersebut dari berbagai sisi.
TERBATAS
TERBATAS
9
2. Pengaturan sinar ( Central Ray ) yang tidak tegak lurus terhadap film akan
mengakibatkan distorsi gambar/ parubahan bentuk.
I. IS (INTENSIFYING SCREEN)
LUMINESENSI :
/ Luminesensi …..
1. FLUOROSENSI :
1. Fluoroskopi
2. Intensifying Image ( II )
3. Photo Fluoroskopi
4. IS jenis phosphor Calsium Tungstate
Keuntungan IS : Kerugian IS :
Perawatan IS :
II KASET
Konsrtuksi Kaset :
III GRID
/ 1. Lead …..
Jenis Grid :
IV FILM RONTGEN
Bahan yang peka terhadap sinar – x dan cahaya (Perak Halogen) serta
sensitive terhadap radiasi elektro magnetic yang mempunyai panjang
gelombang 460 nm.
SUPER COAT
EMULSI LAYER
GELATIN
TERBATAS
TERBATAS
11
FILM BASE
1. Screen Film :
/ a. Kontras …..
1. Kepekaan Film :
a. Faktor eksposi minimal maka Dosis minimal.
b. “t” eksposi minimal maka kualitas maksimal karena movement lebih
kecil.
c. Pesawat akan terawatt.
Kerugiannya :
1. Di gudang :
TERBATAS
TERBATAS
12
a. Suhu ± 10 º C
b. Kering / Humidity 4 %
c. Ventilasi yang baik
d. Posisi film harus berdiri untuk mencegah Pressure Marks.
e. Disusun berdasarkan Expose Date.
f. Hindari kontaminasi terhadap bahan kimia.
g. Terhindar dari radiasi.
2. Di kamar periksa :
a. Di masukan dalam kaset dan terhindar dari radiasi primer dan
hamburan.
b. Bila perlu disimpan dalam Radiation Proof Boxes.
3. Di kamar gelap :
a. Jauh dari pintu masuk kamar gelap.
b. Letakkan diatas meja kering.
c. Bila perlu Film Box berada dilaci dengan posisi berdiri.
1. Suhu ruangan 27 º C
2. Humidity 25 % - 68 %
3. Untuk mencegah jamur bias dicuci dengan cairan 5 % Sulfate.
I TAHAPAN PENCUCIAN
1. Developing (Pembangkit)
d. Agitasi :
- Menghindari “Air Bubbles”
- Proses pembangkitan lebih merata
- Kekurangan agitasi akan menimbulkan “edge effect” dan
“Bromide flow lines” (garis hitam didaerah yang densitasnya
tinggi)
2. Rinsing
Menghilangkan sisa-sisa Developer yang masih menempel pada film
dengan air bersih yang mengalir dan dingin supaya tidak masuk ke
larutan Fixer. Bila sisa-sisa Developer masuk ke Fixer maka yang
terjadi :
/ Faktor …..
4. Washing
Membersihkan sisa-sisa larutan Fixer yang menempel pada
permukaan film dengan menggunakan air yang mengalir, dingin dan
bersih.
II DRYING
BAB II
PROTEKSI RADIASI
RADIASI :
Berasal dari sina kosmos, sinar Gamma dari kulit bumi, hasil peluruhan
Radon dan Thorium di udara, serta berbagai Radionuklida yang terdapat
dalam bahan makanan.
TERBATAS
TERBATAS
15
pekerja radiasi di fasilitas Nuklir, Radiografi, Logging, pabrik kas lampu dan
sebagainya.
Sifat-sifat Sinar - X :
1. Dapat menembus bahan (KV semakin tinggi maka daya tembus semakin
besar)
2. Mangalami Atenuasi (pelemahan)
3. Menimbulkan radiasi sekunder (radiasi hambur, Karateristik dan electron)
dalam bahan yang dilalui.
4. Menyebabkan garam logam memancarkan cahaya.
5. Menghitamkan emulsi film ( AgBr Radiografi )
6. Menimbulkan efek Biologis.
/ I. AZAS …..
GENETIK
PERISAI
PROTEKSI RADIASI :
TERBATAS
TERBATAS
16
Suatu cabang ilmu pengtahuan atau tehnik yang mempelajari masalah
kesehatan lingkungan yang berkaitan dengan pemberian perlindungan
kepada seseorang atau sekelompok orang terhadap kemungkinan terkena
akibat yang merugikan dari radiasi.
1 WAKTU :
Dosis yang diterima seseorang berbanding lurus dengan waktu pada laju
dosis tertentu.
2. JARAK :
Menurut hokum Kuadrat jarak nilai sinar akan menurun dengan bertambah
jarak dari sumber radiasi.
3. PERISAI / PELINDUNG
½x ¼x
-μx
It It = Io . e
Io
Perisai Perisai
/ It = …..
It = Intensitas awal
It = Intensitas setelah melewati perisai
μ = Koefisien jenis bahan perisai
x = tebal bahan
a. Tebal bahan
b. Koefisien bahan
TERBATAS
TERBATAS
17
c. Energi radiasi
TERBATAS
TERBATAS
18
d. Luas lapangan penyinaran sekecil mungkin sesuai kebutuhan
klinis.
1. Posisi AP :
BAB III
Pasien tidur posisi PEMERIKSAAN
TEHNIK supine diatas RADIOLOGI
meja
pemeriksaan. Kepala diganjal dengan bantal, kedua
tangan lurus disamping tubuh dengan posisi tangan true
AP. Os Humerus yang sakit menempel pada pertengahan
kaset, beri marker pada kaset sesuai Os Humerus yang
akan diperiksa.
TERBATAS
- CR : Tegak lurus Kaset.
- CP : Pertengahan Os Humerus.
- Kaset : (24 x 30) cm.
- FFD : 90 cm.
TERBATAS
19
Gamb
90 cm
posisi
90 cm
2. Posisi Lateral :
Prosedur pemeriksaan :
TERBATAS
TERBATAS
21
PROSEDUR TETAP
PEMERIKSAAN OS CLAVICULA
Prosedur pemeriksaan :
TERBATAS
TERBATAS
22
PROSEDUR TETAP
PEMERIKSAAN ELBOW JOINT / ARTICULATIO
CUBITI
Prosedur pemeriksaan :
90 cm
1. Posisi AP :
2. Posisi Lateral :
TERBATAS
TERBATAS
23
PROSEDUR TETAP
PEMERIKSAAN OS ANTEBRACHI
Prosedur pemeriksaan :
90 cm 1. Posisi AP :
2. Posisi Lateral :
TERBATAS
TERBATAS
24
PROSEDUR TETAP
PEMERIKSAAN WRIST JOINT
Prosedur pemeriksaan :
1. Posisi AP :
2. Posisi Lateral :
Gambar prosedur t
dan Lateral
PROSEDUR TETAP
PEMERIKSAAN OS MANUS
Prosedur pemeriksaan :
1. Posisi AP :
2. Posisi Lateral :
90 cm
TERBATAS
TERBATAS
26
3. Posisi Oblique :
Gambar Os Manus
Posisi Oblique
Gambar prosedur tetap pemeriksaan Os
Manus posisi Oblique.
PROSEDUR TETAP
PEMERIKSAAN OS FEMUR
90 cm Prosedur pemeriksaan :
1. Posisi AP :
TERBATAS
TERBATAS
27
2. Posisi Lateral :
90 cm
PROSEDUR TETAP
PEMERIKSAAN KNEE JOINT /
ARTICULATIO GENU
Prosedur pemeriksaan :
90 cm 1. Posisi AP :
TERBATAS
TERBATAS
28
2. Posisi Lateral :
PROSEDUR TETAP
PEMERIKSAAN OS CRURIS
Prosedur pemeriksaan :
90 cm 1. Posisi AP :
TERBATAS
TERBATAS
29
2. Posisi Lateral :
Gambar Os Cruris
posisi True AP
dan Lateral.
PROSEDUR TETAP
PEMERIKSAAN ANKLE JOINT / ARTICULATIO
TALOCRURALIS
Prosedur pemeriksaan :
1. Posisi AP :
TERBATAS
TERBATAS
30
2. Posisi Lateral :
90 cm
Gambar prosedur tetap pemeriksaan Ankle Gambar Ankle Joint posisi True AP dan
Joint posisi True Lateral. Lateral.
PROSEDUR TETAP
PEMERIKSAAN 0S CALCANEUS
Prosedur pemeriksaan :
90 cm
1. Posisi Lateral :
TERBATAS
TERBATAS
31
2. Posisi Axial :
90 cm
PROSEDUR TETAP
PEMERIKSAAN 0S PEDIS
Prosedur pemeriksaan :
90 cm 1. Posisi AP :
TERBATAS
TERBATAS
32
2. Posisi Lateral :
3. Posisi Oblique :
90 cm
TERBATAS
TERBATAS
33
150 cm
150 cm
Gambar prosedur tetap pemeriksaan Thorax Foto posisi True PA dan Lateral
TERBATAS
TERBATAS
34
150 cm
150 cm
Gambar prosedur tetap pemeriksaan Thorax Foto posisi Top Lordotik dan RLD / LLD
4. Posisi LLD/RLD :
TERBATAS
TERBATAS
35
PROSEDUR TETAP
PEMERIKSAAN VERTEBRA CERVICALIS
1. Posisi AP :
2. Posisi Lateral :
TERBATAS
TERBATAS
36
100 cm 100 cm
PROSEDUR TETAP
PEMERIKSAAN VERTEBRA THORACALIS Luas lapangan penyinaran mencakup
Cervicothoracalis sampai Thoracolumbalis. Saat
Persiapan pasien : Pasien dianjurkan exposi pasien dalam keadaan expirasi dan tahan
untuk mengganti pakaian dengan pakaian yang telah nafas, marker diletakan pada ujung kaset.
disediakan dan melepas BH serta perhiasan yang ada
di leher. - CR : Vertical tegak lurus
Kaset.
Persiapan Alat/Bahan : Tidak ada. - CP : Vertebrae Thoracalis
VI
Posisi pemeriksaan : AP, Lateral. - Kaset : (30 x 40) cm.
- FFD : 100 cm.
Prosedur pemeriksaan :
1. Posisi AP :
2. Posisi Lateral :
TERBATAS
TERBATAS
37
1. Posisi AP :
Gambar prosedur tetap pemeriksaan Vertebra 3. Posisi Right Anterior Oblique (RAO) :
Lumbalis posisi AP, Lateral dan LAO / RAO
Pasien tidur dimana sisi kanan miring 45°
membentuk posisi RAO, kedua tangan berada diatas
PROSEDUR TETAP kepala dengan kedua sisi ditekuk, kaki kanan sedikit
PEMERIKSAAN VERTEBRA LUMBALIS ditekuk dan menempel meja pemeriksaan sedangkan
kaki kiri ditekuk dengan telapak kaki menumpu meja.
Persiapan pasien : Pasien dianjurkan untuk Usahakan posisi Vertebra Lumbalis berada di tengah
mengganti pakaian dengan pakaian yang telah kaset yang telah terpasang pada Caset Try dengan
disediakan. Bucky. Saat exposi pasien dalam keadaan expirasi
dan tahan nafas.
Persiapan Alat/Bahan : Tidak ada.
- CR : Vertical tegak lurus
Posisi pemeriksaan : AP, Lateral, RAO / Kaset.
LAO. - CP : Vertebrae Lumbalis III.
- Kaset : (30 x 40) cm.
Prosedur pemeriksaan : - FFD : 100 cm.
TERBATAS
TERBATAS
38
Prosedur pemeriksaan Vertebra Lumbalis posisi LAO adalah kebalikan dari prosedur
pemeriksaan posisi RAO.
TERBATAS
TERBATAS
39
PROSEDUR TETAP
PEMERIKSAAN PELVIS
Prosedur pemeriksaan :
1. Posisi AP :
TERBATAS
TERBATAS
40
PROSEDUR TETAP
PEMERIKSAAN SCHEDELL
Prosedur pemeriksaan :
1. Posisi AP :
2. Posisi PA :
TERBATAS
TERBATAS
41
3. Posisi Lateral :
PROSEDUR TETAP
PEMERIKSAAN SINUS PARANASAL (SPN)
45 °
Persiapan pasien : Pasien dianjurkan un-tuk
melepas perhiasan atau benda-benda yang mengan-
dung logam di-sekitar kepala.
Prosedur pemeriksaan :
1. Posisi Waters :
TERBATAS
TERBATAS
42
2. Posisi Lateral :
- CR : 15° Caudally.
- CP : Mengarah ke Glabella
- Kaset : (18 x 24) cm dengan
Lysolm (Grid).
- FFD : 100 cm.
TERBATAS
TERBATAS
43
- CR : 30° Cranially.
TERBATAS
TERBATAS
44
2. Posisi Rhese PA :
Pasien tidur Prone, tangan diletakkan dalam posisi nyaman, Orbita yang akan diperiksa
ditempatkan pada titik tengah kaset. Kaset ditempatkan dengan Zigoma, hidung dan dagu menempel
pada kaset. Flexio kepala diatur sehingga Acantio Meatal Line tegak lurus kaset. Kemudian kepala
diatur kearah sisi yang diperiksa sehingga MSP kepala membentuk 55° dengan bidang horizontal,
dilakukan perbandingan kanan dan kiri. Saat eksposi pasien tahan nafas.
Posisi PA :
Pasien tidur Prone, mid sagital tubuh pada pertengahan meja pemeriksaan, kepala diletakkan
diatas meja pemeriksaan dengan dahi dan hidung menempel pada meja pemeriksaan. Flexio kepala
diatur sehingga OMBL tegak lurus kaset, tengah-tengah kaset diletakkan setinggi inferior margin
orbita.
Posisi PA :
Pasien tidur posisi Prone, MSP tubuh pada pertengahan meja pemeriksaan, tangan diatur
dalam posisi menyenangkan, kepala diatur sedemikian ABL tegak lurus kaset, titik tengah film diatur
sedemikian dilalui CR.
TERBATAS
TERBATAS
45
PROSEDUR TETAP
PEMERIKSAAN MASTOID
Prosedur pemeriksaan :
- CR : 30° Caudally.
- CP : 3 cm dibelakang MAE
kemudian ditarik keatas
setinggi 3 cm.
- Kaset : (18 x 24) cm dengan Lysolm
(Grid).
- FFD : 100 cm.
PROSEDUR TETAP
PEMERIKSAAN TEMPORO MANDIBULAE
JOINT (TMJ)
TERBATAS
TERBATAS
46
- CR : 30° Caudally.
- CP : Perpotongan antara MSP
dangan Interpupilaria
Line diletakkan pada
titik tengah kaset.
- Kaset : (18 x 24) cm dengan
Lysolm (Grid).
- FFD : 100 cm.
PROSEDUR TETAP
PEMERIKSAAN OS NASAL
Persiapan pasien : Pasien dianjurkan Gambar TMJ posisi Schullers Close dan
untuk melepas perhiasan atau benda-benda yang Open Mouth.
mengandung logam disekitar kepala.
Prosedur pemeriksaan :
TERBATAS
TERBATAS
47
PROSEDUR TETAP
PEMERIKSAAN ABDOMEN 3 POSISI
Persiapan pasien :
100 cm
- Pemeriksaan Abdomen 3 posisi dilakukan bagi
pasien yang mengalami trauma (tumpul maupun tajam)
Abdomen.
Prosedur pemeriksaan : - Sebelum pelaksanaan pemeriksaan, pasien
mengganti pakaian dengan pakaian yang telah tersedia.
1. Posisi AP :
Persiapan Alat/Bahan : Tidak ada.
Pasien tidur posisi Supine diatas meja
pemeriksaan, MSP tegak lurus dengan garis tengahPosisi pemeriksaan : AP, ½ Duduk dan Left
meja pemeriksaan, kedua lengan pasien disamping Lateral Dicu-bitus
tubuh pasien. Batas luas lapangan penyinaran yaitu (LLD).
batas atas setinggi Processus Xipodeus dan batas
bawah mencakup Sympisis Pubis. Saat exposi
pasien dalam keadaan Expirasi dan tahan nafas. Beri
marker pada ujung kaset. 100 cm
2. Posisi ½ Duduk :
100 cm
Pasien duduk diatas meja pemeriksaan
dengan posisi ½ duduk dan arah sinar AP. Untuk
pasien yang kondisinya sangat lemah dan tidak
kooperatif maka kaset dipegang salah satu
pendamping dengan menggunakan Apron. Buat
posisi pasien senyaman mungkin untuk menghindari
pergerakan yang tetap
Gambar prosedur tidak diinginkan. kedua lengan
pasien disamping
pemeriksaan tubuh pasien dengan posisi telapak
Abdomen
tangan menumpu
Polos posisi pada meja pemeriksaan untuk
AP, ½ Duduk
menahan
dan LLD berat badan. Batas luas lapangan
penyinaran yaitu batas atas setinggi Diagpragma dan
batas bawah mencakup Vert. Lumbalis I. Exposi
dilakukan setelah interval waktu 5 mt agar udara
dalam Abdomen naik keatas. Saat exposi pasien
dalam keadaan Expirasi dan tahan nafas. Beri
Gambarpada
marker Abdomen
ujung Polos
kaset.
posisi AP, ½ Duduk dan
LLD - CR : Tegak lurus kaset.
- CP : Pertengahan kaset.
- Kaset : (30 x 40) cm dengan
Lysolm (Grid)
- FFD : 100 cm.
3. Posisi LLD :
TERBATAS
TERBATAS
49
PROSEDUR TETAP
PEMERIKSAAN FROG POSITION / ATRESIANI
- CR : Vertical tegak lurus
Persiapan pasien : kaset.
- CP : Pertengahan Kaset
- Pemeriksaan Frog Position / Atresiani dengan arah sinar Trans
dilakukan untuk bayi yang didiagnosa tidak – Lateral (sinar dari
mempunyai dubur atau Anus. tepi yang satu ke tepi
- Pemeriksaan ini dianjurkan bayi didampingi yang lain)
perawat. - Kaset : (24 x 30) cm dengan
PROSEDUR TETAP
- Sebelum pemeriksaan dilakukan, beri tanda Lysolm (Grid)
PEMERIKSAAN BNO
berupa marker 2 buah diletakan pada ujung dubur dan - FFD : 100 cm.
dengan jarak 1 cm kedalam marker yang lainnya.
Persiapan pasien :
2. Posisi Frog (Kodok) :
Persiapan Alat/Bahan : Sediakan marker.
- Pemeriksaan BNO dilaksanakan dalam kondisi
Pasien posisi Prone dengan kedua kaki
pasien puasa.
Posisi pemeriksaan : AP, Frog Position. ditekuk seperti posisi kodok dengan salah satu sisi
- Satu hari sebelum pemeriksaan pasien makan bubur
badan pasien menempel Bucky. Untuk kenyaman
kecap + telor ) tanpa serat, makan terakhir pukul 19.00.
Prosedur pemeriksaan : dan keamanan pasien, bagian dada dan kedua kaki
- Pukul 20.00 minum garam Inggris atau Ducolax
yang ditekuk dipegang 2 orang perawat yang telah
dangan dosis yang telah ditentukan.
1. Posisi AP : menggunakan Apron. Exposi dilakukan setelah
- Dianjurkan banyak minum air putih sampai pukul
interval waktu ± 2 mt agar udara naik menuju
22.00, kemudian berhenti minum jika dalam keadaan haus
Usahakan bayi didampingi perawat yangbatas dubur yang tersumbat.
boleh minum sedikit saja. Untuk mendapatkan hasil foto
dilengkapi Apron. Pasien tidur posisi Supine diatas
BNO yang optimal pasien dilarang merokok dan banyak
meja pemeriksaan, MSP tegak lurus dengan garis - CR : Vertical tegak lurus
bicara.
tengah meja pemeriksaan, kedua lengan pasien kaset.
- Datang ke Radiologi esok harinya dalam keadaaan
disamping tubuh pasien. Batas luas lapangan - CP : Umbilicus atau titik
puasa dan selanjutnya dilaksanakan pemeriksaan BNO.
penyinaran yaitu batas atas setinggi Processus perpotongan kedua
- Sebelum pelaksanaan pemeriksaan, pasien
Xipodeus dan batas bawah mencakup Sympisis Pubis. Crista Illiaca dengan
mengganti pakaian dengan pakaian yang telah tersedia.
Saat exposi pasien dalam keadaan Expirasi. Beri MSP.
marker pada ujung kaset. - Kaset : (24 x 30) cm dengan
Persiapan Alat/Bahan : Tidak ada.
Lysolm (Grid)
Posisi pemeriksaan : AP.
Prosedur pemeriksaan :
PROSEDUR TETAP
PEMERIKSAAN ABDOMEN POLOS
Persiapan pasien :
Prosedur pemeriksaan :
TERBATAS
50
PROSEDUR TETAP
PEMERIKSAAN BNO – IVP
Persiapan pasien :
Prosedur pemeriksaan :
1. Menit ke 5’ :
2. Menit ke 10’ :
TERBATAS
TERBATAS
52
3. Menit ke 25’ :
4. Full Blass :
6. Pemeriksaan tambahan :
TERBATAS
TERBATAS
53
PROSEDUR TETAP
PEMERIKSAAN OESOPHAGOGRAM
Persiapan pasien :
Prosedur pemeriksaan :
TERBATAS
TERBATAS
54
PROSEDUR TETAP
PEMERIKSAAN APPENDIKOGRAM
Persiapan pasien :
Posisi pemeriksaan : AP
Prosedur pemeriksaan :
TERBATAS
TERBATAS
55
PROSEDUR TETAP
PEMERIKSAAN COLON IN LOOP / BARIUM
ENEMA
Persiapan pasien :
Prosedur pemeriksaan :
TERBATAS
TERBATAS
56
TERBATAS
TERBATAS
57
PROSEDUR TETAP
PEMERIKSAAN HSG
Persiapan pasien :
Prosedur pemeriksaan :
TERBATAS
TERBATAS
58
TERBATAS
TERBATAS
59
BAB IV
1. Terangkan kepada penderita tentang prosedur kerja pembuatan intra oral Ro.
2. Kenakan baju pelindung radiasi (apron) pada penderita
3. Latih penderita buka mulut dengan bernafas melalui hidung untuk menghidari
mual, menyesuaikan jar. mulut dan fixasi film.
4. Lepas barang-barang yang mengganggu penempatan film, misalnya: gigi
tiruan lepas, alat orthodontie, dan perhiasan tertentu.
5. Atur pengatur aliran listrik pada pesawat foto gigi : waktu, kilovolt, miliampere,
dan perlengkapan penunjang lainnya.
6. Atur sudut arah proyeksi sinar X kepada gigi.
7. Tentukan posisi arah proyeksi sinar X pada anatomi muka.
8. Atur sandaran kepala penderita.
9. Periksa posisi kepala penderita.
10. Masukkan film ke dalam mulut pada regio yang diperlukan. Kemudian, fiksasi
dengan: jari tangan, digigit, dan film holder.
11. Atur konus pesawat Ro gigi dengan teknik Radiografi yang dibutuhkan.
12. (Operator) kenakan apron.
13. (Operator) berdiri minimal 2 m di belakang konus pesawat Ro atau di sisi luar
dinding penyekat lapisan timah hitam.
14. (Operator) Posisikan jari pada tombol. Kemudian, tekan on agar terjadi
exposure.
15. Keluarkan film dari mulut penderita dan keringkan untuk mencegah terjadinya
kelembaban dan memudahkan pembukaan bungkus.
16. Proses film di dalam kamar gelap/ tanpa kamar gelap.
17. Gantung dan jepit film pada gantungan film, kemudian beri identitas.
18. Lepas apron.
/ Mengetahui .....
Pengaruh Radiasi
Radiasi dapat menimbulkan:
Efek Lokal:
1. Erythema pada kulit tanpa keluhan
2. Erythema gatal dermatitis bengkak ulcer
Efek Sistemik:
1. Kelainan darah
2. Genetik steril
3. Mata katarak
Pembagian Film
• Film berdasarkan pemakaian terdiri dari Intra Oral film:
1. Periapikal film: - Film no 0 untuk anak-anak dan pasien sensitif (7/8 x 1 3/8
inch)
- Film no 1 untuk orang dewasa (1 ¼ x 1 5/8 inch)
2. Bite Wing Film:- No 0 untuk anak-anak
- No 1 gigi anterior
- No 2 seluruh gigi dewasa
Film periapikal (standard) digunakan untuk Bite Wing dengan melekatkan
sayap dari kertas pada sisi film.
3. Occlusal Film
/ Tujuh .....
Radiografi Ideal
Radiografi yang ideal harus menghasilkan:
1. Bayangan yang kontras
2. Bayangan seperti objeknya
3. Bayangan yang ukurannya sama
Letak film: Pembungkus warna putih menghadap gigi yang akan difoto karena sisi
lainnya ada tin foil.
TERBATAS
TERBATAS
62
Fiksasi film salah terlalu rendah Fiksasi dimahkota gingiva margin yang
benar
Atau bisa juga menggunakan alat pembantu: Plastik holder, kayu, dan metal.
Menggunakan: 10 mA / 65kVP
RA lebih lama dari RB karena RA melalui beberapa tulang dan gigi RA lebih besar.
/ Radiograf .....
TERBATAS
TERBATAS
63
TERBATAS
TERBATAS
64
/ Indikasi .....
Pada teknik bidang bagi, proyeksi sinar X harus tegak lurus dengan bidang bagi
untuk memperoleh gambaran gigi pada film
Bidang bagi adalah bidang yang membagi 2 sama besar anatara bidang film dengan
bidang sumbu panjang gigi
Untuk gigi depan RA: ditarik garis lurus dari pupil ke incisal edge.
Gigi ki atas : ditarik dari pupil ka ke incisal edge gigi ki atas
Gigi ka atas : ditarik dari pupil ki ke incisal edge gigi ka atas
TERBATAS
TERBATAS
65
Untuk gigi belakang RA: ditarik garis dari titik interpupil ke buccal cups gigi yang
bersangkutan
Rahang Bawah :
Untuk gigi depan dan gigi belakang lebih mudah memperkirakan bidang bagi karena
sumbu panjang gigi dan letak film mudah dilihat kira-kira hampir tegak lurus.
Hubungan sumbu vertikal RB, bentuk anatomi RB, lengkung RB mudah meletakkan
film.
TERBATAS
TERBATAS
66
B. Film: Bidang film diusahakan tetap datar atau merupakan 1 bidang datar
C. Konus: Konus pendek ukuran 8 inch (short cone)
D. Arah sinar X: Tegak lurus pada bidang bagi
RA: Arah sinar positif dari atas ke bawah
RB: Arah sinar negatif dari bawah ke atas
E. Fiksasi film: Film difiksasi dengan jati tangan atau menggunakan alat peganggan
film
(film holder)
Gigi:
21 12
TERBATAS
TERBATAS
67
Gigi:
3 3
TERBATAS
TERBATAS
68
Gigi:
5 4
4 5
Gigi:
876 678
TERBATAS
TERBATAS
69
Gigi:
321 123
Posisi kepala:
• Pasien didudukkan posisi bidang oklusal gigi RB sejajar lantai
• Midline / sagital plane tegak lurus lantai
Film:
• Diletakkan di lingual secara vertikal
• Sinar diarahkan ke arah tengah film pada dagu
• Sudut vertikal -20o terhadap bidang horizontal
• Sudut horizontal sejajar bidang interproximal gigidan tegak lurus film
TERBATAS
TERBATAS
70
Gigi:
5 4
4 5
Film:
• Diletakkan horizontal di sebelah lingual
• Sinar diarahkan ke arah tengah film
• Sudut vertikal -15o terhadap bidang horizontal
• Sudut horizontal sejajar bidang interproksimal dan tegak lurus film
TERBATAS
TERBATAS
71
Gigi:
876 678
Film:
• Diletakkan horizontal di lingual
• Ditekan dengan telunjuk
• Sudut vertikal -5o terhadap bidang horizontal
• Sudut horizontal sejajar bidang interproksimal dan tegak lurus film
Teknik paralel
Prinsip pendekatan paralel: sudut vertikal sinar x diarahkan tegak lurus sumbu gigi
dan sumbu film.
Untuk memudahkan kesejajaran sumbu film dengan sumbu gigi digunakan alat
bantu:
• Cotton roll
TERBATAS
TERBATAS
72
• Film holder kayu/plastik
• Cone indicator
• Hemostat
Film:
• Diletakkan vertikal
• Diletakkan bagian palatal
• Sejajar sumbu gigi depan RA
Sinar:
• Tegak lurus film
• Sudut vertikal / sinar vertikal tegak lurus film
Gigi P & M
Film:
• Diletakkan horizontal
• Diletakkan di sebelah palatal
• Mencangkup gigi
• Menggunakan film holder
TERBATAS
TERBATAS
73
Sudut vertikal: sudut yang dibentuk sinar x dari target ke arah film terhadap bidang
horizontal
Sudut horizontal; sudut yang dibentuk berkas sinarx dari target ke arah film terhadap
bidang sagital / transversal
Gigi I & C RB
Posisi kepala
/ Oklusal ......
Film:
• Diletakkan vertikal
• Diletakkan di sebelah lingual
• Sumbu film sejajar sumbu gigi
• Menekan ke apikal
• Menggunakan film holder
Gigi P & M RB
Posisi kepala: sama
Film:
• Diletakkan horizontal
• Sumbu gigi sejajar sumbu film
TERBATAS
TERBATAS
75
Keuntungan Kerugian
Short cone • Mudah meletakkan film • Sering hasil kurang
dalam mulut akurat
• Tidak memerlukan alat • Mudah terjadi
bantu superimpose terhadap os
zygomaticum pada M
atas
Long cone • Gambaran radiogram • Sulit mendapat
akurat kesejajaran dengan
• Tidak terjadi super sumbu gigi
impose • Memerlukan alat bantu
Bite Wing
Posisi kepala: garis oklusi (alanasi-tragus) sejajar lantai
Proyeksi sinar:
• Film dimasukkan dalam mulut hingga film tidak bengkok mengikuti lengkung
rahang
• Pasien disuruh menggigit pada sayap (wing)
• Bidang oklusal RA horizontal sinar diarahkan dengan sudut 8-10 ke arah
bawah lurus ke tengah film
TERBATAS
TERBATAS
76
Teknik Occlusal
Prinsip arah sinar untuk topografik view: Arah sinar miring/ oblique dari sumbu
gigi dan film diletakkan dengan salah satu sisinya menghadap bidang oklusi gigi.
/ Prinsip .....
TERBATAS
TERBATAS
77
Prinsip arah sinar Cross Section View adalah sejajar sumbu gigi dan film
diletakkan dengan salah satu sisinya menghadap bidang oklusi gigi.
1. Elongation:
Bayangan yang terbentuk pada X ray film terlihat lebih panjang dari gigi aslinya.
Terjadi karena: sudut vertikal lebih kecil dari normal. Misal: seharusnya 45o
digunakan sudut 30o.
/ 2. Shortening:
TERBATAS
TERBATAS
78
2. Shortening:
Bayangan yang terbentuk pada X ray film terlihat lebih pendek dari gigi aslinya.
Terjadi karena: sudut vertikal lebih besar dari normal. Misal: seharusnya 45o kita
gunakan 60o.
3. Horizontal overlapping:
Bayangan yang terbentuk pada X ray film terlihat tumpang tindih.
Terjadi karena berkas sinar X arahnya tidak sejajar dengan interaproximal space
4. Cone cutting:
Bayangan yang terbentuk hanya sebagian.
Terjadi karena: sebagian film tidak kena sinar.
5. Excessive bending:
Bayangan yang terbentuk mahkotanya normal tapi bagian akar memanjang.
Terjadi karena:
• Palatum dangkal film melengkung waktu difiksasi
• Menfiksasi film dengan posisi film melengkung
• Sering pada daerah Caninus
TERBATAS
TERBATAS
79
3. Monobath system
Film yang terexposure disuntik developer dan fixir yang bersifat alkalis
TERBATAS
TERBATAS
80
/ Roentgenogram .....
Kesimpulan:
Radiografi gigi adalah pertolongan diagnosa yang sangat berharga. Sebuah standar
teknik dari pengambilan / pengerjaan dan penafsirannya adalah sangat penting.
Walaupun diagnosis X ray yang diberikan untuk pasien gigi dan staf sangat kecil
tetapi mempunyai efek kumulatif. Dokter gigi harus berhati-hati terhadap bahaya-
bahayanya dan harus mengambil tindakan-tindakan yang memadai.
TERBATAS
TERBATAS
81
Radiologi adalah salah satu bagian terpenting yang diperlukan untuk mendiagnosa
perawatan dari penyakit / kelainan dalam mulut.Suatu pengetahuan teknik dan
menginterpretasikan radiografi adalah dasar dalam mendapatkan diagnosa yang
akurat.
Kursus ini bertujuan memberikan kepada operator suatu pengetahuan dasar dari
penyinaran, resiko / bahaya dari penggunaannya, efek biologis dan prosedur praktis
untuk mengurangi atau memperkecil akibatnya.
Daftar pustaka:
TERBATAS
TERBATAS
82
2. Materi Kuliah APRO Dep Kes RI. Radiofotografi dan Proteksi Radiasi.
Jakarta.
TERBATAS