You are on page 1of 62

Tugas

RENCANA STRATEGIS
DINAS PERTANIAN KOTA SEMARANG
TAHUN 2008 - 2012
(Untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Strategis Sektor Publik)

Disusun oleh:
Nama : Dewi Sendhikasari D.
NIM : 07/263385/PMU/5227
Angkatan : MAP 46

SEKOLAH PASCA SARJANA


PROGRAM STUDI MAGISTER ADMINISTRASI PUBLIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2008
I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dewasa ini kinerja instansi pemerintah semakin menjadi sorotan masyarakat,
terutama sejak timbulnya iklim yang lebih demokratis dalam pemerintahan. Sejalan
dengan hal tersebut, pemerintah pun diharuskan untuk mampu memberikan
pelayanan yang memuaskan bagi masyarakat selaku stakeholders.  Salah satu wujud
upaya untuk mengetahui dan meningkatkan kinerja pemerintah yaitu adanya
kewajiban bagi unit-unit kerja di instansi pemerintah untuk selalu membuat Laporan
Akuntabilitias Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP). Selanjutnya melalui
penyusunan LAKIP tersebut, pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders) akan
mengetahui keberhasilan atau kegagalan instansi yang bersangkutan dalam
memberikan pelayanannya kepada masyarakat.
Dalam pelaksanaan sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah,
perencanaan strategis merupakan langkah awal untuk melakukan pengukuran kinerja
instansi pemerintah. Perencanaan strategis instansi pemerintah merupakan integrasi
antara keahlian sumber daya manusia dan sumber daya lain agar mampu menjawab
tuntutan perkembangan lingkungan, baik lingkungan strategis, nasional, maupun
global serta tetap berada dalam tatanan sistem manajemen nasional.
Dinas Pertanian mempunyai tugas melaksanakan kewenangan Otonomi
Daerah di bidang Pertanian, tanaman pangan, peternakan, perkebunan dan
kehutanan, menyusun suatu strategi organisasi dalam bentuk Rencana Strategis
(Strategic Planning) yang komprehensif, yang di dalamnya terkandung visi, misi,
tujuan, serta sasaran.  Strategi organisasi ini diharapkan mampu untuk
memaksimalkan keunggulan kompetitif (competitive advantages) dan
meminimalkan kelemahan kompetitif (competitive disadvantages).
Perumusan Rencana Strategis Dinas Pertanian Kota Semarang ini dilakukan
melalui berbagai tahapan dan pembahasan yang sangat intens yang dimulai dari:
1. Perumusan visi dan misi organisasi,
2. Analisis Kondisi Eksternal dan Internal,

1
3. Melakukan analisis SWOT (strength, weakness, opportunity, dan threat)
yang pada hakekatnya merupakan upaya untuk mengetahui kekuatan,
kelemahan, tantangan, dan peluang organisasi,
4. Menyusun rencana kegiatan tahunan berikut sasarannya, serta 
5. Merumuskan strategi implementasi.
Tahapan-tahapan tersebut penting untuk dilaksanakan, mengingat rencana
strategis merupakan acuan bagi suatu organisasi dalam mencapai tujuannya.

II. RUMUSAN VISI DAN MISI

A. VISI
Visi adalah cara pandang jauh ke depan kemana organisasi harus dibawa
agar dapat eksis, antisipatif dan inovatif. Visi adalah suatu gambaran yang
menantang tentang keadaan masa depan yang diinginkan oleh organisasi.
Berdasarkan hal tersebut, maka penetapan visi, sebagai bagian dari
perencanaan strategis, merupakan suatu langkah penting dalam perjalanan suatu
organisasi. Visi tidak hanya penting pada waktu mulai berkarya, tetapi juga pada
kehidupan organisasi itu selanjutnya. Kehidupan organisasi sangat dipengaruhi oleh
perubahan lingkungan internal dan eksternal. Oleh karenanya, visi organisasi juga
harus menyesuaikan dengan perubahan tersebut.
Pada hakekatnya tidak ada visi organisasi, yang ada adalah visi-visi pribadi
dari anggota organisasi. Namun kita harus mampu merumuskan gambaran bersama
mengenai masa depan, berupa komitmen murni tanpa adanya rasa terpaksa. Visi
adalah mental model masa depan, dengan demikian visi harus menjadi milik
bersama dan diyakini oleh seluruh anggota organisasi.
Mengingat pentingnya penetapan visi dalam suatu organisasi, adapun visi
dari Dinas Pertanian Kota Semarang yaitu:
“Menjadi lembaga yang informatif, responsif, dan inovatif untuk
meningkatkan pembangunan pertanian di daerah.”

2
Adapun yang dimaksud dengan visi tersebut diatas adalah sebagai berikut:
 Lembaga yang informatif yaitu Dinas Pertanian Daerah diharapkan mampu
menjadi lembaga yang dapat memberikan informasi yang penting dan terpercaya
yang berkaitan dengan sektor pertanian kepada masyarakat khususnya para
petani yang berfungsi untuk meningkatkan produksi pertanian di daerah.
 Responsif yaitu Dinas Pertanian Daerah diharapkan mampu memberikan respon
atau daya tanggap yang positif terhadap berbagai permasalahan yang tengah
dihadapi oleh masyarakat khususnya para petani yang berkaitan dengan sektor
pertanian.
 Inovatif yaitu Dinas Pertanian Daerah diharapkan mampu menjadi inovator
yang dapat memberikan pembaharuan atau perubahan yang baru baik dalam
sistem pertanian maupun dalam segi pertanian lainnya dan bermanfaat terhadap
pembangunan pertanian di daerah. Hal itu dapat berupa menciptakan teknologi
hasil pertanian yang bermanfaat bagi masyarakat serta efektif dan efisien.
 Pembangunan yaitu proses perubahan ke arah yang positif.
 Pertanian yaitu sektor yang akan ditangani adalah di sektor pertanian yang
berhubungan dengan produksi, konsumsi, dan distribusi hasil pertanian bagi
masyarakat.
 Untuk meningkatkan pembangunan pertanian di daerah yaitu Dinas Pertanian
Daerah diharapkan mampu meningkatkan pembangunan pertanian di daerah
dengan menjadi lembaga yang informatif, kreatif, dan inovatif tersebut.
Dengan menetapkan visi organisasi tersebut, Dinas Pertanian Kota Semarang
diharapkan dapat mewujudkan visi tersebut dengan sukses melalui implementasi
yang tepat dan nyata demi kesejahteraan masyarakat.

B. MISI
Misi merupakan pernyataan yang menetapkan tujuan organisasi dan sasaran
yang ingin dicapai. Pernyataan misi membawa organisasi kepada suatu fokus. Misi
menjelaskan mengapa organisasi itu ada, apa yang dilakukannya, dan bagaimana
melakukannya.

3
Misi adalah sesuatu yang harus dilaksanakan oleh organisasi agar tujuan
organisasi dapat terlaksana dan berhasil dengan baik. Dengan pernyataan misi
tersebut, diharapkan seluruh pegawai dan pihak yang berkepentingan dapat
mengenal organisasi dan mengetahui peran dan program-programnya serta hasil
yang akan diperoleh dimasa mendatang.
Sejalan dengan hal tersebut, maka Dinas Pertanian Kota Semarang telah
membuat pernyataan misi, yang merupakan cita-cita dan landasan kerja yang harus
diikuti dan didukung oleh keseluruhan anggota organisasi dan secara eksplisit
menyatakan apa yang harus dicapai dan kegiatan spesifik apa yang harus
dilaksanakan. Pernyataan misi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan pelayanan sektor pertanian bagi masyarakat
khususnya para petani dan pelaku agribisnis, agar dapat menikmati
kemudahan akses informasi serta pelayanan lainnya yang efektif dan efisien
dengan mengutamakan kepentingan bersama.
Dalam misi tersebut, telah jelas yang akan dilakukan oleh Dinas Pertanian
Daerah yaitu meningkatkan pelayanan sektor pertanian yang berarti bahwa
pelayanan yang mencakup sektor pertanian akan berusaha ditingkatkan dengan baik.
Adapun pelayanan yang diberikan oleh Dinas Pertanian Daerah tersebut adalah
ditujukan bagi masyarakat khususnya para petani dan pelaku agribisnis. Sedangkan
hasil yang diharapkan dari misi tersebut yaitu agar masyarakat dapat dengan mudah
mengakses informasi yang berkaitan dengan pertanian untuk meningkatkan
pengetahuan di sektor pertanian dan masyarakat dapat menikmati pelayanan lainnya
di sektor pertanian secara efektif dan efisien. Selain itu tergambar juga identitas dari
Dinas Pertanian Daerah yang mengedepankan kepentingan bersama baik dari
masyarakat setempat maupun lembaga pemerintahan dalam rangka mewujudkan
kesejahteraan masyarakat dan pertumbuhan perekonomian daerah dari sektor
pertanian.

2. Memberdayakan potensi dan meningkatkan partisipasi masyarakat


khususnya para petani dan pelaku agribisnis, agar dapat mengembangkan
kreativitas dan kompetensinya dengan mengutamakan solidaritas bersama.

4
Dalam misi tersebut, telah jelas yang akan dilakukan oleh Dinas Pertanian
Daerah yaitu memberdayakan potensi dan meningkatkan partisipasi maksudnya
potensi dan partisipasi yang dimiliki masyarakat dapat diberdayakan dan tersalurkan
dengan baik. Adapun pelayanan yang diberikan oleh Dinas Pertanian Daerah
tersebut adalah ditujukan bagi masyarakat khususnya para petani dan pelaku
agribisnis. Sedangkan hasil yang diharapkan dari misi tersebut yaitu agar dapat
mengembangkan kreativitas dan kompetensinya. Hal itu dimaksudkan agar
kreativitas masyarakat khususnya para petani dapat tersalurkan ke arah yang positif
dan diharapkan dapat berkelanjutan dan memberikan manfaat bagi masyarakat itu
sendiri serta masyarakat dapat memiliki kompetensin di sektor pertanian. Selain itu
tergambar juga identitas dari Dinas Pertanian Daerah yang mengedepankan
solidaritas bersama baik dari masyarakat setempat yang terdiri dari para petani dan
pelaku agribisnis maupun lembaga pemerintahan guna menjalin rasa persaudaraan
dan kompetisi yang sehat dalam berusaha di sektor pertanian dalam rangka
mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan pertumbuhan perekonomian daerah dari
sektor pertanian.

III. KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, KEWENANGAN, SUSUNAN


ORGANISASI, DINAS PERTANIAN KOTA SEMARANG

A. KEDUDUKAN
(1) Dinas Pertanian adalah merupakan unsur pelaksana Pemerintah Daerah.
(2) Dinas Pertanian dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada dibawah dan
bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah.

B. TUGAS
Dinas Pertanian mempunyai tugas melaksanakan kewenangan Otonomi
Daerah di bidang pertanian tanaman pangan, peternakan, perkebunan dan kehutanan.

5
C. FUNGSI
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud Pasal 2, Dinas Pertanian
mempunyai fungsi :
1. Perumusan kebijakan teknis dibidang pertanian tanaman pangan, peternakan,
perkebunan dan kehutanan;
2. Pemberian perijinan dan pelaksanaan pelayanan umum;
3. Pembinaan terhadap Unit Pelaksana Teknis Dinas;
4. Pengelolaan urusan ketatausahaan Dinas;
5. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota.

D. KEWENANGAN
Untuk melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud Pasal 3, Dinas Pertanian
mempunyai kewenangan antara lain sebagai berikut :
1. Penyusunan rencana pertanian Kota ;
2. Penyelenggaraan dan pengawasan pembibitan/pembenihan dalam lingkup
pertanian;
3. Pengaturan dan pengawasan balai benih komoditas tanaman pangan dan
holtikultura;
4. Pemberian ijin usaha yang bergerak pada sub sektor pertanian, kecuali yang
telah menjadi kewenangan Pusat dan Propinsi;
5. Pengelolaan laboratorium benih;
6. Penetapan dan penyelenggaraan aspek ketahanan pangan;
7. Penyelenggaraan penanggulangan wabah hama dan penyakit menular dalam
lingkup pertanian;
8. Penyelenggaraan dan pengawasan terhadap penyuluhan dalam lingkup
pertanian;
9. Pelaksanaan laboratorium dan pengujian mutu hasil dalam lingkup pertanian;
10. Penyelenggaraan penggunaan air irigasi;
11. Penetapan, pemanfaatan dan pengembangan lahan petanian;

6
12. Penyelenggaraan, pemberian ijin dan pengawasan usaha Rumah Potong Hewan,

Rumah Sakit Hewan dan pelayanan peternakan;


13. Pemberian ijin dan pengawasan produksi dan sertifikasi bibit ternak/hewan;
14. Penyelenggaraan dan pengawasan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan
ternak/hewan;
15. Penanggulangan penyakit ternak/hewan;
16. Pemberian ijin dan pengawasan laboratorium kesehatan ternak/hewan,
peternakan, rumah sakit ternak/hewan;
17. Penetapan penutupan dan pembukaan kembali wilayah wabah;
18. Pemberian ijin usaha dan pengawasan distribusi obat hewan;
19. Penyelenggaraan dan pengawasan sertifikasi kesehatan hewan dan pemberian
sertifikat bahan pangan asal ternak dan hasil bahan pangan asal;
20. Penetapan kebijakan untuk mendukung pertanian Daerah;
21. Penyelenggaraan dan pengawasan standard pelayanan minimal dalam bidang
pertanian yang wajib dilaksanakan oleh Kota;
22. Penyelenggaraan dan pengawasan kerjasama bidang pertanian;
23. Pengujian dan penerapan teknologi;
24. Pendayagunaan dan pengelolaan sumber daya lahan;
25. Pengadaan dan pembinaan penggunaan pupuk organik dan pestisida;
26. Pembinaan alat dan mesin;
27. Perijinan usaha dan pembinaan manajemen usaha tani;
28. Pembinaan panen, pasca panen, pengolahan hasil dan pemasaran;
29. Pembinaan tenaga kerja pertanian;
30. Pengelolaan data dan statistik;
31. Pengembangan produksi dan sarana produksi;
32. Pemberian ijin dan pengawasan pemanfaatan hasil hutan kayu dan non kayu;
33. Penyelenggaraan inventarisasi dan pemetaan hutan dan kebun;
34. Penyelenggaraan tata batas hutan dan kebun;
35. Penyelenggaraan pembentukan dan perwilayahan areal perkebunan;
36. Penyelenggaraan pembentukan wilayah dan pengelolaan taman hutan Kota;

7
37. Pemberian ijin dan pengawasan pemanfaatan kawasan hutan kecuali kawasan
suaka alam, kawasan pelestarian alam, dan taman buru;
38. Penyusunan perwilayahan, design, pengendalian lahan dan industri primer
bidang perkebunan non lintas Kota;
39. Penyelenggaraan pengurusan erosi, sedimentasi, produktivitas lahan pada
daerah aliran sungai;
40. Pemberian ijin dan pengawasan pamanfaatan jasa lingkungan hutan;
41. Pengesahan rencana tebang tahunan;
42. Pemberian ijin dan pengawasan usaha pemanfaatan hutan, provisi sumber daya
hutan, dana reboisasi, dan dana investasi untuk biaya pelestarian hutan;
43. Pengaturan hutan rakyat dan hutan milik;
44. Penyelenggaraan produksi, pengolahan, pengendalian mutu, pemasaran dan
peredaran hasil hutan dan perkebunan termasuk pembenihan, pupuk dan
pestisida tanaman kehutanan dan perkebunan;
45. Pemberian usaha dan pengawasan pemanfaatan kawasan hutan kecuali kawasan
suaka alam, kawasan pelestarian alam, taman buru;
46. Pemberian ijin usaha dan pengawasan pemanfaatan pariwisata alam;
47. Pengaturan penyuluhan kehutanan dan perkebunan;
48. Penyelenggaraan rehabilitasi dan reklamasi hutan produksi dan hutan lindung;
49. Pengelolaan dan pengaturan hasil hutan non kayu;
50. Rehabilitasi pesisir pantai di luar kawasan suaka alam;
51. Pengembangan lahan sesuai dengan tata ruang dan tata guna pengembangan
perkebunan;
52. Pemberian ijin usaha dan pengawasan perkebunan;
53. Pengaturan dan pengelolaan sarang burung walet;
54. Pengaturan dan pengelolaan perlebahan;
55. Pengaturan dan pengelolaan persutraan alam;
56. Pemberian ijin dan pengawasan industri primer perkebunan;
57. Penyelenggaraan dan pengawasan terhadap penentuan lahan, kawasan dan areal
perkebunan;

8
58. Penyelenggaraan tata hutan dan rencana pengelolaan, pemanfaatan,
pemeliharaan, rehabilitasi, reklamasi, pemulihan, pengawasan dan pengendalian
areal perkebunan dan kawasan hutan kecuali kawasan suaka alam, kawasan
pelestarian alam dan taman buru;
59. Penyelenggaraan konservasi sumber daya alam hayai dan ekosistemnya yang
meliputi perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan secara lestari di bidang
kehutanan dan perkebunan;
60. Penyelenggaraan pengamanan dan penanggulangan bencana pada kawasan
hutan, dan areal perkebunan;
61. Fasilitasi pelaksanaan usaha perkebunan skala kecil hingga menengah;
62. Penetapan kebijakan untuk mendukung pembangunan bidang kehutanan dan
perkebunan Daerah;
63. Penyelenggaraan dan pengawasan standar pelayanan minimal dalam bidang
kehutanan dan perkebunan Daerah yang wajib dilaksanakanan oleh Kota;
64. Penyusunan rencana bidang kehutanan dan perkebunan Daerah;
65. Perijinan bidang kehutanan dan perkebunan oleh Daerah;
66. Penyelenggaraan ekspor dan impor sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku;
67. Penyelenggaraan riset dan teknologi bidang kehutanan dan perkebunan yang
tidak beresiko tinggi;
68. Penyelenggaraan sistem bidang kehutanan dan perkebunan Daerah;
69. Penyelenggaraan promosi bidang perkebunan dan kehutanan Daerah;
70. Pengawasan teknis terhadap pelaksanaan seluruh peraturan perundang-
undangan;
71. Penyelenggaraan dan pengawasan kerjasama bidang kehutanan dan perkebunan
Daerah.

D. SUSUNAN  ORGANISASI
Susunan Organisasi Dinas Pertanian, terdiri dari :
1. Kepala Dinas

9
Kepala Dinas mempunyai tugas memimpin, mengkoordinasikan, mengawasi
dan mengendalikan   pelaksanaan tugas dan fungsi.

2. Wakil Kepala Dinas


Wakil Kepala Dinas mempunyai tugas membantu Kepala Dinas dalam
melaksanakan tugas dan fungsi.

3. Bagian Tata Usaha


     Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melaksanakan urusan perencanaan,
pengelolaan urusan surat menyurat, rumah tangga, perlengkapan sarana prasarana
kantor, perjalanan dinas, administrasi kepegawaian, keuangan, kehumasan,
memelihara barang-barang inventaris, melayani administrasi perijinan dan
melaksanakan rencana program ketatalaksanaan.

4. Sub Dinas Produksi


       Sub Dinas Produksi terdiri dari   :
     a.   Seksi Produksi Tanaman Pangan dan Hortikultura;
     b.   Seksi Produksi Peternakan;
     c.   Seksi Produksi Perkebunan dan Kehutanan.
     Masing-masing Seksi dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berada dibawah
dan bertanggung jawab kepada Kepala Sub Dinas Produksi.

5. Sub Dinas Agro Industri dan Pemasaran Hasil


    Sub Dinas Agro Industri dan Pemasaran Hasil mempunyai tugas melaksanakan
sebagian tugas Dinas Pertanian di bidang agro industri dan pemasaran hasil tanaman
pangan dan hortikultura, peternakan, perkebunan dan kehutanan.
     Untuk melaksanakan tugas, Sub Dinas Agro Industri dan Pemasaran Hasil
mempunyai fungsi :
a.  Pelaksanaan pemantuan sumber daya pertanian tanaman pangan dan hortikultura;
b.  Pelaksanaan perhitungan dan pengawasan mutu hasil pertanian tanaman pangan
dan hortikultura;

10
c.  Pelaksanaan bimbingan pemasaran hasil pertanian tanaman pangan dan
hortikultura;
d.  Pelaksanaan pembinaan usaha pertanian tanaman pangan dan hortikultura;
e.  Pelaksanaan pemantauan sumber daya peternakan;
f.   Pelaksanaan perhitungan dan pengawasan mutu hasil peternakan ;
g.  Pelaksanaan bimbingan pemasaran hasil peternakan ;
h.  Pelaksanaan pembinaan usaha peternakan ;
i.   Pelaksanaan pemantauan sumberdaya perkebunan dan kehutanan;
j.   Pelaksanaan perhitungan dan pengawasan mutu hasil perkebunan dan kehutanan;
k.  Pelaksanaan bimbingan pemasaran hasil perkebunan dan kehutanan;
l.   Pelaksanaan pembinaan usaha perkebunan dan kehutanan ;
m. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan bidang
tugasnya.

6. Sub Dinas Sub Dinas Agro Industri dan Pemasaran Hasil terdiri dari   :
     a.   Seksi Pasca Panen dan Agro Industri Tanaman Pangan dan Hortikultura;
     b.   Seksi Pasca Panen dan Agro Industri Peternakan;
     c.    Seksi Pasca Panen dan Agro Industri Perkebunan dan Kehutanan.
Masing-masing Seksi  dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berada dibawah
dan bertanggung jawab kepada Kepala Sub D Dinas Agro Industri dan Pemasaran
Hasil.

7. Sub Dinas Sarana dan Prasarana


     Sub Dinas Sarana dan Prasarana mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas
Dinas Pertanian dibidang sarana dan prasarana tanaman pangan dan hortikultura,
peternakan, perkebunan dan kehutanan. Untuk melaksanakan tugas, Sub Dinas
Sarana dan Prasarana mempunyai fungsi :
a.  Pelaksanaan inventarisasi sumber-sumber air, lahan irigasi, organisasi
Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A);
b.  Penyiapan bahan untuk penyusunan pengembangan pola tanam dan tata tanam
pertanian ;

11
c.  Penyelenggaraan percontohan mengenai  cara-cara pengelolaan air irigasi pada
tingkat usaha tani;
d.  Pelaksanaan pembinaan dan bimbingan pengembangan pola dan teknik irigasi
usaha tani serta usaha penanggulangan banjir dan kekeringan tanah pertanian;
e.  Penyiapan bahan pembinaan dibidang pengolahan, penyimpanan dan
pemeliharaan benih / bibit pertanian ;
f.  Pelaksanaan pengawasan dan pengujian mutu benih / bibit pertanian ;
g.  Pelaksanaan usaha untuk peningkatan penyebaran dan pengembangan benih /
bibit pertanian yang bermutu;
h.  Penyiapan bahan penyusunan kebijaksanaan, pedoman dan petunjuk dibidang
benih / bibit pertanian ;
i.   Penyiapan bahan penyusunan rencana kebutuhan dan pengendalian benih / bibit,
pupuk dan pestisida;
j.   Pelaksanaan evaluasi pengaruh pestisida terhadap organisme pengganggu
tanaman, lingkungan serta terhadap  kesehatan manusia;
k.  Pelaksanaan penelitian dan pemeriksaan secara laboratoris mengenai komposisi
dan mutu pupuk dan pestisida;
l.   Pelaksanaan pengumpulan data informasi akibat penggunaan pupuk terhadap
tanaman dan pestisida terhadap  organisme pengganggu tanaman;
m. Penyiapan bahan penyusunan kebijaksanaan, penetapan peraturan, penunjukkan
penyalur pupuk dan pestisida  diwilayah Kecamatan;
n.  Perencanaan kebutuhan sarana dan prasarana peternakan dan kesehatan hewan;
o.  Pelaksanaan bimbingan pendayagunaan alat dan mesin peternakan ;
p.  Pelaksanaan inventarisasi dan penyebarluasan prototipe alat dan mesin pertanian;
q.  Pelaksanaan penyusunan rencana kebutuhan dan pengadaan alat dan mesin
pertanian ;
r.   Pelaksanaan pembinaan, demonstrasi dan kaji terap alat dan mesin pertanian ;
s.  Pelaksanaan pemantauan produksi peredaran dan penggunaan alat dan mesin
pertanian;
t.   Penyelenggaraan perijinan dan pengawasan dibidang pengusahaan pertanian;

12
u.  Pelaksanaan pemantauan, mengikuti perkembangan, memberikan pengawasan
dan bimbingan terhadap pelaksanaan ijin usaha pertanian;
v.  Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan bidang
tugasnya.

8. Sub Dinas Sarana dan Prasarana terdiri dari   :


      a.  Seksi Tata Guna Air Irigasi;
      b.  Seksi Benih, Pupuk dan Pestisida;
      c.   Seksi Obat Hewan.
      d.  Seksi Alat, Mesin dan Perijinan.
Masing-masing Seksi dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berada dibawah
dan bertanggung jawab kepada Kepala Sub Dinas Sarana dan Prasarana.

9. Sub Dinas Konservasi dan Rehabilitasi


Sub Dinas Konservasi dan Rehabilitasi  terdiri dari   :
      a.   Seksi Perlindungan Tanaman;
      b.   Seksi Pelestarian / Konservasi;
      c.   Seksi Kesehatan Hewan;
      d.   Seksi Penyebaran dan Pengembangan Peternakan.
Masing-masing Seksi  dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berada
dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Sub Dinas Konservasi dan
Rehabilitasi.
1). Seksi Perlindungan Tanaman mempunyai tugas :
a.  Melaksanakan pembinaan, bimbingan, pengawasan dan monitoring serta
peramalan serangan organisme penggangu tanaman;
b.  Melaksanakan pembinaan operasional pengendalian dan pencegahan, pemetaan
perkembangan organisme pengganggu tanaman, menganalisis dan
mengalokasikan kebutuhan pestisida;
c.  Melaksanakan pemantauan bencana alam dan penjarahan hasil pertanian;
d.  Melaksanakan rehabilitasi pasca serangan organisme pengganggu tanaman.

13
2). Seksi Pelestarian / Konservasi mempunyai tugas :
a.  Melaksanakan pembinaan, bimbingan dan pengawasan dalam pemanfaatan
kawasan hutan dan pariwisata alam;
b.  Melaksanakan penyelenggaraan pembinaan dan pengawasan erosi, sedimentasi,
konservasi dan ekosistem pada kawasan hutan dan areal perkebunan.
3). Seksi Kesehatan Hewan mempunyai tugas :
a.  Melaksanakan pengamatan, penyidikan, epidemiologi dan pembuatan peta
penyakit hewan;
b.  Melaksanakan pencegahan dan pemberantasan penyakit hewan;
c.  Melaksanakan pelayanan kesehatan hewan;
d.  Melaksanakan pengawasan lalu lintas hewan, bahan pangan asal hewan dan hasil
bahan pangan asal hewan;
e.  Melaksanakan pengawasan hygiene dan sanitasi lingkungan usaha peternakan,
pencegahan dan pemberantasan penyakit zoonosa dan melaksanakan pengawasan
pelayanan di Rumah Pemotongan Hewan / Unggas;
f.   Melaksanakan penetapan penutupan dan pembukaan kembali wilayah wabah;
g.  Melaksanakan pemberian surat keterangan kesehatan hewan, bahan pangan asal
hewan dan hasil bahan pangan asal hewan.
 
4). Seksi Penyebaran dan Pengembangan Peternakan mempunyai tugas :
a.  Melaksanakan identifikasi wilayah penyebaran dan pengembangan peternakan;
b.  Menyiapkan bahan tata ruang peternakan, menyiapkan lokasi dan petani di
daerah penyebaran dan pengembangan peternakan;
c.  Mengelola administrasi gaduhan ternak milik pemerintah dan bagi hasil serta
redistribusi ternak;
d.  Memantau, mengevaluasi dan melaporkan perkembangan hasil penyebaran dan
pengembangan ternak gaduhan milik pemerintah.

10. Sub Dinas Pengembangan Sumber Daya dan Teknologi;


11. Unit Pelaksana Teknis Dinas;
12. Kelompok Jabatan Fungsional.

14
IV. ANALISIS KONDISI EKSTERNAL DAN INTERNAL

Sebelum menganalisis kondisi ekternal dan internal suatu lembaga, perlu


diketahui deskripsi wilayah pertanian di daerah tersebut. Kota Semarang dengan
jumlah penduduk yang padat membutuhkan ketersediaan pangan yang cukup besar.
Sebagai Kota Perdagangan dan Jasa Kota Semarang masih mempunyai wilayah
pengembangan pertanian sebagai sumber daya yang dapat dimanfaatkan untuk
kegiatan peningkatan produksi pertanian. Potensi ini dapat dimanfaatkan menjadi
kemampuan riil melalui penerapan teknologi tepat guna dan ramah lingkungan
untuk pemanfaatan sumber daya alam tersebut. Pemanfaatan potensi ini dapat
dilaksanakan dengan optimal melalui keterlibatan masyarakat dan dunia usaha.
Dalam pengembangan produksi diarahkan dengan sistem sentralisasi komoditi,
sehingga nantinya akan terbentuk pusat-pusat produksi untuk komoditi tertentu.
Pengembangan usaha pertanian di Kota Semarang difokuskan pada
Kecamatan Gunungpati dan Kecamatan Mijen. Namun untuk wilayah lain sepanjang
wilayah dimaksud masih mempunyai potensi, akan dimanfaatkan sehingga
pemanfaatan lahan demi kesejahteraan petani dan mencukupi kebutuhan masyarakat
tetap terus berjalan sesuai dengan tujuan. Secara operasional pelaksanaan program
kegiatan peningkatan produksi pertanian dilaksanakan melalui beberapa cara antara
lain Intensifikasi, Diversifikasi, Rehabilitasi, dan Ekstensifikasi. Program tersebut
dilaksanakan secara terpadu dan tetap memelihara kelestarian lingkungan hidup
tanpa meninggalkan identitas daerah.

15
Adapun data yang menunjukkan Luas dan Produksi  Tanaman Pangan di
Kota semarang adalah sebagai berikut: 
TABEL I. LUAS DAN PRODUKSI TANAMAN PANGAN
Luas Luas Luas
No Komoditas Produksi Produksi Produksi
(Ha) (Ha) (Ha)
1 Padi Sawah 4.561 21.475 5.687 27.069 5.114 24.466
2 Padi Gogo 102 303 309 923 189 566
3 Jagung 394 1.486 380 1.605 587 2.515
4 Ketela Pohon 865 13.541 706 12.551 879 15.648
5 Ketela Rambat 58 651 69 785 116 1.311
6 Kacang Tanah 315 388 308 390 415 526
7 Kedelai 26 34 31 41 38 50
8 Kacang Hijau 77 72 66 64 131 125
Sumber Data :  Dinas Pertanian Kota Semarang

Kota Semarang khususnya di Kecamatan Mijen dan Kecamatan Gunungpati


yang memang diperuntukkan untuk daerah pertanian karena merupakan lahan yang
subur.  Beberapa  jenis  tanaman hortikultura di Kota Semarang   yang  ditanam 
dan  dikembangkan terus mengalami peningkatan baik kuantitas maupun
kualitasnya. Di Kedua Kecamatan tersebut juga memiliki potensi untuk
dikembangkan sebagai daerah agrobisnis atau agrowisata.

16
A. ANALISIS KONDISI EKSTERNAL
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, suatu lembaga dituntut untuk
memahami permasalahan yang ada, maka pemetaan lingkungan strategis perlu
dilakukan salah satunya dari lingkungan ekstenal menyangkut peluang dan ancaman.
Secara rinci kondisi lingkungan strategis Dinas Pertanian Kota Semarang dapat
diuraikan sebagai berikut:
1. Misi I
Adapun misi I dari Dinas Pertanian Kota Semarang yaitu Meningkatkan
pelayanan sektor pertanian bagi masyarakat khususnya para petani dan
pelaku agribisnis, agar dapat menikmati kemudahan akses informasi serta
pelayanan lainnya yang efektif dan efisien dengan mengutamakan kepentingan
bersama.
Untuk mengemban misi tersebut, Dinas Pertanian Kota Semarang
membutuhkan fasilitas teknologi informasi yang canggih guna memberikan
pelayanan sektor pertanian yang efektif dan efisien. Dalam hal ini juga dibutuhkan
kerjasama yang baik antara pemerintah pusat dengan daerah dalam hal penyediaan
sarana dan prasarana tersebut. Informasi sangat diperlukan karena di daerah
kebutuhan informasi semakin bertambah banyak. Oleh karena itu diperlukan
teknologi informasi yang dapat membantu kelancaran pembangunan pertanian yang
bukan hanya berasal dari pemerintah pusat.
Dalam kenyataannya Dinas Pertanian Kota Semarang sudah memiliki
ketersediaan teknologi informasi yang memadai guna memberikan pelayanan
informasi yang akurat dan terpercaya. Dinas Pertanian Kota Semarang juga telah
menerapkan teknologi tepat guna dan ramah lingkungan untuk pemanfaatan sumber
daya alam yang terdapat di daerah tersebut.
Di sektor agribisnis masing-masing kelompok pelaku usaha memiliki
ketimpangan yang tajam dalam mengakses informasi. Akibatnya terjadi perbedaan
yang besar dalam tingkat profitabilitas yang diperoleh masing-masing kelompok

17
tersebut. Petani on farm pada umumnya paling menderita dengan margin
keuntungan paling kecil, sementara keuntungan paling besar dinikmati oleh
pedagang besar yang pada umumnya bukan petani. Hal ini karena pedagang besar
mampu mengakses informasi secara cepat, sehingga setiap perubahan yang terjadi
dapat segera direspon.
Selain daripada informasi dari Departemen Pertanian dan Pusat Data dan
Statistik Pertanian, maka di daerah harus ada pemberi data dan informasi yang
akurat dan terpercaya guna mengurangi kesenjangan akses informasi yang terjadi.
Perkembangan dan kemajuan di bidang teknologi informasi merupakan peluang
yang besar untuk memfasilitasi masyarakat baik itu petani kecil maupun pelaku
agribisnis pada posisi tawar yang sama dengan menyediakan sistem informasi yang
mudah diakses oleh masyarakat tersebut.
Disamping dukungan teknologi informasi yang memadai, Dinas Pertanian
Kota Semarang juga di dukung oleh Kebijakan dalam pelaksanaan Inpres No. 3
Tahun 2003 mengenai E-Government yaitu Lembaga pemerintah diharuskan
menyediakan layanan on line system dalam upaya menciptakan good government,
yaitu untuk meningkatkan pelayanan pada publik. E- government, dalam
pelaksanaannya melalui 4 tahap:
a. Penyajian Web Site.
b. Interaksi: Komunikasi antara masyarakat dengan pemerintah menggunakan
fasilitas  internet/ komputer.
c. Transaksi: Transaksi melalui internet/computer
d. Transformasi: Segala tata cara pemerintahan dilaksanakan dengan
memanfaatkan teknologi informasi.
Oleh karena itu Dinas Pertanian Kota Semarang mempunyai peluang yang
besar untuk turut berpartisipasi mensukseskan pembangunan pertanian melalui
penyediaan data dan informasi yang akurat dan terpercaya bagi masyarakat melalui
penerapan Kebijakan Pemerintah tersebut.
Tingginya kebutuhan teknologi informasi pertanian di daerah yang
diperlukan masyarakat juga merupakan peluang bagi Dinas Pertanian Kota
Semarang untuk lebih memajukan kinerja kelembagaan. Selain itu perubahan gaya

18
hidup masyarakat yang semakin modern mempengaruhi cara berpikir masyaraka
serta tuntutan reformasi birokrasi pelayanan publik juga merupakan peluang bagi
Dinas Pertanian Kota Semarang untuk mendorong kemajuan kelembagaan.
Disamping peluang-peluang yang ada, Dinas Pertanian Kota Semarang juga
memiliki beberapa kendala dalam melaksanakan misinya tersebut. Kendala tersebut
harus ditangani karena akan menghambat laju pembangunan pertanian di daerah
tersebut. Hambatan tersebut antara lain adanya Otonomi Daerah yang menyebabkan
kelembagaan di daerah menjadi beragam. Dinas di daerah tidak lagi terbagi ke
dalam sub sektor melainkan gabungan beberapa sub sektor, bahkan gabungan dari
sektor, seperti Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan. Kondisi ini paling tidak
menghambat dalam melakukan koordinasi dalam melakukan kegiatan pengumpulan
data dan informasi.
Disamping itu struktur kelembagaan di daerah banyak mengalami perubahan,
sementara masalah data dan informasi yang diperlukan masyarakat menjadi
overlapping atau tumpang tindih, tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi
menyebabkan tingginya tuntutan masyarakat akan kesejahteraan hidup, distribusi
produk pertanian yang semakin meningkat dan besarnya kompleksitas kesejahteraan
rakyat, serta rendahnya kepercayaan masyarakat terhadap kinerja pemerintah. Untuk
itu diperlukan pelaksanaan tugas yang tersruktur dengan jelas dan harus ada
pembagian tugas yang berimbang agar tidak terjadi kesalahan manusia (human
error) di lembaga tersebut.

2. Misi II
Adapun misi II dari Dinas Pertanian Kota Semarang yaitu Memberdayakan
potensi dan meningkatkan partisipasi masyarakat khususnya para petani dan
pelaku agribisnis, agar dapat mengembangkan kreativitas dan kompetensinya
dengan mengutamakan solidaritas bersama.
Untuk mengemban misi tersebut, Dinas Pertanian Kota Semarang
membutuhkan dukungan dari beberapa tenaga pelatih yang berkompeten dan
professional. Selain itu adanya trade associaton juga penting guna menampung
potensi-potensi yang dimiliki masyarakat yang dapat dikembangkan dan

19
diperdagangkan sehingga memperoleh manfaat yang dapat membantu perekonomian
masyarakat kecil. Adapun trainer berperan untuk memberikan pengarahan dan
pelatihan yang penting bagi kelompok usaha tani untuk mengembangkan
kreativitasnya sehingga berguna bagi masyarakat.
Dalam kenyataannya, Dinas Pertanian Kota Semarang telah memiliki
beberapa trainer yang cukup berkompetensi dalam memberdayakan masyarakat.
Lembaga ini juga sudah sering melaksanakan program pelatihan bagi usaha tani,
berbagai macam lomba hasil tani tingkat kotamadya, dan beberapa program lainnya
yang dapat meningkatkan potensi dan kreativitas masyarakat. Di daerah tersebut
juga sudah berdiri beberapa asosiasi pedagang yang telah terorganisir dengan baik
yang membantu dalam memasarkan hasil usaha tani masyarakat setempat. Oleh
karena itu, Dinas Pertanian Kota Semarang mempunyai peluang yang besar dalam
mewujudkan isi tersebut di atas karena telah memiliki stakeholder yang professional
dan berkompeten. Selain itu juga, dengan adanya kelompok tani dan asosiasi
pedagang mampu mendukung pelaksanaan program Dinas Pertanian dengan
berpartisipasi dalam setiap program kegiatan yang diselenggarakan. Adapun peluang
yang ada yaitu kebutuhan masyarakat dalam meningkatkan kreativitas dan potensi
yang semakin tinggi, tuntutan demokrasi yang mendukung peningkatan partisipasi
masyarakat, persaingan usaha tani di berbagai daerah untuk meningkatkan potensi
pertanian daerah, kebutuhan ekonomi masyarakat yang semakin tinggi dan
kompleks, serta kebutuhan produksi pertanian yang semakin meningkat.
Disamping peluang-peluang yang ada, Dinas Pertanian Kota Semarang juga
memiliki beberapa kendala dalam melaksanakan misinya tersebut. Kendala tersebut
harus ditangani karena akan menghambat laju pembangunan pertanian di daerah
tersebut. Adapun kendala yang menghambat pelaksanaan dari misi tersebut yaitu
lebih kepada kurang sehatnya kompetisi diantara asosiasi pedagang dan kelompok
tani dalam memasarkan hasil usaha tani. Persaingan tersebut menjadi kendala karena
dikhawatirkan akan mengganggu distribusi harga hasil pertanian ke masyarakat
menjadi tidak stabil sehingga akan mengganggu kestabilan harga di pasar. Selain itu,
perubahan gaya hidup masyarakat dari tradisional ke arah modernisasi yang
membuat masyarakat sibuk dengan aktivitasnya masing-masing, serta tendensi

20
kultur masyarakat yang individual di daerah perkotaan membuat partisipasi
masyarakat terminimalisir dan masih lemahnya solidaritas yang terbangun dalam
masyarakat. Namun demikian diperlukan kontrol dari pemerintah terhadap harga
pasar dan kontrol sosial pemerintah terhadap masyarakat.

B. ANALISIS KONDISI INTERNAL


Dalam suatu lembaga atau organisasi pasti memiliki kekuatan dan kelemahan
baik itu dalam segi struktural maupun fungsional. Kekuatan dan kelemahan suatu
lembaga tersebut merupakan suatu kondisi internal yang harus dianalisis agar dapat
menjalankan tugas dan fungsinya dengan lebih baik.
Demikian juga halnya dengan Dinas Pertanian Kota Semarang. Dinas
Pertanian adalah merupakan unsur pelaksana Pemerintah Daerah dalam hal ini di
Kota Semarang. Adapun tugas pokok dari Dinas Pertanian Kota Semarang yaitu
melaksanakan kewenangan Otonomi Daerah di bidang pertanian tanaman pangan,
peternakan, perkebunan dan kehutanan. Untuk melaksanakan tugas dan fungsinya
tersebut, Dinas Pertanian Kota Semarang harus menganalisis kondisi internal
lembaganya guna kelancaran dan sebagAi bahan untuk merumuskan berbagai
strategi dalam meningkatkan pembangunan pertanian.
1. Misi I
Adapun misi I dari Dinas Pertanian Kota Semarang adalah Meningkatkan
pelayanan sektor pertanian bagi masyarakat khususnya para petani dan
pelaku agribisnis, agar dapat menikmati kemudahan akses informasi serta
pelayanan lainnya yang efektif dan efisien dengan mengutamakan kepentingan
bersama.
Untuk mengemban misi tersebut, Dinas Pertanian Daerah membutuhkan
kualitas sumber daya manusia yang unggul, kompeten dan professional. Hal ini
sangat penting mengingat kualitas kinerja yang bagus diperoleh dari tenaga
pelaksana yang profesional dan berdedikasi tinggi.
Sebagai penyedia data dan informasi bagi stakeholders (pengambil
kebijakan, dunia usaha dan masyarakat), kondisi tenaga pelaksana di Dinas
Pertanian Kota Semarang sebagian besar berpendidikan Strata 1 dan Strata 2, baik

21
dalam bidang administrasi, statistik dan sistem informasi. Kemudian juga adanya
kompetensi pegawai yang sesuai dengan bidangnya masing-masing, struktur
kelembagaan Dinas Pertanian Kota Semarang yang kuat, serta ketersediaan fasilitas
teknologi informasi yang cukup mamadai. Selain itu juga diperlukan komitmen dan
dukungan pimpinan untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat dalam peningkatan
pembangunan pertanian. Hal ini merupakan kekuatan pendorong untuk menjadikan
Dinas Pertanian Kota Semarang sebagai organisasi yang berkompeten dalam
melaksanakan tugas dan fungsi sebagai penyedia data dan informasi bagi
masyarakat khususnya Petani dan Pelaku agribisnis. Hal ini merupakan kekuatan
dari lembaga ini karena mampu menyediakan data dan informasi yang akurat dan
terpercaya kepada masyarakat setempat.
Dalam mengemban misi tersebut selain kekuatan, Dinas Pertanian Kota
Semarang juga mempunyai kelemahan yaitu belum konsistennya kebijakan setiap
unit kerja dalam mendukung upaya-upaya mewujudkan pelaksanaan koordinasi
perencanaan dan penyusunan kebijakan bidang pertanian, beban anggaran
pengadaan tambahan sarana prasarana yang masih kurang, belum optimalnya sistem
update data, pelayanan yang diberikan oleh tenaga pelaksana belum dijadikan
sebuah budaya tetapi baru sekedar tugas atau pekerjaan saja, serta kurangnya respon,
empati dan jaminan dalam pelayanan data dan informasi dalam melayani kebutuhan
data dan informasi yang dibutuhkan pengguna. Adapun selama ini kecepatan untuk
memberikan pelayanan dan menjamin kualitas data dan informasi sesuai permintaan
masih relative kurang. Untuk itu perlu pembinaan secara berkala terhadap tenaga
pelaksana yang berhubungan langsung dengan pengguna untuk menjadikan
pelayanan sebagai budaya (culture).

2. Misi II
Adapun misi II dari Dinas Pertanian Kota Semarang adalah
Memberdayakan potensi dan meningkatkan partisipasi masyarakat khususnya
para petani dan pelaku agribisnis, agar dapat mengembangkan kreativitas dan
kompetensinya dengan mengutamakan solidaritas bersama.

22
Untuk mengemban misi tersebut, Dinas Pertanian Daerah membutuhkan
tenaga pelatih (widyaiswara) dan pakar pertanian yang mampu memberikan
pelatihan bagi masyarakat dan memberikan masukan-masukan terbaik guna
meningkatkan kualitas sumber daya yang ada dalam rangka memberdayakan potensi
dan partisipasi masyarakat agar mampu bersaing dengan daerah-daerah lainnya.
Kondisi Dinas Pertanian Kota Semarang telah memiliki tenaga pelatih yang
handal dan pakar bidang pertanian yang banyak memberikan masukan-masukan
kritis demi terciptanya kemajuan pertanian setempat. Tenaga pelatih tersebut juga
telah banyak memberikan sumbangsihnya terhadap masyarakat yang ikut
berpartisipasi dalam kegiatan yang dilaksanakan. Selain itu, memiliki program dan
kegiatan yang mendukung potensi dan partisipasi masyarakat dan struktur
kelembagaan yang kuat mendukung pelaksanaan kebijakan daerah. Hal ini
merupakan kekuatan dari Dinas Pertanian Kota Semarang yang mana dapat
memberdayakan potensi dan meningkatkan partisipasi masyarakat melalui program-
program tersebut.
Dalam mengemban misi tersebut selain kekuatan, Dinas Pertanian Kota
Semarang juga mempunyai kelemahan yaitu Lemahnya integrasi antar fungsi
sehingga mengakibatkan koordinasi yang kurang baik dalam menjalankan tugas dan
wewenang lembaga. Dalam memberikan pelayanan yang berorientasi pada
pengguna, setiap fungsi yang ada dalam struktur kelembagaan Dinas Pertanian Kota
Semarang masih belum terkoordinasi secara padu. Sebagian kegiatan berjalan
sendiri-sendiri, kurang ada keterpaduan yang saling mendukung dan menunjang
untuk mengarah pada bagaimana memuaskan pengguna atas kebutuhan data dan
informasi. Hal ini menyebabkan masih kurangnya partisipasi masyarakat dalam
kegiatan dan sedikitnya potensi yang dapat tertampung oleh lembaga karena tidak
terkoordinasi dengan baik. Selain itu juga kurangnya kontrol lembaga dan
pemerintah daerah dalam pemberdayaan potensi dan peningkatan partisipasi yang
datang dari masyarakat serta kurang seimbangnya kuantitas tenaga pelatih dengan
masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan di lapangan menyebabkan kurang
optimalnya kinerja kelembagaan.

23
V. PENENTUAN ISU-ISU STRATEGIS

A. Strategi Analisis SWOT

Kerangka Analisis SWOT

Kekuatan Kelemahan
(Strength) (Weakness)

Peluang SO WO

(Opportunity) (I) (II)

ST WT
Ancaman (Threats)
(III) (IV)

Dari berbagai informasi yang didapatkan dari lingkungan internal maupun


dari lingkungan eksternal instansi dapat diketahui kekuatan dan kelemahan dari
lingkungan internal instansi serta peluang serta ancaman dari lingkungan eksternal.
Langkah selanjutnya adalah dengan mengidentifikasi isu strategis, dengan analisis
SWOT (Streght-Weakness-Oppurtunity-Threats). Selanjutnya dilakukan evaluasi
terhadap isu-isu strategis yang ditemukan. Dari evaluasi terhadap isu strategis akan
dirumuskan strategi dalam rangka penyehatan instansi. Setiap strategi yang efektif
akan mendapatkan keuntungan dari kekuatan dan peluang sekaligus meminimalkan
atau mengatasi kelemahan dan ancaman.

24
Adapun gambaran analisis SWOT Misi I untuk Dinas Pertanian Kota
Semarang dapat diketahui pada tabel berikut :

Kekuatan (Strengths) Kelemahan (Weaknesses)


1. Belum konsistennya kebijakan
1. Tersedianya sumber daya
setiap unit kerja dalam mendukung
manusia yang berkualitas, yaitu
upaya-upaya mewujudkan
pendidikan rata-rata S1 dan S2.
pelaksanaan koordinasi
2. Kompetensi pegawai yang sesuai
perencanaan dan penyusunan
dengan bidangnya masing-
kebijakan bidang pertanian.
masing.
2. Beban anggaran pengadaan
3. Struktur kelembagaan Dinas
tambahan sarana prasarana yang
Pertanian Kota Semarang yang
masih kurang.
kuat.
3. Belum optimalnya sistem update
4. Ketersediaan fasilitas teknologi
data.
informasi yang cukup mamadai.
4. Kurangnya respon, empati, dan
5. Komitmen dan dukungan
jaminan dalam pelayanan data dan
pimpinan untuk mewujudkan
informasi.
kesejahteraan rakyat dalam
5. Pelayanan yang diberikan oleh
peningkatan pembangunan
tenaga pelaksana belum dijadikan
pertanian.
sebuah budaya tetapi baru sekedar
tugas atau pekerjaan saja.

S W
Peluang (Opportunities)
1. Perkembangan dan kemajuan teknologi
informasi.
2. Kebijakan Inpres No. 3 tahun 2003 tentang
E-government.
3. Tingginya kebutuhan teknologi informasi
pertanian di daerah yang diperlukan O SO WO
masyarakat.
4. Perubahan gaya hidup masyarakat yang
semakin modern mempengaruhi cara
berpikir masyarakat.
5. Tuntutan reformasi birokrasi pelayanan
publik.

Tantangan (Threats)
1. Sistem administrasi pemerintahan belum
tersusun dengan jelas dan rapih sehingga
masih banyak pengaturan-pengaturan yang
tumpang tindih.
2. Tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi T ST WT
menyebabkan tingginya tuntutan
masyarakat akan kesejahteraan hidup.

25
3. Distribusi produk pertanian yang semakin meningkat dan esarnya kompleksitas kesejahteraan rakyat.
4. Rendahnya kepercayaan masyarakat terhadap kinerja pemerintah.

Adapun gambaran analisis SWOT Misi II untuk Dinas Pertanian Kota


Semarang dapat diketahui pada tabel berikut :

Kekuatan (Strengths) Kelemahan (Weaknesses)


1. Lemahnya integrasi antar fungsi
1. Memiliki tenaga pelatih yang
berkompeten. sehingga mengakibatkan
koordinasi yang kurang baik
2. Memiliki program dan kegiatan
yang mendukung potensi dan dalam menjalankan tugas dan
wewenang lembaga.
partisipasi masyarakat.
3. Struktur kelembagaan yang kuat 2. Kurangnya kontrol lembaga dan
mendukung pelaksanaan kebijakan pemerintah daerah dalam
daerah. pemberdayaan potensi dan
peningkatan partisipasi yang
datang dari masyarakat.
3. Kurang seimbangnya kuantitas
tenaga pelatih dengan masyarakat
dalam pelaksanaan kegiatan di
lapangan.

S W
Peluang (Opportunities)
1. Kebutuhan masyarakat dalam
meningkatkan kreativitas dan potensi
yang semakin tinggi.
2. Tuntutan demokrasi yang mendukung
peningkatan partisipasi masyarakat.
3. Persaingan usaha tani di berbagai
daerah untuk meningkatkan potensi O SO WO
pertanian daerah.
4. Kebutuhan ekonomi masyarakat yang
semakin tinggi dan kompleks.
5. Kebutuhan produksi pertanian yang
semakin meningkat.

Tantangan (Threats)
1. Kurang sehatnya kompetisi
antara beberapa asosiasi pedagang dan
para petani.
2. Ketidakstabilan harga pasar
sehingga sulit mengendalikan harga
produksi pertanian.
3. Perubahan gaya hidup
masyarakat dari tradisional ke arah T ST WT
modernisasi yang membuat
masyarakat sibuk dengan aktivitasnya
masing-masing.
4. Tendensi kultur masyarakat
yang individual di daerah perkotaan

26
membuat partisipasi masyarakat terminimalisir dan masih lemahnya solidaritas yang terbangun dalam
masyarakat.

B. Identifikasi Isu-isu Strategis.


Selanjutnya untuk mengidentifikasi isu-isu mana yang strategik diantara isu-
isu tersebut diatas maka dapat ditemukan melalui tes litmus sebagai berikut :

Tabel V.1 Litmus Test.


Operasional Strategis
No. Pertanyaan
(1) (2) (3)
1. Kapan tantangan atau Dua tahun atau
peluang isu-isu strategis itu Sekarang Tahun depan lebih dari
ada dihadapan Anda? sekarang
2. Seberapa luas pengaruh isu Unit atau divisi Beberapa Seluruh
ini pada instansi Anda? tunggal divisi departemen
3. Seberapa besar biaya yang kurang dari 10% 10-25% dari lebih dari 25%
diperlukan Instansi Anda? dari anggaran anggaran dari anggaran
4. Akankah strategi bagi
pemecahan isu akan
memerlukan hal berikut :
a. Pengembangan program Tidak Ya
pelayanan baru?
b. Perubahan signifikan Tidak Ya
dalam perpajakan?
c. Penyesuaian thd Tidak Ya
peraturan daerah?
d. Penambahan thd Tidak Ya
fasilitas utama?
e. Penambahan staf yang Tidak Ya
signifikan?
5. Bagaimana pendekatan
Jelas, siap untuk
yang terbaik bagi Agak detail Terbuka luas
diimplementasikan
pemecahan isu?
6. Tingkat manajemen
terendah yang menetapkan Kepala seksi Kepala dinas Bupati
untuk menanggulangi isu?
7. Konsekuensi yang mungkin
Ada gangguan. Sedikit
terjadi bila isu ini tidak Sangat kacau
inefisiensi kacau
diselesaikan?
8. Berapa banyak Dinas-dinas
lainnya yang dipengaruhi Empat atau
Tidak ada 1-3 Dinas
oleh isu ini dan harus lebih
terlibat dalam pemecahan?
9. Sensivitas isu ini terhadap
nilai-nilai sosial, politik,
Lunak Sedang Keras
religius, dan kultural
komunitas?

27
Langkah selanjutnya adalah pembobotan terhadap isu-isu strategis yang
didapat, sehingga dapat dihasilkan skala prioritas dari isu-isu strategis tersebut.
Tabel 1. Hasil Identifikasi Kekuatan Misi I.

Pertanyaan tes litmus


Total
No Isu strategik 4
1 2 3 5 6 7 8 9 skor
a b c d e
1. Tersedianya sumber
daya manusia yang
berkualitas, yaitu 1 2 2 3 1 3 1 3 2 3 1 2 1 25
pendidikan rata-rata S1
dan S2.
2. Kompetensi pegawai
yang sesuai dengan
1 2 2 3 1 3 1 3 2 3 2 2 1 26
bidangnya masing-
masing.
3. Struktur kelembagaan
Dinas Pertanian Kota 1 3 2 3 3 2 1 1 3 2 1 3 3 28
Semarang yang kuat.
4. Ketersediaan fasilitas
teknologi informasi 1 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 2 33
yang cukup memadai.
5. Komitmen dan
dukungan pimpinan
untuk mewujudkan
1 3 1 1 1 3 1 1 3 3 3 3 3 27
kesejahteraan rakyat
dalam peningkatan
pembangunan pertanian.

Dari hasil skoring identifikasi kekuatan misi I tersebut diatas, selanjutnya


dibuat skoring untuk memprioritas isu-isu yang bersifat strategis, dengan rumusan
sebagai berikut :
1. Isu yang bersifat operasional = 1-13
2. Isu yang bersifat moderat = 14-26
3. Isu yang bersifat strategis = 27-38
Melihat hasil skoring identifikasi isu strategik, dengan memasukkan rumus
yang ditetapkan, maka didapatkan isu yang bersifat strategik adalah :
1. Komitmen dan dukungan pimpinan untuk mewujudkan kesejahteraan
rakyat dalam peningkatan pembangunan pertanian. (27)
2. Struktur kelembagaan Dinas Pertanian Kota Semarang yang kuat. (28)
3. Ketersediaan fasilitas teknologi informasi yang cukup memadai. (33)

28
Selanjutnya identifikasi kelemahan pada misi I dapat dilihat pada table
berikut ini:
Tabel 2. Hasil Identifikasi Kelemahan Misi I.

Pertanyaan tes litmus


Total
No Isu strategik 4
1 2 3 5 6 7 8 9 skor
a b c d e
1. Sistem administrasi
pemerintahan belum
tersusun dengan jelas
dan rapih sehingga 1 2 1 1 1 3 1 1 1 1 2 3 1 19
masih banyak
pengaturan-pengaturan
yang tumpang tindih.
2. Tingkat pertumbuhan
ekonomi yang tinggi
menyebabkan tingginya
2 2 1 3 3 3 3 1 2 3 1 2 2 28
tuntutan masyarakat
akan kesejahteraan
hidup.
3. Distribusi produk
pertanian yang semakin
meningkat dan besarnya 1 3 3 3 3 2 1 1 3 3 2 3 3 31
kompleksitas
kesejahteraan rakyat.
4. Rendahnya kepercayaan
masyarakat terhadap 1 3 3 3 3 1 3 3 2 2 2 3 3 32
kinerja pemerintah.

Dari hasil skoring identifikasi kelemahan misi I tersebut diatas, selanjutnya


dibuat skoring untuk memprioritas isu-isu yang bersifat strategis, dengan rumusan
sebagai berikut :
1. Isu yang bersifat operasional = 1-13
2. Isu yang bersifat moderat = 14-26
3. Isu yang bersifat strategis = 27-38
Melihat hasil skoring identifikasi isu strategik, dengan memasukkan rumus
yang ditetapkan, maka didapatkan isu yang bersifat strategik adalah :
1. Tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi menyebabkan tingginya
tuntutan masyarakat akan kesejahteraan hidup (28).
2. Distribusi produk pertanian yang semakin meningkat dan besarnya
kompleksitas kesejahteraan rakyat (31).

29
3. Rendahnya kepercayaan masyarakat terhadap kinerja pemerintah (32).

Selanjutnya identifikasi peluang pada misi I dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3. Hasil Identifikasi Peluang Misi I.

Pertanyaan tes litmus


Total
Isu strategik 4
No 1 2 3 5 6 7 8 9 skor
A b c d e
1. Perkembangan dan
kemajuan teknologi 1 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 1 32
informasi.
2. Kebijakan Inpres No. 3
tahun 2003 tentang E- 1 3 3 3 3 3 3 3 1 3 1 3 1 31
government.
3. Tingginya kebutuhan
teknologi informasi
1 2 3 3 3 1 3 1 3 3 2 3 2 30
pertanian di daerah yang
diperlukan masyarakat.
4. Perubahan gaya hidup
masyarakat yang
semakin modern 1 1 1 3 3 1 3 1 1 2 1 2 2 22
mempengaruhi cara
berpikir masyarakat.
5. Tuntutan reformasi
birokrasi pelayanan 2 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 3 3 35
publik.
Dari hasil skoring identifikasi peluang misi I tersebut diatas, selanjutnya
dibuat skoring untuk memprioritas isu-isu yang bersifat strategis, dengan rumusan
sebagai berikut :
1. Isu yang bersifat operasional = 1-13
2. Isu yang bersifat moderat = 14-26
3. Isu yang bersifat strategis = 27-38
Melihat hasil skoring identifikasi isu strategik, dengan memasukkan rumus
yang ditetapkan, maka didapatkan isu yang bersifat strategik adalah :
1. Kebijakan Inpres No. 3 tahun 2003 tentang E-government (31).
2. Perkembangan dan kemajuan teknologi informasi (32)
3. Tuntutan reformasi birokrasi pelayanan publik (35).

30
Selanjutnya identifikasi ancaman pada misi I dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4. Hasil Identifikasi Ancaman Misi I.

Pertanyaan tes litmus


Total
No Isu strategik 4
1 2 3 5 6 7 8 9 skor
a b c d e
1. Belum konsistennya
kebijakan setiap unit
kerja dalam mendukung
upaya-upaya
mewujudkan 1 2 1 3 1 3 1 1 2 2 2 2 2 23
pelaksanaan koordinasi
perencanaan dan
penyusunan kebijakan
bidang pertanian.
2. Beban anggaran
pengadaan tambahan
2 2 3 1 3 3 3 1 2 3 2 1 2 28
sarana prasarana yang
masih kurang.
3. Belum optimalnya
1 3 3 3 3 1 3 3 2 2 3 3 3 33
sistem update data.
4. Kurangnya respon,
empati, dan jaminan
1 2 1 3 3 1 1 1 3 2 1 1 2 22
dalam pelayanan data
dan informasi.
5. Pelayanan yang
diberikan oleh tenaga
pelaksana belum
1 2 1 3 3 3 1 1 3 2 2 2 3 27
dijadikan sebuah budaya
tetapi baru sekedar tugas
atau pekerjaan saja.

Dari hasil skoring identifikasi ancaman misi I tersebut diatas, selanjutnya


dibuat skoring untuk memprioritas isu-isu yang bersifat strategis, dengan rumusan
sebagai berikut :
1. Isu yang bersifat operasional = 1-13
2. Isu yang bersifat moderat = 14-26
3. Isu yang bersifat strategis = 27-38
Melihat hasil skoring identifikasi isu strategik, dengan memasukkan rumus
yang ditetapkan, maka didapatkan isu yang bersifat strategik adalah :
1. Pelayanan yang diberikan oleh tenaga pelaksana belum dijadikan sebuah
budaya tetapi baru sekedar tugas atau pekerjaan saja (27).

31
2. Beban anggaran pengadaan tambahan sarana prasarana yang masih
kurang (28).
3. Belum optimalnya sistem update data (33)
Dari keseluruhan hasil identifikasi isu strategik misi I telah ditemukan
beberapa isu strategis berdasarkan temuan fakta yang ada. Dari kelima isu tersebut,
dianalisis tiga isu dominan yang tepat dan handal untuk digunakan dalam rangka
melaksanakan misi I yaitu Meningkatkan pelayanan sektor pertanian bagi
masyarakat khususnya para petani dan pelaku agribisnis, agar dapat menikmati
kemudahan akses informasi serta pelayanan lainnya yang efektif dan efisien dengan
mengutamakan kepentingan bersama.
Kemudian untuk selanjutnya dianalisis isu-isu strategik dari misi II. Adapun
identifikasi kekuatan pada misi II dapat dilihat pada tebel berikut ini:
Tabel 5. Hasil Identifikasi Kekuatan Misi II.

Pertanyaan tes litmus


Total
No Isu strategik 4
1 2 3 5 6 7 8 9 skor
a b c d e
1. Memiliki tenaga pelatih
1 2 3 3 1 3 3 3 3 2 2 3 1 30
yang berkompeten.
2. Memiliki program dan
kegiatan yang
2 2 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 1 30
mendukung potensi dan
partisipasi masyarakat.
3. Struktur kelembagaan
yang kuat mendukung
1 3 3 3 3 2 1 1 3 3 2 3 3 31
pelaksanaan kebijakan
daerah.

Dari hasil skoring identifikasi kekuatan misi II tersebut diatas, selanjutnya


dibuat skoring untuk memprioritas isu-isu yang bersifat strategis, dengan rumusan
sebagai berikut :
1. Isu yang bersifat operasional = 1-13
2. Isu yang bersifat moderat = 14-26
3. Isu yang bersifat strategis = 27-38
Melihat hasil skoring identifikasi isu strategik, dengan memasukkan rumus
yang ditetapkan, maka didapatkan isu yang bersifat strategik adalah :

32
1. Memiliki tenaga pelatih yang berkompeten (30).
2. Memiliki program dan kegiatan yang mendukung potensi dan partisipasi
masyarakat (30).
3. Struktur kelembagaan yang kuat mendukung pelaksanaan kebijakan
daerah (31).
Selanjutnya identifikasi kelemahan pada misi II dapat dilihat pada tabel

berikut ini:

Tabel 6. Hasil Identifikasi Kelemahan Misi II.

Pertanyaan tes litmus


Total
No Isu strategik 4
1 2 3 5 6 7 8 9 skor
a b c d E
1. Lemahnya integrasi
antar fungsi sehingga
mengakibatkan
koordinasi yang kurang 2 2 2 1 3 3 3 3 3 2 2 2 2 30
baik dalam menjalankan
tugas dan wewenang
lembaga.
2. Kurangnya kontrol
lembaga dan pemerintah
daerah dalam
pemberdayaan potensi 2 3 3 1 1 3 1 3 3 3 3 3 2 31
dan peningkatan
partisipasi yang datang
dari masyarakat.
3. Kurang seimbangnya
kuantitas tenaga pelatih
dengan masyarakat 2 2 3 3 3 1 3 1 3 2 2 3 2 30
dalam pelaksanaan
kegiatan di lapangan.

Dari hasil skoring identifikasi kelemahan misi II tersebut diatas, selanjutnya


dibuat skoring untuk memprioritas isu-isu yang bersifat strategis, dengan rumusan
sebagai berikut :
1. Isu yang bersifat operasional = 1-13
2. Isu yang bersifat moderat = 14-26
3. Isu yang bersifat strategis = 27-38

33
Melihat hasil skoring identifikasi isu strategik, dengan memasukkan rumus
yang ditetapkan, maka didapatkan isu yang bersifat strategik adalah :
1. Lemahnya integrasi antar fungsi sehingga mengakibatkan koordinasi
yang kurang baik dalam menjalankan tugas dan wewenang lembaga (30).
2. Kurang seimbangnya kuantitas tenaga pelatih dengan masyarakat dalam
pelaksanaan kegiatan di lapangan (30).
3. Kurangnya kontrol lembaga dan pemerintah daerah dalam pemberdayaan
potensi dan peningkatan partisipasi yang datang dari masyarakat (31).

Pertanyaan tes litmus


Total
No Isu strategik 4
1 2 3 5 6 7 8 9 skor
a B c d e
1. Kebutuhan masyarakat
dalam meningkatkan
1 2 3 3 3 3 3 1 1 2 1 3 1 27
kreativitas dan potensi
yang semakin tinggi.
2. Tuntutan demokrasi yang
mendukung peningkatan 2 3 2 3 3 3 3 1 3 3 2 3 3 34
partisipasi masyarakat.
3. Persaingan usaha tani di
berbagai daerah untuk
1 3 3 3 3 3 3 1 1 3 2 3 2 31
meningkatkan potensi
pertanian daerah.
4. Kebutuhan ekonomi
masyarakat yang
1 3 3 3 3 1 3 1 3 3 2 3 3 32
semakin tinggi dan
kompleks.
5. Kebutuhan produksi
pertanian yang semakin 2 3 3 3 3 3 3 1 3 2 2 2 2 32
meningkat.
Selanjutnya identifikasi peluang pada misi II dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 7. Hasil Identifikasi Peluang Misi II.

Dari hasil skoring identifikasi peluang misi II tersebut diatas, selanjutnya


dibuat skoring untuk memprioritas isu-isu yang bersifat strategis, dengan rumusan
sebagai berikut :
1. Isu yang bersifat operasional = 1-13
2. Isu yang bersifat moderat = 14-26
3. Isu yang bersifat strategis = 27-38

34
Melihat hasil skoring identifikasi isu strategik, dengan memasukkan rumus
yang ditetapkan, maka didapatkan isu yang bersifat strategik adalah :
1. Kebutuhan produksi pertanian yang semakin meningkat (32).
2. Kebutuhan ekonomi masyarakat yang semakin tinggi dan kompleks (32).
3. Tuntutan demokrasi yang mendukung peningkatan partisipasi
masyarakat. (34)

Selanjutnya identifikasi ancaman pada misi II dapat dilihat pada tabel berikut:

Pertanyaan tes litmus


Total
No Isu strategik 4
1 2 3 5 6 7 8 9 skor
a b c d e
1. Kurang sehatnya kompetisi
antara beberapa asosiasi 1 1 1 3 3 3 1 3 2 2 2 2 2 26
pedagang dan para petani.
2. Ketidakstabilan harga pasar
sehingga sulit mengendalikan 2 3 2 1 3 3 3 1 2 3 3 3 3 32
harga produksi pertanian.
3. Perubahan gaya hidup
masyarakat dari tradisional ke
arah modernisasi yang
2 2 1 3 3 3 3 1 2 2 1 3 1 27
membuat masyarakat sibuk
dengan aktivitasnya masing-
masing.
4. Tendensi kultur masyarakat
yang individual di daerah
perkotaan membuat partisipasi
masyarakat terminimalisir dan 2 3 2 3 3 1 3 1 3 2 2 3 3 31
masih lemahnya solidaritas
yang terbangun dalam
masyarakat.
Tabel 8. Hasil Identifikasi Ancaman Misi II.

Dari hasil skoring identifikasi ancaman misi II tersebut diatas, selanjutnya


dibuat skoring untuk memprioritas isu-isu yang bersifat strategis, dengan rumusan
sebagai berikut :
1. Isu yang bersifat operasional = 1-13
2. Isu yang bersifat moderat = 14-26
3. Isu yang bersifat strategis = 27-38

35
Melihat hasil skoring identifikasi isu strategik, dengan memasukkan rumus
yang ditetapkan, maka didapatkan isu yang bersifat strategik adalah :
1. Perubahan gaya hidup masyarakat tradisional ke arah modernisasi yang
membuat masyarakat sibuk dengan aktivitasnya masing-masing (27).
2. Tendensi kultur masyarakat yang individual di daerah perkotaan
membuat partisipasi masyarakat terminimalisir dan masih lemahnya
solidaritas yang terbangun dalam masyarakat (31).
3. Ketidakstabilan harga pasar sehingga sulit mengendalikan harga produksi
pertanian (32).
Dari keseluruhan hasil identifikasi isu strategik misi II telah ditemukan
beberapa isu strategis berdasarkan temuan fakta yang ada. Dari kelima isu tersebut,
dianalisis tiga isu dominan yang tepat dan handal untuk digunakan dalam rangka
melaksanakan misi II yaitu Memberdayakan potensi dan meningkatkan partisipasi
masyarakat khususnya para petani dan pelaku agribisnis, agar dapat
mengembangkan kreativitas dan kompetensinya dengan mengutamakan solidaritas
bersama.

Adapun gambaran analisis SWOT Misi I untuk Dinas Pertanian Kota


Semarang dapat diketahui pada tabel berikut :

Kekuatan (Strengths) Kelemahan (Weaknesses)

1. Struktur kelembagaan Dinas 1. Beban anggaran


Pertanian Kota Semarang yang pengadaan tambahan
kuat. sarana prasarana yang
masih kurang.
2. Belum optimalnya
sistem update data.
3. Pelayanan yang
diberikan oleh tenaga
pelaksana belum
dijadikan sebuah budaya36
tetapi baru sekedar tugas
atau pekerjaan saja.
2. Ketersediaan fasilitas teknologi
informasi yang cukup mamadai.
3. Komitmen dan dukungan
pimpinan untuk mewujudkan
kesejahteraan rakyat dalam
peningkatan pembangunan
pertanian.

S W
Peluang (Opportunities)

1. Perkembangan dan kemajuan teknologi


informasi.
2. Kebijakan Inpres No. 3 tahun 2003
tentang E-government.
O SO WO
3. Tuntutan reformasi birokrasi pelayanan
publik.

Tantangan (Threats)

1. Tingkat pertumbuhan ekonomi yang


tinggi menyebabkan tingginya tuntutan
masyarakat akan kesejahteraan hidup.
2. Distribusi produk pertanian yang
ST WT
semakin meningkat dan esarnya T
kompleksitas kesejahteraan rakyat.

3. Rendahnya kepercayaan masyarakat


terhadap kinerja pemerintah.

Adapun gambaran analisis SWOT Misi II untuk Dinas Pertanian Kota


Kelemahan (Weaknesses)
Semarang dapat diketahui pada tabel berikut :
1. Lemahnya integrasi antar
fungsi sehingga mengakibatkan
Kekuatan (Strengths) koordinasi yang kurang baik
dalam menjalankan tugas dan
wewenang lembaga.
2. Kurangnya kontrol lembaga
dan pemerintah daerah dalam
pemberdayaan potensi dan
peningkatan partisipasi yang
datang dari masyarakat.
3. Kurang seimbangnya kuantitas
37
tenaga pelatih dengan
masyarakat dalam pelaksanaan
kegiatan di lapangan.
1. Memiliki tenaga pelatih yang
berkompeten.
2. Memiliki program dan kegiatan yang
mendukung potensi dan partisipasi
masyarakat.
3. Struktur kelembagaan yang kuat
mendukung pelaksanaan kebijakan
daerah.

S W
Peluang (Opportunities)
1. Tuntutan demokrasi yang
mendukung peningkatan partisipasi
masyarakat.

2. Kebutuhan ekonomi O
masyarakat yang semakin tinggi
dan kompleks. SO WO

3. Kebutuhan produksi
pertanian yang semakin meningkat.

Tantangan (Threats)
1.
Ketidakstabilan harga pasar sehingga
sulit mengendalikan harga produksi
pertanian.

2. ST WT
Perubahan gaya hidup masyarakat dari
tradisional ke arah modernisasi T
yang membuat masyarakat sibuk
dengan aktivitasnya masing-
masing.

3.
Tendensi kultur masyarakat yang
individual di daerah perkotaan
membuat partisipasi masyarakat terminimalisir dan masih lemahnya solidaritas yang terbangun dalam
masyarakat.

A. MISI I.
I. Upaya memakai kekuatan untuk memanfaatkan peluang.

38
1.1. Menggunakan fasilitas dan teknologi yang ada untuk melaksanakan
tugas dan wewenang kelembagaan sehingga menjadi lebih solid.
1.2. Memanfaatkan struktur kelembagaan yang kuat untuk melaksanakan
kebijakan pemerintah yang telah ditetapkan.
1.3. Meningkatkan kapasitas kinerja kelembagaan untuk melaksanakan
reformasi birokrasi pelayanan publik. (A)
2.1. Memanfaatkan perkembangan dan dan kemajuan teknologi informasi
untuk memperbaiki sistem informasi dan teknologi yang sudah ada.
2.2. Menggunakan fasilitas teknologi informasi yang ada untuk
melaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan pemerintah.
2.3. Dengan sistem informasi dan teknologi yang ada diselenggarakanlah
pelayanan yang efektif dn efisien di sektor pertanian dalam rangka
memenuhi tuntutan reformasi pelayanan publik. (B)
3.1. Dengan komitmen dan dukungan pimpinan berupaya mengembangkan
teknologi dan informasi untuk mendukung pelaksanaan tugas dan
fungsi lembaga.
3.2. Dengan legalitas yang ada perencanaan dikoordinasikan, kebijakan
disusun, dan pelaksanaan kebijakan disinkronkan bersama depertemen
dan dinas/ instansi lain yang terkait. (C)
3.3. Dengan pegawai yang profesional direalisasi komitmen bersama sektor
dan daerah yang bermuara untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat.

II. Upaya menanggulangi kelemahan dengan memanfaatkan peluang.


1. Meningkatkan kerjasama dengan pusat data dan statistik pertanian
untuk memperoleh akses informasi yang lengkap sehingga mampu
menghemat beban anggaran lembaga. (A)
2. Melaksanakan kebijakan pemerintah tentang e-government yang dapat
membantu kinerja dalam pelayanan publik sehingga dapat menghemat
beban anggaran
3. Dengan adanya reformasi birokrasi mampu memotivasi kinerja
pelayanan publik yang efektif dan efisien.

39
2.1. Mengoptimalkan sistem update data dengan menggunakan teknologi
informasi yang modern dan canggih.
2.2. Dengan dukungan dari pemerintah dapat menggunakan teknologi untuk
memperbaiki sistem update data.
2.3. Memperbaharui sistem update data untuk mendorong kinerja
pelayanan publik dalam euphoria reformasi birokrasi.(B)
Dengan adanya teknologi informasi yang canggih diharapkan mampu
memotivasi pegawai untuk meningkatkan pelayanan publik.
Melaksanakan komitmen agar pelaksanaan tugas dan fungsi menjadi
konsisten.
Memperkuat kapasitas pegawai melalui pemahaman reformasi birokrasi. (C)

III. Upaya memakai kekuatan untuk mengatasi tantangan/ ancaman.


1.1. Meningkatkan kapasitas kelembagaan untuk memberikan pelayanan
yang mampu diakses masyarakat sehingga memudahkan dalam
berproduksi pertanian.
1.2. Memperkuat kapasitas kelembagaan dengan meningkatkan distribusi
pertanian untuk menjawab besarnya kompleksitas kesejahteraan rakyat.
1.3. Meningkatkan kualitas pelayanan publik sehingga memperkuat tingkat
kepercayaan masyarakat. (A)
2.1. Data dan informasi yang ada dapat dijadikan acuan bagi peningkatan
produksi pertanian masyarakat sehingga mampu meningkatkan
perekonomian dan memenuhi kebutuhan masyarakat. (B)
2.2. Menggunakan sistem informasi dan teknologi yang ada untuk menata
sistem administrasi yang masih kacau dan sistem itu dapat diakses oleh
lembaga lain dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat pertanian.
2.3. Dengan fasilitas teknologi informasi yang ada digunakan untuk
meningkatkan distribusi pertanian untuk menjawab besarnya
kompleksitas kesejahteraan rakyat.

40
Dengan komitmen dan dukungan pimpinan yang kuat membantu lembaga
agar lebih responsif terhadap tuntutan kesejahteraan masyarakat
pertanian. (C)
Komitmen dan dukungan pimpinan mampu meningkatkan kinerja
pelayanan publik untuk meningkatkan distribusi pertanian masyarakat.
Mengoptimalkan komitmen dan dukungan pimpinan untuk memotivasi para
pegawainya agar lebih meningkatkan kinerjanya masing-masing.

IV. Upaya memperkecil kelemahan dan mengatasi tantangan/ ancaman.


1.1. Memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada untuk memberikan
pelayanan yang baik dan mampu menyerap aspirasi masayarakat
pertanian.
1.2. Memperlancar arus distribusi produk pertanian sehingga mampu
meningkatkan perekonomian bagi masyarakat. (A)
1.3. Meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dengan
koordinasi yang baik dengan internal institusi dan masyarakat
pertanian.
2.1. Memperbaiki sistem update data agar mudah diakses oleh masyarakat
untuk meningkatkan produktivitas pertanian.
2.2. Sistem update data yang baik dapat membantu masyarakat memperoleh
akses informasi pertanian yang penting dalam peningkatan distribusi
hasil pertanian.
2.3. Mengoptimalkan sistem update data dan informasi agar dapat dengan
mudah diakses oleh masyarakat. (B)
3.1. Menyelenggarakan pertemuan secara berkala dengan berbagai instansi
teknis dan masyarakat pertanian.
3.2. Mengintensifkan koordinasi internal guna konsistensi dan mantapnya
pelaksanaan tugas dan fungsi.
3.3. Menetapkan kebijakan bagi unit kerja yang konsisten sehingga
meningkatkan kinerja pelayanan dan menumbuhkan tingkat
kepercayaan masyarakat. (C)

41
B. MISI II.
I. Upaya memakai kekuatan untuk memanfaatkan peluang.
1.1. Memberdayakan tenaga pelatih untuk mendukung kegiatan yang dapat
meningkatkan partisipasi masyarakat.
1.2. Meningkatkan kapasitas tenaga pelatih yang akan membantu
masyarakat dalam memberdayakan potensi dan partisipasinya. (D)
1.3. MenyelEnggarakan kegiatan yang dapat meningkatkan produksi
pertanin dengan dukungan tenaga pelatih yang berkompeten.
2.1 Memanfaatkan tuntutan demokrasi untuk mendorong masyarakat ikut
berpartisipasi dalam kegiatan yang diselenggarakan dinas pertanian.
2.2 Menciptakan wadah kegiatan yang mampu menampung potensi dan
kreativitas masyarakat guna meningkatkan usaha tani yang membantu
perekonomian masyarakat. (E)
2.3 Mendorong partisipasi dan kontrol sosial masyarakat dalam
pembangunan pertanian dengan melaksanakan kegiatan yang
bermanfaat bagi peningkatan produksi pertanian.
3.1 Melaksanakan koordinasi kelembagaan secara rutin dalam rangka
mendukung sistem demokrasi yang dapat meningkatkan partisipasi
masyarakat. (F)
3.2 Melaksanakan kebijakan yang tepat dalam upaya meningkatkan
perekonomian masyarakat pertanian.
3.3 Melaksanakan koordinasi kelembagaan dalam upaya meningkatkan
produksi pertanian.

II. Upaya menanggulangi kelemahan dengan memanfaatkan peluang


1.1. Memperkuat integrasi antar fungsi dengan memanfaatkan tuntutan
demokrasi melalui partisipasi masyarakat. (D)

42
1.2. Kompleksitas kebutuhan masyarakat dapat mendorong implementasi
tugas dan wewenang lembaga untuk dapat memberikan pelayanan
publik.
1.3. Kebutuhan produksi masyarakat yang tinggi mendorong peningkatan
koordinasi antar fungsi kelembagaan.
2.1. Memperkuat koordinasi dan kontrol lembaga dalam pelaksanaan
program dan kegiatan pengembangan masyarakat pertanian. (E)
2.2. Tingkat kebutuhan yang tinggi mampu memberikan kontrol pada
masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
2.3. Memperketat fungsi kontrol dalam produktivitas pertanian dengan
partisipasi dan pemberdayaan masyarakat.
3.1. Menyuplai ketersediaan tenaga pelatih yang berkompeten dan sesuai
dengan kebutuhan lembaga dan masyarakat. (F)
3.2. Menyeimbangkan kualitas dan kuantitas pelatih dengan masyarakat
yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat terkini.
3.3. Produktivitas masyarakat memerlukan dukungan tenaga pelatih dalam
implementasinya di lapangan untuk meningkatkan produksi pertanian.

III. Upaya memakai kekuatan untuk mengatasi tantangan/ ancaman.


1.1. Menjaga kontrol lembaga melalui tenaga pelatih yang berkompeten
dalam stabilisasi harga pasar.
1.2. Meningkatkan kompetensi tenaga pelatih dan pegawai sesuai dengan
kondisi dan tren gaya hidup masyarakat terkini.
1.3. Melaksanakan koordinasi yang efektif dan efisien untuk
mengoptimalkan partisipasi masyarakat dan instansi terkait. (D)
2.1. Melaksanakan program dan kegiatan yang mampu mendukung
masyarakat dalam meningkatkan produktivitas pertanian untuk
menstabilkan harga pasar. (E)
2.2. Menyelenggarakan program dan kegiatan yang menarik dan bermanfaat
sehingga dapat menggairahkan kembali partisipasi masyarakat.

43
2.3. Menyelenggarakan program dan kegiatan yang mampu menekan kultur
individualisme serta menggalakkan solidaritas diantara masyarakat
pertanian.
3.1. Melakukan kerjasama dengan pusat maupun instansi lain yang terkait
untuk menyehatkan kompetisi dan menstabilkan harga pasar.(F)
3.2. Merekomendasikan kebijakan yang sesuai dengan aspirasi masyarakat
dalam upaya meningkatkan potensi dan partisipasi masyarakat.
3.3. Menetapkan kebijakan yang tepat yang mampu mencegah tendensi
kultural individual masyarakat perkotaan.

IV. Upaya memperkecil kelemahan dan mengatasi tantangan/ ancaman.


1.1. Menyelenggarakan pertemuan secara berkala dengan berbagai instansi
teknis dan masyarakat pertanian.
1.2. Mengintensifkan koordinasi internal guna konsistensi dan mantapnya
pelaksanaan tugas dan fungsi untuk menghadapi modernisasi
masyarakat. (D)
1.3. Memantapkan pelaksanaan tugas dan fungsi melalui pembinaan secara
intensif bagi para pegawai dan melakukan kegiatan sosialisasi bagi
masyarakat.
2.1. Memperkuat fungsi kontrol kelembagaan dengan koordinasi intensif
antar fungsi untuk menstabilkan harga produksi pertanian. (E)
2.2. Meningkatkan pemberdayaan potensi dan partisipasi masyarakat
dengan memberikan program yang sesuai dengan arus modernisasi
dalam masyarakat pertanian.
2.3. Memperketat kontrol sosial yang tinggi terhadap masyarakat pertanian
guna meminimalisir tendensi kultural individual masyarakat pertanian
saat ini.
3.1. Meningkatkan solidaritas masyarakat pertanian dengan melaksanakan
program dan kegiatan yang intensif, sesuai dengan potensi dan
kebutuhan masyarakat dan tepat sasaran. (F)

44
3.2. Melaksanakan pembagian tugas dan fungsi tenaga pelatih yang akan
menangani kegiatan di lapangan untuk mensosialisasikan program dan
kegiatan kepada masyarakat pertanian.
3.3. Membangkitkan partisipasi dan toleransi sosial masyarakat pertanian
untuk lebih peduli dalam meningkatkan potensi dan produktivitas
pertanian bersama dengan sosialisasi kegiatan yang intensif.

V. CRITICAL ANALISIS
Dinas Pertanian Kota Semarang dalam mewujudkan visi dan misi-misinya
telah berupaya sebaik-baiknya dengan menetapkan program dan kebijakan yang
sesuai dan relevan pada renstra lima tahunan sebelumnya. Oleh karena itu, dalam
penyusunan renstra lima tahunan (2008-2012) perlu dipertimbangkan secara lebih
matang konsep dan kerangka penyusunan sehingga dalam pembuatan kebijakan dan
program akan lebih baik lagi.
Dalam mewujudkan visinya, Dinas Pertanian Kota Semarang mempunyai
dua buah misi yaitu yang pertama adalah Meningkatkan pelayanan sektor pertanian
bagi masyarakat khususnya para petani dan pelaku agribisnis, agar dapat menikmati
kemudahan akses informasi serta pelayanan lainnya yang efektif dan efisien dengan
mengutamakan kepentingan bersama. Kemudian misi yang kedua adalah
Memberdayakan potensi dan meningkatkan partisipasi masyarakat khususnya para
petani dan pelaku agribisnis, agar dapat mengembangkan kreativitas dan
kompetensinya dengan mengutamakan solidaritas bersama.
Untuk membuat program dan kebijakan, Dinas Pertanian Kota Semarang
berupaya melaksanakan misi tersebut dengan menentukan berbagai isu-isu strategis
pada masing masing misi yang relevan terhadap pencapaian kedua misi tersebut.
Dalam penentuan isu-isu strategis digunakan litmus test pada masing-masing
kondisi internal dan eksternal setiap misi. Setelah itu, diskoring dan diambil tiga
skor tertinggi yang akan dijadikan isu strategis. Ketiga isu strategis tadi kemudian
dimasukkan dalam kerangka analisis SWOT yang selanjutnya dianalisis pada
masing-masing misi tersebut yaitu upaya memakai kekuatan untuk memanfaatkan
peluang; upaya menanggulangi kelemahan dengan memanfaatkan peluang; upaya

45
memakai kekuatan untuk mengatasi tantangan/ ancaman; serta upaya memperkecil
kelemahan dan mengatasi tantangan/ ancaman.
Selanjutnya pada setiap upaya analisis tersebut diperoleh 9 (sembilan)
strategi yang akan digunakan dalam pembuatan program dan kebijakan. Kesembilan
strategi pada setiap upaya tersebut lalu diambil 3 (tiga) pada masing-masing misi
sehingga diperoleh 6 strategi untuk kedua misi. Setelah dianalisis SWOT dan telah
diperoleh keenam strategi pada setiap upaya untuk kedua misi tersebut, kemudian
dievaluasi menggunakan strategi Joyce. Dalam mengevaluasi menggunakan strategi
Joyce, keenam strategi pada setiap upaya tersebut diseleksi lagi dan dinilai
berdasarkan kriteria yang digunakan dalam strategi Joyce.
Adapun kriteria yang digunakan mencakup antara lain:
1. Acceptability to key stakeholders, dengan skor (0-10)
2. Acceptance by the general public, dengan skor (0-10)
3. User Benefits dengan skor, (0-20)
4. Consistency with mission, dengan skor (0-10)
5. Technical feasibility, dengan skor (0-10)
6. Cost and financing, dengan skor (0-20)
7. Cost effectiveness, dengan skor (0-10)
8. Timeliness dengan, skor (0-10)
Kemudian setelah dievaluasi dengan strategi Joyce diperoleh 3 strategi yang
paling dominan pada setiap upaya yang digunakan untuk pembuatan program dan
kebijakan.

VI. EVALUASI ISU STRATEGIS


Setelah mengetahui isu-isu yang strategis, kemudian isu-isu strategis tersebut
dievaluasi dengan menggunakan evaluasi strategis menurut Joyce yaitu
menggunakan beberapa kriteria yang tepat lalu diskoring. Isu strategis yang sudah

46
diskoring tersebut dicari skornya yang dominan dan strategis untuk kemudian
dijadikan dasar dalam membuat kebijakan dan program lima tahunan.

A. Cara mengevaluasi strategi menurut Joyce, 1999. (SO)


No. Kriteria yang digunakan ST. A ST. B ST. C ST. D ST. E ST. F
1. Acceptability to key stakeholders (0-10) 7 8 9 8 7 7
2. Acceptance by the general public (0-10) 7 8 8 7 8 8
3. User Benefits (0-20) 10 15 17 16 17 12
4. Consistency with mission (0-10) 6 9 8 7 8 6
5. Technical feasibility (0-10) 3 7 7 4 8 6
6. Cost and financing (0-20) 8 17 15 10 18 9
7. Cost effectiveness (0-10) 6 9 7 6 9 8
8. Timeliness (0-10) 5 7 5 6 8 7
Total Score (0-100) 52 80 76 64 83 63

Berdasarkan evaluasi menggunakan strategi Joyce untuk strategi kekuatan


dan peluang dapat diketahui bahwa dari beberapa isu yang termasuk isu strategis,
diperoleh tiga isu yang paling strategis dan relevan dalam pencapaian misi saat ini.
Isu-isu strategis tersebut yaitu :
1. Dengan sistem informasi dan teknologi yang ada diselenggarakanlah
pelayanan yang efektif dan efisien di sektor pertanian dalam rangka
memenuhi tuntutan reformasi pelayanan publik (SO.B) dengan skor 80.
2. Dengan legalitas yang ada perencanaan dikoordinasikan, kebijakan disusun,
dan pelaksanaan kebijakan disinkronkan bersama depertemen dan dinas/
instansi lain yang terkait (SO.C) dengan 76.
3. Menciptakan wadah kegiatan yang mampu menampung potensi dan
kreativitas masyarakat guna meningkatkan usaha tani yang membantu
perekonomian masyarakat (SO.E) dengan skor 83.

B. Cara mengevaluasi strategi menurut Joyce, 1999. (WO)


No. Kriteria yang digunakan ST. A ST. B ST. C ST. D ST. E ST. F
1. Acceptability to key stakeholders (0-10) 8 8 7 6 7 8
2. Acceptance by the general public (0-10) 7 7 6 8 7 7
3. User Benefits (0-20) 18 17 14 16 12 10
4. Consistency with mission (0-10) 8 8 7 6 5 5
5. Technical feasibility (0-10) 7 9 6 7 6 6
6. Cost and financing (0-20) 14 18 16 12 12 15
7. Cost effectiveness (0-10) 7 8 6 7 7 7
8. Timeliness (0-10) 7 8 7 8 7 8

47
Total Score (0-100) 76 83 69 70 63 66
Berdasarkan evaluasi menggunakan strategi Joyce untuk strategi kelemahan
dan peluang dapat diketahui bahwa dari beberapa isu yang termasuk isu strategis,
diperoleh tiga isu yang paling strategis dan relevan dalam pencapaian misi saat ini.
Isu-isu strategis tersebut yaitu :
1. Meningkatkan kerjasama dengan pusat data dan statistik pertanian untuk
memperoleh akses informasi yang lengkap sehingga mampu menghemat
beban anggaran lembaga (WO.A) dengan skor 76.
2. Memperbaharui sistem update data untuk mendorong kinerja pelayanan
publik dalam euphoria reformasi birokrasi (WO.B) dengan skor 83.
3. Memperkuat integrasi antar fungsi dengan memanfaatkan tuntutan
demokrasi melalui partisipasi masyarakat. (WO.D) dengan skor 70.

C. Cara mengevaluasi strategi menurut Joyce, 1999. (ST)


No. Kriteria yang digunakan ST. A ST. B ST. C ST. D ST. E ST. F
1. Acceptability to key stakeholders (0-10) 8 7 8 7 8 8
2. Acceptance by the general public (0-10) 8 8 7 7 8 7
3. User Benefits (0-20) 18 17 17 15 16 15
4. Consistency with mission (0-10) 9 8 7 7 8 7
5. Technical feasibility (0-10) 6 8 6 7 8 8
6. Cost and financing (0-20) 15 18 10 12 17 15
7. Cost effectiveness (0-10) 9 8 7 7 8 8
8. Timeliness (0-10) 7 6 5 7 6 7
Total Score (0-100) 80 80 67 69 79 75
Berdasarkan evaluasi menggunakan strategi Joyce untuk strategi kekuatan
dan ancaman dapat diketahui bahwa dari beberapa isu yang termasuk isu strategis,
diperoleh tiga isu yang paling strategis dan relevan dalam pencapaian misi saat ini.
Isu-isu strategis tersebut yaitu :
1. Meningkatkan kualitas pelayanan publik sehingga memperkuat tingkat
kepercayaan masyarakat (ST.A) dengan skor 80.
2. Data dan informasi yang ada dapat dijadikan acuan bagi peningkatan
produksi pertanian masyarakat sehingga mampu meningkatkan
perekonomian dan memenuhi kebutuhan masyarakat (ST.B) dengan skor 80.
3. Memperkuat fungsi kontrol kelembagaan dengan koordinasi intensif antar
fungsi untuk menstabilkan harga produksi pertanian. (ST.E) dengan skor 79.

48
D. Cara mengevaluasi strategi menurut Joyce, 1999. (WT)
No. Kriteria yang digunakan ST. A ST. B ST. C ST. D ST. E ST. F
1. Acceptability to key stakeholders (0-10) 6 8 7 6 7 8
2. Acceptance by the general public (0-10) 8 8 8 7 8 8
3. User Benefits (0-20) 17 18 17 15 16 17
4. Consistency with mission (0-10) 5 7 8 5 6 7
5. Technical feasibility (0-10) 7 8 8 6 7 6
6. Cost and financing (0-20) 17 18 17 16 16 18
7. Cost effectiveness (0-10) 8 8 6 7 6 7
8. Timeliness (0-10) 6 7 8 7 8 8
Total Score (0-100) 74 82 79 69 74 79
Berdasarkan evaluasi menggunakan strategi Joyce untuk strategi kelemahan
dan ancaman dapat diketahui bahwa dari beberapa isu yang termasuk isu strategis,
diperoleh tiga isu yang paling strategis dan relevan dalam pencapaian misi saat ini.
Isu-isu strategis tersebut yaitu :
1. Mengoptimalkan sistem update data dan informasi agar dapat dengan mudah
diakses oleh masyarakat. (WT.B) dengan skor 82.
2. Menetapkan kebijakan bagi unit kerja yang konsisten sehingga meningkatkan
kinerja pelayanan dan menumbuhkan tingkat kepercayaan masyarakat.
(WT.C) dengan skor 79.
3. Meningkatkan solidaritas masyarakat pertanian dengan melaksanakan
program dan kegiatan yang intensif, sesuai dengan potensi dan kebutuhan
masyarakat dan tepat sasaran. (WT.F) dengan skor 79.

VII. STRATEGI, KEBIJAKAN DAN PROGRAM-PROGRAM STRATEGIS


A. Strategi
Sebelum menetapkan suatu kebijakan dan membuat suatu program maka
diperlukan beberapa strategi yang akan dijadikan acuan atau pedoman dalam
pelaksanaan kebijakan dan program tersebut. Untuk itu telah dipilih beberapa
strategi yang sesuai dan relevan terhadap kebijakan dan program yang akan
ditetapkan. Strategi ini didapat berdasarkan jumlah skor yang strategis yaitu:
a. Strategi yang diperoleh dari upaya memakai kekuatan untuk memanfaatkan
peluang. (SO)
1. Dengan sistem informasi dan teknologi yang ada diselenggarakanlah
pelayanan yang efektif dan efisien di sektor pertanian dalam rangka
memenuhi tuntutan reformasi pelayanan publik.

49
2. Dengan legalitas yang ada perencanaan dikoordinasikan, kebijakan disusun,
dan pelaksanaan kebijakan disinkronkan bersama departemen dan dinas/
instansi lain yang terkait.
3. Menciptakan wadah kegiatan yang mampu menampung potensi dan
kreativitas masyarakat guna meningkatkan usaha tani yang membantu
perekonomian masyarakat.

b. Strategi yang diperoleh dari upaya menanggulangi kelemahan dengan


memanfaatkan peluang. (WO)
1. Meningkatkan kerjasama dengan pusat data dan statistik pertanian untuk
memperoleh akses informasi yang lengkap sehingga mampu menghemat
beban anggaran lembaga.
2. Memperbaharui sistem update data untuk mendorong kinerja pelayanan
publik dalam euphoria reformasi birokrasi.
3. Memperkuat integrasi antar fungsi dengan memanfaatkan tuntutan
demokrasi melalui partisipasi masyarakat.
c. Strategi yang diperoleh dari upaya memakai kekuatan untuk mengatasi tantangan/
ancaman. (ST)
1. Meningkatkan kualitas pelayanan publik sehingga memperkuat tingkat
kepercayaan masyarakat.
2. Data dan informasi yang ada dapat dijadikan acuan bagi peningkatan
produksi pertanian masyarakat sehingga mampu meningkatkan
perekonomian dan memenuhi kebutuhan masyarakat.
3. Memperkuat fungsi kontrol kelembagaan dengan koordinasi intensif antar
fungsi untuk menstabilkan harga produksi pertanian.

d. Strategi yang diperoleh dari upaya memperkecil kelemahan dan mengatasi


tantangan/ ancaman. (WT)
1. Mengoptimalkan sistem update data dan informasi agar dapat dengan mudah
diakses oleh masyarakat.

50
2. Menetapkan kebijakan bagi unit kerja yang konsisten sehingga meningkatkan
kinerja pelayanan dan menumbuhkan tingkat kepercayaan masyarakat.
3. Meningkatkan solidaritas masyarakat pertanian dengan melaksanakan
program dan kegiatan yang intensif, sesuai dengan potensi dan kebutuhan
masyarakat dan tepat sasaran.

B. Kebijakan dan Program


Sesuai dengan arah kebijakan yang tertuang di dalam Propenas dan renstra
2008 - 2012, kita ingin meningkatkan kualitas komunikasi di berbagai bidang atau
sub sektor pertanian melalui penguasaan dan penerapan teknologi informasi dan
komunikasi dalam memperkuat daya saing sektor pertanian dalam menghadapi
tantangan global.  Kita juga ingin membangun  jaringan informasi dan komunikasi
antara pusat dan daerah serta antar daerah secara timbal balik dalam rangka
mendukung pembangunan pertanian dan sistem agribisnis.

1. Kebijakan Operasional
1.1 Pengembangan dan Penyelenggaraan Sistem Informasi dan Teknologi
Pertanian
Pengembangan dan penyelenggaraan sistem informasi dan teknologi
pertanian dilaksanakan untuk mempercepat pembangunan pada semua sub sektor
pertanian agar menjadi lebih produktif dan efisien, mempercepat peningkatan
kemampuan sumberdaya manusia, serta mempercepat proses pembaharuan. 

51
Ada tujuh aspek kebijakan yang harus mendapat perhatian dalam pengembangan
dan penyelenggaraan sistem informasi dan teknologi pertanian, yaitu:
1. Pembangunan sistem informasi dan teknologi pertanian yang  terencana dan
sesuai dengan kemampuan Dinas Pertanian;
2. Membangun keterpaduan dalam perencanaan dan pelaksanaan antara pusat
dan daerah, yang mendorong kepada persamaan persepsi dalam kebutuhan
informasi dan pembangunan sistem informasi, serta kemudahan akses dan
komunikasi data satu sama lain;
3. Menyusun standar acuan untuk perangkat keras, piranti lunak,
format/struktur dan klasifikasi data, sumberdaya manusia dan adanya
pembakuan sistem dan prosedur;
4. Membangun sistem keamanan dan reliabilitas perangkat keras, piranti lunak,
jaringan telekomunikasi yang bisa menjamin keamanan dan kerahasiaan
informasi;
5. Pengembangan sistem yang mengacu kepada sistem terbuka yang berbasis
internet sehingga informasi yang dihasilkan bisa dimanfaatkan seluas-
luasnya untuk kepentingan masyarakat khususnya masyarakat tani dan
pelaku agribisnis;
6. Perlu diciptakan suasana kerjasama antar pengguna menuju keterbukaan
yang saling menguntungkan, sehingga mampu menciptakan sinergi antar
antar pemerintah, antar masyarakat, dan antar pemerintah dan masyarakat;
7. Secara terus menerus akan meningkatkan jangkauan jaringan informasi
pertanian sampai ke daerah terpencil sekalipun.

1.2 Peningkatan Pemanfaatan dan Penyebaran Informasi


Peningkatan pemanfaatan dan penyebaran informasi pertanian/ agribisnis
dilakukan melalui:
1. Peningkatan penyebaran informasi tentang produksi komoditas pertanian
dalam negeri untuk menunjang kegiatan ekspor, serta informasi mengenai
jumlah dan mutu komoditas pertanian yang tersedia;

52
2. Peningkatan penyebaran informasi pasar luar negeri melalui pemanfaatan
Internet;
3. Peningkatan penyelenggaraan komunikasi atau pertukaran data/informasi
secara elektronik;
4. Peningkatan kemampuan sistem informasi pertanian/ agribisnis agar mampu
menjangkau pengusaha menengah dan kecil, serta masyarakat pedesaan dan
bahkan daerah terpencil agar mampu mengatasi kesenjangan dalam
perolehan informasi.

1.3 Peningkatan Kualitas Sumberdaya Manusia dalam Bidang Teknologi dan


Sistem Informasi
Untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas sumberdaya manusia yang
mampu memanfaatkan, mengembangkan, dan menguasai teknologi informasi serta
metodologi pengumpulan dan analisis data statistik dilaksanakan melalui:
1. Penyelenggaraan berbagai program pelatihan bidang teknologi informasi dan
metoda statistika baik di pusat maupun di daerah;
2. Peningkatan kemampuan (mutu dan kapasitas) penyelenggaraan pelatihan
teknologi informasi dan metoda statistika yang diselenggarakan oleh Pusat
Data dan Informasi Pertanian sehingga mampu melayani kebutuhan pelatihan
seluruh jajaran pertanian;
3. Pengembangan pelatihan bagi para pejabat fungsional statistisi dan pranata
komputer;
4. Peningkatan kegiatan sosialisasi atau pemasyarakatan sistem informasi untuk
menciptakan lingkungan pertanian yang memanfaatkan informasi dalam
segala bentuk pengambilan keputusan.

53
1.4 Pengembangan dan Penataan Kelembagaan Sistem Informasi
Pengembangan penataan dan pengelolaan kelembagaan sistem informasi
dilakukan melalui:
1. Penyempurnaan dan pemantapan tatanan organisasi yang berkembang terus
sesuai dengan bertambah besarnya aktivitas sistem informasi pertanian, serta
meningkatnya intensitas pembangunan pertanian;
2. Peningkatan koordinasi antar pengguna untuk meningkatkan efisiensi,
menghindari terjadinya berbagai bentuk duplikasi kegiatan dan untuk
menstimulasi terjadinya sinergi dalam penyelenggaraan sistem informasi
pertanian/agribisnis di seluruh jajaran pertanian;
3. Penempatan dan pemasyarakatan fungsi Pusat Data dan Informasi Pertanian
selaku pembina sistem informasi, selaku pengelola data/informasi pertanian,
serta sebagai simpul bagi pertukaran informasi antar pengguna;
4. Penyerahan hasil pengembangan sistem informasi untuk diimplementasikan
kepada Biro lingkup Sekretariat Jenderal Departemen Pertanian sesuai
dengan tugas pokok dan fungsinya;
5. Sinkronisasi program dan kegiatan unit-unit pengelola data/informasi yang
ada di unit-unit Eselon I dan yang ada di daerah dengan program dan
kegiatan Pusat Data dan Informasi Pertanian;
6. Sinkronisasi program dan kegiatan Dinas Pertanian Kota dengan lembaga-
lembaga penyelenggara sistem informasi dan statistik eksternal terkait
seperti: Pusat Data dan Statistik Pertanian, Badan Pusat Statistik, Badan
Administrasi Kepegawaian Negara, Departemen Keuangan, Bappenas,
Bakosurtanal, BPPT serta lembaga-lembaga lainnya baik di dalam maupun di
luar negeri seperti F.A.O.

2. Program
2.1 Program Pengembangan Sistem Informasi
Program ini bertujuan untuk meningkatkan pemanfaatan teknologi informasi
dalam pelaksanaan operasional kantor sehari hari guna menunjang penerapan e-
government di Dinas Pertanian. Dengan program ini diharapkan dapat ditingkatkan

54
efisiensi dan efektifitas kerja, transparansi serta aksesibilitas publik terhadap data/
informasi. Program Pengembangan Sistem Informasi ini mencakup tiga kegiatan
utama sebagai berikut :
1. Pengembangan Aplikasi Sistem Informasi;
2. Pengembangan Infrastruktur Jaringan Informasi;
3. Pengembangan Multimedia.
Program Pengembangan Sistem Informasi yang utama dapat dilihat pada
uraian di bawah ini:
1. Pengembangan Aplikasi Sistem Informasi
Kegiatan utama Pengembangan Aplikasi Sistem Informasi diarahkan untuk
menyediakan paket-paket aplikasi yang dibutuhkan untuk menunjang proses
administrasi/ manajemen perkantoran, mengelola data teknis pertanian, dan
menyediakan sistem yang dibutuhkan untuk para analis maupun perencana,
serta masyarakat luas pada umumnya. Paket aplikasi yang dikembangkan
sebagian besar diarahkan menggunakan teknologi berbasis web sehingga
pengelolaan dan operasionalnya diharapkan bisa lebih sederhana.
Paket aplikasi yang dikembangkan, secara umum dapat dikelompokkan
menjadi dua. Kelompok pertama adalah paket aplikasi sistem informasi
manajemen, baik penyempurnaan yang sudah ada maupun pengembangan
sistem baru. Termasuk ke dalam kelompok ini diantaranya:
o Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian;
o Sistem Informasi Manajemen Perlengkapan;
o Sistem Monitoring dan Evaluasi;
o Sistem Informasi keuangan;
o Sistem Penggajian;
o Sistem Manajemen Pengetahuan.
Kelompok kedua adalah Sistem Informasi Pertanian. Adapun yang termasuk
ke dalam kelompok kedua ini diantaranya adalah:
o Basisdata Statistik Pertanian;
o Basisdata Ekspor Impor;
o Sistem Informasi Agribisnis;

55
o Sistem Informasi Pasar;
o Sistem Informasi Geografis;
o Data Warehouse;
o Formulir Elektronik.

2. Pengembangan Infrastruktur Jaringan Informasi


Kegiatan Pengembangan Infrastruktur Jaringan Informasi diarahkan untuk
menyediakan sistem jaringan komputer yang mampu mendukung
berjalannya sistem informasi dan pertukaran data di lingkup Departemen
Pertanian. Sistem jaringan komputer ini harus memiliki kinerja yang baik,
mencakup kecepatan akses, keamanan, kemudahan perawatan dan
kemudahan pengembangan.
Beberapa kegiatan yang termasuk ke dalam kegiatan utama ini diantaranya
adalah:
o perawatan dan penataan sistem jaringan komputer,
o pengembangan sistem jaringan komputer,
Inovasi pemanfaatan teknologi baru merupakan salah satu kegiatan yang
akan dilaksanakan dalam kegiatan Pengembangan Infrastruktur Jaringan
Informasi. Kegiatan ini bertujuan untuk mengoptimalkan pemanfaatan
teknologi baru bagi peningkatan pelayanan kepada masyarakat pada
umumnya dan lingkup internal pada khususnya.

3. Pengembangan Multimedia
Kegiatan utama dalam Kegiatan Pengembangan Multimedia adalah
pengembangan sistem pembelajaran berbasis elektronik (e-learning) dan
Penyusunan CD multimedia. Materi yang dapat dikemas dalam CD
multimedia diantaranya meliputi profil organisasi, metodologi, panduan,
juklak/juknis, materi pelatihan dan teknologi tepat guna. Selain itu, kegiatan
ini juga ditujukan untuk menyempurnakan dan mengembangkan situs web
Dinas Pertanian Kota Semarang, portal pertanian dan portal pendukung
lainnya, serta aplikasi layanan masyarakat lainnya yang berbasis web.

56
Beberapa kegiatan yang termasuk ke dalam kegiatan utama ini diantaranya
adalah :
o penyempurnaan dan pengembangan situs web Deptan,
o pengembangan portal pertanian dan portal pendukung lainnya,
o perawatan dan pengembangan aplikasi monitoring berbasis web.
Kegiatan lain yang termasuk dalam kegiatan pengembangan Multimedia
adalah pengembangan sistem e-perijinan dan implementasi e-procurement.
Dua kegiatan terakhir ini adalah dalam rangka menyediakan fasilitas
transaksi bagi masyarakat dengan memanfaatkan teknologi internet.
Selain itu, untuk menunjang keberhasilan program ini perlu dilakukan
kegiatan-kegiatan penunjang. Kegiatan penunjang yang perlu dilakukan
adalah sosialisasi pemanfaatan teknologi, sosialisasi sisdur, serta menyusun
dan menyebarluaskan leaflet atau buku saku yang berisi tentang
produk/sistem yang tersedia, panduan singkat  tentang pemanfaatan sistem/
paket aplikasi, informasi pemanfaatan produk baru di bidang teknologi
informasi, dan spesifikasi standar untuk pengadaan peralatan teknologi
informasi.
Secara rinci, kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan
Program Pengembangan Sistem Informasi adalah sebagai berikut
1. Mengembangkan sistem basisdata teknis;
2. Mengembangkan dan menyempurnakan formulir elektronik untuk
percepatan pelaporan;
3. Mengembangkan sistem basisdata administrasi;
4. Mengembangkan sistem informasi geografis;
5. Mengembangkan sistem informasi agribisnis/pasar;
6. Mengembangkan sistem pendukung keputusan;
7. Mengembangkan sistem informasi ekskutif;
8. Mengembangkan sistem manajemen pengetahuan;
9. Mengembangkan portal pertanian dan portal pendukung lainnya;
10. Menyempurnakan situs web pertanian;
11. Mengembangkan sistem e-perijinan berbasis web;

57
12. Menerapkan sistem e-procurement;
13. Mengembangkan dan menyempurnakan sistem pembelajaran
berbasis elektronik;
14. Menyusun CD Multimedia;
15. Melakukan sosialisasi pemanfaatan teknologi informasi untuk
mempercepat penerapan e-government;
16. Melakukan penataan dan perawatan pada infrastruktur sistem
jaringan komputer;
17. Mengembangkan sistem jaringan komputer;
18. Melakukan inovasi pemanfaatan teknologi baru;
19. Melakukan sosialisasi sistem dan prosedur yang berkaitan dengan
komputerisasi;
20. Menyusun dan meyebarluaskan leaflet atau buku saku panduan
singkat pemanfaatan aplikasi sistem informasi, software otomasi
perkantoran dan produk teknologi informasi.

2.2  Program Penunjang Pengembangan Sistem Informasi dan Teknologi


Pertanian
Program ini ditujukan untuk mendukung pelayanan data dan informasi
melalui  peningkatan kualitas SDM dan sarana yang dilakukan melalui:
1. Pelatihan bagi pejabat statistisi dan pranata komputer (pengelola data dan
informasi) di daerah;
2. Penyelenggaraan forum komunikasi statistik dan sistem informasi pertanian;
3. Melakukan koordinasi perencanaan statistik dan sistem informasi;
4. Pengembangan pedoman penyelenggaraan perstatistikan dan sistem
informasi;
5. Sosialisasi berbagai metoda pengumpulan, analisis dan penyajian data, dan
Penyediaan sarana peralatan komputer dan jaringan komunikasi informasi;
6. Pembinaan Petugas Pengelola Program dan Kegiatan;
7. Sosialisasi tentang Jabatan Fungsional Pranata Komputer dan Statistisi;
8. Peningkatan kemampuan administrasi, statistik dan komputer.

58
2.3 Program Pengembangan Potensi dan Partisipasi Masyarakat Pertanian.
Program ini dtujukan untuk memberdayakan potensi dan partisipasi
masyarakat khususnya para petani dan pelaku agribisnis. Program ini dilaksanakan
melalui:
1. Pembentukan wadah kegiatan yang mampu menampung aspirasi masyarakat;
2. Peningkatan sosialisasi produksi pertanian kepada masyarakat;
3. Peningkatan kretiviatas dan potensi pertanian dengan pelatihan bagi
masyarakat pertanian secara intensif;
4. Peningkatan solidaritas antar masyarakat pertanian dalam rangka
pembangunan potensi pertanian;
5. Peningkatan kerjasama masyarakat pertanian dengan Dinas Pertanian Kota.
VIII. INDIKATOR KINERJA INSTITUSI
A. Program Pengembangan Sistem Informasi
1. INPUT terdiri dari:
a. Dana
b. SDM
c. Adanya Data
2. OUTPUT terdiri dari:
a. Tersusunnya dokumen analisa fiscal GAP
b. Tersusunnya dokumen analisis potensi sumber pendapatan
c. Tersusunnya dokumen program desain komputerisasi proyeksi pendapatan
daerah.
3. OUTCOMES: Diperoleh suatu kajian sebagai bahan pembuatan
kebijakan.
4. BENEFIT: Terlaksananya program pengembangan sistem informasi.
5. IMPACT: Meningkatnya pelayanan kepada masyarakat
B. Program Penunjang Pengembangan Sistem Informasi dan Teknologi
Pertanian
1. INPUT terdiri dari:
a. Dana

59
b. SDM
c. Adanya Data dan teknologi
2. OUTPUT terdiri dari:
a. Tersusunnya dokumen analisa fiscal GAP
b. Terusunnya dokumen analisis potensi sumber pendapatan
c. Terusunnya dokumen program desain komputerisasi proyeksi pendapatan
daerah.
3. OUTCOMES: Diperoleh suatu kajian sebagai bahan pembuatan
kebijakan.
4. BENEFIT: Terlaksananya program penunjang pengembangan sistem
informasi dan teknologi pertanian.
5. IMPACT: Meningkatnya pelayanan kepada masyarakat di daerah.
C. Program Pengembangan Potensi dan Partisipasi Masyarakat Pertanian.
1. INPUT terdiri dari:
a. Dana
b. SDM
c. Adanya potensi dan partisipasi masyarakat
2. OUTPUT terdiri dari:
a. Terbentuknya wadah kegiatan masyarakat pertanian
b. Tersusunnya dokumen analisis potensi pertanian daerah.
c. Terbentuknya kesepakatan kerjasama pertanian antara pusat dan daerah
3. OUTCOMES: Diperoleh suatu kajian sebagai bahan pembuatan
kebijakan.
4. BENEFIT: Terlaksananya program pengembangan potensi dan
partisipasi masyarakat pertanian dalam rangka meningkatkan pembangunan
pertanian.
5. IMPACT: Meningkatnya potensi dan partisipasi masyarakat pertanian.

60
Sumber data:
1. Rencana Strategis Propinsi Jawa Barat Tahun 2001-
2005
2. Rencana Strategis Pusat Data dan Informasi Pertanian
2006 - 2009
3. Website: www.semarang.go.id/ dinas pertanian kota
semarang

61

You might also like