You are on page 1of 14

INDUSTRI BARANG KARET DAN PENGUJIANNYA

A. LATAR BELAKANG
Pada dasarnya karet bisa berasal dari alam yaitu dari getah pohon karet
(atau dikenal dengan istilah latex), maupun produksi manusia (sintetis). Saat pohon karet
dilukai, maka getah yang dihasilkan akan jauh lebih banyak. Sumber utama getah karet adalah
pohon karet Para Hevea Brasiliensis (Euphorbiaceae). Saat ini Asia menjadi sumber karet
alami. Awal mulanya karet hanya hidup di Amerika Selatan, namun sekarang sudah berhasil
dikembangkan di Asia Tenggara. Kehadiran karet di Asia Tenggara berkat jasa dari Henry
Wickham. saat ini, negara-negara Asia menghasilkan 93% produksi karet alam, yang terbesar
adalah Thailand, diikuti oleh Indonesia, dan Malaysia.
Karet telah digunakan sejak lama untuk berbagai macam keperluan antara lain bola
karet, penghapus pensil, baju tahan air, dll. Saat Christopher Columbus dan rombongannya
menemukan benua Amerika pada tahun 1476,mereka terheran-heran melihat bola yang
dimainkan orang-orang Indian yang dapat melantun bila dijatuhkan ke tanah. Di sinilah sejarah
karet dimulai, tetapi baru pada tahun 1530 ada laporan tertulis mengenai gummi optimum,
sebutan Pietro Martire d’Anghiera untuk karet. Pada tahn 1535, Ahli sejarah mengenai bangsa
Indian, Captain Gonzale Fernandez de Oveida menulis bahwa dia melihat 2 tim orang Indian
yang bermain bola. Bola itu terbuat dari campuran akar, kayu, dan rumput, yang dicampur
dengan suatu bahan (latex) kemudian dipanaskan di atas unggun dan dibulatkan seperti bola.
Bola oran Indian ini bisa melambung lebih tinggi daripada bola yang umum dibuat orang-
orang Eropa waktu itu. Oviedo mengatakan bahwa bila bola buatan Indian itu dijatuhkan, bola
itu bisa melambung lebih tinggi dan kemudian jatuh, lalu melambung lagi walaupun agak
rendah daripada lambungan yang pertama.
Pada tahun 1615 seorang penulis, F.J. Torquemada melaporkan bahwa orang Indian
Mexico membuat sepatu tahan air dari bahan latex atau karet. Tentara Spanyol juga dilaporkan
mengoleskan latex ke mantel mereka, saat hujan menjadi tahan air, tetapi di musim panas
menjadi lengket.
Karet sintetik berkembang pesat sejak berakhirnya perang dunia kedua tahun 1945.
Saat ini lebih dari 20 jenis karet sintetik terdapat di pasaran dunia. Sifat-sifat, spesial
karakteristik dan harga karet sangat bervariasi. Pengetahuan tentang keuntungan dan
kekurangan karet sangat membantu dalam pemilihan karet termurah dan cocok dengan
spesifikasi penggunaannya.
Sebelum perang dunia kedua, hanya karet alam tersedia dalam jumlah besar di pasaran
dunia. Dengan berkembangnya kebutuhan manusia seiiring dengan berkembangnya
pengetahuan, sangat dirasakan keterbatasan dari karet alam, antara lain tidak tahan pada suhu
tinggi. Pengembangan karet sintetik sesudah perang dunia kedua lebih banyak ditujukan untuk
memperoleh karet yang sifat-sifatnya tidak dimiliki oleh karet alam, antara lain karet tahan
minyak, karet tahan panas, dll
Karet alam adalah jenis karet pertama yang dibuat sepatu. Sesudah penemuan proses
vulkanisasi yang membuat karet menjadi tahan terhadap cuaca dan tidak larut dalam minyak,
maka karet mulai digemari sebagai bahan dasar dalam pembuatan berbagai macam alat untuk
keperluan dalam rumah ataupun pemakaian di luar rumah seperti sol sepatu dan bahkan sepatu
yang semuanya terbuat dari bahan karet.
Sebelum itu usaha-usaha menggunakan karet untuk sepatu selalu gagal karena karet
manjadi kaku di musim hujan dan lengket serta berbau di musim panas seperti yang pernah
dilakukan oleh Roxbury Indian Rubber Company pada tahun 1833 dengan cara melarutkan
karet alam terpentin dan mencampurnya dengan hitam karbon untuk menghasilkan karet keras
yang tahan air.
Struktur dasar karet alam adalah rantai linear unit isoprene (C5H8) yang berat molekul
rata-ratanya tersebar antara 10.000 - 400.000. Sifat-sifat mekanik yang baik dari karet alam
menyebabkannya dapat digunakan untuk berbagai keperluan umum seperti sol sepatu dan
telapak ban kendaraan. Pada suhu kamar, karet tidak berbentuk kristal padat dan juga tidak
berbentuk cairan.
Perbedaan karet dengan benda-benda lain, tampak nyata pada sifat karet yang lembut,
fleksibel dan elastis. Sifat-sifat ini memberi kesan bahwa karet alam adalah suatu bahan semi
cairan alamiah atau suatu cairan dengan kekentalan yang sangat tinggi.Namun begitu, sifat-
sifat mekaniknya menyerupai kulit binatang sehingga harus dimastikasi untuk memutus rantai
molekulnya agar menjadi lebih pendek. Proses mastikasi ini mengurangi keliatan atau
viskositas karet alam sehingga akan memudahkan proses selanjutnya saat bahan-bahan lain
ditambahkan.
Banyak sifat-sifat karet alam ini yang dapat memberikan keuntungan atau kemudahan dalam
proses pengerjaan dan pemakaiannya, baik dalam bentuk karet atau kompon maupun dalam
bentuk vulkanisat. Dalam bentuk bahan mentah, karet alam sangat disukai karena mudah
menggulung pada roll sewaktu diproses dengan open mill/penggiling terbuka dan dapat mudah
bercampur dengan berbagai bahan-bahan yang diperlukan di dalam pembuatan kompon. Dalam
bentuk kompon, karet alam sangat mudah dilengketkan satu sama lain sehingga sangat disukai
dalam pembuatan barang-barang yang perlu dilapis-lapiskan sebelum vulkanisasi dilakukan.
Keunggulan daya lengket inilah yang menyebabkan karet alam sulit disaingi oleh karet sintetik
dalam pembuatan karkas untuk ban radial ataupun dalam pembuatan sol karet yang sepatunya
diproduksi dengan cara vulkanisasi langsung.
Pemanfaatan karet alam di luar industri ban kendaraan masih relative kecil, yakni
kurang dari 30 persen. Selain itu industri karet di luar ban umumnya dalam skala kecil atau
menengah. Sementara itu industry berbasis lateks pada saat ini nampaknya belum berkembang
karena banyak menghadapi kendala. Kendala utama adalah rendahnya daya saing
produkproduk industri lateks Indonesia bila dibandingkan dengan produsen lain terutama
Malaysia.
Industri kecil menengah barang jadi karet secara umum masih memerlukan pembinaan
dalam pengembangan usahanya. Industri barang jadi karet dibangun atas sekumpulan
usaha/perusahaan yang bergerak dalam penyediaan bahan baku utama karet alam/sintetik,
bahan bantu dan pembuat cetakan (molding) serta ditunjang beberapa institusi pendukung yang
bergerak dalam bidang jasa penelitian dan pengembangan, regulasi, perdagangan, angkutan,
keuangan dan jasa lainnya.
Dalam operasionalnya, pengrajin industri kecil barang jadi karet menjalin hubungan
secara interpersonal dengan usaha lainnya baik dalam pengadaan bahan baku maupun dalam
sistem pemasarannya. Dalam pengadaan bahan baku, pengrajin industri kecil barang jadi karet
terutama menjalin hubungan secara informal dengan pabrik kompon sebagai bahan baku
utama. Hal ini dilakukan karena industri kecil belum memiliki kemampuan membuat kompon.
Demikian juga dalam pemasaran produk. pengrajin industri kecil barang jadi karet biasanya
menjadi vendor dari suatu perusahaan besar seperti pabrik otomotif atau pabrik elektronik,
menjual ke toko secara langsung atau menggunakan pedagang perantara.
Seringkali industri kecil ini beropersi dengan mengadalkan pesanan (captive market).
Industri kecil barang jadi karet pada umumnya dikelola dalam bentuk industri rumah tangga
secara informal. Pengrajin barang jadi karet, dalam operasional usahanya berjalan secara
soliter, dalam arti hampir tidak terjadi interaksi antar pengrajin. Pengrajin pada umumnya tidak
berminat dan menganggap tidak ada manfaatnya tergabung dalam asosiasi atau koperasi.
Dengan bentuk usaha rumah tangga para pengrajin pada umumnya belum memiliki
akses terhadap sumber modal secara formal. Selain itu karena segmen produk yang mereka
hasilkan relatif terbatas, pada umumnya para pengrajin tidak menganggap perlu pengembangan
usaha ke arah yang lebih besar. Hal yang dianggap lebih penting oleh mereka adalah
kontinuitas produksi walaupun volumenya relatif kecil. Jenis produk yang dihasilkan oleh
industri kecil barang jadi karet terutama diarahkan pada barang-barang karet untuk otomotif
berupa karet untuk spare part dan barang-barang karet untuk teknik dan industri. Jenisjenis
barang ini relatif mudah dalam proses pemasarannya dan tidak terlalu memerlukan spesifikasi
yang rumit. Selain itu jenis karet tersebut pada umumnya hanya diproduksi oleh industri kecil
sehingga tidak mendapat saingan dari produsen perusahaan besar. Walaupun demikian akhir-
akhir ini terdapat produk-produk impor dari China dan Korea yang dikhawatirkan menjadi
saingan berat bagi barang-barang karet produksi pengrajin barang jadi karet domestik.
Pengrajin barang jadi karet menggunakan teknologi yang sangat sederhana, yakni
tertumpu pada proses pencetakan dan vulkanisasi (pemasakan) pada kompon yang dibeli dari
perusahaan pembuat kompon. Dengan demikian seluruh pengrajin barang jadi karet sama
sekali tidak berhubungan dengan teknologi kompon (compounding). Vulkanisasi menggunakan
panas yang bersumber dari kompor tradisional. Suhu untuk pemasakan dan lama waktu
pemasakan benar-benar didasarkan atas pengalaman yang dilakukan secara berulang-ulang
sehingga didapatkan parameter suhu dan waktu pemasakan yang dianggapnya paling tepat.
Mutu produk barang jadi karet yang dihasilkan yang diamati secara visual. Produk
barang jadi karet yang dihasilkan oleh para pengrajin dapat sampai ketangan konsumen melalui
tiga saluran utama yakni melalui mitra, broker (sering juga disebut sebagai pengorder) atau
melalui kedua saluran tersebut di atas. Mitra pengrajin dalam sistem pemasaran produk barang
jadi karet pada umumnya adalah perusahaan pengadaan suku cadang untuk industri
elektronik dan otomotif dari merek-merek terkenal. Kerjasama dengan mitra dilakukan secara
informal atas dasar saling percaya tanpa adanya suatu ikatan kontrak formal. Harga barang
karet untuk suatu komponen tertentu dijual ke konsumen akhir oleh mitra. setelah dikemas
merek terkenal, dengan harga berlipat dari harga jual di tingkat pengrajin.

B. INDUSTRI BARANG KARET


Karet alam maupun karet sintetik tidak dipergunakan dalam keadaan mentah, antara
lain karena tidak kuat dan sebagian mudah teroksidasi. Selanjutnya karet mentah mengalami
perubahan bentuk yang tetap bila ditarik atau ditekan, yaitu tidak bisa kembali kebentuk
semula. Dengan kata lain karet mentah tidak elastis.
Karet yang tidak elastis cenderung sulit untuk dimanfaatkan lebih jauh, oleh karena itu
karet mentah harus terlebih dahulu diproses dengan perlakuan-perlakuan tertentu serta
penambahan bahan-bahan kimia tertentu untuk memperoleh suatu kompon.
Kompon merupakan campuran karet dengan bahan-bahan kimia yang mempunyai
komposisi tertentu dengan cara pencampuran digiling pada suhu tertentu, kompon karet dapat
dibuat pada mesin giling 2 rol atau pada mesin pencampur tertutup (Banbury mixer, Internal
mixer). Akan tetapi dalam pembahasan makalah ini hanya dibahas tentang kompon sol luar
sepatu.
Pembuatan kompon karet adalah ilmu dan seni untuk menyeleksi dan mencampur jenis
karet mantah dan jenis-jenis bahan kimia karet, sehingga diperoleh kompon karet yang setelah
dimasak, dapat dihasilkan barang jadi karet dengan sifat-sifat fisik yang dibutuhkan.
Pada pembuatan kompon karet ada 3 faktor yang perlu diperhatikan, yaitu sifat
kompon, karakteristk pengolahan dan harga
Kompon karet selain karet mentah pada umumnya mengandung 8 atau lebih jenis
bahan kimia karet. Setiap jenis bahan tersebut memiliki fungsi spesifik dan mempunyai
pengaruh terhadap sifat, karakteristik pengolahan dan harga dari kompon karetnya, bahan
kimia tersebut adalah:
1. Bahan pemvulkanisasi
2. Bahan pencepat
3. Bahan penggiat
4. Bahan anti degradasi
5. Bahan pengisi
6. Bahan pelunak
7. Bahan pewarna
8. Bahan-bahan khusus
1. Bahan Pemvulkanisasi
Adalah bahan kimia yang dapat bereaksi dengan gugus aktif pada molekul karet
membentuk ikatan silang tiga dimensi. Bahan pemvulkanisasi yang pertama dan paling umum
digunakan adalah belerang(sulfur), khusus digunakan untuk memvulkanisasi karet alam atau
karet sintetis jenis SBR, NBR, BR, IR, dan EPDM.
2. Bahan Pencepat
Adalah bahan kimia yang digunakan dalam jumlah sedikit bersama-sama dengan
belerang untuk mempercepat reaksi vulkanisasi. Bahan pencepat yang digunakan dapat berupa
satu atau kombinasi dari dua atau lebih jenis pencepat. Pencepat dikelompokkan berdasarkan
fungsinya sebagai berikut;
a. Pencepat primer : - Thiazol (semi cepat), contoh: MBT, MBTS
- Sulfenamida (cepat-ditunda), contoh: CBS
b. Pencepat sekunder : - Guanidine (sedang), contoh : DPG, DOTG
- Thiuram (sangat cepat), contoh : TMT, TMTD
- Dithiokarbonat (sangat cepat), contoh : ZDC, ZMDC
- Dithiofosfat (cepat), contoh : ZBPP
3. Bahan Penggiat
Adalah bahan kimia yang ditambahkan kedalam sistim vulkanisasi dengan pencepat
untuk menggiatkan kerja pencepat. Penggiat yang paling umum digunakan adalah kombinasi
antara ZnO dengan asam stearat.
4. Bahan Antidegradant
Adalah bahan kimia yang berungsi sebagai anti ozonan dan anti oksidan, yang
melindungi barang jadi karet dari pengusangan dan meningkatkan usia penggunaanya.
Contoh : wax (anti ozonan), senyawa amina dan senyawa turuna fenol (ionol).
5. Bahan Pengisi
Bahan pengisi ditambahkan kedalam kompon karet dalam jumlah yang cukup besar
dengan tujuan untuk meningkatkan sifat fisik, memperbaiki karakteristik pengolahan tertentu
dan menekan biaya. Bahan pengisi dibagi dalam dua golongan besar yaitu bahan pengisi yang
bersifat penguat, contoh carbon black, silica, dan silikat serta bahan pengisi yang bukan
penguat, contoh CaCO3, kaolin, BaSO4 dan sebagainya.
6. Bahan Pelunak (Softener)
Adalah bahan yang berfungsi untuk melunakkan karet mentah agar mudah diolah
menjadi kompon karet. Jenis bahan pelunak antara lain jenis aromatic, naftenik, parafinik, ester
dan sebagainya.
7. Bahan Kimia Tambahan
Bahan ini ditambahkan kedalam kompon karet dengan tujuan tertentu dan sesuai
dengan kebutuhan, misalkan :
a. Bahan pewarna
b. Bahan Penghambat (inhibitor)
c. Bahan pewangi
d. Bahan peniup (blowing agent)
e. Bahan bantu olah (homogenizer, peptizer, senyawa pendispersi, tackifier dan
sebagainya)
Pada penyusunan formulasi kompon yang paling penting adalah menetukan jenis atau
campuran karet mentah. Kemudian ditentukan jenis bahan pengisi. Setelah itu ditentukan
sistim vukanisasinya kombinasi bahan pemvulkanisasi, bahan pencepat dan penggiat. Terkahir
ditentukan bahan-bahan kimia tambahan yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan tergantung
jenis proses selanjutnya dan barang yang akan dibuat.
Pada proses pencampuran kompon karet biasanya menggunakan alat pencampur
(mixer) dapat berupa internal mixer (mesin giling tertutup) atau mesin giling terbuka (open
mill). Alat yang paling sederhana adalah mesin giling terbuka yang terdiri dari dua rol keras
dan permukaanya licin. Kecepatan berputar kedua rol berbeda (penggilangan dengan friksi).
Lebar celah diatara dua rol dapat diatur dan disesuaikan dengan banyaknya kompon dan
keadaan kompon, sebelum proses pencampuran, karet mentah terlebih dahulu dilunakkan yang
disebut dengan proses mastikasi yang bertujuan untuk mengubah karet padat dan keras menjadi
lunak (viskositas berkurang) agar proses pencampuran dengan bahan kimia mneghasilkan
dispersion yang merata (homogen). Pencampuran dimulai setelah karet menjadi plastis dan
suhu rol hangat. Celah dua rol (nip) diatur sedemikian rupa sampai diperoleh tumpukan
material diatas rol yang disebut bank, kemudian bahan kimia bentuk serbuk segera
ditambahkan kecuali belerang. Penggulungan dan pemotongan juga dilakukan. Penambahan
bahan pengisi dilakukan sedikit demi sedikit. Langkah terkahir adalah pemasukan belerang.
Setelah semua bahan kimia tercampur, kompon karet yang dihasilkan dipotong dan
dikeluarkan dari gilingan, kemudian dimasukkan gilingan lagi untuk dibentuk menjadi bentuk
lembaran dengan ketebalan sesuai dengan kebutuhan.
Setalah tahap pembuatan kompon selesai tahap selanjutnya untuk membuat barang
karet adalah tahap pemberian bentuk dan proses vulkanisasi (pematangan).
Proses pemberian bentuk adalah salah satu cara pemberian bentuk terhadap kompon
karet adalah dengan cara cetak tekan (pres moulding) dimana kompon karet dibentuk dalam
acuan (cetakan) dan sekaligus dimasak dalam mesin kempa vulkanisasi (pres vulaknisasi).
Pada mesin kempa vulaknisasi tunggal terapat satu pasang plat tebal datar yaitu plat atas dan
bawah. Kedua plat datar tersebut pada bagian dalamnya terdapat alur yang dapat dialirkan uap
jenuh atau dipasang elemen listrik sebagai sumber panas. Plat atas tidak dapat bergerak, sedang
plat bawah dipasang pada kempa hirolik sehingga sehingga dapat digerakkan keatas kebawah.
Dengan memompa minyak dari tangki minyak kedalam silinder hidrolik, maka plat bawah
akan ditekan keatas. Tekanan minyak dapat mencapai 100-150 kg/cm2. sebaliknya dengan
mengeluarkan minyak dari selinder kempa hidrolik, kempa bawah akan kembali turun.
Pada mesin kempa vulkanisasi, kompon karet diberi bentuk dan divukanisasi pada
mesin yang sama. Proses vulkanisasi adalah proses pemasakan karet mentah menjadi
vulkanisat. Vulkanisasi merupakan proses irreversible (tidak dapat balik) yang
menggabungkan rantai-rantai molekul karet secara kimiawi dengan molekul belerang
membentuk ikatan tiga dimensi. Sehingga karet mentah yang semula plastis setelah vulaknisasi
berubah menjadi elastis, kuat dan ulet. Salah satu syarat yang harus dimiliki karet agar dapat
divulaknisasi dengan belerang adalah memiliki ikatan rangkap pada rantai utamanya. Sistim
vulkanisasi belerang yang dipercepat dapat diterapkan untuk jenis-jenis karet yang memiliki
ikatan rangkap yaitu:
a. Untuk keperluan umum: karet alam (NR), Isoprene Rubber (IR), Polibutadiene Rubber
(BR) dan karet stiren/butadiene Rubber (SBR)
b. Untuk keperluan khusus : Karet Nitril (NBR), Karet Butil (IIR), Karet Bromo Butyl
(BIIR), Chlorobutil (CIIR) dan Karet Ethylene Propylene Diene Monomer (EPDM).
Vulkanisasi karet alam biasanya dilakukan pada suhu sekitar 1500C dan suhu lebih
tinggi (1550C-1600C) untuk karet sintetis (SBR dan IIR). Untuk memperoleh vulkanisat yang
dapat matang sempurna yaitu yang memiliki sifat fisika optimum, maka kompon karet dalam
cetakan harus dikempa (ditekan) pada tekanan, suhu dan waktu vulkanisasi tertentu.
Karet alam adalah jenis karet pertama yang dibuat sepatu. Sesudah penemuan proses
vulkanisasi yang membuat karet menjadi tahan terhadap cuaca dan tidak larut dalam minyak,
maka karet mulai digemari sebagai bahan dasar dalam pembuatan berbagai macam alat untuk
keperluan dalam rumah ataupun pemakaian di luar rumah seperti sol sepatu dan bahkan sepatu
yang semuanya terbuat dari bahan karet. Sebelum itu usaha-usaha menggunakan karet untuk
sepatu selalu gagal karena karet manjadi kaku di musim hujan dan lengket serta berbau di
musim panas seperti yang pernah dilakukan oleh Roxbury Indian Rubber Company pada tahun
1833 dengan cara melarutkan karet alam terpentin dan mencampurnya dengan hitam karbon
untuk menghasilkan karet keras yang tahan air. Struktur dasar karet alam adalah rantai linear
unit isoprene (C5H8) yang berat molekul rata-ratanya tersebar antara 10.000 - 400.000.
Sifat-sifat mekanik yang baik dari karet alam menyebabkannya dapat digunakan untuk
berbagai keperluan umum seperti sol sepatu dan telapak ban kendaraan. Pada suhu kamar,
karet tidak berbentuk Kristal padat dan juga tidak berbentuk cairan. Perbedaan karet dengan
benda-benda lain, tampak nyata pada sifat karet yang lembut, fleksibel dan elastis. Sifat-sifat
ini memberi kesan bahwa karet alam adalah suatu bahan semi cairan alamiah atau suatu cairan
dengan kekentalan yang sangat tinggi. Namun begitu, sifat-sifat mekaniknya menyerupai kulit
binatang sehingga harus dimastikasi untuk memutus rantai molekulnya agar menjadi lebih
pendek. Proses mastikasi ini mengurangi keliatan atau viskositas karet alam sehingga akan
memudahkan proses selanjutnya saat bahan-bahan lain ditambahkan. Banyak sifat-sifat karet
alam ini yang dapat memberikan keuntungan atau kemudahan dalam proses pengerjaan dan
pemakaiannya, baik dalam bentuk karet atau kompon maupun dalam bentuk vulkanisat.
Dalam bentuk bahan mentah, karet alam sangat disukai karena mudah menggulung
pada roll sewaktu diproses dengan open mill/penggiling terbuka dan dapat mudah bercampur
dengan berbagai bahan-bahan yang diperlukan di dalam pembuatan kompon. Dalam bentuk
kompon, karet alam sangat mudah dilengketkan satu sama lain sehingga sangat disukai dalam
pembuatan barang-barang yang perlu dilapis-lapiskan sebelum vulkanisasi dilakukan.
Keunggulan daya lengket inilah yang menyebabkan karet alam sulit disaingi oleh karet sintetik
dalam pembuatan karkas untuk ban radial ataupun dalam pembuatan sol karet yang sepatunya
diproduksi dengan cara vulkanisasi langsung.
Vulkanisasi karet alam sangat baik dalam hal-hal berikut:
• Kepegasan pantul
Hal ini menyebabkan timbulnya kalor (heat build up) rendah, yang sangat diperlukan
oleh barang jadi karet yang akan mengalami hentakan berulang-ulang.
Sifat inilah yang menyebabkan karet alam selalu dipakai dalam pembuatan ban truk dan kapal
terbang yang sulit disaingi oleh karet sintetik.
• Tegangan putus
• Ketahanan sobek dan kikis
• Fleksibilitas pada suhu rendah
• Daya lengket ke fabric atau logam

Sol sepatu sangat memerlukan sifat-sifat tersebut di atas, karena itu karet alam adalah
pilihan sangat tepat. Secara umum sol sepatu membutuhkan kekuatan, ketahanan kikis, dan
ketahanan sobek yang tinggi. Vulkanisat karet alam kuat dan tahan lama bahkan dapat
digunakan pada suhu -60°F. Karet alam bisa dibuat menjadi karet yang agak kaku tetapi masih
mempunyai fleksibilitas dan ketahanan kikis, ketahanan retak lentur serta kekuatan tinggi. Hal
ini menguntungkan dalam pembuatan sol sepatu karena sol sepatu bisa dibuat tipis (seperti sol
luar sepatu olahraga), sambil tetap menjaga agar tidak merasakan batu sewaktu berjalan.

A. PENGUJIAN BARANG KARET


Untuk mendapatkan barang karet dengan mutu yang baik, perlu dilakukan analisis karet
beserta bahan kimia yang digunakan sebagai addiftiv dalam pembuatan kompon karet, baik
terhadap barang karet yang belum divulkanisasi maupun yang sudah divulkanisasi.
Analisis barang karet dapat dilakukan berupa pengujian sifat fisika dan analisis kimia,
analisis kimia yang dilkukan meliputi analisis jenis bahan dan analisis jumlah setiap bahan
yang terdapat dalam barang karet. Sedangkan analisis fisika meliputi uji ketebalan, kuat tarik,
kekerasan, perpanjangan putus, ketahanan sobek, bobot jenis, ketahanan kikis, ketahanan retak
lentur dan organoleptis.
Analisis jenis bahan yang digunakan bertujuan untuk memberikan informasi mengenai
jenis karet, bahan pelunak, bahan pengisi, bahan pencepat, antioksidan dan bahan kimia karet
lainnya.
Analisis jumlah memberikan informasi tentang komposisi bahan utama penyusun
barang karet yaitu karet, serta bahan pelunak, karbon black, abu dan ekstrak acetone. Hasil
analisis dapat digunakan sebagai dasar perkiraan dalam pembuatan barang karet atau yang
lebih baik.
Standar Nasional Indonesia Mutu Sol Karet Cetak No. SNI 0788-1989-A
Persyaratan
No Uraian Satuan
Kelas A Kelas B Kelas C
Fisika
1 Tegangan putus Kg/cm2 Min 150 Min 120 Min 50
2 Perpanjangan putus % Min 250 Min 150 Min 100
3 Kekerasan Shore A 55-80 55-80 55-80
4 Ketahanan sobek Kg/cm2 Min 60 Min 40 Min 25
Perpanjangan tetap
5 % Mak 4 Mak 7 Mak 10
50%
6 Bobot jenis g/cm3 Mak 1,0 Mak 1,5 Mak 2,5
Ketahanan retak
7 Tidak retak Tidak retak Tidak retak
lentur 150 kes
Organoleptis
Tidak cacat dan atau rusak yang serupa sobek, lubang, retak,
8 (keadaan dan atau
goresan.
kenampakan sol

Pengujian Fisis
Sifat-sifat fisis yang diuji dalam praktikum ini meliputi; uji tarik, uji kemuluran, dan uji
ketahanan sobek.
Pengujian kuat tarik; pada vulkanisat sol luar sepatu adalah langkah pertama
menyiapkan vulkanisat sol luar sepatu dengan menipiskannya terlebih dahulu dengan mesin
grading setelah itu sol dipotong menurut mal uji kuat tarik yaitu seperti gambar
1
0

m
30 mm
m

50 mm
30 mm

Gambar.1 Contoh uji kuat tarik pada pengujian sol karet cetak
Setelah contoh uji siap dilakukan pengukuran ketebalan contoh uji pada 3 titik yang
berbeda dan dirata-ratakan hasilnya sebagai tebal contoh uji kemudian diukur luasnya dan
kemudian contoh uji dijepit pada mesin tes tensil streght setelah semua terjepit atur satuan pada
mesin tes tensil streght dalam satuan kg, kemudian dilakukan penarikan dengan kecepatan 500
mm/menit sampai contoh uji terputus. Untuk menentukan jarak antara dua tanda dapat
diketahui dengan cara mengukur jarak tersebut dengan penggaris. Kemudian dilakukan
perhitungan dengan persamaan ;
Tensil Streght=Beban yang dicapai pada saat uji (Kg)Luas Penampang awal
contoh (cm2)
Uji ketahanan sobek; langkah pertama yaitu memotong karet vulkanisat sol luar sepatu
sesuai dengan mal contoh uji ketahanan sobek seperti gambar dibawah ini;

Gambar. 2 Contoh uji ketahanan sobek


Keterangan;
Panjang : 6 cm
Lebar : 1 cm
Tebal : ± 2 mm
Setelah siap contoh uji dibelah sampai garis tengah dan kemudian kedua belahan
dijepitkan pada pada mesin tes tensil streght dan dilakukan penarikan dengan kecepatan 500
mm/menit sampai contoh uji terputus. Kemudian dilakukan perhitungan dengan persamaan;
Ketahanan Sobek= tenaga untuk menyobek (kg)lebar contoh uji x tebal
contoh uji
Pengujian dengan TG/DTA
Deferensial thermonalyse ialah suatu metoda analisa yang menggunakan perubahan suhu
(panas) dari pada zat yang akan dianalisakan.
Kromatografi gas biasanya dipakai untuk analisa sampel yang berbentuk gas atau cairan
dan padatan yang mudah menguap, sampel atau campuran yang hendak diperiksa disuntikan
sedikit kedalam arus gas inert seperti N2, H2, He, Ar atau CO2 yang mengalir melalui kolom
yang berisi suatu medium. Sampel ini terbawa oleh gas inert mengalir melalui medium tadi,
yang mempunyai sifat dapat berinteraksi dengan kompone-komponen dalam campuran, dan
akan menghambat aliran masing-masing komponen. Besarnya hambatan ini bagi masing-
masing komponen berbeda-beda, sehingga komponen-komponen keluar dari kolom tidak
bersama-sama akan tetapi satu persatu. Selanjutnya gas yang keluar dari kolom ini dilewetkan
melalui suatu detektor, hambatan tadi disebabkan karena adanya absorpsi atau partisi oleh
medium terhadap masing-masing komponen. Besarnya gaya adsorpsi atau partisi tersebut, khas
bagi masing-masing komponen. Perbedaan absorpsi atau partisi inilah yang memungkinkan
pemisahan dalam kolom tadi.
TG/DTA adalah alat analisis yang digunakan untuk menganlisis bahan yang berbentuk
padatan dengan menggunakan perubahan suhu untuk mengetahui jenis dan sifat-sifat bahan
yang dianalisa.
Pengujian Kimia
Salah satu analisis dari barang karet adalah analisis jenis dan analisis jumlah. Sebelum
melakukan analisis jenis dan analisis jumlah terhadap contoh barang karet dilakukan persiapan
(sampling). Contoh dibersihkan dan jika mengandung bahan serat atu logam, bagian karetnya
dipisahkan dari bahan – bahan tersebut. Jika terdiri dari beberapa lapisan karet yang jelas, karet
tersebut dipisahkan dan bagian bertemunya lapisan dibuang. Bagian yang akan diuji digunting
menjadi potongan – potongan kecil dengan ukuran sisi ± 2 mm.
Sistematika analisis jenis dan analisis jumlah di Balai Penelitian Teknologi Karet
Bogor, dimulai dengan melakukan uji pendahuluan terhadap contoh barang karet, yaitu uji
bakar dan uji Lassaigne. Dari uji tersebut akan diketahui jenis atau golongan polimernya,
sehingga dapat ditentukan pelarut yang sesuai untuk mengekstraksi contoh. Aseton biasanya
digunakan sebagai pelarut untuk mengeksraksi hampir semua polimer kecuali beberapa
polimer tertentu seperti karet kloropren, karet nitril dan poliuretan manggunakan metanol
sebagai pelarut.
Dari ekstraksi didapatkan 2 bagian, yaitu bagian ekstrak yang biasanya disebut ekstrak
aseton dan bagian karet. Ekstrak aseton dipisahkan dengan kolom kromatografi menjadi dua
bagian, yaitu fraksi heksan yang mengandung bahan pelunak, serta fraksi aseton yang
mengandung bahan pencepat dan antioksidan. Jenis bahan pelunak ditentukan dengan alat
TLC. Biasanya cukup diketahui golongan bahan pencepat dan antioksidan yang dapat
diketahui dengan melakukan spot test.
Bagian karet setelah dipirolisis dipakai sebagai contoh uji analisis jenis polimer. Bagian
karet juga digunakan sebagai contoh uji analisis barang karet guna mengetahui komposisi
beberapa bahan dalam barang karet, yaitu polimer, carbon black, abu dan bahan pelunak. Jenis
polimer ditentukan dengan alat IR, sedangkan analisis jumlah dilakukan dengan menggunakan
alat TGA. Bagian karet yang dipirolisis akan meninggalkan sisa berupa residu pirolisat. Residu
ini diabukan dengan memanaskannya lebih lanjut. Abu yang didapat ditentukan dengan alat IR.
IR untuk menentukan jenis bahan pengisinya.
Analisis kemurnian dilakukan untuk mengetahui apakah suatu bahan kimia karet masih
dalam bentuk aslinya, serta masih memenuhi syarat untuk digunakan sebagai bahan pencampur
pengolahan karet. Yang dimaksud dengan bahan kimia karet adalah bahan pencepat, bahan
pelunak, antioksidan, penyetabil dan bahan – bahan lain yang diperlukan dalam jumlah sedikit
sebagai bahan penbantu dalam pengolahan karet. Analisis dilakukan dengan menggunakan
TLC atau IR.
Identifikasi blooming dilakukan untuk mengetahui apakah noda yang timbul pada
permukaan barang karet berasal dari bahan kimia dari barang karet tersebut yang muncul ke
permukaan dan mengetahui jenis bahan penyebab blooming tersebut. Identifikasi staining
dilakukan untuk mengetahui apakah timbul perubahan warna pada permukaan karet apabila
bersentuhan dengan bahan – bahan tertentu, misalnya logam besi dan tembaga, serta untuk
mengetahui jenis bahan kimia penyebab staining tersebut. Analisis jenis bahan – bahan
tersebut dilakukan dengan alat TLC atau spot test.

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous, ”Mengenal Lebih Jauh Teknologi Pembuatan Barang Jadi Karet”(accessed;


www.google.com/ Mengenal – Lebih – Jauh – Teknologi – Pembuatan – Barang – Jadi
- Karet.pdf.)Balai Penelitian Teknologi Karet: Bogor
Anonimous,2007. ”Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Karet Edisi Kedua” Badan
Penelitian dan Pengembangan Departemen Pertanian
Setyowati Penny,2004, ”Petunjuk Praktikum Teknologi Pembuatan Barang Karet dan
Plastik”,Balai Besar Kulit Karet dan Plastik: Yogyakarta
http://infokaretalamindonesia.blogspot.com/
http://industrikaret.wordpress.com/2008/05/12/hello-world/

You might also like