Professional Documents
Culture Documents
REFORMASI
Orde baru berkuasa selama 32 tahun, hal ini tentu bukan waktu yang pendek. Lamanya
kekuasaan yang dipegang mengakibatkan banyak terjadi penyelewengan. Antara lain
munculnya korupsi, kolusi, dan nepotisme. Tahukah kamu bagaimana sikap masyarakat
menghadapi hal ini. Anak-anak, bagaimanakah seandainya mesin pompa air dinyalakan
terus sedangkan kran air tidak dibuka? Hal itu tentunya mesin air tersebut akan panas dan
ketika dibuka akan terasa air meledak ke segala arah. Begitu juga Negara Republik
Indonesia tercinta ini ketika di bawah pemerintahan Orde Baru yang sangat lama
memerintah. Maka masalah-masalah bangsa ini dari yang ringan hingga yang berat
bertahun-tahun yang belum teratasi akhirnya menimbulkan kekecewaan masyarakat.
Puncak kekecewaan itu dilampiaskan dalam suatu aksi demonstrasi untuk
menumbangkan kekuasaan Orde Baru. Suatu kekuatan tersebut dimotori oleh para
mahasiswa yang menginginkan suatu perubahan atau reformasi di bidang politik,
ekonomi dan hukum. Bagaimana peristiwa berakhirnya Orde Baru dan lahirnya
Reformasi tersebut akan kita pelajari dalam bab ini. Dengan mempelajari bab ini tentunya
kita akan dapat memahami peran para pelajar ataupun mahasiswa pada masa lalu dalam
menegakkan keadilan. Dengan demikian para pelajar merupakan bagian penting dari
elemen bangsa dalam menegakkan kebenaran dan keadilan.
Aksi yang dilakukan oleh Gerakan 30 September segera diketahui oleh masyarakat
bahwa PKI terlibat di dalamnya. Oleh karena itu berbagai elemen masyarakat melakukan
demonstrasi-demonstrasi menuntut kepada pemerintah untuk membubarkan PKI beserta
ormas-ormasnya. Akan tetapi pemerintah tidak segera mengambil tindakan yang tegas
terhadap PKI yang telah melakukan pengkhianatan terhadap bangsa dan negara. Apalagi
kondisi ekonomi yang memburuk, harga-harga membumbung tinggi sehingga menambah
penderitaan rakyat. Hal inilah yang melatarbelakangi munculnya kesatuan-kesatuan aksi.
Pada tanggal 25 Oktober 1965 terbentuklah Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia
(KAMI). Selanjutnya diikuti oleh kesatuan- kesatuan aksi yang lain, misalnya Kesatuan
Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI), Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia (KAPI),
Kesatuan Aksi Buruh Indonesia (KABI), Kesatuan Aksi Sarjana Indonesia (KASI),
Kesatuan Aksi Wanita Indonesia (KAWI), dan Kesatuan Aksi Guru Indonesia (KAGI).
Ketika gelombang demonstrasi yang menuntut pembubaran PKI semakin keras
pemerintah tidak segera mengambil tindakan. Oleh karena itu pada tanggal 10 Januari
1966 KAMI dan KAPPI memelopori kesatuan-kesatuan aksi yang tergabung dalam Front
Pancasila mendatangi DPR- GR menuntut Tiga Tuntutan Hati Nurani Rakyat yang
terkenal dengan Tri Tuntutan Rakyat (Tritura). Adapun Tri Tuntutan Rakyat itu adalah
sebagai berikut.
a.Pembubaran PKI.
b. Pembersihan kabinet dari unsur-unsur G 30 S / PKI.
c. Penurunan harga/perbaikan ekonomi.
Sidang Umum IV MPRS yang diselenggarakan pada tanggal 17 Juni 1966 telah
menghasilkan beberapa ketetapan yang dapat memperkokoh tegaknya Orde Baru antara
lain sebagai berikut.
1) Ketetapan MPRS No. IX tentang Pengukuhan Surat Perintah Sebelas Maret.
2) Ketetapan MPRS No. XXV tentang Pembubaran PKI dan ormasormasnya serta
larangan penyebaran ajaran Marxisme- Komunisme di Indonesia.
3) Ketetapan MPRS No. XXIII tentang Pembaruan Landasan Kebijakan Ekonomi,
Keuangan, dan Pembangunan.
4) Ketetapan MPRS No. XIII tentang Pembentukan Kabinet Ampera yang ditugaskan
kepada Pengemban Tap MPRS No. IX.
4. Nawaksara
Politik luar negeri Indonesia pada masa yang condong kepada salah satu blok pada masa
Demokrasi Terpimpin merupakan pengalaman pahit bagi bangsa Indonesia. Oleh karena
itu Orde Baru bertekad untuk untuk mengoreksi bentuk-bentuk penyelewengan politik
luar negeri Indonesia pada masa Orde Lama. Politik luar negeri yang memihak kepada
salah satu blok dinyatakan salah oleh MPRS (kemudian MPR). Indonesia harus kembali
ke politik luar negeri yang bebas dan aktif serta tidak memencilkan diri. Sebagai landasan
kebijakan politik luar negeri Orde Baru telah ditetapkan dalam Tap No. XII/ MPRS /
1966. Menurut rumusan yang telah ditetapkan MPRS, maka jelaslah bahwa politik luar
negeri RI secara keseluruhan mengabdikan diri kepada kepentingan nasional. Sesuai
dengan kepentingan nasional, maka politik luar negeri RI yang bebas dan aktif tidak
dibenarkan memihak kepada salah satu blok ideologi yang ada. Namun bukanlah politik
yang netral, tetapi suatu politik luar negeri yang tidak mengikat diri pada salah satu blok
ataupun pakta militer. Sebagai wujud dari pelaksanaan politik luar negeri bebas dan aktif
pada masa Orde Baru melakukan langkah- langkah sebagai berikut.
(1) Menghentikan politik konfrontasi dengan Malaysia setelah ditandatanganinya
persetujuan untuk menormalisasi hubungan bilateral Indonesia-Malaysia pada tanggal 11
Agustus 1966. Selanjutnya sejak 31 Agustus 1967 kedua pemerintah telah membuka
hubungan diplomatik pada tingkat Kedutaan Besar.
(2) Indonesia kembali menjadi anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tanggal
28 September 1966 setelah meniggalkan PBB sejak 1 Januari 1965. Sebab selama
menjadi anggota badan dunia, yakni sejak 1950-1964, Indonesia telah menarik banyak
manfaatnya.
(3) Indonesia ikut memprakarsai terbentuknya sebuah organisasi kerja sama regional di
kawasan Asia Tenggara yang disebut Association of South East Asian Nations (ASEAN)
pada tanggal 8 Agustus 1967.
6. Pemilihan Umum
Pemilihan Umum pada masa Orde Baru pertama kali dilaksanakan pada tanggal 3 Juli
1971. Pemilu pada waktu itu berbeda dengan pemilu tahun 1955 karena telah
menggunakan sistem distrik bukan sistem proporsional. Dalam sistim distrik ini partai-
partai harus memperebutkan perwakilan yang disediakan untuk sesuatu daerah. Suara
yang terkumpul di suatu daerah tidak dapat dijumlahkan dengan suatu partai itu yang
terkumpul di daerah lain. Pemilu tahun 1977 diikuti oleh 10 kontestan, yakni PKRI, NU,
Parmusi, Parkindo, Murba, PNI, Perti, IPKI, dan Golkar. Dalam pemilu kali ini
dimenangkan oleh Golkar. Pemilu berikutnya dilaksanakan pada tanggal 2 Mei 1977
yang kali ini diikuti oleh 3 organisasi peserta pemilu, yakni Partai Persatuan
Pembangunan (PPP), Golongan Karya (Golkar), dan Partai Demokrasi Indonesia (PDI).
Selanjutnya pemilu-pemilu di Indonesia selama Orde Baru selalu dimenangkan oleh
Golongan Karya.
Dengan Pemilu I 1971, maka untuk pertama kali RI mempunyai MPR tetap, yakni bukan
MPRS. Pimpinan MPR dan DPR hasil Pemilu I adalah Idham Chalid. Selanjutnya MPR
ini mengadakan sidang pada bulan Maret 1973 yang menghasilkan beberapa keputusan di
antaranya sebagai berikut.
1) Tap IV /MPR /73 tentang Garis- garid Besar Haluan Negara sebagai pengganti
Manipol.
2) Tap IX /MPR /73 tentang pemilihan Jenderal Soeharto sebagai Presiden RI.
3) Tap XI /MPR /73 tentang pemilihan Sri Sultan Hamengkubuwana IX sebagai Wakil
Presiden RI.
Dengan demikian RI telah memiliki Presiden dan Wakil Presiden sesuai dengan amanat
UUD 1945.
Melihat kondisi bangsa Indonesia yang merosot di berbagai bidang tersebut maka para
mahasiswa mempelopori demonstrasi memprotes kebijakan pemerintah Orde Baru
dengan menentang berbagai praktek korupsi, kolusi nepotisme (KKN). Kemarahan rakyat
terhadap pemerintah memuncak pada bulan Mei 1998 dengan menuntut diadakannya
reformasi atau perubahan di segala bidang baik bidang politik, ekonomi maupun hukum.
Gerakan reformasi ini merupakan gerakan untuk menumbangkan kekuasaan Orde Baru
yang telah mengendalikan pemerintahan selama 32 tahun. Pada awal Maret 1998 Kabinet
Pembangunan VIII dilantik, akan tetapi kabinet ini tidak membawa perubahan ke arah
kemajuan. Oleh karena itu rakyat menghendaki perubahan ke arah yang lebih baik di
berbagai bidang kehidupan baik bidang politik, ekonomi, hukum maupun sosial budaya.
Pada awal Mei 1998 mahasiswa mempelopori unjuk rasa menuntut dihapuskannya KKN,
penurunan harga-harga kebutuhan pokok, dan Soeharto turun dari jabatan Presiden.
Ketika para mahasiswa melakukan demonstrasi pada tanggal 12 Mei 1998 terjadilah
bentrokan dengan aparat kemananan. Dalam peristiwa ini beberapa mahasiswa Trisakti
cidera dan bahkan tewas. Di antara mahasiswa Trisakti yang tewas adalah Elang Mulya
Lesmana, Hery Hartanto, Hendriawan Sie, dan Hafidhin Royan.
Pada tanggal 13-14 Mei 1998 di Jakarta dan sekitarnya terjadi kerusuhan massa dengan
membakar pusat-pusat pertokoan dan melakukan penjarahan. Pada tanggal 19 Mei 1998
puluhan ribu mahasiswa menduduki gedung DPR/MPR. Mereka menuntut Soeharto turun
dari jabatan presiden akan tetapi Presiden Soeharto hanya hanya mereshufle kabinet. Hal
ini tidak menyurutkan tuntutan dari masyarakat. Pada tanggal 20 Mei 1998 Soeharto
memanggil tokoh-tokoh masyarakat untuk memperbaiki keadaan dengan membentuk
Kabinet Reformasi yang akan dipimpin oleh Soeharto sendiri. Tokoh-tokoh masyarakat
tidak menanggapi usul Soeharto tersebut. Akhirnya pada tanggal 21 Mei 1998 Presiden
Soeharto menyerahkan kekuasaannya kepada wakilnya, B.J. Habibie. Selanjutnya B.J.
Habibie dilantik sebagai Presiden RI menggantikan Soeharto. Pada masa pemerintahan
B.J. Habibie kehidupan politik mengalami perubahan, kebebasan berserikat telah dibuka
terbukti banyak berdiri partai politik. Pada bulan November 1998 dilaksanakan Sidang
Istimewa MPR yang menghasilkan beberapa keputusan di antaranya adalah tentang
pelilihan umum secepatnya. Selanjutnya Pemilihan Umum setelah berakhirnya Orde Baru
dilaksanakan pada tanggal 7 Juni 1998 yang diikuti oleh 48 partai politik. Pada Pemilu
kali ini suara terbanyak diraih oleh Partai Demokrasi Perjuangan (PDIP). Dalam Sidang
Umum MPR yang dilaksanakan pada bulan Oktober 1999 terpilihlah K.H. Abdurrahman
Wahid sebagai Presiden RI dan Megawati Sukarno Putri sebagai Wakil Presiden.
Masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid tidak berlangsung lama dan diwarnai
pertentangan dengan lembaga legislatif. Karena keadaan dianggap membahayakan
keselamatan negara maka MPR mengadakan Sidang Istimewa pada tanggal 21 Juli 2001.
Hasil sidang tersebut memutuskan memberhentikan Presiden Abdurrahman sebagai
Presiden dan melantik Megawati Soekarnoputri sebagai Presiden Indonesia. Masa jabatan
Presiden Megawati Soekarnoputri hingga pemilihan umum yang direncanakan pada
tahun 2004. Kepemimpinan Presiden Megawati Soekarnoputri didampingi oleh Hamzah
Haz yang terpilih sebagai voting (pemungutan suara). Pada masa pemerintahan Presiden
Megawati ada kemajuan dari luar maupun dari dalam negeri. Akan tetapi dengan adanya
kesulitan ekonomi sejak tahun 1997, pada masa pemerintahan ini belum bisa memulihkan
keadaan seperti sebelum krisis ekonomi. Masa pemerintahan Presiden Megawati berakhir
sampai diselenggarakannya Pemilihan Umum tahun 2004. Pada tanggal 5 April 2004
dilaksanakan pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat Pusat,
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah pada tingkat propinsi dan pada tingkat kota atau
kabupaten.
Pemilihan Umum untuk memilih presiden secara langsung dilaksanakan dua kali putara.
Putaran pertama pada tanggal 5 Juli 2004 dan putaran kedua pada tanggal 20 September
2004. Terpilih sebagai presiden adalah Susilo Bambang Yudhoyono dan sebagai wakil
presiden Jusuf Kalla. Pemilihan Presiden dan wakil presiden oleh rakyat secara langsung
ini merupakan pertama kali dalam sejarah di Indonesia. Sistem ini merupakan salah satu
hasil dari gerakan reformasi di Indonesia.