Professional Documents
Culture Documents
1. Pengertian
2. Epidemiologi
Pada dari data tahun 1997-2004 [Attachment: Tabel Identifikasi Kasus 1997-
2004 dan Tingkat Pelaporan 1995- 2000] terlihat adanya peningkatan pelaporan
kasus sejak tahun 1996. Yang paling dramatis terjadi pada tahun 2001, yaitu tingkat
pelaporan kasus TBC meningkat dari 43 menjadi 81 per 100.000 penduduk, dan
pelaporan kasus BTA positif meningkat dari 25 menjadi 42 per 100.000 penduduk.
Sedangkan berdasarkan umur, terlihat angka insidensi TBC secara perlahan bergerak
ke arah kelompok umur tua (dengan puncak pada 55-64 tahun), meskipun saat ini
sebagian besar kasus masih terjadi pada kelompok umur 15-64 tahun. [Attachment :
Age Specific Notification Rate 2004].
1
Pada negara dengan infeksi HIV endemik, tuberculosis merupakan penyebab
tunggal morbiditas dan mortalitas yang terpenting pada pasien AIDS. Perkiraan yang
beralasan tentang besarnya angka tuberculosis di dunia adalah sepertiga populasi
dunia terinfeksi dengan M. tuberculosis, bahwa 30 juta kasus tuberculosis aktif di
dunia, dengan 10 juta kasus baru terjadi setiap tahun, dan bahwa 3 juta orang
meninggal akibat tuberculosis setiap tahun . Tuberculosis mungkin menyebabkan 6
% dari seluruh kematian di seluruh dunia.
3. Etiologi
• Mycobakterium tuberculosis
• Varian asian
• Varian african I
• Varian asfrican II
• Mycobakterium bovis
Kelompok kuman mycobakterium tuberkulosis dan mycobakterial othetan Tb
(mott, atipyeal) adalah :
• Mycobacterium cansasli
• Mycobacterium avium
2
• Mycobacterium scrofulaceum
• Mycobacterium xenopi
4. Faktor Presdiposisi
3
• Setiap individu dengan gangguan medis yang sudah ada sebelumnya ( misalny
diabetes, gagal ginjal kronis, silikosis, penyimpangan gizi, bypass gasterektomi
yeyunoileal ).
• Imigran dari negara dengan insiden TB yang tinggi ( Asia tenggara, Afrika,
Amerika latin, karibia ).
• Petugas kesehatan
5. Patofisiologi
4
Tuberculosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas
perantara sel. Sel efektornya adalah makrofag sedangkan limfosit ( biasanya sel T )
adalah imunoresponsifnya. Tipe imunitas seperti ini basanya lokal, melibatkan
makrofag yang diaktifkan ditempat infeksi oleh limposit dan limfokinnya. Raspon ini
desebut sebagai reaksi hipersensitifitas (lambat).
Nekrosis pada bagian sentral menimbulkan gambangan seperti keju yang biasa
disebut nekrosis kaseosa. Daerah yang terjadi nekrosis kaseosa dan jaringan granulasi
disekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan fibroblast menimbulkan respon yang
berbeda.Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa membentuk jaringan parut yang
akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel.
Lesi primer paru dinamakn fokus ghon dan gabungan terserangnya kelenjar
getah bening regional dan lesi primer dinamakan kompleks ghon. Respon lain yang
dapat terjadi didaerah nekrosis adalah pencairan dimana bahan cair lepas kedalam
bronkus dan menimbulkan kavitas. Materi tuberkel yang dilepaskan dari dinding
5
kavitas akan masuk kedalan percabangan trakeobronkhial. Proses ini dapat terulang
lagi kebagian paru lain atau terbawa kebagian laring, telinga tengah atau usus.
6
7
6. Klasifikasi
8
• Tuberkulosis paru ( Koch pulmonal ) aktif.
• Karegori O, yaitu tidak pernah terpajan dan tidak terinfeksi, riwayat kontak
tidak pernah, tes tuberculin negatif.
• Kategori III : ditujukan terhadap kasus BTA negatif dengan kelainan paru
yang tidak luas dan kasus TB ekstra paru selain dari yang disebut dalam
kategori I.
7. Manifestasi Klinis
Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus
yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu
khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa
secara klinik.
• Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan
sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan
kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara "mengi",
suara nafas melemah yang disertai sesak.
10
• Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai
dengan keluhan sakit dada.
• Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang
pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di
atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.
8. Pemeriksaan Diagnostik
9. Prognosis
• Jika dalam 2 tahun penyakit tidak aktif, hanya sekitar 1 % yang mungkin relaps.
10. Therapy
• Aktivitas bakterisid
• Aktivitas sterilisasi
Pengobatan penyakit Tuberculosis dahulu hanya dipakai satu macam obat saja.
Kenyataan dengan pemakaian obat tunggal ini banyak terjadi resistensi. Untuk
mencegah terjadinya resistensi ini, terapi tuberculosis dilskukan dengan memakai
perpaduan obat, sedikitnya diberikan 2 macam obat yang bersifat bakterisid.
Dengan memakai perpaduan obat ini, kemungkinan resistensi awal dapat
12
diabaikan karena jarang ditemukan resistensi terhadap 2 macam obat atau lebih
serta pola resistensi yang terbanyak ditemukan ialah INH
Adapun jenis obat yang dipakai adalah sebagai berikut :
- Obat Primer - Obat Sekunder
1. Isoniazid (H) 1. Ekonamid
2. Rifampisin (R) 2. Protionamid
3. Pirazinamid (Z) 3. Sikloserin
4. Streptomisin 4. Kanamisin
5. Etambutol (E) 5. PAS (Para Amino Saliciclyc Acid)
6. Tiasetazon
7. Viomisin
8. Kapreomisin
Pengobatan TB ada 2 tahap menurut DEPKES.2000 yaitu :
Tahap INTENSIF
Penderita mendapat obat setiap hari dan diawasi langsung untuk mencegah
terjadinya kekebalan terhadap rifampisin. Bila saat tahab intensif tersebut diberikan
secara tepat, penderita menular menjadi tidak tidak menular dalam kurun waktu 2
minggu. Sebagian besar penderita TB BTA positif menjadi negatif (konversi) pada
akhir pengobatan intensif. Pengawasan ketat dalam tahab intensif sangat penting
untuk mencegah terjadinya kekebalan obat.
Tahap lanjutan
Pada tahap lanjutan penderita mendapat obat jangka waktu lebih panjang dan jenis
obat lebih sedikit untuk mencegah terjadinya kekambuhan. Tahap lanjutan penting
untuk membunuh kuman persisten (dormant) sehingga mencegah terjadinya
kekambuhan.
Paduan obat kategori 1 :
Intensif 2 bulan 1 1 3 3 60
Lanjutan 4 bulan 2 1 - - 54
13
Paduan Obat kategori 2 :
Lanjutan 5 bulan 2 1 3 2 - 66
Intensif 2 bulan 1 1 3 60
Lanjutan 4 bulan 2 1 1 54
3 x week
Intensif 1 bulan 1 1 3 3 30
(dosis
harian)
11. Penatalaksaan
• Penyuluhan.
14
• Pencegahan
- Imunisasi BCG pada anak balita, Vaksin BCG sebaiknya diberikan sejak anak
masih kecil agar terhindar dari penyakit tersebut.
- Bila ada yang dicurigai sebagai penderita TBC maka harus segera diobati
sampai tuntas agar tidak menjadi penyakit yang lebih berat dan terjadi
penularan.
1. Pengkajian
15
Subjektif : Rasa lemah cepat lelah, aktivitas berat timbul. sesak (nafas pendek),
demam, menggigil.
b. Pola nutrisi
c. Respirasi
d. Rasa nyaman/nyeri
Obiektif : Berhati-hati pada area yang sakit, prilaku distraksi, gelisah, nyeri bisa
timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura sehingga timbul pleuritis.
e. Integritas ego
Subjektif : Faktor stress lama, masalah keuangan, perasaan tak berdaya/tak ada
harapan.
f. Keamanan
16
Subyektif: adanya kondisi penekanan imun, contoh AIDS, kanker.
g. Interaksi Sosial
2. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekret kental atau sekret
darah, kelemahan, upaya batuk buruk, edema trakeal/faringeal.
d. Gangguan rasa nyaman ( nyeri akut ) berhubungan dengan inflamasi paru, batuk
menetap.
17
jaringan akibat infeksi yang menyebar, malnutrisi, terkontaminasi oleh
lingkungan, kurang infeksi tentang infeksi kuman.
3. Perencanaan Keperawatan
18
membran mukosa.
g. Menurunkan
kekentalan sekret,
lingkaran ukuran
lumen
trakeabronkial,
berguna jika terjadi
hipoksemia pada
kavitas yang luas.
e. Menurunnya
saturasi oksigen
(PaO2) atau
meningkatnya
PaC02
menunjukkan
perlunya
penanganan yang
lebih. adekuat atau
19
perubahan terapi.
f. Membantu
mengoreksi
hipoksemia yang
terjadi sekunder
hipoventilasi dan
penurunan
permukaan alveolar
paru.
24
Risiko tinggi infeksi Setelah diberikan a. Review patologi a. Membantu pasien
penyebaran / tindakan keperawatan penyakit fase agar mau mengerti
aktivitas ulang tidak terjadi aktif/tidak aktif, dan menerima
infeksi berhubungan penyebaran/ aktivitas penyebaran infeksi terapi yang
dengan pertahanan ulang infeksi, dengan melalui bronkus pada diberikan untuk
primer tidak kriteria hasil: jaringan sekitarnya atau mencegah
adekuat, fungsi silia aliran darah atau sistem komplikasi.
menurun/ statis • Mengidentifikasi limfe dan resiko infeksi b. Orang-orang yang
sekret, malnutrisi, intervensi untuk melalui batuk, bersin, beresiko perlu
terkontaminasi oleh mencegah/menur meludah, tertawa., program terapi
lingkungan, kurang unkan resiko ciuman atau menyanyi. obat untuk
informasi tentang penyebaran b. Identifikasi orang- mencegah
infeksi kuman. infeksi. orang yang beresiko penyebaran infeksi.
• Menunjukkan/me terkena infeksi seperti c. Kebiasaan ini
lakukan anggota keluarga, untuk mencegah
perubahan pola teman, orang dalam terjadinya
hidup untuk satu perkumpulan. penularan infeksi.
meningkatkan c. Anjurkan pasien d. Mengurangi risilio
lingkungan yang. menutup mulut dan penyebaran infeksi.
aman. membuang dahak di e. Febris merupakan
tempat penampungan indikasi terjadinya
- yang tertutup jika infeksi.
batuk. f. Pengetahuan
d. Gunakan masker setiap tentang faktor-
melakukan tindakan. faktor ini
e. Monitor temperatur. membantu pasien
f. Identifikasi individu untuk mengubah
yang berisiko tinggi gaya hidup dan
untuk terinfeksi ulang menghindari/meng
Tuberkulosis paru, urangi keadaan
seperti: alkoholisme, yang lebih buruk.
malnutrisi, operasi g. Periode menular
bypass intestinal, dapat terjadi hanya
menggunakan obat 2-3 hari setelah
penekan imun/ permulaan
kortikosteroid, adanya kemoterapi jika
diabetes melitus, sudah terjadi
kanker. kavitas, resiko,
g. Tekankan untuk tidak penyebaran infeksi
menghentikan terapi dapat berlanjut
yang dijalani. sampai 3 bulan.
Kolaborasi: h. INH adalah obat
h. Pemberian terapi INH, pilihan bagi
etambutol, Rifampisin. penyakit
i. Pemberian terapi Tuberkulosis
Pyrazinamid primer
(PZA)/Aldinamide, dikombinasikan
para-amino salisik dengan obat-obat
(PAS), sikloserin, lainnya.
streptomisin. Pengobatan jangka
25
j. Monitor sputum BTA. pendek INH dan
Rifampisin selama
9 bulan dan
Etambutol untuk 2
bulan pertama.
i. Obat-obat
sekunder diberikan
jika obat-obat
primer sudah
resisten
j. Untuk mengawasi
keefektifan obat
dan efeknya serta
respon pasien
terhadap terapi
4. Evaluasi
Dx 1:Kebersihan jalan napas efektif, dengan kriteria evaluasi:
• Mempertahankan jalan napas pasien.
• Mengeluarkan sekret tanpa bantuan.
• Menunjukkan prilaku untuk memperbaiki bersihan jalan napas.
• Berpartisipasi dalam program pengobatan sesuai kondisi.
• Mengidentifikasi potensial komplikasi dan melakukan tindakan tepat.
DX 6 : Pasien mampu melakukan aktivitas dalam batas yang ditoleransi dengan kriteria
evaluasi :
• Melaporkan atau menunjukan peningkatan toleransi terhadap aktivitas yang dapat diukur
dengan adanya dispnea, kelemahan berlebihan, dan tanda vital dalam rentan normal.
27
Daftar pustaka
Mansjoer, Arif ,dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran Edisi II. Jakarta: Fakultas
Kedokteran UI Media Aescullapius.
Smeltzer, Suzanne. C dan Bare, Brenda. G. 2001. Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner dan Suddarth Volume 1. Jakarta: EGC
28