Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat
kesehatan dan kesejahteraan manusia. Keadaan gizi seseorang dikatakan baik
apabila terdapat keseimbangan dan keserasian antara perkembangan fisik dan
perkembangan mental orang tersebut. Terdapat kaitan yang sangat erat antara
tingkat keadaan gizi dan konsumsi makanan. Tingkat keadaan gizi optimal akan
tercapai apabila kebutuhan zat gizi optimal terpenuhi. Gizi buruk atau gizi salah
(malnutrion) yang dapat terjadi pada manusia sejak masih dalam kandungan
sampai mencapai usia lanjut itu, sesungguhnya dapat dicegah apabila setiap
orang memahami penyebab dan cara mengatasi masalah kurang gizi tersebut.
(Nurhamidah, 2008 ).
Kelompok masyarakat, yang paling rentan terhadap kekurangan gizi adalah
bayi dan balita. Gejala yang nampak pada bayi yang dilahirkan dari ibu yang
menderita kurang gizi yaitu berat badan lahir rendah, yang selanjutnya rentan
terhadap penyakit dan kematian. Salah satu penyebab terjadinya malnutrisi pada
anak yaitu kesalahan dalam praktik menyusui. Hal ini disebabkan karena tidak
memanfaatkan keuntungan dan hasil teknologi suplementasi yang dapat
meningkatkan kasus malnutrisi atau kekurangan gizi, morbiditas atau kurang
sehat dan mortalitas atau kematian. (Nurhamidah, 2008).
Kelaparan dan kurang gizi menjadi ancaman nomor satu bagi kelangsungan
hidup anak – anak diseluruh dunia, melebihi penyakit AIDS, Malaria dan TBC.
Data FAO ( Food and Agriculture Organitation ) tahun 2006 menyebutkan sekitar
854 juta orang di dunia menderita kelaparan kronis dan 820 juta diantaranya ada
di negara berkembang. Dari jumlah tersebut lebih kurang 350 – 450 juta atau
lebih dari 50% adalah anak – anak. Sumber dari WHO ( World Health
Organisation ) menyebutkan kelaparan dan kurang gizi menyebabkan angka
kematian tertinggi diseluruh dunia. Sedikitnya 17.289 anak meninggal dunia
setiap hari karena kelaparan dan kurang gizi. ( heri@praisindo.com, 2007 ).
Kejadian kurang gizi menunjukan bahwa di Indonesia sekitar 153.681 bayi
mati setiap tahun. Hal ini berarti setiap harinya ada 421 orang bayi mati, sama
dengan 2 orang bayi mati setiap menit dan 54% penyebab kematian bayi karena
kekurangan gizi. Balita Indonesia yang mengalami kurang gizi 8% dan mereka
yang mengalami gizi buruk 50%. Di samping itu, balita Indonesia yang
kekurangan vitamin A, 48,1% balita yang mengalami anemia 36%, anak
Indonesia yang tergolong pendek, 11,1% mengalami GAKY (Gangguan Akibat
Kurang Yodium), 50% dan ibu hamil mengalami kurang gizi. (Republika, 2007).
Data Dinas Kesehatan NTT tahun 2008 menyebutkan, jumlah balita yang
mengalami masalah kurang gizi mencapai 90.000 orang dari sekitar 497 ribu
balita. Sebanyak 12 ribu balita mengalami gizi buruk tanpa kelainan klinis dan
167 balita mengalami gizi buruk dengan kelainan klinis (busung lapar atau
komplikasi marasmus dan kwashiorkor). Selain itu, 68 ribu balita mengalami gizi
kurang. Kabupaten yang paling banyak terdapat balita gizi buruk dengan kelainan
klinis adalah Timur Tengah Utara yakni 81 balita. Sedangkan penderita kurang
gizi paling banyak terdapat di Kabupaten Timur Tengah Selatan yakni berjumlah
12 ribu balita, Kabupaten Sikka 8.472 balita, Manggarai 8.364 balita, Timor
Tengah Utara 7.267 balita dan Kupang 6.865 balita. (Tempointeraktif.com,
2008).
Hasil pengkajian Mahasiswa Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan
Kupang di Puskesmas Batakte Kelurahan Batakte Kecamatan Kupang Barat
pada bulan September tahun 2009, menunjukan bahwa pada bulan Januari sampai
bulan Desember 2009 terdapat 26 balita yang gizi kurang dan 18 balita yang gizi
buruk. Dari hasil wawancara dengan petugas kesehatan, penyebab kurang gizi
pada anak di Batakte adalah minimnya pengetahuan orang tua tentang asupan
gizi pada anak. Selama ini banyak orang tua yang menganggap jika anaknya
hanya diberi makan nasi dengan kecap atau dengan lauk saja tanpa sayur, maka
orang tua beranggapan bahwa hal itu sudah benar, karena anaknya sudah terbebas
dari lapar. Hal ini jika terjadi secara terus-menerus akan berdampak pada
menurunnya ketahanan tubuh anak sehingga anak akan mudah terserang
penyakit. Selain itu orang tua, terutama ibu tidak begitu tanggap dengan kondisi
anaknya sehingga saat berat badan anaknya menurun secara drastis, tidak segera
di ambil tindakan untuk menangani kondisi anak tersebut. Jika kondisi ini
berlangsung terus, anak mudah terserang penyakit akut. (Nurhamidah, 2008).
Tingkat pengetahuan orang tua tentang gizi pada anak sangat
mempengaruhi kondisi atau status gizi pada anak. Tingkat pendidikan yang
rendah berdampak pada kurangnya pengetahuan tentang pola asuh yang benar.
Kebanyakan pekerjaan orang tua penderita gizi buruk adalah buruh dan ibu
rumah tangga. Tingkat pendidikan SD dan tidak tamat bagi ayah 78% dan ibu
82% (Data Puskesmas Batakte, tahun 2009). Hal ini sangat mempengaruhi pola
asuh yang benar pada anak.
Dari hasil audit ke penderita gizi buruk, 100 persen penderitanya terinfeksi
penyakit yang disebabkan oleh lemahnya daya tahan tubuh. Bantuan makanan
sehat hanya bentuk penyelesaian jangka pendek. Hal yang paling penting
dilakukan yakni memberikan informasi seperti pola asuh yang benar pada orang
tua melalui pendidikan kesehatan tentang gizi. (Aminah, 2009).
Angka kejadian kurang gizi di NTT cukup tinggi. Berbagai kebijaksanaan
dan strategi dari Pemerintah telah dilibatkan untuk mengurangi terjadinya
kekurangan gizi. Salah satu cara yang dilakukan yaitu dengan melakukan
pendidikan dan penyuluhan tentang perbaikan kesehatan balita. Sejauh ini upaya
yang dilakukan dirasakan belum optimal, karena latar belakang pendidikan orang
tua yang masih rendah. Menanggapi permasalahan ini, peneliti tertarik untuk
mengetahui sejauh mana tingkat pengetahuan orang tua tentang kurang gizi pada
anak di Puskesmas Batakte Kelurahan Batakte Kecamatan Kupang Barat.
B. PERUMUSAN MASALAH
1. Pernyataan Masalah
Pengetahuan orang tua yang kurang tentang asupan gizi untuk anak
merupakan salah satu faktor pencetus munculnya kurang gizi. Pemberian
makanan yang dilakukan secara terus – menerus dengan menu yang sama
akan berdampak pada menurunnya daya tahan tubuh dan anak mudah
terserang penyakit. Selain itu orang tua juga tidak mengetahui pola makan
yang seimbang untuk anak. Hal ini juga merupakan pencetus bayi dan balita
menderita kurang gizi. Anak yang mengalami kurang gizi, jika tidak
mendapat penanganan yang baik akan mengakibatkan anak tersebut
mengalami gizi buruk. Dampak dari gizi buruk tersebut dapat mengakibatkan
kematian pada anak. Hingga saat ini angka kejadian kurang gizi di Kelurahan
Batakte Kecamatan Kupang Barat masih ada. Berbagai program kebijakan
kesehatan yang dibuat oleh pemerintah seperti salah satunya pemberdayaan
program posyandu, terbukti belum optimal dalam menyelesaikan persoalan
Kurang gizi. Program ini seperti berjalan di tempat, jika ada dana untuk
pemberian makanan tambahan baru dilakukan dan itu tidak sampai di
pemukiman – pemukiman masyarakat yang kebanyakan adalah masyarakat
yang sangat rentan dengan kurang gizi.
2. Pertanyaan Masalah
Sejauh mana tingkat pengetahuan orang tua tentang kurang gizi pada balita di
di Puskesmas Batakte Kelurahan Batakte Kecamatan Kupang Barat.
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Mengetahui tingkat pengetahuan orang tua tentang kurang gizi di Puskesmas
Batakte Kelurahan Batakte Kecamatan Kupang Barat.
2. Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan orang tua tentang pengertian,
penyebab, tanda dan gejala kurang gizi pada balita di Puskesmas Batakte
Kelurahan Batakte Kecamatan Kupang Barat.
2. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan orang tua tentang cara penanganan
kurang gizi pada balita di Puskesmas Batakte Kelurahan Batakte
Kecamatan Kupang Barat.
3. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan orang tua tentang cara pencegahan
kurang gizi pada balita di Puskesmas Kelurahan Batakte Kecamatan
Kupang Barat.
D. MANFAAT PENILITIAN
1. Bagi Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dalam proses
belajar mengajar dan metodologi pengetahuan.
2. Bagi Intitusi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk meningkatkan
pengetahuan tentang perawatan pada anak dengan kurang gizi.
3. Bagi Penelitian Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahun dan wawasan
untuk melakukan penelitian selanjutnya.
E. KEASLIAN PENELITIAN
Penelitian tentang survey tingkat pengetahuan orang tua tentang kurang gizi pada
anak sebelumnya sudah pernah diteliti. Namun peneliti mengambil sasaran
penelitian yang berbeda dari peneliti sebelumnya. Peneliti sebelumnya lebih
memfokuskan pada faktor – faktor yang mempengaruhi kurang gizi pada anak
SD kelas 5 di SD Inpres Sungkaen Naimata, tahun 2009. Sedangkan peneliti
sekarang lebih memfokuskan pada tingkat pengetahuan orang tua tentang upaya
penanganan dan pencegahan kurang gizi pada balita di Puskesmas Kelurahan
Batakte Kecamatan Kupang Barat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian,
penyebab, tanda
dan gejala serta
Faktor – faktor yang klasifikasi
mempengaruhi
pengetahuan :
Pengetahuan
• Tingkat Penanganan
orang tua tentang
pendidikan
kurang gizi pada
• Informasi dari balita
tenaga kesehatan Pencegahan
• Pekerjaan
• Media masa
Keterangan :
: Diteliti
: Tidak diteliti
BAB III
METODE PENELITIAN
A. JENIS DAN
RANCANGAN PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain atau rancangan
metode survei untuk menjawab pertanyaan riset sejauhmana tingkat pengetahuan
orang tua tentang kurang gizi pada balita di Puskesmas Batakte Kelurahan
Batakte Kecamatan Kupang Barat.
B. POPULASI DAN
SAMPEL
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan dari suatu variabel yang menyangkut masalah
yang diteliti ( Nursalam, 2003 ). Dalam penelitian ini populasi yang diambil
adalah ibu dari balita – balita yang mengalami kurang gizi di Puskesmas
Batakte Kelurahan Batakte Kecamatan Kupang Barat yang berjumlah 24
orang.
2. Sampel
Sampel adalah elemen – elemen populasi yang dipilih atas dasar kemampuan
mewakilinya (Danim Sudirmaan, 2003). Sampel yang dimambil adalah total
populasi.
C. LOKASI DAN WAKTU
PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Batakte Kelurahan Batakte Kupang Barat
pada bulan September 2009
D. VARIABEL
PENELITIAN DAN DEVENISI OPERASIONAL
Variabel penelitian ini adalah variabel tunggal
Variabel Defenisi Operasional Alat Ukur Skala Skor
Variabel tunggal Apa yang diketahui orang Kuisioner Ordinal Benar : 1
yaitu tingkat tua tentang cara Salah : 0
pengetahuan orang perawatanan anak dengan
tua tentang gizi buruk mengenai
penanganan anak pengertian kurang gizi,
dengan kurang gizi penyebab kurang gizi, tanda
dan gejala, penanganan dan
pencegahan
E. INSTRUMEN
PENELITIAN
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner yang berbentuk
multiple choise dengan jumlah pertanyaan sebanyak 15 pertanyaan, untuk
mengetahui pengetahuan tentang kurang gizi terdapat pada nomor 1-5,
penanganan kurang gizi pada nomor 6-11 dan pertanyaan tentang pencegahan
kurang gizi terdapat pada nomor 12-15.
F. CARA
PENGUMPULAN DATA
Penelitian ini dilakukan setelah mendapat persetujuan dari Direktur, Ketua Prodi
dan Kepala Puskesmas lalu peneliti akan membagikan kuisioner dengan terlebih
dahulu menjelaskan tujuan penelitian, bila responden setuju menjadi subjek
penelitian maka mereka diberi lembar persetujuan untuk ditandatangani setelah
peneliti membagikan kuisioner, setelah diisi diambil kembali untuk analisa dan
pengumpulan data.
G. PENGOLAHAN DATA
DAN ANALISA DATA
Pengolahan dan analisa data dilakukan secara manual dengan presentase, dimana
item yang diobservasi dibuat dalam masing – masing tabel dan dipresentasikan
kemudian dianalisa secara deskriptif dan dibuat kesimpulan tentang tingkat
pengetahuan ibu dari balita – balita mengenai cara perawatan anak dengan
kurang gizi di Puskesmas Batakte Kelurahan Batakte Kupang Barat dengan skor
sebagai berikut : kategori baik nilainya 3 dengan rentang 80 – 100 %, cukup nilai
2 dengan rentang 60 – 79 %, dan kurang nilainya 1 dengan rentang < 60 %.
H. ETIKA PENELITIAN
Pengumpulan data dilakukan setelah mendapat surat ijin dari Ketua Prodi
keperawatan Kupang, setelah itu peneliti akan melaporkan diri ke Kepala
Puskesmas Batakte di Kelurahan Batakte Kecamatan Kupang Barat, kemudian
peneliti menghubungi responden dengan menjelaskan tujuan dan manfaat
penelitian, apabila responden setuju maka peneliti memberikan lembaran
informed concsent untuk ditandatangani.
I. PENELITIAN
Bulan / Tahun 2009 - 2010
No Kegiatan
Des Jan Feb Mar Apr
1. Konsultasi judul
2. Pengumpulan materi
3. Penyusunan proposal
4. Konsultasi proposal
5. Seminar proposal
6. Pengumpulan data
7. Konsultasi hasil penelitian
8. Penulisan KTI akhir
9. Seminar hasil
J. ORGANISASI
PENELITIAN
1. Peneliti
Nama : Maria Natalia Reko
NIM : PO. 0320107214
2. Pembimbing I
Nama : Ns.Emilia Erningwati Akoit, SKep
NIP :
K. BIAYA PENELITIAN
Rencana biaya penelitian yang dilakukan sepenuhnya ditanggung oleh peneliti
sendiri dengan perincian sebagai berikut :
Alat tulis kantor Rp. 100.000
Biaya Penelitian Rp. 200.000
Transportasi Rp. 150.000
Lain-lain Rp. 50.000
Jumlah Rp. 500.000
Lampiran III
KUESIONER
Survey Tingkat Pengetahuan Orang Tua Tentang Kurang Gizi Pada Balita Di
Puskesmas Batakte Kelurahan Batakte Kecamatan Kupang Barat
Nama Responden : ..................................
Umur : ..................................
Pendidikan : ..................................
Pekerjaan : ..................................
Penghasilan perbulan : ..................................
Nama Anak : ..................................
Usia Anak : ..................................
Pengasuh : ..................................
Petunjuk Pengisian Kuesioner
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memberi tanda silang ( X ) pada jawaban
yang dianggap paling benar
1. Konsep Pengetahuan
1) keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan
protein dalam makanan sehari – hari sehingga tidak memenuhi Angka
Kecukupan Gizi ( AKG ), ini merupakan pengertian dari : ...................
a) Gizi baik
b) Marasmus
c) Kurang energi protein
d) Kwashiorkor
2) Kondisi kurang gizi dapat disebabkan oleh : ...................
a) Mengkonsumsi makanan yang banyak
b) masukan (intake) energi dan protein yang kurang dalam waktu yang
cukup lama
c) masukan (intake) energi dan protein yang berlebihan dalam waktu yang
cukup lama
d) Mengkonsumsi 4 sehat 5 sempurna
3) Tanda – tanda klinis dari kurang energi-protein (KEP) adalah, kecuali : ..........
a) jaringan lemak mulai terasa lunak dan otot – otot daging tidak kencang
b) Penyusutan otot (wasted) mudah terlihat pada bagian lengan atas dan
bahu bagian atas dan bahu bagian belakang
c) Badan anak menjadi sehat dan segar
d) Perkembangan kepandaian lebih lambat dari pada yang normal
4) Wajah anak biasanya seperti orang tua, otot tampak menyusut
( wasted ), lembek, dan ini dapat dilihat pada paha dan lengan atas, ini
merupakan ciri – ciri dari anak yang mengalami penyakit : ...................
a) Marasmus
b) Gizi baik
c) Kurang energi protein
d) Kwashiorkor
5) Pertumbuhan anak terhambat, terjadi pembengkakkan (oedema)
terutama pada kaki bagian bawah dan wajah berbentuk bulan (moon face),
warna rambut biasanya berubah menjadi coklat kemerah – merahan ( pirang )
atau abu – abu dan mudah sekali lepas, ini merupakan ciri – ciri dari anak
yang mengalami penyakit : ...................
a) Marasmus
b) Gizi baik
c) Kurang energi protein
d) Kwashiorkor
2. Cara Penanganan Kurang Gizi Pada Balita
6) Penanganan kurang gizi dapat dilakukan dengan meningkatkan
konsentrasi energi dan natrium dalam makanan anak yang bersangkutan dan
memberikan anak makan lebih sering / disela waktu makan. Ini merupakan
sala satu cara untuk menangani masalah kurang gizi pada balita dengan :
...................
a) KEP ( Kurang Energi Protein ) ringan
b) KEP ( Kurang Energi Protein ) ringan dan sedang
c) KEP ( Kurang Energi Protein ) dan sedang
d) KEP ( Kurang Energi Protein) berat
7) Menelusuri latar belakang dan memeriksa adanya anemia berat.,
memeriksa tingkat dehidrasi dan cara perawatannya dan memeriksa ada
tidaknya infeksi parasit dan cara perawatannya. Ini merupakan sala satu cara
untuk menangani masalah kurang gizi pada balita dengan : ...................
a) KEP ( Kurang Energi Protein ) ringan
b) KEP ( Kurang Energi Protein ) ringan dan sedang
c) KEP ( Kurang Energi Protein ) dan sedang
d) KEP ( Kurang Energi Protein) berat
8) Untuk tingkat puskesmas penentuan Kurang Eneregi Protein
( KEP ) yang dilakukan dengan menimbang BB anak dibandingkan dengan
umur dan menggunakan : ...................
a) KSM dan Tabel BB/U Baku Median WHO-NCHS
b) MSK dan Tabel BB/U Baku Median WHO-NCHS
c) Kartu Menuju Sehat ( KMS ) dan Tabel BB/U Baku Median WHO-
NCHS
d) SMK dan Tabel BB/U Baku Median WHO-NCHS
9. Hasil penimbangan berat badan pada Kartu Menuju Sehat ( KMS )
terletak pada pita warna kuning, pernyataan ini untuk balita
dengan : ...................
a) KEP ( Kurang Energi Protein ) ringan
b) KEP ( Kurang Energi Protein ) ringan dan sedang
c) KEP ( Kurang Energi Protein ) dan sedang
d) KEP ( Kurang Energi Protein) berat
10. Hasil penimbangan berat badan pada Kartu Menuju Sehat ( KMS )
terletak di Bawah Garis Merah (BGM), pernyataan ini untuk balita
dengan : ...................
a) KEP ( Kurang Energi Protein ) ringan
b) KEP ( Kurang Energi Protein ) ringan dan sedang
c) KEP ( Kurang Energi Protein ) dan sedang
d) KEP ( Kurang Energi Protein) berat
11. Hasil penimbangan BB / U < 60% baku median WHO – NCHS,
pernyataan ini untuk balita dengan : ...................
a) KEP ( Kurang Energi Protein ) ringan
b) KEP ( Kurang Energi Protein ) ringan dan sedang
c) KEP ( Kurang Energi Protein ) dan sedang
d) KEP ( Kurang Energi Protein) berat
3. Cara Pencegahan Kurang Gizi Pada Balita
12. Cara pencegahan kurang gizi pada balita dengan cara,
kecuali : ...................
a) Pengaturan makanan yang salah
b) Pengaturan makanan yang tepat dan benar
c) Pemberian imunisasi terhadap beberapa
penyakit seperti penyakit TBC, campak, polio, dan sebagainya harus
dilakukan sesuai waktu
d) Pemeliharaan hygiene dan sanitasi
lingkungan sangat penting sebagai upaya pencegahan infeksi
13. Pengaturan makanan anak usia di bawah 5 tahun mencakup aspek
pokok yaitu : ...................
a) Pemberian imunisasi terhadap beberapa penyakit seperti penyakit TBC,
campak, polio, dan sebagainya harus dilakukan sesuai waktu
b) Pemanfaatan ASI secara tepat dan benar dan pemberian makanan
pendamping ASI dan makanan sapihan serta makanan setelah usia
setahun
c) Pemeliharaan hygiene dan sanitasi lingkungan sangat penting sebagai
upaya pencegahan infeksi
d) Pengaturan makanan yang salah
14) Kebutuhan energi dan protein bagi balita yang berusia 0 – 3 bulan
membutuhkan energi dan protein dalam jumlah : ...................
a) Kebutuhan energi ( Kal ) : 1350 dan Protein ( Gr ) : 28
b) Kebutuhan energi ( Kal ) : 1135 dan Protein ( Gr ) : 23
c) Kebutuhan energi ( Kal ) : 970 dan Protein ( Gr ) : 19
d) Kebutuhan energi ( Kal ) : 492 dan Protein ( Gr ) : 10
15) Kebutuhan energi dan protein bagi balita yang berusia 10 – 12
bulan membutuhkan energi dan protein dalam jumlah : ...................
a) Kebutuhan energi ( Kal ) : 1350 dan Protein ( Gr ) : 28
b) Kebutuhan energi ( Kal ) : 970 dan Protein ( Gr ) : 19
c) Kebutuhan energi ( Kal ) : 1135 dan Protein ( Gr ) : 23
d) Kebutuhan energi ( Kal ) : 492 dan Protein ( Gr ) : 10