Professional Documents
Culture Documents
Pendahuluan
Latar Belakang
Perjalanan proses pembangunan tak selamanya mampu meberikan hasil sesuai
dengan apa yang diharapkan oleh masyarakat di pedesaan. Pembangunan yang dilakukan
di masyarakat desa akan menimbulkan dampak social dan budaya bagi masyarakat.
Pendapat ini pada berlandaskan pada asumsi pembangunan itu adalah proses perubahan
(sosial dan budaya). Selain itu masyarakat pedesaan tidak dapat dilepaskan dari unsure-
unsur pokok pembangunan itu sendiri, seperti teknologi dan birokrasi.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Mengapa teknologi dapat berpengaruh terhadap perubahan sosial di pedesaan?
2. Mengapa kebijakan birokrasi dapat berpengaruh secara multidimensional terhadap
kondisi sosial masyarakat pedesaan?
3. Mengapa kebijakan birokrasi dapat gagal dalam pembangunan masyarakat pedesaan?
Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh teknologi terhadap perubahan sosial di pedesaan?
2. Untuk mengetahui pengaruh secara multidimensional terhadap kondisi
sosial masyarakat pedesaan yang diakibatkan oleh kebijakan birokrasi
3. Untuk mengetahui kegagalan kebijakan birokrasi dalam pembangunan masyarakat
pedesaan.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Demokrasi merupakan suatu bentuk tatanan politik yang dihasilkan oleh revolusi
oleh kaum borjuis. Pembangunan ekonomi pada negara dengan tatanan politik demokrasi
hanya dilakukan oleh kaum borjuis yang terdiri dari kelas atas dan kaum tuan tanah.
Masyarakat petani atau kelas bawah hanya dipandang sebagai kelompok pendukung saja,
bahkan seringkali kelompok bawah ini menjadi korban dari pembangunan ekonomi yang
dilakukan oleh negara tersebut. Terdapat pula gejala penhancuran kelompok masyarakat
bawah melalui revolusi atau perang sipil. Negara yang mengambil jalan demokrasi dalam
proses transformasinya adalah Inggris, Perancis dan Amerika Serikat.
Komunisme lahir melalui revolusi kaun proletar sebagai akibat ketidakpuasan atas
usaha eksploitatif yang dilakukan oleh kaum feodal dan borjuis. Perjuangan kelas yang
digambarkan oleh Marx merupakan suatu bentuk perkembangan yang akan berakhir pada
kemenangan kelas proletar yang selanjutnya akan mwujudkan masyarakat tanpa kelas.
Perkembangan masyarakat oleh Marx digambarkan sebagai bentuk linear yang mengacu
kepada hubungan moda produksi. Berawal dari bentuk masyarakat primitif (primitive
communism) kemudian berakhir pada masyarakat modern tanpa kelas (scientific
communism). Tahap yang harus dilewati antara lain, tahap masyarakat feodal dan tahap
masyarakat borjuis. Marx menggambarkan bahwa dunia masih pada tahap masyarakat
borjuis sehingga untuk mencapai tahap “kesempurnaan” perkembangan perlu dilakukan
revolusi oleh kaum proletar. Revolusi ini akan mampu merebut semua faktor produksi
dan pada akhirnya mampu menumbangkan kaum borjuis sehingga akan terwujud
masyarakat tanpa kelas. Negara yang menggunakan komunisme dalam proses
transformasinya adalah Cina dan Rusia.
BAB III
ISI
Pada masa pembangunan ini, baik itu setelah Indonesia merdeka maupun orde
baru, desa secara teus menerusmengalami perubahan sosial. Masyarakat desa menerima
dan menggunakan hasilpenemuan atau peniruan teknologi khususnyadi bidang pertanian,
yang merupakan orientasi utama pembangunan di Indonesia. Penerimaan terhadap
teknologi baik itu dipaksakan ataupun inisiatif agen-agen perubah, tidak terelakkan lagi
akan mempengaruhi perilaku sosial (social behavior) dalam skala atau derajat yang besar.
Lebih dari itu, introduksi teknologi yang tidak tepat mempunyai implikasi terhadap
perubahan sosial, yang kemudian akan diikuti dan diketahui akibatnya. Contohnya, ketika
teknologi berupa traktor atau mesin penggilingan padi awal gerakan revolusi hijau sekitar
tahun60-an masuk ke desa, banyak buruh tanidi pedesaan jadi pengangguran akibat
tenaganya tergantikan oleh mesin-mesin traktor.
Teknologi yang masuk ke desa tersebut banyak dikuasai oleh golongan ekonomi
kelas atas dan menengah di desa. Golongan tersebut dengan pendirinya akan menentukan
pasaran kerja di desa. Keadaan demikian akan menggeser peranan pemilik ternak kerbau
atausapi sebagai sumber tenaga kerja pengolah sawah.
Hal di atas juga sangat besar pengaruhnya terhadap interaksi, sebab melalui
teknologi aktivitas kerja menjadi lebih sederhana dan serba cepat. Hubungan antara
sesame pekerja menjadi bersifat impersonal, sebab setiap pekerja bekerja menurut
keahliannya masing-masing (spesialis). Hal ini berbeda dengan kegiatan pekerjaan yang
tanpa teknologi, tidak bersifat spesialis dimana setiap orang dapat saling membantu
pekerjaan, tidak dituntut keahlian tertentu.
Gambaran serupa tampak pada tulisan Hefner, Jellinek dan Summers. Kebijakan
pemerintah yang mengacu pada model modernisasi selalu menekankan pada
pembangunan ekonomi yang merubah moda produksi dari pertanian menuju industri.
Pembangunan ekonomi yang berorientasi pada kapitalisme membawa dampak pada
kehidupan di tingkat komunitas.
Untuk perlu pertimbangan yang matang dan pisau analisis yang tajam bagi
pemerintah untuk mengeluarkan kebijakan pembangunan khususnya pertanian di
pedesaan. Agar tidak merusak tatanan sosial masyarakat dan lingkungan sekitarnya.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Saran
Penulis mencoba menawarkan saran sebagai tindak lanjut dari permasalahan yang
ada berupa :
a. Paradigma pembangunan tidaklah mesti berladaskan pada pertumbuhan sektoral,
akan tetapi pemerataan dari segala aspek, mulai dari pendidikan, ekonomi, dan
teknologi agar tidak terjadi ketidak stabilan sosial masyarakat
b. Kebijakan pemerintah dalam pembangunan mestinya berlandaskan pada kebutuhan
masyarakat dan tidak bersifat sentralistik, akan tetapi merata di seluruh pelosok
c. Kemandirian masyarakat tani perlu ditingkatkan dalam menggali potensi mereka,
sehingga pola interaksi tetap berjalan dengan baik dan nilai kerjasama anatar
masyarakat tetap terjaga.