Professional Documents
Culture Documents
Berkemajuan
Oleh:
Arif Satria
Dekan Fakultas Ekologi Manusia IPB
Adha pada hari ini. Marilah kita wujudkan rasa syukur kita dengan selalu
meningkatkan kualitas taqwa kita kepada Allah swt, karena derajat kita di
mata Allah semata-mata hanya karena kualitas ketaqwaan. Pada pagi ini,
khotib ingin mengajak Jamaah sekalian pada sebuah tema yakni
Mentalitas Berkorban : Modal Spiritual dan Modal Sosial Untuk
Berkemajuan. Tema ini penting untuk disajikan seiring dengan dinamika
bangsa yang kini tengah mengalami sejumlah masalah dan tantangan, baik
dalam bidang ekonomi, lingkungan, politik, maupun sosial budaya.
Idul Adha identik dengan Idul Qurban yang mengingatkan kita kepada
sebuah peristiwa sejarah penting yang menunjukkan pelajaran
amat
diabadikan
dalam
ritual
SaI
saat
ibadah
haji
dan
telah
membuahkan
hasil
bahwa
Allah
kemudian
untuk
berkurban
dengan
menyembelih
domba
atau
kemarau panjang yang kini makin lama. Hujan telah menjadi barang amat
mahal yang dinanti-nantiapalagi bagi saudara-saudara kita yang kini
ditimpa musibah asap akibat kebakaran hutan. Kesabaran mestinya kita
tunjukkan saat kita menghadapi ujian berupa hujan lebat tiada henti disertai
badai topan. Jepang baru-baru ini dihadapkan pada bencana badai taifu
membuat banjir melanda kota dan membuat ribuan orang mengungsi.
Begitu pula tsunami yang menimpa Amerika Latin. Air di satu tempat
menjadi berkah, di tempat lain dianggap menjadi musibah. Air di satu
tempat dinanti-nanti, dan di tempat lain justru diminta untuk pergi.
Kesabaran kolektif juga kita tunjukkan saat kita kini menghadapi depresiasi
rupiah, melambatnya pertumbuhan ekonomi, gejolak politik, maupun
gejolak social lainnya. Tanpa kesabaran kolektif maka yang akan terjadi
adalah kepanikan, dan keputusan-keputusan penting yang dibuat dalam
suasana panik akan berbuntut panjang, karena bisa saja keputusan yang
dimunculkan malah memperkeruh suasana dan tidak menyelesaikan
persoalan.
Namun demikian, kesabaran kolektif bukanlah sebuah sikap pasif,
melainkan sebuah sikap proaktif.Kesabaran kolektif bukanlah bentuk
kepasrahan tanpa aksi, melainkan situasi jiwa kolektif kita yang penuh
kesadaran bahwa Allah tengah menguji sejauhmana kita mampu
mengerahkan
daya
upaya
secara
maksimal
untuk
menyelesaikan
persoalan-persoalan tersebut.
Kesabaran yang ditunjukkan Ibrahim, Ismail, dan Siti Hajar bukanlah dalam
bentuk kepasrahan tanpa aksi.Siti hajar harus bekerja keras untuk mencari
air hingga setelah tujuh kali berlari antara bukit sofa dan marwa sehingga
akhirnya Allah memberi jalan dengan mengaruniai air zam-zam.Kerja
individual Siti Hajar seperti itu harus kita transformasi menjadi sebuah kerja
kolektif untuk konteks kekinian.Artinya, sekali lagi kita harus tunjukkan
kesabaran kolektif kita dengan kerja keras, kerja cerdas, dan kerja ikhlas
secara kolektif. Dimensi transendental kesabaran kolektif kita ini bisa kita
tunjukkan melalui kerja ikhlas. Kerja ikhlas adalah sebuah kerja karena
sebuah panggilan (as a calling).Kerja ikhlas adalah kerja yang dimaknai
sebagai ibadahyang senantiasa mencari ridho Allah swt.
Kerja keras dan ikhlas secara kolektif harus terus kita tingkatkan sebagai
wujud kesabaran kita untuk perubahan yang lebih baik. Hal ini karena
Allah telah menegaskan bahwa perubahan hanya bisa terjadi bila kita mau
dan mampu mengubahnya sendiri. Sebagaimana firman Allah Swt pada
QS Ar-Rad: 11
Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan
di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah.Sesungguhnya Allah tidak
merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada
diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum,
maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka
selain Dia.di
Itulah janji Allah bahwa semangat berbagi sebenarnya bukanlah cost atau
biaya melainkan sebuah investasi. Hasil investasi dari kemurahan hati kita
akan dibayar lunas oleh Allah baik di dunia maupun di akhirat. Bahkan
orang yang selalu memberi akan dijanjikan selalu mendapat kemudahan,
sebagaimana firman Allah dalam Surah Al-Lail: 5-21
(5) Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, (6) dan
membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), (7) maka Kami kelak akan
menyiapkan baginya jalan yang mudah.