Professional Documents
Culture Documents
Topeng Cirebon yang semula berpusat di Keraton-keraton, kini tersebar di lingkungan rakyat
petani pedesaan. Dan seperti umumnya kesenian rakyat, maka Topeng Cirebon juga dengan
cepat mengalami transformasi-transformasi. Proses transformasi itu berakhir dengan
keadaannya yang sekarang, yakni berkembangnya berbagai gaya Topeng Cirebon, seperti
Losari, Selangit, Kreo, Palimanan serta berkembang di pelosok-pelosok Kecamatan antara
lain : Klangenan, Plumbon serta Arjawinangun, sedangkan di Kota Cirebon sendiri sudah
tergeserkan oleh kesenian yang lebih modern. Namun demikian masih terlihat adanya kultur
Kraton yang mengajarkan adab kebangsawanan dalam pementasannya yang berbaur
dengan kultur rakyat yang sederhana dilihat dari pakaian yang dikenakan para penarinya.
Dalam pengangkatan ceritera dalam pementasan adalah ceritera Panji dalam lima siklus
karakter kehidupan, antara lain :
1. Panjitahap kelahiran,
2. Samba ( Pamindo )tahap kanak-kanak,
3. Rumyangtahap dewasa,
4. Tumenggung ( Patih ) tahap memperoleh kedudukan dalam masyarakat,
5. Ruwana ( Rahwana ) dan Klanatahap manusia yang telah dikuasai berbagai nafsu.
TOPENG JOGJA
Dalam pagelaran Wayang Wong yang di ciptakan oleh Hamengku Bhuwono I ( 1755-1792 )
dalam pengekspresian karakter gerak tari tokoh-tokoh wayang untuk peran kera dan
raksasa dalam pentas Ramayana maupun Mahabharata pemainnya dilengkapi dengan
pemakaian topeng, sedangkan untuk tokoh satria dan wanita tidak mengenakan topeng.
Dalam pementasan Wayang Orang Gedog punakawan Pentul dan Tembem mengenakan
topeng separuh muka sehingga dapat berdialog secara leluasa tanpa mengangkat topeng.
Lain halnya dengan pementasan ceritera Panji para pemainnya mengenakan topeng dengan
cara agak direnggangkan sedikit sehingga pemain dapat mengucapkan antawacananya.
Pada topeng gaya Yogyakarta kumis dibuat dengan cara menyungging warna hitam
TOPENG SURAKARTA
Topeng gaya Surakarta hampir sama dengan gaya Yogyakarta hanya terdapat perbedaan
pada kumisnya yang terbuat dari bulu. Tokoh punakawan Bancak dan Doyok juga
mengenakan topeng separuh muka seperti gaya Yogyakarta
TOPENG MALANG
TOPENG BALI
Di Bali topeng juga adalah suatu bentuk dramatari yang semua pelakunya mengenakan
topeng dengan cerita yang bersumber pada cerita sejarah yang lebih dikenal dengan Babad.
Dalam membawakan peran-peran yang dimainkan, para penari memakai topeng bungkulan
(yang menutup seluruh muka penari), topeng sibakan (yang menutup hanya sebagian muka
dari dahi hingga rahang atas termasuk yang hanya menutup bagian dahi dan hidung).
Semua tokoh yang mengenakan topeng bungkulan tidak perlu berdialog langsung,
sedangkan semua tokoh yang memakai topeng sibakan memakai dialog berbahasa kawi dan
Bali.
Tokoh-tokoh utama yang terdapat dalam dramatari Topeng terdiri dari Pangelembar (topeng
Keras dan topeng tua), Panasar (Kelihan - yang lebih tua, dan Cenikan yang lebih kecil),
Ratu (Dalem dan Patih) dan Bondres (rakyat). Jenis-jenis dramatari topeng yang ada di Bali
adalah :
1. Topeng Pajeganyang ditarikan oleh seorang aktor dengan memborong semua tugas-tugas
yang terdapat didalam lakon yang dibawakan.
2. Topeng Sidakarya Di dalam topeng Pajegan ada topeng yang mutlak harus ada, yakni
topeng Sidakarya. Oleh karena demikian eratnya hubungan topeng Pajegan dengan upacara
keagamaan, maka topeng ini pun disebut Topeng Wali. Dramatari Topeng hingga kini masih
ada hampir diseluruh Bali
3. Topeng Pancayang dimainkan oleh empat atau lima orang penari yang memainkan