You are on page 1of 11

Sejarah Candi Borobudur

Borobudur dibangun sekitar tahun 800 Masehi atau abad ke-9. Candi Borobudur dibangun oleh
para penganut agama Buddha Mahayana pada masa pemerintahan Wangsa Syailendra. Candi
ini dibangun pada masa kejayaan dinasti Syailendra. Pendiri Candi Borobudur yaitu Raja

Kesimpulan tersebut di atas itu ternyata sesuai benar dengan dengan kerangka
sejarah Indonesia pada umumnya dan juga sejrah yang berada di daerah jawa
tengah paa khususnya periode antara abad ke – 8 dan pertengahan abad ke – 9 di
terkenal dengan abad Emas Wangsa Syailendra kejayaan ini di tandai di bangunnya
sejumlah besar candi yang di lereng – lereng gunung kebanyakan berdiri khas
bangunan hindu sedangkan yang bertebaran di dataran – dataran adaaalah khas
bangunan Budha tapi ada juga sebagian khas Hindu
Dengan demikian dapat di tarik kesimpulan bahwa Candi Borobudur di bangun oleh
wangsa Syailendra yang terkenal dalam sejarah karena karena usaha untuk
menjungjung tinggi dan mengagungkan agama Budha Mahayana.

Borobudue yang menjadi keajaiban dunia menjulang tinggidi antara dataran rendah
di sekelilingnya
Tidak akan pernah mamasuk akal mereka melihat karya seni terbesar yang
merupakan hasil karya sangat mengagumkan dan tidak lebih masuk akal lagi bila di
katakan Candi Borobudur pernah mengalami kerusakan
Memang demikian keadaannya Candi Borobudur terlupakan selama tenggang
waktu yang cukup lama bahkan sampai berabad – abad bangunan yang begitu
megahnya di hadapkan pada proses kehancuran. Kira – kira hanya 150 tahun Candi
Borobudur di gunakan sebagai pusat Ziarah, waktu yang singkat di bandingkan
dengan usianya ketika pekerja menghiasi / membangun bukit alam Candi
Borobudur dengan batu – batu di bawah pemerintahan yang sangat terkenal yaitu
SAMARATUNGGA, sekitar tahun 800 – an dengan berakhirnya kerajaan Mataram
tahu 930 M pusat kehidupan dan kebudayaan jawa bergeser ke timur
Demikian karena terbengkalai tak terurus maka lama – lama di sana – sini tumbuh
macam – macam tumbuhan liar yang lama kelamaan menjadi rimbun dan menutupi
bangunannya. Pada kira – kira abad ke – 10 Candi Borobudur terbengkalai dan
terlupakan.
Baru pada tahun 1814 M berkat usaha Sir Thomas Stamford Rafles Candi Borobudur
muncul dari kegelapan masa silam. Rafles adalah Letnan Gubernur Jendral Inggris,
ketika Indonesia di kuasai / di jajah Inggris pada tahun 1811 M – 1816 M.
Pada tahun 1835 M seluruh candi di bebaskan dari apa yang menjadi penghalang
pemandangan oleh Presiden kedua yang bernama Hartman, karen begitu
tertariknya terhadap Candi Borobudur sehingga ia mengusahakan pembersihan
lebih lanjut, puing –puing yang masih menutupi candi di sigkirkan dan tanah yang
menutupi lorong – lorong dari bangunan candi di singkirkan semua shingga candi
lebih baik di bandingkan sebelumnya.

C. Penyelamatan I

Semenjak Candi Borobudur di temukan dimulailah usaha perbaikan dan pemugaran


kembali bangunan Candi Borobudur mula – mula hanya dilakukan secara kecil –
kecilan serta pembuatan gambar – gambar dan photo – photo reliefnya. Pemugaran
Candi Borobudur yang pertam kali di adakan pada tahun 1907 M – 1911 M di bawah
pimpinan Th Van erf dengan maksudnya adalah untuk menghindari kerusakan –
kerusakan yang lebih besar lagi dari bangunan Candi Borobudur walaupun banyak
bagian tembok atau dinding – dinding terutam tingkat tiga dari bawah sebelah
Barat Laut, Utara dan Timur Laut yang masih tampak miring dan sangat
mengkhawatirkan bagi para pengunjungmaupun bangunannya sendiri namun
pekerjaan Van Erp tersebut untuk sementara Candi Borobudur dapat dsi
selamatkan dari kerusakan yang lebih besar.
Mengenai gapura – gapura hanya beberapa saja yang telah di kerjakan masa itu
telah mengembalikan kejayaan masa silam, namun juga perlu di sadari bahwa
tahun – tahun yang di lalui borobudur selama tersembunyi di semak – semak secara
tidak langsung telah menutupi adan melindungi dari cuaca buruk yang mungkin
dapat merusak bangunan Candi Borobudur, Van Erp berpendapat miring dan
meleseknya dinding – dinding dari bangunan itu tidak sangat membahayakan
bangunan itu, Pendapat itu sampai 50 tahun kemudian memang tidak salah akan
tetapi sejak tahun 1960 M pendapat Tn Vanerf itu mulai di ragukan dan di
khawatirkan akan ada kerusakan yang lebih parah.

Pemugaran Candi Borobudur di mulai tanggal 10 Agustus 1973 prasati dimulainya


pekerjaan pemugaran Candi Borobudur terletak di sebelah Barat Laut Menghadap
ke timur karyawan pemugaran tidak kurang dari 600 orang diantaranya ada tenaga
– tenaga muda lulusan SMA dan SIM bangunan yang memang diberikan pendidikan
khususnya mengenai teori dan praktek dalam bidang Chemika Arkeologi ( CA ) dan
Teknologi Arkeologi ( TA )
Teknologi Arkeologi bertugas membongkar dan memasang batu - batu Candi
Borobudur sedangkan Chemika Arkeologi bertugas membersihkan serta
memperbaiki batu – batu yang sudah retak dan pecah, pekerjaan – pekerjan di atas
bersifat arkeologi semua di tangani oleh badan pemugaran Candi Borobudur,
sedangkan pekerjaan yang bersifat teknis seperti penyediaan transportasi
pengadaaan bahan – bahan bangunan di tangani oleh kontraktor ( PT NIDYA KARYA
dan THE CONTRUCTION AND DEVELOPMENT CORPORATION OF THE FILIPINE ).
Bagian – bagian Candi Borobudur yang di pugar ialah bagian Rupadhatu yaitu
tempat tingkat dari bawah yang berbentuk bujur sangkar sedangkan kaki Candi
Borobudur serta teras I, II, III dan stupa induk ikut di pugar pemugaran selesai pada
tanggal 23 Februari 1983 M di bawah pimpinan DR Soekmono dengan di tandai
sebuah batu prasati seberat + 20 Ton.
Prasasti peresmian selesainya pemugaran berada di halaman barat dengan batu
yang sangat besar di buatkan dengan dua bagian satu menghadap ke utara satu
lagi menghadap ke timur penulisan dalam prasasti tersebut di tangani langsung
oleh tenaga yang ahli dan terampil dari Yogyakarta yang bekerja pada proyek
pemugaran Candi Borobudur.

a. Uraian Banguan Candi Borobudur


Candi Borobudur di bangun mengunakan batu Adhesit sebanyak 55.000 M3
bangunan Candi Borobudur berbentuk limas yang berundak – undak dengan tangga
naik pada ke – 4 sisinya ( Utara, selatan, Timur Dan Barat ) pada Candi Borobudur
tidak ada ruangan di mana orang tak bisa masuk melainkan bisa naik ke atas saja.
Lebar bangunan Candi Borobudur 123 M
Panjang bangunan Candi Borobudur 123 M
Pada sudut yang membelok 113 M
Dan tinggi bangunan Candi Borobudur 30.5 M
Pada kaki yang asli di di tutup oleh batu Adhesit sebanyak 12.750 M3 sebagai
selasar undaknya.
Candi Borobudur merupakan tiruan dari kehidupan pada alam semesta yang terbagi
ke dalam tiga bagian besar di antaranya :
1. Kamadhatu: Sama dengan alam bawah atau dunia hasrat dalam dunia ini
manusia terikat pada hasrat bahkan di kusai oleh hasrat kemauan dan hawa nafsu,
Relief – relief ini terdapat pada bagian kaki candi asli yang menggambarkan adegan
– adegan Karmawibangga ialah yang melukiskan hukum sebab akibat.
2. Rupadhatu: Sama dengan alam semesta antara dunia rupa dalam hal manusia
telah meninggalkan segala urusan keduniawian dan meninggalkan hasrat dan
kemauan bagian ini terdapat pada lorong satu sampai lorong empat
3. Arupadhatu: Sama dengan alam atas atau dunia tanpa rupa yaitu tempat para
dewa bagian ini terdapat pada teras bundar ingkat I, II, dan III beserta Stupa Induk.
b. Patung
Di dalam bangunan Budha terdapat patung – patung Budha berjumlah 504 buah
diantaranya sebagai berikut:
Patung Budha yang terdapat pada relung – relung : 432 Buah
Sedangkan pada teras – teras I, II, III berjumlah : 72 Buah
Jumlah : 504 Buah

Agar lebih jelas susunan – susunan patung Budha pada Budha sebagai berikut:
1. Langkah I Teradapat : 104 Patung Budha
2. Langkah II Terdapat : 104 Patung Budha
3. Langkah III Terdapat : 88 Patung Budha
4. Langkah IV Terdapat : 22 Patung Budha
5. Langkah V Terdapat : 64 Patung Budha
6. Teras Bundar I Terdapat : 32 Patung Budha
7. Teras Bundar II Terdapat : 24 Patung Budha
8. Teras Bundar III Terdapat : 16 Patung Budha
Jumlah : 504 Patung Budha
Sekilas patung Budha itu tampak serupa semuanya namun sesunguhnya ada juga
perbedaannya perbedaan yang sangat jelas dan juga yang membedakan satu sama
lainya adalah dalam sikap tangannyayang di sebut Mudra dan merupakan ciri khas
untuk setiap patung sikap tangan patung Budha di Candi Borobudur ada 6 macam
hanya saja karena macam oleh karena macam mudra yang di miliki menghadap
semua arah (Timur Selatan Barat dan Utara) pada bagian rupadhatu langkah V
maupun pada bagian arupadhatu pada umumnya menggambarkan maksud yang
sama maka jumlah mudra yang pokok ada 5 kelima mudra it adalah Bhumispara –
Mudra Wara – Mudra, Dhayana – Mudra, Abhaya – Mudra, Dharma Cakra – Mudra.
c. Patung Singa
Pada Candi Borobudur selain patung Budha juga terdapat patung singa jumlah
patung singa seharusnya tidak kurang dari 32 buah akan tetapi bila di hitung
sekarang jumlahnya berkurang karena berbagai sebab satu satunya patung singa
besar berada pada halaman sisi Barat yang juga menghadap ke barat seolah – olah
sedang menjaga bangunan Candi Borobudur yang megah dan anggun.
d. Stupa
- Stupa Induk
Berukuran lebih besar dari stupa – stupa lainya dan terletak di tengah – tengah
paling atas yang merupakan mhkota dari seluruh monumen bangunan Candi
Borobudur, garis tengah Stupa induk + 9.90 M puncak yang tertinggi di sebut
pinakel / Yasti Cikkara, terletak di atas Padmaganda dan juga trletak di garis
Harmika.
- Stupa Berlubang / Terawang
Yang dimaksud stupa berlubang atau terawang ialah Stupa yang terdapat pada
teras I, II, III di mana di dalamnya terdapat patung Budha.
Di Candi Borobudur jumlah stupa berlubang seluruhnya 72 Buah, stupa – stupa
tersebut berada pada tingkat Arupadhatu
Teras I terdapat 32 Stupa
Teras II terdapat 24 Stupa
Teras III terdapat 16 Stupa
Jumlah 72 Stupa
- Stupa kecil
Stupa kecil berbentuk hampir sama dengan stupa yang lainya hanya saja
perbedaannya yang menojol adalah ukurannya yang lebih kecil dari stupa yang
lainya, seolah – olah menjadi hiasan bangunan Candi Borobudur keberadaanstupa
ini menempati relung – relung pada langkah ke II saampai langkah ke V sedangkan
pada langkah I berupa Keben dan sebagian berupa Stupa kecil jumlah stupa kecil
ada 1472 Buah.
e. Relief
Relief Karmawibhangga bagian yang terlihat sekarang ini tidaklah sebagaimana
bangunan aslinya karena alasan teknis maupun yang lainya maka candi di buatkan
batu tambahan sebagai penutup
Samaratungga yang berasal dari wangsa atau dinasti Syailendra. Kemungkinan candi ini
dibangun sekitar tahun 824 M dan selesai sekitar menjelang tahun 900-an Masehi pada masa
pemerintahan Ratu Pramudawardhani yang adalah putri dari Samaratungga. Sedangkan arsitek
yang berjasa membangun candi ini menurut kisah turun-temurun bernama Gunadharma.

Kata Borobudur sendiri berdasarkan bukti tertulis pertama yang ditulis oleh Sir Thomas
Stamford Raffles, Gubernur Jendral Britania Raya di Jawa, yang memberi nama candi ini. Tidak
ada bukti tertulis yang lebih tua yang memberi nama Borobudur pada candi ini. Satu-satunya
dokumen tertua yang menunjukkan keberadaan candi ini adalah kitab Nagarakretagama, yang
ditulis oleh Mpu Prapanca pada tahun 1365. Di kitab tersebut ditulis bahwa candi ini digunakan
sebagai tempat meditasi penganut Buddha.
Arti nama Borobudur yaitu "biara di perbukitan", yang berasal dari kata "bara" (candi atau biara)
dan "beduhur" (perbukitan atau tempat tinggi) dalam bahasa Sansekerta. Karena itu, sesuai
dengan arti nama Borobudur, maka tempat ini sejak dahulu digunakan sebagai tempat ibadat
penganut Buddha.
Candi ini selama berabad-abad tidak lagi digunakan. Kemudian karena letusan gunung berapi,
sebagian besar bangunan Candi Borobudur tertutup tanah vulkanik. Selain itu, bangunan juga
tertutup berbagai pepohonan dan semak belukar selama berabad-abad. Kemudian bangunan
candi ini mulai terlupakan pada zaman Islam masuk ke Indonesia sekitar abad ke-15.
Pada tahun 1814 saat Inggris menduduki Indonesia, Sir Thomas Stamford Raffles mendengar
adanya penemuan benda purbakala berukuran raksasa di desa Bumisegoro daerah Magelang.
Karena minatnya yang besar terhadap sejarah Jawa, maka Raffles segera memerintahkan H.C.
Cornelius, seorang insinyur Belanda, untuk menyelidiki lokasi penemuan yang saat itu berupa
bukit yang dipenuhi semak belukar.
Cornelius dibantu oleh sekitar 200 pria menebang pepohonan dan menyingkirkan semak belukar
yang menutupi bangunan raksasa tersebut. Karena mempertimbangkan bangunan yang sudah
rapuh dan bisa runtuh, maka Cornelius melaporkan kepada Raffles penemuan tersebut termasuk
beberapa gambar. Karena penemuan itu, Raffles mendapat penghargaan sebagai orang yang
memulai pemugaran Candi Borobudur dan mendapat perhatian dunia. Pada tahun 1835, seluruh
area candi sudah berhasil digali. Candi ini terus dipugar pada masa penjajahan Belanda.
Setelah Indonesia merdeka, pada tahun 1956, pemerintah Indonesia meminta bantuan UNESCO
untuk meneliti kerusakan Borobudur. Lalu pada tahun 1963, keluar keputusan resmi pemerintah
Indonesia untuk melakukan pemugaran Candi Borobudur dengan bantuan dari UNESCO.
Namun pemugaran ini baru benar-benar mulai dilakukan pada tanggal 10 Agustus 1973. Proses
pemugaran baru selesai pada tahun 1984. Sejak tahun 1991, Candi Borobudur ditetapkan sebagai
World Heritage Site atau Warisan Dunia oleh UNESCO.
Candi Borobudur

Candi Borobudur terletak di Magelang, Jawa Tengah, sekitar 40 km dari Yogyakarta. Candi
Borobudur memiliki 10 tingkat yang terdiri dari 6 tingkat berbentuk bujur sangkar, 3 tingkat
berbentuk bundar melingkar dan sebuah stupa utama sebagai puncaknya. Di setiap tingkat
terdapat beberapa stupa. Seluruhnya terdapat 72 stupa selain stupa utama. Di setiap stupa
terdapat patung Buddha. Sepuluh tingkat menggambarkan filsafat Buddha yaitu sepuluh
tingkatan Bodhisattva yang harus dilalui untuk mencapai kesempurnaan menjadi Buddha di
nirwana. Kesempurnaan ini dilambangkan oleh stupa utama di tingkat paling atas. Struktur
Borobudur bila dilihat dari atas membentuk struktur mandala yang menggambarkan kosmologi
Buddha dan cara berpikir manusia.
Di keempat sisi candi terdapat pintu gerbang dan tangga ke tingkat di atasnya seperti sebuah
piramida. Hal ini menggambarkan filosofi Buddha yaitu semua kehidupan berasal dari bebatuan.
Batu kemudian menjadi pasir, lalu menjadi tumbuhan, lalu menjadi serangga, kemudian menjadi
binatang liar, lalu binatang peliharaan, dan terakhir menjadi manusia. Proses ini disebut sebagai
reinkarnasi. Proses terakhir adalah menjadi jiwa dan akhirnya masuk ke nirwana. Setiap tahapan
pencerahan pada proses kehidupan ini berdasarkan filosofi Buddha digambarkan pada relief dan
patung pada seluruh Candi Borobudur.
Bangunan raksasa ini hanya berupa tumpukan balok batu raksasa yang memiliki ketinggian total
42 meter. Setiap batu disambung tanpa menggunakan semen atau perekat. Batu-batu ini hanya
disambung berdasarkan pola dan ditumpuk. Bagian dasar Candi Borobudur berukuran sekitar
118 m pada setiap sisi. Batu-batu yang digunakan kira-kira sebanyak 55.000 meter kubik. Semua
batu tersebut diambil dari sungai di sekitar Candi Borobudur. Batu-batu ini dipotong lalu
diangkut dan disambung dengan pola seperti permainan lego. Semuanya tanpa menggunakan
perekat atau semen.
Sedangkan relief mulai dibuat setelah batu-batuan tersebut selesai ditumpuk dan disambung.
Relief terdapat pada dinding candi. Candi Borobudur memiliki 2670 relief yang berbeda. Relief
ini dibaca searah putaran jarum jam. Relief ini menggambarkan suatu cerita yang cara
membacanya dimulai dan diakhiri pada pintu gerbang di sebelah timur. Hal ini menunjukkan
bahwa pintu gerbang utama Candi Borobudur menghadap timur seperti umumnya candi Buddha
lainnya.
Perayaan Waisak di Borobudur
Setiap tahun pada bulan purnama penuh pada bulan Mei (atau Juni pada tahun kabisat), umat
Buddha di Indonesia memperingati Waisak di Candi Borobudur. Waisak diperingati sebagai hari
kelahiran, kematian dan saat ketika Siddharta Gautama memperoleh kebijaksanaan tertinggi
dengan menjadi Buddha Shakyamuni. Ketiga peristiwa ini disebut sebagai Trisuci Waisak.
Upacara Waisak dipusatkan pada tiga buah candi Buddha dengan berjalan dari Candi Mendut ke
Candi Pawon dan berakhir di Candi Borobudur.
Pada malam Waisak, khususnya saat detik-detik puncak bulan purnama, penganut Buddha
berkumpul mengelilingi Borobudur. Pada saat itu, Borobudur dipercayai sebagai tempat
berkumpulnya kekuatan supranatural. Menurut kepercayaan, pada saat Waisak, Buddha akan
muncul secara kelihatan pada puncak gunung di bagian selatan.

KEINDAHAN
Saat ini, Borobudur telah menjadi obyek wisata yang menarik banyak wisatawan baik lokal
maupun mancanegara. Selain itu, Candi Borobudur telah menjadi tempat suci bagi penganut
Buddha di Indonesia dan menjadi pusat perayaan tahunan paling penting penganut Buddha yaitu
Waisak.
Borobudur menjadi salah satu bukti kehebatan dan kecerdasan manusia yang pernah dibuat di
Indonesia. Borobudur menjadi obyek wisata dan budaya utama di Indonesia selain Bali dan
Jakarta. Setelah mengunjungi Borobudur, Anda bisa juga mengunjungi desa di sekitarnya
seperti Karanganyar yang memiliki beberapa obyek wisata menarik.

F
U
N
G
S
I

Fungsi Candi Borobudur dibedakan menjadi dua yaitu Fungsi Borobudur pada masa
Syailendra dan fungsi Borobudur pada masa kini. Ada beberapa fungsi Borobudur
pada masa Syailendra yaitu:
• Sebagai tempat penghormatan terhadap raja pada masa Syailendra
• Sebagai tempat untuk meditasi/ berdoa
• Sebagai tempat penyebaran Agama Budha
• Sebagai tempat untuk menyelenggarakan upacara keagamaan
• Sebagai tempat untuk menyimpan benda- benda relief
Sementara itu, fungsi Candi Borobudur pada masa kini adalah sebagai berikut:
• Sebagai tempat untuk berwisata yang bertaraf internasional
• Sebagai tempat untuk mempelajari mengenai benda- benda purbakala
• Sebagai tempat untuk memasarkan hasil- hasil industri rakyat kecil. Pada tempat
wisata ini, banyak rakyat- rakyat yang memasarkan kerajinan tangannya untuk
dijual mendapatkan penghasilan.
• Sebagai tempat untuk mempelajari bahasa asing.
• Sebagai lapangan pekerjaan yang menampung pekerja untuk mengurangi
pengangguran
Candi Borobudur memiliki 10 tingkatan, dan pada 10 tingkatan ini, terdapat tiga
bentuk bangunan, yaitu Kamadhatu, Rupadatu, dan yang terakhir Arupadhatu.
Bentuk dari Candi Borobudur yang kita lihat sekarang ini tidak dibuat secara asal
dalam bentuk demikian melainkan ada maknanya. Bentuk bangunan yang pertama
adalah Kamadhatu. Kamadhatu menggambarkan hawa nafsu dunia. Pengertian dari
Kamadhatu adalah orang- orang yang belum mengenal materi Agama, oleh karena
itu mereka dipenuhi oleh hawa nafsu dunia. Bentuk bangunan ini memiliki relief
yang berjumlah 160 relief. Relief- relief ini menggambarkan mengenai hukum
sebab- akibat. Jadi, pada relief- relief ini, dijelaskan mengenai sebab dan akibat dari
perbuatan seseorang. Sementara itu, pada bentuk Kamadhatu ini, terdapat stupa
yang berjumlah total 1545 stupa. Stupa yang besar berjumalh 73 stupa dan sisanya
adalah stupa kecil yang berjumlah 1472. Bentuk Kamadhatu berada di tingkat
pertama dari Candi Borobudur.
Bentuk bangunan yang kedua adalah Rupadhatu. Bentuk bangunan ini terdapat
pada tingkat 2 - 6 dari Candi Borobudur. Bentuk bangunan Rupadhatu
menggambarkan materi di dunia. Materi adalah segala sesuatu yang dapat
disentuh, dilihat dan diraskan yang memiliki masa dan menempati ruangan di
sekitar kita. Kebutuhan materi berkebalikan dengan kebutuhan rohani. Oleh karena
itu, Rupadhatu menjelaskan mengenai segala sesuatu yang dapat dilihat, disentuh,
dan dirasakan yang ada di dunia ini.
Tingkat kedua Rupadhatu yaitu tingkat ketiga dari Candi Borobudur adalah
Lalitawistara, yang artinya geografi Sidharta. Tingkatan selanjutnya adalah Jataka
yang artinya reinkarnasi/ penjelmaan. Kita lebih sering menyebutnya sebagai lahir
kembali sesuai dengan perbuatan orang tersebut. Tingkat selanjutnya adalah
Awada yang menggambarkan/ menjelaskan mengenai pengikut Sidharta Gautama.
Tingkat terakhir dari Rupadhata adalah Gandawyuha yang artinya anak saudagar
kaya dalam mengikuti ajaran Agama Budha.
Bentuk bangunan yang terakhir adalah Arupadhatu, bentuk bangunan ini berada
pada tingkat 7 – 10. Bentuk bangunan Arupadhatu ini menggambarkan mengenai
tingkatan Nirwana yang berarti surga. Pada tingkat ke-7 Candi Borobudur, terdapat
32 stupa. Pada tingkat selanjutnya yaitu tingkat ke-8, terdapat 24 stupa. Tingkat ke-
9 memiliki 16 stupa, dan pada tingkatan paling atas dari Candi Borobudur terdapat
1 stupa yang terbesar diantara stupa- stupa yang lainnya.

Ada baiknya pula bila kita mengetahui fungsi dari Candi Borobudur.
Fungsi Candi Borobudur dibedakan menjadi dua yaitu Fungsi Borobudur pada masa
Syailendra dan fungsi Borobudur pada masa kini. Ada beberapa fungsi Borobudur
pada masa Syailendra yaitu:
• Sebagai tempat penghormatan terhadap raja pada masa Syailendra
• Sebagai tempat untuk meditasi/ berdoa
• Sebagai tempat penyebaran Agama Budha
• Sebagai tempat untuk menyelenggarakan upacara keagamaan
• Sebagai tempat untuk menyimpan benda- benda relief
Sementara itu, fungsi Candi Borobudur pada masa kini adalah sebagai berikut:
• Sebagai tempat untuk berwisata yang bertaraf internasional
• Sebagai tempat untuk mempelajari mengenai benda- benda purbakala
• Sebagai tempat untuk memasarkan hasil- hasil industri rakyat kecil. Pada tempat
wisata ini, banyak rakyat- rakyat yang memasarkan kerajinan tangannya untuk
dijual mendapatkan penghasilan.
• Sebagai tempat untuk mempelajari bahasa asing.
• Sebagai lapangan pekerjaan yang menampung pekerja untuk mengurangi
pengangguran
Candi Borobudur memiliki 10 tingkatan, dan pada 10 tingkatan ini, terdapat tiga
bentuk bangunan, yaitu Kamadhatu, Rupadatu, dan yang terakhir Arupadhatu.
Bentuk dari Candi Borobudur yang kita lihat sekarang ini tidak dibuat secara asal
dalam bentuk demikian melainkan ada maknanya. Bentuk bangunan yang pertama
adalah Kamadhatu. Kamadhatu menggambarkan hawa nafsu dunia. Pengertian dari
Kamadhatu adalah orang- orang yang belum mengenal materi Agama, oleh karena
itu mereka dipenuhi oleh hawa nafsu dunia. Bentuk bangunan ini memiliki relief
yang berjumlah 160 relief. Relief- relief ini menggambarkan mengenai hukum
sebab- akibat. Jadi, pada relief- relief ini, dijelaskan mengenai sebab dan akibat dari
perbuatan seseorang. Sementara itu, pada bentuk Kamadhatu ini, terdapat stupa
yang berjumlah total 1545 stupa. Stupa yang besar berjumalh 73 stupa dan sisanya
adalah stupa kecil yang berjumlah 1472. Bentuk Kamadhatu berada di tingkat
pertama dari Candi Borobudur.
Bentuk bangunan yang kedua adalah Rupadhatu. Bentuk bangunan ini terdapat
pada tingkat 2 - 6 dari Candi Borobudur. Bentuk bangunan Rupadhatu
menggambarkan materi di dunia. Materi adalah segala sesuatu yang dapat
disentuh, dilihat dan diraskan yang memiliki masa dan menempati ruangan di
sekitar kita. Kebutuhan materi berkebalikan dengan kebutuhan rohani. Oleh karena
itu, Rupadhatu menjelaskan mengenai segala sesuatu yang dapat dilihat, disentuh,
dan dirasakan yang ada di dunia ini.
Tingkat kedua Rupadhatu yaitu tingkat ketiga dari Candi Borobudur adalah
Lalitawistara, yang artinya geografi Sidharta. Tingkatan selanjutnya adalah Jataka
yang artinya reinkarnasi/ penjelmaan. Kita lebih sering menyebutnya sebagai lahir
kembali sesuai dengan perbuatan orang tersebut. Tingkat selanjutnya adalah
Awada yang menggambarkan/ menjelaskan mengenai pengikut Sidharta Gautama.
Tingkat terakhir dari Rupadhata adalah Gandawyuha yang artinya anak saudagar
kaya dalam mengikuti ajaran Agama Budha.
Bentuk bangunan yang terakhir adalah Arupadhatu, bentuk bangunan ini berada
pada tingkat 7 – 10. Bentuk bangunan Arupadhatu ini menggambarkan mengenai
tingkatan Nirwana yang berarti surga. Pada tingkat ke-7 Candi Borobudur, terdapat
32 stupa. Pada tingkat selanjutnya yaitu tingkat ke-8, terdapat 24 stupa. Tingkat ke-
9 memiliki 16 stupa, dan pada tingkatan paling atas dari Candi Borobudur terdapat
1 stupa yang terbesar diantara stupa- stupa yang lainnya.

SENI RUPA

CANDI
BOROBUDUR

You might also like