Professional Documents
Culture Documents
KELOMPOK B 11
Anggota :
5. Nova MS H34070111
Fakultas Pertanian
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembukaan lahan (land clearing) sebagai tahap awal penyiapan lahan dapat dilakukan
dengan dua cara utama yaitu dengan cara manual membabat dan membakar (slash and burn)
atau dengan cara mekanis memakai alat-alat besar seperti buldozer.
Sebelum melakukan pembukaan lahan terlebih dahulu dilakukan identifikasi vegetasi yan
ada pada lahan tersebut. Dari data yang ada maka dapat ditentukan apakan pembukaan lahan
dilakukan secara manual, manual-mekanis atau secara mekanis saja.
Dengan cara manual lebih dahulu tanaman bawah dibabat baru kemudian pohon-pohon
ditebang. Serasah tanaman dan batang-batang pohon kemudian dibiarkan mengering dan
pengeringan akan labih cepat bila dahan-dahan dan ranting-ranting pohon dipotong-potong untuh
dijual atau dimanfaatkan sebagai kayu bakar, atau dipakai untuk keperluan lain seperti bangunan.
Tunggul-tunggl pohon biasanya dibiarkan dan tidak dicabut.
Sebelum cara padat karya (manual) pembukaan lahan ini diterapkan secara besar-besar,
dilakukan dahulu secara selektif dan terbatas, berupa uji-coba. Dalam uji semacam ini dapat
dibandingkan antara cara manual dan cara mekanis serta kombinasinya pada kondisi di
Indonesia, dan dapat dilakukan pengamatan-pengamatan oleh para ahli tanah, agronomi dan
ekonomi dapat dipakai sebagai pedoman penerapan skala besar.
Pembukaan lahan bisa juga dilakukan dengan kombinasi cera manual dan mekanis.
Misalnya dengan pemakaian gergaji mesin tangan dan metode manual. Disamping itu juga ada
cara lain yaitu dengan meracum pohon-pohin memakai bahan kimia relatif murah seperti 2,4 D,
akan tetapi metode ini tidak dianjurkan karena dampaknya terhadap lingkungan.
Sesudah pembukaan lahan baru dilakukan pengolahan tanah untuk persiapan pertanaman.
Pengolahan tanah dapat dilakukan baik dengan cara manual maupun mekanis.
Pemilihan cara pembukaan lahan yang tepat penting sekali karena pembukaan lahan
merupakan awal dari pengembangan pertanian menetap di daerah-daerah baru. Keefektifan suatu
metode pembukaan sangat bergantung pada sifat-sifat tanah, vegetasi, dan skala operasi
(Alisadono, et al, 2006)
Tujuan
a. Alat
b. Bahan
Metode
Mengukur lahan yang akan dibuka seluas 2 m x 25 m dan ditandai dengan ajir (dilakukan
oleh pegawai dan asisten praktikum). Menghitung waktu lamanya melakukan pekerjaan
pembukaan lahan dengan mencatan waktu awal mulai pekerjaan dan waktu ketika pekerjaan
selesai. Mengidentifikasi gulma dominan yang ada pada lahan yang akan dibuka. Melakukan
pembukaan lahan dengan mengendalikan gulma secara manual. Gulma yang ada pada lahan
dibersihkan dengan membabat, dongkel anak kayu, dan membuang gulma yang sudah
dibersihkan.
HASIL
7 jam / HK
Prestasi Kerja (PK)= x10 m 2 = 70 m 2 / HK
1 jam
= 0,007 Ha/HK
= 142, 86 HK/Ha
= 143 HK/Ha
Gulma dominan yang terdapat pada lahan yang dibuka adalah
1. Mikania micrantha
2. Melastoma malabathricum
3. Cynodon dactylon
4. Clibadium surinamense
5. Chromolaena odorata
PEMBAHASAN
Berdasarkan percobaan, kelompok kami dapat melakukan pembukaan lahan dengan
Hari Kerja (HK) sebesar 10 m2/jam sedangkan standar HK pembukaan lahan yaitu sebesar 38
m2/jam. Hari kerja kelompok kami cukup kecil dibandingkan standar hari kerja yang ada yaitu
26
. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu tenaga kerja yang kurang terampil, kondisi
100
fisik yang lemah, kondisi lahan yang miring, alat kurang, beberapa alat rusak, banyak gulma
yang berbentuk perdu sehingga sulit dibabat, dan cuaca yang cukup panas.
Tenaga kerja yang kurang terampil merupakan salah satu penyebab HK kecil.
Keterampilan yang kami maksud adalah pengetahuan yang terbatas tentang teknik pembukaan
lahan secara manual, kurang terlatih dalam melakukan pembabatan, kurangnya pengalaman
dalam melakukan pembukaan lahan. Kondisi lahan yang miring menyebabkan tenaga yang lebih
banyak dan teknik yang lebih baik dalam bekerja dibandingkan dengan lahan yang datar.
Alat yang tidak mendukung merupakan salah satu faktor terbesar yang dapat
menyebabkan pembabatan lahan menjadi terhambat. Jumlah alat yang tidak disesuikan dengan
jumlah anggota kelompok yang ada bisa mengakibatkan aktivitas yang dilakukan menjadi
terganggu. Kevariasian alat juga harus diperhatikan dalam proses pembukaan lahan. Jenis alat
harus disesuikan dengan keadaan lahan yang akan dibabat sesui dengan fungsi masing-masing
alat. Contohnya untuk memotong batang pohon atau perdu diperlukan parang, untuk memotong
atau membabat gulma yang menjalar atau merambat dan sebagainya. Keadaan cuaca yang panas
pada saat praktikum dilakukan kurang mendukung terhadap kondisi fisik pekerja. Hal ini
mengakibatkan pekerja menjadi cepat lelah sehingga memerlukan waktu yang lama untuk
beristirahat.
Standar Prestasi Kerja (PK) dapat dihitung berdasarkan standar HK yang ada. Standar PK
7 jam / HK
x38 m 2 = 266 m 2 / HK = 0,0266 Ha / HK
untuk pembukaan lahan yaitu 1 jam
sedangkan PK kelompok kami sebesar 0,007 Ha/HK. Dari hasil ini terlihat bahwa prestasi kerja
kelompok kami cukup kecil bila dibandingkan dengan standar PK pembukaan lahan yaitu 1 : 4.
Bila Pk hanya sebesar PK kelompok kami dibutuhkan pekerja dengan jumlah yang lebih banyak
atau waktu yang lebih lama bila jumlah tenaga kerja tidak ditambah. Bila hal ini terjadi pada
perusahaan atau perkebunan, maka perusahaan atau perkebunan akan mengalami kerugian atau
keuntungan berkurang karena harus mengeluarkan biaya tambahan.
Gulma dominan yang terdapat pada lahan yang dibuja ádalah Mikania micrantha,
Melastoma malabathricum, Cynodon dactylon, Clibadium surinamense, dan Chromolaena
odorata. Mikania micrantha merupakan gulma yang tergolong daun lebar, tumbuh merambat,
daun berbentuk hati, bunga berwarna putih. Gulma ini mudah berkembang biak dengan biji
maupun potongan batangnya oleh karena itu penyebarannya cepat. Gulma ini tumbuh pada tanah
lembab atau agak kering di areal terbuka atau ternaung. Pembabatan dilakukan menggunakan
sabit. Namun pengendalian gulma ini dengan pembabatan kurang efektif karena dapat dengan
mudah tumbuh kembali dari batangnya. Pengendalian manual yang efektif adalah dengan
pendongkelan yang disertai dengan penyingkiran gulma dari permukaan tanah.
Clibadium surinamense merupakan gulma daun lebar, tinggi dapat mencapai 3 meter,
perakarannya kat, dalam dan menyebar, berkembang biak dengan biji. Pengendalian yang kami
lakukan adalah dengan melakukan babat dempes. Pengendalian yang efektif adalah dengan
pendongkelan, namun kami tidak melakukan pendongkelan karena keterbatasan aat dan waktu.
Chromolaena odorata merupakan gulma daun lebar berbentuk perdu, mempunyai bau yang
sangat menyengat, batangnya keras berkayu, perakarannya kuat dan dalam. Gulma ini
berkembang biak dengan biji yang banyak dan mudah tersebar dengan bantuan angin.
Pengendalian yang kami lakukan adalah dengan melakukan babat merah yaitu membabat sampai
rata dengan permukaan tanah. Namun hal ini kurang efektif karena dari pangkal batang akan
tumbuh tunas-tunas baru membentuk tajuk. Pengendalian yang efektif adalah dengan melakukan
pendongkelan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Hari Kerja pembukaan lahan sebesar 10 m2/jam. Prestasi Kerja Pembukaan lahan sebesar
0,007 Ha/HK. Kedua nilai ini cukup kecil jika dibandingkan dengan standar Hari Kerja dan
Prestasi Kerja yaitu 38 m2/jam dan 0,0266Ha/HK. Gulma yang dominan pada praktikum ini
adalah Mikania micrantha, Melastoma malabathricum, Cynodon dactylon, Clibadium
surinamense, dan Chromolaena odorata.Pengendalian yang digunakan adalah babat dempes dan
babat merah. Pengendalian yang paling efektif digunakan untuk gulma berbentuk perdu adalah
pendongkelan
DAFTAR PUSTAKA
Alisadono, S., Hardjosoenarto S., Mardjuki, A. et al. 2006. Kebijakan Transmigrasi Melalui
Pendekatan Sistem. Repro : Ilmu Tanah. Universitas Gajah Mada
http://regionalinvestment.com/newsipid/userfiles/komoditi/2/oilpalm_profilsingkat.pdf