You are on page 1of 40

HUBUNGAN ANTARA ORGAN DENGAN FUNGSINYA PADA

SISTEM RESPIRASI, EKSKRESI, SARAF DAN HORMON,


SERTA KAITANNYA DENGAN BIOPROSES DAN
GANGGUAN FUNGSI YANG MUNGKIN TERJADI

MAKALAH
untuk memenuhi tugas mata kuliah
Biologi Umum
yang dibina oleh Prof. Dra. Herawati Susilo, M.Sc, Ph.D.

Oleh

Indah Syafinatu Zafi

(140341601596)

Haninda Lintang G

(140341600785)

Muhamad Feri Samsul F.

(140341603411)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
Oktober 2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat hidayah dan nikmat-Nya berupa kesehatan, waktu dan segala hal yang
kami butuhkan sehingga dapat menyelesaikan makalah untuk mata kuliah biologi
umum yang berjudul Hubungan Antara Organ dengan Fungsinya pada Sistem
Ekskresi, Sistem Respirasi, Sistem Saraf dan Kaitannya dengan Bioprosesnya
serta Gangguan Fungsi yang Mungkin Terjadi ini dengan lancar.
Dalam pembuatan makalah ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai
pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesarbesarnya kepada Ibu Prof. Dra. Herawati Susilo, M.Sc, Ph.D. selaku dosen
pembimbing mata kuliah Biologi umum, juga kepada dosen PPL dan ucapan
terimakasih secara khusus penulis barikan kepada orang tua yang selalu
mendukung segala aktifitas perkuliahan.
Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi semua pembaca.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun demi perbaikan ke arah kesempurnaan. Akhir kata penulis
menyampaikan terimakasih.

Malang, Oktober 2014

Penulis

DAFTAR ISI

Kata Pengantar .............................................................................................. i


Daftar Isi ........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................
1.2 Tujuan ..................................................................................................
1.3 Rumusan Masalah ...............................................................................
1.4 Manfaat ...............................................................................................

2
2
2
2

BAB II PEMBAHSAN .................................................................................. 3


2.1 Sistem Eksresi ..................................................................................... 3
2.1.1 Organ Sistem Ekskresi. ............................................................. 4
2.1.2 Proses Pada Sistem Ekskresi ..................................................... 8
2.1.3 Kelainan Pada Sistem Ekskresi ................................................ 9
2.2 Sistem Respirasi .................................................................................. 12
2.2.1 Organ Sistem Respirasi ............................................................. 12
2.2.2 Proses Pada Sistem Respirasi .................................................... 16
2.2.3 Kelainan Pada Sistem Respirasi ................................................ 19
2.3 Sistem Saraf ......................................................................................... 21
2.2.1 Organ Sistem Saraf .................................................................... 24
2.3.2 Proses Pada Sistem Saraf .......................................................... 31
2.3.3 Kelainan Pada Sistem Saraf ...................................................... 32

BAB III PENUTUP ....................................................................................... 35


3.1 Kesimpulan ......................................................................................... 35
3.2 Saran .................................................................................................... 36
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... iii

ii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem organ merupakan bentuk kerja sama antarorgan untuk melakukan
fungsi-fungsi yang lebih kompleks. Sistem organ disebut juga kumpulan beberapa
organ yang melakukan fungsi tertentu. Dalam melaksanakan kerja sama ini, setiap
organ tidak bekerja sendiri-sendiri, melainkan organ-organ saling bergantung dan
saling memengaruhi satu sama lainnya. Pada tubuh manusia terdapat beberapa
sistem organ yang memiliki fungsi berbeda antara satu dengan yang lainnya.
Sistem pernafasan atau sistem respirasi merupakan sistem yang penting
bagi manusia karena melalui sistem inilah sel pada tubuh manusia mendapat
oksigen untuk reaksi metabolik yang melepaskan energi dari molekul nutrien dan
menghasilkan ATP. Pada waktu yang sama, reaksi tersebut melepaskan
karbondioksida. Konsumsi oksigen dan produksi karbondioksida terjadi di dalam
mitokondria seiring dengan terjadinya respirasi seluler. Jumlah karbondioksida
yang berlimpah menghasilkan keasaman yang bersifat racun bagi sel tubuh, maka
karbondioksida yang berlimpah tersebut harus segera dibuang dari tubuh.
Didalam tubuh manusia juga terdapat sistem ekskresi sebagai pembuang
sisa metabolisme tubuh, seperti:
Menghembuskan gas CO2 ketika kita bernafas
Berkeringat
Buang air kecil (urine)
Sistem ekskresi membantu memelihara homeostasis dengan tiga cara,
yaitu melakukan osmoregulasi, mengeluarkan sisa metabolisme, dan mengatur
konsentrasi sebagian besar penyusun cairan tubuh. Zat sisa metabolisme adalah
hasil pembongkaran zat makanan yang bermolekul kompleks. Zat sisa ini sudah
tidak berguna lagi bagi tubuh. Sisa metabolisme antara lain, CO2, H20, NHS, zat
warna empedu, dan asam urat.
Selain dua system diatas masih terdapat system saraf yang mengendalikan
tubuh serta bagian-bagiannya. Sistem saraf terdiri atas serabut saraf yang tersusun
atas sel-sel saraf yang saling terhubung dan esensial untuk persepsi sensoris
indrawi, aktivitas motorik volunter dan involunter organ atau jaringan tubuh, dan

homeostasis berbagai proses fisiologis tubuh. Sistem saraf merupakan jaringan


paling rumit dan paling penting karena terdiri dari jutaan sel saraf (neuron) yang
saling terhubung dan vital untuk perkembangan bahasa, pikiran dan ingatan.
Satuan kerja utama dalam sistem saraf adalah neuron yang diikat oleh sel-sel glia.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini untuk mengetahui tentang
hubungan antara organ dengan fungsinya pada sistem ekskresi, sistem respirasi,
sistem saraf pada manusia dan mengaitkan dengan bioprosesnya serta gangguan
maupun kelainan yang mungkin terjadi.
1.3 Rumusan masalah
Bagaimana hubungan antara organ dengan fungsinya pada sistem ekskresi
dan kaitannya dengan bioprosesnya serta gangguan fungsi yang mungkin
terjadi?
Bagaimana hubungan antara organ dengan fungsinya pada sistem respirasi
dan kaitannya dengan bioprosesnya serta gangguan fungsi yang mungkin
terjadi?
Bagaimana hubungan antara organ dengan fungsinya pada sistem saraf
dan kaitannya dengan bioprosesnya serta gangguan fungsi yang mungkin
terjadi?
1.4 Manfaat
Manfaat yang diperoleh setelah mempelajari makalah ini:
Mengetahui hubungan antara organ dengan fungsinya pada sistem ekskresi
dan kaitannya dengan bioprosesnya serta gangguan fungsi yang mungkin
terjadi.
Mengetahui hubungan antara organ dengan fungsinya pada sistem
respirasi dan kaitannya dengan bioprosesnya serta gangguan fungsi yang
mungkin terjadi
Mengetahui hubungan antara organ dengan fungsinya pada sistem saraf
dan kaitannya dengan bioprosesnya serta gangguan fungsi yang mungkin
terjadi

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sistem Eksresi
Tubuh merupakan tempat berlangsungnya berbagai proses metabolisme.
Metabolisme adalah perubahan kimia, dengan bantuan enzim yang terjadi di
dalam tubuh organisme.Proses metabolisme menghasilkan energi dan zat yang
berguna bagi kehidupan . Selain itu, juga terbentuk zat sisa yang merupakan racun
bila tetap berada di dalam tubuh. Oleh karena itu, zat sisa harus dikeluarkan dari
tubuh melalui sistem ekskresi.
Sistem ekskresi pada manusia dan Vertebrata terdiri atas ginjal, kulit, paruparu dan hati.Ekskresi merupakan proses pengeluaran zat sisa 3emperatur tubuh,
seperti CO2, H2O, NH3, zat warna empedu dan asam urat. Beberapa istilah yang
erat kaitannya dengan ekskresi adalah sebagai berikut:
1. Defekasi : yaitu proses pengeluaran sisa pencernaan makanan yang
disebut feses. Zat yang dikeluarkan belum pernah mengalami 3emperatur
di dalam jaringan. Zat yang dikeluarkan meliputi zat yang tidak diserap
usus sel epitel, usus yang rusak dan mikroba usus.
2. Ekskresi : yaitu pengeluaran zat sampah sisa 3emperatur yang tidak
berguna lagi bagi tubuh.
3. Sekresi : yaitu pengeluaran getah oleh kelenjar pencernaan ke dalam
saluran pencernaan. Getah yang dikeluarkan masih berguna bagi tubuh dan
umumnya mengandun genzim.
4. Eliminasi : yaitu proses pengeluaran zat dari rongga tubuh, baik dari
rongga yang kecil (saluran air mata) maupun dari rongga yang besar
(usus).
Fungsi Sistem Ekskresi
1. Membuang limbah yang tidak berguna dan beracun dari dalam tubuh
2. Mengatur konsentrasi dan volume cairan tubuh (osmoregulasi)
3. Mempertahankan temperature tubuh dalam kisaran normal (termoregulasi)
4. Homeostasis

2.1.1 Organ Sistem Respirasi

a. Ginjal (ren)
Ginjal (ren) manusia berjumlah sepasang, terletak di rongga perut sebelah
kanan depan dan kiri depan ruas-ruas tulang belakang bagian pinggang. Ginjal
kanan lebih rendah dari pada ginjal kiri karena di atas ginjal kanan terdapat hati.
Ginjal berbentuk seperti biji ercis dengan panjang sekitar 10 cm dan berat sekitar
200 gram. Ginjal yang dibelah secara membujur akan memperlihatkan bagianbagian korteks yang merupakan lapisan luar. Medula (sumsum ginjal), dan pelvis
(rongga ginjal). Di bagian korteks terdapat jutaan alat penyaring yang disebut
nefron. Setiap nefron terdiri atas badan Malpighi dan tubulus kontortus. Badan
Malpighi terdiri atas kapsula (simpai) Bowman Dan glomerulus. Glomrerulus
merupakan anyaman pembuluh kapiler. Kapsula Bowman berbentuk mangkuk
yang mengelilingi glomerulus.Iubulus kontortus terdiri atas tubulus kontortus
proksimal. tubulus kontortus distal. Dan tubulus kontortus kolektivus.
Di antara tubuIus kontortus proksimal dan tubulus kontortus distal terdapat
gelung/lengkung Henle pars ascenden (naik) dan pars descenden (turun).
Penamaan beberapa bagian ginjal mengambil nama ahli yang berjasa dalam
penelitian ginjal. Kapsula Bowman mengambil nama William Bowman (l816
1892). Seorang ahli bedah yang merupakan perintis di bidang saluran kentih yang
mengidentifikasi kapsula tersebut. Lengkung Henle mengambil nama Jacob Henle
(1809-1885), seorang ahli anatomi berkebangsaan Jerman yang mendeskripsikan
lengkung di dalam ginjal tersebut. Glomerulus di identifikasi oleh seorang ahli

mikroanatomi berkebangsaan ltalia bernama Marcerllo Malpighi (1628 1694).


Ginjal merupakan alat pengeluaran sisa metabolisme dalam bentuk urine yang di
dalamnya mengandung air, amoniak (NH3), ureum, asam urat dan garam mineral
tertentu. Penderita diabetes miletus urine mengandung glukosa.

Fungsi ginjal
Ginjal merupakan alat ekskresi penting yang mempunyai beberapa fungsi,
antara lain menyaring darah sehingga menghasilkan urine; mengekskresikan zatzat yang membahayakan tubuh. misalnya protein-protein asing yang masuk ke
dalam tubuh, urea, asam urat. dan bermacam -macam garam; mengekskresikan
zat-zat yang jumlahnya berlebihan, misalnya kadar gula darah yang melebihi
normal;

mempertahankan

tekanan

osmosis

cairan

ekstraseluler;

dan

mempertahankan keseimbangan asam dan basa.

Mengekskresikan zat-zat yang merugikan bagi tubuh, antara lain :


1.

urea, asam urat, amoniak, creatinin

2.

garam anorganik

3.

bacteri dan juga obat-obatan

Mengekskresikan gula kelebihan gula dalam darah

Membantu keseimbangan air dalam tubuh, yaitu mem-pertahankan


tekanan osmotik ektraseluler

Mengatur konsentrasi garam dalam darah dan keseim-bangan asam basa


darah.

Anatomi ginjal, meliputi :


Lapisan luar (korteks/ kulit ginjal) yang mengandung kurang lebih 1 juta nefron.
Tiap nefron terdiri atas badan malpighi (badan renalis) yang tersusun dari kapsula
bowman dan glomerulus.
Lapisan dalam (medula/ sumsum ginja) yang terdiri atas tubulus kontorti yan
gbermuara pada tonjolan papila di ruang (pelvis renalis). Tubulus kontorti terdiri
atas tubulus kontorti proksimal dan tubulus kontorti distal.

b. Kulit

Kulit (integumen) merupakan lapisan terluar tubuh manusia dan pelindung


bagian dalam tubuh.

Susunan Kulit
Kulit tersusun atas tiga lapisan, yaitu epidermis (lapisan luar/kulit ari), dermis
(lapisan dalam/kulit jangat). Dan hipodermis (jaringan ikat bawah kulit).

1) Epidermis, lapisan epidermis terdiri atas stratum korneum, stratum lusidum.


stratum granulosum, dan stratum germinativum. Stratum korneum tersusun dari
sel-sel mati dan selalu mengelupas. Stratum lusidum tersusun atas sel-sel yang
tidak berinti dan berfungsi mengganti stratum korneum. Stratum granulosum
tersusun atas sel-sel yang berinti dan mengandung pigmen melanin. Stratum
germinativum tersusun atas sel-sel yang selalu membentuk sel-sel baru ke arah
luar.

Stratum korneum, merupakan lapisan zat tanduk, mati dan selalu


mengelupas.

Stratum lusidium, merupakan lapisan zat tanduk

Stratum granulosum, mengandung pigmen

Stratum germonativum, selalu membentuk sel-sel baru ke arah luar

2) Dermis, dermis terletak di bawah epidermis. Lapisan ini mengandung akar


rambut, pembuluh darah, kelenjar, dan saraf. Kelenjar yang terdapat dalam lapisan
ini adalah kelenjar keringat (glandula sudorifera) dan kelenjar minyak (glandula
sebasea). Kelenjar keringat menghasilkan keringat yang di dalamnya terlarut
berbagai macam garam. terutama garam dapur. Keringat dialirkan melalui saluran
kelenjar keringat dan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui poripori. Di dalam
kantong rambut terdapat akar rambut dan batang rambut. Kelenjar minyak
berfungsi menghasilkan minyak yang berfungsi meminyaki rambut agar tidak
kering. Rambut dapat tumbuh terus karena mendapat sari-sari makanan pembuluh
kapiler di bawah kantong rambut. Di dekat akar rambut terdapat otot penegak
rambut.

Akar rambut

Pembuluh darah

Syaraf

Kelenjar minyak (glandula sebasea)

Kelenjar keringat (glandula sudorifera)

Lapisan lemak, terdapat di bawah dermis yang berfungsi melindungi tubuh


dari pengaruh suhu luar

3) Hipodermis, hipodermis terletak di bawah dermis. Lapisan ini banyak


mengandung lemak. Lemak berfungsi sebagai cadangan makanan, pelindung
tubuh terhadap benturan, dan menahan panas tubuh.

Fungsi kulit
Sebagai alat ekskresi. kulit berfungsi mengeluarkan keringat. Fungsi kulit
yang lain, antara lain melindungi tubuh terhadap gesekan, kuman, penyinaran,
panas. dan zat kimia; mengatur suhu tubuh; menerima rangsang dari luar, serta
mengurangi kehilangan air.
Kelenjar keringat menyerap air dan garam, terutama garam dapur dan
darah di pembuluh kapiler. Keringat yang dikeluarkan melalui pori-pori di
permukaan kulit akan menyerap panas tubuh sehingga suhu tubuh menjadi tetap.
Pada keadaan normal. keringat akan keluar dari tubuh sebanyak sekitar 50 mL
setiap jam. Beberapa faktor yang dapat memacu pengeluaran keringat. antara lain
peningkatan aktivitas tubuh. peningkatan suhu lingkungan, dan goncangan emosi.
Emosi akan merangsang saraf simpatis untuk memperkecil pengeluaran keringat
dengan cara mempersempit pembuluh darah. Pengeluaran keringat yang
berlebihan, misalnya karena terik matahari atau kegiatan tubuh yang berlebihan,
dapat menyebabkan terjadi lapar garam. Kekurangan kadar garam darah dapat
mengakibatkan kekejangan dan pingsan.

c. Paru-paru (pulmo)
Selain sebagai alat pernafasan, paru-paru juga sebagai alat ekskresi yaitu
mengeluarkan karbondioksida dan uap air.
Paru-paru terletak dalam rongga dada dan bagian bawahnya menempel
pada

diafragma.Penguraian

karbohidrat

(glukosa)

dan

lemak

kecuali

menghasilkan energi akan menghasilkan zat sisa berupa CO2 dan H2O yang akan

dikeluarkan lewat paru-paru. Seseorang yang berada dalam daerah dingin waktu
ekspirasi akan tampak menghembuskan uap. Uap tersebut sebenarnya merupakan
carbondioksisa dan uap air yang dikeluarkan saat terjadi pernafasan.

d. Hati (hepar)
Hati merupakan kelenjar terbesar dalam tubuh, terdapat di rongga perut
sebelah kanan atas, berwarna kecoklatan. Hati mendapat suplai darah dari
pembuluh nadi (arteri hepatica) dan pembuluh gerbang (vena porta) dari usus.
Hati dibungkus oleh selaput hati (capsula hepatica). Hati terdapat pembuluh darah
dan empedu yang dipersatukan selaput jaringan ikat (capsula glison). Hati juga
terdapat sel-sel perombak sel darah merah yan gtelah tua disebut histiosit.
Sebagai alat eksresi hati menghasilkan empedu yang merupakan cairan jernih
kehijauan, di dalamnya mengandung zat warna empedu (bilirubin), garam
empedu, kolesterol dan juga bacteri serta obat-obatan. Zatr warna empedu
terbentuk dari rombakan eritrosit yang telah tua atau rusak akan ditangkap
histiosit selanjutnya dirombak dan haeglobinnya dilepas.
Fungsi hati :
1. Menyimpan kelebihan gula dalam bentuk glikogen (gula otot)
2. Merombak kelebihan asam amino (deaminasi)
3. Menawarkan racun
4. Membentuk protombin dan fibrinogen
5. Membentuk albumin dan globulin
6. Mengubah provitamin A menjadi vitamin A
7. Tempat pembentukan urea
8. Menghasilkan empedu
9. Tempat pembentukan dan penghancuran eritrosit yang telah tua

2.1.2 Proses pembentukan urine :


Terdapat 3 proses penting yang berhubungan dengan proses pembentukan urine,
yaitu :
1. Filtrasi (penyaringan) : kapsula bowman dari badan malpighi menyaring
darah dalam glomerus yang mengandung air, garm, gula, urea dan zat
8

bermolekul besar (protein dan sel darah) sehingga dihasilkan filtrat


glomerus (urine primer). Di dalam filtrat ini terlarut zat yang masih berguna
bagi tubuh maupun zat yang tidak berguna bagi tubuh, misal glukosa, asm
amino dan garam-garam.
2. Reabsorbsi (penyerapan kembali) : dalam tubulus kontortus proksimal
zat dalam urine primer yang masih berguna akan direabsorbsi yang
dihasilkan filtrat tubulus (urine sekunder) dengan kadar urea yang tinggi.
3. Ekskesi (pengeluaran) : dalam tubulus kontortus distal, pembuluh darah
menambahkan zat lain yang tidak digunakan dan terjadi reabsornsi aktif ion
Na+ dan Cl- dan sekresi H+ dan K+. Di tempat sudah terbentuk urine yang
sesungguhnya yang tidak terdapat glukosa dan protein lagi, selanjutnya
akan disalurkan ke tubulus kolektifus ke pelvis renalis.
Dari kedua ginjal, urine dialirkan oleh pembuluh ureter ke kandung urine (vesika
urinaria) kemudian melalui uretra, urine dikeluarkan dari tubuh.

2.1.3 Kelainan dan Penyakit Pada Sistem Ekskresi


Kelainan dan penyakit yang menyerang sistem ekskresi dapat disebabkan
oleh banyak hal. Misalnya virus, bakteri, jamur. Efek samping obat atau pola
makan yang tidak sehat. Beberapa penyakit pada sistem ekskresi antara lain
sebagai berikut.
1. Albuminuria
Albuminuria adalah penyakit pada sistem ekskresi yang ditandai
dengan urine penderita mengandung albumin. Albumin merupakan protein
yang bermanfaat bagi manusia karena berfungsi untuk mencegah agar
cairan tidak terlalu banyak keluar dari darah. Penyakit ini rnenyebabkan
terlalu banyak albumin yang lolos dari saringan ginjal dan terbuang
bersama urine. Penyakit ini antara lain disebabkan oleh kekurangan
protein. penyakit ginjal. dan penyakit hati.

2. Hematuria
Hematuria (kencing darah) adalah penyakit pada sistem ekskresi
yang ditandai dengan urine penderita mengandung darah. Penyakit ini

antara lain disebabkan oleh peradangan gnjal, batu ginjal, dan kanker
kandung kemih.

3. Nefrolitiasis
Nefrolitiasis (batu ginjal) adalah penyakit pada sistem ekskresi
yang ditandai dengan adanya batu pada ginjal. saluran ginjal, atau kandung
kemih. Batu ginjal pada umumnya mengandung garam kalsium (zat kapur)
antara lain kalsium oksalat, kalsium fosfat, atau campurannya. Batu ginjal
terbentuk karena konsentrasi unsur-unsur tersebut dalam urine tinggi. yang
dipercepat dengan infeksi dan penyumbatan pada ureter. Penyakit ini
diobati dengan cara mengeluarkan batu ginjal. Apabila batu ginjal masih
berukuran kecil, dapat dihancurkan dengan obat-obatan. Apabila batu
ginjal sudah berukuran besar, harus dikeluarkan dengan tindakan operasi.
Dengan kemajuan ilmu dan teknologi, batu ginjal dapat dihancurkan
dengan gelombang suara yang berintensitas tinggi tanpa perlu tindakan
operasi.
4. Nefritis
Nefritis adalah penyakit pada sistem ekskresi yang ditandai dengan
peradangan ginjal. khususnya nefron. Proses peradangan biasanya berasal
dari glomerulus, kemudian menyebar ke jaringan sekitarnya. Penyakit ini
harus segera ditangani dokter.

5. Gagal Ginjal
Gagal

ginjal

adalah

ketidakmampuan,

ginjal

menjalankan

fungsinya, akibatnya zat-zat yang seharusnya dapat dikeluarkan rnelalui


ginjal menjadi tertumpuk di dalam darah. Salah satu contohnya adalah
timbulnya uremia, yaitu peningkatan kadar urea di dalam darah. Kadar
urea darah yang tinggi dapat menimbulkan keracunan dan mengakibatkan
kematian. Gagal ginjal antara lain disebabkan oleh nefritis. Penyakit ini
dapat diatasi dengan dua alternatif. Pertama melakukan dialisis ginjal (cuci
darah) yang diIakukan secara rutin. Kedua dengan transplantasi (cangkok)
ginjal dari donor. Cangkok ginjal dapat dilakukan jika ada kecocokan

10

antara organ donor dan jaringan penderita sehingga tidak terjadi


penolakan.

6. Diabetes Insipidus
Diabetes insipidus adalah penyakit pada sistem ekskresi yang
ditandai dengan meningkatnya jumlah urine sampai 20-30 kali lipat karena
kekurangan hormon antidiuretika (ADFI). Penyakit ini dapat diatasi
dengan pemberian ADH sintetik.

7. Diabetes Melitus
Diabetes melitus (kencing manis) adalah penyakit pada sistem
ekskresi yang ditandai dengan kadar glukosa darah melebihi normal
karena kekurangean hormon insulin. Kelebihan glukosa darah akan
dikeluarkan bersama urine. Diabetes melitus pada anak diatasi dengan
penyuntikan insulin secara rutin. Diabetes melitus pada orang dewasa
dapat diatasi dengan mengatur diet, olahlaga. dan pemberian obat-obatan
penurun kadar glukosa darah.

8. Hepatitis
Hepatitis adalah radang hati yang umumnya disebabkan oleh virus.
Penyakit ini dapat dicegah dengan vaksin hepatitis, menjaga kebersihan
lingkungan. menghindari kontak langsung dengan penderita hepatitis dan
tidak menggunakan jarum suntik untuk pemakaian lebih baik satu kali.
Beberapa hepatitis. antara lain hepatitis A dan B. Penderita hepatitis
mengalami perubahan warna kulit dan putih mata menjadi berwarna
kuning. Urine penderita pun berwarna kuning. bahkan kecokelatan seperti
teh.

9. Sirosis Hati
Sirosis hati adalah kelainan pada hati yang ditandai dengan
timbulnya jaringan parut dan kerusakan sel-sel normal hati. Sirosis hati
sering terjadi pada peminum alkohol, keracunan obat-obatan, infeksi

11

bakteri. atau komplikasi hepatitis. Karena hati merupakan organ yang


mempunyai banyak fungsi vital, sirosis hati akan menimbulkan beberapa
akibat, antara lain gangguan kesadaran, koma, dan kematian. Pengobatan
sirosis hati ditujukan pada penyebab utamanya, pemulihan fungsi hati.
sampai transplantasi hati.

10. Gangren
Gangren adalah kematian jaringan lunak yang disebabkan oleh
gangguan pengaliran darah ke jaringan tersebut. Gangren sering terjadi di
tangan dan kaki karena gangguan aliran darah. Ganggren banyak terjadi
pada penderita diabetes melitus dan aterosklerosis yang sudah lanjut.
Jaringan yang terkena mula-mula menjadi kebiruan dan terasa dingin jika
disentuh. kemudian menghitam dan berbau busuk. Untuk mengatasi
infeksi diperlukan antibiotik. Pada keadaan yang tidak tertolong bagian
tubuh yang terkena gangren harus diamputasi.

11. Kencing Batu


Kencing batu disebabkan pembentukan endapan zat kapur (kalium)
dalam ginjal. Endapan ini dapat terjadi pada rongga ginjal atau dalam
kantong kemih. Jika endapan terbentuk di dalam rongga ginjal disebut
batu ginjal. Jika terbentuk di dalam kantong kemih disebut kencing batu.
Baik batu ginjal maupunpun kencing batu dapat dihilangkan dengan
pembedahan {operasi), pengobatan, atau penembakan dengan sinar laser.

2.2 Sistem Respirasi


Manusia membutuhkan suplai oksigen secara terus-menerus untuk proses
respirasi sel, dan membuang kelebihan karbondioksida sebagai sisa dari proses
tersebut. Pertukatan gas antara oksigen dengan karbondioksida dilakukan agar
proses respirasi sel terus berlangsung. Oksigen yang dibutuhkan untuk proses
respirasi sel ini berasal dari atmosfer, yang menyediakan gas oksigen sebanyak
21% dari seluruh gas yang ada. Oksigen masuk ke dalam tubuh melalui

12

perantaraan alat pernapasan yang berada di luar. Pada manusia, alveolus yang
terdapat di paru-paru berfungsi sebagai permukaan untuk tempat pertukaran gas.

2.2.1 Organ Pernafasan

1. Hidung
Hidung berbentuk seperti pyramid yang tersusun dari tulang kartilago
hialin dan jaringan fibroaerolar. Bagian dalam hidung merupakan suatu lubang
yang dipisahkan menjadi lubang kiri dan kanan oleh sekat (septum). Rongga
hidung mengandung rambut (fimbriae) yang berfungsi sebagai penyaring (filter)
kasar terhadap benda asing yang masuk. Pada permukaan (mukosa) hidung
terdapat epitel bersilia yang mengandung sel goblet. Sel tersebut mengeluarkan
lendir sehingga dapat menangkap benda asing yang masuk ke dalam saluran
pernapasan. Kita dapat mencium aroma karena di dalam lubang hidung terdapat
reseptor. Reseptor bau terletak pada cribriform plate, di dalamnya terdapat ujung
dari saraf kranial I (Nervous Olfactorius). Hidung berfungsi sebagai jalan napas,
pengatur udara, pengatur kelembaban udara (humidifikasi), pengatur suhu,
pelindung dan penyaring udara, indra pencium, dan resonator suara.

2. Sinus paranasalis
Sinus paranasalis merupakan daerah yang terbuka pada tulang kepala.
Dinamakan sesuai dengan tulang tempat dia berada yaitu sinus frontalis, sinus
ethmoidalis, sinus sphenoidalis, dan sinus maxillaris. Sinus berfungsi untuk:
1. Membantu menghangatkan dan humidifikasi

13

2. Meringankan berat tulang tengkorak


3. Mengatur bunyi suara manusia dengan ruang resonansi

3. Faring
Faring merupakan pipa berotot berbentuk cerobong yang letaknya bermula
dari dasar tengkorak sampai persambungannya dengan esofagus pada ketinggian
tulang rawan (kabrtilago) krikoid. Faring digunakan pada saat digestion
(menelan) seperti pada saat bernapas. Berdasarkan letaknya faring dibagi menjadi
tiga yaitu di belakang hidung (naso-faring), belakang mulut (oro-faring), dan
belakang laring (laringo-faring).
Naso-faring terdapat pada superior di area yang terdapat epitel bersilia
(pseudo stratified) dan tonsil (adenoid), serta merupakan muara tube eustachius.
Tenggorokan dikelilingi oleh tonsil, adenoid, dan jaringan limfoid lainnya.
Struktur tersebut penting sebagai mata rantai nodus limfatikus untuk menjaga
tubuh dari invasi organisme yang masuk ke dalam hidung dan tenggorokan.
Oro-faring berfungsi untuk menampung udara dari naso-faring dan
makanan dari mulut. Pada bagian ini terdapat tonsili platina (posterior) dan tonsili
lingualis (dasar lidah).

4. Laring
Laring sering disebut dengan voice box dibentuk oleh struktur
epiteliumlined yang berhubungan dengan faring (di atas) dan trakhea (di bawah).
Laring terletak di anterior tulang belakang (vertebrae) ke-4 dan ke-6. Bagian atas
dari esofagus berada di posterior laring. Laring berbentuk seperti kotak triangular
dan ditopang oleh sembilan kartilago, tiga berpasangan dan tiga lainnya tidak
berpasangan. Tiga kartilago yang tidak berpasangan adalah kartilago tiroid yang
terlrtak di bagian proksimal kelenjar tiroid, kartilago krikoid yang merupakan
cincin anterior yang lebih dalam dan lebih tebal, epiglotis yang merupakan katup
kartilago yang melekat pada tepi anterior kartilago tiroid. Epiglotis menutup pada
saat menelan untuk mencegah masuknya makanan dan cairan ke saluran

14

pernapasan bawah. Epiglotis juga merupakan batas antara saluran napas atas dan
bawah.
5. Trakea
Trakhea merupakan perpanjangan laring pada ketinggian tulang vertebre
torakal ke-7 yang bercabang menjadi dua bronkhus. Ujung cabang trakhea disebut
carina. Trakhea bersifat sangat fleksibel, berotot, dan memiliki panjang 12 cm
dengan cincin kartilago berbentuk huruf C. Trakea bermula dari bagian bawah
tulang rawan krikoid laring dan berakhir setinggi vertebra thorakal 4 atau 5.
Trakea kemudian bercabang menjadi bronkus principallis dextra dan sinistra di
tempat yang disebut carina.

6. Bronkus
Bronkus merupakan struktur dalam mediastinum, bronkus adalah percabangan
dari trakea. Bronkus kanan lebih pendek, lebar dan lebih dekat dengan trakea.
Setiap bronkus primer bercabang membentuk bronkus sekunder dan tersier
dengan diameter yang semakin mengecil dan menyempit, batang atau lempeng
kartilago mengganti cincin kartilago. Hal tersebut menyebabkan benda asing lebih
mudah masuk ke dalam cabang sebelah kanan dari pada bronkhus sebelah kiri.

7. Bronkhiolus
Bronkiolus merupakan jalan napas intralobular dengan diameter 5 mm, tidak
memiliki tulang rawan maupun kelenjar di dalam mukosanya. Bronkhiolus
berakhir pada saccus alveolaris. Awal proses pertukaran gas terjadi di bronkhiolus
respiratorius.

8. Alveolus
Alveolus adalah kantung udara berukuran sangat kecil dan merupakan akhir
dari bronkiolus respiratorius sehingga memungkinkan pertukaran oksigen dan
karbondioksida. Alveolus terdiri dari membran alveolar dan ruang intesrstisial.
Seluruh dari unit alveoli (zona respirasi) terdiri ats bronkhiolus respiratorius,
duktus alveolus, dan alveolar sacs (kantong alveolus).

15

9. Paru-paru
Paru adalah organ berbentuk piramid seperti spons dan berisi udara yang
terletak di rongga toraks. Paru merupakan jalinan atau susunan bronkus,
bronkiolus, bronkiolus respiratori, alveoli, sirkulasi paru, saraf dan sistem
limfatik. Paru adalah alat pernapasan utama yang merupakan organ berbentuk
kerucut dengan apex di atas dan sedikit lebih tinggi dari klavikula di dalam dasar
leher. Paru-paru kanan mempunyai tiga lobus sedangkan paru-paru kiri
mempunyai dua lobus. Kelima lobus tersebut dapat terlihat dengan jelas. Setiap
paru-paru terbagi lagi menjadi beberapa subbagian menjadi sekitar sepuluh unit
terkecil yang disebut bronchopulmonary segments.

10. Dada, Diafragma, dan Pleura


Tulang dada (sternum) berfungsi melindungi paru-paru, jantung, dan pembuluh
darah besar. Bagian luar rongga dada terdiri atas 12 pasang tulang iga (costae).
Bagian atas dada pada daerah leher terdapat dua otot tambahan inspirasi yaitu otot
scaleneus dan sternocleidomastoid.
Diafragma terletak di bawah rongga dada. Diafragma berbentuk seperti kubah
pada keadaan relaksasi. Pengaturan saraf diafragma (Nervus Phrenicus) terdapat
pada susunan saraf spinal.
Pleura merupakan membran serosa yang menyelimuti paru-paru. Pleura ada
dua macam yaitu pleura parietal yang bersinggungan dengan rongga dada (lapisan
luar paru-paru) dan pleura visceral yang menutupi setiap paru-paru. Diantara
kedua pleura terdapat cairan pleura seperti selaput tipis yang memungkinkan
kedua permukaan tersebut bergesekan satu sama lain selama respirasi, dan
mencegah pelekatan dada dengan paru-paru. Tekanan dalam rongga pleura lebih
rendah daripada tekanan atmosfer sehingga mencegah kolaps paru-paru.
Masuknya udara maupun cairan ke dalam rongga pleura akan menyebabkan paruparu tertekan dan kolaps. Apabila terserang penyakit, pleura akan mengalami
peradangan.

2.2.2 Proses Respirasi

16

Udara masuk ke paru-paru melalui sistem berupa pipa yang menyempit


(bronchi dan bronkiolus) yang bercabang di kedua belah paru-paru utama
(trachea). Pipa tersebut berakhir di gelembung-gelembung paru-paru (alveoli)
yang merupakan kantong udara terakhir dimana oksigen dan karbondioksida
dipindahkan dari tempat dimana darah mengalir. Ada lebih dari 300 juta alveoli di
dalam paru-paru manusia bersifat elastis. Ruang udara tersebut dipelihara dalam
keadaan terbuka oleh bahan kimia surfaktan yang dapat menetralkan
kecenderungan alveoli untuk mengempis (McArdle, et al. 1986).
Alveoli paru-paru/ kantong udara merupakan kantong kecil dan tipis yang
melekat erat dengan lapisan pembuluh darah halus (kapiler) yang mebawa darah
yang bebas oksigen (deoxgenated) dari jantung. Molekul oksigen dapat disaring
melalui dinding pembuluh darah tersebut untuk masuk ke aliran darah. Sama
halnya dengan karbondioksida yang dilepaskan dari darah ke dalam kantong udara
untuk dikeluarkan melalui pernapasan, menentukan jumlah oksigen yang masuk
ke dalam darah dan jumlah karbondioksida yang dikeluarkan dari darah.
Permukaan bagian luar paru-paru ditutup oleh selaput pleura yang licin
dan selaput serupa membatasi permukaan bagian dari dinding dada. Kedua selaput
tersebut terletak dekat sekali dan hanya dipisahkan oleh lapisan cairan yang tipis,
karenanya dapat dipisahkan dan terdapat suatu rongga diantara selaput-selaput
tersebut yang disebut ruang antar rongga selaput dada (intra pleura space).
Sewaktu menarik napas (inspirasi) dinding dada secara aktif tertarik keluar oleh
pengerutan dinding dada, dan sekat rongga dada (diafragma) tertarik ke bawah.
Berkurangnya tekanan di dalam menyebabkan udara mengalir ke paru-paru.
Pada saat inhalasi, terjadi kontraksi dari otot-otot pernapasan sehingga
volume rongga thoraks meningkat. Hal ini menyebabkan tekanan pada rongga
thoraks menurun dan mengakibatkan adanya perbedaan tekanan udara di dalam
dan di luar tubuh dengan tekanan udara di dalam tubuh lebih rendah sehingga
udara masuk ke dalam paru dan paru mengembang. Pada saat ekhalasi, otot-otot
respirasi berelaksasi sehingga volume rongga thoraks menurun dan menyebabkan
tekanan rongga thoraks meningkat. Pada kondisi ini volume rongga dada akan
berkurang dan terjadi peningkatan tekanan di dalam paru sehingga mendorong
udara keluar dari dalam paru ke atmosfer.

17

Respirasi eksternal adalah pertukaran oksigen dan karbondioksida antara


paru dan kapiler darah paru. Selama inspirasi, udara atmosfer mengandung
oksigen memasuki alveoli. Darah terdeoksigenasi dipompa dari ventrikel kanan
melalui arteri pulmonaslis menuju kapiler pulmonalis yang menyelubungi alveoli.
PO2 alveolar 105 mmHg, pO2 darah teroksigenasi yang memasuki kapiler
pulmonalis hanya 40 mmHg. Sebagai akibat perbedaan tekanan tersebut, oksigen
berdifunsi dari alveoli ke dalam darah terdeoksigenasi sampai keseimbangan
tercapai, dan pO2 darah terdeoksigenasi sekarang 105 mmHg. Ketika oksigen
difusi dari alveoli ke dalam darah terdeoksigenasi, karbondioksida berdifusi
dengan arah berlawanan. Sampai di paru, pCO2 darah terdeoksigenasi 46 mmHg,
sedang di alveoli 40 mmHg. Oleh karena perbedaan pCO2 tersebut
karbondioksida berdifusi dari darah terdeoksigenasi ke dalam alveoli sampai
pCO2 turun menjadi 40 mmHg. Dengan demikian pO2 dan pCO2 darah
terdeoksigenasi yang meninggalkan paru sama dengan udara dalam alveolar.
Karbondioksida yang berdifusi ke alveoli dhembuskan keluar dari paru selama
ekspirasi (Soewolo, et al. 1999).
Di alveoli

paru-paru,

oksigen berdifusi

lebih cepat

dari pada

karbondioksida karena berat jenisnya lebih rendah. Difusi gas dalam jaringan
tubuh angat dipengaruhi oleh daya larutnya di dalam cairan-cairan jaringan dan
darah, dan oleh karena karbondioksida berkurang lebih 24 kali lebih mudah larut
dalam

darah

dibanding

oksigen,

maka

keseluruhan

kecepatan

difusi

karbondioksida melebihi kecepatan oksigen sekitar 20 kali lipat. Difusi gas


dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : kelainan pada dinding alveoli,
peredaran pembuluh darah halus yang tidak sempurna dapat mengurangi suplai
darah ke alveoli, mengecilnya alveoli yang dapat mengurangi daerah pemindahan
gas. Salah satu dari semua itu dapat menyebabkan kurang oksigen dalam darah
atau berkurangnya pengeluaran karbondioksida dari darah.
Pengangkutan gas-gas pernapasan antara paru dan jaringan tubuh adalah
tugas darah. Bila oksigen dan karbondioksida masuk darah, terjadi perubahan
kimiadan fisika tertentu yang membantu pengangkutan dan pertukaran gas. Dalam
setiap 100 ml darah teroksigenasi mengandung 20 ml oksigen. Oksigen tidak
mudah larut dalamair, karenanya sangat sedikit oksigen yang diangut dalam

18

keadaan larut dalam plasma darah. Kenyataannya, 100 ml darah teroksigenasi


hanya kira-kira 3% terlarut dalam plasma, 97 % sisanya diangkut dalam gabungan
kimia dengan hemoglobin dalam eritrosit. Hemoglobin terdiri dari protein yang
disebut globin dan pigmen yang disebut heme. Oksigen dan hemoglobin
bergabung dalam suatu rekasi bolak-balik yang dengan mudah membentuk
oksihemoglobin (Soewolo, et al. 1999).
Proses perubahan asam karbonat-bikarbonat yang dapat berbalik arah juga
membantu menyangga darah, dengan membebaskan atau mengeluarkan ion
hidrogen, tergantung pada pH. Sebagian besar ion bikarbonat berdifusi ke dalam
plasma, ion-ion diangkut dalam aliran darah ke paru-paru. Kebalikan dari proses
yang terjadi dalam kapiler jaringan terjadi diparu-paru. Ion bikarbonat berdifusi
dari plasma ke dalam sel darah merah.Ion hidrogen yang dibebasan dari
hemoglobin, bergabung dengan ion bikarbonat untuk membentuk asam karbonat.
Karbondioksida dibentuk dari asam karbonat dan dilepaskan dari hemoglobin.
Karbondioksida berdifusi keluar dari darah, ke dalam cairan interstitial dan ke
dalam ruangan alveoli, sebelum dikeluarkan selama ekshalasi (Campbell, et al.
2004).
Dalam pertukaran ion klor berdifusi ke dalam sel darah merah yang
dikenal sebagai chloride shift. Ion klor yang masuk plasma dari sel darah merah
bergabung dengan ion K untuk membentuk KCl. Ion bikarbonat yang masuk
plasma dari sel darah merah bergabung dengan ion Na, membentuk sodium
bikarbonat. Rangkaian reaksi tersebut bahwa karbondioksida dibawa dari sel
jaringan sebagai ion bikarbonat dalam plasma (Soewolo, et al. 1999).

2.2.3 Gangguan pada Sistem Respirasi


Gangguan pada sistem pernapasan adalah terganggunya pengangkutan O2
ke sel-sel atau jaringan tubuh; disebut asfiksi. Asfiksi ada bermacam-macam
misalnya terisinya alveolus dengan cairan limfa karena infeksi Diplokokus
pneumonia atau Pneumokokus yang menyebabkan penyakit pneumonia.
Keracunan asam sianida, debu, batu bara dan racun lain dapat pula menyebabkan
terganggunya pengikatan O2 oleh hemoglobin dalam pembuluh darah, karena

19

daya afinitas hemoglobin juga lebih besar terhadap racun dibanding terhadap O2.
Asfiksi dapat pula disebabkan karena penyumbatan saluran pernapasan oleh
kelenjar limfa, misalnya polip, amandel, dan adenoid. Gangguan pernapasan yang
sering terjadi adalah emfisema berupa penyakit yang terjadi karena susunan dan
fungsi alveolus yang abnormal.
1.

Asma
Penyakit asma adalah suatu jenis penyakit gangguan pernapasan

khususnya pada paru- paru. Asma merupakan suatu penyakit yang dikenal
dengan penyakit sesak napas yangdikarenakan adanya penyempitan pada
saluran pernapasan karena adanya aktivitas berlebihyang mengakibatkan
terhadap suatu rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan dan
penyempitan pada pembuluh darah dan udara yang mengalirkan oksigen ke
paru-paru danrongga dada. Umumnya seseorang yang menderita sesak napas
atau asma bersifat sementaradan dapat sembuh seperti sedia kala dengan atau
tanpa bantuan obat.Gejala awal dari timbulnya penyakit asma adalah adanya
gejala sesak napas, batuk dan suara mengi (bengek) yang dikarenakan adanya
penyempitan dan sumbatan pada pembuluh darah yang mengalirkan oksigen
ke paru-paru dan rongga dada yang membuatsaluran udara menjadi
terhambat.

2.

Emfisema
Emfisema Paru-paru adalah penyakit saluran pernafasan yang berciri

sesak napas terusmenerus yang menghebat pada waktu mengeluarkan tenaga


dan sering kali dengan perasaanletih dan tidak bergairah atau kalau bahasa
awamnya disebut Paru-Paru Basah.Emfisema Paru-paru adalah penyakit paru
obstruktif kronik. Emfisema paru-paru merupakan penyakityang gejala
utamanya adalah penyempitan (obstruksi) saluran napas, karena kantung udara
di paru menggelembung secara berlebihan dan mengalami kerusakan yang
luas.
3.

Kanker Paru-Paru
Kanker paru-paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak

terkendali dalam jaringan paru yang dapat disebabkan oleh sejumlah

20

karsinogen lingkungan, terutama asaprokok. Sebagian besar kanker paruparu berasal dari sel-sel di dalam paru-paru tetapi kanker paru-paru bisa
juga berasal dari kanker di bagian tubuh lainnya yang menyebar ke paruparu.Merokok merupakan penyebab utama dari sekitar 90% kasus kanker
paru-paru pada pria dan sekitar 70% pada wanita. Semakin banyak rokok
yang dihisap, semakin besar resikountuk menderita kanker paru-paru.Hanya
sebagian kecil kanker paru-paru (sekitar 10%-15% pada pria dan 5%
padawanita) yang disebabkan oleh zat yang ditemui atau terhirup di tempat
bekerja. Bekerjadengan asbes, radiasi, arsen, kromat, nikel, klorometil eter,
gas mustard dan pancaran ovenarang bisa menyebabkan kanker paru-paru,
meskipun biasanya hanya terjadi pada pekerjayang juga merokok. Peranan
polusi udara sebagai penyebab kanker paru-paru masih belum jelas.
Beberapa kasus terjadi karena adanya pemaparan oleh gas radon di rumah
tangga.Kadang kanker paru (terutama adenokarsinoma dan karsinoma sel
alveolar) terjadi pada orang yang paru-parunya telah memiliki jaringan parut
karena penyakit paru-parulainnya, seperti tuberkulosis dan fibrosis.

2.3 Sistem Saraf


Sistem saraf adalah serangkaian organ yang kompleks dan bersambungan
serta terdiri terutama dari jaringan saraf. Dalam mekanisme sistem saraf,
lingkungan internal dan stimulus eksternal dipantau dan diatur. Kemampuan
khusus seperti iritabilitas, atau sensitivitas terhadap stimulus, dan konduktivitas,
atau kemampuan untuk mentransmisi suatu respons terhadap stimulasi, diatur oleh
sistem saraf dalam tiga cara utama : Input sensorik. Sistem saraf menerima sensasi
atau stimulus melalui reseptor, yang terletak di tubuh baik eksternal (reseptor
somatic) maupun internal (reseptor viseral). Antivitas integratif. Reseptor
mengubah stimulus menjadi impuls listrik yang menjalar di sepanjang saraf
sampai ke otak dan medulla spinalis, yang kemudian akan menginterpretasi dan
mengintegrasi stimulus, sehingga respon terhadap informasi bisa terjadi.Output

21

motorik. Input dari otak dan medulla spinalis memperoleh respon yang sesuai dari
otot dan kelenjar tubuh , yang disebut sebagai efektor.

Fungsi saraf
Fungsi saraf adalah sebagai berikut :
a) Menerima rangsangan (oleh indera)
b) Meneruskan impuls saraf ke sistem saraf pusat (oleh saraf sensorik)
c) Mengolah rangsangan untuk menentukan tanggapan (oleh sistem saraf pusat)
d) Meneruskan rangsangan dari sistem saraf pusat ke efektor (oleh saraf motorik)

Sel Saraf
- Neuron
Sistem saraf terdiri atas sel-sel saraf yang disebut neuron. Neuron bergabung
membentuk suatu jaringan untuk mengantarkan impuls (rangsangan). Satu sel
saraf tersusun dari badan sel, dendrit, dan akson.

a. Badan sel
Badan sel saraf merupakan bagian yang paling besar dari sel saraf. Badan sel
berfungsi untuk menerima rangsangan dari dendrit dan meneruskannya ke akson.
Pada badan sel saraf terdapat inti sel, sitoplasma, mitokondria, sentrosom, badan
golgi, lisosom, dan badan nisel. Badan nisel merupakan kumpulan retikulum
endoplasma tempat transportasi sintesis protein.
b. Dendrit

22

Dendrit adalah serabut sel saraf pendek dan bercabang-cabang. Dendrit


merupakan perluasan dari badan sel. Dendrit berfungsi untuk menerima dan
mengantarkan rangsangan ke badan sel.
c. Akson
Akson disebut neurit. Neurit adalah serabut sel saraf panjang yang merupakan
perjuluran sitoplasma badan sel. Di dalam neurit terdapat benang-benang halus
yang disebut neurofibril. Neurofibril dibungkus oleh beberapa lapis selaput mielin
yang banyak mengandung zat lemak dan berfungsi untuk mempercepat jalannya
rangsangan. Selaput mielin tersebut dibungkus oleh sel-sel sachwann yang akan
membentuk suatu jaringan yang dapat menyediakan makanan untuk neurit dan
membantu pembentukan neurit. Lapisan mielin sebelah luar disebut neurilemma
yang melindungi akson dari kerusakan. Bagian neurit ada yang tidak dibungkus
oleh lapisan mielin. Bagian ini disebut dengan nodus ranvier dan berfungsi
mempercepat jalannya rangsangan.
Ada tiga macam sel saraf yang dikelompokkan berdasarkan struktur dan
fungsinya, yaitu:
1) Sel saraf sensorik, adalah sel saraf yang berfungsi menerima rangsangan dari
reseptor yaitu alat indera.
2) Sel saraf motorik, adalah sel saraf yang berfungsi mengantarkan rangsangan ke
efektor yaitu otot dan kelenjar. Rangsangan yang diantarkan berasal atau diterima
dari otak dan sumsum tulang belakang. Perbedaan struktur dan fungsi dari ketiga
jenis sel saraf tersebut lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel
Perbedaan sel saraf sensorik, penghubung, dan motorik

3) Sel saraf penghubung adalah sel saraf yang berfungsi menghubungkan sel saraf
satu dengan sel saraf lainnya. Sel saraf ini banyak ditemukan di otak dan sumsum
tulang belakang. Sel saraf yang dihubungkan adalah sel saraf sensorik dan sel
23

saraf motorik.Saraf yang satu dengan saraf lainnya saling berhubungan.


Hubungan antara saraf tersebut disebut sinapsis. Sinapsis ini terletak antara
dendrit dan neurit. Bentuk sinapsis seperti benjolan dengan kantung-kantung yang
berisi zat kimia seperti asetilkolin (Ach) dan enzim kolinesterase. Zat-zat tersebut
berperan dalam mentransfer impuls pada sinapsis.

- Impuls
Impuls adalah rangsangan atau pesan yang diterima oleh reseptor dari lingkungan
luar, kemudian dibawa oleh neuron. Impuls dapat juga dikatakan sebagai
serangkaian pulsa elektrik yang menjalari serabut saraf. Contoh rangsangan
adalah sebagai berikut:
1. Perubahan dari dingin menjadi panas.
2. Perubahan dari tidak ada tekanan pada kulit menjadi ada tekanan.
3. Berbagai macam aroma yang tercium oleh hidung.
4. Suatu benda yang menarik perhatian.
5. Suara bising.
6. Rasa asam, manis, asin dan pahit pada makanan.

2.3.1 Organ Sistem Saraf


a. Sistem Saraf Pusat
Sistem saraf pusat merupakan pusat dari seluruh kendali dan regulasi pada
tubuh, baik gerakan sadar atau gerakan otonom. Dua organ utama yang menjadi
penggerak sistem saraf pusat adalah otak dan sumsum tulang belakang. Otak
manusia merupakan organ vital yang harus dilindungi oleh tulang tengkorak.
Sementara itu, sumsum tulang belakang dilindungi oleh ruas-ruas tulang
belakang. Otak dan sumsum tulang belakang sama-sama dilindungi oleh suatu
membran yang melindungi keduanya. Membran pelindung tersebut dinamakan
meninges. Meninges dari dalam keluar terdiri atas tiga bagian, yaitu piameter,
arachnoid, dan durameter. Piameter merupakan lapisan membran yang paling
dalam. Lapisan ini berhubungan langsung dengan otak atau sumsum tulang
belakang. Pada piameter banyak terkandung pembuluh darah. Arachnoid
merupakan lapisan yang berada di antara piameter dan durameter. Adapun

24

durameter adalah lapisan membran yang paling luar. Durameter berhubungan


langsung dengan tulang. Pada daerah di antara piameter dan arachnoid, terdapat
rongga yang berisi cairan serebrospinal. Cairan ini berfungsi melindungi otak atau
sumsum tulang belakang dari goncangan dan benturan.
Selaput ini terdiri atas tiga bagian, yaitu sebagai berikut:
a) Piamater. Merupakan selaput paling dalam yang menyelimuti sistem saraf
pusat. Lapisan ini banyak sekali mengandung pembuluh darah.
b) Arakhnoid. Lapisan ini berupa selaput tipis yang berada di antara piamater dan
duramater.
c) Duramater. Lapisan paling luar yang terhubung dengan tengkorak. Daerah di
antara piamater dan arakhnoid diisi oleh cairan yang disebut cairan serebrospinal.
Dengan adanya lapisan ini, otak akan lebih tahan terhadap goncangan dan
benturan dengan kranium. Kadangkala seseorang mengalami infeksi pada lapisan
meninges, baik pada cairannya ataupun lapisannya yang disebut meningitis.

1) Otak
Otak merupakan organ yang telah terspesialisasi sangat kompleks. Berat
total otak dewasa adalah sekitar 2% dari total berat badannya atau sekitar 1,4
kilogram dan mempunyai sekitar 12 miliar neuron. Pengolahan informasi di otak
dilakukan pada bagian-bagian khusus sesuai dengan area penerjemahan neuron
sensorik. Permukaan otak tidak rata, tetapi berlekuk-lekuk sebagai pengembangan
neuron yang berada di dalamnya. Semakin berkembang otak seseorang, semakin
banyak lekukannya. Lekukan yang berarah ke dalam (lembah) disebut sulkus dan
lekukan yang berarah ke atas (gunungan) dinamakan girus.
Otak mendapatkan impuls dari sumsum tulang belakang dan 12 pasang
saraf kranial. Setiap saraf tersebut akan bermuara di bagian otak yang khusus.

25

Otak manusia dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu otak depan, otak tengah,
dan otak belakang (Gambar 9.10). Para ahli mempercayai bahwa dalam
perkembangannya, otak vertebrata terbagi menjadi tiga bagian yang mempunyai
fungsi khas. Otak belakang berfungsi dalam menjaga tingkah laku, otak tengah
berfungsi dalam penglihatan, dan otak depan berfungsi dalam penciuman
(Campbell, et al, 2006: 578)

a) Otak depan
Otak depan terdiri atas otak besar (cerebrum), talamus, dan hipotalamus.
Otak besar merupakan bagian terbesar dari otak, yaitu mencakup 85% dari
volume seluruh bagian otak. Bagian tertentu merupakan bagian paling penting
dalam penerjemahan informasi yang Anda terima dari mata, hidung, telinga, dan
bagian tubuh lainnya. Bagian otak besar terdiri atas dua belahan (hemisfer), yaitu
belahan otak kiri dan otak kanan (Gambar 9.11). Setiap belahan tersebut akan
mengatur kerja organ tubuh yang berbeda.

Gambar 9.11 Otak besar terdiri atas dua belahan, yaitu hemisfer otak kiri dan hemisfer otak kanan.

Otak kanan sangat berpengaruh terhadap kerja organ tubuh bagian kiri,
serta bekerja lebih aktif untuk pengerjaan masalah yang berkaitan dengan seni

26

atau kreativitas. Bagian otak kiri mempengaruhi kerja organ tubuh bagian kanan
serta bekerja aktif pada saat Anda berpikir logika dan penguasaan bahasa atau
komunikasi. Di antara bagian kiri dan kanan hemisfer otak, terdapat jembatan
jaringan saraf penghubung yang disebut dengan corpus callosum. Talamus
mengandung badan sel neuron yang melanjutkan informasi menuju otak besar.
Talamus memilih data menjadi beberapa kategori, misalnya semua sinyal
sentuhan dari tangan. Talamus juga dapat menekan suatu sinyal dan memperbesar
sinyal lainnya. Setelah itu talamus menghantarkan informasi menuju bagian otak
yang sesuai untuk diterjemahkan dan ditanggapi.
Hipotalamus mengontrol kelenjar hipofisis dan mengekspresikan berbagai
macam hormon. Hipotalamus juga dapat mengontrol suhu tubuh, tekanan darah,
rasa lapar, rasa haus, dan hasrat seksual. Hipotalamus juga dapat disebut sebagai
pusat kecanduan karena dapat dipengaruhi oleh obatobatan yang menimbulkan
kecanduan, seperti amphetamin dan kokain. Pada bagian lain hipotalamus,
terdapat kumpulan sel neuron yang berfungsi sebagai jam biologis. Jam biologis
ini menjaga ritme tubuh harian, seperti siklus tidur dan bangun tidur. Di bagian
permukaan otak besar terdapat bagian yang disebut telensefalon serta diensefalon.
Pada bagian diensefalon, terdapat banyak sumber kelenjar yang menyekresikan
hormon, seperti hipotalamus dan kelenjar pituitari (hipofisis). Bagian telensefalon
merupakan bagian luar yang mudah kita amati dari model torso.

Gambar 9.12 Pembagian fungsi otak yang berada dibelahan (hemisfer) otak besar.

Beberapa bagian dari hemisfer mempunyai tugas yang berbeda terhadap


informasi yang masuk. Bagian-bagian tersebut adalah sebagai berikut.
a. Temporal, berperan dalam mengolah informasi suara.
27

b. Oksipital, berhubungan dengan pengolahan impuls cahaya dari penglihatan.


c. Parietal, merupakan pusat pengaturan impuls dari kulit serta berhubungan
dengan pengenalan posisi tubuh.
d. Frontal, merupakan bagian yang penting dalam proses ingatan dan perencanaan
kegiatan manusia (Gambar 9.12).
b) Otak tengah
Otak tengah merupakan bagian terkecil otak yang berfungsi dalam
sinkronisasi pergerakan kecil, pusat relaksasi dan motorik, serta pusat pengaturan
refleks pupil pada mata. Otak tengah terletak di permukaan bawah otak besar
(cerebrum). Pada otak tengah terdapat lobus opticus yang berfungsi sebagai
pengatur gerak bola mata. Pada bagian otak tengah, banyak diproduksi
neurotransmitter yang mengontrol pergerakan lembut. Jika terjadi kerusakan pada
bagian ini, orang akan mengalami penyakit parkinson. Sebagai pusat relaksasi,
bagian otak tengah banyak menghasilkan neurotransmitter dopamin.
c) Otak belakang
Otak belakang tersusun atas otak kecil (cerebellum), medula oblongata,
dan pons varoli. Otak kecil berperan dalam keseimbangan tubuh dan koordinasi
gerakan otot. Otak kecil akan mengintegrasikan impuls saraf yang diterima dari
sistem gerak sehingga berperan penting dalam menjaga keseimbangan tubuh pada
saat beraktivitas. Kerja otak kecil berhubungan dengan sistem keseimbangan
lainnya, seperti proprioreseptor dan saluran keseimbangan di telinga yang
menjaga keseimbangan posisi tubuh. Informasi dari otot bagian kiri dan bagian
kanan tubuh yang diolah di bagian otak besar akan diterima oleh otak kecil
melalui jaringan saraf yang disebut pons varoli. Di bagian otak kecil terdapat
saluran yang menghubungkan antara otak dengan sumsum tulang belakang yang
dinamakan medula oblongata. Medula oblongata berperan pula dalam mengatur
pernapasan, denyut jantung, pelebaran dan penyempitan pembuluh darah, gerak
menelan, dan batuk. Batas antara medula oblongata dan sumsum tulang belakang
tidak jelas. Oleh karena itu, medula oblongata sering disebut sebagai sumsum
lanjutan.

28

Gambar 9.13 Otak kecil, pons varoli, dan medula oblongata


Pons varoli dan medula oblongata, selain berperan sebagai pengatur sistem
sirkulasi, kecepatan detak jantung, dan pencernaan, juga berperan dalam
pengaturan pernapasan. Bahkan, jika otak besar dan otak kecil seseorang rusak, ia
masih dapat hidup karena detak jantung dan pernapasannya yang masih normal.
Hal tersebut dikarenakan fungsi medula oblongata yang masih baik. Peristiwa ini
umum terjadi pada seseorang yang mengalami koma yang berkepanjangan.
Bersama otak tengah, pons varoli dan medula oblongata membentuk unit
fungsional yang disebut batang otak (brainstem).

2) Sumsum Tulang Belakang (Medula Spinalis)

Sumsum tulang belakang (medulla spinalis) merupakan perpanjangan dari


sistem saraf pusat. Seperti halnya dengan sistem saraf pusat yang dilindungi oleh
tengkorak kepala yang keras, sumsum tulang belakang juga dilindungi oleh ruas29

ruas tulang belakang. Sumsum tulang belakang memanjang dari pangkal leher,
hingga ke selangkangan. Bila sumsum tulang belakang ini mengalami cidera
ditempat tertentu, maka akan mempengaruhi sistem saraf disekitarnya, bahkan
bisa menyebabkan kelumpuhan di area bagian bawah tubuh, seperti anggota gerak
bawah (kaki).
Secara anatomis, sumsum tulang belakang merupakan kumpulan sistem
saraf yang dilindungi oleh ruas-ruas tulang belakang. Sumsum tulang belakang
atau biasa disebut medulla spinalis ini, merupakan kumpulan sistem saraf dari dan
ke otak. Secara rinci, ruas-ruas tulang belakang yang melindungi sumsum tulang
belakang ini adalah sebagai berikut:
Sumsum tulang belakang terdiri dari 31 pasang saraf spinalis yang terdiri dari 7
pasang dari segmen servikal, 12 pasang dari segmen thorakal, 5 pasang dari
segmen lumbalis, 5 pasang dari segmen sacralis dan 1 pasang dari segmen
koxigeus.

Vertebra Servikalis (ruas tulang leher) yang berjumlah 7 buah dan


membentuk daerah tengkuk.

Vertebra Torakalis (ruas tulang punggung) yang berjumlah 12 buah dan


membentuk bagian belakang torax atau dada.

Vertebra Lumbalis (ruas tulang pinggang) yang berjumlah 5 buah dan


membentuk daerah lumbal atau pinggang.

30

Vertebra Sakralis (ruas tulang kelangkang) yang berjumlah 5 buah dan


membentuk os sakrum (tulang kelangkang).

Vertebra koksigeus (ruas tulang tungging) yang berjumlah 4 buah dan


membentuk tulang koksigeus (tulang tungging)

b. Sistem saraf Perifer


Susunan saraf tepi terdiri atas serabut saraf otak dan serabut saraf sumsum tulang
belakang (spinal). Serabut saraf sumsum dari otak, keluar dari otak sedangkan
serabut saraf sumsum tulang belakang keluar dari sela-sela ruas tulang belakang.
Tiap pasang serabut saraf otak akan menuju ke alat tubuh atau otot, misalnya ke
hidung, mata, telinga, dan sebagainya. Sistem saraf tepi terdiri atas serabut saraf
sensorik dan motorik yang membawa impuls saraf menuju ke dan dari sistem
saraf pusat.

2.3.2 Proses pada Sistem Saraf


Sistem saraf merupakan salah satu sistem koordinasi yang bertugas
menyampaikan rangsangan dari reseptor untuk dideteksi dan direspon oleh tubuh.
Sistem saraf memungkinkan makhluk hidup tanggap dengan cepat terhadap
perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungan luar maupun dalam. Untuk
menanggapi rangsangan, ada tiga komponen yang harus dimiliki oleh sistem saraf,
yaitu:

Reseptor, adalah alat penerima rangsangan atau impuls. Pada tubuh kita yang
bertindak sebagai reseptor adalah organ indera.

31

Penghantar impuls, dilakukan oleh saraf itu sendiri. Saraf tersusun dari berkas
serabut penghubung (akson). Pada serabut penghubung terdapat sel-sel
khusus yang memanjang dan meluas. Sel saraf disebut neuron.
Efektor, adalah bagian yang menanggapi rangsangan yang telah diantarkan
oleh penghantar impuls. Efektor yang paling penting pada manusia adalah
otot dan kelenjar.

Gerak sadar
Gerak sadar atau gerak biasa adalah gerak yang terjadi karena disengaja atau
disadari. Impuls yang menyebabkan gerakan ini disampaikan melalui jalan yang
panjang. Bagannya adalah sebagai berikut.

Gerak refleks
Gerak refleks adalah gerak yang tidak disengaja atau tidak disadari. Impuls
yang menyebabkan gerakan ini disampaikan melalui jalan yang sangat singkat dan
tidak melewati otak. Bagannya sebagai berikut. Contoh gerak refleks adalah sebagai
berikut:
Terangkatnya kaki jika terinjak sesuatu.
Gerakan menutup kelopak mata dengan cepat jika ada benda asing yang
masuk ke mata.
Menutup hidung pada waktu mencium bau yang sangat busuk.
Gerakan tangan menangkap benda yang tiba-tiba terjatuh.
Gerakan tangan melepaskan benda yang bersuhu tinggi.
Sistem Saraf Sadar

- Sistem saraf sadar bekerja atas dasar kesadaran dan kemauan kita. Ketika Anda
makan, menulis, berbicara, maka saraf inilah yang mengkoordinirnya. Saraf ini
meneruskan impuls dari reseptor ke sistem saraf pusat, dan meneruskan impuls
dari sistem saraf pusat ke semua otot kerangka tubuh. Sistem saraf sadar terdiri
atas 12 pasang saraf kranial, yang keluar dari otak dan 31 pasang saraf spinal yang
keluar dari sumsum tulang belakang 31 pasang saraf spinal terlihat pada Gambar
8.8. Saraf-saraf spinal tersebut terdiri atas gabungan saraf sensorik dan motorik.
Dua belas pasang saraf kranial tersebut, antara lain sebagai berikut.
a) Saraf olfaktori, saraf optik, dan saraf auditori. Saraf-saraf ini merupakansaraf
sensori.
b) Saraf okulomotori, troklear, abdusen, spinal, hipoglosal. Kelima saraf tersebut
merupakan saraf motorik.

32

c) Saraf trigeminal, fasial, glossofaringeal, dan vagus. Keempat saraf tersebut


merupakan saraf gabungan dari saraf sensorik dan motorik. Agar lebih memahami
tentang jenis-jenis saraf kranial.

-Sistem Saraf Tak Sadar (Otonom)


Sistem saraf ini bekerja tanpa disadari, secara otomatis, dan tidak di bawah
kehendak saraf pusat. Contoh gerakan tersebut misalnya denyut jantung,
perubahan pupil mata, gerak alat pencernaan, pengeluaran keringat, dan lain-lain.
Kerja saraf otonom ternyata sedikit banyak dipengaruhi oleh hipotalamus di otak.

2.3.3 Gangguan Pada Sistem Saraf


A. Stroke ( istilah lain Cerebrovascular accident ( CVA ) atau Cerebral
apoplexy ), adalah kerusakan otak akibat tersumbatnya atau pecahnya
pembuluh darah otak. Stroke tidak hanya akan menimbulkan kecacatan
yang dapat membebani seumur hidup tapi juga ancaman kematian bagi
pasien. Salah satu penyebab stroke adalah kolesterol yang meningkatkan
risiko penyumbatan pembuluh darah akibat bekuan darah, sehingga obat
stroke yang biasa diberikan obat pengencer darah dan obat penurun kadar
kolesterol. Antikoagulan (anti penggumpalan) tidak diberikan kepada
penderita tekanan darah tinggi dan tidak pernah diberikan kepada
penderita dengan perdarahan otak karena akan menambah risiko terjadinya
perdarahan ke dalam otak.
B. Poliomielitis , Polio (Poliomielitis) adalah suatu infeksi virus yang sangat
menular, yang menyerang seluruh tubuh (termasuk otot dan saraf) dan bisa
menyebabkan kelemahan otot yang sifatnya permanen, kelumpuhan atau
kematian. Penyebabnya adalah virus polio. Virus masuk melalui mulut dan
hidung, berkembangbiak di dalam tenggorokan dan saluran pencernaan,
lalu diserap dan diserbarkan melalui sistem pembuluh darah dan pembuluh
getah bening.
C. Epilepsi, penyakit karena dilepaskannya letusan-letusan listrik ( impuls )
pada neuron-neuron otak. spesies Golden Stichopus Variegatus (gamat /
teripang emas) yaitu spesies terbaik dan satu-satunya spesies yang

33

mengandung

Gamapeptide

(tidak

ditemukan

pada

spesies

lain).

Gamapeptide bermanfaat untuk mencegah inflamasi, mengurangi rasa


sakit, 3x mempercepat penyembuhan luka, mengaktifkan pertumbuhan
dan mengaktifkan sel-sel, membuat kulit lebih muda dan meningkatkan
kecantikan, menstabilkan emosi, memelihara sirkulasi darah. Teripang
memiliki kandungan gizi lengkap. Antara lain 9 jenis karbohidrat, 59 jenis
asam lemak, 19 jenis asam amino, 25 komponen vitamin, 10 jenis mineral,
dan 5 jenis sterol. Semua bersatu-padu membangun kekebalan tubuh dan
memperbaiki sel-sel yang rusak.
D. Meningitis yaitu peradangan selaput otak (meninges), yang disebabkan
oleh bakteriNeisseria meningitis atau bakteri dan virus lainnya yang dapat
menyebabkan peradangan.
E. Neuritis yaitu gangguan pada saraf sistem saraf tepi (perifer) yang
disebabkan adanya peradangan, paparan bahan kimia beracun, ataupun
tekanan (trauma) fisik.
F. Hidrosefalus

merupakan peradangan selaput otak (serebrospinal)

sehingga cairan otak terkumpul di otak. Akibatnya, kepala membesar.


G. Penyakit Parkinson

yaitu gangguan/penyakit kemunduran otak akibat

kerusakan bagian otak yang mengendalikan gerakan otot. Ciri-ciri


penderita penyakit ini adalah tubuh yang selalu gemetar, mengalami
kesakitan dalam berjalan, bergerak, dan berkoordinasi.
H. Gegar otak yaitu gangguan pada otak akibat benturan pada kepala.
I. Afasia yaitu kehilangan daya ingat karena kerusakan pada otak besar
bagian tengah.
J.

Ataksia penyakit degenerasi akibat mengecilnya otak kecil. Gejala yang


dialami penderita ataksia yaitu kesulitan mengontrol gerak tubuh, tersedak
saat minum, dan kesulitan melafalkan kata-kata.

K. Alzheimer
Gangguan

umumnya menyerang orang berusia di atas 65 tahun.


Alzheimer

ditandai

dengan

berkurangnya

kemampuan

mengingat. Penderita Alzeimer juga kehilangan kemampuan unutk


melakukan aktifitas sehari-hari

34

L. Parkinson,

penyakit

yang

disebabkan

oleh

berkurangnya

neurotranslator dopamin pada dasar gangglion dengan gejala tangan


gemetaran sewaktu istirahat ( tetapi gemetaran itu hilang sewaktu tidur ),
sulit bergerak, kekakuan otot, otot muka kaku menimbulkan kesan seolaholah bertopeng, mata sulit berkedip dan langkah kaki menjadi kecil dan
kaku.
M. Transeksi , kerusakan atau seluruh segmen tertentu dari medula spialis.
Misalnya karena jatuh, tertebak yang disertai dengan hancurnya tulang
belakang.
N. Neurasthonia, ( lemah saraf ) , penyakit ini ada karena pembawaan lahir,
terlalu berat penderitanya, rohani terlalu lemah atau karena penyakit
keracunan.
O. Cutter, kelainan di mana penderitanya selalu melukai dirinya sendiri pada
saat depresi, stres, atau bingung.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1.

Tubuh merupakan tempat berlangsungnya berbagai proses metabolisme.


Metabolisme adalah perubahan kimia, dengan bantuan enzim yang terjadi di
dalam tubuh organisme.Proses metabolisme menghasilkan energi dan zat
yang berguna bagi kehidupan . Selain itu, juga terbentuk zat sisa yang
merupakan racun bila tetap berada di dalam tubuh. Oleh karena itu, zat sisa
harus dikeluarkan dari tubuh melalui sistem ekskresi. Sistem ekskresi pada
manusia dan Vertebrata terdiri atas ginjal, kulit, paru-paru dan hati.Ekskresi
merupakan proses pengeluaran zat sisa temperatur tubuh, seperti CO2, H2O,
NH3, zat warna empedu dan asam urat.

2.

Manusia membutuhkan suplai oksigen secara terus-menerus untuk proses


respirasi sel, dan membuang kelebihan karbondioksida sebagai sisa dari
proses tersebut. Pertukatan gas antara oksigen dengan karbondioksida
dilakukan agar proses respirasi sel terus berlangsung. Oksigen yang

35

dibutuhkan untuk proses respirasi sel ini berasal dari atmosfer, yang
menyediakan gas oksigen sebanyak 21% dari seluruh gas yang ada. Oksigen
masuk ke dalam tubuh melalui perantaraan alat pernapasan yang berada di
luar. Pada manusia, alveolus yang terdapat di paru-paru berfungsi sebagai
permukaan untuk tempat pertukaran gas.
3.

Sistem saraf adalah serangkaian organ yang kompleks dan bersambungan


serta terdiri terutama dari jaringan saraf. Dalam mekanisme sistem saraf,
lingkungan internal dan stimulus eksternal dipantau dan diatur. Kemampuan
khusus seperti iritabilitas, atau sensitivitas terhadap stimulus, dan
konduktivitas, atau kemampuan untuk mentransmisi suatu respons terhadap
stimulasi, diatur oleh sistem saraf dalam tiga cara utama : Input sensorik.
Sistem saraf menerima sensasi atau stimulus melalui reseptor, yang terletak di
tubuh baik eksternal (reseptor somatic) maupun internal (reseptor viseral).
Antivitas integratif. Reseptor mengubah stimulus menjadi impuls listrik yang
menjalar di sepanjang saraf sampai ke otak dan medulla spinalis, yang
kemudian akan menginterpretasi dan mengintegrasi stimulus, sehingga respon
terhadap informasi bisa terjadi.Output motorik. Input dari otak dan medulla
spinalis memperoleh respon yang sesuai dari otot dan kelenjar tubuh , yang
disebut sebagai efektor.

3.2 Saran
Beberapa saran dan rekomendasi kepada :
1. Penulis
Makalah ini diharapkan untuk diperbaiki lagi agar lebih berguna
dan bermanfaat bagi pembaca.
2. Mahasiswa
Makalah ini dapat dijadikan sebagai sumber pelajaran, sumber
informasi, dan dapat digunakan sebagai referensi mahasiwa.

36

DAFTAR PUSTAKA
Anonymous.Anatomi Fisiologi Sistem Saraf(Online)
http://staff.unila.ac.id/gnugroho/files/2012/11/ANATOMI-FISIOLOGI-SISTEM-SARAF.pdf.
(diakses Oktober 2014)
Anonymous. Chapter II(Online)
http://www.repository.usu.ac.id/bitstream/.../4/Chapter%20II.pdf. (diakses pada 27
Oktober 2014)

Anonymous. sistem-syaraf(Online)
https://mulyanipharmaco.files.wordpress.com/2013/04/sistem-syaraf.pdf. (diakses
Oktober 2014)
Anonymous. macam-macam kelainan pada system saraf(Online)
http://www.upeksa.tk/2014/04/macam-macam-kelainan-pada-sistem-saraf.html.
(diakses pada Oktober 2014)
Arinazulfayunitayunus. Sistem Ekskresi (Online)
https://arinazulfayunitayunus.wordpress.com/2012/04/09/modul-sistem-ekskresi/.
(diakses pada Oktober 2014)
Campbell et all. 2006. Biology. Jakarta : Erlangga
Hermawati. Sistem Pernapasan Manusia Pada Kondisi Latihan Dan Perbedaan
Ketinggian(Online)
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/197003311997022HERNAWATI/FILE_14.pdf. (diakses 27 Oktober 2014)

iii

You might also like