You are on page 1of 11

Koreksi Terhadap Kebiasaan Masayarakat di

Bulan Ramadhan


Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,





Barangsiapa berpuasa Ramadhan dengan
keimanan

(kepada Allah) dan mengharap pahala maka akan diampuni


dosa-dosanya yang terdahulu, dan barangsiapa yang
menegakkan Lailatul Qadr dengan keimanan (kepada Allah)

Ada beberapa kebiasaan yang selalu dilakukan oleh sebagian kaum muslimin,
berkaitan dengan datangnya bulan Ramadhan. Kebiasaan yang dianggap
taabbud atau taqarrub kepada Allah, atau sikap gembira dan syukur, atau sekedar
ikut-ikutan. Padahal menurut keterangan para ahlul ilmi tidaklah demikian.
Bahkan menyalahi sunnah (ajaran) Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Yang
paling menonjol dari kebiasaan tersebut, diantaranya sebagai berikut.
KEBIASAAN MELEDAKKAN PETASAN (MERCON)
Kam min shaimin
laisa lahu
shiyamihi
illal ju'i
wal atau
athasyi
" Berapa
Kebiasaan
ini dilakukan
tanpamin
mengenal
waktu,
malam
siang,
waktu kerja
banyak
orang
berpuasa
hanya
lapar dan
dahaga, rumah tetangga,
atau
waktu
istirahat.
Juga
tidakmendapatkan
mengenal tempat,
di halaman
halaman masjid, di jalanan dan di tempat-tempat umum lainnya. Yang jelas, pada
umumnya dilakukan sesuai keinginan pelakunya; kapan saja, di mana saja, orang
lain merasa terganggu atau merasa senang, hal itu tidak dipertimbangkan lagi.
Pada bulan Ramadhan, khususnya pada awal-awal bulan, sering kita jumpai
peledakan petasan yang sangat berlebih-lebihan. Diantaranya dalam bentuk
berikut ini:

a. Pada waktu pagi, ketika masih agak gelap (sesudah shalat shubuh). Banyak
remaja putra dan putri (dan terkadang ada orang dewasa dan yang sudah
berumur tua) dari kaum muslimin, secara beramai-ramai memenuhi jalanan
umum. Mereka meledakkan banyak jenis petasan, tanpa menghiraukan
orang-orang yang lewat. Bahkan banyak diantara mereka yang memang
sengaja ingin mengagetkan atau menakut-nakuti orang yang lewat; termasuk
pengendara motor atau pejalan kaki. Ada juga peledakan dalam bentuk lain,
yaitu dengan cara bergantian melemparkan petasan ke arah kelompok lain,
seperti halnya orang berperang. Ini dilakukan tanpa menghiraukan ketertiban
jalanan, keamanan, kenyamanan serta ketentraman lingkungan dan warga.
b. Diantaranya banyak yang sengaja menyiapkan petasan di jalanan. Jika
mengetahui ada pengendara atau pejalan kaki yang lewat, lalu diledakkanlah
petasan yang sudah disiapkan tadi, sehingga yang lewatpun terkejut. Mereka
kemudian tertawa, dan bahkan mengejeknya karena orang yang lewat
tersebut
terkejut.

c. Ada yang meledakkan petasan di dekat masjid, saat orang-orang di dalam


masjid sedang shalat berjamaah. Seperti waktu shalat tarawih, shalat
Zhuhur dan shalat yang lain. Peledakan ini sangat mengganggu
konsentrasi dan kekhusyukan orang-orang yang sedang shalat.
d. Di banyak lingkungan, anak-anak dibiarkan meledakkan petasan di
sembarang tempat dan waktu, tanpa memperhitungkan kondisi tetangga
dan warga. Padahal diantara tetangga tersebut ada yang mempunyai bayi
yang baru lahir, atau masih kecil, yang cenderung kaget dengan ledakan
petasan seperti ini, begitu juga warga yang membutuhkan istirahat.

TINJAUAN HUKUM SYARI


Untuk mengetahui halal atau haramnya hukum petasan ini, maka kita harus
meninjau beberapa landasan umum yang digunakan oleh ulama (ahlul ilmi)
dan efek negatif lainnya dalam menetapkan banyak hukum. Diataranya:

Pertama.
Bahwa harta yang kita miliki merupakan nikmat dan amanat yang akan
dipertanggung jawabkan, dari mana diperolehnya dan untuk apa
dipergunakan, seperti firman Allah dalam At Takatsur ayat 8 :

"Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu (hari akhir) tentang
segala nikmat".
Dan Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda dalam hadist :

"Tidak lolos anak cucu Adam dari pemeriksaan pada hari kiamat di sisi
Tuhannya, sampai ia ditanyai tentang lima perkara. (1) Tentang umurnya, untuk
apa ia habiskan, (2) Tentang masa mudanya, untuk apa ia pakai. (3) Hartanya,
dari mana ia peroleh/. (4) Di mana dan bagaimana ia mepergunakannya. (5)
Dan apa yang ia amalkan dari ilmu yang diketahuinya".

Jadi setiap muslim tidak boleh semaunya membelanjakan hartanya, kecuali


pada hal-hal yang dibolehkan oleh syara. Sedangkan membelanjakan harta
untuk petasan, maka sudah nyata merupakan pelanggaran syari, berdasarkan
tinjauan prinsip dan landasan yang disebutkan berikut ini.
Kedua.
Menggangu kaum muslimin, tetangga (warga), termasuk mengganggu dengan
meledakkan petasan, hukumnya haram. Allah berfirman dalam Al Quran surat
Al Ahzab ayat 58 :

"Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mukmin dan mukminat tanpa


kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka menanggung
kebohongan dan dosa yang nyata".
Rasullullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

"Orang muslim itu ialah yang dimana kaum muslimin terbebas dari gangguan
lidah dan gangguan tangannya". [Muttafaqun alaih]

Dan dalam hadits lain, beliau bersabda:


"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka janganlah ia
mengganggu tetangganya". [HR Bukhari]
Ketiga.
Menggangu orang di jalanan, hukumnya haram. Rasullullah Shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda :











"Janganlah kalian duduk di jalan. Maka para sahabat bertanya,Wahai
Rasulullah,

mengapa mesti mencegah kami duduk di jalan. Kami hanya bicara. Maka
Rasullullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,Jika kalian masih tetap ingin
duduk (di jalan), maka jagalah hak jalan. Mereka bertanya,Apakah hak jalan itu,
wahai Rasulullah? Beliau menjawab,Menjaga pandangan, tidak mengganggu,
menjawab salam, amar maruf dan nahi munkar." [HR Bukhari, Muslim dan Ahmad]

Dalam hadits ini terdapat larangan mengganggu di jalanan, serta larangan yang
sengaja melakukan hal-hal yang dapat menimbulkan gangguan. Tentunya,
yang termasuk dalam hal ini, ialah larangan meledakan petasan. Karena suara
dan baunya sangat mengganggu.
Keempat.
Dengan keterangan di atas, maka jelaslah, membelanjakan uang (harta) untuk
petasan, termasuk perbuatan menghambur-hamburkan harta secara boros.
Allah berfirman dalam surah Al Isra ayat 26-27 :

"Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan hartamu secara boros.


Sesunguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syetan, dan
syetan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya".
Kelima.
Ada ulama atau tokoh yang melontarkan, bahwa kebiasaan bergembira dengan
permainan-permainan api merupakan adat kebiasaan orang-orang kafir. Adapun
kita (kaum muslimin), diperintahkan agar tidak bertasyabbuh (menyerupai)
mereka. Rasullullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :


"Barangsiapa yang meniru-niru suatu kaum, maka ia masuk ke golongan
mereka". [HR Abu Daud dan dishahihkan oleh Ibnu Hibban]
Demikian ini diantara alasan yang dapat dijadikan landasan untuk menilai
baik-tidaknya petasan. Bisa juga kita tambahkan, bahwa maraknya peledakan
petasan di kalangan anak-anak muslim menimbulkan penilaian yang negatif
dari kalangan non muslim. Karena mereka pun otomatis ikut terganggu dengan
ledakan yang terjadi dimana-mana dan terjadi setiap saat. Wallahu alam.
TABARRUJ DAN IKHTILATH YANG MARAK
Hal ini kelihatan agak sering terjadi:
a. Saat selesai shalat Shubuh. Yaitu banyaknya anak muda muslim dan
muslimah yang berkeliaran di jalanan dengan bercampur baur (ikhtilath),
tidak menutup aurat, dan bahkan ada diantaranya yang memanfaatkannya
untuk berpacaran. Mereka tidak menyadari, bahwa hal itu sangat
berpengaruh pada ibadah puasa mereka amalkan.

b. Saat pergi ke masjid dengan alasan ingin menunaikan ibadah shalat tarawih.
Bahkan saat keluar menuju ke masjid, ada diantara wanita muslimah yang
memakai parfum atau wangi-wangian. Padahal hal ini sangat terlarang dalam
syariat Islam. Rasullullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :


"Siapapun perempuan yang memakai wangi-wangian, lalu ia melewati kaum
laki-laki supaya mereka mencium baunya, maka dia adalah wanita pezina".
[HR Nasai dan lainnya dan di hasankan oleh Al-Albani]
Masih banyak kebiasaan lain yang juga ditonjolkan oleh kaum muslimin pada
bulan Ramadhan. Yang pada dasarnya sangat bertentangan dengan nilai-nilai
Islam.
HIMBAUAN TERBUKA
Kepada para ulama, dai, pengurus masjid, tokoh masyarakat di kalangan kaum
muslimin; hendaklah aktif memberikan nasihat kepada kaum muslimin, untuk
menghindari hal-hal yang sudah menjadi kebiasaan tersebut.

Dan secara khusus kepada para orang tua, hendaknya mengawasi anaknya
masing-masing, agar tidak ikut-ikutan melakukan hal tersebut. Ketahuilah,
wahai para orang tua. Bahwa anda akan dimintai pertanggung jawaban pada
hari kiamat, tentang tugas anda mengawasi anak-anak anda. Rasullullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:


"Kalian semua adalah penjaga, dan akan ditanyai tentang yang dijaganya".

You might also like