You are on page 1of 89

1

BESARAN

Besaran adalah segala sesuatu yang dapat diukur dan dinyatakan dengan angka,
misalnya panjang, massa, waktu, luas, berat, volume, kecepatan, dll. Warna, indah,
cantik, bukan merupakan besaran karena tidak dapat diukur dan dinyatakan dengan
angka. Besaran dibagi menjadi dua yaitu besaran pokok dan besaran turunan.
Dalam kehidupan sehari-hari mungkin Anda menemui satuan- satuan berikut:
membeli air dalam galon, minyak dalam liter , dan diameter pipa dalam inchi.
Satuan-satuan di atas merupakan beberapa contoh satuan dalam sistem Inggris
(British). Selain satuan-satuan di atas masih ada beberapa satuan lagi dalam
sistem Inggris, antara lain ons, feet, yard, slug, dan pound.
Sistem Metrik menjadi sistem Standar Internasional (SI), karena satuan-satuan
dalam sistem ini dihubungkan dengan bilangan pokok 10 sehingga lebih
memudahkan penggunaannya. Di bawah ini ditunjukkan awalan- awalan dalam
sistem Metrik yang dipergunakan untuk menyatakan nilai-nilai yang lebih besar atau
lebih kecil dari satuan dasar.

Besaran dan Satuan Yunior Rahmawan Usop, 2010


2

BESARAN POKOK
Besaran Pokok adalah besaran yang satuannya telah ditetapkan terlebih dahulu dan
tidak diturunkan dari besaran lain.
Satuan Besaran Pokok (Sistem Internasional/SI):

Satuan MKS dan


Besaran Pokok Lambang Satuan CGS dan Singkatan
Singkatan

Panjang l (length) Meter (m) Centimeter (cm)

massa m (mass) Kilogram (Kg) Gram (gr)

Waktu t (time) Detik / Sekon (s) Sekon (s)

Suhu T (Temperature) Kelvin (K)

Kuat Arus I Ampere (A)

Jumlah Molekul Mole (Mol)

Intensitas Cahaya Candela (Cd)


Satuan Besaran Turunan (Sistem Internasional/SI)
Contoh satuan-satuan besaran turunan dapat anda lihat pada tabel di bawah ini.
Penjelasan mengenai bagaimana memperoleh satuan Besaran Turunan akan
dipelajari pada pembahasan tentang Dimensi Besaran.

Besaran Turunan Lambang Satuan dan Singkatan


Luas L Meter kuadrat (m2)
Volume V (volume) Meter kubik (m3)
Kecepatan v (velocity) “Meter per sekon” (m/s)
Percepatan A (acceleration) Meter “per sekon kuadrat” (m/s2)
Massa Jenis

Besaran dan Satuan Yunior Rahmawan Usop, 2010


3

No Besaran Rumus Sat. Metrik (SI) Dimensi


1 Kecepatan
v
s m LT 1
t dt
2 Percepatan v m LT 2
a 2
t dt
F ma kg m MLT 2
3 Gaya
dt 2
N
4 Usaha W  F s kg m 2 ML2T 2
dt 2
 Joule
5 Daya W kg m 2 ML2T 3
P
t dt 3
 Watt 
6 Tekanan
P
F kg  atm  ML1T 2
2
A m dt
7 Energi kinetik 1 kg m 2 ML2T 2
Ek  mv 2
2 dt 2
 Joule
Ep  m  g  h ML2T 2
8 Energi potensial kg m 2  Joule
dt 2
9 Momentum M  mv kg m MLT 1
dt
10 Impuls i  F t kg m MLT 1
dt
11 Massa Jenis m kg

V m3
12 Berat Jenis w kg ML2T 2
s= V m 2 dt 2
13 Konst. pegas F kg
k
x dt 2
14 Konst. grafitasi Fr 2 m3 M 1 L3T 2
G= m
2 kgdt 2
15 Konst. gas P.V kgm 2 ML2T 2 N 1 1
R = n.T dt 2 mol o K
16 Gravitasi
g
F m LT 2
m dt 2
17 Momen Inersia I  mR 2 kg m 2 ML2

Untuk mencapai suatu tujuan tertentu di dalam fisika, kita biasanya melakukan
pengamatan yang disertai dengan pengukuran. Pengamatan suatu gejala secara
umum tidak lengkap apabila tidak ada data yang didapat dari hasil pengukuran. Lord
Kelvin, seorang ahli fisika berkata, bila kita dapat mengukur yang sedang kita
bicarakan dan menyatakannya dengan angka-angka, berarti kita mengetahui apa
yang sedang kita bicarakan itu.

Besaran dan Satuan Yunior Rahmawan Usop, 2010


4

Misalnya, kita menggunakan mistar untuk mengukur panjang. Pengukuran


sebenarnya merupakan proses pembandingan nilai besaran yang belum diketahui
dengan nilai standar yang sudah ditetapkan.
Istilah dalam Pengukuran
Ketelitian adalah suatu ukuran yang menyatakan tingkat pendekatan dari nilai yang
diukur terhadap nilai benar x0.
Kepekaan adalah ukuran minimal yang masih dapat dikenal oleh instrumen/alat
ukur
Ketepatan (akurasi) adalah suatu ukuran kemampuan untuk mendapatkan hasil
pengukuran yang sama. Dengan memberikan suatu nilai tertentu pada besaran fisis,
ketepatan merupakan suatu ukuran yang menunjukkan perbedaan hasil-hasil
pengukuran pada pengukuran berulang.

Besaran dan Satuan Yunior Rahmawan Usop, 2010


5
Ketelitian Alat ukur

1. ALAT UKUR PANJANG DAN KETELITIANNYA


a. Mistar
Pada mistar 30 cm terdapat dua gores/strip pendek berdekatan yang merupakan
skala terkecil dengan jarak 1mm atau 0,1 cm.  Ketelitian mistar tersebut adalah
setengah dari skala terkecilnya. Jadi ketelitian atau ketidakpastian mistar adalah
(½ x 1 mm ) = 0,5 mm atau 0,05 cm

b. Jangka Sorong
Jangka sorong terdiri atas dua rahang, yang pertama adalah rahang tetap yang
tertera skala utama dimana 10 skala utama panjangnya 1 cm. Kedua rahang geser
dimana skala nonius berada. 10 skala nonius panjangnya 0,9 cm sehingga beda
panjang skala utama dan nonius adalah 0,1 mm atau 0,01 cm.Jadi skala terkecil
pada jangka sorong 0,1 mm atau 0,01 sm sehingga ketelitiannya adalah
 ( ½ x 0,1 mm ) = 0,05 mm atau 0,005 cm.

c. Mikrometer Sekrup
Skala utama micrometer sekrup pada selubung kecil dan skala nonius pada selubung
luar yang berputar maju dan mundur. 1 putaran lengkap skala utama maju/mundur
0,5 mm karena selubung luar terdiri 50 skala maka 1 skala selubung luar = 0,5
mm/50 = 0,01 mm sebagai skala terkecilnya.
Jadi ketelitian atau ketidakpastian micrometer sekrup adalah   ( ½ x 0,01 mm ) =
0,005 mm atau 0,0005 cm

2. ALAT UKUR WAKTU DAN KETELITIANNYA


Alat ukur waktu yang umum digunakan adalah stopwatch. Pada stopwatch analog
jarak antara dua gores panjang yang ada angkanya adalah 2 sekon. Jarak itu dibagi
atas 20 skala. Dengan demikian, skala terkecil adalah 2/20 sekon =  0,1 sekon.
Jadi ketelitian stopwatch tersebut ( ½  x  0,1 sekon ) = 0,05 sekon

Besaran dan Satuan Yunior Rahmawan Usop, 2010


6
Vektor

Alat Ukur Besaran Turunan


Speedometer mengukur kelajuan
Dinamometer mengukur besarnya gaya.
Higrometer mengukur kelembaban udara.
Ohm meter mengukur tahanan ( hambatan ) listrik
Volt meter mengukur tegangan listrik.
AVOmeter mengukur kuat arus, tegangan dan hambatan listrik
Barometer mengukur tekanan udara luar.
Hidrometer mengukur berat  jenis larutan.
Manometer mengukur tekanan udara tertutup.
Kalorimeter mengukur besarnya kalor jenis zat.

SKALAR dan VEKTOR


Besaran-besaran Fisika ditinjau dari pengaruh arah terhadap besaran tersebut dapat dikelompokkan
menjadi :
a. Skalar : besaran yang cukup dinyatakan besarnya saja (tidak ter-gantung pada arah). Misalnya :
massa, waktu, energi dsb.
b. Vektor : besaran yang tergantung pada arah. Misalnya : kecepatan, gaya, momentum dsb.
NOTASI VEKTOR.
2.1. Notasi Geometris.
2.1.a. Penamaan sebuah vektor :
dalam cetakan : dengan huruf tebal : a, B, d.
dalam tulisan tangan : dengan tanda  atau  diatas huruf : a , B, d.

2.1.b .Penggambaran vektor :


vektor digambar dengan anak panah :
B
a d

panjang anak panah : besar vektor.


arah anak panah : arah vektor
2.2. Notasi Analitis
Notasi analitis digunakan untuk menganalisa vektor tanpa menggunakan gambar. Sebuah vektor a dapat
dinyatakan dalam komponen-komponennya sebagai berikut :

Besaran dan Satuan Yunior Rahmawan Usop, 2010


7
Vektor

ay : besar komponen vektor a dalam arah sumbu y


ax : besar komponen vektor a dalam arah sumbu x
Dalam koordinat kartesian :

vektor arah /vektor satuan : adalah vektor yang besarnya 1 dan arahnya sesuai dengan
yang didefinisikan. Misalnya dalam koordinat kartesian : i, j, k. yang masing masing
menyatakan vektor dengan arah sejajar sumbu x, sumbu y dan sumbu z.
Sehingga vektor a dapat ditulis : dan besar vektor a adalah :
a = ax i + ay j a =  ax 2 + ay 2

OPERASI VEKTOR
3.1. Operasi penjumlahan
A
B
A+B=?
Tanda + dalam penjumlahan vektor mempunyai arti dilanjutkan.
Jadi A + B mempunyai arti vektor A dilanjutkan oleh vektor B.
B
A
A+B

Dalam operasi penjumlahan berlaku :


a. Hukum komutatif
B
A A+B=B+A
A
B

b. Hukum Asosiatif

B (A + B) + C = A + (B + C)

A
C

Opersai pengurangan dapat dijabarkan dari opersai penjumlahan dengan menyatakan negatif dari suatu vektor.

Besaran dan Satuan Yunior Rahmawan Usop, 2010


8
Vektor

A -A
B

B - A = B + (-A)

B-A -A
Vektor secara analitis dapat dinyatakan dalam bentuk :
A = Ax i + Ay j + Az k dan
B = Bx i + By j + Bz k
maka opersasi penjumlahan/pengurangan dapat dilakukan dengan cara menjumlah/mengurangi komponen-
komponennya yang searah.

A + B = (Ax + Bx) i + (Ay + By) j + (Az + Bz) k


A - B = (Ax - Bx) i + (Ay - By) j + (Az - Bz) k
3.2. Operasi Perkalian
3.2.1. Perkalian vektor dengan skalar
Contoh perkalian besaran vektor dengan skalar dalam fisika : F = ma, p = mv, dsb dimana m : skalar dan a,v :
vektor.
Bila misal A dan B adalah vektor dan k adalah skalar maka,

B=kA
Besar vektor B adalah k kali besar vektor A sedangkan arah vektor B sama dengan arah vektor A bila k positip
dan berla-wanan bila k negatip. Contoh : F = qE, q adalah muatan listrik dapat bermuatan positip atau negatip
sehingga arah F tergantung tanda muatan tersebut.

3.2.2. Perkalian vektor dengan vektor.


a. Perkalian dot (titik)
Contoh dalam Fisika perkalian dot ini adalah : W = F . s,
P = F . v,  = B . A.
Hasil dari perkalian ini berupa skalar.
A

B
Bila C adalah skalar maka
C = A . B = A B cos 
atau dalam notasi vektor
C = A . B = Ax Bx + Ay By + Az Bz
Bagaimana sifat komutatif dan distributuf dari perkalian dot
b. Perkalian cross (silang)
Contoh dalam Fisika perkalian silang adalah :  = r x F,
F = q v x B, dsb

Besaran dan Satuan Yunior Rahmawan Usop, 2010


9
Vektor

Hasil dari perkalian ini berupa vektor.


Bila C merupakan besar vektor C, maka
C = A x B = A B sin 
atau dalam notasi vektor diperoleh :
A x B = (AyBz - Az By) i + (AzBx - AxBz) j + (AxBy - AyBx) k
Karena hasil yang diperoleh berupa vektor maka arah dari vektor tersebut dapat dicari dengan arah maju
sekrup yang diputar dari vektor pertama ke vektor kedua.

j
i

ixj=k j x j = 1 . 1 cos 90 = 0
k x j = - I dsb
Bagaimana sifat komutatif dan distributif dari perkalian cros

Besaran dan Satuan Yunior Rahmawan Usop, 2010


10
Pengukuran Jangka Sorong dan Mikrometer Sekrup

Cara Membaca Skala Jangka Sorong :


• Lihat skala utama yang disebelah kiri nol nonius à 3,0 mm
• Lihat skala nonius yang berimpit/lurus dengan skala utama à 0,7 mm
(ynag berhimpit adalah angka 7, dan dikalikan dengan skala 0,1mm=0,7mm)
Hasil pengukuran è 3,0 mm + 0,7 mm = 3,7 mm

8,08 mm

Besaran dan Satuan Yunior Rahmawan Usop, 2010


11
Angka Penting

Angka penting adalah bilangan yang diperoleh dari hasilpengukuran yang terdiri dari angka-angka penting yang
sudah pasti (terbaca pada alat ukur) dan satu angka terakhir yang ditafsir atau diragukan. Bila kita mengukur
panjang suatu benda dengan mistar berskala mm (mempunyai batas ketelitian 0,5 mm) dan melaporkan
hasilnya dalam 4 angka penting, yaitu 114,5 mm. Jika panjang benda tersebut kita ukur dengan jangka sorong
(jangka sorong mempunyai batas ketelitian 0,1 mm) maka hasilnya dilaporkan dalam 5 angka penting, misalnya
114,40 mm, dan jika diukur dengan mikrometer sekrup (Mikrometer sekrup mempunyai batas ketelitian 0,01
mm) maka hasilnya dilaporkan dalam 6 angka penting, misalnya 113,390 mm. Ini menunjukkan bahwa banyak
angka penting yang dilaporkan sebagai hasil pengukuran mencerminkan ketelitian suatu pengukuran. Makin
banyak angka penting yang dapat dilaporkan, makin teliti pengukuran tersebut. Tentu saja pengukuran panjang
dengan mikrometer sekrup lebih teliti dari jangka sorong dan mistar.
Pada hasil pengukuran mistar tadi dinyatakan dalam bilangan penting yang mengandung 4 angka penting : 114,5
mm. Tiga angka pertama, yaitu: 1, 1, dan 4 adalah angka eksak/pasti karena dapat dibaca pada skala, sedangkan
satu angka terakhir, yaitu 5 adalah angka taksiran karena angka ini tidak bisa dibaca pada skala, tetapi hanya
ditaksir.
Ketentuan Angka Penting :
1. Semua angka bukan nol merupakan angka penting.
2. Angka nol yang terletak di antara dua angka bukan nol merupakan angka penting.
Contoh : 2,0067 memiliki lima angka penting.
3. Semua angka nol yang digunakan hanya untuk tempat titik desimal bukan merupakan angka
penting. Contoh : 0,0024 memiliki dua angka penting, yakni 2 dan 4
4. Semua angka nol yang terletak pada deretan terakhir dari angka-angka yang ditulis di belakang
koma desimal merupakan angka penting. Contoh : 0,003200 memiliki empat angka penting, yaitu
3, 2 dan dua angka nol setelah angka 32.
5. Semua angka sebelum orde (Pada notasi ilmiah) termasuk angka penting. Contoh : 3,2 x
105 memiliki dua angka penting, yakni 3 dan 2. 4,50 x 103 memiliki tiga angka penting, yakni 4, 5
dan 0
Ketentuan perkalian dan pembagian angka penting :
Hasil akhir dari perkalian atau pembagian harus memiliki bilangan sebanyak angka dengan jumlah angka penting
paling sedikit yang digunakan dalam perkalian atau pembagian tersebut…
Contoh perkalian :
Contoh 1 :
3,4 x 6,7 = … ?
Jumlah angka penting paling sedikit adalah dua (3,4 dan 6,7 punya dua angka penting)
Hasil perkaliannya adalah 22,78. Hasil ini harus dibulatkan menjadi 23 (dua angka penting) 3,4 x 6,7 = 23

Besaran dan Satuan Yunior Rahmawan Usop, 2010


12
Percepatan, GLB, dan GLBB

Analogi kinematika pada bidang lain:


 Sebuah bis melintasi motor patrol yang sedang diam dengan ugal-ugalan
disebuah jalan dengan kelajuan8 0 km/jam. Segera motor patrol ini
mengejar bis tersebut. Tentukan percepatan mobil patrol agar bis bisa
tersusul dalam selang waktu 5 menit.
 Jumlah penduduk Indonesia sekitar 220 juta dengan pertumbuhan 5%
pertahun. Produksi gula dalam negri hanya dapat memenuhi 70%
dari kebutuhan dalam negri. Tentukan pertumbuhan produksi gula dalam
negeri agar dalam jangka waktu 3 tahun dapat terpenuhi swasembada gula
kedua Persoalan tersebut setara.

PERPINDAHAN
Perpindahan dan kecepatan merupakan besaran-besaran vektor
Perpindahan didefinisikan sebagai perubahan posisi sebuah objek
Contoh: perhatikan gerak benda A dari X1 ke X2 pada
tayangan berikut ini:
Panjang lintasan yang ditempuh: 60 m

KELAJUAN
Kelajuan dan kecepatan adalah dua kata yang sering tertukar.
Kelajuan berkaitan dengan panjang lintasan yang ditempuh dalam interval waktu
tertentu.Kelajuan merupakan besaran scalar.
Contoh: sebuah bis menempuh perjalanan dari Bandung ke Bogor yang panjang
lintasannya 120 km dalam waktu 4 jam. Maka “laju rata-rata” bis tersebut adalah 30
km/jam.
v = D /t

KECEPATAN

Kinematika Yunior Rahmawan Usop, 2010


13
Percepatan, GLB, dan GLBB

Kecepatan didefinisikan sebagai perpindahan dibagi dengan waktu yang diperlukan


untuk perpindahan tersebut.

Kecepatan rata-rata :

Jika pada contoh gerak tadi diperlukan waktu 10 sekon untuk

berpindah dari X1 ke X2 :

Percepatan
Percepatan adalah perubahan kecepatan persatuan waktu (laju kecepatan).
Hubungan percepatan dengan waktu memiliki analogi dengan hubungan
kecepatan waktu.
Percepatan rata-rata:

Perlambatan juga merupakan percepatan tapi arahnya berlawanan dengan arah


kecepatan.
Gerak Lurus Beraturan
Sebuah benda melakukan gerak lurus beraturan (GLB) jika ia bergerak dalam lintasan lurus
dengan kecepatan konstan.
Jarak, s yang ditempuh selama waktu, t tertentu adalah s = vt
FORMULASI GLB
xt = x0 + vt
t : waktu (berubah)
x0 : posisi awal (tidak berubah)
v : kecepatan (tidak berubah besar maupun arahnya)
xt : posisi pada saat t (berubah bergantung waktu)

Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB)

Kinematika Yunior Rahmawan Usop, 2010


14
Percepatan, GLB, dan GLBB

vt = v0 + at
t : waktu (berubah)
v0 : kecepatan awal (tidak berubah)
a : percepatan (tidak berubah besar maupun arahnya)
vt : kecepatan pada saat t (berubah bergantung waktu)

Kinematika Yunior Rahmawan Usop, 2010


15
Hukum Newton

Hukum I Newton : Jika resultan gaya pada suatu benda sama dengan Nol, maka:
• Benda yang mula-mula diam akan tetap diam
• Benda yang mula-mula bergerak akan terus yang mula bergerak dengan kecepatan
konstan

Jika = 0 maka v = tetap

Mungkinkah sebuah benda tetap diam jika dikenai sebuah gaya?


Kelembaman (Inersia)
Benda cenderung mempertahankan keadaan awalnya dan malas untuk berubah.
Contoh: Pernahkah anda naik angkot? apa yang anda rasakan apa yang anda ketika mulai
bergerak secara tiba-tiba, dan berhenti dandengan tiba-tiba pula?
Manakah yang lebih lembam, yang massanya besar atau Manakah yang lebih
massanya massanya kecil?
GAYA
• Gaya muncul sebagai interaksi dari dua buah benda/sistem
• Pada suatu benda bisa bekerja beberapa gaya sekaligus. Gaya-gaya ini muncul karena
adanya Gaya interaksi benda tersebut dengan lingkungannya.
• Jika benda dalam keadaan setimbang, resultan-resultan gaya yang bekerja pada benda
tersebut adalah yang bekerja nol

Gaya Normal
• Bekerja pada dua permukaan yang bersentuhan
• Arahnya tegak lurus permukaan (arah normal)
• Fungsinya (jika benda dalam keadaan seimbang) menyeimbangkan gaya pada arah tegak
lurus permukaan

BERAT (Gaya Gravitasi)


Berat atau Gaya Gravitasi adalah gaya tarik bumi terhadap benda-benda di sekitar
permukaan bumi.

W=mg W = berat benda


m = massa benda
g = percepatan gravitasi

Dinamika Yunior Rahmawan Usop, 2010


16
Hukum Newton

Hukum III Newton


• Jika sebuah benda pertama memberikan gaya pada benda kedua, maka pada saat yang
sama benda kedua maka yang sama ini juga memberikan gaya pada benda pertama dengan
gaya yang sama besar tapi berlawanan arah yang sama
• Menurut bahasa yang dipermudah yang dipermudah

F aksi = -F reaksi
• Sebuah buku terletak di atas meja. Pada buku tersebut bekerja gaya gravitasi dan gaya
normall yang besarnya normal besarnya sama tetapi arahnya berlawanan. Apakah kedua
gaya. Apakah tersebut merupakan pasangan gaya aksi-reaksi?

Kesimpulan:
• Semua gejala yang berkaitan dengan gerak dalam mekanika klasik yang berkaitan
sebetulnya dapat digambarkan melalui hukum-hukum Newton saja
• Tetapi dalam kondisi-kondisi fisis tertentu pemakaian hukum-hukum
Newton tidaklah praktis sehingga dirasakan perlu dikembangkan konsep-konsep yang lain
• Kerjakan tugas kedua dan kumpulkan minggu depan sebelum kuliah
dimulai.
• Pada pertemuan selanjutnya akan dibahas konsep Kerja-Energi dan konsep Impuls-
Momentum, yang merupakan konsep-konsepmerupakanyang lebih mudah untuk
diterapkan.
• Persiapkan diri anda dengan dengan membaca buku-buku tekstentang konsep ini. Kenali
istilah-istilah kerja atau usaha, energi, energi kinetik, energi potensial, daya, iimpuls,
momentum, daya impuls, energy tumbukan dll.

Dinamika Yunior Rahmawan Usop, 2010


17
Hukum Newton

Dinamika Yunior Rahmawan Usop, 2010


18
Kesetimbangan Partikel, Momen Gaya, Titik Berat

 Keseimbangan Partikel
Suatu partikel disebut dalam keadaan seimbang, bila jumlah aljabar gaya-gaya yang
bekerja pada partikel tersebut nol. Syarat keseimbangan partikel adalah : F = 0
Jika partikel terletak pada bidang XY maka syarat keseimbangan : F X = 0 dan FY = 0
 Momen Gaya
Momen gaya adalah perkalian silang antara gaya dengan lengan momen.
Lengan momen didefinisikan sebagai panjang garis yang ditarik dari titik poros
sampai memoton tegak lurus garis kerja gaya.
Momen gaya yang searah gerak jarum jam diberi tanda positif, sedangkan momen
gaya yang berlawanan arah gerak jarum jam diberi tanda negatif.
Apabila pada sebuah benda bekerja beberapa buah gaya, maka resultan momen
gayanya merupakan jumlah aljabar dari masing-masing momen gaya.

Titik Berat Benda


Titik berat untuk benda yang homogen ( massa jenis tiap-tiap bagian benda sama ).
a. Untuk benda linier ( berbentuk garis )

b. Untuk benda luasan ( benda dua dimensi ), maka :

c. Untuk benda ruang ( berdimensi tiga )

Sifat - sifat :
1. Jika benda homogen mempunyai sumbu simetri atau bidang simetri, maka titik
beratnya terletak pada sumbu simetri atau bidang simetri tersebut.
2. Letak titik berat benda padat bersifat tetap, tidak tergantung pada posisi benda.
3. Kalau suatu benda homogen mempunyai dua bidang simetri ( bidang sumbu )
maka titik beratnya terletak pada garis potong kedua bidang tersebut.
Kalau suatu benda mempunyai tiga buah bidang simetri yang tidak melalui satu garis,
maka titik beratnya terletak pada titik potong ketiga simetri tersebut.

= resultan gaya di sumbu x

= resultan gaya di sumbu y

Kesetimbangan & Titik Berat Benda Yunior Rahmawan Usop, 2010


19
Kesetimbangan Partikel, Momen Gaya, Titik Berat

= jumlah momen gaya

Kesetimbangan & Titik Berat Benda Yunior Rahmawan Usop, 2010


20
Kesetimbangan Partikel, Momen Gaya, Titik Berat

Kesetimbangan & Titik Berat Benda Yunior Rahmawan Usop, 2010


21
Kesetimbangan Partikel, Momen Gaya, Titik Berat

Kesetimbangan & Titik Berat Benda Yunior Rahmawan Usop, 2010


22
Kesetimbangan Partikel, Momen Gaya, Titik Berat

Suatu partikel yang bergerak melingkar dengan besar kecepatan


konstan, partikel tersebut mengalami percepatan (centripetal)
sebesar

a = v
2
/r
yang arahnya menuju ke pusat lingkaran (kelengkungan).

Dari hukum ke-2 Newton, bahwa apabila sebuah benda bergerak dipercepat maka pada
benda tersebut bekerja gaya. Maka pada kasus benda bergerak melingkar, pada benda
tersebut bekerja gaya yang arahnya juga ke pusat. Gaya-gaya tersebut disebut gaya
centripetal.

Contoh : sebuah balok yang diputar vertikal dengan tali.

pada posisi di A gaya yang menuju ke pusat adalah tegangan tali T dan berat balok w, jadi Fc
=T+w

T
w

w
Pada posisi di bawah, gaya yang menuju ke pusat adalah tegangan tali T dan berat balok w
(arah menjauhi pusat). Jadi Fc = T – w
Dinamika gerak rotasi adalah mempelajari gerak rotasi dengan
memperhitungkan pengaruh gaya yang menyebabkan
benda bergerak.
Karena ada pengaruh gaya maka dinamika rotasi meliputi
1. Hukum kekekalan momentum rotasi
2. Hukum kekekalan energy

Kesetimbangan & Titik Berat Benda Yunior Rahmawan Usop, 2010


23
Kesetimbangan Partikel, Momen Gaya, Titik Berat

Sebuah benda tegar bergerak rotasi murni jika setiap partikel pada benda tersebut bergerak
dalam lingkaran yang pusatnya terletak pada garis lurus yang disebut sumbu rotasi.

1. KECEPATAN SUDUT DAN PERCEPATAN SUDUT

Gambar di atas memperlihatkan sebuah benda pejal


yang melakukan gerak rotasi murni dengan sumbu
tetap (sumbu z) yang tegak lurus bidang xy. Setiap
partikel mengalami gerak rotasi terhadap titik O.
Oleh karena itu untuk menyatakan posisi titik P
lebih baik digunakan kordinat polar (r,). Dalam
keadaan ini, r tetap konstan dan yang berubah
adalah .
Bila partikel bergerak dari  = 0 rad ke titik P partkel telah menempuh lintasan sejauh
panjang busur s, dimana :
s=r
atau  = s/r
dimana  dalam radian ( 2 rad = 360o atau 1 rad  57,3o )
Partkel bergerak dari P ke Q dalam selang waktu t (= t2 - t1) telang menyapu sudut  (=2
- 1), maka kecepatan sudut rata-rata partikel adalah :
2 - 1 
t2 - t1 t
kecepatan sudut sesaat adalah
 = lim / t = d/dt
t0
Catatan : setiap partikel pada benda tersebut akan mempunyai kecepatan sudut yang sama.
Jika kecepatan sudut sesaat dari benda tersebut berubah dari 1 ke 2 dalam selang waktu
t, maka percepatan sudut rata-rata dari benda tersebut adalah
2 - 1 
t2 - t1 t
dan percepatan sudut sesaatnya adalah :
 = lim / t = d/dt
t0
Untuk rotasi dengan sumbu tetap, setiap patikel pada benda pejal tersebut mempunyai
kecepatan sudut yang sama dan percepatan sudut yang sama. Jadi  dan  merupakan
karakteristik keseluruhan benda pejal tersebut.

Kesetimbangan & Titik Berat Benda Yunior Rahmawan Usop, 2010


24
Kesetimbangan Partikel, Momen Gaya, Titik Berat

Arah dari  dapat dicari dengan aturan arah maju sekrup putar kanan. dan arah  sama
dengan arah d/dt yang sama dengan arah  bila dipercepat dan berlawanan dengan arah
 bila diperlambat.

2. GERAK ROTASI DENGAN PERCEPATAN SUDUT KONSTAN.

Untuk mendapatkan persamaan gerak rotasi, kita mengambil langsung persamaan gerak
yang sudah diperoleh pada gerak translasi :
(1).  = o + t
(2).  = o + 1/2 ( + o )t
(3).  = o + ot + 1/2 t2
(4). 2 = o2 + 2 ( - o)

3. HUBUNGAN ANTARA KINEMATIKA LINEAR DAN KINEMATIKA ROTASI DARI


PARTIKEL YANG BERGERAK MELINGKAR.

Panjang lintasan yang telah ditempuh partikel adalah s dan sudut yang telah disapu . Jari-
jari lintasan partikel adalah r yang berharga konstan.
s=r
bila dideferensialkan terhadap t, diperoleh :
ds/dt = d/dt . r
Kecepatan linear partikel : v=r
bila dideferensialkan sekali lagi terhadap t :
dv/dt = d/dt . r
Percepatan tangensial partkel : at =  r
Pada saat tersebut partikel bergerak melingkar maka partikel juga mendapat percepatan
centripetal (radial)

ar = v2/r
ar = 2r

Kesetimbangan & Titik Berat Benda Yunior Rahmawan Usop, 2010


25
Kesetimbangan Partikel, Momen Gaya, Titik Berat

Percepatan total partikel : a =  ar2+ at2

5. TORSI PADA SEBUAH PARTIKEL.


Torsi oleh gaya F pada sebuah partikel
didefinisikan  = r x F
Besarnya torsi
 = r F sin
rumusan ini dapat diubah menjadi
 = r (F sin) = r F
atau  = F (r sin) = F r
dimana F adalah :
komponen F yang tegak lurus r dan
r adalah :
komponen r yang tegak lurus F

6. MOMENTUM SUDUT PADA SEBUAH PARTIKEL


Momentum sudut pada sebuah partikel
didefinisikan l = r x p,
dengan p = mv
Besarnya momentum sudut
l = r p sin 
rumusan ini dapat diubah menjadi
l = r (p sin) = r p
atau l = p (r sin) = p r
dimana p adalah :
komponen p yang tegak lurus r dan
r adalah :
komponen r yang tegak lurus p
Dari definisi momentum sudut l = r x p,
bila dideferensialkan doperoleh :
dl/dt = d (r x p)/dt
dl/dt = (r x dp/dt) + (dr/dt x p)
dl/dt = (r x F) + (v x mv)
diperoleh
dl/dt = 
dp/dt = F

Kesetimbangan & Titik Berat Benda Yunior Rahmawan Usop, 2010


26
Kesetimbangan Partikel, Momen Gaya, Titik Berat

“Laju perubahan momentum sudut terhadap waktu sebesar torsi yang


bekerja pada partikel tersebut”
7. TENAGA KINETIK ROTASI dan KELEMBAMAN ROTASI

Sebuah benda melakukan gerak rotasi terhadap


sumbu tetap. Bila kita perhatikan n buah partikel pada
benda tersebut energi kinetik dari n buah partikel
tersebut adalah :
K = 1/2 m1v12 + 1/2 m2v22 + ... + 1/2 mnvn2
karena v = r, maka
K = 1/2 m12r12 + 1/2 m22r22 + ... + 1/2 mn2rn2
K = 1/2 (  m1r12 ) 2
Energi kinetik rotasi benda :

K = 1/2 I 2 K = 1/2 mv2

dimana I =  miri2 adalah momen kelembaman rotasi atau momen inersia sistem partikel
tersebut. Momen inersia ini tergantung pada :
a. distribusi/bentuk massa/benda tersebut.
b. sumbu rotasi.
Untuk benda-benda kontinu momen inersia dapat dicari dari :

I =  r2 dm
dm
r

Untuk benda-benda tertentu momen inersianya dapat dilihat dalam tabel. Bila sumbu putar
bergeser sejauh h dari sumbu putar yang melalui pusat massa, maka momen inersianya
menjadi :
I = Ipm + Mh2
dimana :

Kesetimbangan & Titik Berat Benda Yunior Rahmawan Usop, 2010


27
Kesetimbangan Partikel, Momen Gaya, Titik Berat

Ipm adalah momen inersia dengan sumbu yang melalui pusat massa.
M adalah massa total benda.
8. DINAMIKA ROTASI BENDA TEGAR

Sebuah benda berotasi dengan sumbu putar adalah sumbu z. Sebuah gaya F bekerja pada
salah satu partikel di titik P pada benda tersebut. Torsi yang bekerja pada partikel tersebut
adalah :
=rxF
Arah torsi  searah dengan sumbu z.
Setelah selang waktu dt partikel telah berputar menempuh sudut d dan jarak yang
ditempuh partikel ds, dimana
ds = r d
Usaha yang dilakukan gaya F untuk gerak rotasi ini
dW = F . ds
dW = F cos  ds
dW = (F cos ) (r d)

dW =  d
dW = F . ds

Laju usaha yang dilakukan (daya) adalah :

dW/dt =  d/dt

Kesetimbangan & Titik Berat Benda Yunior Rahmawan Usop, 2010


28
Kesetimbangan Partikel, Momen Gaya, Titik Berat

P=
P=Fv

Untuk benda yang benar-benar tegar, tidak ada disipasi tenaga, sehingga laju dilakukannya
usaha pada benda tegar tersebut sama dengan laju pertambahan tenaga kinetik rotasinya.

dW/dt = dK/dt
dW/dt = d(1/2 I 2)/dt
  = 1/2 I d2/dt
  = I d/dt
  = I 

 =I
F=ma

9. MENGGELINDING

Misalkan sebuah silinder menggelinding pada bidang datar. Pusat massa silinder bergerak
dalam garis lurus, sedang titik-titik yang lain lintasannya sangat komplek (cycloid).
Bila jari-jari silinder R, saat silinder telah berputar sejauh , pusat massa telah bergeser
sejauh s = R. Oleh karena kecepatan dan percepatan linear dari pusat massa dapat
dinyatakan :
vpm = R
apm = R

Kesetimbangan & Titik Berat Benda Yunior Rahmawan Usop, 2010


29
Kesetimbangan Partikel, Momen Gaya, Titik Berat

Relatif terhadap permukaan dimana silinder menggelinding, pusat massa mempunya


kecepatan vpm dan titik P’ mempunyai kecepatan 2v pm dan kecepatan titik P adalah 0,
sehingga titik P dapat dipandang sebagai sumbu putar sesaat silinder yang sedang
menggelinding.

Energi kinetik silinder yang menggeklinding tersebut adalah :

K = 1/2 IP 2
= 1/2 ( Ipm + MR2) 2
= 1/2 Ipm2 + 1/2 MR22

K = 1/2 Ipm2 + 1/2 Mvpm2

Tampak pada ruas kanan, suku pertama menyatakan energi kinetik rotasi murni dengan
sumbu melalui pusat massa, dan suku kedua menyatakan energi kinetik gerak translasi
murni dengan kecepatan pusat massanya. Jadi gerak menggelinding dapat dipandang
sebagai gabungan gerak rotasi murni dan gerak translasi murni.

Kesetimbangan & Titik Berat Benda Yunior Rahmawan Usop, 2010


Pemuaian 31

Fluida ( zat alir ) adalah zat yang dapat mengalir dan memberikan sedikit hambatan
terhadap bentuk ketika ditekan, misalnya zat cair dan gas. Fluida dapat digolongkan
dalam dua macam, yaitu fluida statis dan fluida dinamis.Fluida atau zat alir adalah
bahan yang dapat mengalir dan bentuknya dapat berubah dengan perubahan
volume. Fluida mempunyai kerapatan yang harganya tertentu pada suhu dan
tekanan tertentu.Jika kerapatan fluida dipengaruhi oleh perubahan tekanan maka
fluida itu dapat mampat atau kompresibel.Sebaliknya fluida yang kerapatannya
hanya sedikit dipengruhi oleh perubahan tekanan disebut tidak dapat mampat atau
inkompresibel. Contoh fluida kompresibel adalah udara ( gas ) sedangkan yang
inkompresibel adalah air ( zat cair ). Fluida statis adalah fluida yang tidak bergerak
atau dalam keadaan diam, misalnya air dalam gelas. Dalam fluida statis kita
mempelajari hukum-hukum dasar yang dapat menjelaskan antara lain: mengapa
makin dalam kita menyelam makin besar tekanan yang kit alami; mengapa kapal laut
yang terbuat dari besi dapat mengapung di permukaan air laut; managpa kapal
selam dapat melayang, mengapung dan tenggelam dalam air laut; mengapa nyamuk
dapat hinggap dipermukaan air; berapa ketinggian zat akan naik dalam pipa kapiler.
FENOMENA FLUIDA
 Kenapa kayu-kayu yang besar dan banyak lebihyang besar mudah diangkat
dalam air ?
 Mengapa balon gas bisa naik ke atas ?
 Mengapa telur bisa mengapung dalam air garam,sementara dalam air murni
tenggelam?
 Kenapa serangga kecil bisa bergerak diatas air dan tidak tenggelam?
 Bagaimana pesawat yang massanya besar dapat terbang?

Fluida Yunior Rahmawan Usop, 2010


Pemuaian 32

TEKANAN HIDROSTATIS
Tekanan hidrostatis ( Ph) adalah tekanan yang dilakukan zat cair pada bidang dasar tempatnya.
Gaya yang bekerja pada dasar sebuah bejana tidak tergantung pada bentuk bejana dan jumlah
zat cair dalam bejana, tetapi tergantung pada luas dasar bejana ( A ), tinggi ( h ) dan
massa jenis zat cair ( r )
dalam bejana.
r = massa jenis zat cair
Ph = r g h h = tinggi zat cair dari permukaan  
Pt = Po + Ph g = percepatan gravitasi HUKUM PASCAL
F=PhA=rgV Pt = tekanan total Tekanan yang dilakukan pada zat cair
Po = tekanan udara luar akan diteruskan ke semua arah
sama.
P1 = P 2
F1/A1 = F2/A2
HUKUM ARCHIMEDES
Benda di dalam zat cair akan mengalami pengurangan berat sebesar berat zat cair yang dipindahkan.
Tiga keadaan benda di dalam zat cair: W = berat benda
a. tenggelam: W>Fa Þ rb > rz Fa = gaya ke atas = rz . V' . g
rb = massa jenis benda
b. melayang: W = Fa Þ rb = rz rz = massa jenis fluida
V = volume benda
c. terapung: W=Fa Þ rb.V=rz.V' ; rb<rz V' = volume benda yang berada dalam fluida

Akibat adanya gaya ke atas ( Fa ), berat benda di dalam zat cair (Wz) akan berkurang menjadi:
Wz = W - Fa
Wz = berat benda di dalam zat cair

TEGANGAN PERMUKAAN
Tegangan permukaan ( g) adalah besar gaya ( F ) yang dialami pada permukaan
zat cair persatuan panjang(l)

Fluida Yunior Rahmawan Usop, 2010


Pemuaian 33

g = F / 2l
KAPILARITAS
Kapilaritas ialah gejala naik atau turunnya zat cair ( y ) dalam tabung kapiler yang
dimasukkan sebagian ke dalam zat cair karena pengarah adhesi dan kohesi.
y = 2 g cos q / r g r
y = kenaikan/penurunan zat cair pada pipa (m)
g = tegangan permukaan (N/m)
q = sudut kontak (derajat)
p = massa jenis zat cair (kg / m3)
g = percepatan gravitas (m / det2)

Fluida Yunior Rahmawan Usop, 2010


Suhu 34

Suhu didefinisikan sebagai derajat panas dinginnya suatu benda. Alat untuk mengukur suhu
adalah termometer, termometer ini memiliki sifat termometrik zat yang berubah jika dipanaskan.

Prinsip semua termometer mempunyai acuan yang sama dalam menetapkan skala yaitu titik lebur
es murni dipakai sebagai titik tetap bawah, sedangkan suhu uap air yang sedang mendidih pada
tekanan 1 atm sebagai titik tetap atas.

Suhu & Pemuaian Yunior Rahmawan Usop, 2010


Pemuaian 35

Pemuaian panjang Lo= panjang benda mula-mula (cm)

= koefisien muai panjang


ΔL=Lo . . ΔT
ΔT= T-T0, kenaikan suhu (oC atau oK)

Pemuaian luas Ao= luas benda mula-mula (cm2)

= koefisien muai luas


ΔA=Ao . . ΔT
ΔT= T-T0, kenaikan suhu (oC atau oK)
Pemuaian volume
Vo= volume benda mula-mula (cm3)

ΔV=Vo . . ΔT = koefisien muai volume

ΔT= T-T0, kenaikan suhu (oC atau oK)

PEMUAIAN ZAT CAIR


Vt = VO ( 1 + Δ t )
Keterangan:
= koef. Muai volume zat cair (diket. Dari data muai volume zat cair)
PEMUAIAN GAS
Vt = VO ( 1 + Δ t )
Keterangan:
= koef. Muai volume gas = 1/273
T = suhu harus dlm Kelvin
Maka formula dapat dalam bentuk:
V1 V2

T1 T2

Suhu & Pemuaian Yunior Rahmawan Usop, 2010


36

ASUMSI TENTANG GAS IDEAL:


1. terdiri dari molekul-molekul
2. didalam wadah yang ditempati oleh gas terdapat molekul gas yang sangat banyak
agar teori statik dapat diterapkan pada molekul gas tersebut
3. jarak antara satu gas dengan gas yang lain sangat besar dibandingkan ukuran
molekul gas tersebut
4. molekul dapat bergerak bebas secara acak
5. tidak ada gaya tarik-menarik dan tolak-menolak antar molekul kecuali konstan
bertumbukan dan efek gravitasi diabaikan
6. setelah bertumbukan molekul tetap bergerak lurusdengan laju konstan atau
tumbukannya dianggap lenting sempurna
7. berlaku hukum newton tentang gerak

PROSES ISOTHERMAL
Proses perubahan keadaan gas yang berlangsung pada suhu konstan.
DIMANA: P adalah tekanan gas
PV  KONSTAN V adalah volume gas

PROSES ISOVOLUME
Tekanan dari sejumlah tetap gas pada volum yang tetap berbanding lurus dengan
temperaturnya dalam Kelvin.
DIMANA: P adalah tekanan gas
P
 KONSTAN T adalah temperatur gas (dalam Kelvin)
T

PROSES ISOBARIS
Proses keadaan gas yang berlangsung pada tekanan konstan .
DIMANA: V adalah volume gas
V
 KONSTAN T adalah temperatur gas (dalam Kelvin)
T

HUKUM AVOGADRO
setiap 1 mol semua jenis gas pada tekanan dan suhu yang sama memiliki volume yang
sama pula.
DIMANA: P adalah tekanan gas
PV  NkT V adalah volume gas

Termodinamika Yunior Rahmawan Usop, 2010


37

N adalah bilangan avogadro (NA = 6,022 x 1023)


T adalah temperatur gas (dalam Kelvin)
k adalah konstanta boltzman (1,38 x 10-23 J/K)

Termodinamika Yunior Rahmawan Usop, 2010


Hukum Termodinamika 38

Siklus adalah rangkaian proses yang dimulai dari suatu keadaan awal dan berakhir pada
keadaan awalnya.
Siklus carnot merupakan suatu siklus usaha yang pertama kali dikenalkan oleh sadi Carnot
(1986-1832.)

HUKUM TERMODINAMIKA

1. . cp - cv = R
cp = kapasitas panas jenis ( kalor jenis ) gas ideal pada tekanan konstan.

cv = kapasitas panas jenis ( kalor jenis ) gas ideal pada volume konstan.

02. panas jenis gas ideal pada suhu sedang ,sebagai berikut:
a. Untuk gas beratom tunggal ( monoatomik ) diperoleh bahwa :

c 
5
R c 
3
R  c P
 1,67
c
P V
2 2
V
b. Untuk gas beratom dua ( diatomik ) diperoleh bahwa :

c 
7
R c 
5
R  c P
 1,4
c
P V
2 2
V

 = konstanta Laplace.

03. Usaha yang dilakukan oleh gas terhadap udara luar : W = p.  V

3
04. Energi dalam suatu gas Ideal adalah : U  n. R. T
2

0 5 . H U K U M I T E R M O D I NA M I K A

 Q=  U+  W

 Q = kalor yang masuk/keluar sistem

 U = perubahan energi dalam

 W = Usaha luar.

PROSES - PROSES PADA HUKUM TERMODINAMIKA I


1. Hukum I termodinamika untuk Proses Isobarik.
Pada proses ini gas dipanaskan dengan tekanan tetap.
( lihat gambar ).

Termodinamika Yunior Rahmawan Usop, 2010


Hukum Termodinamika 39

sebelum dipanaskan sesudah dipanaskan

V1 V2
Dengan demikian pada proses ini berlaku persamaan Boyle-GayLussac 
T1 T2
Jika grafik ini digambarkan dalam hubungan P dan V maka dapat grafik sebagai berikut :

Pemanasan Pendinginan

 W=  Q-  U = m ( c p - cv ) ( T 2 - T 1 )
2. Hukum I Termodinamika untuk Proses Isokhorik ( Isovolumik )
Pada proses ini volume Sistem konstan. ( lihat gambar )

Sebelum dipanaskan. Sesudah dipanaskan.

P1 P
Dengan demikian dalam proses ini berlaku Hukum Boyle-Gay Lussac dalam bentuk :  2
T1 T2

Jika digambarkan dalam grafik hubungan P dan V maka grafiknya sebagai berikut :

Pemanasan Pendinginan

 V = 0 -------à W = 0 ( tidak ada usaha luar selama proses )

 Q = U2 - U1

 Q=  U

 U = m . c v ( T2 - T1 )

Termodinamika Yunior Rahmawan Usop, 2010


Hukum Termodinamika 40

3. Hukum I termodinamika untuk proses Isothermik.


Selama proses suhunya konstan.
( lihat gambar )

Sebelum dipanaskan. Sesudah dipanaskan.


Oleh karena suhunya tetap, maka berlaku Hukum BOYLE.
P1 V2 = P2 V2

Jika digambarkan grafik hubungan P dan V maka grafiknya berupa :

Pemanasan Pendinginan
T2 = T1 -------------->  U = 0 ( Usaha dalamnya nol )

V2 V
W  P1 V1 ( ln )  P2 V2 ( ln 2 )
V1 V1
P1 P
W  P1 V1 ( ln )  P2 V2 ( ln 1 )
P2 P2
V2 V
W  n R T1 ( ln )  n R T2 ( ln 2 )
V1 V1
P1 P
W  n R T1 ( ln )  n R T2 ( ln 1 )
P2 P2
ln x =2,303 log x

4. Hukum I Termodinamika untuk proses Adiabatik.


Selama proses tak ada panas yang masuk / keluar sistem jadi Q = 0
( lihat gambar )

Sebelum proses Selama/akhir proses


oleh karena tidak ada panas yang masuk / keluar sistem maka berlaku Hukum Boyle-Gay Lussac

PV PV
1 1
 2 2
T1 T2
Jika digambarkan dalam grafik hubungan P dan V maka berupa :

Termodinamika Yunior Rahmawan Usop, 2010


Hukum Termodinamika 41

Pengembangan Pemampatan

 Q = 0 ------à O =  U+  W

U2 -U1 = -  W

g-1 g-1
T1.V1 = T2.V2

P1 .V1
g-1 g-1
1
W = m . c v ( T1 - T2 ) atau W= ( V2 - V1 )

g g
P1.V1 = P2.V2

0 6 . HU K U M I I T E R M O D I N A M I K A

Energi yang bermanfaat


 
Energi yang dim asukkan

W Q2  Q1
  
Q2 Q2
Q1
  ( 1 )  100%
Q2

Menurut Carnot untuk effisiensi mesin carnot berlaku pula :

T1
  ( 1 )  100%
T2
T = suhu
η = efisiensi
P = tekanan
V = volume
W = usaha

Termodinamika Yunior Rahmawan Usop, 2010


Gerak Gelombang

Cahaya merupakan salah satu bentuk gelombang elektromagnetik. Gambar di


bawah menunjukkan spektrum cahaya dalam spektrum gelombang elektromagnetik
secara keseluruhan. Cahaya ultraviolet (UV) berada pada daerah panjang gelombang
dari 100 sampai 380 nm. Cahaya tampak (visible, Vis) berada pada daerah panjang
gelombang dari 380 sampai 800 nm.
Kecepatan cahaya adalah tetap dan di dalam vakum adalah c = 3 x 10 8 m/s. Frekuensi
dari cahaya dapat dicari dari hubungan f = c/l,
dimana f adalah frekuensi dan l adalah panjang gelombang. Frekuensi cahaya tampak
berkisar dari 375 THz hingga 790 THz.
Dualisme cahaya menyatakan bahwa cahaya dapat berperilaku sebagai gelombang
dan dapat juga berperilaku sebagai partikel (foton). Energi partikel ini tidaklah kontinyu
melainkan terkuantisasi. Oleh karena itu, foton dapat dipandang sebagai paket energi
(terkuantisasi) yang ditentukan oleh hubungan

E=hf
atau

E = h c/λ.
Energi cahaya tampak berkisar dari 1.55 eV hingga 3.3 eV.

Gerak Gelombang Yunior Rahmawan Usop, 2010


Efek Doppler

       Adalah gelombang yang memiliki amplitudo yang berubah – ubah antara nol sampai nilai
maksimum tertentu.
Gelombang stasioner dibagi menjadi dua, yaitu gelombang stasioner akibat pemantulan pada ujung
terikat dan gelombang stasioner pada ujung bebas.

                                        

 
Seutas tali yang panjangnya l kita ikat ujungnya pada satu tiang sementara ujung lainnya kita biarkan,
setela itu kita goyang ujung yang bebas itu keatas dan kebawah berulang – ulang. Saat tali di
gerakkan maka gelombang akan merambat dari ujung yang bebas menuju ujung yang terikat,
gelombang ini disebut sebagai gelombang dating. Ketika gelombang dating tiba diujung yang terikat
maka gelombang ini akan dipantulkan sehingga terjadi interferensi gelombang.
       Untuk menghitung waktu yang diperlukan gelombang untuk merambat dari titik 0 ke titik P
adalah (l- x)/v . sementara itu waktu yang diperlukan gelombang untuk merambat dari titik 0 menuju
titik P setelah gelombang mengalami pemantulan adalah(l+x)/v , kita dapat mengambil persamaan
dari gelombang dating dan gelombang pantul sebagai berikut:

y1= A sin 2π/T (t- (l-x)/v) untuk gelombang datang,


y2= A sin 2π/T (t- (l+x)/v+ 1800) untuk gelombang pantul
Keterangan:
a. Gambar pemantulan gelombang pada  ujung tali yang terikat.
b. Gambar pemantulan gelombang pada  ujung tali yang dapat bergerak bebas.

sehingga untuk hasil interferensi gelombang datang dan gelombang pantul di titik P yang berjarak x
dari ujung terikat adalah sebagai berikut:

y  =  y1+ y2

    =A sin⁡2π (t/T- (l-x)/λ)+ A sin⁡2π(t/T- (1+x)/λ+ 1800 )


    Dengan menggunakan aturan sinus maka penyederhanaan rumus menjadi:
    sin⁡A + sin⁡B = 2 sin⁡1/2 (A+B) - cos⁡1/2  (A-B)

Menjadi:
y= 2 A sin⁡(2π x/λ )  cos ⁡2π  (t/T - l/λ)
y= 2 A sin⁡kx cos⁡(2π/T t - 2πl/λ)
Rumus interferensi
y= 2 A sin⁡kx cos⁡(ωt- 2πl/λ)
Keterangan :
A  = amplitude gelombang datang atau pantul (m)
k  =  2π/λ
ω  = 2π/T (rad/s)
l   = panjang tali (m)

Gelombang Stasioner Yunior Rahmawan Usop, 2010


Efek Doppler

x  = letak titik terjadinya interferensi dari ujung terikat (m)


λ  = panjang gelombang (m)
t  = waktu sesaat (s)
Ap = besar amplitude gelombang stasioner (AP)
Ap = 2 A sin kx
Jika kita perhatikan gambar pemantulan gelombang diatas , gelombang yang terbentuk adalah
gelombang transversal yang memiliki bagian – bagian diantaranya perut dan simpul gelombang.
Perut gelombang terjadi saat amplitudonya maksimum sedangkan simpul gelombang terjadi saat
amplitudonya minimum. Dengan demikian kita akan dapat mencari letak titik yang merupakan
tempat terjadinya perut atau simpul gelombang.

Tempat simpul (S) dari ujung pemantulan


S=0,1/2 λ,λ,3/2 λ,2λ,dan seterusnya
=n (1/2 λ),dengan n=0,1,2,3,….
Tempat perut (P) dari ujung pemantulan
P= 1/4 λ,3/4 λ,5/4 λ,7/4 λ,dan seterusnya
=(2n-1)[1/4 λ],dengan n=1,2,3,….

Superposisi gelombang
    Jika ada dua gelombang yang merambat pada medium yang sama, gelombang-gelombang tersebut
akan dating di suatu titik pada saat yang sama sehingga terjadilah superposisi gelombang . Artinya,
simpangan gelombang – gelombang tersebut disetiap titik dapat dijumlahkan sehingga menghasilkan
sebuah gelombang baru.
    Persamaan superposisi dua gelombang tersebut dapat diturunkan sebagai berikut:

y1 = A sin⁡ωt ; y2 = A sin⁡(ωt+ ∆θ) 


    Kedua gelombang tersebut memiliki perbedaan sudut fase sebesar Δθ
Persamaan simpangan gelombang hasil superposisi kedua gelombang tersebut adalah:

y = 2 A sin⁡(ωt+ ∆θ/2) cos⁡(∆θ/2) 

    Dengan 2A cos (∆θ/2) disebut sebagai amplitude gelombang hasil superposisi.
Dengan 2A cos (∆θ/2) disebut sebagai amplitude gelombang hasil superposisi.

Gelombang Stasioner Pada Ujung Bebas

Pada gelombang stasioner pada ujung bebas gelombang pantul tidak mengalami pembalikan fase.
Persamaan gelombang di titik P dapat dituliskan seperti berikut:
y1=A sin⁡〖2π/T 〗 (t- (l-x)/v) untuk gelombang datang

Gelombang Stasioner Yunior Rahmawan Usop, 2010


Efek Doppler

y2=A sin⁡〖2π/T 〗 (t- (l+x)/v) untuk gelombang pantul

y   =  y1 + y2
     =   A sin⁡2π/T (t- (l-x)/v) + A sin⁡2π/T  (t- (l+x)/v)
  y =   2 A cos⁡kx sin⁡2π(t/T- 1/λ)

Rumus interferensi antara gelombang datang dan gelombang pantul pada ujung bebas, adalah:

y=2 A cos⁡2π (x/λ) sin⁡2π(t/T- l/λ) 

Dengan:
As=2A cos⁡2π(x/λ) disebut sebagai amplitude superposisi gelombang pada pemantulan ujung tali
bebas.

Ap = 2 A cos kx adalah amplitudo gelombang stasioner.


1) Perut gelombang terjadi saat amplitudonya maksimum, yang secara matematis dapat ditulis
sebagai berikut:
     

Ap maksimum saat cos⁡〖(2π 


x)/( λ)〗= ±1 sehingga
     x= (2n) 1/4 λ,dengan n = 0,1,2,3,
…….
.
2) Simpul gelombang terjadi saat amplitudo gelombang minimum, ditulis sebagai berikut:

Ap minimum saat cos⁡〖(2π


x)/( λ)〗=0 sehingga
x= (2n +1) 1/4 λ,dengan n = 0,1,2,3,
……..

Gelombang stasioner pada ujung terikat


     Persamaan gelombang datang dan gelombang pantul dapat ditulis sebagai berikut:
y1= A sin⁡2π (t/T- (l-x)/λ) untuk gelombang datang
y2= A sin⁡2π (t/T- (l+x)/λ) untuk gelombang pantul
'
Superposisi gelombang datang dan gelombang pantul di titik q akan menjadi:''''

y = y1  + y2
y=A sin⁡2π (t/T- (l-x)/λ) - A sin⁡2π(t/(T ) – (l+x)/λ)

Dengan menggunakan aturan pengurangan sinus,


sin⁡α - sin⁡β = 2 sin⁡1/2  (α-β) cos⁡1/2 (α+β)

Gelombang Stasioner Yunior Rahmawan Usop, 2010


Efek Doppler

Persamaan gelombang superposisinya menjadi

y = 2 A sin⁡2π(x/λ) cos⁡2π (t/T- l/λ) 

Amplitudo superposisi gelombangnya adalah:


As = 2A sin⁡2π(x/λ)
Dengan As adalah amplitudo gelombang superposisi pada pemantulan ujung terikat.
1) Perut gelombang terjadi saat amplitudonya maksimum, 
    karenanya dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut:
    Ap=2 A sin⁡2π/λ x
Ap maksimum terjadi saat sin⁡2π/λ  x= ±1 sehingga
                                                     x= (2n+1) 1/4 λ,dengan n=0,1,2,3…….

2) Simpul gelombang terjadi saat amplitudonya minimum, 


   yang dapat ditulis sebagai berikut:
   Ap=2 A sin⁡(2π/λ) x
  Ap minimum terjadi saat sin ⁡2π/λ x = 0 sehingga
                                                        x = (2n) 1/4 λ,dengan n=0,1,2,3,…..

Gelombang Stasioner Yunior Rahmawan Usop, 2010


Efek Doppler

Saat sebuah mobil Ambulance atau patroli polisi bergerak mendekati kita sambil
membunyikan sirine, kita akan mendengar nada bunyi sirine tersebut semakin
tinggi. Kemudian jika sirine masih berbunyi saat ambulance lewat dan menjauhi
kita, nada bunyi sirine yang terdengar akan semakin rendah (sampai akhirnya
hilang).

Dari ilustrasi diatas, kita bisa menyimpulkan bahwa bila sumber bunyi (dalam hal
ini adalah mobil ambulance atau patroli polisi) dan pengamat atau pendengar
bergerak relatif satu sama lain (menjauhi atau mendekati) maka frekuensi yang
ditangkap oleh pengamat tidak sama dengan frekuensi yang dipancarkan oleh
sumber.

Bila sumber bunyi dan pengamat bergerak saling mendekati, maka frekuensi
yang ditangkap pengamat (fp) akan lebih besar dari frekuensi sumber bunyi (fs),
dan sebaliknya bila sumber dan pengamat bergerak saling menjauhi, maka
frekuensi yang ditangkap pengamat lebih kecil dari frekuensi sumber bunyi.

Jadi :
1. Jika sumber bunyi dan pendengan diam , maka frekuensi yang diterima
pendengar ( fP ) sama dengan frekensi sumber bunyi (fS)
2. Sumber bunyi mendekati pengamat (yang diam) dengan kecepatan VS ,
maka frekuensi gelombang yang diamati pengamat lebih tinggi dari fs
3. Setelah sumber bunyi melewati pengamat (yang diam) dengan kecepatan
VS, maka frekuensi gelombang yang diamati pengamat lebih rendah dari
fs

Hal ini disebabkan:


1. Panjang gelombang saat sumber mendekat lebih pendek
2. Analog diatas panjang gelombang saat pengamat mendekat lebih pendek

1 1
 '
s  p
'

Bunyi dan Efek Doppler Yunior Rahmawan Usop, 2010


Efek Doppler

Dari kedua kesimpulan diatas maka :

fs fp v  vp
 fp  fs
v  vs v  v p v  vs

V = Kec.rambat bunyi di udara ( m/s )


VS= Kec. Sumber bunyi ( m/s )
Vp= Kec. Sumber bunyi ( m/s )
fS = Frekuensi Sumber bunyi ( Hz )
fP = Frekuensi yang diterima pendengar ( Hz )

Dengan analogi yang sama, untuk sumber menjauh dan pengamat diam, atau

v  vp
sumber diam dan pengamat menjauh diperoleh :

fp  fs
v  vs

    vp akan bertanda (+) bila pengamat bergerak mendekati sumber bunyi, dan
sebaliknya akan bertanda (-) bila ia bergerak menjauhi sumber bunyi.
    vs akan bertanda (+) bila sumber bunyi bergerak menjauhi pengamat, dan
sebaliknya akan bertanda (-) bila sumber mendekati pengamat.

Walaupun pertama kali ditemukan dalam gelombang suara, Efek Doppler


ternyata berlaku pada semua jenis gelombang termasuk gelombang cahaya (dan
gelombang-gelombang elektromagnetik lainnya). Efek Doppler untuk gelombang
cahaya biasanya digambarkan dalam kaitan dengan warna daripada dengan
frekuensi.

Bunyi dan Efek Doppler Yunior Rahmawan Usop, 2010


Efek Doppler

Persamaan umum efek Doppler dapat dinyatakan dalam


bentuk :
V  VP
fP  ( fS )
V  VS

V = Kec.rambat bunyi di udara ( m/s )

VP= Kec. pendengar ( m/s )

VS= Kec. Sumber bunyi ( m/s )

fS = Frekuensi Sumber bunyi ( Hz )

fP = Frekuensi yang diterima pendengar ( Hz )

Bunyi dan Efek Doppler Yunior Rahmawan Usop, 2010


1. Optika Geometri
a. Hukum Pemantulan Snellius
 Sinar datang (AB), sinar pantul BC dan garis normal (n), terletak pada satu
bidang datar.
 Sudut datang (i) = sudut pantul (t)

b. Cermin Datar
 Sudut sinar pantul = 2 kali sudut perputaran cermin.

 Jumlah bayangan yang terlihat sebagai berikut.


n = jumlah bayangan yang terlihat

= sudut antara 2 cermin datar yang dipasang berhadapan.

c. Cermin Cekung (Cermin Positif)

Ketentuan:

Optika Geometri Yunior Rahmawan Usop, 2010


Jika benda tidak terletak pada titik-titik transmisi, jumlah nomor ruang benda
dan nomor ruang bayangan selalu = 5.

d. Cermin Cembung (Cermin Negatif)

Catatan :
Cermin cembung mempunyai f bernilai negatif. jadi, misalnya benda berada 40
cm di depan cermin cembung yang jari-jarinya 20 cm, letak bayangan dihitung
sebagai berikut.

e. Pembiasan (Refraksi)

Optika Geometri Yunior Rahmawan Usop, 2010


i = sudut datang
r = sudut bias
n12 = indeks bias relatif zat 2 terhadap zat 1.
V1 dan V2 = kecepatan cahaya di dalam zat 1 dan zat 2.
nud = indeks bias udara = 1
2. Optika Fisik
a. Sudut Dispersi

Q = Du - Dm
Q = sudut disperse
Du dan Dm = deviasi sinar ungu dan sinar merah
b. Celah Ganda (Percobaan Young)
 Garis Terang (Interferensi Maksimum)

 Garis Gelap (Interferensi Minimum)

= panjang gelombang cahaya

d = jarak antar celah


p = jarak antara dua garis gelap atau 2 garis terang berurutan
L = jarak celah ke layar
k = 1,2,3 ….. dst
c. Celah Tunggal

Optika Geometri Yunior Rahmawan Usop, 2010


 Garis Terang (Interferensi Maksimum)

 Garis Gelap (Interferensi Minimum)

= sudut deviasi

d. Difraksi Kisi
 Garis Terang (Interferensi Maksimum)

 Garis Gelap (Interferensi Minimum)

e. Selaput Tipis
 Garis Terang (Interferensi Maksimum)

 Garis Gelap (Interferensi Minimum)

n = indeks bias selaput tipis

d = tebal selaput tipis

Optika Geometri Yunior Rahmawan Usop, 2010


r = sudut bias

f. Polarisasi

Optika Geometri Yunior Rahmawan Usop, 2010


Gelombang elektromagnetik adalah gelombang yang dihasilkan dari perubahan medan
magnet dan medan listrik secara berurutan, dimana arah getar vektor medan listrik dan
vektor medan magnet saling tegak lurus.

“Jika perubahan medan magnetik dapat menghasilkan medan listrik, maka


sebaliknya perubahan medan listrik dapat menghasilkan medan magnet” (James
Clerk Maxwell, 1864:1831 – 1879).

Pada dasarnya magnet adalah batu-batuan yang terdapat di daerah yang namanya
Magnesia di sekitar Balkan atau Asia kecil. Yang konon ceritanya menempel di tongkat-
tongkat penggembala.

Secara umum gelombang merambat memerlukan perantara, seperti permukaan air,


udara, fluida, gas, tali, benang, kawat, dawai, dan lain-lain.

Perambatan gelombang yang fenomenal ini berhasil dibuktikan oleh Rudolf Heinrich Hertz,

Gelombang elektromagnetik ini diciptakan oleh adanya keterkaitan antara medan


listrik (electric field) dengan medan magnet (magnetic field) yang saling tegak
lurus (perpendicular) dalam merambat. Kedua medan ini saling mempengaruhi
dan saling menimbulkan keadaan yang berulang-ulang.

Gelombang Elektromagnetik Yunior Rahmawan Usop, 2010


Akibat percobaan Hertz, kita mengenal istilah nirkabel atau pengiriman paket-
paket energi dalam medan listrik dan medan magnet tanpa menggunakan
perantara atau disebutnya sebagai point to pint electric jumper.
Sifat Gelombang Elektromagnetik :
- Perubahan Medan Listrik dan Medan Magnet terjadi pada saat bersamaan
- Medan Listrik dan Medan Magnet memiliki harga maksimum dan minimum pada
saat dan tempat yang sama
- GEM tidak memiliki muatan
- Tidak dapat disimpangkan dalam medan listrik maupun medan magnet
- Merambat dalam arah garis lurus
- Arah E dan B saling tegak lurus dan keduanya tegak lurus terhadap arah
rambatan gelombang
- GEM adalah gelombang transversal
Gelombang Elektromagnetik dapat mengalami:
- Refleksi = Pemantulan
- Refraksi = Pembiasan
- Interferensi = Perpaduan
- Difraksi = Lenturan/hamburan
- Polarisasi = Pengkutuban

CEPAT RAMBAT GELOMBANG

Hanya dipengaruhi oleh:


1. Sifat Kelistrikan (permitivitas listrik)
Untuk ruang Hampa è eo = 8,85 x 10-12 C/Nm2

2. Sifat Kemagnetan (permeabilitas magnetik)


Untuk Ruang Hampa è m0 = 4p x 10-7 Wb/Am

Spektrum elektromagnetik adalah rentang semua radiasi elektromagnetik


yang mungkin. Spektrum elektromagnetik dapat dijelaskan dalam panjang
gelombang, frekuensi, atau tenaga per foton. Spektrum ini secara langsung
berkaitan (lihat juga tabel dan awalan SI):

Panjang gelombang dikalikan dengan frekuensi ialah kecepatan cahaya: 300


Mm/s, yaitu 300 MmHz

Energi dari foton adalah 4.1 feV per Hz, yaitu 4.1μeV/GHz

Gelombang Elektromagnetik Yunior Rahmawan Usop, 2010


Panjang gelombang dikalikan dengan energy per foton adalah 1.24 μeVm

Spektrum elektromagnetik dapat dibagi dalam beberapa daerah yang terentang


dari sinar gamma gelombang pendek berenergi tinggi sampai pada gelombang
mikro dan gelombang radio dengan panjang gelombang sangat panjang.
Pembagian ini sebenarnya tidak begitu tegas dan tumbuh dari penggunaan
praktis yang secara historis berasal dari berbagai macam metode deteksi.
Biasanya dalam mendeskripsikan energi spektrum elektromagnetik dinyatakan
dalam elektronvolt untuk foton berenergi tinggi (di atas 100 eV), dalam panjang
gelombang untuk energi menengah, dan dalam frekuensi untuk energi rendah (λ
≥ 0,5 mm). Istilah "spektrum optik" juga masih digunakan secara luas dalam
merujuk spektrum elektromagnetik, walaupun sebenarnya hanya mencakup
sebagian rentang panjang gelombang saja (320 - 700 nm) .

Gelombang Elektromagnetik Yunior Rahmawan Usop, 2010


A. Relativitas

V1 = kecepatan suatu sistem I terhadap pusat koordinat tertentu.


V2 = kecepatan sistem II terhadap sistem I
C = kecepatan cahaya dalam ruang hampa
V = kecepatan sistem II terhadap pusat koordinat atau terhadap sistem lain di luar
koordinat

L = panjang batang yang diamati pengamat yang bergerak searah memanjang


batang
L = panjang batang yang diamati pengamat yang diam
V = kecepatan pengamat
C = kecepatan cahaya dalam hampa udara

= selang waktu antara 2 kejadian yang diamati oleh pengamat yang bergerak

= selang waktu antara 2 kejadian yang diamati oleh pengamat yang dia

U = kecepatan pengamat

C = kecepatan cahaya dalam hampa udara

FISIKA MODERN Yunior Rahmawan Usop, 2010


mo = massa partikel dalam keadaan diam

m = massa partikel dalam keadaan bergerak

C = kecepatan cahaya dalam hampa udara

E = m . C2

E = energi yang timbul

m = massa hilang yang berubah menjadi energi

C = kecepatan cahaya dalam hampa udara

B. Teori Kuantum
E=h.f
E = kuantum energi dalam joule
h = konstanta Planck = 6,625 x 10 -34 joule . detik

h = konstanta Planck = 6,625 x 10 -34 joule.detik


f = frekuensi gelombang electromagnet yang datang (Hz)
fo = frekuensi batas (Hz)
me= massa elektron (kg)
Vo = kecepatan elektron
hf = W + Ek
hf = energi foton yang datang
W = energi pelepasan elektron
Ek = energi kinetik electron

ATOM BOHR

􀂄 Postulat Bohr

FISIKA MODERN Yunior Rahmawan Usop, 2010


􀂄 Elektron bergerak mengorbit inti dalam orbit mantap berupa

lingkaran dengan momentum sudut merupakan kelipatan dari h/2π

􀂄 Pada keadaan mantap ini elektron tidak memancarkan radiasi e.m.,

radiasi baru dipancarkan/diserap jika elektron berpindah dari satu

orbit ke orbit yang lain. Pada perpindahan ini foton yang

dipancarkan mempunyai energi:

GELOMBANG DE BROGLIE

􀂄 Foton berfrekuensi ν mempunyai momentum:

􀂄 Panjang gelombang foton:

􀂄 De Broglie mengusulkan agar persamaan panjang

gelombang tersebut berlaku umum, baik bagi foton

maupun bagi materi. Panjang gelombang de Broglie:

m adalah massa relativistik. Usulan de Broglie ini

dapat dibuktikan dengan percobaan difraksi elektron

oleh Davisson & Germer

= panjang gelombang de Broglie

= konstanta Planck

FISIKA MODERN Yunior Rahmawan Usop, 2010


= massa partikel

= kecepatan partikel

Efek Compton merupakan bukti paling langsung dari sifat partikel dari radiasi e.m.

= momentum foton

= konstanta Planck

= kecepatan cahaya (foton)

= panjang gelombang cahaya (foton)

= panjang gelombang foton setelah tumbukan

= panjang gelombang foton mula-mula

= konstanta Planck

= sudut penyimpangan foton

FISIKA MODERN Yunior Rahmawan Usop, 2010


FISIKA MODERN Yunior Rahmawan Usop, 2010
DUALISME GELOMBANG CAHAYA

a. Semakin besar intensitas cahaya semakin banyak elektron elektron yang diemisikan
b. Kecepatan elektron yang diemisikan bergantung pada frekuensi; semakin besar f, makin besar pula
kecepatan elektron yang diemisikan

E  h. f E = Energi

h = tetapan Planck

E  Ek  E 0 f = frekwensi

Ek  E  a c = kecepatan cahaya

1
m.V 2  h. f  hf 0 v = kecepatan
2

1 C C 
mV 2  h   a = energi ambang
2   0 

1 1 
Ek  h.c.   m = massa ; λ = panjang gelombang
   0

h. f h
Pfoton  ;p p = momentum
C 

p=momentum Ek = Energi kinetik

Hypotesa de Broglie

Catatan penting :
c h h
    
f p m.V Ek=54 ev = 54.1,6.10-19 Joule

Massa 1e = 9,1.10-31 kg
p  2.m.Ek

Hamburan Compton :

h
 '  .1  cos  
m 0.c

Dualisme Gelombang Partikel Yunior Rahmawan Usop, 2010


Energi Nuklir

Masalah energi merupakan salah satu isu penting yang sedang hangat
dibicarakan. Semakin berkurangnya sumber energi, penemuan sumber energi
baru, pengembangan energi-energi alternatif, dan dampak penggunaan energi
minyak bumi terhadap lingkungan hidup menjadi tema-tema yang menarik dan
banyak didiskusikan. Pemanasan global yang diyakini sedang terjadi dan akan
memasuki tahap yang mengkhawatirkan disebut-sebut juga merupakan dampak
penggunaan energi minyak bumi yang merupakan sumber energi utama saat ini.

Dampak lingkungan dan semakin berkurangnya sumber energi minyak bumi


memaksa kita untuk mencari dan mengembangkan sumber energi baru. Salah
satu alternatif sumber energi baru yang potensial datang dari energi nuklir. Meski
dampak dan bahaya yang ditimbulkan amat besar, tidak dapat dipungkiri bahwa
energi nuklir adalah salah satu alternatif sumber energi yang layak
diperhitungkan.

Isu energi nuklir yang berkembang saat ini memang berkisar tentang
penggunaan energi nuklir dalam bentuk bom nuklir dan bayangan buruk tentang
musibah hancurnya reaktor nuklir di Chernobyl. Isu-isu ini telah membentuk
bayangan buruk dan menakutkan tentang nuklir dan pengembangannya.
Padahal, pemanfaatan yang bijaksana, bertanggung jawab, dan terkendali atas
energi nuklir dapat meningkatkan taraf hidup sekaligus memberikan solusi atas
masalah kelangkaan energi.

Fisi Nuklir

Secara umum, energi nuklir dapat dihasilkan melalui dua macam mekanisme,
yaitu pembelahan inti atau reaksi fisi dan penggabungan beberapa inti melalui
reaksi fusi. Di sini akan dibahas salah satu mekanisme produksi energi nuklir,
yaitu reaksi fisi nuklir.

Sebuah inti berat yang ditumbuk oleh partikel (misalnya neutron) dapat
membelah menjadi dua inti yang lebih ringan dan beberapa partikel lain.

NUKLIR l Yunior Rahmawan Usop, 2010


Energi Nuklir

Mekanisme semacam ini disebut pembelahan inti atau fisi nuklir. Contoh reaksi
fisi adalah uranium yang ditumbuk (atau menyerap) neutron lambat.

Reaksi fisi uranium seperti di atas


menghasilkan neutron selain dua buah inti atom yang lebih ringan. Neutron ini
dapat menumbuk (diserap) kembali oleh inti uranium untuk membentuk reaksi
fisi berikutnya. Mekanisme ini terus terjadi dalam waktu yang sangat cepat
membentuk reaksi berantai tak terkendali. Akibatnya, terjadi pelepasan energi
yang besar dalam waktu singkat. Mekanisme ini yang terjadi di dalam bom nuklir
yang menghasilkan ledakan yang dahsyat. Jadi, reaksi fisi dapat membentuk
reaksi berantai tak terkendali yang memiliki potensi daya ledak yang dahsyat dan
dapat dibuat dalam bentuk bom nuklir.

reaksi fisi berantai (sumber: www.scienceclarified.com)

Dibandingkan dibentuk dalam bentuk bom nuklir, pelepasan energi yang


dihasilkan melalui reaksi fisi dapat dimanfaatkan untuk hal-hal yang lebih
berguna. Untuk itu, reaksi berantai yang terjadi dalam reaksi fisi harus dibuat
lebih terkendali. Usaha ini bisa dilakukan di dalam sebuah reaktor nuklir. Reaksi
berantai terkendali dapat diusahakan berlangsung di dalam reaktor yang
terjamin keamanannya dan energi yang dihasilkan dapat dimanfaatkan untuk

NUKLIR l Yunior Rahmawan Usop, 2010


Energi Nuklir

keperluan yang lebih berguna, misalnya untuk penelitian dan untuk


membangkitkan listrik.

reaksi fisi berantai terkendali (sumber: www.atomicarchive.com)

Di dalam reaksi fisi yang terkendali, jumlah neutron dibatasi sehingga hanya satu
neutron saja yang akan diserap untuk pembelahan inti berikutnya. Dengan
mekanisme ini, diperoleh reaksi berantai terkendali yang energi yang
dihasilkannya dapat dimanfaatkan untuk keperluan yang berguna.

Reaktor Nuklir

Energi yang dihasilkan dalam reaksi fisi nuklir dapat dimanfaatkan untuk
keperluan yang berguna. Untuk itu, reaksi fisi harus berlangsung secara
terkendali di dalam sebuah reaktor nuklir. Sebuah reaktor nuklir paling tidak
memiliki empat komponen dasar, yaitu elemen bahan bakar, moderator neutron,
batang kendali, dan perisai beton.

NUKLIR l Yunior Rahmawan Usop, 2010


Energi Nuklir

skema reaktor nuklir (sumber: http://personales.alc.upv.es)

Elemen bahan bakar menyediakan sumber inti atom yang akan mengalami fusi
nuklir. Bahan yang biasa digunakan sebagai bahan bakar adalah uranium U.
elemen bahan bakar dapat berbentuk batang yang ditempatkan di dalam teras
reaktor.

Neutron-neutron yang dihasilkan dalam fisi uranium berada dalam kelajuan yang
cukup tinggi. Adapun, neutron yang memungkinkan terjadinya fisi nuklir adalah
neutron lambat sehingga diperlukan material yang dapat memperlambat kelajuan
neutron ini. Fungsi ini dijalankan oleh moderator neutron yang umumnya berupa
air. Jadi, di dalam teras reaktor terdapat air sebagai moderator yang berfungsi
memperlambat kelajuan neutron karena neutron akan kehilangan sebagian
energinya saat bertumbukan dengan molekul-molekul air.

Fungsi pengendalian jumlah neutron yang dapat menghasilkan fisi nuklir dalam
reaksi berantai dilakukan oleh batang-batang kendali. Agar reaksi berantai yang
terjadi terkendali dimana hanya satu neutron saja yang diserap untuk memicu
fisi nuklir berikutnya, digunakan bahan yang dapat menyerap neutron-neutron di
dalam teras reaktor. Bahan seperti boron atau kadmium sering digunakan
sebagai batang kendali karena efektif dalam menyerap neutron.

Batang kendali didesain sedemikian rupa agar secara otomatis dapat keluar-
masuk teras reaktor. Jika jumlah neutron di dalam teras reaktor melebihi jumlah
yang diizinkan (kondisi kritis), maka batang kendali dimasukkan ke dalam teras
reaktor untuk menyerap sebagian neutron agar tercapai kondisi kritis. Batang
kendali akan dikeluarkan dari teras reaktor jika jumlah neutron di bawah kondisi
kritis (kekurangan neutron), untuk mengembalikan kondisi ke kondisi kritis yang
diizinkan.

Radiasi yang dihasilkan dalam proses pembelahan inti atom atau fisi nuklir dapat
membahayakan lingkungan di sekitar reaktor. Diperlukan sebuah pelindung di
sekeliling reaktor nuklir agar radiasi dari zat radioaktif di dalam reaktor tidak
menyebar ke lingkungan di sekitar reaktor. Fungsi ini dilakukan oleh perisai

NUKLIR l Yunior Rahmawan Usop, 2010


Energi Nuklir

beton yang dibuat mengelilingi teras reaktor. Beton diketahui sangat efektif
menyerap sinar hasil radiasi zat radioaktif sehingga digunakan sebagai bahan
perisai.

Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir

Energi yang dihasilkan dari reaksi fisi nuklir terkendali di dalam reaktor nuklir
dapat dimanfaatkan untuk membangkitkan listrik. Instalasi pembangkitan energi
listrik semacam ini dikenal sebagai pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN).

skema pembangkit listrik tenaga nuklir (sumber: http://reactor.engr.wisc.edu)

Salah satu bentuk reaktor nuklir adalah reaktor air bertekanan (pressurized
water reactor/PWR) yang skemanya ditunjukkan dalam gambar. Energi yang
dihasilkan di dalam reaktor nuklir berupa kalor atau panas yang dihasilkan oleh
batang-batang bahan bakar. Kalor atau panas dialirkan keluar dari teras reaktor
bersama air menuju alat penukar panas (heat exchanger). Di sini uap panas
dipisahkan dari air dan dialirkan menuju turbin untuk menggerakkan turbin
menghasilkan listrik, sedangkan air didinginkan dan dipompa kembali menuju
reaktor. Uap air dingin yang mengalir keluar setelah melewati turbin dipompa
kembali ke dalam reaktor.

Untuk menjaga agar air di dalam reaktor (yang berada pada suhu 300oC) tidak
mendidih (air mendidih pada suhu 100oC dan tekanan 1 atm), air dijaga dalam
tekanan tinggi sebesar 160 atm. Tidak heran jika reaktor ini dinamakan reaktor
air bertekanan.

NUKLIR l Yunior Rahmawan Usop, 2010


Listrik Dinamis

Listrik Dinamis adalah listrik yang dapat bergerak. cara mengukur kuat arus pada
listrik dinamis adalah muatan listrik dibagai waktu dengan satuan muatan listrik
adalah coulumb dan satuan waktu adalah detik. kuat arus pada rangkaian
bercabang sama dengan kuata arus yang masuk sama dengan kuat arus yang
keluar. sedangkan pada rangkaian seri kuat arus tetap sama disetiap ujung-
ujung hambatan. Sebaliknya tegangan berbeda pada hambatan. pada rangkaian
seri tegangan sangat tergantung pada hambatan, tetapi pada rangkaian
bercabang tegangan tidak berpengaruh pada hambatan. semua itu telah
dikemukakan oleh hukum kirchoff yang berbunyi "jumlah kuat arus listrik yang
masuk sama dengan jumlah kuat arus listrik yang keluar". berdasarkan hukum
ohm dapat disimpulkan cara mengukur tegangan listrik adalah kuat arus ×
hambatan. Hambatan nilainya selalu sama karena tegangan sebanding dengan
kuat arus. tegangan memiliki satuan volt(V) dan kuat arus adalah ampere (A)
serta hambatan adalah ohm.

Hukum Ohm

Aliran arus listrik dalam suatu rangkaian tidak


berakhir pada alat listrik. tetapi melingkar
kernbali ke sumber arus. Pada dasarnya alat
listrik bersifat menghambat alus listrik. Hubungan
antara arus listrik, tegangan, dan hambatan
dapat diibaratkan seperti air yang mengalir pada
suatu saluran. Orang yang pertama kali meneliti
hubungan antara arus listrik, tegangan. dan
hambatan adalah Georg Simon Ohm (1787-1854)
seorang ahli fisika Jerman. Hubungan tersebut
lebih dikenal dengan sebutan hukum Ohm.
Setiap arus yang mengalir melalui suatu penghantar selalu mengalami
hambatan. Jika hambatan listrik dilambangkan dengan R. beda potensial V, dan
kuat arus I, hubungan antara R, V, dan I secara matematis dapat ditulis:

Listrik Dinamis Yunior Rahmawan Usop, 2010


Listrik Dinamis

Sebuah penghantar dikatakan mempunyai nilai hambatan 1 Ω jika tegangan 1 V


di antara kedua ujungnya mampu mengalirkan arus listrik sebesar 1 A melalui
konduktor itu. Data-data percobaan hukum Ohm dapat ditampilkan dalam bentuk
grafik seperti gambar di samping. Pada pelajaran Matematika telah diketahui
bahwa kemiringan garis merupakan hasil bagi nilai-nilai pada sumbu vertikal
(ordinat) oleh nilai-nilai yang bersesuaian pada sumbu horizontal (absis).
Berdasarkan grafik, kemiringan garis adalah α = V/T Kemiringan ini tidak lain
adalah nilai hambatan (R). Makin besar kemiringan berarti hambatan (R) makin
besar. Artinya, jika ada suatu bahan dengan kemiringan grafik besar. bahan
tersebut makin sulit dilewati arus listrik. Komponen yang khusus dibuat untuk
menghambat arus listrik disebut resistor (pengharnbat). Sebuah resistor dapat
dibuat agar mempunyai nilai hambatan tertentu. Jika dipasang pada rangkaian
sederhana, resistor berfungsi untuk mengurangi kuat arus. Namun, jika dipasang
pada rangkaian yang
rumit, seperti radio, televisi, dan komputer, resistor dapat berfungsi sebagai
pengatur kuat arus. Dengan demikian, komponen-komponen dalam rangkaian itu
dapat berfungsi dengan baik. Resistor sederhana dapat dibuat dari bahan nikrom
(campuran antara nikel, besi. krom, dan karbon). Selain itu, resistor juga dapat
dibuat dari bahan karbon. Nilai hambatan suatu resistor dapat diukur secara
langsung dengan ohmmeter. Biasanya, ohmmeter dipasang hersama-sama
dengan amperemeter dan voltmeter dalam satu perangkat yang disebut
multimeter. Selain dengan ohmmeter, nilai hambatan resistor dapat diukur
secara tidak langsung dengan metode amperemeter voltmeter.

Listrik Dinamis Yunior Rahmawan Usop, 2010


Listrik Dinamis

Hambatan Kawat Penghantar

Berdasarkan percobaan di atas. dapat disimpulkan bahwa besar hambatan suatu


kawat penghantar 1. Sebanding dengan panjang kawat penghantar. artinya
makin panjang penghantar, makin besar hambatannya, 2. Bergantung pada jenis
bahan kawat (sebanding dengan hambatan jenis kawat), dan 3. berbanding
terbalik dengan luas penampang kawat, artinya makin kecil luas penampang,
makin besar hambatannya. Jika panjang kawat dilambangkan ℓ, hambatan jenis
ρ, dan luas penampang kawat A. Secara matematis, besar hambatan kawat
dapat ditulis :

Nilai hambatan suatu penghantar tidak bergantung pada beda potensialnya. Beda
potensial hanya dapat mengubah kuat arus yang melalui penghantar itu. Jika
penghantar yang dilalui sangat panjang, kuat arusnya akan berkurang. Hal itu
terjadi karena diperlukan energi yang sangat besar untuk mengalirkan arus listrik
pada penghantar panjang. Keadaan seperti itu dikatakan tegangan listrik turun.
Makin panjang penghantar, makin besar pula penurunan tegangan listrik.

Listrik Dinamis Yunior Rahmawan Usop, 2010


Listrik Dinamis

Hukum Kirchoff

Arus listrik yang melalui suatu penghantar dapat


kita pandang sebagai aliran air sungai. Jika
sungai tidak bercabang, jumlah air di setiap
tempat pada sungai tersebut sama. Demikian
halnya dengan arus listrik.

Jumlah kuat arus yang masuk ke suatu titik


percabangan sama dengan jumlah kuat arus yang keluar dari titik percabangan
tersebut. Pernyataan itu sering dikenal sebagai hukum I Kirchhoff karena
dikemukakan pertama kali oleh Kirchhoff.

Maka diperoleh persamaan :


I1 + I2 = I3 + I4 + I5
I masuk =I keluar

Listrik Dinamis Yunior Rahmawan Usop, 2010


Rangkaian Resistor Seri &Paralel

Rangkaian Seri

Berdasarkan hukum Ohm: V = IR, pada hambatan R1 terdapat teganganV1 =IR1 dan pada
hambatan R2 terdapat tegangan V2 = IR 2. Karena arus listrik mengalir melalui hambatan R1 dan
hambatan R2, tegangan totalnya adalah VAC = IR1 + IR2.
Mengingat VAC merupakan tegangan total dan kuat arus listrik yang mengalir pada rangkaian
seperti di atas (rangkaian tak bercabang) di setiap titik sama maka
VAC = IR1 + IR2
I R1 = I(R1 + R2)
R1 = R1 + R2 ; R1 = hambatan total
Rangkaian seperti di atas disebut rangkaian seri. Selanjutnya, R 1 ditulis Rs (R seri) sehingga Rs =
R1 + R2 +...+Rn, dengan n = jumlah resistor. Jadi, jika beberapa buah hambatan dirangkai secara
seri, nilai hambatannya bertambah besar. Akibatnya, kuat arus yang mengalir makin kecil. Hal
inilah yang menyebabkan nyala lampu menjadi kurang terang (agak redup) jika dirangkai secara
seri. Makin banyak lampu yang dirangkai secara seri, nyalanya makin redup. Jika satu lampu
mati (putus), lampu yang lain padam.

Rangkaian Paralel

Mengingat hukum Ohm: I = V/R dan I = I1+ I2, maka

Pada rangkaian seperti di atas (rangkaian bercabang), V AB =V1 = V2 = V. Dengan demikian,


diperoleh persamaan

Rangkaian Resistor Yunior Rahmawan Usop, 2010


Rangkaian Resistor Seri &Paralel

Rangkaian yang menghasilkan persamaan seperti di atas disebut rangkaian paralel. Oleh karena
itu, selanjutnya Rt ditulis Rp (Rp = R paralel). Dengan demikian, diperoleh persamaan

Berdasarkan persamaan di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam rangkaian paralel, nilai
hambatan total (Rp) lebih kecil dari pada nilai masing-masing hambatan penyusunnya (R 1 dan
R2). Oleh karena itu, beberapa lampu yang disusun secara paralel sama terangnya dengan lampu
pada intensitas normal (tidak mengalami penurunan). Jika salah satu lampu mati (putus), lampu
yang lain tetap menyala.

Rangkaian resistor digunakan untuk mendapatkan suatu nilai dari beberapa resistor. Rangkaian
resistor terdiri dari rangkaian seridan rangkaian paralel.

1. Rangkaian Resistor Seri

Resistor yang disusun seri selalu menghasilkan resistansi yang lebih besar.
Pada rangkaian seri, arus yang mengalir pada setiap resistor sama besar.
R1, R2, dan R3 disusun secara seri, resistansi dari gabungan R1, R2, dan R3 dapat diganti dengan
satu resistor pengganti yaitu Rs.
Resistor yang dirangkai secara seri mempunyai nilai pengganti, yang besarnya dapat
dirumuskan: Jika semua nilai R yang disusun sama, dapat ditulis:        

   Rs = R1+ R2 + R3 + .... + Rn

Rangkaian Resistor Yunior Rahmawan Usop, 2010


Rangkaian Resistor Seri &Paralel

dengan n banyaknya R yang disusun.

2. Rangkaian Resistor Paralel

Resistor yang disusun secara paralel selalu menghasilkan resistansi yang lebih kecil. Pada
rangkaian paralel arus akan terbagi pada masing-masing resistor pada masing-masing resestor,
tetapi tegangan pada ujung-ujung resistor sama besar.
Pada rangkaian fresestor disamping untuk R1, R2, dan R3 disusun secara paralel, resistansi dari
gabungan R1, R2, dan R3 dapat diganti dengan satu resistor pengganti yaitu Rp.
Resistor yang dirangkai secara paralel mempunyai nilai pengganti, yang besarnya dapat
dirumuskan:

1/ Rp = 1/R1 + 1/R2 + 1/R3 + .... + 1/Rn

Jika semua nilai R yang disusun sama besar, maka resistor penggantinya dapat ditulis:

Rp = R / n

dengan n banyaknya R yang disusun.

Rangkaian Resistor Yunior Rahmawan Usop, 2010


Listrik Statis

Listrik statis merupakan energi yang dimiliki oleh benda bermuatan listrik.
Muatan listrik bisa negatif atau positif. Semua zat terbentuk dari atom-atom.
Setiap atom mempunyai inti atom yang terdiri dari proton dan elektron yang
mengelilinginya. Proton mempunyai muatan listrik positif, dan elektron
mempunyai muatan listrik negatif. Ketika dua zat seperti balon dan tangan kamu
saling digosokkan, elektron ditarik dari material yang mempunyai daya tarik yang
lemah (tangan) dan menempel pada material yang mempunyai daya tarik yang
kuat (balon). Hal ini menyebabkan kedua material menjadi bermuatan listrik.
Material yang kehilangan elektron menjadi bermuatan positif dan material
mendapatkan elektron menjadi bermuatan negatif. Balon dan tangan merupakan
listrik netral (jumlah muatan positif dan negatifnya sebanding) sebelum digosok.
Karena jumlah muatan positif dan negatifnya sama. Setelah digosok, balon
mempunyai muatan negatif berlebih dan tangan mempunyai muatan positif yang
berlebih. Muatan listrik yang tidak sejenis saling tarik menarik, sehingga muatan
negatif balon ditarik ke muatan positif tangan karena perbedaan muatannya.
Perhatikan dalam gambar bahwa tidak ada perubahan jumlah muatan total
gabungan. Penggosokan menyebabkan elektron-elektron yang ada bergerak dari
satu obyek ke obyek yang lain.

Listrik Statis Yunior Rahmawan Usop, 2010


 Rangkaian Majemuk
HUKUM KIRCHHOFF UNTUK TITIK CABANG: Jumlah semua arus yang menuju suatu titik
cabang harus sama dengan jumlah semua arus yang meninggalkan titik itu.
HUKUM KIRCHHOFF UNTUK RANGKAIAN (ATAU LINTASAN). Dalam lintasan (‘loop’)
yang tertutup jumlah aljabar beda potensial adalah nol. Dengan catatan bila potensial
naik, beda potensial dihitung positif, bila potensial turun, dihitung negatif.
Arus listrik dalam suatu hambatan selalu mengalir dari titik yang berpotensial tinggi ke
titik yang berpotensial lebih rendah.Kalau kita melalui resistor dengan arah gerak sama
dengan aliran muatan listrik, beda potensial harus dihitung negatif, sebab potensialnya
turun.
Kutub positif suatu sumber ggl selalu merupakan kutub yang berpotensial tinggi apapun
arah arus yang melaluinya.
Dengan memakai hukum Kirchhoff untuk lintasan kita akan memperoleh SEPERANGKAT
PERSAMAAN. Persamaan-persamaan ini adalah bebas. Satu cara yang menjamin
persamaan itu bebas ialah denagn memilih lintasan satu demi satu sedemikian rupa
sehingga setiap lintasan yang baru sehingga setiap lintasan yang baru melalui suatu
beda potensial yang tadinya belum dipakai.

Rangkaian Majemuk Yunior Rahmawan Usop, 2010


 Usaha dan Energi Listrik
Usaha Listrik

ENERGI DAN USAHA LISTRIK (EPL) : Untuk memindahkan muatan q dari titik di tak
terhingga ke titik di mana beda potensial mutlak adalah V, usaha sebanyak q V harus
dilakukan pada muatan itu. Usaha ini menjelma sebagai EPL yang tersimpan pada
muatan itu.
Apabila muatan q dipindahkan dan mengalami perbedaan potensial V, Usaha
sebesar q V harus dilakukan pada muatan q tersebut. Usaha ini menghasilkan
perubahan EPL muatan sebesar q V.
Kalau beda potensial V positif (potensial baik), EPL muatan naik, kalau q positif. Tetapi
kalau beda potensial V negatif (potensial turun), EPL muatan akan berkurang, kalau q
positif.
Hubungan V dan E : Misalkan dalam daerah tertentu medan listriknya adalah beraturan
(homogen) dan dalam arah x; Katakanlah besarnya Ex . Karena Ex adalah gaya pada
satuan muatan uji positif, maka usaha yang dilakukan dalam memindahkan muatan uji
melalui jarak x adalah (dari W = Fx x). Beda potensial dalam medan homogen = Fx X.
Medan di antara dua keping logam yang luas, sejajar dan mempunyai muatan yang
berlawanan jenis adalah homogen. Dengan demikian, kita dapat menggunakan
persamaan ini untuk menghubungkan medan listrik E antara keping dengan keping
lainnya yang dipisahkan oleh d dan beda potensialnya V; Untuk keping parallel, V = Ed.
Satuan Energi ‘electron-Volt’ (eV) adalah usaha yang diperlukan untuk memindahkan
muatan + e (coulomb) melalui beda potensial 1 volt.

Usaha dan Energi Listrik Yunior Rahmawan Usop, 2010


Kapasitor adalah komponen elektronika yang dapat menyimpan muatan listrik.
Struktur sebuah kapasitor terbuat dari 2 buah plat metal yang dipisahkan oleh
suatu bahan dielektrik. Bahan-bahan dielektrik yang umum dikenal misalnya
udara vakum, keramik, gelas dan lain-lain. Jika kedua ujung plat metal diberi
tegangan listrik, maka muatan-muatan positif akan mengumpul pada salah satu
kaki (elektroda) metalnya dan pada saat yang sama muatan-muatan negatif
terkumpul pada ujung metal yang satu lagi. Muatan positif tidak dapat mengalir
menuju ujung kutup negatif dan sebaliknya muatan negatif tidak bisa menuju ke
ujung kutup positif, karena terpisah oleh bahan dielektrik yang non-konduktif.
Muatan elektrik ini "tersimpan" selama tidak ada konduksi pada ujung-ujung
kakinya. Di alam bebas, phenomena kapasitor ini terjadi pada saat terkumpulnya

muatan-muatan positif dan negatif di awan.   

Gambar 1 : prinsip dasar kapasitor

Kapasitansi

Kapasitansi didefenisikan sebagai kemampuan dari suatu kapasitor untuk dapat


menampung muatan elektron. Coulombs pada abad 18  menghitung bahwa 1
coulomb = 6.25 x 1018 elektron. Kemudian Michael Faraday  membuat postulat
bahwa sebuah kapasitor akan memiliki kapasitansi sebesar 1 farad jika dengan
tegangan 1 volt dapat memuat muatan elektron sebanyak 1 coulombs. Dengan
rumus dapat ditulis :

Q = CV …………….(1)  

Q = muatan elektron dalam C (coulombs)

C = nilai kapasitansi dalam F (farads)

V = besar tegangan dalam  V (volt)

Kapasitor Yunior Rahmawan Usop,2010


Dalam praktek pembuatan kapasitor, kapasitansi dihitung dengan mengetahui
luas area plat metal (A), jarak (t) antara kedua plat metal (tebal dielektrik) dan
konstanta (k) bahan dielektrik. Dengan rumusan dapat ditulis sebagai berikut :

C = (8.85 x 10-12) (k A/t) ...(2)

Berikut adalah tabel contoh konstanta (k) dari beberapa bahan dielektrik yang
disederhanakan.

Tabel-1 : Konstanta dielektrik bahan kapasitor

Tabel konstanta dielektrik bahan kapasitor

Kapasitor Yunior Rahmawan Usop,2010


Rangkaian kapasitor
Rangkaian kapasitor secara seri akan mengakibatkan nilai kapasitansi total
semakin kecil. Di bawah ini contoh kapasitor yang dirangkai secara seri.

Pada rangkaian kapasitor yang dirangkai secara seri berlaku rumus :

Rangkaian kapasitor secara paralel akan mengakibatkan nilai kapasitansi


pengganti semakin besar. Di bawah ini contoh kapasitor yang dirangkai secara
paralel.

Pada rangkaian kapasitor paralel berlaku rumus :

Kapasitor Yunior Rahmawan Usop,2010


 Arus dan tegangan bolak-balik (AC)adalah arus yang dihasilkan oleh sebuah sumber
generator AC dimana arus dan tegangan merupakan fungsi waktu yang berubah-ubah
secara periodik dan dapat dinyatakan dengan :
 Arus bolak-balik sangat berguna yaitu:
 Segi praktis, alat-alat listrik yang memerlukan arus AC
 Segi teoritis, respon suatu rangkaian RLC dapat dianalisis
yaitu respon arus AC merupakan penjumlahan dari sinus
dan cosinus yang terpisah dengan deret Fourier.
 Rangkaian R

VR   m sin t
 
iR   m  sin t
 R
Memperlihatkan bahwa kuantitas VR dan iR fungsi waktu adalah sefase.
 Rangkaian C
q
VC   m sin t dengan VC  ; q   mC sin t
C
 dq   
iC     C cos t  im cos t  im  C m   m 
 dt   XC 

1
XC 
C
Dimana Xc adalah reaktansi kapasitif
Pada rangkaian ini memperlihatkan bahwa tegangan (V C) tertinggal terhadap arus
(iC) sebesar f = -90°
 Rangkaian L

VL   m sin t
 di   
 L   di   m  sin t
 dt   L 
  
iL   di    cos t
 L 
 
 im cos t   m  cos t
 XL 
dimana X L  L disebut dengan reaktansi induktif
Pada rangkaian L memperlihatkan bahwa tegangan mendahului arus sebesar
f=+90°
GGL YANG DIBANGKITAKN KUMPARAN YANG BERPUTAR dalam medan magnet yang
mempunyai grafik yang serupa grafik pada gambar 35-1. GGL itu disebut tegangan ac (arus
bolak-balik). Jika kumparan berputar dengan frekuensi f putaran per detik, maka ggl itu
berfrekuensi f Hz (putaran per detik). Tegangan sesaat yang bangkit terbentuk :

Listrik AC Yunior Rahmawan Usop,2010


dimana adalah amplitude (nilai maksimum) tegangan dalam satuan volt,

adalah kecepatan sudut dalam satuan rad/s dan f adalah frekuensi dinyatakan dalam
satuan hertz. Frekuensi f tegangan berhubungan dengan periode T,
menurut hubungan:

di sini T dalam detik.

Kumparan yang berputar bukanlah satu-satunya sumber tegangan ac. Banyak didapat
alat-alat elektronik yang menghasilkan tegangan ac. Tegangan ac tentunya menghasilkan
arus ac. Arus ac grafiknya mirip sekali dengan grafik tegangan yang tampak pada Gambar
35-1. Nilai sesaatnya adalah i dan amplitudonya i0. Sering terjadi bahwa arus dan
tegangan maksimum tidak terjadi pada saat yang sama, meski keduanya berfrekuensi
sama.

ALAT UKUR besaran ac menunjukkan nilai efektif atau nilai rms maupun tegangan. Nilai-
nilai ini selalu positif dan hubungannya dengan amplitude nilai sesaatnya ialah :

Adalah menjadi kebiasaan memakai huruf besar (V, I) kalau menyatakan penunjukan alat
ukur, sedangkan nilai-nilai sesaat, dinyatakan dengan huruf kecil (v, i).

KALOR YANG DIBANGKITKAN ATAU DAYA YANG DIHILANGKAN arus efektif I dalam
resistor R ialah I2R.

SEBAGAI BENTUK HUKUM OHM : Misalnya arus yang membentuk sinus dengan
frekuensi f dan nilai efektif mengaliri resistor murni R, atau inductor murni L, atau
kapsitor murni C. Maka suatu voltmeter ac yang dihubungkan pada unsur tersebut,
akan menunjuk nilai rms V sebagai berikut :

dalam hal resistor murni : V=IR

dalam hal inductor murni : V = I XL

di sini disebut reaktansi induktif, satuannya ohm bila L dinyatakan dalam

henry dan f dalam hertz.

dalam kapasitor murni : V = I XC

Listrik AC Yunior Rahmawan Usop,2010


disebut reaktansi kapasitif, satuannya ohm bila C dinyatakan dalam farad.

Listrik AC Yunior Rahmawan Usop,2010


Medan Magnet

MEDAN MAGNET dikatakan ada dalam suatu ruang, jika muatan listrik yang bergerak dalam
ruang tersebut mengalami gaya tertentu (gaya bukan gesekan) selama muatan itu bergerak.
Lazimnya, ada tidaknya medan magnet ditentukan dengan memperhatikan efeknya pada
jarum kompas. Jarum kompas selalu mengan posisi sejajar medan magnet.

GARIS-GARIS MEDAN MAGNET yang berkumpul di suatu daerah, dapat memperlihatkan ke


arah menuju jarum kompas akan menunjuk bila di tempatkan di daerah tersebut. Suatu
cara untuk menentukan garis-garis medan di dekat sebuah magnet batang.

Arah Kuat Medan Magnet

Arah kuat medan magnet dapat ditentukan dengan kaidah tangan kanan, seperti berikut
ini :

“Bila ibu jari tangan menunjukkan arah arus listrik, maka jari-jari yang digenggam
menunjukkan arah garis gaya yang kuat medan magnetnya.”

1. Induksi Magnetik
Hukum Biot-Savart

Yang mana:

B = induksi magnetic (weber/m 2)

i = kuat arus listrik (ampere)

a = jarak tegak lurus titik yang diamati ke kawat (meter)

k= = 10-7 weber/amp.meter.

Medan Magnet Yunior Rahmawan Usop,2010


2. Induksi magnetic di pusat arus melingkar

3. Induk si magnetic di dalam solenoida

4. Induksi magnetic pada sumbu toroida

= keliling sumbu toroida dengan jari-jari r.

5. Gaya Lorentz

TRANSFORMATOR adalah alat untuk menaikkan atau


menurunkan tegangan di dalam rangkaian ac.
Transformator terdiri ataskumparan primer dan kumparan sekunder yang dililitkan pada
teras besi yang sama. Arus ac dalam salah suatu kumparan membangkaitakan fluks yang
berubah-ubah dalam teras tadi. Perubahan fluks ini mengimbaskan ggl yang berubah-
ubah pula dalam kumparan yang lain. Efisiensi transformator biasanya tinggi sekali.

Jika pada kumparan primer mengair arus yang berubah-ubah, maka fluks
magnet yang terjadi juga berubah, sehingga pada kumparan sekunder timbul tegangan
(GGL induksi)

Efisiensi trafo ( )

ps = daya sekunder (watt)


pp = daya primer (watt)
Np = jumlah lilitan primer
Ns = jumlah lilitan sekunder
Vp = tegangan primer (volt)
Vs = tegangan sekunder (volt)

untuk trafo ideal

Medan Magnet Yunior Rahmawan Usop,2010


Medan Magnet Yunior Rahmawan Usop,2010
Semikonduktor adalah sebuah bahan dengan konduktivitas listrik yang berada di antara insulator dan
konduktor. Sebuah semikonduktor bersifat sebagai insulator pada temperatur yang sangat rendah,
namun pada temperatur ruangan besifat sebagai konduktor. Bahan semikonduksi yang sering
digunakan adalah silikon, germanium, dan gallium arsenide.

Semikonduktor sangat berguna dalam bidang elektronik, karena konduktansinya yang dapat diubah-
ubah dengan menyuntikkan materi lain (biasa disebut materi doping).

Alat Semikonduktor atau semiconductor devices, adalah sejumlah komponen elektronik yang
menggunakan sifat-sifat materi semikonduktor, yaitu Silikon, Germanium, dan Gallium Arsenide.
Alat-alat semikonduktor zaman sekarang telah menggantikan alat thermionik (seperti tabung
hampa). Alat-alat semikonduktor ini menggunakan konduksi elektronik dalam bentuk padat (solid
state), bukannya bentuk hampa (vacuum state) atau bentuk gas (gaseous state). Alat-alat
semikonduktor dapat ditemukan dalam bentuk-bentuk dicrete (potongan) seperti transistor, diode,
dll, atau dapat juga ditemukan sebagai bentuk terintegrasi dalam jumlah yang sangat besar (jutaan)
dalam satu keping Silikon yang dinamakan Sirkuit terpadu (IC).

Dasar alat semikonduktor

Bila sebuah semikonduktor murni dan tidak ter"eksitasi" oleh sebuah input seperti medan
listrik dia mengijinkan hanya jumlah sangat kecil arus listrik untuk berada dalam dirinya,
dan ia merupakan sebuah insulator. Alasan utama mengapa semikonduktor begitu
berguna adalah konduktivitas semikonduktor yang dapat dimanipulasi dengan
menambahkan ketidakmurnian (doping, dengan pemberian sebuah medan listrik, dikenai
cahaya, atau dengan cara lain. CCD, sebagai contoh, unit utama dalam kamera digital,
bergantung pada kenyataan bahwa konduktivitas semikonduktor meningkat dengan
terkenanya sinar. Operasi transistor tergantung konduktivitas semikonduktor yang dapat
ditingkatkan dengan hadirnya sebuah medan listrik.

Konduksi arus dalam sebuah semikonduktor terjadi melalui elektron yang dapat bergerak
atau bebas dan lubang. Lubang bukan partikel asli; dalam keadaan yang membutuhkan
pengetahuan fisika semikonduktor untuk dapat mengerti: sebuah lubang adalah
ketiadaan sebuah elektron. Ketiadaan ini, atau lubang ini, dapat diperlakukan sebagai
muatan-positif yang merupakan lawan dari elektron yang bermuatan-negatif. Untuk
mudahnya penjelasan "elektron bebas" disebut "elektron", tetapi harus dimengerti bahwa
mayoritas elektron dalam benda padat, tidak bebas, tidak menyumbang kepada
konduktivitas.

Bila sebuah kristal semikonduktor murni sempurna, tanpa ketidakmurnian, dan ditaruh di
suhu yang mendekati nol mutlak dengan tanpa "eksitasi" (yaitu, medan listrik atau
cahaya), dia tidak akan berisi elektron bebas dan tidak ada lubang, dan oleh karena itu
akan menjadi sebuah insulator sempurna. Pada suhu ruangan, eksitasi panas
memproduksi beberapa elektron bebas dan lubang dalam pasangan-pasangan, tetapi
kebanyakan semikonduktor pada suhu ruangan adalah insulator untuk kegunaan
praktikal.

Semikonduktor Yunior Rahmawan Usop,2010


Transistor adalah alat semikonduktor yang dipakai sebagai penguat, sebagai
sirkuit pemutus dan penyambung (switching), stabilisasi tegangan, modulasi
sinyal atau sebagai fungsi lainnya. Transistor dapat berfungsi semacam kran
listrik, dimana berdasarkan arus inputnya (BJT) atau tegangan inputnya (FET),
memungkinkan pengaliran listrik yang sangat akurat dari sirkuit sumber
listriknya.

Transistor through-hole (dibandingkan dengan pita ukur sentimeter)

Pada umumnya, transistor memiliki 3 terminal. Tegangan atau arus yang


dipasang di satu terminalnya mengatur arus yang lebih besar yang melalui 2
terminal lainnya. Transistor adalah komponen yang sangat penting dalam dunia
elektronik modern. Dalam rangkaian analog, transistor digunakan dalam
amplifier (penguat). Rangkaian analog melingkupi pengeras suara, sumber listrik
stabil, dan penguat sinyal radio. Dalam rangkaian-rangkaian digital, transistor
digunakan sebagai saklar berkecepatan tinggi. Beberapa transistor juga dapat
dirangkai sedemikian rupa sehingga berfungsi sebagai logic gate, memori, dan
komponen-komponen lainnya.

Transistor Yunior Rahmawan Usop,2010


IC (Integrated Circuit)

Integrated Circuit (IC) adalah suatu komponen


elektronik yang dibuat dari bahan semi konduktor,
dimana IC merupakan gabungan dari beberapa
komponen seperti Resistor, Kapasitor, Dioda dan
Transistor yang telah terintegrasi menjadi sebuah
rangkaian berbentuk chip kecil, IC digunakan untuk
beberapa keperluan pembuatan peralatan elektronik
agar mudah dirangkai menjadi peralatan yang
berukuran relatif kecil.

Sebelum adanya IC, hampir seluruh peralatan elektronik dibuat dari satuan-
satuan komponen(individual) yang dihubungkan satu sama lainnya menggunakan
kawat atau kabel, sehingga tampak mempunyai ukuran besar serta tidak praktis.

Perkembangan teknologi elektronika terus semakin meningkat dengan semakin


lengkapnya jenis-jenis IC yang disediakan untuk rangkaian Linear dan Digital,
sehingga produk peralatan elektronik makin tahun makin tampak kecil dan
canggih.

IC Yunior Rahmawan Usop,2010

You might also like