Professional Documents
Culture Documents
Latar Belakang
1
2
Pada saat ini konseling di Indonesia belum sampai pada kondisi yang mapan,
namun sudah menyesuaikan diri dengan perubahan global. Bimbingan konseling di
sekolah setidaknya sudah dilakukan secara benar, hal ini bisa dilihat dari sisi filosofis,
psikologis, dan sosial budaya yang dijelaskan sebagai berikut :
3. Secara sosial budaya, adanya standar perilaku konselor yang dimuat dalam kode
etik konselor yang juga telah dilaksanakan oleh para konselor di sekolah antara
lain: konselor sekolah menghormati harkat pribadi, integritas, dan keyakinan klien,
konselor tidak mengadakan pembedaan klien atas dasar suku, bangsa, warna kulit,
agama, atau status sosial ekonomi; konselor dalam konselingnya menganut etika
ketimuran.
Dalam Surat Keputusan Bersama Mendikbud dan Kepala BAKN No. 0433/P/1993
dan No. 25 Tahun 1993 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru
Pembimbing dan Angka Kreditnya dijelaskan bahwa guru pembimbing (konselor
sekolah) adalah guru yang mempunyai tugas, tanggung jawab, wewenang.
Konselor sekolah merupakan salah satu jabatan pendidik, dan telah diakui oleh
undang-undang dan peraturan Menteri Pendidikan Nasional. Maka dari itu pekerjaan
konselor sekolah adalah pekerjaan profesional, sehingga kegiatan pelayanan bimbingan
dan konseling merupakan pekerjaan profesional oleh sebab itu praktiknya harus
mengikuti asas dan prinsip bimbingan dan konseling sekolah yang telah disusun
sebelumnya.
11) Asas Alih Tangan Kasus, yaitu asas bimbingan dan konseling yang
menghendaki agar pihak-pihak yang tidak mampu menyelenggarakan
pelayanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas atas suatu
permasalahan konseli (konseli) mengalihtangankan permasalahan itu
kepada pihak yang lebih ahli. Guru pembimbing dapat menerima alih
tangan kasus dari orang tua, guru-guru lain, atau ahli lain ; dan demikian
pula guru pembimbing dapat mengalihtangankan kasus kepada guru mata
pelajaran/ praktik dan lain-lain.
a. Bimbingan dan konseling diperuntukkan bagi semua konseli. Prinsip ini berarti
bahwa bimbingan diberikan kepada semua konseli atau konseli, baik yang tidak
8
bermasalah maupun yang bermasalah; baik pria maupun wanita; baik anak-
anak, remaja, maupun dewasa. Dalam hal ini pendekatan yang digunakan
dalam bimbingan lebih bersifat preventif dan pengembangan dari pada
penyembuhan (kuratif) ; dan lebih diutamakan teknik kelompok dari pada
perseorangan (individual).
b. Bimbingan dan konseling sebagai proses individuasi. Setiap konseli bersifat
unik (berbeda satu sama lainnya), dan melalui bimbingan konseli dibantu untuk
memaksimalkan perkembangan keunikannya tersebut. Prinsip ini juga berarti
bahwa yang menjadi fokus sasaran bantuan adalah konseli, meskipun
pelayanan bimbingannya menggunakan teknik kelompok.
c. Bimbingan menekankan hal yang positif. Dalam kenyataan masih ada konseli
yang memiliki persepsi yang negatif terhadap bimbingan, karena bimbingan
dipandang sebagai satu cara yang menekan aspirasi. Sangat berbeda dengan
pandangan tersebut, bimbingan sebenarnya merupakan proses bantuan yang
menekankan kekuatan dan kesuksesan, karena bimbingan merupakan cara
untuk membangun pandangan yang positif terhadap diri sendiri, memberikan
dorongan, dan peluang untuk berkembang.
d. Bimbingan dan konseling Merupakan Usaha Bersama. Bimbingan bukan hanya
tugas atau tanggung jawab konselor, tetapi juga tugas guru-guru dan kepala
Sekolah/ Madrasah sesuai dengan tugas dan peran masing-masing. Mereka
bekerja sebagai teamwork.
e. Pengambilan Keputusan Merupakan Hal yang Esensial dalam Bimbingan dan
konseling. Bimbingan diarahkan untuk membantu konseli agar dapat
melakukan pilihan dan mengambil keputusan. Bimbingan mempunyai peranan
untuk memberikan informasi dan nasihat kepada konseli, yang itu semua sangat
penting baginya dalam mengambil keputusan. Kehidupan konseli diarahkan
oleh tujuannya, dan bimbingan memfasilitasi konseli untuk memper-
timbangkan, menyesuaikan diri, dan menyempurnakan tujuan melalui
pengambilan keputusan yang tepat. Kemampuan untuk membuat pilihan secara
tepat bukan kemampuan bawaan, tetapi kemampuan yang harus dikembangkan.
Tujuan utama bimbingan adalah mengembangkan kemampuan konseli untuk
memecahkan masalahnya dan mengambil keputusan.
9
D. Kesimpulan
Daftar Pustaka
Djawad, D. (2005). Pendidikan dan Konseling di Era Global. Bandung : Rizqi Pers.
Rejeki, S. (2005). Kompetensi Sosial Ditinjau dari Harga Diri dan Religiusitas pada
Siswa Program Akselerasi dan Siswa Program Reguler. Tesis. Yogyakarta :
Sekolah Pasca Sarjana, Universitas Gadjah Mada.
Sudrajat, A. (2008). Fungsi, Prinsip, dan Asas Bimbingan dan Konseling. Diunduh dari
http://konselingindonesia.com/
Tohirin. (2007). Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah Berbasis Integrasi.
Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.