Professional Documents
Culture Documents
Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah : Bimbingan dan Konseling Sekolah
Disusun Oleh :
1
siswa dalam upaya menemukan dirinya, penyesuaian terhadap lingkungan serta dapat
merencanakan masa depannya (Ifdil, - ). Pada hakikatnya pelaksanaan BK di sekolah
untuk mencapai Tri Sukses, yaitu: sukses bidang akademik, sukses dalam persiapan karir,
dan sukses dalam hubungan kemasyarakatan (Prayitno dalam Ifdil, - ).
Semua pendidik, termasuk di dalamnya konselor, melakukan kegiatan pembelajaran,
penilaian, pembimbingan, dan pelatihan dengan berbagai muatan dalam ranah belajar
kognitif, afektif, psikomotor, serta keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha
Esa (Ifdil, - ). Dalam melakukan Konseling dalam hal ini Guru BP/ BK, mengacu pada
asas dan prinsip Bimbingan dan Konseling di Sekolah sebagaimana telah diamanatkan
oleh Undang-undang No 20 Tahun 2003. Sehingga hakikat pelaksanaan BK di sekolah
yakni Tri Sukses : (sukses bidang akademik, sukses dalam persiapan karir, dan sukses
dalam hubungan kemasyarakatan) dapat tercapai yang pada akhirnya akan menjadi
manfaat bagi siswa sebagai subjek pendidikan nasional.
Pada saat ini konseling di Indonesia belum sampai pada kondisi yang mapan, namun
sudah menyesuaikan diri dengan perubahan global. Bimbingan konseling di sekolah
setidaknya sudah dilakukan secara benar, hal ini bisa dilihat dari sisi filosofis, psikologis,
dan sosial budaya yang dijelaskan sebagai berikut :
2
a. Bimbingan berpandangan bahwa manusia itu merupakan suatu kesatuan, pengaruh
terhadap satu bagian dari seorang manusia akan mempengaruhi keseluruhannya.
b. Pada diri setiap individu terdapat tenaga yang mendorongnya untuk tumbuh dan
berkembang secar positif ke arah yang sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuan
dasar individu tersebut.
c. Setiap individu mempunyai kebebasan untuk memilih yang diikuti oleh tanggung
jawab.
3. Secara sosial budaya, adanya standar perilaku konselor yang dimuat dalam kode etik
konselor yang juga telah dilaksanakan oleh para konselor di sekolah antara lain:
konselor sekolah menghormati harkat pribadi, integritas, dan keyakinan klien,
konselor tidak mengadakan pembedaan klien atas dasar suku, bangsa, warna kulit,
agama, atau status sosial ekonomi; konselor dalam konselingnya menganut etika
ketimuran.
3
C. Asas dan Prinsip Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Dalam Surat Keputusan Bersama Mendikbud dan Kepala BAKN No. 0433/P/1993
dan No. 25 Tahun 1993 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru
Pembimbing dan Angka Kreditnya dijelaskan bahwa guru pembimbing (konselor
sekolah) adalah guru yang mempunyai tugas, tanggung jawab, wewenang.
Konselor sekolah merupakan salah satu jabatan pendidik, dan telah diakui oleh
undang-undang dan peraturan Menteri Pendidikan Nasional. Maka dari itu pekerjaan
konselor sekolah adalah pekerjaan profesional, sehingga kegiatan pelayanan bimbingan
dan konseling merupakan pekerjaan profesional oleh sebab itu praktiknya harus
mengikuti asas dan prinsip bimbingan dan konseling sekolah yang telah disusun
sebelumnya.
4
3) Tiap-tiap individu (siswa) ingin menjadi dirinya sendiri.
4) Tiap-tiap individu (siswa) memiliki dorongan untuk menjadi matang.
5
sasaran pelayanan bimbingan dan konseling diharapkan menjadi konseli-
konseli yang mandiri dengan ciri-ciri mengenal dan menerima diri sendiri dan
lingkungannya, mampu mengambil keputusan, mengarahkan serta
mewujudkan diri sendiri. Guru pembimbing hendaknya mampu mengarahkan
segenap pelayanan bimbingan dan konseling yang diselenggarakannya bagi
berkembangnya kemandirian konseli.
6) Asas Kekinian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar
objek sasaran pelayanan bimbingan dan konseling ialah permasalahan konseli
(konseli) dalam kondisinya sekarang. Pelayanan yang berkenaan dengan
“masa depan atau kondisi masa lampau pun” dilihat dampak dan/atau
kaitannya dengan kondisi yang ada dan apa yang diperbuat sekarang.
7) Asas Kedinamisan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki
agar isi pelayanan terhadap sasaran pelayanan (konseli) yang sama
kehendaknya selalu bergerak maju, tidak monoton, dan terus berkembang
serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya dari
waktu ke waktu.
8) Asas Keterpaduan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki
agar berbagai pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang
dilakukan oleh guru pembimbing maupun pihak lain, saling menunjang,
harmonis, dan terpadu. Untuk ini kerja sama antara guru pembimbing dan
pihak-pihak yang berperan dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan
konseling perlu terus dikembangkan. Koordinasi segenap pelayanan/kegiatan
bimbingan dan konseling itu harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
9) Asas Keharmonisan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki
agar segenap pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling didasarkan
pada dan tidak boleh bertentangan dengan nilai dan norma yang ada, yaitu
nilai dan norma agama, hukum dan peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan,
dan kebiasaan yang berlaku. Bukanlah pelayanan atau kegiatan bimbingan dan
konseling yang dapat dipertanggungjawabkan apabila isi dan pelaksanaannya
tidak berdasarkan nilai dan norma yang dimaksudkan itu. Lebih jauh,
pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling justru harus dapat
meningkatkan kemampuan konseli memahami, menghayati, dan mengamalkan
nilai dan norma tersebut.
6
10) Asas Keahlian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar
pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling diselenggarakan atas dasar
kaidah-kaidah profesional. Dalam hal ini, para pelaksana pelayanan dan
kegiatan bimbingan dan konseling hendaklah tenaga yang benar-benar ahli
dalam bidang bimbingan dan konseling. Keprofesionalan guru pembimbing
harus terwujud baik dalam penyelenggaraan jenis-jenis pelayanan dan
kegiatan dan konseling maupun dalam penegakan kode etik bimbingan dan
konseling.
11) Asas Alih Tangan Kasus, yaitu asas bimbingan dan konseling yang
menghendaki agar pihak-pihak yang tidak mampu menyelenggarakan
pelayanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas atas suatu
permasalahan konseli (konseli) mengalihtangankan permasalahan itu kepada
pihak yang lebih ahli. Guru pembimbing dapat menerima alih tangan kasus
dari orang tua, guru-guru lain, atau ahli lain ; dan demikian pula guru
pembimbing dapat mengalihtangankan kasus kepada guru mata pelajaran/
praktik dan lain-lain.
Terdapat beberapa prinsip dasar yang dipandang sebagai fondasi atau landasan
bagi pelayanan bimbingan. Prinsip-prinsip ini berasal dari konsep-konsep filosofis
tentang kemanusiaan yang menjadi dasar bagi pemberian pelayanan bantuan atau
bimbingan, baik di Sekolah/ Madrasah maupun di luar Sekolah/ Madrasah (Sudrajat,
2008). Prinsip-prinsip itu adalah :
a. Bimbingan dan konseling diperuntukkan bagi semua konseli. Prinsip ini berarti
bahwa bimbingan diberikan kepada semua konseli atau konseli, baik yang tidak
bermasalah maupun yang bermasalah; baik pria maupun wanita; baik anak-anak,
remaja, maupun dewasa. Dalam hal ini pendekatan yang digunakan dalam
bimbingan lebih bersifat preventif dan pengembangan dari pada penyembuhan
(kuratif) ; dan lebih diutamakan teknik kelompok dari pada perseorangan
(individual).
b. Bimbingan dan konseling sebagai proses individuasi. Setiap konseli bersifat unik
(berbeda satu sama lainnya), dan melalui bimbingan konseli dibantu untuk
memaksimalkan perkembangan keunikannya tersebut. Prinsip ini juga berarti
7
bahwa yang menjadi fokus sasaran bantuan adalah konseli, meskipun pelayanan
bimbingannya menggunakan teknik kelompok.
c. Bimbingan menekankan hal yang positif. Dalam kenyataan masih ada konseli
yang memiliki persepsi yang negatif terhadap bimbingan, karena bimbingan
dipandang sebagai satu cara yang menekan aspirasi. Sangat berbeda dengan
pandangan tersebut, bimbingan sebenarnya merupakan proses bantuan yang
menekankan kekuatan dan kesuksesan, karena bimbingan merupakan cara untuk
membangun pandangan yang positif terhadap diri sendiri, memberikan dorongan,
dan peluang untuk berkembang.
d. Bimbingan dan konseling Merupakan Usaha Bersama. Bimbingan bukan hanya
tugas atau tanggung jawab konselor, tetapi juga tugas guru-guru dan kepala
Sekolah/ Madrasah sesuai dengan tugas dan peran masing-masing. Mereka
bekerja sebagai teamwork.
e. Pengambilan Keputusan Merupakan Hal yang Esensial dalam Bimbingan dan
konseling. Bimbingan diarahkan untuk membantu konseli agar dapat melakukan
pilihan dan mengambil keputusan. Bimbingan mempunyai peranan untuk
memberikan informasi dan nasihat kepada konseli, yang itu semua sangat penting
baginya dalam mengambil keputusan. Kehidupan konseli diarahkan oleh
tujuannya, dan bimbingan memfasilitasi konseli untuk memper-timbangkan,
menyesuaikan diri, dan menyempurnakan tujuan melalui pengambilan keputusan
yang tepat. Kemampuan untuk membuat pilihan secara tepat bukan kemampuan
bawaan, tetapi kemampuan yang harus dikembangkan. Tujuan utama bimbingan
adalah mengembangkan kemampuan konseli untuk memecahkan masalahnya dan
mengambil keputusan.
8
a. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan sasaran layanan ;
1) Melayani semua individu tanpa memandang usia, jenis kelamin, suku, agama,
dan status sosial.
2) Memperhatikan tahapan perkembangan.
3) Perhatian adanya perbedaan individu dalam layanan.
9
5) Proses pelayanan bimbingan dan konseling melibatkan individu yang telah
memperoleh hasil pengukuran dan penilaian layanan.
D. Kesimpulan
10
masalah dapat dicegah atau diatasi dengan baik maka akan menguntungkan semua pihak
terutama siswa itu sendiri yang berperan sebagai subjek pendidikan.
Daftar Pustaka
Djawad, D. (2005). Pendidikan dan Konseling di Era Global. Bandung : Rizqi Pers.
Rejeki, S. (2005). Kompetensi Sosial Ditinjau dari Harga Diri dan Religiusitas pada Siswa
Program Akselerasi dan Siswa Program Reguler. Tesis. Yogyakarta : Sekolah Pasca
Sarjana, Universitas Gadjah Mada.
Sudrajat, A. (2008). Fungsi, Prinsip, dan Asas Bimbingan dan Konseling. Diunduh dari
http://konselingindonesia.com/
Tohirin. (2007). Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah Berbasis Integrasi.
Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
11