You are on page 1of 6

KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENGELOLAAN HUTAN

DAN PENANGANAN PENEBANGAN LIAR 1)


Oleh
Ir. ANWAR EFFENDI 2)

PENDAHULUAN

Hutan adalah sub ekosistem dunia yang merupakan sumber kekayaan alam, terdiri dari
sumber alam non hayati dan sumber alam hayati, memiliki potensi sebagai sumber daya alam
modal untuk pembangunan, kesejahteraan masyarakat dan lingkungannya oleh karenanya
diperlukan upaya yang terpadu dalam pengelolaannya. Adanya hutan adalah untuk
kemanfaatan manusia dan manusia wajib melestarikannya, oleh karena itu dalam pengelolaan
hutan harus berasaskan manfaat dan lestari.

Pemanfaatan hutan yang tidak disertai dengan upaya-upaya peletarian telah menimbulkan
gangguan terhadap hutan. Gangguan terhadap hutan sudah berlangsung lama dan apabila
tidak segera diantisipasi dapat menimbulkan hambatan bagi jalannya pembanguann nasional
bahkan malapetaka bagi kelangsungan hidup bangsa Indonesia.

Kabupaten Tanggamus merupakan wilayah yang memiliki hutan cukup luas dan merupakan
hulu daru ……………………
Kabupaten Tanggamus memiliki luas ± 335.661 Ha, dengan luas hutan ± 155.226,35 Ha
( 46,24 %), dari luas hutan tersebut ± 141.881,35 (91,40 %) Ha merupakan Kawasan hutan
lindung dan 10.500 (6,76 %) Ha merupakan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.
Kawasan hutan ini memiliki fungsi strategis sebagai penyangga sistem kehidupan dan
pengawetan hayati. Kabupaten Tanggamus merupakan hulu dari 2 (dua) DAS besar yaitu Das
Sekampung dan Seputih serta merupakan daerah tangkapan air (Catchment Area) bagi
PLTA Batu tegi yang menjadi sumber tenaga listrik dan bendunagn terbesar di Lampung.

1) Disampaikan pada Seminar dan Loakkarya” Tanggamus, Potret Penanganan


Penebangan liar dan Penegakan Hukumnya”, pada tanggal 14 Juni 2004.
2) Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Tanggamus
Hutan di Kabupaten Tanggamus, khususnya hutan lindung saat ini mengalami kerusakan
yang cukup parah dengan tingkat kerusakan mencapai 65 %. Kebakaran hutan, penebangan
liar dan perambahan yang disertai pejarahan merupakan beberapa faktor paling dominan
sebagai sumber kerusakan hutan. Pengrusakan ini sudah cukup lama terjadi yang
mengakibatkan beribu-ribu hutan gundul dan berubah fungsi. Jumlah perambah pun dari
tahun ke tahun terus meningkat.

untuk menjamin terwujudnya keseimbangan antara upaya pengelolaan dan pengamanan,


sangat diperlukan sekali peran serta dari semua instansi terkait untuk terciptanya keserasian
dan keterpaduan gerak langkah. Sehingga seluruh strata masyarakat (eksekutif, legislatif,
yudikatif, masyarakat regional dan internasional) harus mempunyai satu pengertian yang
sama dan membudaya bahwa pengamanan hutan merupakan satu upaya yang paling utama
disamping pemanfaatan hasil hutannya. Selain itu agar tujuan pembangunan kehutanan dapat
tercapai dengan baik dipandang dari aspek sosial, ekonomi, politik dan budaya serta issue
pengelolaan hutan lestari maka upaya pemanfaatan hasil hutan harus tetap memperhatikan
aspek-aspek perlindungan dan pengamanan hutan. Dengan kata lain hasil-hasil yang dicapai
dalam pemanfaatan hasil hutan harus dapat mendukung terhadap upaya-upaya perlindungan
dan pengamanan hutan.

POKOK PERMASALAHAN

Berbagai pokok permasalahan dalam bidang pengelolaan hutan dan penanganan penebangan
liar yang saat ini dihadapi Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Tanggamus, baik
yang datang dari dalam (intern) maupun dari luar (ekstern), seperti diantaranya:
1. Semakin berkurangnya kepercayaan masyarakat kepada pemerintah yang disebabkan
masih belum optimalnya hasil yang dicapai dari upaya perlindungan dan pegngamanan
hutan pada masa pemerintahan yang lalu bahkan pada masa pemerintahan transisi menuju
pemerintahan seperti sekarang ini membawa beban yang lebih berat terhadap upaya
perlindungan dan pengamanan hutan, dimana masyarakat sudah tidak perduli lagi terhadap
pokok-pokok pengelolaan sumber daya alam hal ini terlihat dengan semakin
merajalelanya praktek penebangan liar, perambahan yang disertai dengan penjarahan dan
tuntutan masyarakat terhadap hak-hak pengelolaan hutan.
2. Masih rendahnya pendapatan rata-rata dari masyarakat yang hidup di dalam dan sekitar
kawasan huatn yang belum dapat diimbangi dengan peningkatan lapangan kerja dan
kesempatan berusaha, sehingga kebutuhan standard hidup yang semakin meningkat tidak
dapat terpenuhi, hal ini menyebabkan semakin besarnya tekanan dari masyarakat terhadap
kawasan hutan, dimana terbukti dengan makin bertambahnya jumlah perambah hutan.
3. Peningkatan jumlah penduduk mengakibatkan semakin meningkatnya kebutuhan akan
lahan pertanian, pemukiman, sarana dan prasarana perhubungan, yang pada akhirnya
membawa dampak buruk terhadap instansi kehutanan yaitu dengan adanya penyerobotan,
pemakaian dan pengklaiman lahan kehutanan.
4. Tenaga dan sarana prasarana penunjang pengelolaan hutan dan pengamanan hutan yang
dimiliki Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Tanggamus masih sangat terbatas.
Sebagai contoh, untuk menunjang operasi pengamanan hutan, hanya ada satu mobil patroli
dan personil pengamanan hutan (POLHUT), hanya didukung oleh 19 orang Polhut.

III. KEBIJAKAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN


DAN PENANGANAN PENEBANGAN LIAR

Eksistensi dan manfaatan hasil hutan menyangkut hajat hidup orang banyak dengan segala
aspek kehidupannya. Perlindungan hutan merupkan salah satu aspek dalam kegiatan
pengelolaan hutan. Tingkat kerusakan yang teramati saat ini di kabupaten Tanggamus,
mengisyaratkan perlunya perlindungan hutan mendapat porsi pengelolaan yang lebih besar
dalam kegiatan pengelolaan hutan.

Melihat kenyataan itu, maka perlu segera dilakukan langkah-langkah konkret dilapangan
dalam rangka pengamanan dan penyelamatan hutan, sesuai dengan isi UU Kehutanan Nomor
41 Tahun 1999, bgaian kelima tentang Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, Pasal 48
ayat 1 dan 2, disebutkan bahwa “Pemerintah mengatur dan melakanakan perlindungan hutan
pada hutan negara, baik di dalam maupun di luar kawasan hutan”.
Beberapa langkah dan upaya yang dilakukan dalam pengelolaan hutan dan penanganan
penebangan liardi wilayah Kabupaten Tanggamus adalah sebagai berikut:
1. Mencegah dan memebatasi kerusakan hutan serta menjaga hak negara atas hutan dan
hasil hutan.
2. Menindak tegas pelaku pelanggaran/kejahatan terhadap hutan, hasil hutan dengan
hukum yang berlaku dan menimbulkan efek jera terhadap pelaku.
3. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam upaya pengamanan hutan.
4. Meningkatkan keterampilan dan profesional petugas pengamanan hutan yang lebih
mandiri.
Rencana pengelolaan hutan di Kabupaten Tanggamus akan ditempuh melalui beberapa
pendekatan:
a. Pendekatan Fisisk dan Wilayah
Berdasarkan kondisi biofisik kawasan hutan yang ada, maka penangnannya sebagai berikut:
1. Kawasan hutan yang masih berhutan primer dan berhutan lainnya dipertahankan
keberadaannya untuk tidak dilakukan perusakan dan penebangan
2. Kawasan hutan yang telah ada lahan garapannya dan pemukiman diarahkan
direhabilitasi secara bertahap melalui program HKm, serta penanganan preventif dan
represif terhadap pola-pola penggarapan yang tidak sesuai dengan pola yang
ditetapkan.
3. Terhadap kasus penggarapan baru dan kasus-kasus pengamanan hutan lainnya yang
baru, ditangani dan diselesaikan kasus per kasus sedini mungkin sejak ditemukan dan
sedapat mungkin diselesaikan di tingkat lapangan.
B. Pendekatan sosial budaya
Pola pengelolaan hutan yang dikembangkan mencakup:
1. Pengamanan hutan dengan pola pendekatan holistik, yang melihat seluruh aspek
kehidupan dan sejarah keberadaan kawasan hutan sampai dengan saat terakhir.
Dengan demikian penanganannya melibatkan seluruh Stake holder terkait.
2. Pendekatan persuasif dan kesejahteraan denagn melibatkan partisipasi kelompok
masyarakat sekitar kawasan hutan yang pada intinya adalah pemberdayaan
masyarakat sekitar hutan dalam kegiatan pengelolaan hutan.

c. Strategi Pelaksanaan
1. Kembali ke hutan (Back to Forest); Obyek pengelolaan hutan dan pengamanan hutan
adalah kawasan hutan dan segala potensinya yang perlu dilindungi dari segala
gangguan dan ancaman. Petugas lapangan dan polisis hutan perlu dikelola agar
keberadaannya selalu dekat dan menyatu dengan kawasan hutan beserta masyarakat
disekitarnya.
2. Memperkuat aparat pengamanan khususnya dari segi sumberdaya manusianya, serta
sarana prasarana yang mendukung.
3. Memperkuat koordinasi dengan instansi terkait khususnya kepolisisan, kehakiman
dan kejaksaan.
4. Memberikan dan meminta dukungan/advokasi kepada pihak terkait bagi kegiatan-
kegiatan dan usaha-usaha yang bertujuan untuk mempertahankan dan mengamankan
serta melestarikan hutan.
5. Melaksanakan pengamanan hutan bersama masyarakat dengan Polisi Hutan sebagai
tenaga Intinya.

I. PENUTUP

Pelaksanaan Pengelolaan hutan dan penganganan penebangan liar bukan merupakan suatu
upaya yang bersifat statis akan tetapi bersifat dinamis, yaitu berupa sebuah lingkaran
manajemen pengelolaan hutan dan penanganan penebangan liar. Tetapi dalam
pelaksanaannya nanti akan sangat tergantung pada beberapa hal, diantaranya:
1. Perkembangan ancaman, tantangan dan hambatan yang saat ini terus berkembang sesuai
dengan perkembangan aspek politik, sosial, ekonomi dan budaya serta berbagai issue
global, baik nasional, regional maupu internasional.
2. Keseriusan dari para petugas dalam melaksanakan pengelolaan hutan dan penegakan
hukum secara tegas.
3. Sarana dan prasarana penunjang yang dimiliki.
4. Peran serta dari semua instansi terkait dan seluruh strata masyarakat, untuk terciptanya
keserasian dan keterpaduan gerak langkah.
Terakhir, agar tujuan pembanguann kehutanan berhasil dengan baik, maka upaya-upaya
pemanfaatan hasil hutan harus tetap memperhatikan aspek-aspek perlindungan dan
pengamanan hutan. Sehingga hasil yang dicapai dari pemanfaatan hasil hutan tersebut dapat
tetap mendukung upaya pengamanan dan perlindungan hutan, dengan kata lain rakyat
sejahtera dan hutan tetap lestari.

You might also like