You are on page 1of 6

TINJAUAN ATAS STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN

DAN STANDAR AUDITING


Oleh : Drs. Theodarus Tuanakotta

1. PENGANTAR
2. TINJAUAN ATAS PSAK
3. Lampiran

PENGANTAR
Laporan auditor independen menggunakan istilah “prinsip akuntansi yang
berlaku umum (PABU) sebagai acuan untuk penyajian laporan keuangan secara
wajar. Standar Akuntansi Keuangan (SAK) merupakan salah satu unsur PABU di
samping ketentuan Bapepam dan standar akuntansi keuangan internasional
(seperti IAS dan FASB untuk hal-hal yang belum diatur SAK).

Di lain pihak, untuk standar yang diterapkan oleh akuntan publik, laporan
auditor independen dengan tegas menyatakan “kami melaksanakan audit
berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia.

Kalau kita membandingkan kedua alinia di atas, tersirat :

a. SAK belum cukup mengatur PABU, karenanya masih ada sumber acuan lain
yang perlu diperhatikan. Ini tentunya tidak mengherankan karena PABU
berkembang sesuai dengan kebutuhan dunia usaha. Karena dunia usaha
bergerak secara dinamis, SAK akan tertinggal. Implikasi dari hal ini adalah
adanya tuntutan untuk :
- menambah, memperbaharui dan meninjau kembali SAK yang ada. Ini
merupakan tantangan bagi IAI.
- Mencari sumber-sumber lain selagi SAK belum mengatur suatu prinsip
akuntansi atau jika SAK belum dimutakhirkan untuk mengikuti dinamisnya
dunia usaha. Ini merupakan tantangan bagi dunia usaha dan akuntan
publiknya.

b. Sebaliknya, standar auditing dianggap cukup memadai untuk kebutuhan


akuntan publik sampai sekurang-kurangnya kongres IAI yang akan datang
(tahun 1998).

SAK dan Pernyataan Standar Profesional akuntan publik (dimana


pernyataan standar auditing atau PSA, merupakan salah satu standarnya
disahkan dalam kongres IAI tahun 1994.
Tinjauan ini merupakan pengamatan dari segi praktik sejak disahkannya
SAK dan SPAP sampai hari ini. Seperti terlihat dari judulnya, hanya PSAK dan
PSA (jadi tidak seluruh SPAP) yang akan ditijau.

TINJAUAN ATAS PSAK


PSAK # 4 – Laporan Keuangan Konsolidasi

• alinea 14

“Kerugian yang menjadi bagian dari pemegang saham minoritas pada


suatu anak perusahaan dapat melebihi bagiannya dalam modal disetor.
Kelebihan tersebut dan kerugian lebih lanjut yang menjadi bagian
pemegang saham minoritas, harus dibebankan pada pemegang saham
mayoritas, kecuali terdapat kewajiban yang mengikat pemegang saham
minoritas mampu memenuhi kewajibannya. apabila pada periode
selanjutnya, anak perusahaan melaporkan laba, maka laba tersebut harus
terlebih dahulu dialokasikan kepada pemegang saham mayoritas sampai
seluruh bagian kerugian pemegang saham minoritas yang dibebankan
pada pemegang saham mayoritas dapat ditutup”.

Komentar :
Pelaksanaan alinea ini masih bervariasi antara penyajian kerugian ini
sebagai goodwill (asset) atau sebagai ekuitas negatif.

Alinea 23

“Untuk tujuan konsolidasi, tanggal pelaporan keuangan anak perusahaan


pada dasarnya harus sama dengan tanggal pelaporan keuangan perusahaan
induk. Apabila tanggal pelaporan tersebut berbeda maka laporan keuangan
anak perusahaan dengan tanggal pelaporan yang berbeda tersebut dapat
digunakan untuk tujuan konsolidasi panjang :

(a) Perbedaan tanggal pelaporan tersebut tidak lebih dari 3 (tiga) bulan.
(b) Peristiwa atau transaksi material yang terjadi diantara tanggal pelaporan
tersebut diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan kon solidasi”.

Komentar :

Tinjauan terhadap alinea ini, khususnya untuk huruf b: dalam praktik,


masih ada yang menanyakan peristiwa atau transaksi material mana yang harus
diungkapkan apakah :

- Semua peristiwa atau transaksi material yang terjadi di anak perusahaan,


atau
- Hanya peristiwa atau transaksi material antara anak dan induk
perusahaan.

Yang belum diatur dalam PSAK ini adalah penerbitan saham baru oleh
anak perusahaan kepada pihak lain dengan agio. Contoh : perusahaan anak
mempunyai modal disetor Rp 100 juta, tanpa agio, yang dimiliki 100 % oleh
perusahaan induk. Perusahaan anak kemudian mengeluarkan saham dengan
nilai nominal Rp 25 juta dan menjualnya kepada pihak luar dengan harga Rp 50
juta (agio Rp 25 juta) yang mewakili 20 % saham dalam perusahaan anak. Agio
“milik perusahaan induk” sebesar 80 % dari Rp 25 juta, atau Rp 20 juta, harus
disajikan sebagai apa dalam parent interest : sebagai “income” atau disajikan
terpisah dalam equitas.

PSAK # 11 – Penjabaran Laporan Keuangan Dalam Mata Uang Asing

Alinea 32 (b)
“Dalam menjabarkan laporan keuangan suatu entitas asing untuk disatukan /
diinkorporasi dengan laporan keuangan perusahaan pelapor, digunakan
prosedur sebagai berikut :
(a) ….
(b) Pendapatan dan beban entitas asing dijabarkan dengan menggunakan
kurs berlaku pada tanggal transaksi.
(c) …”
apabila perusahaan menerapkan aturan ini, biaya penerapannya akan tinggi.
Alternatif yang lebih baik dapat dilihat dalam PSAK # 31 ( Akuntansi Perbankan)
alinea 23
sayangnya PSAK #31 alinea 23 (“Laporan Keuangan dalam mata uang asing
terlebih dahulu harus disajikan sesuai dengan SAK”) justru mengacu kembali
kepada SAK.

PSAK # 22 – Akuntansi Penggabungan Usaha

Alinea 86
“Suatu penyatuan kepemilikan (uniting of interest) harus dibukukan dengan
menggunakan metode penyatuan kepemilikan (pooling of interest method), yang
akan dijelaskan pada paragraf 87,88,dan 89”.

PSAK ini memberikan alternatif akuntansi untuk penggabungan usaha,


diantarannya metode penyatuan kepemilikan (pooling of interest). Namun, PSAK
nya sendiri tidak memberikan petunjuk mengenai kapan metode penyatuan
kepemilikan dapat diterapkan. Lihat misalnya 12 kreteria yang diberikan oleh
Accounting Principles Board (terlampir).

Alinea 92 (b)
“Laporan keuangan harus mengungkapkan :
(a)…..
(b)bila masa manfaat goodwill lebih dari lima tahun, penjelasan tentang
alasan dan pertimbangan yang digunakan.
(c) …
(d) …”

Bandingkan dengan APB # 17, dimana aturan lebih longgar, yakni


amortisasi sampai 40 tahun, tanpa diberi batasan untuk mengajukan
penyelesaian apabila omortisasi dilakukan di bawah 40 tahun. US SEC
selanjutnya akan menetapkan lamanya amortisasi untuk industri tertentu.

PSA # 30 – Pertimbangan Auditor atas Kemampuan Satuan Usaha dalam


mempertahankan Kelangsungan Hidupnya (SA Seksi 341)

Alinea 06 memberikan beberapa contoh mengenai peristiwa yang


menunjukan adanya kesangsian besar tentang kemampuan satuan usaha dalam
mempertahankan kelangsungan hidupnya. Di antaranya, dalam huruf (b) dari
alinea tersebut dibuat acuan ke pasal 47 KUHD (hal yang sama juga dapat
dilihat dalam alinea 15).

Dengan berlakunya Undang-undang no. 1 tahun 1995 tentang Perseroan


Terbatas, acuan ke pasal 47 KUHD sudah tidak relevan lagi.

PSA # 31 – Unsur Pelanggaran hukum oleh Klien

Bagi saya, PSA ini secara keseluruhan merupakan PSA yang paling
kontroversial. PSA ini “dipindahtangankan” dari Statement on Auditing Standard
# 54 (Illegal Act by Client). Dalam alam legalitas Amerika, SAS ini masuk akal.
Misalnnya dalam konteks foreign Corrupt Practices Act, mereka ingin
menegaskan tanggungjawab perusahaan dan akuntan publik mengenai korupsi
di luar Amerika.
Namun, bagaimana PSA ini akan diterapkan dalam suasana berbisnis maupun
suasana sosial di negara kita ?

Pengamatan ini bukan barang baru. Peserta diskusi exposure draft waktu
itu sudah mengemukakan kekhawatiran ini. Apakah ada akuntan yang
mempertimbangkan PSA ini dalam praktek akuntan publiknya ? kalau ya, apakah
ada indikasi dari pelaksanaan PSA ini di dalam kertas kerja auditnya ?
Lampiran

CONDITIONS THAT MUST BE MET TO


QUALIFY AS A POOLING OF INTERRESTS

1. Attributes of the combining companies


a. Each of the combining companies is autonomous and has not been a
subsidiary or division of another corporation within two years before the
plan of combination is initiated.
b. Each of the combining companies is independent of the other combining
companies.

2. Manner of combining interests


a. The combination is effected in a single transaction or is completed in
accordance with a specific plan within one year after the plan initiated.
b. A corporation offers and issues only common stock with rights identical to
those of the majority of its outstanding voting common stock in exchange
for substantially all of the voting common stock interest of another
company at the date plan of combination is consummated.
c. None of the combining companies changes the equity interest of the
voting common stock in contemplation of effecting the combination either
within two years before the plan of combination is ini tiated or between the
dates the combination is initiated and consummated; changes in
contemplation of effecting the combination may include distributions to
stockholders and additional issuances, exchanges, and retirement of
securities.
d. Each of the combining companies reacquires shares of voting common
stock only for purposes other than business combinations, and no
company reachquires more than a normal number of shares between the
dates the plan of combination is intiated and consummated.
e. The ratio of the interst of an individual common stockholders to those of
other common stockholders in a combining company remains the same as
a result of the exchange of stock to effect the combination.
f. The voting rights to which the common stock ownership interest in the
resulting combined corporation are entitled are exercisable by the
stockholders, the stockholders are neither deprived of nor restricted in
exercising thise rights for a period.
g. The combination is resolved at the date the plan is consummated and no
provisions of the plan relating the issue of securities or other consideration
are pending.

3. Absence of planned transactions


a. The combined corporation does not agree directly or indirectly to retire or
reacquire all or part of the common stock issue to effect the combination.
b. The combined corporation does not enter into other financial arrangement
for the benefit of the former stockholders of a combining company, such
as a guaranty of loans secured by stock issued in the combination, which
in effect negates the exchange of equity securities.
c. The combined corporation does not intend or plan to dispose of a
significiant part of the assets of the combining companies within two years
after the combination other than disposals in the ordinary course of
business of the formerly separate companies and to elimanate duplicate
facilities of excess capacity.

You might also like