You are on page 1of 59

F I S I K A DASAR I

Tujuan: Setelah mempelajari materi Fisika Dasar, diharapkan mahasiswa dapat


memahami lingkup dan materi bidang Ilmu Fisika serta mampu menerapkan hukumhukum atau persamaan dasar bidang Ilmu Fisika dalam kehidupan sehari-hari.

Pokok Bahasan:
1. Sistem satuan dan pengantar matematika
2. Mekanika
3. Usaha dan energi
4. Momentum linear
5. Momentum sudut dan benda tegar
6. Gerak osilasi
7. Statika dan dinamika fluida
8. Temperatur dan kalor
9. Teori kinetik gas
10. Hukum termodinamika
11. Gelombang dan bunyi

Daftar Bacaan:
1. Holliday, D., & Resnick, R., Fisika (terjemahan P. Silaban & E. Sucipto),
Erlangga.
2. Sears, F.W., & Zemansky, M.W., Fisika Untuk Universitas
3. Sutrisno, Seri Fisika Dasar, Penerbit ITB.
4. Tipler, P.A. Fisika untuk Sains dan Teknik, Erlangga, 1998
5. Sudoyo P. Fisika Modern, Gajahmada Univ. Press, 2001

I.

PENDAHULUAN

Sejak dimulainya pemuatan gagasan dalam bentuk tulisan, kita telah


berupaya mencari cara untuk menerapkan keteraturan dan keaneka ragaman yang
luar biasa dari kejadian-kejadian yang kita amati. Pencarian keteraturan ini
diwujudkan dalam berbagai bentuk: pertama agama, kedua seni dan yang ketiga
adalah sains. Istilah sains berasal dari bahasa Latin yang berarti mengetahui,
akhirnya sains tidak sekedar berarti pengetahuan, tetapi lebih terfokus kepada
pengetahuan tentang dunia alamiah. Pengetahuan ini diatur dengan cara yang
sistematis dan rasional. Berbicara tentang sains, biasanya dibagi dalam beberapa
bidang yang terpisah namun saling berhubungan. Misalnya; Biologi membahas
tentang mahluk hidup, Kimia berhubungan dengan interaksi unsur-unsur dan
senyawa-senyawa, Geologi adalah studi tentang bumi, Astronomi berhubungan
dengan tata surya, bintang, galaksi, dan alam semesta sebagai suatu kesatuan.
Fisika studi tentang materi dan energi, berhubungan dengan hukum-hukum yang
mengatur gerakan partikel dan gelombang, interaksi antar partikel, sifat-sifat
molekul, atom dan inti atom, dan dengan sistem berskala lebih besar seperti gas,
zat cair, dan zat padat. Beberapa saintis beranggapan bahwa fisika sebagai sains
atau ilmu pengetahuan paling fundamental karena merupakan dasar dari semua
bidang sains yang lain.

1.1. Sistem Pengukuran, Angka Signifikan dan Notasi Ilmiah


Hasil pengukuran dalam suatu penelitian sains merupakan bilangan-bilangan
yang diketahui hanya dalam batas-batas beberapa ketidakpastian pengukuran
(percobaan). Besarnya ketidakpastian bergantung pada keahlian pelaksana dan
peralatan yang digunakan. Indikasi kasar adanya ketidakpastian dalam suatu
pengukuran dinyatakan secara tidak langsung oleh jumlah angka yang
digunakan dalam menuliskan bilangan tersebut. Jika kita katakan panjang
suatu meja adalah 2,50 m, kemungkinan panjang meja adalah antara 2,495 m
dan 2,505 m. Artinya, kita tahu bahwa panjangnya berada dalam batas 0,005
m = 0,5 cm dari panjang yang dinyatakan. Jumlah angka (dijit) yang
diketahui dan dapat dipastikan (selain angka nol yang dipakai untuk
menetapkan letak koma) disebut angka signifikan. Bilangan 2,50 mempunyai

3 angka signifikan, sedangkan 2,505 mempunyai 4 angka signifikan dan


bilangan 0,00103 mempunyai 3 angka signifikan (tiga angka nol yang pertama
bukanlah angka signifikan tetapi hanyalah untuk menempatkan koma). Dalam
notasi ilmiah, bilangan 0,00103 dinyatakan (dituliskan) dalam bentuk 1,03 .
10-3 atau 10,3 x 10-4.
Soal: Hasil pengukuran sebuah kotak adalah: panjang l = 22,12 cm, lebar b =
10,2 cm dan tinggi h = 7,82 cm. Berapakah besarnya volume kotak
(menurut notasi ilmiah).

1.2. Dimensi dan Satuan


Dimensi suatu besaran fisis adalah cara menyatakan suatu kuantitas
besaran fisis yang tersusun dari besaran dasar atau besaran pokok.
Besaran dasar adalah besaran yang dimensinya ditentukan secara defenisi.
misalnya: 1 meter adalah 1.650.763,73 kali panjang gelombang ()
dimana, : panjang gelombang pancaran dalam vakum yang dikeluarkan
atom kripton-86 dalam peralihan antara tingkat energi 2p 10 dan 5d 5 (garis
merah jingga), General Conference on Weights and Measures, 1960.
Sistem satuan yang digunakan secara universal dalam masyarakat ilmiah
adalah Sistem Satuan Internasional atau Le Systeme International
dUnites, disingkat SI. Dalam SI, telah ditetapkan tujuh besaran dasar
berdimensi dan dua besaran tambahan yang tidak berdimensi.

Besaran dasar dan satuan fundamental SI


No

Besaran dasar

Nama satuan

Simbol

Dimensi

(lambang)
1

Panjang

Meter

[L]

Massa

Kilogram

kg

[M]

Waktu

Sekon (detik)

[T]

Arus listrik

Ampere

[I]

Suhu/temperatur

Kelvin

[]

Jumlah zat

Mole

mol

[N]

Intensitas cahaya

Kandela

cd

[J]

Besaran Tambahan
No

Besaran

Satuan

Simbol

Sudut datar

Radian

rad

Sudut ruang

Steradian

sr

Awalan-awalan untuk satuan SI


Faktor

Awalan

Lambang

Faktor

Awalan

Lambang

101

deka

da

10-1

deci

102

hekto

10-2

centi

103

kilo

10-3

milli

106

mega

10-6

mikro

-9

10

giga

10

nano

1012

tera

10-12

piko

1015

peta

10-15

femto

1018

eksa

10-18

atto

Soal:
1. Carilah dimensi dari besaran berikut:
a. daya/luas
b. gaya x jarak
c. tekanan x tinggi
d. tekanan x volume
2. Carilah

hubungan

antara

daya

dan

gaya

kehomogenan dimensi.

1.3. Pengantar Matematika

1.3.1. Fungsi dan grafik


Bentuk fungsi y = f (x), menyatakan bahwa:
- y adalah fungsi dari x
- y adalah suatu perubah tidak bebas (bergantung pada x)
- x adalah suatu perubah bebas (tidak bergantung pada y)

melalui

prinsip

Beberapa fungsi dasar yang sering digunakan:


a. Fungsi linear, y = a + bx (grafik/persamaan garis lurus, dengan a dan b
adalah konstanta/tetapan).
contoh: gerak lurus berubah beraturan (glbb),
v = vo + a t

v
vo

tg = a
t (s)

b. Fungsi kuadratis, y = a x2 + b x + c (grafik parobola , dengan a, b & c


adalah tetapan)
contoh: y = y o + v yo t - 1/2 g t2

y
vo
x

c. Fungsi eksponen, y = a ex
y
a
x
d. Fungsi logaritma, y = ln x
y

e. Fungsi trigonometri, y = sin x dan y = cos x


y
1

sin x
x
cos x

1.3.2. Diferensiasi

Diferensial sering dikenal sebagai turunan didefinisikan sebagai laju


perubahan suatu perubah terhadap perubah lain atau perubahan fungsi
terhadap perubah bebasnya.
y = xn

dy/dx = y = n xn-1, dengan n:konstanta

y = sin x

y = cos x

y = cos x

y = -sin x

y = ln x

y = 1/x

1.3.3. Integrasi
Secara

fisis,

diferensiasi

berarti

memperkecil

dimensi

atau

orde

kebergantungan besaran turunan (perubah tak bebas) terhadap besaran dasar


(perubah

bebas).

Sebaliknya,

integrasi

berarti

memperbesar

orde

kebergantungan besaran turunan terhadap besaran dasar. Secara matematika,


integrasi dapat berarti penjumlahan, mencari luas dibawa kurva, atau mencari
fungsi turunannya.
xn dx = (1/n+1) xn+1 + c
dengan c: konstanta integrasi untuk integrasi tak tentu
1/x dx = ln x +
sin x dx = - cos x + c
cos x dx = sin x + c
Aplikasi fisis diferensiasi dan integrasi
Kecepatan (v) adalah diferensial dari jarak (x) terhadap waktu (t), sebaliknya
jarak (x) adalah integral kecepatan (v) terhadap waktu (t). Selanjutnya,
percepatan (a) adalah diferensial dari kecepatan (v) terhadap waktu (t),
sebaliknya kecepatan (v) adalah integral percepatan (a) terhadap waktu (t).

Soal:
1. Hitung kecepatan benda setiap saat yang berada pada posisi x = 5 t 2,
dimana: x dalam meter dan t dalam detik.
v = 5 m/s
2. Carilah kecepatan dan percepatan benda pada saat t = 1 s (detik), jika posisi
benda dinyatakan dalam bentuk x = 10 t 3 t2.
v = 4 m/s dan a = - 6 m/s2
3. Sebuah benda bergerak dengan percepatan rata-rata 20 m/s2. Pada saat t = 1 s,
kecepatan benda 50 m/s dan jarak yang ditempuh 10 m. Hitunglah kecepatan
dan jarak benda pada saat t = 10 s.
v = 230 m/s (c 1 = 30) dan x = 1270 m (c 2 = -30)

1.3.4. Vektor dan Skalar


Besaran vektor adalah besaran yang mempunyai arah dan besar (nilai), antara
lain: kecepatan, pergeseran, gaya, percepatan, momentum dll. Sedangkan
besaran yang tidak mempunyai arah dan hanya mempunyai besar disebut
besaran skalar, misalnya: massa, temperatur, kerapatan (massa jenis) dll.
Pada uraian ini akan dibahas tentang besaran vektor saja, khususnya
penjumlahan vektor. Jika dua buah vektor A dan B dijumlahkan, maka akan
menghasilkan sebuah vektor resultan C .

A
C

Panjang vektor, C = { A + B - 2 A B cos }1/2

atau

C = { A + B + 2 A B cos }1/2

Soal:
Seorang perambah hutan berjalan 2 km kearah timur, kemudian berubah haluan dan
meneruskan perjalanan kearah timur laut sejauh 4 km. Hitunglah:
a.

Berapa jauh orang itu dari posisi awal (jarak antara posisi awal dan posisi
akhir)

b.

Besarnya arah haluan (sudut yang dibentuk terhadap posisi awal)

2. MEKANIKA
Salah satu cabang ilmu Fisika yang mempelajari tentang gerak benda disebut
Mekanika. Secara umum mekanika dibagi dalam 2 bagian yakni: kinematika dan
dinamika. Kinematika membahas masalah gerak suatu benda tanpa memperhatikan
penyebabnya, sedangkan dinamika membahas masalah gerak suatu benda terhadap
gaya-gaya penyebabnya dan sifat (karakteristik) benda yang bergerak tersebut.

2.1. Kecepatan dan Percepatan


Kecepatan (velocity) adalah besaran vektor yang menunjukkan besarnya kecepatan
dari suatu benda yang nilainya sama dengan laju (speed) tetapi mempunyai arah.
Percepatan adalah besaran vektor yang menunjukkan besarnya perubahan kecepatan
setiap saat.
o Kecepatan rata-rata (averate velocity), v = x/t = pergeseran/selang waktu.
x = x 2 x 1
Waktu yang dibutuhkan benda untuk pindah dari posisi x 1 ke x 2
adalah t = t 2 t 1
o Kecepatan sesaat, didefinisikan sebagai kecepatan rata-rata pada selang
waktu yang sangat pendek.
v = lim

t 0

x
dx
=
t
dt

o Percepatan rata-rata, didefinisikan sebagai kecepatan atau perubahan


kecepatan dibagi dengan waktu yang dibutuhkan selama perubahan tersebut.
a=

v 2 v1
v
=
t 2 t1
t

o Percepatan sesaat
a = lim

t 0

v
dv
=
t
dt

Perlambatan, didefinisikan sebagai percepatan yang menyebabkan


kecepatan suatu benda atau sistem makin kecil.

Soal:
1. Percepatan suatu partikel yang bergerak pada sumbu x da;lam bentuk
fungsi a x (t) = 15 t2, dengan a x dalam m/s2 dan t dalam s (detik).

Hitunglah kecepatan partikel pada saat t = 2 s, jika diketahui


partikel tersebut dalam keadaan diam pada saat t = 0.
v = 5 t3 = 40 m/s

Carilah persamaan gerak partikel, jika diketahui pada saat t = 2


s, partikel tersebut berada pada posisi x = 1 m.
c = - 19 dan x(t) = 5/4 t4 - 19

Hitunglah kecepatan partikel pada saat menempuh jarak x = 81


m.
t = 3 s dan v = 5 t3 = 135 m/s

2. Sebuah mobil balap dapat dipercepat dari 0 sampai 90 km/jam dalam


waktu 5 s. Berapakah percepatan rata-rata selama periode (waktu)
tersebut.
a = 5 m/s2

2.2. Gerak dalam Bidang Datar


Persamaan untuk suatu partikel yang bergerak pada sumbu x (mendatar),
atau gerak lurus adalah:

Posisi, x = f (t)

Kecepatan, v x =

dx
dt

Percepatan, a x =

dv x
d 2x
=
dt
dt 2

Bila a x tetap, maka:

i. x = x o + v xo t + a x t2
ii. v x = v xo + a x t
iii. v x 2 = v xo 2 + 2 a x x

2.3. Gerak Peluru dan Jatuh Bebas


Persamaan gerak peluru dan jatuh bebas dapat diturunkan dari dari
persamaan gerak lurus dengan percepatan (a x ) tetap dengan mengganti x
menjadi y dan a y = - g, dengan g adalah percepatan gravitasi bumi (m/s2).

i. y = yo + v yo t - g t2
ii. v y = v yo - g t
iii. v y 2 = v yo 2 - 2 g y
Ketiga persamaan diatas dapat digunakan, jika hambatan udara diabaikan.
Untuk menghitung kecepatan pada suatu titik atau waktu tertentu, digunakan
persamaan:
v=

2
v x2 + v y2 = v xo
+ v y2 , dan tg =

vy
v xo

, dengan v y diperoleh dari

pers. (ii) dan (iii).

Soal:
1. Seorang pemuda melempar benda keatas dengan kecepatan mula-mula
(awal) 15 m/s. Jika hambatan udara diabaikan, hitunglah:
a. Tinggi maksimum yang dapat dicapai benda
b. Berapa lama benda tersebut kembali lagi ketangan orang
yang melempar tadi.
Untuk g = 10 m/s2, maka: y = 11,25 m dan t = 3 s
2. Sebuah bola yang berada diatas tanah ditendang dan melambung dengan
kecepatan mula-mula (awal) 20 m/s.

Bola tersebut bergerak dengan

membentuk sudut 30o terhadap arah horizontal, hitunglah:


a. Tinggi maksimum yang dapat dicapai bola (y = 5 m)
b. Waktu lintasan bola hingga mencapai tanah (t = 2s)
c. Jarak antara posisi mula-mula dan tempat jatuh bola (x = 34,64 m)
d. Kecepatan bola pada saat 1,5 detik setelah bola ditendang (v = 18
m/s)

2.4. Gerak Melingkar


Untuk gerak melingkar berlaku persamaan:
o Sudut, = f (t)
o Kecepatan sudut, =

d
dt

d 2
d
o Percepatana sudut, =
=
dt
dt 2

Soal:
Sebuah kereta mainan berputar pada suatu rel berbentuk lingkaran yang
berdiameter 1,6 m. Kereta tersebut melakukan 2 kali putaran setiap detiknya.
Hitunglah percepatan sentripetal dan gaya sentripetal kereta, jika massa kereta
200 gram. v T = 10,048 m/s, a c = 126,202 m/s2 dan F c = 25,24 N

2.5. Hukum Newton tentang Gerak


Konsep tentang gerak dan gaya telah diamati dan dirangkum oleh Isaac Newton
(1642-1727) dalam suatu hukum yang disebut Hukum Newton.

Hukum Newton I: Setiap benda akan tetap berada dalam keadaan diam
atau bergerak lurus beraturan kecuali jika ia dipaksa untuk mengubah
keadaan itu oleh gaya-gaya yang berpengaruh padanya. Kenyataan bahwa
tanpa gaya luar, suatu benda akan tetap diam atau tetap bergerak lurus
beraturan. Keadaan ini sering dinyatakan dengan memberikan suatu sifat
benda yang disebut inersia (kelembaman), sehingga hukum Newton I
sering disebut Hukum Inersia atau hukum kelembaman. Bila kerangka
inersia sudah tertentu, maka hukum Newton I menyatakan keadaan
keseimbangan suatu benda (F = 0), yaitu: disebut sebagai keseimbangan
statik untuk keadaan benda tetap diam (v = 0), atau disebut keseimbangan
dinamik untuk keadaan benda bergerak lurus beraturan ( v = konstan).

Hukum Newton II: Kata inersia

atau lembam pada hukum Newton I

adalah sifat benda yang menyatakan keengganan benda tersebut terhadap


perubahan gerak. Pada hukum Newton II, sifat inersia diberi definisi
secara kuantitatif sebagai massa. Jadi massa suatu benda adalah
merupakan pengertian kuantitatif dan operasional dari sifat inersia benda.
Untuk melawan atau menganggu sifat inersia benda dibutuhkan suatu gaya
yang membuat kecepatan suatu benda berubah.
F = m a , dengan: m = massa (kg) dan a = percepatan benda (m/s2).
Jika F = 0, maka a = 0, ini berarti benda atau sistem berada dalam
keadaan diam atau bergerak lurus berubah beraturan. Jadi, dalam hal ini
hukum Newton I merupakan hal khusus dari hukum Newton II.

Hukum Newton III:


Secara eksperimen diketahui bahwa, jika sebuah benda (benda I)
melakukan gaya pada benda yang lain (benda II), maka benda II selalu
membalas melakukan gaya pada benda I. Kedua gaya ini adalah sama
besanya, tetapi arahnya berlawanan, atau sering ditulis dalam bentuk:
F aksi = - F reaksi , contoh: gaya dorong palu terhadap paku, benda yang
ditarik, roket yang diluncurkan, tarik tambang dll.

2.6. Berat dan Massa


Galileo mengemukakan bahwa semua benda yang dilepaskan didekat permukaan
bumi akan jatuh dengan percepatan sama dengan g (gravitasi bumi), jika gesekan
udara diabaikan. Gaya yang timbul oleh percepatan g ini disebut gaya gravitasi
atau sering disebut sebagai gaya berat.
F g = m g, atau biasa ditulis berat W = m g
Percepatan a yang dihasilkan oleh gaya F yang bekerja pada benda dengan berat
W, dapat ditulis dalam bentuk: F = m a, dengan: m = W/g,

sehingga:

F = (W/g) a
Soal:
Sebuah benda yang beratnya 200 N, digantung pada langit-langit sebuah
kamar dengan menggunakan seutas tali yang beratnya 3 N. Gambarkan gayagaya yang bekerja pada benda & tali, serta hitunglah besarnya tegangan pada
kedua ujung tali.

2.7. Gaya Gesekan


Jika sebuah balok bermassa m, diluncurkan dengan kecepatan awal v o sepanjang
bidang horizontal hingga balok berhenti. Benda (balok) dalam geraknya
mengalami percepatan rata-rata a yang berlawanan arah dengan arah geraknya.
Balok berhenti karena adanya gaya gesekan antara balok dan bidang. Jadi gaya
gesekan adalah komponen gaya interaksi (antara dua benda yang bersinggungan)
pada arah tegak lurus bidang singgung.

Benda dalam keadaan diam,


F
fs = F

fs
N

f s : gaya gesekan static


N: gaya normal (tegak lurus pada bidang)

Benda bergerak dengan percepatan a = 0


v 0, a = 0
F
Fk = F

fk
N

F k : gaya gesekan kinetik


Benda bergerak dengan percepatan a 0

a0

F
Fk < F

fk

Perbandingan antara besarnya gaya gesekan statik dengan gaya normal disebut
koefisien gesekan statik s . Sedang perbandingan antara besarnya gaya gesekan
kinetik dengan gaya normal disebut koefisien gesekan kinetik k .
Dalam bentuk persamaan dinyatakan sebagai: f s s N dan
N

fk = k N

fs
W

fs

x
Wsin

Wcos
W

Analisa gaya-gaya gesekan statik dapat dilihat pada gambar diatas. Jika balok
dalam keadaan diam, maka N + f s + W = 0
Karena F = 0, maka N - W co s = 0 dan fs - W sin = 0. Jika sudut
kemiringan diperbesar sedikit demi sedikit sampai benda mulai akan bergerak,
maka pada keadaan itu sudut = s, sehingga f s = s N atau s = f s / N dengan
fs = W sin s dan N = W cos s.
Jadi dapat dinyatakan bahwa: s = W sin s / W cos s = tg s
Analisa gaya-gaya untuk gesekan kinetik, jika benda telah bergerak
melu n cu r k eb awah . Dalam h al in i F = m a, atau W sin f k = m a dan

N = W cos . Karena W = m g, = k dan k = f k / N, dimana f k = W sin m


a maka:
k =

mg sin k ma
a
, jika benda bergerak kebawah
= tg k
mg cos k
g cos k

dengan kecepatan awal v o = 0, maka x = v o + a t2 atau a = 2 x / t2 dan


k = tg k

2x
gt cos k
2

Soal:
1. Pada gambar berikut (gbr.1), diketahui massa benda m =15 kg (pelat logam
untuk papan reklame). Hitunglah tegangan pada masing-masing tali (T 1 , T 2 ,
dan T 3 ), jika massa tali diabaikan, dan ambil g = 10 m/s2.
2. Dua buah benda dengan massa m 1 = 1 kg dan m 2 = 2 kg, dihubungkan dengan
sebuah katrol licin yang tidak bermassa (gbr.2). Hitunglah tegangan tali dan
percepatan benda tersebut.
3. Buktikan bahwa besarnya percepatan masing-masing benda dan tegangan tali
pada pesawat Adwood (gbr.2) adalah: a =

2.m1 .m2 .g
m1 m2
g , dan T =
m1 + m2
m1 + m2

4. Sebuah benda dengan massa m = 10 kg, didorong keatas pada bidang miring
300 dengan kecepatan awal V o = 20 m/s. Hitung jarak yang ditempuh benda
dan ketinggian yang dapat dicapai, jika: a) bidang miring licin, dan b) antara
benda dan bidang terdapat gesekan dengan k = 0,25.
5. Sebuah kotak yang beratnya 600 N, didorong dengan gaya 250 N (sejajar
lantai) sepanjang lantai horizontal pada kecepatan konstan. Berapakah
koefisien gesekan kinetik antara kotak dan lantai.
45o
T1

30o
T2

T3

m1
m2

Gbr.1

Gbr.2

3. USAHA DAN ENERGI

Kerja atau Usaha


Kerja atau usaha didefinisikan sebagai besarnya gaya yang bekerja dikali dengan
jarak pergeseran (jarak yang ditempuh benda) dalam arah gaya tersebut.
Usaha atau kerja oleh gaya yang tetap (konstan) dapat dituliskan dalam bentuk
W = F d, dengan: F = gaya (konstan) dan d = jarak tempuh /pergeseran
Usaha W = F cos d

Jadi usaha akan ada jika terjadi pergeseran

(W = 0 jika d = 0)

Jika ada gaya-gaya lain yang bekerja pada benda tersebut, misalnya: gaya berat
dan gaya gesek, maka usaha total pada benda adalah: W t = W F + W fs + W g ,
dimana: W F = usaha oleh gaya F, W fs = usaha oleh gaya gesek, dan W g = usaha
oleh gaya berat benda.
Usaha yang dilakukan oleh gaya yang berubah-ubah (tidak tetap), untuk kasus
satu dimensi. Andaikan gaya itu merupakan fungsi dari posisi (lihat gambar
berikut).
Dari gambar terlihat bahwa untuk perpindahan atau
pergeseran yang kecil x (dari x 1 ke x 2 + x),

F(x)

usaha hampir atau dianggap konstan W = F x,


x
x1

dengan F adalah gaya di x 1 .

x2

Serupa dengan tadi, selama pergeseran kecil dari x 1 + x ke x 1 + 2 x, gaya F


hampir konstan pula dan usaha W = F x, dengan F = gaya di x 1 + x.
Usaha total yang dilakukan gaya F untuk pergeseran benda dari x 1 ke x 2 adalah
x2

x2

x1

x1

W 12 = lim Fx = Fdx
x 0

F(x)

Secara numerik usaha tak lain dari luas daerah

F(x)

dibawah kurva F yang dibatasi oleh x 1 dan x 2 .


0

x1

x2

Usaha yang dilakukan oleh gaya yang berubah-ubah, untuk kasus dua dimensi.
Gaya F yang bekerja pada sebuah benda dapat berubah baik arah maupun besarnya
dan benda dapat bergerak sepanjang garis lengkung. Usaha dalam hal ini dapat
dihitung dengan membagi-bagi lintasan menjadi sejumlah besar pergeseran kecil
r, masing-masing berarah sepanjang lintasan dalam arah gerak.
Jadi usaha selama pergeseran r adalah, dW = F. r = F cos r
atau W ab =

Fdr = F cosdr
a

Karena r semakin kecil sehingga ditulis dr.

b
F

y
F

untuk F = i F x + j F y dan dr = i d x + j d y

atau

W ab =

F dr = F x dx + F y dy, maka:
b

( F dx + F dy)
a

Laju perubahan kerja atau usaha terhadap waktu didefinisikan sebagai daya, atau
daya P =

dW
[ J/s = watt ]
dt

3.2. Energi Potensial & Energi Kinetik


Energi potensial adalah salah satu bentuk energi atau tenaga yang
berhubungan dengan posisi atau keadaan internal suatu benda. Jadi energi
potensial benda adalah kemampuan untuk melakukan usaha pada posisinya. Untuk
posisi benda yang diam Ep = m.g.h, disebut pula sebagai energi potensial gravitasi
Ep g = m g y.
Soal: Sebuah benda dengan massa 5 kg diangkat setinggi 2 m, dengan waktu
selama 3 s. Hitung energi potensial benda. (usaha yang diperlukan). Ep = 98,1 J.

Tinjau energi potensial elastis atau energi potensial pegas. Gaya atau tegangan
yang timbul dalam pegas disebut sebagai gaya pegas. Menurut hukum Hooke
(Robert Hooke,1678): F = - k x, dengan: k = konstanta/tetapan pegas atau angka
kekakuan dan x = perpanjangan.
Usaha gaya elastis dalam tiap proses saat pegas direnggangkan dari harga x 1 ke
x 2 adalah:

x2

W = Fds = F cosdx

x1

F=kx

Karena arah F berlawanan dengan arah dx


dan cos = - 1 (untuk = 180o), maka:

x1

x2

W=

x2

x1

kxdx , dengan x 1 = posisi awal = 0


dan x 2 posisi akhir = x.

Jadi, W = k x 2 2 k x 1 2 = k x2 (energi potensial pegas).


Energi kinetik pada benda adalah kemampuan untuk melakukan usaha pada
benda yang bergerak. Energi kinetik pada benda yang sedang bergerak hanya
bergantung pada besar kecepatannya (lajunya) dan bukan pada arah kemana benda
itu bergerak (proses yang mengatur geraknya).
Berdasarkan asas energi-usaha, perubahan energi kinetik suatu benda hanya
bergantung pada usaha W =
y

Fs

akhir lebih besar dari energi kinetik awal dan

ds

energi kinetik bertambah.


Sebaliknya jika usaha negatif, maka energi

FN

Gaya lintasan, F S = m
Jadi, F S = m v
Jika persanaan
dengan:

Fds

Jika usaha W positif, maka energi kinetik


F

v2

v1

s2

s1

kinetik berkurang.
dv
dv
dv
dv ds
, dimana:
=
=v
dt
ds
dt
ds dt

dv
, atau F S ds = m v dv, dan
ds

s2

s1

v2

Fs ds = mvdv

Fs ds diintegralkan disebut usaha, W =

v1

s2

s1

v2

Fs ds = mvdv ,
v1

mvdv = m V 2 2 m V 1 2. Jadi usaha W = Ek 2 Ek 1 , atau energi

kinetik E k = m V2

3.3. Daya (power)


Daya didefinisikan sebagai laju usaha atau kerja yang dilakukan terhadap waktu.
Daya rata-rata yang dikeluarkan oleh sesuatu sama dengan usaha total yang
dilakukannya dibagi dengan selang waktu total yang dibutuhkan untuk melakukan

usaha tersebut. Daya P = W/t (watt), dan daya sesaat yang dikeluarkan adalah:
P = dW/dt.
Soal: Sebuah mobil mempunyai daya mesin sebesar 100 hp (1 hp = 75 kgf.m/s
= 736 watt),. Mobil bergerak dengan laju konstan 60 km/jam, berapakah gaya
dorong kedepan yang dilakukan oleh mesin pada mobil tersebut. P = W/t atau
P = F x/t = F V, jadi F = P/V = 4416 N

3.4. Kekekalan Energi


Menurut hukum termodinamika bahwa energi itu kekal atau tetap. Ia hanya
dapat berubah dari bentuk energi yang satu kebentuk energi yang lain
(konversi energi). Kerja oleh gaya gravitasi (gaya konservatif) tidak
bergantung pada jalan atau lintasan yang ditempuh. Gaya konservatif adalah
gaya yang tidak menyebabkan adanya perubahan energi kinetik suatu benda
(partikel) yang bergerak menuju keadaan semula. Bila gaya yang melakukan
kerja hanya gaya konservatif saja, maka energi mekanik total benda (Ek + Ep)
= konstan atau tetap. Pernyataan ini dikenal sebagai hukum kekekalan
energi mekanik total.
Jadi, Ek + Ep = mV2 + m g y = konstan
atau mV 1 2 + m g y1 = mV 2 2 + m g y 2
Soal:
Seorang anak bersepeda dijalan yang datar (rata) dengan laju 8 m/s, kemudian
meluncur keatas pada papan (bidang) miring dengan sudut kemiringan 30o.
Jika ketinggian bidang miring 0,5 m diatas jalan, hitunglah ketinggian yang
dapat dicapai sepeda ketika meluncur (gesekan diabaikan). Gunakan
persamaan hukum kekekalan energi mekanik total.

4. MOMENTUM LINEAR

4.1. Gaya Impuls dan Momentum Partikel


Gaya impuls yang diberikan pada suatu benda adalah sama dengan perubahan
momentum benda tersebut. Secara matematis dapat ditulis :

t2
F (t )dt = mV2 mV1 , hubungan ini diturunkan dari hukum Newton
t1

II, yaitu:

F (t )dt =

t2

t1

I =

t2

t1

ma (t )dt =

t2

t1

v2

v1

v2
mdV =m dV = mV2 mV1 .
v1

F (t )dt disebut sebagai impuls gaya (besaran vektor), dan

P = mV disebut sebagai momentum linear (besaran vektor).

Bila gaya F (t ) konstan atau F (t ) = Fr (gaya rata-rata), maka

t2

t1

F (t )dt =

t2

t1

Frdt = Fr

t2

t1

t2

t1


dt = Fr (t 2 t 1 ) = Fr t, jadi I = Fr t

F (t )dt = luas yang diarsir

Fr = gaya konstan yang bekerja dalam

F(t)
a

selang waktu t = t 2 t 1 yang sama dengan

gaya F (t), sehingga luas t 1 a b t 2 = luas yang


t1

t2

diarsir.

Soal:
1. Sebuah bola yang bermassa m = 0,2 kg dipukul, dimana pemukul
bergerak horizontal dengan kecepatan tetap sebesar v = 30 m/s. Setelah
bola berpisah dengan pemukul, maka bola bergerak dengan kecepatan v =
40 m/s. Hitunglah:
a. Impuls gaya yang diterima bola, bila arah kecepatan bola setelah
dipukul: searah dengan arah datangnya bola dan berlawanan dengan
arah datangnya bola. Keadaan pertama I = 2 Ns, kedua I = - 14 Ns
b. Gaya pukulan rata-rata yang bekerja pada bola untuk kedua keadaan
diatas, bila antara bola dan pemukul terjadi kontak selama 0,01 s.
Pertama Fr = 200 N, dan kedua Fr = - 1400 N

2. Sebuah peluru yang bergerak dengan laju 500 m/s. Peluru tersebut
berhenti setelah menembus pohon kayu sedalam 12 cm. Hitunglah waktu
yang diperlukan peluru untuk menempuh jarak tersebut (12 cm).
t = 0,00048 s
4.2. Hukum Kekekalan Momentum Linear
Perubahan momentum linear persatuan waktu sebuah benda adalah
berbanding lurus dengan gaya resultan yang bekerja pada benda tersebut,
dan mempunyai arah sama dengan gaya itu. Secara matematis dapat ditulis
dalam bentuk:

dP
F = dt , atau

dm
d (mV ) dm

dV
F = dt = V dt + m dt = V dt + ma

Bila m tidak berubah terhadap waktu, dm/dt = 0, maka akan diperoleh

kembali hubungan F = ma (hukum Newton II).

dP

Jadi F =
berlaku umum, dan F = ma berlaku khusus.
dt

4.3.Tumbukan (collosion)
Ditinjau dari sudut energi, tumbukan biasanya dibagi atas: tumbukan
elastik sempurna dan tumbukan tak elastik. Tumbukan dikatakan elastik,
bila energi kinetik totalnya kekal (tetap), sebaliknya bila tidak kekal, maka
disebut tumbukan tak elastik. Bila dua benda melengket jadi satu setelah
terjadi tumbukan, maka tumbukannya disebut tumbukan tak elastik
sempurna (sama sekali tak lenting).
Tinjau tumbukan elastik (lenting) satu dimensi (tumbukan terjadi pada satu
garis lurus).
m1

V1

m2

V2

sebelum tumbukan

m1

V 1*

m2

V2*

setelah tumbukan
x

Bila kita tetapkan untuk arah kekanan + (positif), maka:

Kekekalan momentum linear memberikan persamaan:


m 1 V 1 + m 2 V 2 = m 1 V 1 * + m 2 V 2 * ..(1)

Menurut kekekalan energi kinetik dapat pula ditulis bahwa:


m 1 V 1 2 + m 2 V 2 2 = m 1 V 1 *2 + 1/2 m 2 V 2 *2..(2)

Dari persamaan (1) dan (2) akan diperoleh hubungan atau persamaan:

m m2
kecepatan setelah tumbukan: V1* = 1
m1 + m2

2m 2

V1 +
m1 + m2

2m1
dan kecepatan setelah tumbukan: V2* =
m1 + m2

V2 (3)

m m1

V2 (4)
V1 + 2
m1 + m2

Bila salah satu benda (partikel), misalnya m 2 mula-mula diam (V 2 = 0), maka
bagaimana dengan persamaan (3) dan (4) diatas.
Selanjutnya, jika kedua massa benda sama (m 1 = m 2 ), maka bagaimana bentuk
persamaan (3) dan (4) diatas.

Soal:
Dua buah benda mengalami tumbukan (baku tumbuk), dimana: m 1 = 30 gram
dengan V 1 = 5 m/s (+ kekanan), dan m 2 = 20 gram dengan V 2 = 10 m/s (kekiri). Hitunglah:
a. Kecepatan benda I dan benda II setelah tumbukan, jika tumbukannya
bersifat elastik sempurna. V 1 * = - 7 m/s, dan V 2 * = 8 m/s
b. Energi kinetik total sebelum tumbukan. Ek t = 1,375 J
c. Energi kinetik total setelah tumbukan. Ek t * = 1,375 J
Tumbukan yang tak elastik (saling terkait atau menyatu satu dengan lainnya),
dapat dinyatakan dalam persamaan berdasarkan hukum kekekalan momentum,



P = P1 + P2 atau P = P12 + P22 (a), dan P = P * atau

P = mV * = (m 1 + m 2 ) V12* .. (b).
Jika persamaan (a) dan (b) digabung, maka akan diperoleh:
V

*
12

m 12 V 12 + m 22 V 22
m1 + m 2

Energi yang hilang (terdisipasi) dari suatu peristiwa tumbukan dapat dihitung
melalui persamaan: E d = Ek t Ek*,
dengan, Ek total = Ek 1 + Ek 2 , dan Ek* = (m 1 + m 2 ) V12*

Soal:
Dua buah kendaraan (1) dan (2), masing-masing bergerak menuju ke arah
barat dan arah selatan. Kedua kendaraan tersebut bertemu dipersimpangan
jalan dan saling tabrak, sehingga terkait antara satu dan lainnya (saling
menyatu). Sebelum tabrakan V 1 = 72 km/jam dengan m 1 = 1000 kg dan V 2
= 90 km/jam dengan m 2 = 1200 kg. Hitunglah:
a. Kecepatan kedua kendaraan setelah tumbukan. V12* = 59 km/jam
b. Energi yang terdisipasi dalam tabrakan tersebut. E d = 0,28 MJ

5. MOMENTUM SUDUT DAN BENDA TEGAR

5.1. Momentum Sudut ( L )

Sebuah partikel bermassa m, yang berada pada vektor posisi r dan sedang

bergerak dengan kecepatan V , mempunyai momentum sudut terhadap

titik asal.


L = m r V , dengan: m V = P (momentum linear)


Jadi L = r P atau P = L / r

Torsi (momen gaya) dituliskan dalam bentuk: = r F , dengan:

dP

dP
dL
, jadi = r
=
F = m a atau F =
dt
dt
dt

5.2.Momentum Sudut Benda Tegar


Disebut sebagai benda tegar, bila jarak antara dua partikel sembarang
dalam sistem adalah tetap. Untuk suatu benda (partikel) yang bergerak

rotasi atau menggelinding, maka kecepatan V = x r atau untuk


partikel (1), maka V1 = x r1 dan L1 = r1 x P1 = m r1 x V1 , atau


L1 = m 1 r1 x ( 1 x r1 ).




Untuk perkalian silang r1 x ( 1 x r1 ) = 1 ( r1 . r1 ) - r1 ( r1 . 1 ), karena

r1 = r 1 cos 90o = 0, maka r x ( x r ) = r 1 2 , jadi L1 = m 1 r 1 2 .


Momentum sudut total, L = L1 + L2 + L3 = (m 1 r 1 2+ m 2 r 2 2+ m 3 r 3 2),

atau L = I , dengan: I = sifat inersia benda untuk gerak

rotasi dan = putaran sudut.


3

Untuk 3 partikel, I =

mi ri2 , dan untuk N partikel, I =


i =1

m r
i =1

i i

dengan: r i = jarak dari partikel i ke sumbu tegar.


Untuk suatu benda tegar dengan distribusi massa kontinyu, maka momen
N

inersianya dapat ditulis sebagai: I =

r
i =1

mi , atau I = r 2 dm ,

dengan: r = jarak dm kesumbu putar.


Persamaan momen inersia untuk beberapa bentuk benda:

Momen inersia terhadap pusat batang, I =

1
M L2,
12

dengan M = massa dan L = panjang.

Untuk

2
M R2, dengan R = jari-jari bola.
5

Untuk bola pejal, I =

Momen inersia silinder terhadap pusat massa, I =

Untuk bola tipis (bola kaki), I =


benda

yang

menggelinding

1
M R2
12

2
M R2
3

dapat

diselesaikan

dengan

menggunakan hukum kekekalan energi, yaitu:


1/2 mV2 + I2 + m g h = konstan, atau ditulis dalam bentuk:
1/2 mV 1 2 + I 1 2 + m g h 1 =1/2 mV 2 2 + I 2 2 + m g h 2
Soal:
Sebuah bola pejal dilempar keatas pada bidang miring dengan kecepatan
awal 10 m/s. Bola menggelinding tanpa slip dengan massa bola 5 kg, jarijari bola 10 cm dan percepatan gravitasi 10 m/s2. Hitunglah:
a. Jarak maksimum yang dapat dicapai bola sepanjang bidang miring,
jika kemiringan bidang 30o. h 2 = 7 m dan X = 14 m.
b. Besar koefisien gesekan statik minimum antara bola dan lantai agar
tidak terjadi slip. F = mg sin fs, dengan: fs = I /R (benda tidak
slip), = a/R, dan F = m a, diperoleh a = 5/7 g sin

6. GERAK OSILASI

6.1.Persamaan Gerak Pegas


Untuk suatu pegas berlaku :

Gaya pegas, F= -k.x , persamaan ini dikenal sebagai Hukum Hook


(tanda negatif sebagai akibat gaya F, maka oleh pegas timbul reaksi
yang melawan F).

Tenaga atau energi, Ep pegas =

1
k x2
2

Persamaan gerak pegas sering dinyatakan sebagai persamaan gerak harmonik


sederhana, yang dapat ditunjukkan melaui hubungan antara hukum Newton dan
hukum Hook.
F = m.a = m

d 2x
, dengan: F = -k.x , x adalah perpanjangan, dan
dt 2

adalah tetapan pegas. Jika kedua persamaan ini digabung akan diperoleh:
m

d 2x
+ k.x = 0
dt 2

atau

d 2x
k
= .x
2
m
dt

disebut sebagai persamaan gerak harmonik

Persamaan ini dapat diselesaikan, melalui suatu fungsi.

X
A sin

A cos

X (t) = A cos (wt + 0 )


dengan: A, w, dan 0 adalah tetapan
A = amplitudo
w = putaran sudut, dan T = 2 /w = perioda gerak
0 = sudut fasa awal
Diferensiasi dari persamaan diatas diperoleh:
d
d
X (t ) =
ACos (t + ) = - A sin ( t + 0 )
dt
dt

d2
X (t ) = -A 2 cos ( t + 0 ), dan
2
dt
k
k
. A cos ( t + 0 )
X (t ) =
m
m

Jadi untuk,

k
d2
X (t ) + X (t ) = 0 , dapat ditulis:
2
m
dt
k
. A.cos ( t + 0 ) = 0
m

-A w2 cos ( t + 0 ) +

Dari pernyataan diatas jelas bahwa jika 2 =

k
, maka fungsi:
m

X (t) = A cos ( t + 0 ) adalah penyataan dari persamaan differensial Osilator


harmonik.
Periode gerak T = 2 /, dengan: =
Frekuensi getaran osilator adalah: f =

m
k
, jadi T = 2
k
m
k /m
2

Energi total pegas dinyatakan sebagai: E total = m V2 + k X2 = k A2

6.2.Bandul Matematik
Jika adalah kecil, maka simpangan sepanjang busur x = l .
F = - m g sin , karena kecil, maka dibuat

pendekatan F = - m g (l sin /l) = - m g (x/l)


dan F = m d2x/dt2 = - m g x/l, atau

l
F

W cos

F
W

d 2x
x
+ g = 0 , dikenal sebagai persamaan gerak harmonik untuk bandul,
2
l
dt
dengan x = lintasan bandul yang berupa busur lingkaran dan persamaan diatas sama
bentuknya dengan persamaan gerak harmonik sederhana, jadi dapat ditulis bahwa:
2 = g/l , T = 2 / = 2 l / g , dan f =

g /l
2

Soal:
Suatu pegas tanpa massa dipasang pada lantai horizontal, satu ujungnya diikat pada
tembok dan ujung lainnya di pasang pada benda bermassa 600 gram.
Benda ditarik

kemudian dilepaskan sehingga pegas berosilasi sekitar titik

seimbang. Persamaan gerak osilasinya adalah X (t) = 15 sin 20 t, dengan X dalam


cm dan t dalam s (detik).
Tentukanlah:
a) Kecepatan benda waktu berada pada posisi seimbang. V = 300 cm/s
b) Banyaknya osilasi yang terjadi dalam 5 menit. n = 955 kali
c) Tetapan pegas. k = 240 N/m
d) Energi total. A = 15 cm dan Et = 2,7 J
e) Energi kinetik bila X = 10 cm. Ek = Et Ep =1,5 J

7. STATIKA DAN DINAMIKA FLUIDA


Statika fluida mempelajari tentang fluida yang tidak bergerak, sedang
dinamika fluida mempelajari tentang gerak atau aliran fluida. Fluida didefinisikan
sebagai suatu zat yang dapat mengalir dan dapat menyesuaikan diri dengan
wadah/tempatnya. Partikel fluida mudah bergerak dan dapat berubah bentuk tanpa
pemisahan massa. Tahanan fluida terhadap perubahan bentuk sangat kecil, sehingga
fluida dapat dengan mudah mengikuti bentuk ruangan atau tempat yang
membatasinya. Fluida digolongkan atas dua jenis yaitu: fluida cair (fluida
inkompresibel) dan fluida gas (fluida kompresibel). Jelaskan perbedaan utama antara
zat cair dan gas serta berikan contoh dari masing-masing jenis fluida tersebut ?.

7.1. Sifat-Sifat Fluida


Kerapatan atau rapat massa (massa jenis)
Sifat penting dari zat adalah rasio (perbandingan) antara massa terhadap volumenya
pada temperatur dan tekanan tententu yang disebut kerapatan atau rapat massa
(massa jenis). Rapat massa diberi notasi (rho), yaitu: = m/V, [kg/m3].
Rapat massa air pada suhu 4 oC dan tekanan atmosfir standard adalah = 1000
kg/m3 atau = 1 gr/cm3.
Berat jenis
Berat jenis adalah berat zat (benda) tiap satuan volume pada temperatur dan tekanan
tertentu yang diberi notasi (gamma). Berat suatu benda (W) adalah hasil kali
antara massa (m) dan percepatan gravitasi (g = 9,81 m/s2). Karena berat jenis =
W/V, maka = g [N/m3].
Rapat relatif
Rapat relatif didefinikan sebagai perbandingan antara rapat massa suatu zat
terhadap rapat massa air. Karena

= g, maka rapat relatif dapat pula

didefinisikan sebagai rasio antara berat jenis suatu zat dan berat jenis air pada 4 oC
dan tekanan atmosfir.

Rapat relatif (spesific gravity) S g =

zat zat
=
, misalnya : S g aluminium = 2,7 ,
air air

maka
kerapatan aluminium al. = S g air = 2,7.1000 = 2700 kg/m3
Tabel. Rapat relatif beberapa zat pada t = 0 oC dan P = 1 atm
Jenis Zat

Rapat

Jenis Zat

Rapat relatif

relatif
Aluminium

2,70

Kayu

0,6 0,9

Tulang

1,7 2.0

Alkohol (ethanol)

0,806

Bata

1,4 2,2

Bensin

0,68

Semen

2,7 3,0

Air raksa (Hg)

13,6

Tembaga

8,93

Air laut

1,025

Tanah (rata-rata)

5,52

Air (H 2 O)

1,00

Kaca (biasa)

2,4 2,8

Udara

1,293

Emas

19,3

Helium

0,1786

Es

0,92

Hidrogen

0,08994

Besi

7,96

Uap (100 oC)

0,6

Timah hitam

11,3

Soal:
1. Sebuah botol yang bervolume 200 ml, diisi air pada 4 oC. Bila botol
dipanaskan hingga 80 oC dan air tumpah sebanyak 6 gr. Hitunglah kerapatan
air pada 80 oC, jika pemuaian botol diabaikan. = 0,97 gr/cm3.
2. Sebuah balok (kayu) jika dicelupkan kedalam air permukaannya tenggelam
dan jika dicelupkan kedalam minyak 2/3 permukaannya tenggelam. Hitunglah
massa jenis kayu dan minyak.

Viskositas
Viskositas (kekentalan) adalah kemampuan suatu fluida untuk menahan atau
melawan tegangan atau gaya geser. Tegangan geser () antara dua lapis zat cair
adalah sebanding dengan gradien kecepatan dalam arah tegak lurus dengan gerak
(du/dy).

= du/dy [N/m2] dan =


dengan:

= kekentalan dinamik [Ns/m2 atau kg/ms],

= kekentalan

kinematik [m2/s], dan = kerapatan [kg/m3].


Bila sebuah benda padat bergerak dalam suatu fluida, benda itu akan mengalami gaya
gesekan yang tergantung pada; viskositas fluida, ukuran benda dan kecepatan benda
terhadap fluida. Untuk sebuah benda berbentuk bola dengan jari-jari r, bergerak dalam
fluida dengan viskositas , kecepatan benda V, maka gaya gesekan yang dialami
benda itu sebesar:
Fs = 6 r V (hukum Stokes)
Gaya berat atau gaya yang menarik benda (bola) jatuh kebawah adalah:
W = m g = V b b g, dengan volume benda V b = 4/3 r3, jadi W = 4/3 r3 b g
Selain gaya berat yang arahnya kebawah dan gaya gesekan yang arahnya keatas,
maka bola tersebut mengalami gaya keatas (gaya apung) sebesar:
Fa = V b f g = 4/3 r3 f g
Jika benda bergerak dengan kecepatan konstan (percepatan a = 0), maka: Fs + Fa = W
Dengan menggabungkan persamaan diatas, buktikanlah bahwa kecepatan benda V
(m/s) adalah:
V=

2 r2g
( b f ) , dengan b : kerapatan bola (kg/m3), f: kerapatan fluida
.
9

(kg/m3),
g: percepatan gravitasi (m/s2), r: jari-jari bola (m), dan : kekentalan dinamik
(kg/ms).

7.2. Tekanan dan Gaya


Tekanan didalam fluida dipancarkan dengan kekuatan sama ke semua arah dan
bekerja tegak lurus pada suatu bidang.
P=

F
dF N
(
.
2 atau Pascal = Pa), atau P =
m
dA
A

Tekanan 1 atm = 101325 Pa = 101,3 kPa, atau 1 atm = 14,7 lb/in2 = 760 mmHg.
1 bar = 105 Pa
Tekanan pada suatu titik didalam fluida (P) pada suatu kedalaman tertentu (h) dengan
tekanan luar (tekanan atmosfir) Po, maka:

P = Po g h, dengan: ( konstan), tanda (+) untuk kedalaman dan tanda ()


untuk ketinggian.
Kenyataan bahwa tekanan pada kedalaman h lebih besar dari tekanan atmosfir yang
berlaku untuk cairan dalam wadah (bejana) apa pun dan tidak tergantung pada bentuk
bejana. Menurut prinsip Pascal bahwa tekanan yang diberikan pada suatu cairan yang
tertutup diteruskan tanpa berkurang ke tiap titik dalam fluida dan ke dinding bejana.
Selanjutnya, tekanan adalah sama besarnya di setiap titik pada kedalaman yang sama.
Penerapan prinsip Pascal dapat dilihat pada sistem dongkrak hidrolik.
Soal: Hitunglah besarnya gaya yang dibutuhkan untuk mengangkat mobil yang
massanya 1500 kg.

Gaya hidrostatik pada satu elemen dinding dengan luas dA dan kedalaman y dari
permukaan air adalah:
dF = g y dA
Gaya yang bekerja pada seluruh dinding:
h

F = dF = . g y l dy

y
h

dy

l : lebar bendungan

h-y

h : tinggi permukaan air


0
Jadi F = g l h2

Momen gaya dF terhadap sumbu 0 adalah dM = dF (h y), dan momen total


terhadap 0 adalah:
h

M = . dF (h - y) = . g y l (h - y)dy = 1/6 g l h3
Bila suatu benda diletakkan pada zat cair, maka benda tersebut akan tenggelam,
melayang (terendam) atau mengapung, yang tergantung pada gaya berat (W) dan gaya
apung (Fa). Hukum Archimedes menyatakan bahwa benda yang terapung dan
terendam dalam zat cair akan mengalami gaya apung yang besarnya sama dengan
berat zat cair yang dipindahkan oleh benda tersebut. Dalam bentuk persamaan dapat
ditulis:
Fa = W, dengan Fa = V b f g dan W = m g = V b b g

Soal:
1. Sebuah batu beratnya 500 N (di udara), sedang di dalam air beratnya 300 N.
Hitunglah volume dan kerapatan (massa jenis) batu tersebut.
2. Sebuah balok kayu dengan panjang 200 cm, lebar 40 cm dan tinggi 30 cm,
mengapung dalam air dengan sisi tingginya vertikal. Jika rapat relatif kayu S =
0,7, hitunglah berapa cm bagian (sisi tinggi) kubus yang terendam dan berapa
massa benda yang dapat dinaikkan agar balok tidak tenggelam (permukaan
bagian atas tidak basah).

7.3. Tegangan permukaan dan Kapilaritas


Sebuah jarum dapat dibuat terapung di permukaan air jika diletakkan secara
hati-hati. Gaya-gaya yang menopang jarum itu bukan gaya apung, tetapi disebabkan
karena tegangan permukaan. Di bagian dalam cairan, sebuah molekul dikelilingi oleh
molekul-molekul lain, sedang di bagian permukaan cairan tidak ada molekul di atas
molekul-molekul permukaan. Jika sebuah molekul permukaan sedikit dinaikkan,
maka ikatan molekuler antara molekul ini dengan molekul tetangga direnggangkan,
dan ada gaya pemulih yang berusaha menarik molekul itu kembali ke permukaan.
Demikian yang terjadi jika sebuah jarum diletakkan secara hati-hati di permukaan,
maka molekul-molekul permukaan tertekan dan molekul-molekul tetangganya
memberikan gaya pemulih untuk menopang jarum itu. Jadi permukaan cairan seperti
selaput elastik yang diregangkan. Gaya yang diperlukan untuk memecahkan
permukaan dapat diukur dengan jarum (kawat) lepas dari permukaan. Gaya ini
sebanding dengan panjang permukaan yang pecah, atau dua kali panjang jarum karena
terdapat selaput permukaan pada kedua sisi jarum. Bila jarum mempunyai massa (m)
dan panjang (L), maka gaya yang dibutuhkan untuk mengangkat agar lepas dari
permukaan adalah:
F=2L+mg
dengan adalah koefisien tegangan permukaan yaitu gaya per satuan
panjang yang diberikan oleh selaput atau dapat ditulis dalam bentuk persamaan =
mg/2l. Nilai untuk air sekitar 0,073 N/m.
Gaya tarik menarik antara sebuah molekul di dalam cairan dan molekul-molekul lain
disebut gaya kohesi, sedang gaya antara molekul cairan dengan bahan lain (seperti
dinding pipa yang tipis), disebut gaya adhesi. Bila gaya adhesi relatif lebih besar dari
gaya kohesi (seperti kasus air dan permukaan gelas), cairan dikatakan membasahi

permukaan bahan lainnya. Dalam hal ini, permukaan kolom cairan dalam sebuah
gelas atau pipa adalah konkaf ke atas. Sebaliknya bila gaya adhesi relatif lebih kecil
dari gaya kohesi (seperti halnya air raksa dan gelas), maka cairan tidak membasahi
permukaan dan permukaan cairan adalah konveks.
Bila permukaan cairan konkaf ke atas, tegangan
permukaan
F

pada dinding pipa mempunyai komponen gaya F ke


atas (lihat
gambar).

Gbr. Naiknya cairan dalam pipa kapiler

Cairan akan naik dalam pipa sampai gaya ke atas neto padanya yang disebabkan
teganagn permukaan diimbangi oleh berat cairan. Kenaikan ini disebut gerakan
kapiler atau kapilaritas, dan pipa dinamakan pipa kapiler.

7.5. Persamaan kontinuitas


Bila zat cair (inkompresibel) mengalir secara kontinyu melalui pipa atau
saluran, dengan penampang aliran konstan ataupun tidak konstan, maka volume zat
cair yang mengalir tiap satuan waktu adalah sama di semua penampang. Kondisi ini
disebut hukum kontinuitas yang pada dasarnya berasal dari hukum kekekalan
massa, yaitu jumlah massa yang masuk suatu sistem per satuan waktu sama dengan
jumlah massa yang keluar sistem per satuan waktu, selama tidak ada kehilangan
atau kerugian. Jumlah massa per satuan waktu disebut laju aliran massa m (kg/s).
m = V A, atau m = Q, dan Q = V A, atau Q = V/t (volume/waktu),
dengan : massa jenis fluida (kg/m3), V: kecepatan aliran (m/s), A = /4.d2 adalah
luas penampang saluran (m2), d: diameter saluran, dan Q: kapasitas atau debit aliran
(m3/s).
Menurut hukum kontinuitas m 1 = m 2 atau 1 V 1 A 1 = 2 V 2 A 2 , persamaan ini
disebut persamaan kontinuitas. Untuk fluida inkompresibel, dengan massa jenis
dianggap konstan ( 1 = 2 ), maka persamaan kontinuitas dapat ditulis dalam bentuk
V 1 A 1 = V 2 A 2 , atau Q 1 = Q 2 (debit aliran Q disebut juga sebagai laju aliran
volume).

Soal: Air mengalir dalam sebuah pipa yang berdiameter 2 inchi dengan kecepatan
aliran 1 m/s, dan selanjutnya pipanya mengecil menjadi 1 inchi, hitunglah kecepatan
aliran (m/s) pada pipa yang lebih kecil dan besarnya kapasitas aliran (lt/s).

7.6. Persamaan Bernoulli


Persamaan Bernoulli merupakan sebuah hubungan fundamental dalam ilmu
mekanika fluida yang dapat diturunkan berdasarkan persamaan gerak Euler atau
dari teorema kerja-energi. Teorema kerja-energi menyatakan bahwa kerja yang
dilakukan oleh gaya resultan yang beraksi pada sebuah sistem adalah sama dengan
perubahan energi kinetik dari sistem tersebut.

Tinjau aliran dalam suatu pipa (saluran) dengan beda ketinggian y 2 y 1 , lihat
gambar.
F2 = P2 A2
x

F1 = P 1 A1

y2
x

y1
Datum

(dasar)
Gbr. Zat cair dalam pipa bergerak karena ada perbedaan tekanan.

Dari gambar diatas, dapat diturunkan beberapa persamaan yaitu:

Perubahan massa m = V, dengan V: perubahan volume, dan :


massa jenis fluida.

Perubahan energi potensial Ep = m g y 2 m g y1 = V g (y 2 y1 )

Perubahan energi kinetik Ek = m V 2 2 m V 1 2 = V


(V 2 2 V 1 2)

Fluida yang mengikuti massa fluida m dalam pipa (pada titik 1) memberikan gaya
kekanan sebesar F 1 = P 1 A 1 dengan kerja W 1 = F 1 x 1 = P 1 A 1 x 1 = P 1 V. Pada

saat yang sama, fluida yang mendahului kekanan (pada titik 2), memberikan gaya
kekiri sebesar F 2 = P 2 A 2 . Gaya ini melakukan kerja negatif karena berlawanan arah
terhadap gerakan aliran, sehingga:
W 2 = - F 2 x 2 = - P 2 A 2 x 2 = - P 2 V.
Jadi kerja total yang dilakukan gaya-gaya tersebut adalah W t = P 1 V P 2 V = (P 1 P 2 ) V .
Menurut hukum kerja-energi, dapat ditulis bahwa:
W t = Ep + Ek, sehingga: (P 1 - P 2 ) V = V g (y2 - y1 ) + V (V 2 2
V 1 2)
atau P 1 + g y1 + V 1 2 = P 2 + g y2 + V 2 2, persamaan ini dikenal
sebagai persamaan Bernoulli dan ditulis dalam bentuk:
P + g y + V2 = konstan, atau
P/ + y + V2/2g = konstan,
dengan: P adalah tekanan (N/m2 atau Pascal = Pa), V: kecepatan aliran (m/s),
: berat jenis fluida (N/m3), : massa jenis fluida (kg/m3), g: percepatan
gravitasi (m/s2), y: ketinggian (m), dan = g.

7.7. Bilangan Reynolds


Bilangan Reynolds (Re) adalah suatu bilangan (angka) yang tidak
berdimensi, menyatakan perbandingan gaya-gaya inersia dan gaya-gaya viskos
(kental), dan ditulis dalam bentuk persamaan: Re =

Vd
Vd
, atau Re =
,

dengan: V: kecepatan aliran (m/s), : massa jenis fluida (kg/m3), : viskositas


dinamik (kg/ms), : viskositas kinematik (m2/s), dan d: diameter pipa atau
saluran (m). Bilangan Reynolds digunakan untuk membedakan jenis aliran
yaitu laminar dan turbulent. Dari hasil percobaan (eksperimen) disimpulkan
bahwa:
untuk Re < 2000, maka aliran fluida bersifat laminar, dan untuk Re >
3000, maka alirannya bersifat turbulen. Untuk daerah yang tidak stabil
atau berada antara daerah laminar dan turbulen, disebut aliran atau
daerah transisi.

Soal:
1. Sebuah tangki air dengan lubang yang kecil pada jarak h di bawah permukaan
air. Hitunglah kecepatan air yang keluar melalui lubang tersebut, dan berapa
jarak pancaran air dari dinding tangki.
2. Air mengalir melalui sebuah pipa horizontal dengan kecepatan 2 m/s pada
tekanan 200 kPa. Pipa mengecil menjadi setengah dari diameter mula-mula,
hitunglah: a) kecepatan aliran dan tekanan pada pipa yang lebih kecil, b)
bilangan Reynolds pada kedua pipa, jika diameter pipa yang lebih besar 10
cm, dan viskositas kinematik air 10-6 m2/s.

8. TEMPERATUR DAN KALOR


Temperatur (suhu) merupakan ukuran energi kinetik molekuler internal rata-rata
suatu benda dan dikenal sebagai ukuran panas atau dinginnya suatu zat (benda). Alat
ukur yang umum digunakan untuk mengetahui temperatur atau suhu suatu zat atau
benda adalah termometer. Bila suatu benda dipanaskan atau didinginkan, maka
sebagian dari sifat sifis benda itu akan berubah. Sifat fisis yang berubah dengan
temperatur disebut sifat termometrik dan perubahan sifat termometrik menunjukkan
perubahan temperatur benda itu.

8.1. Skala Temperatur


Skala temperatur (termometer) terdiri atas: skala Celcius, skala Reamur, skala
Fahrenheit, skala Kelvin dan skala Rankine. Skala Kelvin dan Rankine disebut
sebagai skala temperatur absolut (suhu mutlak). Skala temperatur Celcius (skala
centigrade) dibuat dengan mendefinisikan temperatur titik es sebagai 0 oC dan
temperatur titik uap sebagai 100 oC. Untuk skala Reamur; titik es 0 oR dan titik uap 80
o

R, sedang untuk skala Fahrenheit; titik es 32 oF dan titik uap 212 oF.

Skala Kelvin T K = t C + 273 dan skala Rankine T R = t F + 460.


Soal:
1. Suatu benda mempunyai suhu sebesar 80 oC. Tentukanlah besarnya suhu
benda tersebut dalam skala Reamur, skala Fahrenheit, skala Kelvin dan skala
Rankine.

2. Pada suhu berapakah skala Celcius menunjukkan nilai yang sama dengan
skala Fahrenheit

8.2. Energi Panas dan Panas Jenis


Kalor (panas) adalah energi yang ditransfer dari suatu benda (zat) ke benda lain
karena adanya beda temperatur. Bila energi panas ditambahkan pada suatu zat, maka
temperatur zat itu akan naik, kecuali terjadi selama perubahan fasa, misalnya air
membeku atau menguap. Jumlah energi panas Q yang dibutuhkan untuk menaikkan
temperatur suatu zat adalah sebanding dengan perubahan temperatur dan massa zat
itu, dan dinyatakan dalam persamaan:
Q = C T = m c T [kalori atau Joule],
dengan: C adalah kapasitas panas zat, yang didefinisikan sebagai energi panas yang
dibutuhkan untuk menaikkan temperatur suatu zat dalam satu derajat. Panas jenis c
adalah kapasitas panas per satuan massa:
c = C/m.
Satuan energi panas adalah kalori, didefinisikan sebagai jumlah energi panas yang
dibutuhkan untuk menaikkan temperatur satu gram air satu derajat Celsius (atau satu
Kelvin). Untuk satuan SI, energi panas dinyatakan dalam satuan Joule, dengan
konversi satuan:
1 kal = 4,184 J = 4,2 J (dibulatkan).
Satuan AS untuk panas adalah Btu (British thermal unit), yaitu jumlah panas yang
dibutuhkan untuk menaikkan temperatur satu pound air dengan satu derajat
Fahrenheit.
1 Btu = 252 kal = 1,054 kJ.
Panas jenis air,

c air = 1 kal/gr.oC = 1 kkal/kg.oC


= 1 kkal/kg.K = 4,184 kJ/kg.oC
= 1 Btu/lb.oF

Panas jenis air cenderung konstan, sehingga dapat digunakan sebagai acuan untuk
mengetahui panas jenis suatu benda, dengan memanaskan benda hingga temperatur
tertentu yang mudah diukur. Benda tadi ditempatkan dalam bejana air yang massa dan

temperaturnya diketahui, dan selanjutnya mengukur temperatur kesetimbangan. Jika


seluruh sistem terisolasi dari sekitarnya, maka panas yang keluar dari benda sama
dengan panas yang masuk ke air dan wadahnya. Prosedur ini dinamakan kalorimetri,
dan wadah air yang terisolasi dinamakan kalorimeter. Misalnya m adalah massa
benda, c adalah panas jenis, T ib adalah temperatur awal, dan T f adalah temperatur
benda dalam bejana air, maka panas yang keluar dari benda adalah:
Q k = m c (T ib T f )
Dengan cara yang sama, jika T ia adalah temperatur awal air dan wadahnya, T f adalah
temperatur akhir air (temperatur akhir benda dan air adalah sama, karena keduanya
segera seimbang), maka panas yang diserap oleh air dan wadahnya adalah:
Q m = m a c a (T f T ia ) + m w c w (T f T ia ), dengan: m a , c a adalah massa dan
panas jenis air, dan m w, c w adalah massa dan panas jenis wadah.
Jadi persamaan untuk kesetimbangan panas tersebut adalah: Q keluar = Q masuk, atau
Qm = Qk.
8.3. Perubahan Fasa
Perubahan fasa terjadi ketika kondisi fisis zat berubah dari satu bentuk ke bentuk lain.
Jenis perubahan fasa adalah: pembekuan yaitu perubahan cairan menjadi padatan
(seperti pembekuan air menjadi es), peleburan yaitu perubahan padatan menjadi
cairan (seperti es menjadi air), penguapan yaitu perubahan cairan menjadi uap atau
gas (seperti pada penguapan air), sublimasi yaitu perubahan padatan langsung
menjadi gas (seperti pada penguapan bola-bola kamper atau karbon dioksida padat
yang sering disebut es kering).
Semua zat dapat berwujud: padat, cair dan gas atau uap, misalnya air. Perubahan
wujud air diperlihatkan pada diagram berikut.

suhu (t: oC)


C
A

Qa

Q0

Qb

Qc

Qd

kalor (Q: kalori)

Sejumlah energi panas tertentu dibutuhkan untuk mengubah fasa sejumlah zat
tertentu. Panas (kalor) yang dibutuhkan sebanding dengan massa zat. Panas yang
dibutuhkan untuk mencairkan zat bermassa m tanpa perubahan temperaturnya adalah:
Q = m.L f , dengan L f adalah panas laten peleburan zat tersebut. Untuk pencairan es
menjadi air pada tekanan 1 atmosfir, panas laten peleburan adalah: 333,5 kJ/kg = 79,7
kkal/kg = 80 kal/gr. Bila perubahan fasa adalah dari cairan menjadi gas, maka panas
yang dibutuhkan adalah: Q = m.Lv, dengan L v adalah panas laten penguapan. Untuk
air pada tekanan 1 atmosfir, panas laten penguapan adalah: 2,26 Mj/kg = 540 kkal/kg
= 540 kal/gr.
Untuk banyak zat lainnya didapatkan diagram (kurva) pemanasan serupa dengan
diagram pemanasan untuk air. Kalor yang harus diberikan persatuan massa suatu zat
pada titik leburnya agar seluruhnya berubah menjadi zat cair pada temperatur yang
sama disebut kalor lebur. Kalor yang harus diberikan persatuan massa suatu zat pada
titik didihnya agar berubah seluruhnya menjadi uap pada temperatur yang sama
disebut kalor penguapan.
Jika uap panas didinginkan temperaturnya akan turun, dan setelah mencapai
temperatur titik didihnya, uap itu mengembun atau mengalami kondensasi dan
menjadi cair kembali. Pada waktu mengalami kondensasi zat tersebut mengeluarkan
kalor yang sama besarnya dengan kalor yang diperlukan untuk terjadinya penguapan.
Begitu pula zat cair yang didinginkan, setelah mencapai titik leburnya, zat cair itu
membeku menjadi padat. Zat cair yang membeku mengeluarkan kalor yang sama
besarnya dengan kalor yang diperlukan zat tersebut untuk meleburkannya.
Jadi kalor kondensasi sama besarnya dengan kalor penguapan, dan kalor pembekuan
sama besarnya dengan kalor lebur. Bedanya ialah bahwa, pada peleburan dan
penguapan zat menyerap kalor, sedangkan pada pembekuan dan kondensasi zat
mengeluarkan kalor.

8.4. Pemuaian benda


Umunya sebuah benda jika dipanaskan akan mengalami pemuaian. Pemuaian suatu
benda terdiri atas pemuaian panjang, luas dan volume.

a. Pemuaian panjang
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa, perubahan panjang akibat pemanasan
sebanding dengan panjang sebelum diberi pemanasan dan sebanding pula dengan
perubahan suhu sebagai akibat pemanasan. Perubahan panjang dinyatakan
sebagai:
L L o .t, atau L = L o .t, dengan: L: perubahan panjang, L o : panjang
mula-mula, t: perubahan suhu, dan : koefisien muai panjang. Jadi panjang L
setelah pemanasan dapat ditulis dalam bentuk: L = L o + L = L o + L o .t = L o
(1 + t).
b. Pemuaian luas
Pemuaian luas suatu keping yang sisi-sisinya adalah a dan b, dinyatakan menurut
sifat muai panjang yaitu: a = a o + a o .t, dan b = b o + b o .t.
Karena sangat kecil, maka A = A o (1 + 2.t) = A o (1 + .t), dengan 2 =
adalah koefisien muai luas.
c. Pemuaian volume
Pemuaian volume dihitung berdasarkan tiga sisi-sisinya yaitu: a = a o + a o .t, b
= b o + b o .t, dan c = c o + c o .t.
Karena sangat kecil, maka V = V o (1 + 3.t) = V o (1 + .t), dengan: 3 =
adalah koefisien volume, dan t = (t t o ), dengan t: suhu akhir, dan t o : suhu
mula-mula.

8.5. Perpindahan Kalor


Perpindahan kalor dari benda atau bagian benda yang temperaturnya lebih
tinggi ke benda atau bagian benda yang temperaturnya lebih rendah dapat terjadi
dengan tiga macam cara, yang diistilahkan atau disebut: konduksi, konveksi dan
radiasi.
Konduksi adalah proses perpindahan panas karena gerak kacau atom-atom (molekulmolekul) atau electron-elektron bebas dari suatu benda akibat pemanasan. Konduksi
kalor dapat terjadi pada zat padat, zat cair, dan gas. Perpindahan secara konveksi
disebabkan oleh aliran fluida dari daerah yang panas ke daerah yang lebih dingin.
Konversi kalor dapat terjadi dalam fluida (zat cair dan gas). Sedangkan perpindahan

secara radiasi disebabkan oleh pancaran kuanta materi yang membawa tenaga dari
suatu sumber radiator ke daerah sekitarnya. Radiasi kalor atau radiasi termal dapat
terjadi melewati vakum dan zat-zat transparan, yaitu: zat padat, cair dan gas.
x
sumber
panas

tabung
Q

dingin

batang
Perhatikan gambar diatas untuk konduksi kalor, potongan batang konduktor dengan
panjang (tebal) x, dan beda temperatur T. Jika Q adalah jumlah energi panas
(termal) yang dikonduksikan lewat pada potongan batang itu dalam suatu waktu t,
maka laju konduksi energi termis Q/t disebut arus termal atau aliran kalor q
(dalam satuan watt).
q=

Q
T
= k.A
, dengan k adalah koefisien konduktifitas termal (W/m.K
t
x

atau W/m.oC), dan A adalah luas penampang (m2).


Persamaan diatas dapat ditulis dalam bentuk: T =
=

x
.q , atau T = q.R, dengan R
k.A

x
disebut tahanan termal (resistance thermal). Persamaan ini dapat digunakan
k.A

untuk menyelesaikan kasus beberapa bahan dengan model analogi listrik dalam
susunan seri atau parallel.
Pemanasan dari suatu bagian dari gas atau zat cair dapat terjadi dengan berbagai cara
selain oleh panas matahari. Perpindahan panas yang terjadi melalui gas (udara) atau
zat cair dapat berlangsung secara konveksi alami (bebas) dan atau konveksi paksa.
Jika konveksi kalor itu terjadi akibat perbedaan massa jenis (disebabkan oleh ekspansi
termal), proses itu disebut konveksi alami atau konveksi bebas. Jika fluida itu
geraknya dipaksa oleh suatu kipas atau pompa, maka proses itu disebut konveksi
paksa.
Aliran kalor secara konveksi dituliskan dalam bentuk persamaan:
q = h A T, dengan: A adalah luas permukaan (m2), T adalah beda
temperatur antara permukaan dinding (tembok, pipa, dll) dengan temperatur fluida,
dan h adalah koefisien konveksi (W/m2K atau W/m2.oC).

Cara ketiga untuk transfer energi termal adalah radiasi dalam bentuk gelombang
elektromagnetik. Laju radiasi energi termal suatu benda sebanding dengan luas benda
dan dengan pangkat empat temperatur mutlak (absolutnya). Energi matahari sampai di
bumi dengan melewati ruang yang hampa, sehingga tidak mungkin terjadi konduksi
atau konveksi kalor. Secara eksperimental diperoleh bahwa, setiap permukaan
memancarkan energi radiasi, dan laju radiasi (daya radiasi) suatu permukaan
dinyatakan dengan persamaan:
q = A.e..T4, dengan: e adalah emisivitas (koefisien emisi) benda, adalah
konstanta universal yang disebut konstanta Stefan Boltzmann (nilai = 5,6703.10-8
W/m2.K4), dan T adalah suhu mutlak (K). Emisivitas e adalah pecahan yang berkisar
dari 0 sampai 1 dan tergantung pada komposisi permukaan benda (untuk benda
hitam e = 1). Bila radiasi jatuh pada benda tak tembus cahaya, sebagian radiasi
direfleksikan dan sebagian diserap. Benda-benda berwarna terang memantulkan
sebagian besar radiasi nampak, sedangkan benda-benda gelap menyerap sebagian
besar daripadanya. Jika sebuah benda memancarkan radiasi yang lebih banyak dari
yang diserapnya, maka benda menjadi lebih dingin sementara sekitarnya menyerap
radiasi dari benda sehingga sekitarnya menjadi panas. Jika benda menyerap lebih
banyak dari yang dipancarkannya, maka benda menjadi panas dan sekitarnya menjadi
dingin.
Jika sebuah benda dalam kesetimbangan termal dengan sekitarnya (T = T 0 ), dan
benda memancarkan serta menyerap radiasi pada laju yang sama, maka daya netto
yang diradiasi oleh sebuah benda adalah:
q = A.e. (T4 - T 0 4), dengan T: suhu benda, dan T 0: suhu sekitar.

9. TEORI KINETIK GAS


9.1. Gas Ideal
Teori tentang gas ideal (Gas Sempurna) didasarkan atas beberapa anggapan
antara lain yaitu:
- Gas ideal terdiri dari partikel (atom atau molekul) dalam jumlah yang besar.
- Partikel tersebut tersebar merata dan bergerak secara acak.
- Jarak antara partikel jauh lebih besar dari pada ukuran partikel.
- Tidak ada gaya antara partikel yang satu dengan yang lain, kecuali dua
partikel bertumbukan.
- Semua tumbukan adalah elastis sempurna dan terjadi dalam waktu yang
singkat (tumbukan antar partikel atau partikel dengan dinding).
- Berlaku hukum Newton tentang gerak.

Hubungan antara tekanan dan temperatur untuk gas ideal di tuliskan dalam bentuk:
P V = m R T, dengan: P: tekanan (N/m2), V: volume (m3), m: massa zat (kg),
R: konstanta gas (J/kgK), dan T: temperatur (K)
atau P = R T, dengan : massa jenis (kg/m3)
Persamaan lain menurut hukum gas ideal dituliskan sebagai: P V = n T, dengan n:
mol zat, dan adalah konstanta gas umum yang nilainya sama untuk semua gas,
yaitu:
= 8,314 J/mol.K, atau = 0,08206 lt.atm/mol.K.

Satu mol sebuah zat adalah jumlah zat tersebut yang mengandung atom-atom atau
molekul-molekul sejumlah bilangan Avogadro (N A = 6,022.1023 molekul/mol). Jika
kita mempunyai n mol zat, maka jumlah molekulnya adalah N = n N A . Massa 1 mol
dinamakan massa molar M (kadang-kadang digunakan istilah berat molekuler atau
massa molekuler). Massa molar unsur C (karbon) menurut definisi: 12 gr/mol atau
12.10-3 kg/mol. Massa n mol gas dituliskan sebagai m = nM, dan kerapatan gas ideal
= m/V = nM/V.
Soal:
1. Hitunglah volume yang ditempati 1 mol gas pada temperatur 0oC dan tekanan 1
atm. V = 22.4 lt.

2. Suatu gas mempunyai volume 2 lt, temperatur 30oC, dan tekanan 1 atm. Jika gas
ini dipanaskan hingga 60oC dan ditekan hingga volumenya menjadi 1,5 lt,
hitunglah tekanan gas pada kondisi tersebut. P = 1,47 atm
3. Seratus gram CO 2 menempati volume 55 lt pada tekanan 1 atm, hitunglah
temperatur gas tersebut. Jika volumenya ditambah menjadi 80 lt, dan temperatur
dijaga konstan, berapakah tekanan gas pada kondisi ini. T = 295 K dan P = 0,688
atm.

9.2. Teori Kinetik Gas


Dalam sudut pandang makroskopik yang dinamakan teori kinetik gas,
tekanan gas adalah hasil tumbukan antara molekul gas dan dinding-dinding
wadahnya. Gaya yang diberikan oleh dinding pada molekul-molekul dan oleh
molekul-molekul pada dinding adalah perubahan momentum dibagi dengan selang
waktu (t).
Tinjau suatu wadah berbentuk kotak dengan volume V yang berisi N molekul,
masing-masing bermassa m dan bergerak dengan kelajuan V (gerakan sepanjang x
adalah V x ). Perubahan total momentum p molekul-molekul gas dalam selang waktu
t adalah:
p = N/V ( V x t A) 2 m V x = N/V(m V x 2 A t), dengan A adalah luas
wadah.
Tekanan gas P = F/A, dan gaya yang diberikan F = p/t. Jadi P = 1/A (p/t) = N/V
(m V x 2), atau P V = N m V x 2. Kenyataan menunjukkan bahwa semua molekul dalam
wadah tidak mempunyai kelajuan (kecepatan) yang sama, maka diambil nilai rata-rata
V x 2 = (V x 2) rata-rata = V x , sehingga:
2

P V = N m V x , atau P V = 2 N (.m V x ), dengan .m V x = energi


kinetik.
Untuk sembarang gas pada kerapatan yang sangat rendah, secara eksperimen
2

diperoleh persamaan: P V = N k T = 2 N (.m V x ), atau m V x = k T, dengan:


k = 1,38 . 10-23 J/K (kontanta Boltzmann).
Jadi energi kinetik rata-rata yang berkaitan dengan gerakan sepanjang sumbu x adalah
k T. Dapat ditulis secara rata-rata untuk N yang besar dengan gerak partikel yang
tak beraturan berlaku: V x = V y = V x , dan kecepatan rata-rata
2

V = V x + V y + V x = 3 V x , atau V x = 1/3. V .
2

Jadi energi kinetik molekuler rata-rata Ek rata-rata = m V = 3/2. k T. Energi kinetik


2

translasi total n mol gas yang mengandung N molekul adalah Ek = N ( m V ) =


3/2. n k T = 3/2. n T.
Jadi energi kinetik translasi adalah: 3/2. k T per molekul, dan 3/2. T per mol.
2

Kelajuan (kecepatan) rata-rata melekul dalam gas V = 3 k T/m = (3 N A k T)/(N A m)


=

2
3T
, dengan M = (N A. m) adalah massa molar. Akar dari V adalah kelajuan akar
M

rata-rata kuadrat (root mean square = rms).


2

Jadi V rms = V =

3kT
3T
=
, persamaan ini identik dengan laju rambat bunyi
m
M

dalam gas (udara) yaitu : V b =

T
M

, dan = R M , dengan = 1,4 dan R = 287

J/kgK (untuk udara). Kelajuan molekul dalam gas yang paling mungkin (maksimun)
adalah V max =

2kT
.
m

Soal:
1. Hitunglah kecepatan rata-rata untuk molekul nitrogen N 2 (M = 28 kg/kmol),
dalam udara yang bersuhu 0oC. V = 493 m/s.
2. Seandainya molekul pada soal (1) bergerak keatas tanpa mengalami
tumbukan dengan molekul yang lain, hitunglah ketinggian yang dapat
dicapai molekul tersebut. Ketinggian yang dapat dicapai molekul dapat
2

dihitung dengan persamaan: Ep = Ek, atau: mgh = m V = 3/2. k T, dan h


= (3/2. k T)/m g = 12,4 km, dengan m = M/N A .
3. Gas hidrogen H 2 (M = 2 kg/kmol) dan gas nitrogen N 2 berada pada suhu
yang sama. Tentukanlah: a) perbandingan energi kinetik (E k )H 2 /(E k )N 2 , dan
b) perbandingan kecepatan rata-rata ( V )H 2 /( V )N 2 .
4. Suatu gas dengan volume 1 cm3 pada tekanan 1.10-2 atm dan temp: -23oC.
Hitunglah banyaknya molekul yang terkandung dalam volume tersebut
(volume 1cm3).

10. HUKUM TERMODINAMIKA

10.1. Hukum Pertama Termodinamika


Jumlah kalor yang ditambahkan pada suatu sistem sama dengan perubahan
energi dalam sistem ditambah usaha atau kerja yang dilakukan sistem.
dQ = dU + dW, atau Q = U + W
Persamaan diatas dikenal dengan hukum pertama termodinamika dan pemakaiannya
harus memperhatikan hal-hal berikut:
- semua kuantitas panas mempunyai satuan yang sama
- harga kalor dQ yang masuk sistem adalah positif
- dW bernilai positif bila kerja dilakukan oleh sistem dan negatif bila kerja
dilakukan pada sistem.

Beberapa proses kaitannya dengan hukum termodinamika untuk gas ideal:


a. Proses isokhorik yaitu: proses yang berlangsung pada volume tetap (konstan),
akibatnya perubahan volume dV= 0. Jadi kerja yang dilakukan besarnya adalah:
dW = p.dV = 0, dan dQ = dU + dW = dU, atau (dQ) v = (dU) v pada volume
tetap. Karena dU = Cv dT, maka

T2

T1

(dQ )v
dT

= Cv, atau Cv dT = (dQ) v , dan Qv =

Cv.dT .

Energi dalam untuk gas monoatomik U =


dengan

U
nRT , jadi Cv =
=
T V

nR ,

Cv = kalor atau panas jenis pada volume tetap.

b. Proses isobarik yaitu: proses yang berlangsung pada tekanan tetap, akibatnya
volume berubah

dari V 1 ke V 2 . Jadi kerja yang dilakukan adalah: W

V2

= p.dV = p (V 2 V 1 ).
V1

Persamaan hukum termodinamika pertama dapat ditulis dalam bentuk :


dQ = dU + dW = dU + p.dV atau Q = U 2 U 1 + p (V 2 V 1 ).
Panas jenis pada tekanan tetap adalah: Cp = (dQ/dT) p . Karena V merupakan
fungsi dari T dan P, demikian pula U, maka:

dV
dU
Cp =

+ p
dT p
dT P
nRT
dan U hanya bergantung pada
Untuk gas ideal , dikenal persamaan: V =
p
nR
dU
= Cv + nR , atau R = Cp Cv
temperatur, akibatnya: Cp =
+ p
dT P
p
(untuk n dari setiap zat atau gas)

c. Proses isotermik yaitu: proses yang berlangsung pada temperatur tetap.


Karena energi dalam U hanya bergantung pada temperatur, maka dU = 0,
akibatnya hukum termodinamik I menjadi dQ = dW = p.dV atau
W=

V2

V1

V2

p.dV =

V1

V2
V2
nRT
.dV = nRT n 1 , dan Q = W = nRT n 1
V
V
V

d. Proses adiabatik yaitu: proses yang berlangsung tanpa pengaliran kalor dQ = O


(tidak ada kalor yang masuk atau yang keluar sistem), maka hukum
termodinamika I menjadi:
dQ= dU + dW = O atau Cv.dT + p.dV = O, dan Cv.dT = - p.dV =
selanjutnya,

nRT
dv ,
V

dT
nR dV
dT nR dV
=
atau
+
= kons tan , sehingga:
T
Cv V
T
Cv V

T.VnR/Cv = konstan.
Karena Cp - Cv = n R, maka T.VCp-Cv/Cv = konstan atau T.V -1 = konstan
Dengan cara yang sama dapat dibuktikan bahwa P.V = konstan, dengan

Cp
(perbandingan panas jenis).
Cv

Jadi kerja yang dilakukan gas ideal pada proses adiabatik adalah:
V2

W = dW = pdV = p1 .V1
V1

W =

v2

v1

dV
,
V

p1V1
1
( p1V1 p 2V2 )
dV =

1
V

atau

Untuk proses ekspansi adiabatic: W =


kompresi adiabatik: W =

1
( p1V1 p 2V2 ) , dan untuk proses
1

1
( p 2V2 p1V1 )
1

Sifat zat yang berkaitan dengan perubahan volume:


* Koefisien ekspansi volume =

1 dV
V dT

atau

1 V

V T P

* Kompresibilitas adalah ukuran mudah atau sukarnya suatu zat dimampatkan


atau di kompressi, yaitu diperkecil volumenya atau diperbesar tekanan
padanya, K =

1 V

V P T
T2

p2

T1

p1

Kerja dapat dihitung berdasarkan persamaan: W = p. .V .dT p.K .V .dp


(berlaku umum).

T2
1
2
2
Untuk zat cair dan zat padat kerja W = .V p.dT k .V p 2 p1 , untuk
T1
2

proses isotermik dT = O,

jadi

1
2
2
WT = KV p 2 p1 , dan untuk proses
2

isobarik dp = O, jadi kerja W p = .V . p(T2 T1 ) , atau W p = p(V2 V1 ) karena

.V = (T2 T1 ) = V2 V1 .
Untuk air nilai = 2 . 10-6 K-1
10.2. Hukum kedua termodinamika
Penerapan hukum kedua termodinamika adalah pada suatu siklus (daur) yang
merupakan proses tertutup, misalkan siklus A B A (lihat gambar).
Usaha yang dilakukan adalah: W = p.dv , atau W = luas dibawah kurva (1)
luas dibawah kurva (2) = luas yang diarsir.
P
1

B
2

Contoh dari beberapa siklus:


a. Siklus Carnot : Siklus ini terdiri dari 4 proses yaitu: dua proses adiabatis dan dua
proses isotermis.

Proses A-B: proses isotermis, jumlah kalor yang


diterima
adalah :

Q1 = n.R.T1 .n

P
A

B T1

V2
V1

Proses B-C: proses adiabatis (tidak ada kalor

yang
masuk ataupun yang keluar), dQ = O
D

T2

dan

V2

V3

T2
T1

V
Proses C-D: proses isotermis, jumlah kalor yang keluar adalah : Q 2 = - n R T 2

V4
V3
Q 2 < O karena V 4 < V 3
V
Proses D-A: proses adiabatis, dQ = 0, dan 1
V4

T2
T1

Dari kedua proses adiabatik diatas, diperoleh hubungan:


V2

V3

Atau

V
= 1
V4

, karena ( 1), maka T 2 < T 1 , dan

V2 V1
,
=
V3 V4

V2 V3
=
V1 V4

Jadi kerja yang dilakukan dalam satu siklus adalah:


W = Q 1 + Q 2 = n R T 1 n

V
V2
V
- n R T 2 n 4 = n.R.n 2 (T1 T2 )
V1
V3
V3

Efesiensi siklus adalah jumlah kerja yang dilakukan dibagi dengan energi panas
(kalor) yang masuk, dituliskan dalam bentuk persamaan:
=

Q
Qkeluar
W
,
= masuk
Qmasuk
Qmasuk

V2
n.R.n (T1 T2 )
V1
T T2
T
atau =
= 1
= 1 2
T1
T1

V
n.R.n 2 T1
V1

dengan: T 1 : temperatur (zat) panas, dan T 2 : temperatur dingin, keduanya


dinyatakan dalam satuan Kelvin (K).

b. Siklus Otto (motor bensin)


Siklus Otto atau siklus bensin terdiri dari 2 proses isokhorik dan 2 proses
adiabatik.

Proses 0-1: proses pemasukan (campuran udara dan


3

bahan bakar) kedalam sistem (dianggap sistem


mempunyai tekanan tetap = tidak ada gesekan).

Hubungan antara P, V dan T dituliskan sebagai:

V
Grafik diagram P-V siklus Otto

Proses 1-2: proses kompresi adiabatik;

T1 .V2

= T2 .V2

Proses 2-3: proses isokhorik, pemasukan kalor yang berlangsung pada volume
tetap.
Qm = Q1 = CvdT = Cv(T3 T2 )
T3

T2

Cv = panas jenis pada volume konstan (kJ/kg K)


Proses 3-4: proses adiabatik : T3V2

= T4V1

, dengan V 2 = V 3 dan V 1 = V 4

Proses 4-1: proses isokhorik, pengeluaran kalor yang berlangsung pada volume
tetap.

Qk = Q2 = Cv(T1 T4 ) , dengan Q 2 < O karena T 1 < T 4


Jadi kerja yang dilakukan pada satu siklus adalah:
W = Q 1 + Q 2 = Cv (T 3 T 2 ) + Cv (T 1 T 4 )
V
Dari proses 1-2 dan 3-4, diperoleh hubungan: 1
V2

T2 T3
=
T1 T4

Efisiensi siklus Otto dinyatakan dalam bentuk:


V
T T
W Cv(T3 T2 ) Cv(T4 T1 )
=
=
= 1 4 1 , atau = 1 2
T3 T2
Q1
Cv(T3 T2 )
V3

Soal:
1. Gas monoatonik dengan volume 20 Cm3, suhu 12 oC, dan tekanan 100 kPa,
tiba-tiba dikompresi secara adiabatik hingga volumenya tinggal 0,5 Cm3.
Hitunglah tekanan dan suhu akhir yang dicapai.
Proses
T1V1

adiabatik
= T2V2

untuk

gas

ideal

p1V1 = p 2V2 ,

, untuk gas monoatonik =

dan

suhu

akhir:

= 1,67

2. Hitunglah efesiensi maksimum mesin Carnot yang bekerja antara suhu 100 oC
dan suhu 400 oC.
Efisiensi siklus Carnot = 1

Tdingin
T panas

Td = (100 + 273) K

T p = (400 + 273) K

3. Gas dengan volume 0,30 m3 dan tekanan P = 2.105 N/m3, pada tekanan tetap
volumenya berekspansi (berkembang) menjadi 0,45 m3. Gambarkan diagram
(P-V)nya dan hitunglah kerja yang dilakukan gas.
4. Suatu mesin Carnot beroperasi antara suhu 127 oC dan 77 oC. Hitunglah
efisiensi dari mesin tersebut dan gambarkan diagram (P-V)nya.

11. GELOMBANG DAN BUNYI


Gelombang adalah suatu gangguan yang menjalar dalam medium, dan biasa
disebut dengan penjalaran energi atau momentum. Artinya, energi yang diberikan
kepada medium akan diteruskan oleh medium tersebut kearah tertentu dalam bentuk
gelombang. Jadi gerak gelombang dapat dipandang sebagai perpindahan energi dan
momentum dari suatu titik di dalam ruang ke titik lain tanpa perpindahan materi.
Gelombang dibedakan atas, gelombang mekanik dan gelombang elektromagnetik.
Pada gelombang mekanik, seperti: gelombang pada tali atau gelombang bunyi di
udara, energi dan momentum dipindahkan melalui medium. Jika tali biola dipetik atau
digesek, maka gangguan terhadap tali dijalarkan sepanjang tali. Pada saat yang
bersamaan, tali yang bergetar menghasilkan sedikit perubahan pada tekanan udara di
sekitarnya, dan perubahan tekanan ini dijalarkan sebagai gelombang bunyi melalui
udara. Pada gelombang elektromagnetik, (seperti: cahaya, radio, televisi, atau sinar X),
energi dan momentum dibawa oleh medan listrik dan magnet yang dapat menjalar
melalui vakum.
Menurut bentuk dan gerakannya (ditinjau dari sudut medium yang dilaluinya),
gelombang

dibedakan atas gelombang transversal dan gelombang longitudinal.

Gelombang transversal adalah suatu gerakan partikel pada medium yang tegak lurus
pada arah rambatan (penjalaran) energi gelombang. Gelombang longitudinal yaitu
gelombang dengan gangguan atau gerak medium sejajar dengan arah penjalaran
gelombang.
Bentuk umum persamaan gelombang : y = f ( x Vt ), tanda (+) gelombang bergerak
kearah kiri, dan tanda (-) gelombang bergerak kearah kanan.

11.1. Laju Gelombang


Laju penjalaran gelombang bergantung pada sifat-sifat medium, tetapi tak
bergantung pada gerak relatif sumber gelombang terhadap medium. Misalnya, laju
gelombang pada tali hanya bergantung pada sifat-sifat tali. Demikian pula, laju
gelombang bunyi yang dihasilkan oleh serine mobil hanya bergantung pada sifat-sifat
udara dan tidak bergantung pada gerak mobil.
Jika kita mengirim pulsa gelombang melalui tali yang panjang, maka laju penjalaran
pulsa akan bertambah bila tegangan tali diperbesar. Selanjutnya, jika kita mempunyai

dua tali (ringan dan berat), dengan tegangan yang sama, pulsa gelombang akan
menjalar lebih lambat pada tali berat. Jadi laju perjalaran gelombang pada tali (V)
berhubungan dengan tegangan (gaya) F dan rapat massa tali (massa per satuan
panjang). Dalam bentuk persamaan dinyatakan sebagai:
F

V=

Soal: Sebuah tali digunakan untuk menggantung benda yang massanya 3 kg. Panjang
tali 2,5 m dan massa tali 50 gr. Berapakah laju gelombang pada tali. V = 38,3 m/s.

11.2.Gelombang Periodik (harmonik)


Jika kita menggerakkan salah satu ujung tali naik dan turun secara periodik
(berupa gerak harmonik sederhana), misalnya dengan menghubungkan pada garpu
tala yang bergetar, maka deretan gelombang sinusoidal akan menjalar sepanjang tali.
Gelombang seperti ini disebut gelombang harmonik. Ketika gelombang menjalar
menyusuri tali, tiap titik pada tali akan bergerak naik dan turun, tegak lurus terhadap
arah penjalaran. Hubungan antara frekuensi f (Herz = 1/s), panjang gelombang (m),
dan laju gelombang harmonik V (m/s), dinyatakan dalam bentuk persamaan:
V = f = /T
Waktu

antara

gangguan

tertentu

dengan

gangguan

berikutnya

disebut

perioda () dan jarak antara puncak gelombang disebut panjang gelombang ( ).


Sedang frekuensi (f) adalah jumlah getaran yang dihasilkan perdetik, dan amplitudo
adalah perpindahan maksimum dari partikel yang bergetar pada posisi yang tetap.

A
V

Pada gambar diatas, fungsi sinus yang menggambarkan simpangan adalah:


y(x) = A sin kx, dengan A: amplitudo, dan k: konstanta (bilangan gelombang)
Jika kita tinjau dari titik x 1 ke titik lain sejauh satu panjang gelombang, x 2 = x 1 + ,
maka argumen fungsi sinus berubah sebesar 2. Jadi diperoleh:
k(x 1 + ) = k x 1 + 2, maka k = 2, atau k =

Untuk menggambarkan gelombang yang sedang menjalar ke kanan dengan laju V,


maka x diganti dengan (x Vt) pada persamaan y(x) = A sin kx.
Jadi fungsi gelombangnya adalah:
y(x,t) = A sin k (x - Vt) = A sin (kx - kVt)
atau y(x,t) = A sin (kx - t), dengan = k V, dan = 2f = 2/T,
jadi k = 2/ , dan 2f = kV , atau V = f
11.3. Resonansi
Resonansi adalah peristiwa bergetarnya suatu benda akibat adanya sumber getar
(benda yang bergetar). Resonansi akustik terjadi, bila sebuah benda bergetar
disebabkan oleh gelombang bunyi yang mempunyai frekuensi yang sama seperti
frekuensi dasarnya pada getaran. Hal ini disebabkan adanya suatu gaya yang
membangun suatu getaran bebas dengan amplitudo yang tinggi.
Tinjau gelombang berdiri pada tali yang terikat di kedua ujungnya. Untuk masingmasing harmonik, ada titik-titik tertentu pada tali yang bergerak. Misalnya, titik
tengah yang tidak bergerak disebut titik simpul dan pertengahan diantara masingmasing pasangan simpul adalah titik amplitudo maksimum getaran yang disebut perut
(lihat gambar).

Kita dapat menghubungkan frekuensi resonansi dengan laju gelombang dalam tali dan
panjang tali. Pada gambar diatas terlihat bahwa panjang tali L sama dengan setengah
panjang gelombang untuk harmonik pertama, dua kali setengah panjang gelombang
untuk harmonik kedua, 3/2. untuk harmonik ketiga, dan seterusnya. Secara umum
untuk harmonik ke n, diperoleh:
L=n

n
, untuk n = 1, 2, 3,. (syarat gelombang berdiri kedua ujung terikat).
2

Frekuensinya dapat dinyatakan: f n =


untuk n =1, 2, 3,

V
, atau f n = n V/2L= nf 1 ,
2L / n

11.4. Bunyi dan Resonansi Sumber Bunyi


Gelombang bunyi merupakan gelombang longitudinal yang terjadi karena perapatan
dan perenggangan dalam medium gas, cair dan padat. Gelombang itu dihasilkan ketika
sebuah benda, seperti garpu tala atau senar biola yang digetarkan dan menyebabkan
gangguan kerapatan medium. Gangguan dijalarkan di dalam medium melalui interaksi
molekul-molekulnya. Getran molekul tersebut berlangsung sepanjang arah perjalanan
gelombang. Seperti dalam kasus gelombang pada tali, hanya gangguan yang
dijalarkan, sementara molekul-molekul itu sendiri hanya bergetar ke belakang dan ke
depan disekitar posisi keseimbangan.
Jika senar gitar yang terikat kedua ujungnya digetarkan, maka akan terbentuk
gelombang berdiri dalam udara sekitarnya, dan akan diteruskan ke telinga sebagai
musik. Suara yang sampai di telinga kita berasal dari getaran yang dijalarkan di udara
ke dalam telinga, dan telinga kita menerima suatu pesan yang khas dari setiap alat
musik. Salah satu contoh dari bunyi yang berasal dari kolom yang bergetar adalah pipa
organa. Perhatikan pipa organa terbuka dan tertutup pada gambar berikut:

nada dasar

nada atas pertama

nada dasar

nada atas pertama

Soal:
1. Sebuah pipa organa tertutup, ketika ditiup memberikan nada pertama. Jika
panjang pipa 2 m, dan kecepatan rambat bunyi di udara 320 m/s, hitunglah
frekuensi nada atas pertama, dan nada dasar setelah ujung pipa dibuka.
2. Sebuah alat penggetar mempunyai frekuensi 20 Hz, dan sebuah senar dengan
rapat massa 1,56.104 kg/m yang panjangnya 24 m. Gaya tegang tali (senar)
diatur sedemikian rupa hingga terjadi resonansi. Hitung gaya F dengan
resonansi yang terjadi 2 simpul (n = 2).

11.5. Laju Gelombang Bunyi dan Efek Doppler


Laju gelombang bunyi, seperti laju gelombang pada tali, juga bergantung pada sifat
medium. Untuk gelombang pada fluida (udara atau air), laju gelombang bunyi
dinyatakan sebagai:
V =

, dengan adalah rapat kesetimbangn medium dan B adalah

modulus limbak (bulk modulus). Persamaan diatas ekivalen dengan V =


V=

..T
M

, atau

.R.T , dengan:
T = temperatur mutlak (K), dan = konstanta gas umum = 8,314 J/mol.K.
Untuk udara: = 1,4 , R = 287 J/kgK , M = 29.10-3 kg/mol.

Untuk gelombang bunyi pada suatu batang padat dan panjang, modulus limbak diganti
dengan modulus Young (Y). V =

Berdasarkan efek Doppler bahwa, jika sebuah sumber bunyi bergerak dan pendengar
diam, maka terasa ada perubahan frekuensi. Frekuensi bertambah besar, jika sumber
bergerak mendekati pendengar, dan berkurang jika sumber menjauhi pendengar.
Peristiwa ini tidak hanya berlaku untuk gelombang bunyi saja, melainkan berlaku pula
untuk gelombang elektromagnetik.
Untuk gelombang bunyi dengan kecepatan jauh lebih kecil dari kecepatan cahaya (V =
3.1010

cm/s), hubungan antara kecepatan dan frekuensi dituliskan dalam bentuk

persamaan:
fp =

V Vp
V Vs

f s , dengan V: kecepatan rambat bunyi di udara (m/s), V p :


kecepatan pendengar (m/s), V s : kecepatan sumber bunyi
(m/s), f p : frekuensi yang diterima pendengar (Hz), dan f s :
frekuensi sumber bunyi (Hz).

Soal:
Seorang pendengar bergerak dengan kecepatan 15 m/s. Frekuensi sumber bunyi 1000
Hz dan sumber bunyi bergerak dengan kecepatan 20 m/s, hitunglah frekuensi yang
diterima pendengar: a) jika pendengar dan sumber bunyi saling mendekati, dan saling
menjauhi, b) jika pendengar diam, sumber bunyi mendekati dan menjauhi pendengar,
c) jika sumber bunyi diam, pendengar mendekati dan menjauhi sumber bunyi.

11.6. Daya dan Intensitas Gelombang


Untuk sumber bunyi berupa titik, gelombang akan dipancarkan dalam tiga
dimensi. Gelombang-gelombang bergerak keluar kesemua arah, dan muka gelombang
merupakan lingkaran-lingkaran konsentrik. Untuk gelombang bola atau lingkaran,
sinar merupakan garis-garis radial. Jika sumber titik memancarkan gelombang secara
seragam kesemua arah, energi pada jarak r dari sumber akan terdistribusi secara
seragam pada kulit bila berjari-jari r dan luas 4.r2. Jika P adalah daya yang
dipancarkan oleh sumber, daya persatuan luas pada jarak r dari sumber akan menjadi
P/4.r2. Daya rata-rata persatuan luas yang datang tegak lurus terhadap arah penjalaran
disebut intensitas.
ntensitas gelombang bunyi

I=

Pratarata
, dan satuan intensitas adalah watt per
A

meter kuadrat. Pada jarak r dari sumber titik, besar intensitasnya adalah: I =

Prata rata
4 .r 2

Tingkat intensitas yang dinyatakan dalam satuan desibel (dB), didefinisikan sebagai:
B = 10 log

I
, dengan I adalah intensitas bunyi, dan I0 adalah intensitas acuan
I0

yang diambil sebagai ambang pendengaran, yaitu I 0 = 10-12 W/m2.


Telinga manusia dapat mengakomodasi suatu rentang intensitas gelombang bunyi
yang agak besar, yaitu kira-kira antara 10-12 W/m2 hingga 1 W/m2 (dari 0 dB hingga
120 dB).
Tingkat intensitas dapat dinyatakan dalam bentuk tekanan yaitu:
B = 20 log

Pe
, dengan P e :tekanan efektif, dan P 0 : tekanan acuan = 2.10-5 N/m2.
P0

Perbandingan intensitas bunyi pada jarak yang berbeda dari sumber yang sama

I 2 r12
=
dinyatakan dalam persamaan:
, dengan:
I1 r22
I 1 adalah intensitas bunyi pada jarak r 1 dari sumber,dan I 2 adalah intensitas bunyi
pada jarak r 2 dari sumber.
sumber bunyi

r1

r2

You might also like