You are on page 1of 16

MAKALAH

MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK BUDAYA

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
Krisna Suryani Wijaya

105080501111034

Yustin Tika Oktavia

115080300111057

Arif Udin

115080500111047

Sandi Santoso

125080300111084

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia adalah makhluk yang paling sempurna yang telah diciptakan Tuhan di
muka bumi ini karena manusia memiliki akal pikiran yang dapat berkembang. Hal
inilah yang menjadi kelebihan manusia dibandingkan makhluk-makhluk lain yang
diciptakan Tuhan di muka bumi. Namun, kebutuhan setiap manusia berbeda-beda
berdasarkan lingkungan tempat tinggalnya dan akhirnya manusia memiliki kebutuhan
yang sama akan terbentuk menjadi satu kelompok dengan sendirinya, karena sifat akal
manusia yang unik maka akhirnya setiap kelompok akan membuat suatu ciri khas
tersendiri dan akhirnya berbagai macam budaya pun terbentuk.
Dalam kehidupannya manusia menjalani banyak aktifitas, mulai dari aktifitas
pribadi,keluarga, etnis/suku, kelompok dan masyarakat. Dari aktifitas-aktifitas tersebut
kegiatan yangmelibatkannya etnis/sukunya yang memiliki kekhasan tersendiri. Pada
umumnya kegiatan yangterjadi dalam kalangan suatu suku atau etnis merupakan
warisan turun-temurun dari para leluhur-lehuhur mereka. Sedangkan sifat dari
kegiatan-kegiatan tersebut umumnya sacral atau dianggapsuci dan bernilai oleh
kalangan masyarakat suku atau etnis tersebut.
Kegiatan-kegiatan yang telah diwariskan turun-temurun dan dianggap sakral
tersebut biasa kita sebut sebagai budaya. Selain berupa kegiatan-kegiatan budaya dapat
berupa aturan-aturan, nilai-nilai, dan kebiasaan-kebiasaan yang berlaku didalam suatu
kalangan suku atau etnis.Indonesia yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa dan
etnis memiliki berbagai macam budaya yang unik dan memiliki keistimewaan sendiri.
1.2 Rumusan Masalah
1. Hakikat manusia sebagai makhluk budaya.
2. Apresiasi terhadap kemanusiaan dan kebudayaan.
3. Etika dan estetika berbudaya
4. Memanusiakan manusia
5. Problematika kebudayaan
1.3 Tujuan
1. Menganalisis makna manusia sebagai makhluk berbudaya.

2.
3.
4.
5.

Mengetahui hakikat manusia dan kebudayaan


Membedakan antara etika dan estetika berbudaya
Menunjukkan sikap hormat dan menghargai sesame manusia
Memberikan contoh problema kebudayaan

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Hakikat Manusia Sebagai Makhluk Budaya

Manusia adalah salah satu makhluk tuhan di dunia. Makhluk tuhan di alam
fana ini ada empat macam yaitu, alam, tumbuhan, binatang dan manusia. Sifat-sifat
yang dimiliki ke empat makhluk tuhan tersebut sebagai berikut.
1.
2.
3.
4.

Alam memiliki sifat wujud


Tumbuhan memiliki sifat wujud dan hidup
Binatang memiliki sifat wujud, hidup dan dibekali nafsu.
Manusia memiliki sifat wujud, hidup, dibekali nafsu, serta akal budi.
Akal budi merupakan pemberian sekalikigus potensi dalam diri manusia yang

tidak dimiliki makhluk lain. Kelebihan manusia disbanding makhluk lain terletak pada
akal budi. Anugrah tuhan akan akal budilah yang membedakan manusia dari makhluk
lain. Akal adalah kemampuan berpikir manusia sebagai kodrat alami yang dimiliki.
Berpikir merupakan perpuatan oprasional dari akal yang meendorong untuk aktif
berbuat demi kepentingan dan peningkatan hidup manusia. Jadi, fungsi dari akal
adalah

berpikir.

Karena

manusia

dianugrahi

akal

maka

manusia

dapat

berpikir.kemampuan berpikir manusia juga digunakan untuk memecahkan masalahmasalah hidup yang di hadapinya.
Dengan

akal

budinya

manusia

mampu

menciptakan,

mengkreasi,

memperlakukan, memperbaharui, memperbaiki, mengembangakan dan meningkatkan


suatu yang ada untuk kepentingan hidup manusia. Kepentingan hidup manusia adalah
dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan hidup. Secara umum kebutuhan manusia
dalam kehidupan dibedakan menjadi dua. Pertama, kebutuhan yang bersifat kebendaan
(sarana-prasarana) atau badani/ragawi atau jasmani/biologis. Contohnya adalah
makanan, minum, bernafas, istirahat dan seterusnya. Kedua, kebutuhan yang bersifat
rohani atau mental atau psikologi. Contohnya adalah kasih saying, pujian, perasaan
aman, kebebasan, dan lain sebagainya.
Abraham Maslow seorang ahli psikologi, perpendapat bahwa kebutuhan
manusia dalam hidup dibagi menjadi 5 tingkatan. Kelima tingkatan tersebut adalh
sebagai berikut.

1. Kebutuhan fisiologis (physiological nieeds). Kebutuhan ini merupakan kebutuhan


dasar, primer, dan vital. Kebutuhan ini menyangkut fungsi-fungsi biologis dasar dari
organism manusia, seperti kebutuhan akan makanan, pakaian, tempat tinggal,
sembuh dari sakit, kebutuhan seks, dsb.
2. Kebutuhan akan rasa aman dan perlindungan (safety dan security needs).
Kebutuhan ini menyangkup perasaan, seperti bebas dari rasa takut, terlindung dari
bahaya dan ancaman penyakit, perang, kemiskinan, kelaparan, perlakuan tidak adil,
dsb.
3. Kebutuhan sosial (social needs). Kebutuhan ini meliputi kebutuhan akan dicintai
diperhitungkan sebagai peribadi, diakui sebagai anggota kelompok, rasa setia
kawan, kerjasama, persahabatan, interaksi, dsb.
4. Kebutuhan akan penghargaan (esteem needs). Kebutuhan ini meliputi kebutuhan
dihargainya kemampuan, kedudukan, jabatan, status, pangkat, dsb.
5. Kebutuhan akan aktualisasi diri (self actualization). Kebutuhan ini meliputi
kebutuhan untuk memeksimalkan penggunaan potensi-potensi, kemmpuan, bakat,
kreativitas, ekspresi diri, prestasi, dsb.

Secara hierarkis, tingkatan kebutuhan manusia menurut A. Maslow dapat


digambarkan dalam bentuk piramida sebagai berikut:
Aktualisasi diri

5
4
3
2
1

Penghargaan
Sosial
Rasa aman
Fisiologis

Dengan akal budi, manusia tidak hanya memenuhi kebutuhan hidup, tetapi juga
mampu mempertahankan serta meningkatkan derajatnya sebagai makhluk yang tinggi
bila dibandingkan dengan makhluk lain. Manusia tidak sekedar homo, tetapi human
(manusia yang memanusiawi). Dengan demikian, manusia memiliki dan mampu
mengembangkan sisi kemanusiaannya.
Dengan akal budi, manusia mampu menciptakan kebudayaan. Kebudayaan
pada dasarnya adalah hasil akal budi manusia dalam interaksinya, baik dengan alam
maupun manusia lainnya. Manusia merupakan makhluk yang berbudaya. Manusia
adalah pencipta kebudayaan.

2.2

Appresiasi Terhadap Kemanusiaan Dan Kebudayaan

2.2.1 Manusia dan Kemanusiaan


Kemanusiaan berarti hakikat dan sifat-sifat khas manusia sebagai makhluk
yang tinggi harkat dan martabatnya. Kemanusiaan menggambarkan ungkapan akan
hakikat dan sifat yang seharusnya dimiliki oleh makhluk yang bernama manusia.

Kemanusiaan merupakan prinsip atau nilai yang berisi keharusan/tuntutan untuk


berkesesuaian dengan hakikat dari manusia.
Hakikat manusia Indonesia berdasarakan pancasila sering dikenal dengan
sebutan hakikat kodrat monopluralis. Hakikat manusia terdiri atas :
1. Monodualis susunan kodrat manusia yang terdiri dari aspek keragaman, meliputi
wujud mateeri anorganis benda mati, vegetative, dan animalis, serta aspek
kejiwaan meliputi cipta, rasa dan karsa.
2. Monodualis sifat kodrat manusia terdiri atas segi individu dan segi social
3. Monodualis kedudukan kodrat meliputi segi keberdaan manusia sebagai makhluk
yang berkepribadian merdeka (berdiri sendiri)sekaligus juga menunjukan
keterbatasannya sebagai makhluk tuhan.
Hakikat manusia harus dipandang secara utuh. Manusia merupakan makhluk
tuhan yang paling sempurna karena ia dibekali akal budi. Manusia memiliki harkat
dan derajat yang lebih tinggi. Harkat adalah nilai, sedangkan derajat adalah
kedudukan. Pandangan demikian berdasarkan pada ajaran agama yang diyakini
manusia sendiri.
Karena manusia memiliki haarkat dan derajat yang tinggi maka hendaknya
manusia

mempertahankan

hal

tersebut.

Dalam

upaya

meningkatkan

dan

mempertahankan harkat dan martabatnya tersebut, maka prinsip kemanusiaan


berbicara. Prinsip kemanusiaan mengandung arti adanya penghargaan dan
penghormatan terhadap harkat dan martabat manusia yang luhur itu. Semua manusia
adalah luhur, karena itu manusia tidak harus dibedakan perlakuannya hanya karena
perbedaan suku, ras, keyakinan, status social ekonomi, asal usul, dan sebagainya.
2.2.2

Manusia dan Kebudayaan


Kebudayan berasal dari bahasa sanskerta, yaitu buddhayah yang merupakan
bentukjamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan

dengan budi dan akal. Ada pendapat lain mengatakan budaya berasal dari kata budi
dan daya. Budi merupakan unsure rohani. Sedangkan daya adalah unsure jasmani
manusia. Dengan demikian, budaya merupakan hasil budi dan daya dari manusia.
Definisi kebudayaan telah banyak dikemukakan oleh para ahli.beberapa
contoh sebagai berikut.
a. Herskovits memandang kebudayan sebagai sesuatu yang turun-menurun dari satu
generasi ke generasi yang lain,kemudian disebut sebagai superorganik.
b. Andreas Eppink menyatakan bahwa bebudayaan mengandung keseluruhan
pengertian, nlai, norma, ilmu pengetahuan, serta keseluruhan struktur-struktur
social,religious, dan lain-lain, ditambah lagi dengan segala pernyataan intelektual
dan artistic yang menjadi cirri khas suatu masyarakat.
c. Edward B. Taylor mengemukakan bahwa kebudayan merupakan keseluruhan
yang kompleks, yang didalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan,
kesenian, moral, hokum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang
didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
d. Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi mengatakan kebudayaan adalah sarana
hasil karya, rsa, dan cipta masyarakat.
e. Koetjaraningrat berpendapat bahwa kebudayaan adalah keseluruhan gagasan dan
karya manusia yang harusa dibiasakan dengan belajar beserta hasil dari hasil budi
pekerti.
Dari berbagai definisi tersebut,dapat diperoleh pengertian kebudayaan
sebagai system pengetahuan yang meliputu system idea tau gagasan yang terdapat
dalam pikiran manusia, sehingga dalam bentuk sehari-hari, kebudayaan itu bersifat
abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh
manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang
bersifat nyata. Misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi social,
religi, seni, dan lain-lain, yang semuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam
melangsungkan hidup bermasyarakat.

J.J. Hoeningman membagi wujud kebudayaan menjadi tiga, yaitu gagasan,


aktivitas, dan artefak.
a. Gagasan (wujud ideal)
Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan
ide, gagasan, nilai, moral, peraturan, dan sebagainya yang bersifat abstrak, tidak
dapat diraba dan disentuh.
b. Aktivitas (tindakan)
Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu berpola dari manusia
dalam masyarakt itu. Wujud itu sering pula disebut dengan system social. System
social ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang salingberinteraksi,
mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut polo-pola
tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam
kehidupan sehari-hari, dan dapat dapat diamati dan didokumentasi.
c. Artefak (karya)
Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang merupakan hasil aktifitas,
perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyaraktberupa benda-benda atau
hal-ahal yang dapat diraba, dilihat, atau di dokumentasikan. Sifatnya paling
konkret diantara tiga wujud kebudayaan.
Koentjaraningrat membagi wujud kebudayaan menjadi tiga pula, yaitu
a. Suatu komplek ide, gagasan, nilai, norma dan sebagainya.
b. Suatu komplek aktivitas atau tindakan berpola dari manusia dalam
masyarakat.
c. Suatu benda-benda hasil karya manusia.
Sedangkan mengenai unsure kebudayaan, dikenal adanya tujuh unsure
kebudayaan yang bersifat universal. Ketujuh unsure tersebut dikatakan universal
karena dapat dijumpai dalam setiap kebudayaan dimanapun dan kapan pun berada.
Tujuh unsur kebudayaan tersebut, yaitu
a.
b.
c.
d.

System peralatan dan perlengkapam hidup (teknologi)


System mata pencaharian hidup
System kemasyarakatan dan organisasi social
Bahasa

e. Kesenial
f. System pengetahuan
g. System religi
Terciptanya kebudayaan adalah hasil interaksi manusia dengan segala isi
alam raya ini. Hasil interaksi binatang dengan alam sekitar tidak membentuk
kebudayaan, tetapi hanya menghasilkan pembiasaaan saja. Hal ini karena binatang
tidak dibekali akal budi, tetapi hanya nafsu dan naluri tingkat rendah.
Karena manusia pencipta kebudayaan maka manusia adalah makhluk
berbudaya. Kebudayaan adalah ekspresi eksistensi manusia di dunia. Dengan
kebudayaannya, manusia mampu menampakakan jejak-jejaknya dalam panggung
sejarah dunia.

2.3 Etika Dan Astetika Berbudaya


2.3.1 Etika Manusia dan Berbudaya
Etika memiliki makna yang bervariasi. Bertens menyebutkan ada tiga jenis
makna etika sebagai berikut.
a. Etika dalam arti nilai-nilai norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau
kelopok orang dalam mengatur tingkah laku.
b. Etika dalam arti kumpulan asa atau nilai moral (yang dimaksud disini adalah
kode etik).
c. Etika dalam arti ilmu atau ajaran tentang yang baik atau yang buruk. Disini etika
sam artinya dengan filsafat moral.

Norma etik ditujukan kepada umat mnusia agar terbentuk kebaikan akhlak
pribadi guna penyempurnaan manusia dan melarang manusia melakukan perbuatan
jahat. Membunuh, berzina, mencuri, dan sebagainya tidak hanya dilarang oleh
norma kepercayaan atau keagamaan saja, tetapi dirasakan juga sebagai bertentangan
dengan (norma) kesusilaan dalam setiap ati nuran manusia. Norma etik hanya
membebani manusia dengan kewajiban-kewajiban saja.
Asal atau sumber norma etik adalah dari manusia sendiri yang bersifat
otonom dan tidak ditujukan kepada sikap lahir,tetapi ditujukan kepada sikap batin
manusia. Batinya sendirilah yang mengancam perbuatan yang melanggar norma
kesusilaan dengan sanksi. Tidak ada kekuasaan didalam dirinya yang memaksakan
sanksi itu. Kalau terjadi pelanggaran norma etik, misalnya pencurian atau penipuan,
maka akan timbulah dalam hati nurani si pelanggar itu rasa penyesalan, rasa malu,
takut, dan merasa bersalah.
Norma etik atau norma moral menjadi acuan manusia dalam berperilaku.
Dengan norma etik, manusia bias membedakan mana perilaku yang baik dan mana
perilaku yang buruk. Norma etk menjadi semacam das sollen untuk berperilaku
baik. Manusia yang beretika berarti perilaku manusia itu baik sesuai dengan normanorma etik.
Budaya atau kebudayaan adalah hasil cipta, ras, dan karsa manusia. Manusia
yang beretikan akan menghasilkan budaya yang memiliki nilai-nilai etik pula. Etika
berbudaya mengandung tuntutan/keharusan bahwa budaya yang diciptakan manusia
mengandung nilai-nilai etik yang kurang lebih bersifat universal atau diterima
sebagian besar orang. Budaya yang memiliki nilai-nilai etik adalah budaya yang
mampu menjaga, mempertahankan, bahkan mampu meningkatan harkat dan
martabat manusia itu sendiri. Sebaliknya, budaya yang tidak beretika adalah
kebudayaan yang akan merendahkan atau bahkan menghancurkan martabat
manusia.

Namun demikian, menentukan apakaah suatu budaya yang dihasilkan


manusia itu memenuhi nilai-nilai etik ataukah menyimpang dari nilai etika adalah
bergantung dari paham atau ideology yang diyakini masyarakat pendukng
kebudayaan. Hal ini dikarenakan berlakunya nilai-nilai etik bersifat ubiversal,
namun amat dipengaruhi oleh ideology masyarakatnya.
2.4 Memanusiakan Manusia
Memanusiakan manusia berarti perilaku manusia untuk senantiasa
menghargai dan menghormati harkat dan derajat manusia lainnya. Memanusiakan
manusia adalah tidak menindas sesame, tidak menghardik, tidak bersifat kasar, tidak
menyakiti, dan perilaku-perilaku buruk lainya.
Memanusiakan manusia berarti pula perilaku mamanusiawikan antar
sesame. Memanusiakan manusia memberi keuntungan bagi diri sendiri maupun
orang lain. Bagi diri sendiri akan menunjukkan harga diri dan nilai luhur pribadinya
sebagai manusia. Sedangkan bagi orang lain akan memberikan rasa percaya, rasa
hormat, kedamaian, dan kesejahteraan hidup.
Sebaliknya, sikap tidak memanusiawi terhadap manusialain hanya akan
merendahkan harga diri dan martabatnyasebagai manusia yang sesungguhnya
makhluk mulia. Sedangkan bagi orang lain sebagai korban tindakan yang tidak
manusiawi akan menciptakan penderitaan, kesusahan, ketakutan, perasaan dendam
dan sebagainya.
Sikap dan perilaku memanusiakan manusia didasarkan atas prinsip
kemanusiaan yang disebut the mankind is one. Prinsip kemanusiaan tidak berbedabeda kita dalam memperlakukan orang lain atas dasar warna kulit, suku, agama, ras,
asal, dan status social ekonomi. Kita tetap harus manusiawi terhadap orang lain, apa
pun latar belakangnya, karena manusia adalah makhluk tuhan yang sam harkat dan
martabatnya. Perilaku yang manusiawi atau memanusiakan manusia adalah sesuai

dengan kodrat manusia. Sebaliknya, perilaku yang tidak manusiawi bertentangan


dengan hakikat kodrat manusia. Perilaku yang tidak memanusiawi pasti akan
mendatangkan kerusakan hidup manusia.

2.5

Problematika Kebudayaan
Kenudayaan yang diciptakan manusia dalam kelompok dan wilayah yang
berbeda-beda menghasilkan keraganman kebudayaan. Tiap persekutuaan hidup
manusia (masyarakat, suku, atau bangsa) memiliki kebudayaan sendiri yang
berbeda dengan kebudayaan kelompok lain. Kebudayaan yang dimiliki kelompok
manusia membentuk cirri dan menjadi perbedaan dengan kelompok lain. Dengan
demikian, kebudayaan merupakan identitas dari persekutuan hidup manusia.
Dalam rangka pemenuhan hidupnya manusia akan berinteraksi dengan
manusia lain, masyarakat berhubungan dengan masyarakat lain, demikian pula
terjadi hubungan antar persekutuan hidup manusia dari waktuke waktu dan terus
berlangsung sepanjang kehidupan manusia. Kebudayaaan yang ada ikut pula
mengalami dinamika seiring dengan dinamika pergaulan hidup manusia sebagai
pemilik kebudayaaan. Berkaitan dengan hal tersebut kita mengenal adanya
pewarisan kebudayaan, perubahan kebudayaan, dan penyebaran kebudayaa.
1. Pewarisan kebudayaan
Pewarisan kebudayana adalah proses pemindahan, penelusuran, pemilikan,
dan pemakaian kebudayaan dari generasi ke generasi secara berkesinambungan.
Pewarisan budaya bersifat vertical artinya budaya diwariskan dari generasi
terdahulu kepada generasi berikutnya untuk digunakan dan selanjutnya diteruskan
kepada generasi yang akan dating.
Pewarisan kebudayaan dapat dilakukan melalui enkulturasi dan sosialisasi.
Enkulturasi atau pembudayaan adalah proses mempelajari dan menyesuaikan
pikiran dan sikap individu dengan system norma, adat dan peraturan hidup dalam

kebudayaannya. Proses enkulturasi dimulai sejak dini, yaitu masa kanak-kanak,


bermula dari lingkungan keluarga, teman-teman sepermainan dan masyarakat luas.
Sosialisasi atau proses permasyarakatan adalah individu menyesuaikan diri dengan
individu lain dalam masyarakatnya.
Dalam hal pewarisan budaya bias muncul masalah antara lain : sesuai atau
tidaknya budaya tersebut dengan dinamika masyarakat saat sekarang, penolakan
generasi penerima terhadap warisan budaya tersebut, dan munculnya budaya baru
yang tidak lagi sesuai dengan budaya warisan.
2. Perubahan Kebudayaan
Perubahan kebudayaan adalah perubahan yang terjadi sebagai akibat adanya
ketidaksesuaian di antara unsure-unsur budaya yang saling berbeda sehingga terjadi
keadaan yang fungsinya tidak serasi dengan kehidupan. Perubahan kebudayaan
mencakupbanyak aspek, baik bentuk, sifat perubahan, dampak perubahan dan
mekanisme yang dilaluinya. Perubahan kebudayaan didalamnya mencangkup
perubahan kebudayaan. Pembangunan dan modernisasi termasuk pula perubahan
kebudayaan.
Perubahan kebudayaan yang terjadi bias memunculkan masalah, antara lain
perubahan akan merugikan manusia jika perubahan tersebut bersifat regress
(kemunduran) bukan progress (kemajuan), perubahan bias berdampak buruk atau
menjadi bencana jika dilakukan melalui revolusi, berlangsung cepat, dan diluar
kendali manusia.
3. Penyebaran Kebudayaan
Penyebaran kebudayaan atau difusi adalah proses menyebarkan unsur-unsur
kebudayaan dari suatu kelompok ke kelompok lain atau suatu masyarakat ke
masyarakat lain. Kebudayaan kelomok masyarakat di suatu wilayah bias menyebar
ke masyarakatwilayah lain. Misalnya, kebudayaan dari masyarakat barat (Negaranegara eropa) masuk dan mempengaruhi kebudayaan timur (bangsa asia dan afrika).
Globalisasi budaya bias dikatakan pula sebagai penyebaran suatu kebudayaan
secara meluas.
Dalam hal ini penyebaran kebudayaan, seorang sejarawan Arnold J. Toynbee
merumuskan beberapa dalil tentang radiasi budaya sebagai berikut.

Pertama, aspek atau unsur budaya selalu masuk tidak secara keseluruhan,
melainkan individual. Kebudayaan barat yang masuk kedunia timur pada abad ke 19
tidak masuk secara keseluruhan. Dunia timur tidak menganbil budaya barat secara
keseluruhan, tetapi unsure tertentu, yaitu teknologi. Teknologi merupakan unsure
yang paling mudah diserap. Industrialisasi di Negara-negara timur merupakan
pengaruh dari kebudayaan barat.
Kedua, kekuatan menembus suatu budaya berbanding terbalik dengan
nilainya. Makin tinggi dan dalam aspek budayanya, makin sulit untuk diterima.
Contoh religis adalah lapisan dalam dari budaya. Religi orang barat (Kristen)sulit
diterima oleh orang timur disbanding teknologinya. Alasanya, religi merupakan
budaya yang paling dalam dan tinggi, sedangkan teknologi merupakan lapisan luar
dari budaya.
Ketiga, jika satu unsure budaya masuk makan akan menarik unsure budaya
lain. Unsur teknologi asing yang diadopsi akan membawa masuk pula nilai budaya
asing melalui orang-orang asing yang bekerja di industry teknologi tersebut.
Keempat, aspek atau unsur budaya yang di tanah asalnya tidak berbahaya,
bisa menjadi bahaya bagi masyarakat yang didatangi. Dalam hal ini, Toynbee
memberikan contoh nasionalisme. Nasionalisme sebagai hasil evolusi social budaya
dan menjadi sebab tunbuhnya Negara-negara nasional di Eropa abad ke-19 justru
memecah belah system kenegaraan di dunia Timut, seperti kesultanan dan
kekhalifahan di Timur Tengah.
Penyebaran kebudayaaan (difusi) bias menimbulkan masalah. Masyarakat
penerima akan kehilangan nilai-nilai budaya lokal sebagai akibat kuatnya budaya
asing yang masuk. Contoh globalisasi budaya yang bersumber dari kebudayaan
barat pada era sekarang ini adalah masuknya nilai-nilai budaya global yang dapat
member dampak negative bagi perilaku sebagai masyarakt Indonesia. Misalnya,
pola hidup konsumtif, hedonism, prasmatis, dan individualistic. Akibatnya, nilai
budaya bangsa seperti rasa kebersamaan dan kekeluargaan lambat laun bias hilang
dari masyarakat Indonesia.

Pada dasarnya, difusi merupakan bentuk kontak antar kebudayaan. Selain


difusi, kontak kebudayaan dapat pula berupa akulturasi dan asimilasi. Akulturasi
berarti pertemuan antara kebudayaan atau lebih yang berbeda. Akulturasi
merupakan kontak antar kedua kebudayaan, namun masing-masing masih
memperlihatkan unsure-unsur budayanya. Asimilasi berarti peleburan antar
kebudayaan yang bertemu. Asimilasi terjadi karena proses yang berlangsung lama
dan intensif antara mereka yang berlainan latar belakang ras, suku, bangsa, dan
kebudayaan. Pada umumnya, asimilasi menghasilkan kebudayaan baru.

BAB III
KESIMPULAN
Kesimpulan dari makalah ini adalah bahwa manusia dan budaya tidak dapat
dipisahkan. Budaya merupakan perwujudan dari ide dan gagasan manusia. Sedangkan
kebudayaan adalah kristalisasi dari berbagai pemikiran manusia. Sehingga tingkat
kebudayaan suatu bangsa akan berbanding lurus dengan tingkat pemikiran dan
peradaban bangsa tersebut. Manusia sebagai pencipta dan pengguna kebudayaan yaitu
manusia yang telah dilengkapi Tuhan dengan akal

dan pikirannya menjadikan

Khalifah di muka bumi dan diberikan kemampuan. Manusia memiliki kemampuan


daya antara lain akal, intelegensi, intuisi, perasaan, emosi, kemauan, fantasi, dan
perilaku.

You might also like