You are on page 1of 9

TEKNOLOGI PEMBENIHAN IKAN LELE

(Clarias sp)

Ikan lele (Clarias sp) merupakan salah satu komoditas perikanan air tawar unggulan
dalam usaha budidaya ikan, selain mudah untuk dibudidayakan juga banyak diminati konsumen
sebagai sumber pangan yang mengandung protein cukup tinggi. Mengingat tingginya permintaan
terhadap komoditas ini maka salah satu jalan pemenuhannya adalah melalui pengembangan
usaha budidaya lele khususnya usaha pembenihan, dengan semakin maraknya usaha
pembesaran ikan lele tentu dibutuhkan pula benih dalam jumlah cukup besar. Untuk mendukung
kebutuhan benih tersebut maka diperlukan usaha pembenihan ikan lele, usaha tersebut dapat
pula dilakukan sendiri oleh masyarakat yang dikenal sebagai UPR (Usaha Pembenihan Rakyat).
Dalam menjalankan usahanya UPR diharapkan tidak hanya memacu besarnya jumlah
produksinya saja tetapi harus lebih mengutamakan mutu benih yang berkualitas.

BIOLOGI IKAN LELE

Lele mempunyai tubuh agak pipih memanjang, tidak bersisik namun berlendir/licin,
berkepala pipih dengan lempeng tulang batok kepala yang keras, sirip dada dilengkapi dengan
patil, mempunyai empat pasang sungut peraba (barbels) yang amat berguna untuk bergerak di
air yang gelap serta sebagai alat penciuman atau peraba pada saat bergerak dan mencari
makan, mempunyai alat pernapasan tambahan (arborescent organ) yang tumbuh pada insang
kedua dan keempat untuk mengambil oksigen langsung dari udara bebas.

Klasifikasi ikan lele dalam SNI induk ikan lele dumbo adalah sebagai berikut :

Filum : Chordata

Kelas : Pisces

Subkelas : Teleostei

Ordo : Ostariophysi

Subordo : Siluroidae

Famili : Clariidae

Genus : Clarias

Spesies : Clarias gareipinus

Habitat lele adalah disungai dengan arus air perlahan, rawa, telaga, waduk, dan air tergenang.
Lele dapat hidup di dataran tinggi ( 700 m dpl) maupun dataran rendah dan relatif tahan
terhadap pencemaran bahan organik. Lele merupakan hewan nokturnal yang aktif bergerak dan
mencari makan pada malam hari, sehingga lele lebih menyukai tempat yang teduh atau gelap.
Pada siang hari, ikan lele berdiam diri dan berlindung di tempat-tempat gelap. Di alam, ikan lele
memijah pada musim penghujan.

Syarat atau parameter kualitas air yang optimal untuk budidaya ikan lele :

- Suhu : 24 - 30 C
- Oksigen : Maks 5 mg/l
- Karbon dioksida : Maks 12 mg/l
- Amoniak : Maks 1 mg/l dan Min 0,1 mg/l
- Nitrit : Maks 0,1 mg/l

PENYIAPAN SARANA PRASARANA

1. Kolam Induk

2. Kolam Pemijahan

3. Kolam Pendederan

4. Ruangan/gudang penyimpan pakan dan peralatan

PEMELIHARAAN INDUK

Pemeliharaan induk dilakukan di kolam Induk yang digunakan sebagai tempat ก menampung
induk maupun calon induk. Pada kolam induk sebaiknya dipisahkan antara induk yang sudah
pernah/baru dipijahkan dengan induk yang belum pernah/baru dipijahkan. Induk jantan dan
betina juga dipelihara secara terpisah dengan padat penebaran 3-5 ekor/m 2. Induk yang telah
matang gonad siap untuk dipijahkan, untuk mempercepat proses kematangan gonad, selama
pemeliharaan induk lele diberi pakan buatan berupa pellet dengan kadar protein 35-38% dan
lemak 7-8%. Pakan buatan diberikan dua kali sehari (pagi dan sore) sebanyak 2% dari bobot
induk yang dipelihara, dapat juga diberikan pakan alternatif berupa cacing, ikan rucah, keong,
bekecot.

PEMILIHAN INDUK LELE YANG BAIK

Jantan Betina
- Bentuk tubuh kekar, mulut membulat, - Bentuk tubuh kekar, dengan kepala lebih
berwarna cerah dan tidak cacat, kepala besar, mulut membulat, perut lebar
lebih kecil dari betina
- Umur minimal 18 bulan dengan berat rata-
- Umur minimal 18 bulan dengan berat rata 250 – 1000 gr/ekor,
rata-rata 500 – 1000 gr/ekor,
- Respon terhadap pakan, tahan penyakit,
- Bukan dari satu keturunan dengan betina gerakan lamban dan cepat tumbuh

- Respon terhadap pakan, tahan penyakit, - Warna kulit dada agak terang
gerakan lincah dan cepat tumbuh
- Bila bagian perut di striping secara manual
- Kulit lebih halus dibanding induk ikan lele dari bagian perut ke arah ekor akan
betina mengeluarkan cairan kekuning-kuningan
(ovum/telur)
- Urogenital papilla (kelamin) agak
menonjol, memanjang ke arah belakang, - Urogenital papilla (kelamin) berbentuk oval
terletak di belakang anus, dan warna (bulat daun), berwarna kemerahan,
kemerahan lubangnya agak lebar dan terletak di
belakang anus
- Perut lebih ramping/langsing dan kenyal,
bila dipijat mengeluarkan cairan putih - Perut membesar ke arah anus, bila diraba
kental (sperma) yang artinya sudah terasa empuk, warna genetalia merah
matang gonad dan siap memijah cerah

 (Anonymous, 2009c)

TEKNIK PEMIJAHAN

Kolam untuk pemijahan dapat berupa kolam tembok, kolam tanah, kolam terpal maupun dengan
bak fiberglass. Kolam pemijahan sebaiknya dilengkapi dengan pipa air masuk dan pembuangan
(saluran masuk dan pengeluaran), kolam berukuran kecil yaitu 2 x 1 x 0,5 m, dibuatkan kakaban
atau sarang untuk bertelur yang terbuat dari ijuk / waring sebagai tempat menempel telur. Kolam
ukuran kecil ini untuk kapasitas satu pasang induk memijah. Sedangkan untuk pemijahan
massal, kolam dapat dibuat lebih besar dengan beberapa sarang di dalamnya.

A. Teknik Pemijahan secara Tradisional

1. Sistem berpasangan
Induk jantan dan betina dipilih yang telah matang gonad sebanyak 1 pasang dilepaskan ke
kolam sekitar pukul 10.00 pagi. Untuk mengetahui induk telah memijah atau belum, perlu
dilakukan pengontrolan setiap hari. Induk memijah dalam sarang yang tersedia dan telur
akan menempel pada ijuk atau kakaban. Telur akan menetas setelah 36 – 48 jam.

2. Sistem Massal

Induk jantan dan betina dipilih yang telah matang gona, Induk yang akan dipijahkan
sebanyak 3 - 5 ekor/m2 dengan perbandingan jantan dan betina 1:2. Induk memijah dalam
sarang yang tersedia dan telur akan menempel pada ijuk atau kakaban. Telur akan menetas
setelah 36 – 48 jam.

B. Teknik Pemijahan Lele Semi Intensif.

Pemijahan ikan lele semi intensif yaitu pemijahan ikan yang terjadi dengan memberikan
rangsangan hormon untuk mempercepat kematangan gonad, tetapi proses ovulasinya terjadi
secara alamiah di kolam. Perkembangan dalam budidaya ikan lele khususnya dalam usaha
pembenihan ikan lele telah mengalami kemajuan yang sangan pesat. Untuk merangsang
pemijahan sekarang dapat digunakan hormon buatan atau hormon sintesis yang banyak
diproduksi di luar negeri. Beberapa jenis hormon sintesis tersebut misalnya Ovaprim, HCG,
LHRH. Hormon Ovaprim dapat di peroleh di toko-toko yang menjual berbagai macam kebutuhan
budidaya perikanan atau toko-toko suplai obat perikanan.

Persyaratan agar penyuntikan dengan hormon dapat efektif maka induk ikan lele harus sudah
mengandung telur yang siap untuk memijah (matang telur). Apabila kondisi induk tidak matang
gonad, tentu injeksi hormon yang dilakukan tidak akan efektif (tidak berhasil).

Menyuntik Induk Lele Dengan Hormon Ovaprim

Urutan pekerjaan pemijahan induk lele secara semi intensif dengan hormon buatan adalah
sebagai berikut :

a. Siapkan alat suntik dan hormon Ovaprim untuk disuntikkan. Gunakan injeksi spuit yang sudah
dibersihkan dengan air panas atau gunakan alat injeksi yang baru.

b. Timbang induk ikan lele (jantan dan betina) dan tentukan dosis Ovaprim.

 Induk yang beratnya ± 1 kg, dosis hormon Ovaprim 0,3-0,5 ml. Bila beratnya 0,5 kg maka
dosis yang diperlukan setengah nya, yakni 0,15 - 0,25 ml (sesuai petunjuk pada wadah
hormon tersebut).

 Sedot dengan alat injeksi spuit sebanyak hormon yang diperlukan, misalnya 0,5 ml.
Usahakan posisi botol dan injeksi spuit tegak lurus, botol berada di atas. Setelah itu,
sedot lagi dengan injeksi spuit yang sama akuades sebanyak 0,5 ml juga untuk
mengencerkannya.

 Setelah disuntik, ikan jantan dan betina dimasukkan ke dalam bak pemijahan.

c. Cara menyuntik

 Tangkap induk lele dengan menggunakan seser induk. Kemudian seorang membantu
memegang induk lele yang hendak disuntik (ikan betina terlebih dahulu) dengan
menggunakan kain untuk menutup dan memegang kepala ikan dan memegang pangkal
ekornya.

 Kemudian suntikkan hormon yang sudah disiapkan tadi ke dalam daging lele di bagian
punggung, setengah dosis di sebelah kiri dan setengah dosis disebelah kanan dengan
kemiringan jarum sunik 30 - 45º. Kedalaman jarum suntik ± 1 cm dan disesuaikan
dengan besar kecilnya tubuh ikan.
 Lakukan penyuntikan secara hati-hati. Setelah larutan hormon didorong masuk, jarum
dicabut lalu bekas suntikkan ditekan/ditutup dangan jari telunjuk beberapa saat agar obat
tidak keluar.

Menyuntik Induk Lele Dengan Hormon Alamiah (Hipofisa)

Hormon ini diambil dari kelenjar hipofisa yang terletak di bagian bawah otak kecil ikan. Setiap
ikan (juga makhluk bertulang belakang lainnya) mempunyai kelenjar hipofisa yang terletak di
bawah otak kecil. Kelenjar hipofisa ini hanya sebesar butir kacang hijau, bahkan lebih kecil.

Untuk menyuntik induk ikan lele diperlukan kelenjar hipofisa yang diambil dari ikan donor,
sedangkan penerimanya disebut resipien. Ikan donor dapat dipilihkan dari ikan lele dumbo, ikan
mas atau ikan lele local. Karena hormon untuk keperluan penyuntikan diambil dari kelenjar
hipofisa maka penyuntikan untuk merangsang pemijahan disebut juga hipofisasi.

a. Dosis hipofisa

Untuk menyuntik induk ikan lele dibutuhkan kelenjar hipofisa adalah 3 dosis. Artinya, seekor
induk lele yang beratnya 1 kg, akan memerlukan kelenjar hipofisa yang berasal dari ikan donor
yang berat badannya 3 x 1 kg. Ikan donor seberat 3 kg itu dapat terdiri atas 3 – 6 ekor yang
masing-masing beratnya antara 0,5 – 1kg.

Sebagai ikan donor sebaiknya dipilihkan ikan yang sudah dewasa. Efektifitas jantan maupun
betina sama saja. Jika dipilihkan ikan donor yang belum dewasa atau tidak matang gonad maka
kadar hormon di dalam kelenjar hipofisanya sedikit.

b. Pengambilan kelenjar hipofisa dan pembuatan ekstrak

Cara mengambil kelenjar hipofisa dari ikan donor adalah sebagai berikut :

1. Ikan donor dipegang pada bagian kepalanya. Bila licin, gunakan kain lap. Sementara bagian
kepala dipegang, bagian badan diletakkan di atas talenan. Kepala ikan donor dipotong di
bagian belakang tutup insangnya hingga kepala putus.

2. Setelah terpotong, bagian atas kepala ikan dipotong di atas mata hingga tulang
tengkoraknya terbuka dan otak kelihatan.

3. Otak ini disingkapkan dengan menggunakan pinset maka di bawah otak akan terlihat
kelenjar hipofisa berwarna putih sebesar butir kacang hijau.

4. Dengan tetap menggunakan pinset, kelenjar hipofisa diangkat kemudian diletakkan di dalam
cawan yang bersih untuk dicuci dengan aquadest hingga darah yang menempel hilang.
Cara membersihkannya dengan di semprot-semprot aquadest menggunakan sebuah
pipet.
5. Setelah butir kelenjar hipofisa itu bersih lalu dimasukkan ke dalam tabung penggerus. Lalu
kelenjar hipofisa tersebut digerus hingga hancur.

6. Selanjutnya, kelenjar tersebut diencerkan dengan 1 ml aquadest. Dengan demikian hormon


GSH yang terkandung di dalam kelenjar hipofisa itu akan terlarut dalam cairan.

7. Larutan tersebut diendapkan beberapa menit hingga kotoran tampak mengendap di dasar.
Cairan bagian atas diambil dengan alat injeksi spuit untuk disuntikkan kepada induk ikan
lele.

c. Penyuntikan ekstrak hipofisa

Hormon di dalam spuit injeksi disuntikkan pada punggung induk ikan lele. Proses penyuntikan
sama seperti pada penggunaan hormon buatan. Setelah disuntik induk ikan lele dimasukkan ke
dalam bak pemijahan.

C. Teknik Pemijahan Buatan / Intensif.

Hormon ovaprim adalah hormone sintetis yang digunakan untuk mempercepat


kematangan gonad induk ikan. Induk dipilih yang sudah hampir matang gonad kemudian
dilakukan pemberokan 1-2 hari, dipelihara dalam air mengalir dan tidak diberi makan. Induk
dilakukan penyuntikan hormon perangsang (ovaprim) dengan dosis 0,5 ml/kg ikan. Penyuntikan
dilakukan dua kali secara intramuskular, penyuntikan pertama dengan dosis 20% dan diencerkan
dengan NaCl Fis sampai 0,8 – 1,0 ml. Penyuntikan kedua dilakukan setelah selang 6 jam dari
penyuntikan pertama. Penyuntikan kedua dengan dosis 80% diencerkan dengan NaCl Fis
sampai 0,8 – 1,0 ml. Penyuntikan dilakukan dibagian kiri dan kanan belakang sirip punggung
dengan posisi jarum suntik membentuk sudut 30- 45 sejajar panjang tubuh.

Sperma untuk fertilisasi diperoleh dari induk jantan donor. Cara pengambilan sperma adalah
sebagai berikut:

 Potong induk donor tepat diantara kepala dan badan.


 Buka rongga perut dari depan ke arah anus.
 Angkat kantong sperma yang berwarna putih susu, berbentuk panjang, pipih dan
bergerigi dari rongga perut kemudian bersihkan.
 Setelah sperma dibersihkan, sperma disimpan di dalam kantong plastic dan dimasukan
ke dalam lemari es pada suhu 2 ˚C.
Proses Pemijahan Buatan

Pengambilan (stripping) telur betina dilakukan 10 – 12 jam setelah penyuntikan kedua (masa
ovulasi telur telah selesai), hal ini ditandai dengan keluarnya beberapa butir telur di dasar bak.
Apabila ovulasi telah terjadi maka sperma harus disiapkan untuk membuahi telur.

Sebelum digunakan sperma yang telah disimpan direndam dalam larutan Na fisiologis untuk
mengembalikan ke suhu normal dan untuk memudahkan saat di potong. Setelah 1 menit
perendaman, kantong sperma dipotong dengan gunting agar sperma di dalamnya dapat
dikeluarkan, kemudian dicampur dengan Na fisiologis di dalam mangkok.

Setelah sperma siap, induk betina di striping untuk mengeluarkan telur. Adapun cara striping
adalah sebagai berikut:

 Kepala induk dipegang menggunakan kain lap agar induk lebih tenang pada saat di stripping.

 Perut induk diurut dari depan ke arah lubang urogenital secara perlahan dan hati-hati.

 Telur yang keluar ditampung di dalam mangkok yang terbuat dari plastik

Induk distriping sampai tidak ada lagi telur yang keluar, kemudian telur dicampur dengan
sperma menggunakan bulu ayam dan diaduk perlahan-lahan selama 1 -3 menit searah jarum
jam. Sebelum ditebar telur dan sperma yang telah diaduk dibilas dengan air untuk membersihkan
sisa sperma yang mati dan tidak membuahi telur serta lendir yang melekat pada telur. Setelah itu
telur dapat ditebar pada kolam, fiber atau aquarium, tetapi agar lebih mudah diamati lebih baik
menggunakan aquarium.

Penebaran dilakukan menggunakan bulu ayam (karena daya lekat telur pada bulu ayam lebih
kecil dibandingkan pada benda lain), agar telur dapat merata ke seluruh dasar bak/aquarium
diisarankan agar telur jangan langsung dituang ke dalam wadah, karena telur akan bergerombol.
Hal ini akan meningkatkan kemungkinan telur terserang jamur dan tidak menetas.

Kemudian telur siap di tebar di kolam dan diaerasi setelah itu biarkan menetas. Dalam
pelaksanaan penetasan telur parameter kualitas air harus di jaga terutama suhu, kecerahan, dan
kandungan oksigen terlarut. Telur ikan biasanya akan menetas dalam jangka waktu 20-36 jam
pada suhu 28 oC

PENDEDERAN

Setelah berhasil dipijahkan Induk Jantan dan betina dipindah ke kolam pemeliharaan
induk. Seandainya telur yang dihasilkan dirasa terlalu banyak (untuk mengurangi kepadatan)
sebaiknya dibagi dalam beberapa bak penetasan telur/ kolam pendederan dengan memindahkan
ijuk tempat telur menempel. Apabila telur ditetaskan dalam kolam pemijahan maka lama
pemeliharaan benih di tempat pemijahan  2-3 minggu. Setelah telur menetas pada hari kedua
benih lele diberi pakan tambahan berupa pakan alami seperti : artemia, kutu air dan cacing sutra.

Pemindahan benih dilakukan dengan cara membuka saluran pengeluaran dan benih
ditampung dengan wadah baru kemudian didederkan, sebaiknya pemindahan dilakukan saat
suhu masih rendah, terutama pagi hari.

Kolam pendederan sebaiknya diberi atap agar tidak terkena sinar matahari secara
langsung (maupun air hujan) untuk menghindari fluktuasi suhu mendadak. Penebaran benih
sebaiknya dilakukan pagi atau sore hari pada saat suhu rendah. Untuk benih ukuran 1-2 cm
padat tebar ideal 3000-5000 ekor/ m2, benih ukuran 2-3 cm padat tebar ideal 2000-3000 ekor/m 2.
Selama pemeliharaan benih diberi pakan pelet berkadar protein 40%. Pemberian pakan
dilakukan 3 kali sehari dengan dosis 10-25% dari total bobot benih. Masa pendederan benih
dipelihara selama 1-2 bulan atau tergantung kebutuhan.

PEMANENAN DAN PENGEPAKAN BENIH

Benih Lele dipanen melalui pintu pengeluaran atau ditangkap dengan seser/serok atau alat yang
lain kemudian ditampung dalam bak, happa atau tong plastik untuk membuang kotoran yang
menempel pada tubuh lele.

Pengepakan dan pengangkutan dapat dilakukan dengan sistem terbuka maupun tertutup.
Pengangkutan sistem tertutup adalah untuk benih yang berukuran kecil dengan menggunakan
oksigen pada kantong plastik. Sedangkan pengangkutan sistem terbuka dilakukan untuk benih
lele yang berukuran besar (20-50 gram/ekor) dapat diangkut dengan menggunakan wadah
jerigen plastik maupun blung.

Air yang digunakan untuk pengangkutan sebaiknya diendapkan 1 – 3 hari dengan diberi aerasi
(untuk untuk menghindari gas beracun). Sebelum diangkut benih dipuasakan beberapa jam agar
selama pengangkutan tidak mengeluarkan kotoran.

Kepadatan
Sistem Waktu (jam) Keterangan
(ekor/liter air)
Terbuka <7 250 Jerigen plastik

Terbuka 4–8 250 Jerigen plastik

Tertutup <7 200 Kantong plastik

Tertutup 4–8 150 Kantong plastik

Tertutup 8 – 24 150 Kantong plastik

tertutup >24 75 Kantong plastik


Sumber : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan, Departemen Pertanian 1992
Kapasitas kantong plastik antara 2 – 20 liter, tergantung jumlah benih yang diangkut. Setelah
benih berada dalam kantong plastik, diberi oksigen kemudian ujung plastik diikat. Benih siap
diangkut.

You might also like