Professional Documents
Culture Documents
ARTIKEL
Disusun Untuk Memahami Prilaku Anak ‐ Anak
Agus Muhardi
SITUS INFORMASI SEPUTAR AUTISME
http://www.autis.info/
1
2
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Judul Artikel ................................................................................ i
Daftar Isi ................................................................................................... ii
A. Apa itu Autisme........................................................... 1
C. Kenali Autisme ........................................................... 4
D. Jenis Autisme .............................................................. 7
E. Mitos Tentang Autisme.............................................. 14
B. Terapi Biomedik ....................................................... 20
D. Integrasi Sensori ....................................................... 26
Daftar Riwayat Hidup .......................................................................... 38
3
BAB I
TENTANG AUTISME
A. Apa itu Autisme
Autisme adalah gangguan perkembangan yang sangat kompleks pada anak,
yang gejalanya sudah timbul sebelum anak itu mencapai usia tiga tahun.
fungsi otak sedemikian rupa sehingga anak tidak mampu berinteraksi dan
berkomunikasi dengan dunia luar secara efektif. Gejala yang sangat menonjol
adalah sikap anak yang cenderung tidak mempedulikan lingkungan dan orang‐
seakan hidup dalam dunianya sendiri. Anak autistik juga mengalami kesulitan
dalam memahami bahasa dan berkomunikasi secara verbal.
sebagainya.
agresif atau menyakiti diri, tapi ada pula yang pasif. Mereka cenderung sangat
tanpa sebab yang jelas.
4
Selain berbeda dalam jenis gejalanya, intensitas gejala autisme juga berbeda‐
beda, dari sangat ringan sampai sangat berat.
masing individu, maka saat ini gangguan perkembangan ini lebih sering
Autistik (GSA).
Autisme dapat terjadi pada siapa saja, tanpa membedakan warna kulit,
ASD/GSA memiliki IQ yang rendah. Sebagian dari mereka dapat mencapai
pendidikan di perguruan tinggi. Bahkan ada pula yang memiliki kemampuan
luar biasa di bidang tertentu (musik, matematika, menggambar).
Prevalensi autisme menigkat dengan sangat mengkhawatirkan dari tahun ke
tahun. Menurut Autism Research Institute di San Diego, jumlah individu
autistik pada tahun 1987 diperkirakan 1:5000 anak. Jumlah ini meningkat
dengan sangat pesat dan pada tahun 2005 sudah menjadi 1:160 anak. Di
Indonesia belum ada data yang akurat oleh karena belum ada pusat registrasi
untuk autisme. Namun diperkirakan angka di Indonesia pun mendekati angka
di atas. Autisme lebih banyak terjadi pada pria daripada wanita, dengan
perbandingan 4:1
5
B. Deteksi Dini Autisme
Bila gejala autisme dapat dideteksi sejak dini dan kemudian dilakukan
penanganan yang tepat dan intensif, kita dapat membantu anak autis untuk
berkembang secara optimal.
suatu checklist yang dinamakan M‐CHAT (Modified Checklist for Autism in
Toddlers). Berikut adalah pertanyaan penting bagi orangtua:
1. Apakah anak anda tertarik pada anak‐anak lain?
2. Apakah anak anda dapat menunjuk untuk memberitahu ketertarikannya
pada sesuatu?
pada orangtua?
4. Apakah anak anda dapat meniru tingkah laku anda?
5. Apakah anak anda berespon bila dipanggil namanya?
6. Bila anda menunjuk mainan dari jarak jauh, apakah anak anda akan
melihat ke arah mainan tersebut?
Bila jawaban anda TIDAK pada 2 pertanyaan atau lebih, maka anda
sebaiknya berkonsultasi dengan profesional yang ahli dalam perkembangan
anak dan mendalami bidang autisme.
6
C. Kenali Autisme
setidaknya setengah dari daftar tanda‐tanda yang disebutkan di bawah ini.
Gejala‐gejala autisme dapat berkisar dari ringan hingga berat dan intensitasnya
berbeda antara masing‐masing individu.
separuh dari gejala‐gejala ini :
Sulit bersosialisasi dengan anak‐anak lainnya
Tertawa atau tergelak tidak pada tempatnya
Tidak pernah atau jarang sekali kontak mata
Tidak peka terhadap rasa sakit
Lebih suka menyendiri; sifatnya agak menjauhkan diri.
Suka benda‐benda yang berputar / memutarkan benda
7
Ketertarikan pada satu benda secara berlebihan
Hiperaktif/melakukan kegiatan fisik secara berlebihan
atau malah tidak melakukan apapun (terlalu pendiam)
Kesulitan dalam mengutarakan kebutuhannya; suka
daripada kata‐kata
hal‐hal yang bersifat rutin
Tidak peduli bahaya
lama
Echolalia (mengulangi kata atau kalimat, tidak
berbahasa biasa)
Tidak suka dipeluk (disayang) atau menyayangi
8
seperti orang tuli
Tidak berminat terhadap metode pengajaran yang biasa
Tentrums – suka mengamuk/memperlihatkan kesedihan
tanpa alasan yang jelas
Kecakapan motorik kasar/motorik halus yang seimbang
yang ahli untuk memperoleh diagnosa lengkap.
9
D. Jenis Autisme
1. Autisme Masa kanak ( Childhood Autism )
Autisme Masa Kanak adalah gangguan perkembangan pada anak
tahun. Perkembangan yang terganggu adalah dalam bidang :
ditunjukkan dibawah ini :
berkembang.
bicara.
memelihara suatu pembicaraan dua arah yang baik.
o Bahasa yang tidak lazim yang diulang‐ulang atau stereotipik.
permainannya kurang variatif.
b. Interaksi sosial : adanya gangguan dalam kualitas interaksi social :
maupun postur dan gerak tubuh, untuk berinteraksi secara layak.
sebaya, dimana mereka bisa berbagi emosi, aktivitas, dan interes
bersama.
10
o Ketidak mampuan untuk berempati, untuk membaca emosi orang
lain.
berbagi kesenangan dan melakukan sesuatu bersama‐sama.
c. Perilaku : aktivitas, perilaku dan interesnya sangat terbatas, diulang‐
ulang dan stereotipik seperti dibawah ini :
berjam‐jam.
o Adanya suatu kelekatan pada suatu rutin atau ritual yang tidak
berguna, misalnya kalau mau tidur harus cuci kaki dulu, sikat
ketempat tidur. Bila ada satu diatas yang terlewat atau terbalik
teriak minta diulang.
jari dengan cara tertentu dan mengetok‐ngetokkan sesuatu.
suara‐suara tertentu.
11
Anak‐anak ini sering juga menunjukkan emosi yang tak wajar, temper
tantrum (ngamuk tak terkendali), tertawa dan menangis tanpa sebab, ada juga
rasa takut yang tak wajar.
Kecuali gangguan emosi sering pula anak‐anak ini menunjukkan gangguan
benda, tak suka kalau dipeluk atau dielus.
Autisme Masa Kanak lebih sering terjadi pada anak laki‐laki daripada anak
perempuan dengan perbandingan 3 : 1.
2. PDD‐NOS ‐ Gangguan Perkembangan Pervasif YTT (PDD‐NOS)
dalam bidang komunikasi, interaksi maupun perilaku, namun gejalanya
tidak sebanyak seperti pada Autisme Masa kanak.
kadang anak‐anak ini masih bisa bertatap mata, ekspresi fasial tidak
terlalu datar, dan masih bisa diajak bergurau.
3. Sindroma Rett
normal pada saat lahir.
tangannya seperti orang sedang mencuci baju.. Hal ini terjadi antara
umur 6‐30 bulan.
kemunduran psikomotor yang hebat.
Yang sangat khas adalah timbulnya gerakan‐gerakan tangan yang
terus menerus seperti orang yang sedang mencuci baju yang hanya
berhenti bila anak tidur.
(hypotrophik). Pemeriksaan EEG biasanya menunjukkan kelainan.
13
4. Disintegrasi Masa Kanak
Gejalanya biasanya timbul setelah umur 3 tahun.
bicaranya yang mendadak terhenti, tapi juga ia mulai menarik diri dan
juga timbul perilaku berulang‐ulang dan stereotipik.
Bila melihat anak tersebut begitu saja , memang gejalanya menjadi
sangat mirip dengan autisme.
5. Sindrom Asperger
lebih banyak terdapat pada anak laki‐laki daripada wanita.
Autisme.
terganggu. Bicaranya tepat waktu dan cukup lancar, meskipun ada juga
yang bicaranya agak terlambat. Namun meskipun mereka pandai bicara,
biasanya jalannya searah, dimana anak banyak bicara mengenai apa yang
bicaranya merasa tertarik atau tidak. Seringkali mereka mempunyai cara
bicara dengan tata bahasa yang baku dan dalam berkomunikasi kurang
dibanding anak‐anak lain seumurnya.
tertentu, seperti mobil, pesawat terbang, atau hal‐hal ilmiah lain. Mereka
mempunyai daya ingat yang kuat dan tidak mempunyai kesulitan dalam
pelajaran disekolah.
kaku, dan akan merasa sangat marah bila orang lain melanggar
kuning, membuang sampah dijalan secara sembarangan.
berinteraksi dengan teman sebaya. Mereka lebih tertarik pada buku atau
melihat/menginterpretasikan ekspresi wajah orang lain.
15
seseorang didepan orang tersebut tanpa merasa bersalah (mis. “Ibu, lihat,
bapak itu kepalanya botak dan hidungnya besar ”). Kalau diberi tahu
bahwa tidak boleh mengatakan begitu, ia akan menjawab : “Tapi itu kan
benar Bu.”
stimulasi diri.
16
E. Mitos Tentang Autisme
Mitos : Semua anak dengan autisme memiliki kesulitan belajar.
beberapa anak memiliki kesulitan belajar yang berat, beberapa anak
berhasil di sekolah dan dapat menjadi mandiri ketika ia dewasa.
Mitos : Anak dengan autisme tidak pernah melakukan kontak mata.
Kontak mata yang dilakukan mungkin lebih singkat durasinya atau
berbeda dari anak normal, tetapi mereka mampu melihat orang lain,
lainnya.
Mitos : Anak dengan autisme sulit melakukan komunikasi secara verbal.
Fakta : Banyak anak dengan autisme mampu mengembangkan kemampuan
isyarat, gambar, komputer, atau peralatan elektronik lainnya.
17
Mitos : Anak dengan autisme tidak dapat menunjukkan afeksi.
Fakta : Salah satu mitos tentang autisme yang paling menyedihkan adalah
miskonsepsi bahwa anak dengan autisme tidak dapat memberi dan
dan cara anak.
anak mau mulai membangun hubungan yang lebih dalam. Keluarga
kapasitas anak untuk menjalin hubungan dengan orang lain.
Mitos : Anak dan orang dewasa dengan autisme lebih senang sendirian dan
menutup diri serta tidak peduli dengan orang lain.
Fakta : Anak dan orang dewasa dengan autisme pada dasarnya ingin
keterampilan interaksi sosial yang efektif. Mereka sering kali sangat
sosial dan berempati secara spontan.
18
Mitos : Anak dan orang dewasa dengan autisme tidak dapat mempelajari
keterampilan bersosialisasi.
sendirinya karena pengalaman hidup sehari‐hari.
Mitos : Autisme hanya sebuah fase kehidupan, anak‐anak akan melaluinya.
Fakta : Anak dengan autisme tidak dapat sembuh. Meski demikian, banyak
yang tepat. Anak‐anak lain dengan simtom yang lebih berat akan
hidup mandiri sepenuhnya.
dengan autisme membutuhkan bantuan.
Untuk itu, diperlukan suatu diagnosis yang tepat dan benar untuk seorang
anak dikatakan sebagai autisme. Setelah mendapatkan diagnosis yang tepat,
anak tersebut dapat melakukan suatu terapi. Anak dengan autisme dapat
Salah satu terapi yang dapat dilakukan adalah dengan terapi okupasi. (Dedy
19
Therapist)***
20
BAB II
TERAPI AUTISME
A. Terapi Prilaku
berkekurangan (belum ada) ditambahkan.
Terapi perilaku yang dikenal di seluruh dunia adalah Applied Behavioral
Analysis yang diciptakan oleh O.Ivar Lovaas PhD dari University of California
Los Angeles (UCLA).
reinforcement positif setiap kali anak berespons benar sesuai instruksi yang
diberikan. Tidak ada hukuman (punishment) dalam terapi ini, akan tetapi bila
anak berespons negatif (salah/tidak tepat) atau tidak berespons sama sekali
maka ia tidak mendapatkan reinforcement positif yang ia sukai tersebut.
berespons) terhadap instruksi yang diberikan.
Secara lebih teoritis, prinsip dasar terapi ini dapat dijabarkan sebagai A‐B‐C;
instruksi yang diberikan oleh seseorang kepada anak autis. Melalui gaya
diberikan, dan perilaku tersebut diharapkan cenderung terjadi lagi bila anak
memperoleh Consequence (konsekuensi perilaku, atau kadang berupa imbalan)
yang menyenangkan.
dan kepatuhan anak terhadap aturan. Terapi ini umumnya mendapatkan hasil
yang signifikan bila dilakukan secara intensif, teratur dan konsisten pada usia
dini.
22
B. Terapi Biomedik
Akhir‐akhir ini terapi biomedik banyak diterapkan pada anak dengan ASD.
Hal ini didasarkan atas penemuan‐penemuan para pakar, bahwa pada anak‐
ada, atau bahkan bisa juga bekerja sebagai pencetus dari timbulnya gejala
autisme.
terjadi dari casein dan gluten), gangguan keseimbangan mineral tubuh, dan
keracunan logam berat seperti timbal hitam (Pb), merkuri (Hg), Arsen (As),
Cadmium (Cd) dan Antimoni (Sb). Logam‐logam berat diatas semuanya berupa
racun otak yang kuat.
tersebut diatas dan bila ditemukan, maka harus diperbaiki , dengan demikian
diharapkan bahwa fungsi susunan saraf pusat bisa bekerja dengan lebih baik
sehingga gejala‐gejala autisme berkurang atau bahkan menghilang.
Pemeriksaan yang dilakukan biasanya adalah pemeriksaan laboratorik yang
colonoscopy dilakukan bila ada indikasi.
23
melengkapi terapi yang telah ada dengan memperbaiki “dari dalam”. Dengan
demikian diharapkan bahwa perbaikan akan lebih cepat terjadi.
24
C. Terapi Wicara
bagi orang dewasa maupun anak. Terapis Wicara dapat diminta untuk
berkonsultasi dan konseling; mengevaluasi; memberikan perencanaan maupun
penanganan untuk terapi; dan merujuk sebagai bagian dari tim penanganan
kasus.
Ganguan Komunikasi pada Autistic Spectrum Disorders (ASD):
Bersifat: (1) Verbal; (2) Non‐Verbal; (3) Kombinasi.
Area bantuan dan Terapi yang dapat diberikan oleh Terapis Wicara:
Motor activities sesuai dengan organ bicara yang mengalami kesulitan.
Neuromuscular.
dibawah:
a. Phonology (bahasa bunyi);
b. Semantics (kata), termasuk pengembangan kosa kata;
c. Morphology (perubahan pada kata),
d. Syntax (kalimat), termasuk tata bahasa;
e. Discourse (Pemakaian Bahasa dalam konteks yang lebih luas),
f. Metalinguistics (Bagaimana cara bekerja nya suatu Bahasa) dan;
g. Pragmatics (Bahasa dalam konteks sosial).
4. Suara: Gangguan pada suara adalah Penyimpangandari nada, intensitas,
negatif pada si pembicara, mempengaruhi si pembicara atau pun si
pendengar, dan tidak pantas (inappropriate) untuk umur, jenis kelamin,
atau mungkin budaya dari individu itu sendiri.
pendengaran maka bantuan dan Terapi yang dapat diberikan: (1) Alat
bantu ataupun lainnya yang bersifat medis akan di rujuk pada dokter
komunikasi;
26
PERAN KHUSUS dari Terapi wicara adalah mengajarkan suatu cara untuk
ber KOMUNIKASI:
1. Berbicara:
bahasa reseptif/ ekspresif – kata benda, kata kerja, kemampuan memulai
pembicaraan, dll).
symbol atau bahasa isyarat sebagai kode bahasa; (1) : penggunaan Alat
(sebagai pendamping bagi yang verbal); (2) Alat Bantu itu sendiri
sebagai bahasa bagi yang memang NON‐Verbal.
27
Dimana Terapis Wicara Bekerja:
physioterapis dan Terapis Okupasi).
2. Disekolah Biasa: Tidak Umum di Indonesia. Pada bagian Penerimaan
atau gangguan berbicara tetapi masih dapat ditangani dengan pemberian
terapi pada tahap sekolah biasa.
3. Disekolah Luar Biasa: Pada bagian Terapi wicara, bekerjasama dengan
memberikan konsultasi, konseling, evaluasi dan terapi
4. Pada Klinik Rehabilitasi: Praktek dibawah pengawasan dokter, biasanya
dengan tim rehabilitasi lainnya,
evaluasi dan terapi.
diatas dikarenakan ketidakmungkinan untuk pasien tersebut berpergian
ataupun dengan perjanjian.
28
D. Integrasi Sensori
seluruh rangsang sensoris yang diterima dari tubuh maupun lingkungan, dan
kemudian menghasilkan respons yang terarah.
berarti ketidak mampuan untuk mengolah rangsang sensoris yang diterima.
tubuh, motorik halus, dan motorik kasar. Adanya gangguan dalam ketrampilan
persepsi , kognitif, psikososial, dan mengolah rangsang.
Namun semua gejala ini ada juga pada anak dengan diagnosa yang berbeda,
ditegakkan kalau ada tanda‐tanda gangguan pada Susunan Saraf pusat.
Terapi integrasi sensoris :
o Aktivitas fisik yang terarah, bisa menimbulkan respons yang adaptif yang
makin kompleks. Dengan demikian efisiensi otak makin meningkat.
sehingga ia lebih mampu untuk memperbaiki struktur dan fungsinya.
kompleks , dengan demikian bisa meningkatkan kapasitas untuk belajar.
29
E. Terapi Makanan
Terapi Diet pada Gangguan Autisme
Sampai saat ini belum ada obat atau diet khusus yang dapat memperbaiki
autisme. Seperti diketahui gejala yang timbul pada anak dengan gangguan
tergantung keadaan dan gejala yang timbul, tidak bisa diseragamkan. Namun
akan sulit sekali membuat pedoman diet yang sifatnya sangat individual. Perlu
mengatur makanan dan mengamati gejala yang timbul akibat makanan tertentu
gejala utama yang timbul pada anak. Berikut beberapa contoh diet anak
autisme.
1. Diet tanpa gluten dan tanpa kasein
autisme. Pada umumnya, orangtua mulai dengan diet tanpa gluten dan
mengandung gluten dan kasein.
Gluten adalah protein yang secara alami terdapat dalam keluarga “rumput”
kekuatan dan kekenyalan pada tepung terigu dan tepung bahan sejenis,
timbulnya gejala. Pada umumnya, diet ini tidak sulit dilaksanakan karena
gluten. Beberapa contoh resep masakan yang terdapat pada situs Autis.info
ini diutamakan pada menu diet tanpa gluten dan tanpa kasein. Bila anak
dilihat dalam waktu antara 1‐3 minggu. Apabila setelah beberapa bulan
menjalankan diet tersebut tidak ada kemajuan, berarti diet tersebut tidak
cocok dan anak dapat diberi makanan seperti sebelumnya.
Makanan yang dihindari adalah :
Makanan yang mengandung gluten, yaitu semua makanan dan minuman
yang dibuat dari terigu, havermuth, dan oat misalnya roti, mie, kue‐kue, cake,
biscuit, kue kering, pizza, macaroni, spageti, tepung bumbu, dan sebagainya.
Produk‐produk lain seperti soda kue, baking soda, kaldu instant, saus tomat
dan saus lainnya, serta lada bubuk, mungkin juga menggunakan tepung terigu
label pada kemasannya.
31
Makanan sumber kasein, yaitu susu dan hasil olahnya misalnya, es krim,
keju, mentega, yogurt, dan makanan yang menggunakan campuran susu.
Daging, ikan, atau ayam yang diawetkan dan diolah seperti sosis, kornet,
nugget, hotdog, sarden, daging asap, ikan asap, dan sebagainya. Tempe juga
tidak dianjurkan terutama bagi anak yang alergi terhadap jamur karena
pembuatan tempe menggunakan fermentasi ragi.
Buah dan sayur yang diawetkan seperti buah dan sayur dalam kaleng.
Makanan yang dianjurkan adalah :
Makanan sumber karbohidrat dipilih yang tidak mengandung gluten,
misalnya beras, singkong, ubi, talas, jagung, tepung beras, tapioca, ararut,
maizena, bihun, soun, dan sebagainya.
susu kedelai, daging, dan ikan segar (tidak diawetkan), unggas, telur, udang,
kerang, cumi, tahu, kacang hijau, kacang merah, kacang tolo, kacang mede,
kacang kapri dan kacang‐kacangan lainnya.
Sayuran segar seperti bayam, brokoli, labu siam, labu kuning, kangkung,
tomat, wortel, timun, dan sebagainya.
jeruk, semangka, dan sebagainya.
32
2. Diet anti‐yeast/ragi/jamur
kaitannya dengan gula, maka makanan yang diberikan tanpa menggunakan
gula, yeast, dan jamur.
Makanan yang perlu dihindari adalah :
menggunakan gula dan yeast.
o Semua jenis keju.
o Daging, ikan atau ayam olahan seperti daging asap, sosis, hotdog, kornet,
dan lain‐lain.
mayonnaise, atau salad dressing.
o Semua jenis jamur segar maupun kering misalnya jamur kuping, jamur
merang, dan lain‐lain.
o Buah yang dikeringkan misalnya kismis, aprokot, kurma, pisang, prune,
dan lain‐lain.
minuman yang manis.
o Sisa makanan juga tidak boleh diberikan karena jamur dapat tumbuh
lemari es.
33
Makanan tersebut dianjurkan untuk dihindari 1‐2 minggu. Setelah itu, untuk
mencobanya biasanya diberikan satu per satu. Bila tidak menimbulkan gejala,
berarti dapat dikonsumsi.
Makanan yang dianjurkan adalah :
singkong, jagung, dan tales. Roti atau biscuit dapat diberikan bila dibuat
dari tepaung yang bukan tepung terigu.
o Makanan sumber protein seperti daging, ikan, ayam, udang dan hasil
laut lain yang segar.
kacang tanah tidak dianjurkan karena sering berjamur.
o Semua sayuran segar terutama yang rendah karbohidrat seperti brokoli,
kol, kembang kol, bit, wortel, timun, labu siam, bayam, terong, sawi,
tomat, buncis, kacang panjang, kangkung, tomat, dan lain‐lain.
o Buah‐buahan segar dalam jumlah terbatas.
3. Diet untuk alergi dan inteloransi makanan
menimbulkan alergi adalah ikan, udang, telur, susu, cokelat, gandum/terigu,
dan bias lebih banyak lagi. Cara mengatur makanan untuk anak alergi dan
harus dihindarkan. Misalnya, jika anak alergi terhadap telur, maka semua
makanan tersebut dapat diperkenalkan satu per satu, sedikit demi sedikit.
Cara mengatur makanan secara umum
perbaikan sel‐sel yang rusak dan kegiatan sehari‐hari.
penyerapan fruktosa lebih lambat disbanding gula/sukrosa.
3. Minyak untuk memasak sebaiknya menggunakan minyak sayur, minyak
makanan dapat digoreng.
dan buah‐buahan segar. Konsumsi sayur dan buah 3‐5 porsi per hari.
rasa, zat pewarna, zat pengawet).
pemberian suplemen vitamin dan mineral (vitamin B6, vitmin C, seng,
dan magnesium).
lengkap dan tanggal kadaluwarsanya.
anak akan bosan.
35
9. Hindari junk food seperti yang saat ini banyak dijual, ganti dengan buah
dan sayuran segar.
F. 10 Jenis Terapi Autisme
ditawarkan dengan iming‐iming bisa menyembuhkan autisme. Kadang‐kadang
secara gencar dipromosikan oleh si penjual, ada pula cara‐cara mengiklankan
diri di televisi / radio / tulisan‐tulisan.
dan setelah mengeluarkan banyak uang menjadi kecewa oleh karena hasil yang
diharapkan tidak tercapai.
Dibawah ini ada 10 jenis terapi yang benar‐benar diakui oleh para
professional dan memang bagus untuk autisme. Namun, jangan lupa bahwa
sehingga terapi jenis apapun yang dilakukan akan memerlukan waktu yang
lama. Kecuali itu, terapi harus dilakukan secara terpadu dan setiap anak
membutuhkan jenis terapi yang berbeda.
36
1) Applied Behavioral Analysis (ABA)
ABA adalah jenis terapi yang telah lama dipakai , telah dilakukan penelitian
dan didisain khusus untuk anak dengan autisme. Sistem yang dipakai
reinforcement (hadiah/pujian). Jenis terapi ini bias diukur kemajuannya. Saat
ini terapi inilah yang paling banyak dipakai di Indonesia.
2) Terapi Wicara
dan berbahasa. Biasanya hal inilah yang paling menonjol, banyak pula
kurang.
Kadang‐kadang bicaranya cukup berkembang, namun mereka tidak mampu
lain.
Dalam hal ini terapi wicara dan berbahasa akan sangat menolong.
3) Terapi Okupasi
kesulitan untuk memegang pinsil dengan cara yang benar, kesulitan untuk
sebagainya. Dalam hal ini terapi okupasi sangat penting untuk melatih
mempergunakan otot ‐otot halusnya dengan benar.
37
4) Terapi Fisik
kasarnya.
sensoris akan sangat banyak menolong untuk menguatkan otot‐ototnya dan
memperbaiki keseimbangan tubuhnya.
5) Terapi Sosial
pertolongan dalam ketrampilan berkomunikasi 2 arah, membuat teman dan
main bersama ditempat bermain. Seorang terqapis sosial membantu dengan
sebaya dan mengajari cara2nya.
6) Terapi Bermain
pertolongan dalam belajar bermain. Bermain dengan teman sebaya berguna
bermain bisa membantu anak dalam hal ini dengan teknik‐teknik tertentu.
38
7) Terapi Perilaku.
Mereka banyak yang hipersensitif terhadap suara, cahaya dan sentuhan. Tak
heran bila mereka sering mengamuk. Seorang terapis perilaku terlatih untuk
mencari latar belakang dari perilaku negatif tersebut dan mencari solusinya
untuk memperbaiki perilakunya,
8) Terapi Perkembangan
ketrampilan yang lebih spesifik.
9) Terapi Visual
Individu autistik lebih mudah belajar dengan melihat (visual learners/visual
thinkers). Hal inilah yang kemudian dipakai untuk mengembangkan metode
…………. Dan PECS ( Picture Exchange Communication System). Beberapa
komunikasi.
39
10) Terapi Biomedik
menemukan bahwa gejala‐gejala anak ini diperparah oleh adanya gangguan
metabolisme yang akan berdampak pada gangguan fungsi otak. Oleh karena
itu anak‐anak ini diperiksa secara intensif, pemeriksaan, darah, urin, feses,
dan rambut. Semua hal abnormal yang ditemukan dibereskan, sehingga otak
kemajuan bila mendapatkan terapi yang komprehensif, yaitu terapi dari luar
dan dari dalam tubuh sendiri (biomedis).
40
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1. Biodata Mahasiswa
Nama Lengkap : Agus Muhardi
Tempat & Tanggal Lahir: Musi Rawas, 29 Agustus 1980
Kec. Lubuklinggau Timur II
Telepon : 0856 647 18 999
I. Pendidikan
a. Formal
1. SD Negeri 4 Curup, lulus tahun 1993.
2. SMP Negeri 4 Curup, lulus tahun 1996.
3. SMK Negeri 1 Curup, lulus tahun 1999.
4. AMIK BSI Tangerang, lulus tahun 2003
b. Tidak Formal
1. Kursus komputer Paket WS/Lotus 123, lulus tahun 1997.
2. Kursus komputer Program dBASE III Plus, lulus tahun 1998.
3. Kursus komputer Pakae Microsoft Office 95, lulus tahun 1998.
41
1. Dari tahun Januari 2006 – Juni 2006, Staff IT. Di PT. DADA
INDONESIA Sadang.
INFORMATIKA (AMIK – BSI ) Tangerang
INDONESIA Tangerang.
4. Dari tahun 1998 ‐ 1999, Asisten Instruktur. Pusat Pendidikan Komputer
Citra Info Komputer (C I K O ) Curup.
Lubuklinggau, November 2009
Saya yang bersangkutan
Agus Muhardi