Professional Documents
Culture Documents
Pengantar
Maksud dan Tujuan
Modul ini dibuat dengan maksud dan tujuan sebagai berikut:
1. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkaji dan memahami tujuan
pembahasan materi
2. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar menurut kecepatan
masing-masing
3. memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar menurut cara dan
kebiasaan belajar masing-masing
4. Memberikan feedback yang banyak dan segera sehingga siswa dapat
memperbaiki kelemahan dalam menguasai materi bahasan
5. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menguasai materi bahasan
secara tuntas dan menyeluruh
Standar Kompetensi
Memahami berbagai peristiwa dan gejala sosial yang terjadi dalam masyarakat, serta
menerapkan nilai dan norma dalam proses pengembangan kepribadian yang dapat
dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari dengan nilai-nilai akhlak mulia sehingga
mampu meningkatkan nilai-nilai kemanusiaan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan
Yang Maha Esa.
Kompetensi Dasar
Siswa mampu mendeskripsikan sosialisasi sebagai proses dalam pembentukan
kepribadian serta dapat memberikan moral, menghaluskan budi pekerti dan
meningkatkan nilai-nilai kemanusiaan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan
YME
Indikator
• Siswa mampu mengidentifikasi proses sosialisasi sebagai pembentuk
kepribadian.
• Siswa mampu memberi contoh faktor-faktor yang mempengaruhi proses
sosialisasi sebagai pembentuk kepribadian.
• Siswa mampu menunjukkan berbagai agen sosialisasi dalam pembentukkan
kepribadian
• Siswa memahami bahwa Tuhan menciptakan manusia sebagai mahluk sosial
yang harus berhubungan satu sama lainnya yang dilandasi nilai-nilai keimanan
dan ketaqwaan kepada Tuhan YME.
MODUL SOSIOLOGI 1
SOSIALISASI DAN PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN
MODUL INI HANYA DIPERGUNAKAN DI LINGKUNGAN SMA NEGERI 3 SUBANG
II. Materi
A. PENDAHULUAN
Apa yang akan terjadi apabila seseorang tidak pernah berhubungan, bergaul,
atau berkomunikasi dengan orang lain? Dapatkah ia berkembang sebagaimana
layaknya manusia? Untuk itu, mari kita simak kasus di bawah ini.
Isabela adalah nama seorang anak perempuan. Selama 6 tahun awal kehidupannya, ia hidup
dalam sebuah kamar gelap yang terisolasi dari dunia luar. Keluarga ibu Isabela sangat malu atas
kelahirannya sebagai “anak haram”, sehingga menyembunyikannya dari dunia luar. Isabela tak
pernah berhubungan dengan orang lain kecali dengan ibunya, yang kebetulan bisu dan tuli.
Isabela akhirnya ditemukan oleh petugas sosial ketika ia dibawa kabur oleh ibunya dari
rumah keluarga mereka. Ketika ditemukan, Isabela tidak mampu berbicara. Satu-satunya
kemampuan berkomunikasi dengan ibunya adalah dengan bahasa isarat sederhana. Yang dapat ia
lakukan hanyalah mengeluarkan beberapa teriakan. Walaupun sudah berusia 6 tahun, namun
perilakunya masih mirip dengan bayi berusia 6 bulan.
Semasa kanak-kanak, Isabela sangat terkucil dan tidak mengalami sosialisasi. Karena selama
6 tahun ia hanya pernah melihat sedikit orang, maka ia selalu ketika kemudian harus berhadapan
dengan orang yang ia tak kenal. Ia akan bereaksi seperti binatang liar jika berhadapan dengan
orang asing. Ketika kemudian ia terbiasa melihat orang-orang tertentu, reaksinya berubah menjadi
sangat apatis.
Pada awalnya diduga Isabela tuli, namun kemudian terbukti bahwa ia dapat bereaksi
terhadap suara-suara yang ia dengar. Para pakar kemudian mengembangkan program sistematis
untuk menolong Isabela menyesuaikan diri dengan hubunga antar-manusia dan menjalani proses
sosialisasi.Setelah beberapa kali latihan, ia mulai mampu mengucapkan kata-kata. Meskipun pada
awalnya berjalan lambat, namun ia dapat dengan cepat melewati masa pertumbuhan sebagai anak
berusia 6 tahun.
Sesudah itu, setelah berlatih sekitar 2 bulan, ia mulai mampu berbicara dalm kalimat lengkap.
Sembilan bulan kemudian, ia sudah mampu memahami baik kata-kata maupun kalimat. Akhirnya,
menjelang usianya yang ke 9 tahun, Isabela sudah siap masuk sekolah umum bersama anak-anak
“normal” lainnya. Pada usia 14 tahun ia sudah duduk di kelas 6, belajar dengan baik di sekolah
dan mengalami penyesuaian emosi dengan baik pula.
(Disadur dari “Sociology” karya Richard T. Schaefer dan Robert P. Lamn, him 97-98)
Begitulah, Isabela yang semula tidak bisa bicara dan takut ketika bertemu
dengan oang asing, akhirnya bisa menjalani hidup normal seperti anak-anak lainnya.
Itu terjadi karena ia telah menjalani proses sosialisasi. Isabela bertemu dan
berinteraksi dengan orang banyak. Melalui proses sosialisasi itu ia memiliki
kepribadian yang sehat. Tapi, apa sesungguhnya proses sosialisasi itu? Apa pula
pembentukan kepribadian itu? Bagaimana kaitan antara sosialisasi dan
pembentukan kepribadian?
MODUL SOSIOLOGI 2
SOSIALISASI DAN PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN
MODUL INI HANYA DIPERGUNAKAN DI LINGKUNGAN SMA NEGERI 3 SUBANG
B. SOSIALISASI
Kasus di atas menunjukan bahwa
manusia memerlukan interaksi dengan
orang lain agar potensi kemanusiaanya
berkembang secara wajar. Manusia adalah
mahkluk social. Manusia membutuhkan
manusia lain agar ia dapat bertahan hidup.
Manusia memerlukan social. Manusia
memerlukan sosialisasi. Apa sesungguhnya
arti dan inti dari sosialisasi? Mengapa
sosialisasi itu sangat penting dalam hidup
manusia?
Ada banyak definisi tentang sosialisasi. Macionis (1997: 123) misalnya menyebut
sosialisasi sebagai pengalaman social sepanjang hidup yang memungkinkan
seseorang mengembangkan potensi kemanusiaanya dan mempelajari pola-pola
kebudayaan.
Horton & Hunt (1987: 89) mendefinisikan sosialisasi sebagai proses di mana
seorang menginternalisasikan norma-norma kelompok tempat ia hidup, sehingga
berkembang menjadi satu pribadi yang unik.
Giddens (1994: 60) melukiskan proses sosialisai sebagai sebuah proses yang
terjadi ketika seorang bayi yang lemah berkembang secara aktif melalui tahap demi
tahap sampai akhirnya menjadi pribadi yang sadar akan dirinya sendiri, pribadi
yang berpengetahuan, dan terampil akan cara hidup dalam kebudayaan tempat ia
tinggal.
Ritcher Jr (1987: 139) berpendapat bahwa sosialisasi adalah proses seseorang
memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukannya agar dpat
berfungsi sebagai orang dewasa dan sekaligus sebagai pemeran aktif dalam satu
kedudukan atau peranan tertentu di masyarakatnya.
Broom & Selznic (1961: 79) menyatakan bahwa sosialisasi adalah proses
membangun atau menanamkan nilai-nilai kelompok pada siri seseorang,. Dari segi
masyarakat, sosialisasi adalah cara untuk mensransmisikan kebudayaan dan cara
bagaimana seseorang di sesuaikan ke dalam cara kehidupan yang telah diorganisir.
Dari segi individu, sosialisasi adalah pemenuhan potensi pertumbuhan dan
perkembangan pribadinya. Sosialisasi memanusiakan manusia dan
mendembangkannya agar menjadi pribadi yang mempunyai kesadaran identitas,
mampu mengatur dan mendisplinkan perilakunya, serta memiliki cita-cita, nilai-
nilai, dan ambisi.
Dari berbagai pendapat di atas, dapat ditarik beberapa pengertian pokok tentang
sosialisasi sebagai berikut.
a. Sosialisasi adalah proses yang berlangsung sepanjang hidup manusia.
b. Dalam sosialisasi terjadi saling pengaruh antara individu serta segala potensi
kemanusiaanya.
MODUL SOSIOLOGI 3
SOSIALISASI DAN PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN
MODUL INI HANYA DIPERGUNAKAN DI LINGKUNGAN SMA NEGERI 3 SUBANG
c. Melalui proses sosialisasi, individu, menyerap pengetahuan, kepercayaan,
norma, sikap, dan keterampilan dari kebudayaan masyarakatnya.
d. Hasil sosialisasi adalah berkembangnya kepribadian seseorang mejadi satu
pribadi yang unik, sedankan kebudayaan masyarakat juga terpelihara dan
berkembang melalui proses sosialisasi.
2. Proses Sosialisasi
Sosialisasi sebagai proses sosial mempunyai
tujuan untuk:
Memberi keterampilan dan pengetahuan
yang dibutuhkan untuk melangsungkan
kehidupan seseorang kelak.
Menambah kemampuan berkomunikasi
secara efektif dan efisien serta
mengembangkan kemampuannya untuk
membaca, menulis dan bercerita
Membantu pengendalian fungsi-fungsi
organik yang dipeljari melalui latihan
mawas diri yang tepat
Membiasakan individu dengan nilai-nilai
kepercayaan pokok yang ada pada
masyarakat
MODUL SOSIOLOGI 4
SOSIALISASI DAN PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN
MODUL INI HANYA DIPERGUNAKAN DI LINGKUNGAN SMA NEGERI 3 SUBANG
b). Tahap meniru (play stage)
Tahap ini ditandai dengan semakin sempurnanya
seorang anak menirukan peran-peran yang
dilakukan oleh arang dewasa. Pada tahap ini
mulai terbentuk kesdaran tentang nama diri dan
siapa nama orang tuanya, kakaknya dan
sebagainya.Dengan kata lain, kemampuan untuk
menempatkan diri pada posisi orang lain juga
mulai terbentuk pada taham ini. Bagi seorang
anak, orang-orang ini disebut orang-orang yang
amat berarti (significant other)
Pada tahap ini seseorang telah dianggap dewasa. Dia sudah dapat menempatkan dirinya
pada posisimasyarakat secara luas. Dengan kata lain, ia dapat bertenggang rasa tidak
hanya dengan orang-orang yang berinteraksi dengannya tapi juga dengan masyarakat
luas.
MODUL SOSIOLOGI 5
SOSIALISASI DAN PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN
MODUL INI HANYA DIPERGUNAKAN DI LINGKUNGAN SMA NEGERI 3 SUBANG
Hal-hal yang Disosialisasikan
Dari segi caranya, sosialisasi yang berlangsung dalam keluarga dibedakan pula
menjadi:
a. Sosialisasi represif adalah proses sosialisasi yang lebih mengutamakan
penggunaan hukuman, komunikasi satu arah, dan kepatuhan anak-anak pada
orang tua, dan peran dominant orang tua dalam proses tersebut.
b. Sosialisasi partisipatif adalah sosialisasi yang lebih mengutamakan penggunaan
motivasi, komunikasi timbale balik, penghargaan terhadap otonomi anak, dan
sharing tenggung jawab dalam proses tersebut.
3. Tujuan Sosialisasi
Melalui sosialisasi, masyarakat mengajar anak-anak tentang apa yang harus
diketahui jika ia hendak menyatu dengan masyarakat, dan apa yang harus dipelajari
jika ia hendak mengembangkan potensinya. Sosialisasi mempunyai tujuan sebagai
berikut.
b. Bahasa
Bahasa diperlukan untuk mempelajari symbol-simbol kebudayaan, merumuskan
dan memahami kenyataan, memahami gagasan-gagasan yang kompleks, dan
menyatakan pandangan-pandangan maupun nilai-nilai seseorang.
Cara sosialisasi yang dialami oleh seseorang juga mempengaruhi hasil sosialisasi
itu sendiri. Pribadi yang tumbuh dalam suasana otoriter dan selalu mengalami
represi akan menjadi pemberontak, atau rendah diri, tidak menghargai notrma, dan
sejenisnya. Sbaliknya, seseorang yang mengalami sosialisasi patisipatif akan tumbuh
menjadi pribadi yang percaya diri, demokratis, dan menghargai orang lain.
5. Agen-agen Sosialisasi
5.1. Keluarga
Fungsi keluarga:
MODUL SOSIOLOGI 9
SOSIALISASI DAN PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN
MODUL INI HANYA DIPERGUNAKAN DI LINGKUNGAN SMA NEGERI 3 SUBANG
b. Tempat awal persemaian nilai dan norma
Keluarga secara tradisional memainkan beberapa fungsi bagi anak-anak. Salah
satu fungsi keluarga adalah sosialisasi nilai dan norma keluarga dan masyarakat.
Melalui orang-orang dewasa yang ada dalam keluarga, anak-anak akan memperoleh
model yang akan ditirunya dalam kehidupan mendatang. Seorang anak laki-laki
menjadikan ayahnya sebagai model perilaku.
5.2. Sekolah
Seperti halnya keluarga, sekolah memperoleh mandat tegas untuk
mensosialisasikan nilai dan norma kebudayaan bangsa dan negaranya. Oleh karena
itulah di sekolah berlangsung proses pendidikan dan pengajaran.
MODUL SOSIOLOGI 11
SOSIALISASI DAN PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN
MODUL INI HANYA DIPERGUNAKAN DI LINGKUNGAN SMA NEGERI 3 SUBANG
5.4. Media Massa
Radio, film, musik, TV, surat kabar, dan internet juga merupakan agen
sosialisasi. Melalui berbagai media massa itu, masyarakat menyosialisasilan nilai dan
norma yang berlaku, tidak saja di masyarakat setempat, namun juga yang berlaku
pada belahan dunia lain. Media massa yang paling berpengaruh dalam sosialisasi
adalah TV.
5.6. Negara
MODUL SOSIOLOGI 12
SOSIALISASI DAN PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN
MODUL INI HANYA DIPERGUNAKAN DI LINGKUNGAN SMA NEGERI 3 SUBANG
Apakah yang di hasilkan dari pengalaman hidup seseorang di dalam berbagai
wahana sosialisasi tersebut? Tak lain adalah kepribadiannya sendiri. Tertapi apakah
kepribadian seseorang itu hanya ditentukan oleh proses sosialisasi yang dialaminya?
B. KEPRIBADIAN
Kesan apa yang kita tangkap jika kita mendengar ungkapan “kalau nggak marah-
marah, ya bukan pak Agus namanya”. Atau “yaah tahu sendirilah kalau si Ida sudah bicara,
nggak ada putusnyadeh. Ada aja yang diceritakannya”. Dari ungkapan itu kita mendapat
gambaran tentang dua pribadi yang berbeda. Kesan yang kita tangkap, Pak Agus
adalah pribadi yang cenderung emosional dalam menghadapi situasi hidupnya.
Sementara Ida adalah pribasi ramah yang cenderung berkomunikasi secara terbuka
dengan siapa pun. Apakah kepribadian itu? Mengapa masing-masing orang
mempunyaikepribadian yang berbeda?
1. Pengertian Kepribadian
Warisan biologis adalah semua hal yang diterima seseorang serbagai manusia
melalui gen kedua orang tuanya. Setiap manusia sehat dan normal memiliki
kesamaan biologis tertentu, seperti tumbuh dengan dua tangan, dua kaki, lima
indera, dan otak yang kompleks. Kesamaan biologis ini menjelaskan kemiripan
kepribadian dan tingkah laku antarmanusia. Namun, warisan biologis setiap
manusia ada yang unik. Tidak ada satu orang pun yang memiliki sifat warisan
biologis yang benar-benar sama dengan orang lain.
MODUL SOSIOLOGI 13
SOSIALISASI DAN PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN
MODUL INI HANYA DIPERGUNAKAN DI LINGKUNGAN SMA NEGERI 3 SUBANG
Warisan biologis itu menjadi bahan mentah bagi kepribadian. Bahan mentah itu
dapat dibentuk melalui bermacam cara. Dulu orang percaya beberapa unsure
kepribadian seperti ambisi, kejujuran, kriminalitas, penyimpangan seksual, dan
sebagainya, merupakan warisan dari orang tua. Sekarang orang lebih percaya bahwa
semua sifat kepribadia ditentukan oleh pengalaman. Beberapa pakar bahkan
berpendapat bahwa perbedaan antarorang dalam hal kemampuan, prestasi, dan
perilaku sepenuhnya ditentukan oleh lingkungannya. Oleh karena itu, perbedaan
warisan biologis antar individu tidaklah terlalu penting.
Kepribadian setiap orang berkembang melalui interaksi sejumlah factor yang
bekerja di atas warisan biologisnya yang unik.
2.3.Kebudayaan
b. Pengalaman individu.
Setiap kebudayaan berisi pengalaman tertentu, yang secara bersama
diperkaitkan oleh setiap orang yang ada dalam masyarakat itu. Anak-anak Amerika
didorong untuk menjadi individualistis, komperatif, dan berbicara secara terus
terang, sementara anak-anak Jawa didorong untuk memiliki kesadaran kelompok
yang kuat, kooperatif, dan berbicara halus.
Setiap kebudayaan memberikan pengaruh umum terhadap individu yang
tumbuh didalamnya. Pengaruh itu berbeda dari satu kebudayaan dengan
kebudayaan lainnya.
MODUL SOSIOLOGI 14
SOSIALISASI DAN PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN
MODUL INI HANYA DIPERGUNAKAN DI LINGKUNGAN SMA NEGERI 3 SUBANG
c. Pengalaman bersama
Pengalaman bersama dalam suatu masyarakat atau kebudayaan akan
membentuk satu model kepribadian “modal personality” atau karakter social yang
berkembang pada sebagian besar warga masyarakat. Pengalaman-pengalaman sama
yang dialami oleh kebanyakan warga sebuah kebudayaan menimbulkan kemiripan
kepribadian dalam masyarakat dan membedakannya dengan kepribadian warga
masyarakat lain. Oleh karena itu, kita bisa merasakan bahwa kepribadian orang
Jepang berbeda dengan kepribadian orang Inggris. Namun secara umum kita juga
merasakan bahwa kepribadian bangsa Indonesia berbeda dengan kepribadian
bangsa Amerika.
Tak ada dua orang yang mempunyai serangkaian pengalaman pribadi yang
sama, walau mungkin mereka anak dari orang tua yang sama.
Pengalaman unik seseorang adalah tak seorang pun yang menyamainya.
Pengalaman-pengalaman seseorang tidaklah ditambahkan mlainkan dipadukan. Itu
berarti kejadian hari ini mempunyai makna sesuai kejadian di masa lampau.
Keberhasilan atau kekalahan ini mempengaruhi seseorang dalam bentuk seperti atau
kemenangan atau kekalahan di masa lalu.
2. Lingkungan prenatal
Lingkungan pranatal yaitu lingkungan dalam rahim ibu. Dalam lingkungan ini,
individu mendapat pengaruh-pengaruh tidak langsung dari sang ibu. Pengaruh-
pengaruh itu dapat digolongkan menjadi beberapa kategori yaitu sebagai berikut:
a. Beberapa jenis penyakit, seperti diabetes atau kanker, secara tidak langsung
berpengaruh terhadap perkembangan mental, penglihatan, dan
pendengaran sang bayi.
b. Gangguan endoktrin dapat mengakibatkan keterbelakangan mental dan
emosional.
c. Struktur tubuh ibu merupakan kondisi yang mempengaruh perkembangan
bayi dalam kandungan.
d. Shock pada saat kelahiran merupakan kondisi yang dapat menyebabkan
beberapa kelainan.
3. Perbedaan Perorangan
Perbedaan perorangan dalam hal ini meliputi perbedaan ciri-ciri fisik, seperti
warna kulit, atau rambut, perbedaan ciri-ciri mental, emosional, personal, dan
sosial.
4. Lingkungan
Lingkungan yaitu kondisi disekitar individu yang mempengaruhi proses
sosialisasinya. Lingkungan dapat dikatagorikan sebagai berikut:
a. Lingkungan alam, yaitu keadaan tanah, iklim, flora dan fauna disekitar
individu.
b. Kebudayaan, yaitu cara hidup masyarakat tempat individu itu berada.
Kebudayaan mempunyai aspek material (rumah perlengkapan hidup, dan
hasil teknologi lainnya). Dan aspek nonmaterial (nilai-nilai dan pandangan
hidup).
c. Manusia lain dan masyarakat disekitar individu. Pengaruh manisua lain dan
masyarakat dapat menstimulasi atau membatasi proses sosialisasi.
5. Motivasi
Motivasi adalah kekuatan-kekuatan dari dalam diri individu yang menggerakan
individu untuk melakukan sesuatu. Motivasi dapat dibedakan menjadi dorongan
dan kebutuhan. Dorongan adalah ketidakseimbangan dalam diri individu karena
pengaruh yang datang dari luar dan dalam dirinya yang mempengaruhi dan
mengerahkan perbuatan individu dalam rangka mencapai keseimbangan kembali.
Kebutuhan adalah dorongan yang telah ditentukan secara personal, social, dan
budaya.
MODUL SOSIOLOGI 16
SOSIALISASI DAN PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN
MODUL INI HANYA DIPERGUNAKAN DI LINGKUNGAN SMA NEGERI 3 SUBANG
3. Tahap-tahap Perkembangan Kepribadian
Pada masa bayi, tahap pertama, anak-anak belajar rasa percaya atau tidak
percaya kepada orang lain. Jika ibunya (atau pengasuh) secara konsisten memberi
cinta dan kasih saying, serta memperhatikan kebutuhan fisik bayi, maka bayi itu
akan membangun perasaan aman dan percaya pada orang lain. Sebaliknya, jika
pengasuhnya tidak perhatian, dingin, menolak, atau bahkan menyakitinya maupun
sekedar tidak konsisten, maka bayi itu akan membangun rasa tidak aman dan tidak
percaya pada orang lain.
dalam keenam tahap hidup berikutnya akan terjadi pula krisis identitas masing-
masing, di mana diperlukan proses pembelajaran tertentu yang diperlukan agar
seseorang berkembang menjadi pribadi yang kepribadiannya yang sehat. Dalam
tahap ketiga, kesadaran moral anak berkembang. Dalam tahap keempat, dunia anak
semakin luas, banyak pelajaran teknis yang ia pelajari, dan perasaan bahwa dirinya
kompeten atau mampu melakukan sesuatu diperbesar.
MODUL SOSIOLOGI 17
SOSIALISASI DAN PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN
MODUL INI HANYA DIPERGUNAKAN DI LINGKUNGAN SMA NEGERI 3 SUBANG
Pada tahap akhir hidupnya, seseoarng akan menemukan akhir hidupnya dengan
penuh harga diri atau kebanggan atau penuh penyesalan diri.
Setiap tahap kehidupan disertai dengan nilai-nilai keutamaan hidup atau
kebajikan dasar yang akan berkembang jika seseorang berhasil melewati krisis jati
dirinya. Jika sosialisasi yang cocok dengan masing-masing tahp berhasil dijalani,
maka nilai-nilai keutamaan hidup itu akan dimiliki oleh seseorang. Namun jika pada
sosialisasi pada suatu tahap kurang berhasil, nilai-nilai itu akan sulit diperoleh
dalam tahapan hidup berikutnya. Jika proses sosialisasiyang tidak tepat dalam tahap
dalam usia dewasa awal tetrjadi pada seseorang, maka orang itu akan kehilangan
kesempatan mengembangkan perasaan cinta, yang mungkin akan sulit diperolehnya
bahkan sampai akhir hidupnya.
R.A. Kartini adalah putrid Raden Mas A.A. Sosroningrat, bupati Jepara. Meski
seorang bangsawan, Kartini sama sekali tak memedulikan kebangsawanannya. Ia
menganggap semua orang sederajat dan bersaudara. Tulisnya, “Bagi saya, hanya ada
dua macam bangsawan: bangsawasan jiwa dan bangsawan budi. Dalam pikiran
saya, tidak ada yang lebih gila dan lebih heboh daripada melihat orang-orang yang
membanggakan apa yang disebut ‘keturunan bangsawan’.”
Usia Kartini tidak panjang, hanya 25 tahun (21 April 1879-17 september 1904).
Meski begitu, ia telah menggunakan hidupnya secara bermakna: memerdekakan
bangsanya dari jiwa yang tak memuliakan HAM; menumbuhkan bangsawan jiwa
dan bangsawan budi. Todung Mulya Lubis dalam disertasinya (1993:54), menyebut
Kartini sebagai sosok yang ‘mencerahkan masyarakat Indonesia’ dan ‘memiliki
kontribusi sangat besar dalam membangkitkan wacana HAM’. Begitulah, jati diri
Kartini adalah pendekar HAM.
Sebagai pendekar HA, senjata Kartini adalah pena. Maka, kata Kartini,
“Rampaslah harta benda saya, asal jangan pena saya.” Dengan senjata pena itulah, ia
menuliskan surat-surat kepada sahabat-sahabatnya. Ia tuliskan gugatan, pemikiran,
dan tindakannyaatas lingkungan sosial dikitarnya yang tidak menghargai dan
memuliakan HAM, terutama HAM kaum perempuan.
Sahabat pena Kartini bukan orang yang sembarangan. Mereka adalah Mr. J.H.
Abendanon dan Ny. R.M. Abendanon Mandri, seorang Kepala Kementrian
Pengajaran dan Kerajinan Hindia Belanda; Nona Stella Zeehandelaar, seorang idealis
dan feminis, puteri seorang dokter di Belanda; Ir. Henry Hubert van kol (seorang
politikus) dan Ny. J.M.P. van Kol (seorang penulis); Ny. M.C.E. Ovink, isteri seorang
asisten residen di Jepara; Dr. N. Adriani, seorang ahli bahasa; Ny. H.G. de Booy-
Boissevain anak seorang sastrawan dan pemimpin redaksi surat kabar Algemeen
Handelsblad; dan Prof. Dr. G.K. Anton, guru besar ilmu kenegaraan di Jena (Jerman).
MODUL SOSIOLOGI 19
SOSIALISASI DAN PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN
MODUL INI HANYA DIPERGUNAKAN DI LINGKUNGAN SMA NEGERI 3 SUBANG
Bagaimana mungkin seorang Kartini yang tamat ELS (Europe Lagere School), yang
dipingit di dalam rumah, mampu bersahabat dan berdiskusi dengan orang-orang
hebat itu?
Jawabnya, karena Kartini punya jiwa merdeka dan semangat baja. Betapa tidak,
selepas umur 12 tahun, ia dipingit. Tidak boleh deluar rumah. Tidak boleh sekolah.
Namun, hal itu tidak membuatnya patah semangat. Ia justru sangat giat membaca
dan belajar. Belajar sendiri di rumah. Pertama-tama belajar memperdalam bahasa
Belanda. Karena, ketika itu, bahasa Belanda adalah jendela untuk melihat dunia.
Dengan bekal penguasaan bahasa belanda itulah berbagai Koran, majalah, dan buku-
buku pencerah jiwa dilahapnya.
Ia sedemikian rajin membaca dengan penuh perhatian. Surat kabar de Locomotif
asuhan Pieter Broshooft dan majalah wanita De Hollandsche Lilie adalah makanan
sehari-harinya. Bahkan ia menulis juga untuk majalah itu.
Tidak hanya itu. Selagi masih sangat muda, ia telah membaca buku-buku
pengasah jiwa manusiawi, antara lain buku Max Hacelaar karya Multatuli, De Stille
Knaacht karya louis Coperus, buku-buku karya Van Eeden yang bermutu tinggi,
karya-karya Augusta de Witt, roman-feminis karya Nyonya Goekoop de-Jong Van
Beek dan roman anti perang Die Waffen Nieder karya Berta Von Suttner. (Adakah kita
juga giat membaca buku-buku pengasah jiwa manusiawi seperti dia?)
Jadi, meski bukan seorang bersekolah tinggi, Kartini mampu secara cerdas
mencerna kenyataan hidup yang dihadapinya. Ia sanggup mengungkapkan
pengalaman hidupnya dalam tulisan yang mendalam-menawan. Tulisan yang
menginspirasi banyak orang di berbagai belahan dunia, dulu maupun sekaran,
untuk menhidupkan budaya HAM.
Bahkan, aktivis HAM internasional Eleanor Roosevelt pun menyitir surat Kartini
dalam salah satu pidatonya di depan komisi HAM yang dipimpinnya, ketika
menyusun The Universal Declaration of Haman Rights tahun 1948. 16 tahun kemudia,
dalam kata pengantar sebuah buku, Eleanor bersaksi: ‘Menurut pendapat saya,
makna surat-surat ini tetap penting, seperti waktu ia ditulis’ (Symmers, 1964 dalam
Keesing, 1990:199).
Tak hanya Eleanor, banyak penulis dan cendekiawan tertambat hatinya pada
esok dan pemikiran kartini. Sastrawan besar, Louise Symmers menulis Letters of a
Javanese Princess; Jean Taylor menulis Raden Ajeng Kartini, An Indonesian feminist
1990-19904; Elisabeth Keesing menulis Hoe ruim een kooi ook is, leven en lot van Kartini
en haar werk. Begitulah, mereka menghidupkan ingatan semua orang mengenai sosok
Kartini: seorang pendekar HAM.
(Sumber: Phibeta )
Berdasarkan informasi di atas, buatlah sebuah esai ilmiah singkat (maksimal dua
halaman folio) dengan tema “Pengaruh Sosialisasi pada Kepribadian R.A.Kartini”.
Esai tersebut paling tidak harus memuat hal-hal berikut:
1. Gambarkan hal-hal penting mengenai sosialisasi yang diterima oleh R.A
Kartini dan juga gambaran mengenai pribadinya
2. Buatlah penjelasan bagaiman proses sosialisasi tersebut mempengaruhi
kepribadian R.A. Kartini. Bagaimana hal itu bisa dijelaskan dari teori
sosialisasi dan pembentukan kepribadian?
3. Makna apakah yang bisa kalian petik dari kasus R.A. Kartini dalam
kaitannya dengan pemahaman sosialisasi dan pembentukan kepribadian?
MODUL SOSIOLOGI 20
SOSIALISASI DAN PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN
MODUL INI HANYA DIPERGUNAKAN DI LINGKUNGAN SMA NEGERI 3 SUBANG