Professional Documents
Culture Documents
1 of 19
1.
http://unilanet.unila.ac.id/~plgsekip/tle/
1.3.
3/5/2014 8:08 PM
http://unilanet.unila.ac.id/~plgsekip/tle/
melakukan proses pembakaran. Gas panas sebagai hasil pembakaran ini kemudian bekerja
sebagai fluida yang memutar roda turbin yang terkopel dengan generator sinkron.
2.
1.4.
1.5.
DASAR ELEKTROMEKANIK
2.1.
Konversi Energi Elektromekanik
Konversi energi baik dari energi listrik menjadi energi mekanik (motor) maupun sebaliknya
dari energi mekanik menjadi energi listrik (generator) berlangsung melalui medium medan
magnet. Energi yang akan diubah dari satu system ke system lainnya, sementara akan
tersimpan pada medium medan magnet untuk kemudian dilepaskan menjadi energi system
lainnya. Dengan demikian, medan magnet di sini selain berfungsi sebagai tempat
penyimpanan energi juga sekaligus sebagai medium untuk mengkopel perubahan energi.
Dengan mengingat hukum kekekalan energi, proses konversi energi elektromekanik dapat
dinyatakan sebagai berikut (untuk motor):
(Energi Listrik sebagai input) = (Energi Mekanik sebagai output + Energi panas) + (Energi
pada medan magnet dan rugi-rugi magnetic)
atau dalam persamaan differensial, konversi energi dari elektris ke mekanis adalah sebagai
berikut:
dWE = dWM + dWF
Ini hanya berlaku ketika proses konversi energi sedang berlangsung pada keadaan dinamis
yang transient. Untuk keadaan tunak, dimana fluks merupakan harga yang konstan, maka
dWF = 0
dWE = dWM
2.2.
2 of 19
3/5/2014 8:08 PM
http://unilanet.unila.ac.id/~plgsekip/tle/
adalah:
df = B l ds
Dari Hukum Faraday diketahui bahwa gaya gerak listrik (ggl)
E = df/dt
Maka e = B l ds/dt; dimana ds/dt = v = kecepatan
Jadi, e = B l v
2.3.
Kopel
Arus listrik I yang dihasilkan di dalam suatu medan magnet dengan kerapatan fluks B akan
menghasilkan suatu gaya F sebesar:
F=BIl
Jika jari-jari rotor adalah r, maka kopel yang dibangkitkan adalah
T=Fr
Perlu diingat bahwa saat gaya F dibangkitkan, konduktor bergerak di dalam medan magnet
da seperti diketahui akan menimbulkan gaya gerak listrik yang merupakan reaksi (lawan)
terhadap tegangan penyebabnya. Agar proses konversi energi listrik menjadi energi mekanik
(motor) dapat berlangsung, tegangan sumber harus lebih besar daripada gaya gerak listrik
lawan.
Begitu pula, suatu gerak konduktor di dalam medan magnet akan membangkitkan tegangan
e = B l V dan bila dihubungkan dengan beban, akan mengalir arus listrik I atau energi
mekanik berubah menjadi energi listrik (generator). Arus listrik yang mengalir pada
konduktor tadi merupakan medan magnet pula dan akan berinteraksi dengan medan magnet
yang telah ada (B). Interaksi medan magnet merupakan gaya reaksi (lawan) terhadap gerak
mekanik yang diberikan. Agar konversi energi mekanik ke energi listrik dapat berlangsung,
energi mekanik yang diberikan haruslah lebih besar dari gaya reaksi tadi.
2.4.
Jika kumparan rotor diputar dengan arah berlawanan dari arah jarum jam, tegangan akan
dibangkitkan dengan arah yang berlawanan pada kedua ujung rotor yang tidak dihubungkan.
Simulasi mesin dinamis (generator) dapat dilihat pada situs ini.
3 of 19
3/5/2014 8:08 PM
http://unilanet.unila.ac.id/~plgsekip/tle/
http://www.sciencejoywagon.com/physicszone/lesson/otherpub/wfendt/generatorengl.htm
2.5.
2.6.
Derajat Listrik
Pada setiap satu kali putaran mesin, tegangan induksi yang ditimbulkan sudah
menyelesaikan p/2 kali putaran. Maka untuk mesin 4 kutub, satu kali putaran mekanik
mesin (360o) berarti sama dengan dua kali putaran listrik (720o). Persamaan umumnya
adalah sebagai berikut:
qe = (p/2) qm
p = jumlah kutub mesin
qe = sudut listrik
qm = sudut mekanik
2.7.
Frekuensi
Dari persamaan di atas, diketahui bahwa untuk setiap satu siklus tegangan listrik yang
dihasilkan, mesin telah menyelesaikan p/2 kali putaran. Karena itu frekuensi gelombang
tegangan adalah:
f = (p/2) (n/60)
n = rotasi per menit
n/60 = rotasi perdetik
Kecepatan sinkron untuk mesin arus bolak-balik lazim dinyatakan dengan
4 of 19
3/5/2014 8:08 PM
http://unilanet.unila.ac.id/~plgsekip/tle/
ns = 120 (f/p)
Jadi misalnya untuk generator sinkron yang bekerja dengan frekuensi 50 putaran per detik
dan mempunyai jumlah kutub p=2, maka kecepatan berputar mesin tersebut adalah:
ns = (120 x 50)/2 = 3000 rpm.
Sumber lainnya tentang elektromagnetik:
http://www.physics.uiowa.edu/~umallik/adventure/induction.htm
3.
MOTOR INDUKSI
Motor induksi merupakan motor arus bolak balik (ac) yang paling luas penggunaannya.
Penamaannya berasal dari kenyataan bahwa arus rotor motor ini bukan diperoleh dari sumber
tertentu, tetapi merupakan arus yang terinduksi sebagai akibat adanya perbedaan relative antara
putaran rotor dengan medan putar (rotating magnetic field) yang dihasilkan oleh arus stator.
Belitan stator yang dihubungkan dengan suatu sumber tegangan tiga fasa akan menghasilkan
medan magnet yang berputar dengan kecepatan sinkron (ns = 120f/2p). Medan putar pada stator
tersebut akan memotong konduktor-konduktor pada rotor, sehingga terinduksi arus; dan sesuai
dengan Hukum Lentz, rotor pun akan ikut berputar mengikuti medan putar stator.
Perbedaan putaran relative antara stator dan rotor disebut slip. Bertambahnya beban, akan
memperbesar kopel motor, yang oleh karenanya akan memperbesar pula arus induksi pada rotor,
sehingga slip antara medan putar stator dan putaran rotor pun akan bertambah besar. Jadi , bila
beban motor bertambah, putaran rotor cenderung menurun. Dikenal dua tipe motor induksi yaitu
motor induksi dengan rotor belitan dan rotor sangkar.
5 of 19
3/5/2014 8:08 PM
http://unilanet.unila.ac.id/~plgsekip/tle/
Medan Putar
Sumber : http://www.tpub.com/doeelecscience/electricalscience2144.htm
Sebelum kita membahas bagaimana rotating magnetic field (medan putar) menyebabkan
sebuah motor berputar, marilah kita tinjau bagaimana medan putar ini dihasilkan. Gambar
berikut menunjukkan sebuah stator tiga fasa dengan suplai arus bolak balik tiga fasa pula.
Belitan stator terhubung wye (Y). Dua belitan pada masing-masing fasa dililitkan dalam arah
yang sama. Sepanjang waktu, medan magnet yang dihasilkan oleh setiap fasa akan
6 of 19
3/5/2014 8:08 PM
7 of 19
http://unilanet.unila.ac.id/~plgsekip/tle/
tergantung kepada arus yang mengalir melalui fasa tersebut. Jika arus listrik yang melalui
fasa tersebut adalah nol (zero), maka medan magnet yang dihasilkan akan nol pula. Jika
arus mengalir dengan harga maksimum, maka medan magnet berada pada harga maksimum
pula. Karena arus yang mengalir pada system tiga fasa mempunyai perbedaan 120o, maka
medan magnet yang dihasilkan juga akan mempunyai perbedaan sudut sebesar 120o pula.
Ketiga medan magnet yang dihasilkan akan membentuk satu medan, yang akan beraksi
terhadap rotor. Untuk motor induksi, sebuah medan magnet diinduksikan kepada rotor
sesuai dengan polaritas medan magnet pada stator. Karenanya, begitu medan magnet stator
berputar, maka rotor juga berputar agar bersesuaian dengan medan magnet stator.
3/5/2014 8:08 PM
http://unilanet.unila.ac.id/~plgsekip/tle/
8 of 19
3/5/2014 8:08 PM
http://unilanet.unila.ac.id/~plgsekip/tle/
kutub-kutub selatan. Di sini terlihat bahwa medan magnet pada stator motor secara fisik
telah berputar sebanyak 60o.
Pada posisi T3, gelombang sinus arus berputar lagi 60 derajat listrik dari posisi sebelumnya
hingga total rotasi pada posisi ini sebesar 120 derajat listrik. Pada posisi ini, arus dalam fasa
B telah naik hingga mencapai harga positif maksimumnya. Arus pada fasa A telah turun
hingga separuh dari harga negative maksimumnya, sementara arus pada fasa C telah
berbalik arah dan berada pada separuh harga negative maksimumnya pula. Medan magnet
yang dihasilkan mengarah ke atas kiri, dengan kekuatan medan maksimum sepanjang fasa
B, antara kutub B (utara) dan B (selatan). Medan magnet ini dibantu oleh medan-medan
yang lebih lemah sepanjang fasa A dan C, dengan kutub-kutub A dan C menjadi
kutub-kutub utara dan kutub-kutub A dan C menjadi kutub-kutub selatan. Sehingga terlihat
di sini bahwa medan magnet pada stator telah berputar 60o lagi dengan total putaran
sebesar 120o.
Pada posisi T4, gelombang sinus arus telah berotasi sebanyak 180 derajat listrik dari titik T1
sehingga hubungan antara arus-arus fasa adalah indentik dengan posisi T1 kecuali bahwa
polaritasnya telah berbalik. Karena fasa C kembali pada harga maksimum, medan magnet
yang dihasilkan sepanjang fasa C kembali berada pada harga maksimum, medan magnet
yang dihasilkan sepanjang fasa C akan memiliki kekuatan medan maksimum. Meskipun
demikian, dengan arus yang mengalir dalam arah yang berlawanan pada fasa C, medan
magnet yang timbul mempunyai arah ke atas antara kutub C (utara) dan C (selatan).
Terlihat bahwa medan magnet sekarang telah berotasi secara fisik sebanyak 180o dari posisi
awalnya.
Pada posisi T5, fasa A berada pada harga positif maksimumnya, yang menghasilkan medan
magnet ke arah atas sebelah kanan. Kembali, medan magnet secara fisik telah berputar 60o
dari titik sebelumnya sehingga total rotasi sebanyak 240o. Pada titik T6, fasa B berada pada
harga maksimum negative yang menghasilkan medan magnet ke arah bawah sebelah kanan.
Medan magnet pun telah berotasi sebesar 60o dari titik T5 sehingga total rotas adalah 300o.
Akhirnya, pada titik T7, arus kembali ke polaritas dan nilai yang sama seperti pada Posisi T1.
Karenanya, medan magnet yang dihasilkan pada posisi ini akan identik dengan pada posisi
T1. Dari pembahasan ini, terlihat bahwa untuk satu putaran penuh gelombang sinus listrik
(360o), medan magnet yang timbul pada stator sebuah motor juga berotasi satu putaran
penuh (360o). Sehingga, dengan menerapkan tiga-fasa AC kepada tigfa belitan yang terpisah
secara simetris sekitar stator, medan putar (rotating magnetic field) juga timbul.
3.2.
SLIP
Jika arus bolak balik dikenakan pada belitan stator dari sebuah motor induksi, sebuah medan
putar timbul. Medan putar ini memotong batang rotor dan menginduksikan arus kepada
rotor. Arah aliran arus ini dapat ditentukan dengan menggunakan aturan tangan kiri untuk
generator.
Arus yang diinduksikan ini akan menghasilkan medan magnet di sekitar penghantar rotor,
berlawanan polaritas dari medan stator, yang akan mengejar medan magnet pada stator.
Karena medan pada stator terus menerus berputar, rotor tidak pernah dapat menyamakan
9 of 19
3/5/2014 8:08 PM
http://unilanet.unila.ac.id/~plgsekip/tle/
posisi dengannya alias selalu tertinggal dan karenanya akan terus mengikuti putaran medan
pada stator sebagaimana ditunjukkan pada gambar di bawah ini.
dimana
dimana
Contoh: Sebuah motor induksi dua kutub, 60 Hz, mempunyai kecepatan pada beban penuh sebesar
10 of 19
3/5/2014 8:08 PM
11 of 19
http://unilanet.unila.ac.id/~plgsekip/tle/
3.3.
Torque
Torque motor induksi AC tergantug kepada kekuatan medan rotor dan stator yang saling
berinteraksi dan hubungan fasa antara keduanya. Torque dapat dihitung dengan Equation
(12-3).
dimana
3/5/2014 8:08 PM
12 of 19
3.4.
http://unilanet.unila.ac.id/~plgsekip/tle/
Pada motor fasa terpisah (split-phase motor), dipergunakanlah lilitan starting untuk
penyalaan. Belitan ini mempunyai resistansi yang lebih tinggi dan reaktansi yang lebih
rendah dari belitan utama. Jika tegangan yang sama VT dikenakan pada belitan starting dan
utama, arus pada belitan utama (IM) tertinggal dibelakang arus pada belitan starting (IS).
Sudut antara kedua belitan mempunyai beda fasa yang cukup untuk menimbulkan medan
putar untuk menghasilkan torque awal (starting torque). Ketika motor mencapai 70 hingga
80% dari kecepatan sinkron, saklar sentrifugal pada sumbu motor membuka dan
melepaskan belitan starting. Motor satu fasa biasanya digunakan untuk aplikasi kecil seperti
peralatan rumah tangga (contoh mesin pompa).
3.5.
Motor Sinkron
Motor sinkron serupa dengan motor induksi pada mana keduanya mempunyai belitan stator
yang menghasilkan medan putar. Tidak seperti motor induksi, motor sinkron dieksitasi oleh
sebuah sumber tegangan dc di luar mesin dan karenanya membutuhkan slip ring dan sikat
(brush) untuk memberikan arus kepada rotor. Pada motor sinkron, rotor terkunci dengan
medan putar dan berputar dengan kecepatan sinkron. Jika motor sinkron dibebani ke titik
dimana rotor ditarik keluar dari keserempakannya dengan medan putar, maka tidak ada
torque yang dihasilkan, dan motor akan berhenti. Motor sinkron bukanlah self-starting motor
karena torque hanya akan muncul ketika motor bekerja pada kecepatan sinkron; karenanya
motor memerlukan peralatan untuk membawanya kepada kecepatan sinkron.
3/5/2014 8:08 PM
http://unilanet.unila.ac.id/~plgsekip/tle/
Motor sinkron menggunakan rotor belitan. Jenis ini mempunyai kumparan yang ditempatkan
pada slot rotor. Slip ring dan sikat digunakan untuk mensuplai arus kepada rotor.
Penyalaan Motor Sinkron
Sebuah motor sinkron dapat dinyalakan oleh sebuah motor dc pada satu sumbu. Ketika
motor mencapai kecepatan sinkron, arus AC diberikan kepada belitan stator. Motor dc saat
ini berfungsi sebagai generator dc dan memberikan eksitasi medan dc kepada rotor. Beban
sekarang boleh diberikan kepada motor sinkron. Motor sinkron seringkali dinyalakan dengan
menggunakan belitan sangkar tupai (squirrel-cage) yang dipasang di hadapan kutub rotor.
Motor kemudian dinyalakan seperti halnya motor induksi hingga mencapai 95% kecepatan
sinkron, saat mana arus searah diberikan, dan motor mencapai sinkronisasi. Torque yang
diperlukan untuk menarik motor hingga mencapai sinkronisasi disebut pull-in torque.
Seperti diketahui, rotor motor sinkron terkunci dengan medan putar dan harus terus
beroperasi pada kecepatan sinkron untuk semua keadaan beban. Selama kondisi tanpa
beban (no-load), garis tengah kutub medan putar dan kutub medan dc berada dalam satu
garis (gambar dibawah bagian a). Seiring dengan pembebanan, ada pergeseran kutub rotor
ke belakang, relative terhadap kutub stator (gambar bagian b). Tidak ada perubahan
kecepatan. Sudut antara kutub rotor dan stator disebut sudut torque .
13 of 19
GENERATOR AC (ALTERNATOR)
Hampir semua tenaga listrik yang dipergunakan saat ini bekerja pada sumber tegangan bolak balik
(ac), karenanya, generator ac adalah alat yang paling penting untuk menghasilkan tenaga listrik.
Generator ac, umumnya disebut alternator, bervariasi ukurannya sesuai dengan beban yang akan
disuplai. Sebagai contoh, alternator pada PLTA mempunyai ukuran yang sangat besar,
3/5/2014 8:08 PM
http://unilanet.unila.ac.id/~plgsekip/tle/
membangkitkan ribuan kilowatt pada tegangan yang sangat tinggi. Contoh lainnya adalah alternator
di mobil, yang sangat kecil sebagai perbandingannya. Beratnya hanya beberapa kilogram dan
menghasilkan daya sekitar 100 hingga 200 watt, biasanya pada tegangan 12 volt.
Sumber lain : http://www.rowand.net/Shop/Tech/AlternatorGeneratorTheory.htm
4.1.
Dasar-dasar Generator AC
Berapapun ukurannya, semua generator listrik, baik ac maupun dc, bergantung kepada
prinsip induksi magnet. EMF diinduksikan dalam sebuah kumparan sebagai hasil dari (1)
kumparan yang memotong medan magnet, atau (2) medan magnet yang memotong sebuah
kumparan. Sepanjang ada gerak relative antara sebuah konduktor dan medan magnet,
tegangan akan diinduksikan dalam konduktor. Bagian generator yang mendapat induksi
tegangan adalah armature. Agar gerak relative terjadi antara konduktor dan medan magnet,
semua generator haruslah mempunyai dua bagian mekanis yaitu rotor dan stator.
ROTATING-ARMATURE ALTERNATOR
Alternator armature bergerak (rotating-armature alternator) mempunyai konstruksi yang
sama dengan generator dc yang mana armature berputar dalam sebuah medan magnet
stasioner. Pada generator dc, emf dibangkitkan dalam belitan armature dan dikonversikan
dari ac ke dc dengan menggunakan komutator (sebagai penyearah). Pada alternator,
tegangan ac yang dibangkitkan tidak diubah menjadi dc dan diteruskan kepada beban
dengan menggunakan slip ring. Armature yang bergerak dapat dijumpai pada alternator
untuk daya rendah dan umumnya tidak digunakan untuk daya listrik dalam jumlah besar.
ROTATING-FIELD ALTERNATORS
Alternator medan berputar mempunyai belitan armature yang stasioner dan sebuah belitan
medan yang berputar. Keuntungan menggunakan system belitan armature stasioner adalah
bahwa tegangan yang dihasilkan dapat dihubungkan langsung ke beban.
Jenis armature berputar memerlukan slip ring dan sikat untuk menghantarkan arus dari
armature ke beban. Armature, sikat dan slip ring sangat sulit untuk diisolasi, dan percikan
bunga api dan hubung singkat dapat terjadi pada tegangan tinggi. Karenanya, alternator
tegangan tinggi biasanya menggunakan jenis medan berputar. Karena tegangan yang
dikenakan pada medan berputar adalah tegangan searah yang rendah, problem yang
dijumpai pada tegangan tinggi tidak terjadi.
Armature stasioner, atau stator, pada alternator jenis ini mempunyai belitan yang dipotong
oleh medan putar (rotating magnetic field). Tegangan yang dibangkitkan pada armature
sebagai hasil dari aksi potong ini adalah tegangan ac yang akan dikirimkan kepada beban.
Stator terdiri dari inti besi yang dilaminasi dengan belitan armature yang melekat pada inti
ini.
14 of 19
3/5/2014 8:08 PM
15 of 19
http://unilanet.unila.ac.id/~plgsekip/tle/
Sumber : http://www.adtdl.army.mil/cgi-bin/atdl.dll/fm/55-509-1/Ch13.htm
4.2.
3/5/2014 8:08 PM
http://unilanet.unila.ac.id/~plgsekip/tle/
16 of 19
3/5/2014 8:08 PM
http://unilanet.unila.ac.id/~plgsekip/tle/
4.4.
17 of 19
Frekuensi
Frekuensi keluaran dari tegangan alternator tergantung kepada kecepatan rotasi dari rotor
dan jumlah kutubnya. Semakin cepat, semakin tinggi pula frekuensinya. Semakin lambat,
semakin rendah pula frekuensinya. Semakin banyak kutub pada rotor, semakin tinggi pula
frekuensinya pada kecepatan tertentu.
Ketika rotor telah berotasi beberapa derajat sehingga dua kutub berdekatan (utara dan
selatan) telah melewati satu belitan, tegangan yang diinduksikan dalam belitan tersebut
akan bervariasi hingga selesai satu siklus. Untuk suatu frekuensi yang ditentukan, semakin
banyak jumlah kutub, semakin lambat kecepatan putaran. Prinsip ini dapat dijelaskan
sebagai berikut, misalkan; sebuah generator dua kutub harus berotasi dengan kecepatan
empat kali lipat dari kecepatan generator delapan kutub untuk menghasilkan frekuensi yang
sama dari tegangan yang dibangkitkan. Frekuensi pada semua generator ac dalam satuan
3/5/2014 8:08 PM
http://unilanet.unila.ac.id/~plgsekip/tle/
hertz (Hz), yaitu banyaknya siklus per detik, berkaitan dengan jumlah kutub dan kecepatan
rotasi sesuai dengan persamaan berikut:
dimana P adalah jumlah kutub, N adalah kecepatan rotasi dalam revolusi per menit (rpm)
dan 120 adalah sebuah konstanta untuk konversi dari menit ke detik dan dari jumlah kutub
ke jumlah pasangan kutub. Sebagai contoh, sebuah alternator dua kutub, 3600 rpm
mempunyai frekuensi 60 Hz, ditentukan sebagai berikut:
Sebuah generator empat kutub dengan kecepatan 1800 rpm juga bekerja pada frekuensi 60
Hz.
Sebuah generator enam kutub 500 rpm mempunyai frekuensi
4.5.
Pengaturan Tegangan
Sebagaimana yang telah kita lihat, ketika beban pada generator berubah, tegangan terminal
pun ikut berubah. Besarnya perubahan tergantung pada desain generator.
Pengaturan tegangan pada sebuah alternator adalah perubahan tegangan dari beban penuh
ke tanpa beban, dinyatakan sebagai persentase tegangan beban penuh, ketika kecepatan
dan arus medan dc tetap konstan.
Anggap bahwa tegangan tanpa beban generator adalah 250 volt dan tegangan beban penuh
adalah 220 volt. Persen regulasi adalah:
Untuk diingat, bahwa semakin kecil persentase regulasi, semakin baik pula regulasinya
untuk kebanyakan aplikasi.
4.6.
18 of 19
3/5/2014 8:08 PM
http://unilanet.unila.ac.id/~plgsekip/tle/
kecepatan (rpm generator) pada mana medan magnet memotong belitan, dan (3) kekuatan
medan magnet. Salah satu dari factor ini dapat digunakan untuk pengaturan tegangan yang
diinduksikan dalam belitan alternator.
Jumlah belitan, tentu saja tidak berubah tetap ketika alternator diproduksi. Juga, jika
frekuensi keluaran harus konstan, maka kecepatan medan putar haruslah konstan pula. Ini
mengakibatkan penggunaan rpm alternator untuk pengaturan tegangan keluaran menjadi
tidak diperbolehkan.
Sehingga, metode praktis untuk melakukan pengaturan tegangan adalah dengan mengatur
kekuatan medan putar. Kekuatan medan elektromagnetik ini dapat berubah seiring dengan
perubahan besarnya arus yang mengalir melalui kumparan medan. Ini dapat dicapai dengan
mengubah-ubah besarnya tegangan yang dikenakan pada kumparan medan.
4.7.
Referensi:
Dasar Teknik Tenaga Listrik dan Elektronika Daya ZUHAL
http://www.tpub.com/neets/book5/17.htm
http://www.tpub.com/doeelecscience/electricalscience2143.htm
19 of 19
3/5/2014 8:08 PM