Professional Documents
Culture Documents
I. PENDAHULUAN
1
2
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali
atas UU No.34 Tahun 2000 dan UU No.18 Tahun 1997. UU No.28 Tahun
2009 yang baru saja disahkan oleh DPR pada 18 Agustus 2009 lalu
diharapkan dapat lebih mendorong peningkatan pelayanan kepada
masyarakat dan kemandirian daerah. Dalam UU tersebut, pajak daerah dan
retribusi daerah menjadi salah satu sumber pendapatan daerah yang penting
guna membiayai pelaksanaan pemerintahan daerah sehingga terdapat
perluasan objek pajak daerah dan retribusi daerah serta adanya pemberian
diskresi (keleluasaan) dalam penerapan tarif. Kebijakan pajak daerah dan
retribusi daerah untuk kemudian dilaksanakan berdasarkan prinsip
demokrasi, pemerataan dan keadilan, peran serta masyarakat, dan
akuntabilitas dengan memperhatikan potensi daerah. Lantas, apakah pajak
daerah pasca pengesahan UU No.28 Tahun 2009 secara nyata berpotensi
meningkatkan kemandirian daerah bila dibandingkan dengan UU
sebelumnya? Lalu, apa saja tantangan dalam penerapannya?
3
II. PEMBAHASAN
Bird memiliki kriteria, yaitu: (1) that easy to administer locally , (2) that are
imposed solely (or mainly) on local resident , (3) that do not raise problem of
‘harmonization’ or ‘competition’ between sub national government or
between sub national and national government.
akan meningkat menjadi 10% dari semula sebesar 7% dalam tahun 2009.
Secara nasional peranan PAD terhadap total APBD meningkat dari 19%
menjadi 24%. Kondisi tersebut akan semakin baik pada tahun 2014, dengan
asumsi semua daerah telah melaksanakan pemungutan pajak dan retribusi
dengan menerapkan tarif maksimum yang ditetapkan sesuai ketentuan UU
ini. Peranan PAD terhadap APBD pada tahun 2014 diperkirakan akan
meningkat menjadi 68% untuk provinsi dan 15% untuk kabupaten/kota.
Secara nasional, peranan PAD terhadap APBD tahun 2014 diperkirakan
mencapai 29% dari yang semula hanya 19%.
tidak konsisten, versi data yang berbeda dan data tidak up-to-date.
Permasalahan pada sistem pemungutan pajak cukup banyak, misalnya: baik
dalam hal data wajib pajak atau retribusi, penetapan jumlah pajak, jumlah
tagihan pajak dan target pemenuhan pajak yang tidak optimal.
III. PENUTUP