You are on page 1of 6

MENGIDENTIFIKASI FAKTOR PENYEBAB

GEJALA AGLOMERASI INDUSTRI

1. Pengertian Aglomerasi Industri


Aglomerasi Industri yaitu pemusatan industri di suatu kawasan
tertentu dengan tujuan agar pengelolanya dapat optimal. Gejala
aglomerasi industri itu disebabkan karena hal-hal berikut :
a. Adanya persaingan industri yang semakin hebat dan semakin banyak.
b. Melaksanakan segala bentuk efisiensi di dalam penyelenggaraan
industri.
c. Untuk meningkatkan produktivitas hasil industri dan mutu produksi.
d. Untuk memberikan kemudahan bagi kegiatan industri.
e. Untuk mempermudah kontrol dalam hubungan tenaga kerja, bahan
baku, dan pemasaran.
f. Untuk menyongsong dan mempersiapkan perdagangan bebas di
kawasan Asia Pasifik yang dimulai tahun 2020.
g. Melakukan pemerataan lokasi industri sesuai dengan jumlah secara
tepat dan berdaya guna serta menyediakan fasilitas kegiatan industri
yang berwawasan lingkungan.
Proses aglomerasi (pemusatan) industri keberhasilannya banyak
ditentukan oleh faktor teknologi lingkungan, produktivitas, modal, SDM,
manajemen dan lain-lain.
Pada Negara-negara yang sedang mengalami aglomerasi industri,
terdapat dualisme bidang teknologi. Dualisme teknologi adalah suatu
keadaan dalam suatu bidan ekonomi tertentu yang menggunakan tehnik
dan organisasi produksi yang sangat berbeda karakteristiknya. Kondisi ini
mengakibatkan perbedaan besar pada tingkat produktivitas di sektor
modern dan sektor tradisional, seperti keadaan berikut ini :
a. Jumlah penggunaan modal dan peralatan yang digunakan.
b. Penggunaan pengetahuan teknik, organisasi, dan manajemen.
c. Tingkat pendidikan dan keterampilan para pekerja.
Faktor-faktor ini menyebabkan tingkat produktivitas berbagai kegiatan
sektor modern sering kali tidak banyak berbeda dengan kegiatan yang
sama yang terdapat di Negara maju. Sebaliknya sektor tradisional
menunjukkan perbedaan banyak karena keadaan sebagai berikut :
a. Terbatasnya pembentukan modal dan peralatan industri.
b. Kekurangan pendidikan dan pengetahuan.
c. Penggunaan teknik produksi yang sederhana.
d. Organisasi produksi yang masih tradisional.
2. Perbandingan Industri Indonesia dengan Industri Negara Maju
Persebaran industri di Negara maju (development countries) atau
disebut Negara-negara G7 (Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Jerman,
Belanda, Italia, dan Jepang) berbeda dengan Negara yang sedang
berkembang (developing countries). Pada umumnya, Negara-negara yang
maju industrinya juga dikenal dengan sebutan industri padat modal.
Sebaliknya, bagi Negara-negara berkembang, sebagian industri yang
dimilikinya merupakan industri dengan sebutan “berdiri di atas dua kaki”
(walk on two legs). Maksudnya, padat modal juga dikembangkan,
sedangkan padat karya tetap dipertahankan mengingat biasanya di
Negara berkembang berpenduduk padat.
Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan jumlah
penduduk yang besar. Pembangunan industri di Indonesia ditujukan untuk
membuka lapangan pekerjaan baru, memenuhi kebutuhan dalam negeri
dan untuk kegiatan ekspor. Untuk memacu pertumbuhan industri modern
seperti industri di Negara maju tidaklah mudah. Jika industri bergeser ke
padat modal, maka dalam proses produksinya digunakan mesin-mesin
canggih sehingga banyak orang akan kehilangan pekerjaan.
3. Kawasan Industri dan Kawasan Berikat
Untuk mewujudkan usaha-usaha pembangunan dan pengembangan
industri di Indonesia, maka setiap pemerintah provinsi, baik dalam
kerangka nasional maupun wilayah daerah, bahkan dalam rangka kerja
sama regional dengan Negara-negara tetangga, dibentuklah suatu
kawasan-kawasan industri dan kawasan berikat.
Kawasan Industri (Industrial Estate)
Kawasan Industri adalah daerah yang khusus disediakan
pemerintah pusat maupun daerah untuk kegiatan industri. Kawasan ini
umumnya merupakan suatu bagian dalam tata rencana kota atau
daerah yang disertai sarana lengkap untuk kegiatan industri. Sarana
tersebut antara lain meliputi infrastruktur perhubungan, jalan,
nasional, dan internasional (angkutan darat, laut, maupun udara),
tenaga listrik, telekomunikasi, sistem pembuangan sampah, limbah,
dan sebagainya. Dengan pengelompokan daerah tempat tinggal,
dagang, rekreasi, dan industri tersebut, diusahakan suatu tata
kehidupan masyarakat yang teratur, terkendali, dan serasi dilihat dari
segi demografi, ekologi, dan polusi (pencemaran udara dan
lingkungan).
Keputusan pembentukan kawasan industri dikeluarkan dalam
rangka usaha pemerintah untuk mendorong dan mempercepat
pertumbuhan industri, memenuhi kebutuhan dalam negeri dan
ekspor, serta untuk makin mengundang para industriawan asing
memindahkan pabrik pengolahannya ke Indonesia.
Dalam keputusan pembentukan kawasan industri tersebut,
pemerintah menetapkan bahwa pengusaha swasta nasional
maupun asing, koperasi, BUMN (Badan Usaha Milik Negara) dan
BUMD (Badan Usaha Milik Daerah) diperbolehkan membangun dan
mengelola kawasan industri di Indonesia. Sebelumnya,
pembangunan dan pengelolaan kawasan industri adalah monopoli
pemerintah yaitu Departemen Perindustrian.
Tujuan pembangunan kawasan industri adalah :
a. untuk mempercepat pertumbuhan industri.
b. untuk memberikan kemudahan bagi kegiatan industri.
c. Untuk mendorong kegiatan industri supaya berlokasi di
kawasan industri.
d. Menyediakan fasilitas lokasi industri yang berwawasan
lingkungan.
Hak dan kewajiban pengusaha kawasan industri :
a. Perusahaan kawasan industri berhak memindahkan hak
atau menyewakan bagian-bagian tanah kawasan industri
kepada perusahaan industri yang berlokasi di kawasan
industrinya.
b. Perusahaan kawasan industri berhak mendapat imbalan
atau pendapatan dari jasa pengusahaan kawasn industri,
misalnya dari kegiatan-kegiatan :
- pemindahan penggunaan dan pemindahan hak,
penyewaan kapling industri maupun bangunan pabrik
siap pakai.
- pengoperasian prasarana dan sarana penunjang
teknis.
- pemeliharaan dan perbaikan prasarana dan sarana
penunjang teknis.
- pengamanan kawasan industri.
c. Perusahaan kawasan industri berkewajiban membantu
pengurus permintaan dan penyelesaian Hak Guna Bangunan
(HGB) bagi perusahaan industri yang berada di kawasan
industri, sesuai dengan ketentuan kepala Badan Pertahanan
Nasional (BPN).
d. Perusahaan kawasan industri wajib mematuhi ketentuan
dalam Rencana Pengelolaan Lingkungan serta rencana
pemantauannya yang mencakup :
- pembuatan AMDAL (Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan).
- melakukan penataan lokasi industri sesuai dengan
jenisnya.
- Membangun, mengelola, dan memelihara fasilitas
sarana dan prasarana kawasan industri.
- Menyediakan dan mengelola fasilitas pengolahan
limbah industri.
- Membantu perusahaan yang berlokasi di kawasan itu
dalam pengurusan perizinannya.
e. Perusahaan kawasan industri wajib membuat dan
memberlakukan ketentuan tata tertib bagi perusahaan
industri yang berada di kawasannya.
f. Perusahaan kawasan industri dan perusahaan industri wajib
melaksanakan standar teknis yang ditetapkan Menteri
Perindustrian.
g. Perusahaan kawasan industri wajib menyampaikan laporan
secara berkala kepada Menteri Perindustrian mengenai
kegiatan usahanya.
Perkembangan kawasan industri di Indonesia sejalan dengan
pembangunan di Indonesia. Sebelum dikeluarkannya Keputusan
Presiden No.53 Tahun 1989 tentang kawasan industri, di Indonesia
telah beroperasi lima (5) kawasan industri milik pemerintah. Kelima
kawasan industri tersebut adalah :
a. PT JAKARTA INDUSTRIAL ESTATE Pulogadung (PT JIEP) di
Jakarta seluas 1550 hektar.
b. PT RUNGKUT INDUSTRIAL ESTATE Surabaya (PT RIES)
seluas 570 hektar.
c. PT KAWASAN INDUSTRI Cilacap di Jawa Tengah seluas
243 hektar.
d. Kawasan Industri Medan seluas 200 hektar.
e. Kawasan Industri Makasar (Ujung Pandang) seluas 224
hektar.
Kawasan-kawasan industri tersebut dilengkapi dengan
bangunan pabrik siap pakai, fasilitas umum industri kecil, dan
fasilitas pergudangan yang mutakhir. Di samping itu, juga ditunjang
dengan berbagai parasarana dan sarana seperti jalan ke kawasan
industri, jaringan jalan lingkungan, saluran distribusi listrik,
telekomunikasi, air bersih, instalasi penyediaan air bersih, saluran
air hujan, jaringan pengumpul limbah industri, penampungan
sementara limbah padat, fasilitas perbankan, kantor pos, kantor
pelayanan telkom, poliklinik, kantin, tempat ibadah, pos keamanan,
halte angkutan umum, dan lain-lain.
Pesatnya pertambahan penduduk dan sempitnya lahan untuk
dijadikan kawasan industri menyebabkan ada perluasan kawasan
industri di luar wilayah yang telah disediakan.
Dampak perkembangan atau pemekaran kota adalah kawasan
industri yang semula sudah jauh di luar kota, kemudian terletak
ditengah-tengah kota. Itulah sebabnya tidak jarang kawasan
industri itu ditata kembali untuk disesuaikan dengan tata ruang
yang direncanakan. Kondisi ini termasuk di antaranya letak
terminal bus, lapangan udara, dan sebagainya.
Kawasan Berikat (Bounded Zone)
Kawasan berikat merupakan kawasan pengolahan untuk ekspor.
Oleh karena itu, kawasan ini disebut juga Export Processing Zone
karena barang-barang yang diproduksi dalam kawasan ini
umumnya dimaksudkan untuk ekspor.
Kawasan berikat sendiri adalah kawasan dengan batas-batas
tertentu, yang terletak di dalam daerah pabean, tetapi memiliki
peraturan dan tata cara pemasukan barang yang berbeda dengan
cara pemasukan barang ke daerah pabean biasa, karena sifat
pemasukan barang ke kawasan tersebut bersifat sementara.
Fungsi kawasan berikat adalah sebagai tempat penyimpanan
dan pengolahan produk atau komoditas perdagangan yang berasal
dari luar negeri, sebelum barang tersebut dipasarkan. Kawasan
berikat juga digunakan untuk menyimpan, menimbun, dan
mengolah atau mengemas komoditas yang berasal dari dalam
negeri untuk tujuan ekspor.
Latar belakang pembentukan kawasan berikat diawali dengan
banyaknya Negara-negara berkembang di Asia yang berusaha
meningkatkan ekspor produksinya. Salah satu caranya dengan
membuka kawasan berikat yang dimulai sejak awal tahun 1970-an.
Komoditas perdagangan yang disimpan atau ditimbun dalam
kawasan berikat tidak dikenakan bea masuk, cukai, atau pungutan
lain. Perusahaan-perusahaan industri yang berlokasi dalam batas
wilayah kawasan berikat menikmati kemudahan-kemudahan dan
fasilitas istimewa dalam hal impor bahan baku, bahan penunjang,
dan barang-barang modal, keringanan pajak, sarana dan prasarana
yang lengkap dan murah, serta kebebasan dari peraturan-
peraturan atau pembatasan industri yang berlaku di dalam Negara
tersebut.
4. Relokasi Industri
Relokasi industri yaitu pemindahan industri dari Negara maju ke
Negara berkembang. Alasan relokasi industri, yaitu sebagai berikut :
a. Di Negara berkembang upah buruh lebih murah dibandingkan
dengan Negara maju.
b. Mengurangi tingkat polusi atau pencemaran.
c. Negara yang dituju mempunyai tenaga kerja yang sesuai.
d. Memperbesar dan memperluas usaha industri.
e. Memperluas pemasaran hasil industri.
Keuntungan relokasi industri bagi Negara yang dituju yaitu sebagai
berikut :
a. Menambah dan memperluas lapangan pekerjaan.
b. Menambah pendapatan Negara dari sektor pajak.
c. Alih teknologi dari Negara maju.
d. Permodalan langsung dari Negara yang memindahkan industri.
5. Bentuk Kerja Sama Industri Antarnegara
Kerjasama industri antar Negara dapat dilakukan dalam bidang :
MODAL
Negara-negara yang sedang berkembang, termasuk Indonesia
dalam rangka membangun industri yang besar membutuhkan
bantuan dari luar negeri berupa pinjaman modal atau kredit.
Untuk melaksanakan pembangunan, Indonesia juga menerima
bantuan kredit atau pinjaman modal (kapital) dari luar negeri.
Tentu saja bantuan kredit dari luar negeri ini diterima dengan tidak
mengesampingkan politik luar negeri bebas dan aktif. Indonesia
juga menerima bantuan kredit dari Negara manapun asal tidak ada
ikatan-ikatan tertentu.
Karena modal yang diterima luar negeri merupakan pinjaman,
maka dalam jangka waktu tertentu Indonesia harus
mengembalikannya dengan disertai bunga. Kredit dari luar negeri
biasanya merupakan kredit jangka panjang. Menurut waktu
pelunasannya, kredit dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu :
a. Kredit jangka panjang, waktu pelunasannya lebih dari 5 tahun.
b. Kredit jangka menengah, waktu pelunasannya antara 1 sampai
5 tahun.
c. Kredit jangka pendek, waktu pelunasannya kurang dari 1 tahun.
BAHAN BAKU
Kerjasama dalam hal bahan baku dilakukan jika suatu Negara
tidak ada atau kurang memiliki bahan baku suatu industri. Dalam
kerjasama bahan baku dapat diimpor bahan baku luar negeri.
Indonesia juga mengimpor barang-barang dari luar negeri, sebab
banyak barang yang dibutuhkan, tetapi tidak dapat dibuat atau
dihasilkan di dalam negeri.
TEKNOLOGI
Pada umumnya kerjasama dalam bidang ini berupa transfer
atau alih teknologi. Indonesia juga melakukan alih teknologi dengan
beberapa Negara. Misalnya, dengan melaksanakan alih teknologi,
yakni PT Dirgantara dengan perusahaan penerbangan di Spanyol,
Jerman, Perancis, dan Amerika Serikat.
Dengan alih teknologi ini, kemampuan Dirgantara Indonesia
berkembang dengan menghasilkan suku cadang pesawat terbang
dan pesawat terbang dengan standar internasional.
TENAGA KERJA
Kerajsama dibidang tenaga kerja biasa dilakukan bagi Negara
berkembang, seperti Indonesia perlu mendatangkan tenaga ahli
dari Negara maju.
Sebaliknya seringkali Negara maju memerlukan tenaga kerja
untuk industri yang bersifat padat karya. Negara maju akan
membuka pabrik di Negara yang banyak memiliki sumber daya
manusia dalam jumlah besar.
Sebagai contoh, pabrik sepatu merek luar negeri, seperti Nike,
Adidas, Reebok membuka pabriknya di Indonesia.

Prev: Kepastian "PUISI"


Next: Kritik Tentang Cerpen

You might also like